PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ayam merupakan komoditas industri perunggasan komersial ataupun tradisional yang mempunyai prospek menjanjikan di Indonesia. Namun, terdapat beberapa permasalahan pada industri perunggasan sampai saat ini, terutama penyakit infeksi, seperti virus flu burung (AIV), Newcastle disease (ND), dan infectious bursal disease (IBD) yang dapat berakibat pada penurunan kualitas daging, penurunan produksi telur, bahkan kematian. Penyakit-penyakit infeksi tersebut dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat signifikan, misalnya ND menimbulkan kerugian ± 142 milyar rupiah di Indonesia (Darminto dan Ronohardjo, 1996). Di provinsi Mazandaran Iran, Asia Barat terakhir kali wabah AIV dilaporkan pada Juli 2015 (OIE, 2015). Flu burung tipe H5N1 menyebabkan kematian > 200 juta unggas di dunia dan kerugian ekonomis ±US$20 milyar (Kumar et al., 2008). Di Indonesia, khususnya di pulau Jawa, peternak ayam mengalami penurunan keuntungan ± Rp. 9.150.000,00 hingga Rp. 438.040.000,00/bulan akibat wabah AIV yang menginfeksi ayam petelur (Putra dan Haryadi, 2011). Infectious bursal disease merupakan penyakit yang sangat menular pada unggas dengan morbiditas tinggi ± 100% dan mortalitas yang bervariasi. Di Irlandia Utara, IBD pada unggas mengakibatkan penurunan pendapatan petani peternak unggas ± 10% akibat penurunan berat badan, dan kerugian ditaksir ± US$10 juta/tahun (Berg et al., 2000). Kematian IBD yang 1 tinggi di Irlandia Utara terutama terjadi pada awal wabah akibat supresi imun, dan kegagalan vaksinasi (Kegne dan Chanie, 2014). Pada tahun 1990an, penyakit IBD telah menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia dan menyebabkan kerugian di bidang perunggasan (Wahyuwardani et al., 2011). Pada umumnya, salah satu organ yang terserang penyakit adalah organ limfoid (limpa, bursa Fabricius dan thymus), yang akan menimbulkan lesi patologis sehingga mengganggu pengaturan sistem kekebalan pada unggas. Dilaporkan, limpa dapat mengalami lesi histopatologis, misalnya hiperplasia, hipertropfi, deplesi limfosit, vakuolisasi fokal dan destruksi limfosit di area korteks serta germinal, dan bahkan nekrosis akibat penyakit infektif (Anonymous, 2003). Pada umumnya, upaya pencegahan terhadap penyakit pada ayam di suatu industri perunggasan, diaplikasikan vaksinasi secara rutin. Namun, kasus penyakit infektif (wabah) masih seringkali terjadi. Beberapa faktor diduga berkontribusi terhadap ketidakberhasilan vaksin karena vaksin tidak mampu melindungi 90100% ayam jika ada tantangan virus lapangan. Hal ini diduga, bahwa seed virus vaksin mempunyai perbedaan antigenik dengan virus lapangan (Wahyuwardani et al., 2011). Juga dilaporkan, bahwa untuk peningkatan keberhasilan vaksin dibutuhkan imunomodulator untuk meningkatkan imunitas ayam terhadap efek samping hipersensitifitas dan stres akibat vaksinasi. Bawang merah (Allium cepa) merupakan bumbu masak yang mudah didapat dengan harga yang terjangkau, dan memiliki berbagai senyawa yang bermanfaat, misalnya fruktan, flavonoid, organosulfur, dan saponin. Saponin (antiviral, virucidal, dan imunomodulator), flavonoid (antioksidan), organosulfur (anti 2 inflamasi dan anti alergik). Saponin juga dapat menginduksi produksi sitokin, seperti interleukin dan interferon sebagai mediator efek imunostimulan yang akan berdampak positif pada status ketahanan tubuh dan kesehatan ayam (Anonymous, 2007). Jaringan limpa yang diterapi saponin terbukti menunjukkan struktur yang normal, tidak tampak adanya nekrosis. Berdasarkan uraian tersebut, maka dibutuhkan suatu kajian penelitian untuk mengetahui dan menentukan efektivitas bawang merah sebagai herbal medicine terutama efek fitopreventif terhadap kemungkinan pengaruh infeksi alami pada ayam di lapangan. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menentukan efek fitopreventif ekstrak bawang merah terhadap peningkatan status kesehatan ayam didasarkan pada lesi histopatologis limpa sebagai salah satu model organ limfoid yang berperan dalam pengaturan sistem kekebalan ayam. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk memberi bukti ilmiah tentang khasiat ekstrak bawang merah dalam meningkatkan status kesehatan ayam berdasarkan kemampuannya mengatasi terjadinya lesi patologis limpa. Hasil penelitian ini juga memungkinkan pemanfaatan ekstrak bawang merah diproduksi dalam skala laboratorium dan selanjutnya dalam skala industri jika memang benar-benar bermanfaat dalam meningkatkan kesehatan unggas. 3