BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Strategi investasi saham berbasis dividend yield bukanlah merupakan hal yang asing di Amerika Serikat serta negara maju lainnya. Berawal dari simulasi data yang dilakukan Slatter (1988), lahirlah strategi investasi berbasis dividend yield Dogs of The Dow. Penelitian pun terus dilakukan, sampai berkembanglah beberapa strategi lain yang berbasis dividend yield seperti strategi The Foolish Four yang tercatat memberikan return rata-rata tahunan sebesar 24,62% sejak tahun 1973 sampai dengan tahun 1997 (Gardner, 2000). Di Indonesia, sebagai negara berkembang, sejauh ini masih jarang ditemukan publikasi penelitian yang membahas hal serupa. Penelitian ini bisa dijadikan acuan terhadap pengembangan strategi-strategi lain berbasis dividend yield untuk pasar saham Indonesia secara khusus. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa baik DoD maupun varian The Foolish Four memberikan kinerja yang baik dibandingkan pasar. Meskipun secara keseluruhan semua portfolio dengan strategi berbasis dividend yield yang diteliti kali ini gagal melampaui indeks pasar di dua tahun yang sama (2004 dan 2011), return akumulatif yang dihasilkan dari tahun ke tahun konsisten mengungguli pasar dengan beberapa catatan kecil pada portfolio The Foolish Four 1.2 yang tetap gagal melampaui pasar di tahun 2004. Faktor krisis 2008 pun tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja 45 portfolio secara umum, terlihat dari tingkat akumulasi return dari tahun ke tahun yang secara umum konsisten melampaui tingkat return pasar. Dengan demikian dapat disimpulkan: 1. Varian portfolio The Foolish Four berhasil mengungguli return LQ45 2. Portfolio The Foolish Four 1.0 menjadi varian dengan tingkat riskadjusted return yang paling baik menurut Sharpe. 3. Portfolio The Foolish Four 1.2 memiliki kinerja yang paling rendah. 4. Portfolio The Foolish Four 1.3 memiliki tingkat return yang paling baik dengan tingkat risiko yang paling tinggi. 5.1.1 Implikasi Diversifikasi untuk memitigasi risiko membutuhkan jumlah saham yang banyak, dengan demikian dibutuhkan dana investasi yang lebih besar (karena adanya minimum pembelian untuk tiap jenis saham). The Foolish Four menjadi menarik bagi investor, khususnya investor kecil, karena hanya dengan membeli 4 jenis saham tiap tahunnya investor bisa mendapatkan tingkat return serta risiko yang cukup baik dibandingkan pasar. Strategi berbasis dividend yield lain, baik The Foolish Four maupun Dogs of The Dow, juga dapat menjadi alternatif bagi para investor secara umum dalam menyusun portfolio sahamnya. Selain itu, penelitian ini dan penelitian serupa yang meneliti strategi portfolio berbasis dividend yield yang memiliki hasil yang positif dapat memberikan signalling terhadap para pemegang keputusan di perusahaan emiten mengenai pembagian dividen, bahwa pembagian dividen dapat secara signifikan mempengaruhi tingkat capital gain. 46 5.2 Keterbatasan Keterbatasan pertama dari penelitian ini adalah strategi The Foolish Four itu sendiri. Meskipun memiliki tingkat return serta kinerja yang baik, alasan proses pemilihan saham yang akan dimasukan ke dalam portfolio sulit dijelaskan, khususnya pada The Foolish Four 1.2 yang menggunakan rasio yang didapat dari dividend yield dibagi akar pangkat dua harga saham. Secara logis tidak terlihat adanya hubungan langsung antara rasio tersebut dengan tingkat return di masa yang akan datang, meski demikian modifikasi terhadap varian ini (The Foolish Four 1.3) memberikan tingkat return yang paling baik. Perlu diingat bahwa hasil yang ditunjukan dalam penelitian ini adalah hasil penelitian data mining. Dengan mempertimbangkan data-data di masa lalu, kemudian dibuat model yang dapat memberikan hasil yang sesuai harapan. Tidak ada jaminan bahwa di masa yang akan datang strategi-strategi yang disebutkan disini dapat memberikan hasil yang selalu konsisten dengan penelitian ini. Selain itu, penelitian ini juga memiliki keterbatasan lain yaitu dalam pengumpulan data dan durasi time series yang dilakukan pada penelitian. Dalam mengumpulkan data, besarnya dividen dapat dengan mudah diperoleh dari situs KSEI hingga tahun 2002, namun untuk harga saham cukup sulit, khususnya di tahun 2003 dan 2004. Pada tahun tersebut, ada beberapa perusahaan yang saat itu telah delisting atau melebur ke dalam emiten lain (contohnya IDSR). Ketika suatu emiten delisting atau melebur ke dalam emiten lain, data historis sahamnya sangat sulit didapatkan. 47 Selanjutnya, time series yang digunakan dalam penelitian ini hanyalah 10 tahun. Hasil penelitian akan lebih akurat apabila penelitian dilakukan dalam rentang waktu yang lebih panjang. Slatter (1988) melakukan penelitian DoD dengan rentang waktu 15 tahun (1973-1988), dan Gardner (2000) melakukan penelitian The Foolish Four dalam rentang waktu 24 tahun (1973-1997). Untuk saat ini, penelitian sejenis di Indonesia dengan batas bawah rentang waktu tahun 2003 akan cukup sulit dilakukan mengingat ketersediaan data yang tidak memadai. 5.3 Saran Dengan menggunakan analisis statistik beserta rasio-rasio pengukuran kinerja, hasil yang ditunjukan oleh masing-masing portfolio dapat terjustifikasi dalam periode penelitian. Hal ini membuka peluang penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang, seperti penggunaan indeks lain sebagai pembanding (JII, Bisnis 27, Kompas 100, atau lainnya), strategi lain yang serupa, dan time series yang lebih panjang dari penelitian saat ini untuk memberikan hasil yang lebih akurat. 48