artikel asuhan kebidanan pada akseptor baru kb iud pada ny.s umur

advertisement
ARTIKEL
ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR BARU KB IUD PADA NY.S UMUR 26
TAHUN DI BPM KARTIKA HUSADA CANDIREJO KECAMATAN UNGARAN
BARAT, KABUPATEN SEMARANG
Disusun Oleh :
JULIETA SOARES
040114A051
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2017
ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR BARU KB IUD PADA NY.S UMUR 26
TAHUN DI BPM KARTIKA HUSADA CANDIREJO,KECAMATAN UNGARAN BARAT,
KABUPATEN SEMARANG.
123
Julieta Soares 1, Yulia Nur Khayati2 , Kartika Sari3
Program Studi DIII Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo
[email protected]
ABSTRAK
Latar Belakang : Jumlah Pertumbuhan Penduduk Indonesia dari btahun ketahun mengalami
penigkatan relative cepa, dampak dari pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan jumlah
penduduk meningkat, penyebaran penduduk, penduduk yang tidak merata ,kemiskinan
mengakibatkan kelahiran yang tidak terkendali sehingga angka kesakitan dan kematian
tinggi.upaya untuk mengendalikan jumlah kelahiran dan mewujudkan keluarga kecil yang sehat
sejahtera, pemerintah melakukan gerakan pengaturan jarak kelahiran atau pembaqtas kelahiran
dengan program keluarga Berencana.
Tujuan Penulisan : Mampu melaksanakan ASuhan Kebidanan sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan Akseptor Baru KB IUD pada Ny, S umur 26 tahun.
Metode : Metode penulisan yang digunakan penulis dengan cara mengumpulkan data yaitu
wawancara, observasi, pengamatan, pemeriksaan fisik,studi dokumentasi, studi pustakaan.
Hasil : Asuhan pada kasus Ny ,S setelah dilakukan pengkajian sampai evaluasi ,mulai dari
pemasangan tidak terjadi keluhan, dan tidak ada kesenjangan antara teori,karena teori
mengatakan dalam pemansangan kontrasepsi IUD tidak terdapat keluhan dari pasien dan dalam
akhirnya dalam praktek pun tidak ditemukan adanya kesenjangan.
Saran : dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan
dalam memberikan asuhan kebidanann pada Akseptor Baru KB IUD sesuai standar pelayanan.
Kata kunci : Akseptor Baru KB IUD
Kepustakaan : 11 (2007 – 2015)
sebanyak 252.152.797 jiwa, dan tahun
Latar belakang
Indonesia merupakan sebuah negara
berkembang dengan jumlah peningkatan
penduduk yang tinggi (Sulistyawati, 2011).
Jumlah
dan
Indonesiadari
pertumbuhan
tahun
pendudukdi
ketahun
selalu
mengalami peningkatan pada tahun 2012
sebanyak 244.782.385 jiwa, tahun 2013
sebanyak 248.427.956 jiwa, tahun 2014
2015sebesar 255.461.686 jiwa, yang terdiri
atasjumlahpenduduk
laki-laki
sebesar
128.366.718 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan
penduduk
127.094.968
diIndonesia
jiwa. Jumlah
meningkat
denganrelatif cepat. Diperlukan kebijakan
untuk mengatur atau membatasi jumlah
kelahiran agar kelahiran dapat dikendalikan
dan
kesejahteraan
penduduk
makin
meningkat(Profil kesehatan Indonesia,2015).
Buruknya
status
kesehatan
Indonesia
berhubungan
wanita
dengan
di
masalah
Dampak dari pertumbuhan penduduk
kesehatan reproduksi bukan hanya masalah
yang tinggi menyebabkan, jumlah penduduk
individu yang bersangkutan tetapi menjadi
meningkat, penyebaran penduduk yang tidak
perhatian bersama, karena dampaknya luas
merata, kemiskinan mengakibatkan kelahiran
menyangkut berbagai aspek kehidupan dan
yang
menjadi parameter kemampuan negara dalam
tidak
kesakitan
anggota
terkendali
dan
kematian
keluarga
yang
sehingga
angka
tinggi.
Situasi
menyelenggarakan
terlalu
banyak
terhadap masyarakat (Pinem, 2009).
pelayanan
kesehatan
akhirnya menimbulkan ketidak seimbangan
Upaya untuk mengendalikan jumlah
jiwa dan fisik serta menimbulkan gangguan
kelahiran dan mewujudkan keluarga kecil
kerukunan keluarga sebagai unit terkecil
yang
kehidupan umat manusia, perubahan perilaku
melakukan
remaja seperti pengaruh narkoba, perubahan
kelahiran atau pembatasan kelahiran dengan
perilaku seks dan sifat kehidupan yang
program
konsumtif,pengangguran
karena
Kesehatan Kota Semarang, 2015). Keluarga
negara tidak mampu membuka lapangan
Berencana merupakan salah satu cara yang
pekerjaan yang seimbang dengan jumlah
efektif untuk mencegah mortalitas ibu dan
angkatan kerja tiap tahunnya dan tidak
anak karena dapat menolong pasangan suami
mampumembiayaipendidikan,
terutama
istri menghindari kehamilan resiko tinggi.
kaum wanita sehingga sebagian dari mereka
Keluarga berencana tidak dapat menjamin
masih buta huruf (Manuaba,2011).
kesehatan ibu dan anak, tetapi dengan
tinggi
sehat
dan
sejahtera,
gerakan
Keluarga
pemerintah
pengaturan
Berencana
jarak
(Profil
Dengan melihat dampak diatas dapat
melindungi keluarga terhadap kehamilan
dipastikan bahwa status kesehatan wanita
resiko tinggi. Keluarga Berencana (KB)
Indonesia tergolong sangat buruk (Manuaba,
dapat terhindar dari “4T”, terlalu muda
2011). Kesehatan reproduksi wanita ini
melahirkan (dibawah usia 20 tahun), terlalu
berpengaruh besar terhadap Angka Kematian
sering
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
kelahiran, dan terlalu tua melahirkan (di usia
Berdasarkan
diatas 35 tahun) (Manuaba, 2011).
demografi
dan
kesehatan
melahirkan,
terlalu
dekat
jarak
Indonesia (SDKI) 2012, bahwa AKI tercatat
Keluarga Berencana merupakan salah
mengalami kenaikan yang signifikan yaitu
satu pelayanan kesehatan preventif yang
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
paling
dasar
dan
utama
bagi
wanita.
Peningkatan
dan
perluasan
pelayanan
diperoleh jumlah akseptor KB Baru berkisar
keluarga berencana merupakan salah satu
448.143 orang, untuk akseptor baru KB IUD
usaha untuk menurunkan angka kesakitan
mencapai 50.143 (12.1%) peserta.
dan kematian ibu yang sedemikian tinggi
Dari kebijakan pemerintah tentang KB
akibat kehamilan. Banyak wanita harus
saat ini mengarah pada pemakaian metode
menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit,
kontrasepsi jangka panjang, Intra Uterine
karena metode-metode tertentu mungkin
Device (IUD) merupakan salah satu metode
tidak dapat diterima sehubungan dengan
kontrasepsi jangka panjang yang fleksibel saat
kebijakan Nasional
dimasukkan
Keluarga
Berencana
dalam
rahim
sehingga
saat
(KB), kesehatan individu dan seksualitas
dimasukkan dan dilepas dapat kembali ke
wanita
bentuk semula. IUD memiliki sambungan ke
atau
biaya
untuk
memperoleh
kontrasepsi (Rohmawati, 2009).
servik
Tujuan utama dari Program Keluarga
berupa
untaian
benang
yang
memudahkan pelepasan alat kontrasepsi dan
Berencana (KB) Nasional adalah untuk
memungkinkan
memenuhi
memeriksa dan memastikan keberadaan IUD
perintah
masyarakat
akan
pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan
kesehatan
reproduksi
yang
seorang
wanita
dapat
dengan benar (Varney, 2007).
berkualitas,
Alat Kontrasepsi IUD dipasang dalam
menurunkan tingkat/angka kematian ibu dan
keadaan
bayi dan anak serta penanggulangan masalah
menstruasi. Sekitar tahun 1970, Lippes loop D
kesehatan
dipasang
reproduksi
membangun
keluarga
dalam
kecil
rangka
berkualitas
(Arum, 2009).
tidak
Pemasangan
pada
hamil
dan
program
program
saat
selesai
postpartum.
postpartum
belum
memuaskan karena banyak terjadi ekspulsi,
Menurut data BKKBN di Provinsi
dan masyarakat segan untuk kembali. Ekspulsi
Jawa Tengah pada tahun 2013, yang menjadi
terjadi pada pemasangan pasca-persalinan.
peserta KB Baru berjumlah 416.273 orang
IUD
dengan presentase akseptor baru KB IUD
menstruasi, sedangkan rumor yang masih
sebanyak 89.132 (23%) peserta. Sedangkan
berkembang di masyarakat bahwa pemasangan
diperoleh data pada tahun 2014, peserta KB
IUD
Baru
terjadinya
mencapai
422.513
orang
dengan
dapat
dipasang
pasca-persalinan
menstruasi.
bersamaan
harus
Perlu
dengan
menunggu
diperhatikan
presentase akseptor baru KB IUD sebanyak
bahwa wanita dapat hamil tanpa didahului
78.194 (19.0%) peserta. Dan pada tahun
menstruasi. Dengan demikian tentang kapan
2015 data BKKBN di Provinsi Jawa Tengah,
waktu pemasangan IUD perlu dijelaskan
kepada masyarakat, sehingga tidak terlanjur
tentang macam-macam metode kontrasepsi
hamil (Manuaba, 2011).
yang
Berdasarkan data BKKBN Kabupaten
ada
efektifitas,
beserta
mekanisme
indikasi,
kontra
kerja,
indikasi,
Semarang diperoleh hasil data di tahun 2013 di
keuntungan, kerugian, cara penggunaan, efek
Kabupaten Semarang pengguna KB baru
samping dan penanganannya.
berkisar 23.621 orang dengan presentase
Banyak
perempuan
mengalami
akseptor baru KB IUD sebanyak 927 (5,3%)
kesulitan dalam menentukan pilihan jenis
peserta. Pada tahun 2014 diperoleh data
kontrasepsi.
berjumlah 25.476 orang, dengan akseptor baru
keterbatasannya metode yang tersedia, tetapi
KB IUD sebanyak 857 (4,2%) peserta.
juga ketidaktahuan mereka tentang persyaratan
Sedangkan pada tahun 2015 pengguna KB
dan keamanan metode kontrasepsi tersebut.
baru berjumlah 28.124 peserta, dan untuk
Berbagai
akseptor baru KB IUD sebanyak 713 (3%)
termasuk status kesehatan, efek samping
peserta.
potensial,
konsekuensi
kehamilan
yang
Menurut laporan hasil data dari
Hal
faktor
tidak
harus
tidak
hanya
dari
dipertimbangkan,
kegagalan
atau
diinginkan,
besar
Puskesmas Ungaran diperoleh data pada
keluarga
tahun 2014, hasil data jumlah akseptor KB
pasangan, bahkan norma budaya lingkungan
baru
dan orang tua (Saifuddin, 2010).
sebanyak
2517
orang,
dengan
presentase akseptor baru KB IUD sebanyak
yang
ini
direncanakan,
persetujuan
Peran Bidan sangat penting dalam
264 (11,4%) peserta. Sedangkan pada tahun
memberikan asuhan
2015 akseptor KB baru berjumlah 3549
berencana salah satu kewenangannya adalah
orang dengan presentase akseptor baru KB
melakukan
IUD sebanyak 221 (5,8%) peserta. Dan untuk
memberikan gambaran
akseptor KB baru pada tahun 2016 mencapai
macam metode alat kontrasepsi sehingga
3963 akseptor, dengan jumlah akseptor baru
klien dipersilahkan untuk memilih metode
KB IUD sebanyak 196 (4,2%) peserta.
kontrasepsi yang diyakini (Manuaba, 2011).
Berdasarkan
dan
Bidan memberikan asuhan yang bermutu
Puskesmas Ungaran dari tahun ke tahun
tinggi dalam rangka untuk meningkatkan
menunjukkan penurunan yang disebabkan
kehidupan keluarga yang sehat dengan
oleh kurangnya antusias masyarakat dalam
memberikan pelayanan Keluarga Berencana
penggunaan KB IUD. Mereka tidak pernah
yang tersedia dengan metode konseling bagi
data
dari
BKKBN
mendapatkan penjelasan dan pengenalan
kebidanan keluarga
konseling
atau
KIE
untuk
tentang berbagai
wanita
dalam
memilih
suatu
metode
kontrasepsi (Kepmenkes, 2007).
Dalam hal ini
memberikan
Asuhan
Bidan
kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan
Akseptor Baru KB IUD di BPM Kartika
dapat
Kebidanan pada
Husada Candirejo RT 01 RW IV Ungaran
Barat”.
Akseptor Baru KB IUD sudah sesuai
dengan standar SOAP.
METODE
Hasil survey pada tahun 2014 di BPM
Metode yang digunakan adalah dengan
Kartika Husada Candirejo Rt 01 Rw IV
memberikan
Ungaran Barat pengguna KB baru berkisar
penanganan pasien dalam memenuhi akseptor
1253 orang dengan akseptor baru KB IUD
baru KB IUD diantaranya adalah pemasangan
sebanyak 14 (1,1%) peserta. Pada tahun 2015
KB IUD dan memberikan obat amoxilin, asam
diperoleh data berjumlah 1482 orang dengan
memfenamat. Asuhan kebidanan dilakukan
akseptor baru KB IUD berkisar 19 (1,2%)
selama 3 hari pada akseptor baru KB IUD
peserta, Sedangkan pada tahun 2016 di peroleh
pada Ny.S Umur 26 tahun dengan metode
data
selama
menggunakan
setahun
terakhir
yang
dengan
cara
kontrasepsi
sebanyak
1764
wawancara,
asuhan
kebidanan
mengumpulkan
observasi,
berupa
data
yaitu
pengamatan,
orang, sedangkan untuk akseptor baru KB IUD
pemeriksaan fisik, studi dokumentasi, studi
selama setahun berkisar 26 (1,4%) peserta.
pustakaan.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan
bahwa jumlah akseptor KB baru IUD di BPM
Kartika Husada mengalami kenaikan pasien di
desa Candirejo Rt 01 Rw IV Ungaran Barat
dari tahun ke tahun.
Penatalaksanaan asuhan sesuai dengan
Standart Operasional Pelayanan (SOP) yang
diberikan pada akseptor baru KB IUD di BPM
Kartika Husada yaitu pemeriksaan panggul,
memasukkan lengan IUD Cu T 380A didalam
kemasan sterilnya, pemasangan IUD Copper T
380A, dan tindakan pasca pemasangan.
Berdasarkan latar belakang diatas
maka penulis tertarik untuk mengambil studi
HASIL ASUHAN KEBIDANAN
Asuhan pada kasus Ny ,S setelah
dilakukan pengkajian sampai evaluasi ,mulai
dari pemasangan tidak terjadi keluhan, dan
tidak ada kesenjangan antara teori,karena
teori mengatakan
dalam pemansangan
kontrasepsi IUD tidak terdapat keluhan dari
pasien dan dalam
akhirnya dalam praktek
pun tidak ditemukan adanya kesenjangan.
Seksual.. pola minum, pola istirahat,
PEMBAHASAN
Dalam penerapan asuhan kebidanan hal
aktivitas sehari-hari, personal hygiene,
ini ingin menguraikan kesenjangan antara teori
aktivitas seksual, perencanaan KB,
dan praktek yang ditemukan dilapangan.
keadaan ibu tentang keadaan dan
perawatannya
dan
adapt
istiadat
setempat yang berkaitan dengan KB
A. Langkah I : Pengkajian
Pada pengkajian data, berfungsi untuk
IUD.
menghimpun informasi tentang klien dengan
Hasil pengkajian data subjektif
pendekatan secara komperhensif yang meliputi
yang di dapat pada Ny. S diperoleh
data subjektif dan data objektif sehingga dapat
data yang mendukung diagnosa sebagai
menggambarkan kondisiklien yang sebenarnya
berikut : ibu mengatakan berusia 26
(Varney, 2007).
tahun, ibu tidak ada keluhan apapun,
1. Data Subjektif
Untuk
ibu mengatakan tidak ada riwayat
mengindetifikasi
masalah
penyakit menular, menurun, dan kronis
kesehatan, dan memperoleh data data
baik yang lalu maupun yang sekarang,
dasar guna menyusun rencana asuhan
ibu mengatakan saat ini tidak sedang
yang akan dilakukan Menurut Priharjo
hamil, ibu mengatakan dalam keluarga
(2007) pemeriksaan fisik meliputi:,
tidak ada yang menderita penyakit
inspeksi, palpasi,perkusi, auskultasi.
menular, menurun maupun kronis, ibu
Menurut Sulistyawati. (2009). Keadaan
mengatakan menikah umur 19 tahun,
umum
dikaji
nuntuk
mengetahui
ibu mengatakan haid pertama haid
keadan
pasien
dengan
mengamati
terakhir tanggal 28 Maret 2017, ibu
secara keseluruhan. Hasil pengamatan
mengatakan pernah melahirkan dua
kita laporkan dengan kriteria baik atau
kali dan tidak pernah keguguran, ibu
lemah.
mengatakan
Menurut Sulistyawati (2009),
bagian-bagian
penting
dalam
anamnesis meliputi:
utama,
menggunakan
pernah
kontrasepsi
apapun
setelah melahirkan anak yang kedua,
ibu mengatakan telah mendapatkan
Nama,Umur,Alasan
keluhan
belum
riwayat
datang,
Obstetri,
konseling
IUD
pada
tanggal
22
Februari 2017.
Riwayat Keluarga Berencana,(KB) ,
Menurut
Saifuddin
(2010),
waktu
Riwayat perkawinan, pola Hubungan
pemasangan kontrasepsi IUD yang
tepat yaitu segera setelah melahirkan,
Menurut
Marmi
hormon
(2012),
atau setelah 48 jam pertama Dan bisa
perubahan
estrogen
dan
juga 6 minggu pasca persalinan.
progesteron pada masa nifas indung
Pemasangan IUD pada Ny. S
telur kadarnya mengalami turun-naik
dilakukan pada tanggal 07 April2017
setiap bulannya, turunnya hormon
bertepatan 7 bulan pasca melahirkan.
estrogen dan progesteron menyebabkan
Hal ini
peningkatan hormon prolaktin dan
sesuai dengan teori waktu
pemasangan IUD karena pada waktu
menstimulasi air susu.
tersebut tidak ada pembatasan apapun
Menurut Hartanto (2013), yang
dalam penggunaan metode kontrasepsi.
termasuk dari KB rasional ialah klien
Masa Ny. S sudah selesai dengan
pada
ditandai tidak ada lochea dan TFU
menentukan penggunaan kontrasepsi
tidak teraba.
diprioritaskan
Menurut
30-35
tahun
untuk
dalam
menggunakan
(2008),
IUD dan jika tidak memenuhi syarat
meskipun peurperium berakhir sekitar
dapat memilih kontrasepsi lainnya
6 minggu yang menunjukkan lamanya
yang sudah berurutan yaitu suntik,
waktu
saluran
minipil, pil, implant, sederhana, dan
reproduksi wanita untuk kembali ke
kontap. Penggunaan alat kontrasepsi
kondisi tidak hamil, kebanyakan ahli
pada Ny. S sudah sesuai dengan pola
meyakini bahwa memungkinkan untuk
perencanaan keluarga dan penggunaan
mengevaluasi normalitas dan akhir
kontrasepsi yang rasional.
yang
Varney
usia
digunakan
peurperium pada minggu ke empat
Menurut Hartanto (2013), yang
pasca persalinan. Menurut Ambarwati
termasuk dalam kesehatan keluarga,
(2010) kebutuhan masa nifas terhadap
kesehatan
senggama dapat dilakukan apabila
sekarang, dari kontra indikasi KB IUD
perdarahan telah berhenti dan luka
tipe Copper T 380 A seperti infeksi
episiotomi sudah sembuh maka coitus
pelvis,
bisa dilakukan pada 3-4 minggu post
stenosis serviks, TBC pelviks, uterus
partum. Pada Ny. Smengatakan sudah
yang kecil, endometriosis, myoma
melakukan senggama pada 4 minggu 6
uteri, alergi terhadap Cu atau tembaga.
hari post partum.
Dari hasil pengkajian yang didapat dari
yang
keganasan
lalu,
kesehatan
endometrium,
Ny. S diperoleh ibu mengatakan di
riwayat keluarga, riwayat kesehatan
adakah keadaan genetalia luar dan
yang lalu, riwayat kesehatan sekarang
dalam terdapat vaginitis, servisitis,
semua dalam batas normal tidak ada
sedangkan ukuran rahim yang boleh
penyakit yang menyertainya.
dipasang normalnya kurang dari 5 cm.
2. Data Objektif
Hasil pemeriksaan fisik yang
Menurut Muslihatun (2009),
didapat pada Ny. S diperoleh data
untuk objektif diperoleh melalui hasil
sebagai
observasi
hasil
abdomen yaitu tidak ada luka bekas
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
operasi, tidak ada pembesaran hati dan
laboratorium
empedu, palpasi abdomen yaitu tidak
yang
jujur
atau
dari
pemeriksaan
diagnostik.
berikut
:
hasil
inspeksi
ada nyeri tekan, tidak kembung, tidak
Data objektif diperoleh dengan
ada tanda-tanda kehamilan dan pada
cara melakukan pemeriksaan umum
genetalia yaitu pemeriksaan inspeksi
pada Ny. S dan diperoleh hasil bahwa
diperoleh tida koedem, tidak ada
keadaan
varises,
ibu
baik,
kesadaran
tidak
ada
condiloma
composmenthis, tekanan darah110/80
akuminata, tidak ada vaginitis. Pada
mmHg, nadi 90 x/menit, pernafasan 24
pemeriksaan bimanual (VT) diperoleh
x/menit, suhu 36,00C, berat badan 56
vulva dan perineum
kg.
adanya
Wawancara adalah dilakukan
untuk
mengetahui
tidak
pembegkakan
bartholini,
tidak
ada
teraba
kelenjar
luka
pada
keluhan
atau
perineum, vagina tidak teraba abses,
serta
dapat
serviks dan porsio tidak ada nyeri tekan
membantu pasien bertindak untuk
dan tidak ada nyeri goyang. Sedangkan
menangapi
pada pemeriksaan inspekulo diperoleh
masalah
pasien
keluhan
atau
masalh
tersebut.
dinding vagina dan serviks tidak
Menurut
Saiffudin
(2010)
tampak
keputihan,
tidak
tampak
untuk, mengetahui abdomen dengan
adanya luka atau lesi, tidak tampak
palpasi
adanya
adanya darah, porsio tidak tampak
adakah
adanya erosi, tidak tampak adanya
yaitu
kemungkinan
menditeksi
kehamilan,
pembesaran hati dan empedu. Menurut
peradangan.
Noviawati (2011), pada pemeriksaan
Menurut Hartanto (2013), yang
genetalia dilakukan untuk mengetahui
termasuk sebagai pendukung diagnosa
asuhan kebidanan akseptor baru KB
kebidanan,
IUD Tipe Copper T 380A pada
(Varney, 2007).
kunjungannya
1. Diagnosa Kebidanan
adalah
pemeriksaan
masalah,
dan
kebutuhan
fisik, pemeriksaan laboratorium yang
Menurut Varney (2007), merupakan
terdiri dari tes kehamilan dan tes darah.
diagnosa yang ditegakkan bidan dalam
Dalam studi kasus pada
lingkup
Ny. S
praktik
kebidanan
dilakukan pemeriksaan fisik dari ujung
memenuhi
kepala sampai ujung kaki, namun pada
diagnosa kebidananya itu diakui dan
pemeriksaan laboratorium darah tidak
telah
dilakukan.
berhubungan langsung dengan praktik
Menurut Sulistyawati (2013),
standar
dan
di
syahkan
kebidanan, didukung
nomenklatur
oleh
profesi,
oleh klinikal
yang termasuk sebagai pendukung
judgement dalam praktik kebidanan,
diagnosaa asuhan kebidanan akseptor
dapat diselesaikan dengan pendekatan
baru IUD Tipe Copper T 380A pada
manajemen
kunjungan ulang adalah pengawasan
diagnosa kebidanan Akseptor baru KB
genekologi
IUD tipe Copper T 380 A.
Dalam
dan
studi
efek
kasus
sampingnya.
pada
Ny.
S
kebidanan,
dengan
Berdasarkan data dasar pada
dilakukan pengawasan ginekologi dan
kasus
Ny.
S
diperoleh
diagnosa
efek sampingnya.
kebidanan yaitu P2A0 umur 26 tahun,
Dalam pengkajian data obyektif
akseptor baru KB IUD Tipe Copper T
terdapat kesenjangan antara teori dan
380A, karena ibu baru pertama datang
praktik yaitu
dan belum dipasang IUD tipe Copper T
tidak dilakukannya
pemeriksaan laboratorium darah.
Alasannya
diperlukan
karena
untuk
380A. Hal ini sesuai dengan teori
tidak
pemeriksaan
Laboratorium darah.
BKKBN
yang menyatakan bahwa
calon akseptor adalah pasangan usia
subur dimana salah seorang darinya
ingin menggunakan alat kontrasepsi
untuk yang pertama kalinya.
B. Interpretasi data
Pada interpretasi data, data yang
dikumpulkan
dari
hasil
Menurut Muslihatun (2009),
wawancara,
merupakan identifikasi yang benar
observasi, pemeriksaan dan dokumentasi di
terhadap diagnosis atau masalah atau
interpretasikan
kebutuhan
kedalam
diagnosa
klien
berdasarkan
interpretasi yang benar atas dasar data-
karena tidak ada data dasar yang
data yang telah dikumpulkan. Data
mendukung.
yang
sudah
interpretasikan
dikumpulkan
sehingga
di
ditemukan
3. Kebutuhan
masalah atau diagnosis yang spesifik,
Menurut Saifuddin (2010), hal-
dengan diagnosa kebidanan Akseptor
hal yang dibutuhkan pasien dan yang
baru KB IUD tipe Copper T 380A.
belum teridentifikasi dalam diagnosa
Berdasarkan data dasar pada
masalah yang didapatkan.
kasus NY. S di kunjungan pertama dan
Pada kebutuhan akseptor baru
kedua diperoleh diagnosa kebidanan
KB IUD tipe Copper T 380 A antara
yaitu P2A0, umur 26 tahun, akseptor
lain : Penjelasan tentang KB IUD dan
baru KB IUD Tipe Copper T 3800A,
asuhan kebidanan yang akan diberikan.
karena ibu sudah dipasang IUD tipe
Pada kasus Ny. S tidak muncul
Copper T 380A. Hal ini sesuai dengan
kebutuhan karena tidak ada data dasar
teori
yang mendukung.
Maryunani
menyatakan
bahwa
(2009),
yang
akseptor
baru
adalah pasangan usia subur yang
C. Diagnosa
pertama kali menggunakan kotrasepsi
Utama
setelah mengalami kehamilan yang
berakhir
dengan
keguguran
atau
persalinan.
Dalam
Menurut
kebidanan
Varney
potensial
Diagnosa
(2007),
pada
lain
berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosis yang
tidak terdapat kesenjangan antara teori
telah
dan praktik.
membutuhkan
2. Masalah
Atau
langkah ini mengidentifikasi masalah atau
diagnosa
diagnosa
Potensial
diidentifikasi.
memungkinkan
Langkah
antisipasi,
dilakukan
ini
bila
pencegahan,
Menurut Varney (2007), hal-hal
sambil mengamati klien bidan diharapkan
yang berkaitan dengan pengalaman
dapat bersiap-siap bila diagnosis/masalah
pasien yang ditemukan dari hasil
potensial ini benar-benar terjadi. Pada
pengkajian. Pada akseptor baru KB
langkah ini penting sekali melakukan
IUD tidak ditemukan masalah. Pada
asuhan yang aman.
kasus Ny. S tidak muncul masalah
Pada kasus ini tidak ada antisipasi
tindakan segera karena diagnose tidak
muncul. keluhan –keluhan akseptor masih
secara teori tidak diperlukan pemberian
dalam batas normal ,maka cukup diberikan
terapi, karena dari cara kerja IUD tembaga
asuhan kebidanan secara mandiri oleh
terdapat nilai tambah yaitu lebih tidak
bidan. Pada Ny S tidak ada kesenjangan.
nyeri,
Pada kasus Ny. S tidak ada kesenjangan.
perdarahan lebih kecil, menstruasi lebih
kemungkinan
menimbulkan
ringan dan waktu haid lebih singkat,
sedangkan
D. Identifikasi Penanganan Segera
Dalam Identifikasi Penanganan Segera
tidak terdapat kesenjangan antara
Teori
di
pemasangan
lahan
IUD
praktek
diberikan
pasca
terapi
amoxicillin 500mg dan asam mefenamat
500mg dengan alas an untuk mengurangi
dan Praktek .
insidensi infeksi luka pasca pemasangan,
walaupun dalam proses pemasangan IUD
E. Perencanaan
telah dilakukan dengan menjaga prinsip
Menurut Varney (2007), pada tahap ini
merupakan tahap perencanaan asuhan yang
menyeluruh berkaitan dengan diagnosa
nomenklatur, masalah dari kebutuhan.
teori dariHartanto (2013) United States
Center For Disease Control dan WHO
merekomendasikan
Pada kasus Ny. S perencanaan yang
diberikan meliputi
pencegahan infeksi yang benar. Secara
: beritahu hasil
pemeriksaan ibu, kaji kesiapan mental ibu,
lakukan inform consent, anjurkan ibu
untuk mengosongkan kandung kemihnya,
pasca
pemasangan
IUD tidak dianjurkan untuk diberikan
terapi berupa amoxicillin. Sehingga pasca
pemasangan IUD hanya diberikan KIE
tentang
personal
hygiene
untuk
mengurangi angka kejadian infeksi.
siapkan alat IUD, lakukan pemasangan
IUD, ajarkan ibu memeriksa benang IUD,
anjurkan pada ibu untuk menunggu 15
menit
setelahpemasangan IUD, beritahu
ibu untuk senantiasa menjaga kebersihan
genetalianya, beri terapi amoxicillin dan
asammefenamat, anjurkan pada ibu untuk
kontrol apabila terjadi keluhan, anjurkan
ibu untuk kunjungan ulang.
Menurut
perencanaan
pasca
Saifuddin
pemasangan
F. Pelaksanaan
Menurut Varney (2007) pada tahap ini
merupakan pelaksanaan dari asuhan yang
direncanakan secara efisien dan aman.
Menurut Saifuddin (2010) secara teori
pelaksanaan
yang
dilakukan
untuk
pelaksanaan KB IUD yaitu jelaskan hasil
pemeriksaan klien, kaji kesiapan mental
(2010),
IUD
ibu dengan menyampaikan akan merasa
sedikit sakit pada beberapa langkah waktu
dan hati-hati, mengajarkan ibu memeriksa
pemasangan, pastikan kandung kemih
benang IUD, menganjurkan pada ibu untuk
kosong, siapkan alat pemasangan IUD,
menunggu 15 menit setelah pemasangan
periksa
lakukan
IUD untuk mengamati bila terjadi rasa
pemeriksaan VT dan spekulum, lakukan
sakit pada perut, mual muntah atau indikasi
pemeriksaan
lakukan
lain yang memungkinkan IUD dicabut
pemeriksaan mikroskopis bila tersedia dan
kembali bila dengan analgesic rasa sakit
ada indikasi, masukkan lengan AKDR
tersebut tidak hilang, memberitahu ibu
Copper T 380 A di dalam kemasan
untuk
sterilnya, masukkan speculum dan usap
genetalianya, memberi terapi amoxicillin
vagina
500mg
genetalia
eksterna,
panggul,
dan serviks dengan larutan
antiseptik,
gunakan
tenakulum
untuk
senantiasa
menjaga
dan
kebersihan
asam
500mg,menganjurkan
mefenamat
ibu
untuk
menjepit serviks, masukkan sonde uterus,
melakukan
pasang IUD tipe Copper T 380A, buang
menganjurkan pada ibu untuk kontrol
bahan-bahan
apabila terjadi keluhan seperti nyeri perut
habis
pakai
yang
terkontaminasi sebelum melepas sarung
bagian
tangan, lakukan dekontaminasi alat-alat
banyak.
dan sarung tangan dengan segera setelah
kunjungan
bawah
Pada
dan
ulang,
pendarahan
pelaksanaan
yang
yang
dilakukan
dipakai, ajarkan pada klien cara memeriksa
terdapat kesenjangan yang terjadi yaitu
benang, minta klien untuk menunggu di
pada
klinik
dilakukan, karena tidak tersedianya alat
selama
15-30
menit
setelah
pemasangan.
secara
memberitahu
praktik
hasil
meliputi
pemeriksaan
:
ibu
dilakukannya
pemeriksaan
inform consent, menganjurkan ibu untuk
bakterial vaginosis.
kandung
panggul,
jamur,
trikomonas,
kemihnya,
mempersiapkan alat IUD, menyiapkan
pemasangan
mikroskopis
ialah untuk mengetahui ada tidaknya
radang
tempat
tidak
pemeriksaan mikroskopis serta tujuan dari
tentang kondisi ibu saat ini, melakukan
mengosongkan
mikroskopis
dan tidak ada indikasi untuk dilakukannya
Pada kasus Ny. S pelaksanaan yang
diberikan
pemeriksaan
(meja
Menurut Varney (2007) pada langkah
ibu,
terakhir untuk menilai keaktifan dari
melakukan pemasangan IUD dengan benar
rencana asuhan yang telah diberikan
gynekologi),
mengatur
IUD
G. Evaluasi
posisi
meliputi pemenuhan akan bantuan apakah
merupakan data yang akurat. Pada
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
pengkajian
kebutuhan dalam masalah dan diagnosa.
didapatkan kesenjangan karena hasil
Pada kasus Ny. S Akseptor baru
KB IUD tipe Copper T 380A di peroleh
hasil evaluasi yang dijabarkan dalam
pelaksanaan,
di
mana
hasil
evaluasi
data
pemeriksaan
obyektif
tidak
tidak
ditemukan
kontraindikasi pada Ny. S.
2. Interpretasi data.
Pada langkah
ini
penulis dapat
tersebut adalah kasus pada Ny. S sudah
menegakkan
teratasi
yaitu P2A0,umur 26 tahun akseptor
dengan
ditandai
ibu
sudah
terpasang KB IUD tipe Copper T 380 A.
Menurut Muslihatun (2009) pada
diagnosa
kebidanan
Baru KB IUD, kebutuhan KIE IUD.
3. Diagnosa potensial
dan Tindakan
langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan
Antisipasi.
dari
meliputi
Pada kasus Ny. S tidak muncul
bantuan
diagnosa potensial karena tidak ada
sesuai
data subjektif dan data objektif yang
asuhan
pemenuhan
apakah
yang diberikan
kebutuhan
benar-benar
akan
terpenuhi
dengan kebutuhan sebagai mana telah
mendukung
diidentifikasi di dalam diagnosa potensial.
potensial.
Pada kasus Ny. S akseptor baru KB
munculnya
diagnosa
4. Identifikasi Penanganan Segera.
IUD tipe Copper T 380A di peroleh hasil
Pada kasus Ny. S kebutuhan terhadap
evaluasi setelah pemasangan dan dua kali
tindakan segera tidak dilakukan karena
kunjungan ibu tidak mengalami keluhan
tidak ada diagnosa potensial.
apapun atau kondisi ibu dalam keadaan
5. Intervensi.
baik. Sehingga dalam evaluasi tidak terjadi
Merencanakan asuhan
kebidanan
kesenjangan antara teori dan praktik.
sesuai dengan interpretasi data yang
muncul. Kesenjangan pada langkah
ini
Simpulan
1. Pengkajian.
adalah
pemberian
terapi
amoxicillin dan asam mefenamat.
Pada langkah ini penulis mampu
melakukan pengkajian data objektif
6. Implementasi
secara mandiri. Pada pengkajian data
Asuhan
kebidanan
subektif tidak ditemukan kesenjangan
dilaksanakan
secara
karena
pada Ny. S sesuai rencana asuhan
data
yang
didapatkan
sudah
komperhensif
yang telah disusun. Kesenjangan yang
3. Bagi penulis
terjadi dalam penapisan awal yaitu
Diharapkan
tidak
meningkatkan
dilakukannya
pemeriksaan
dapat menerapkan dan
pengetahuan
tentang
mikroskopis yang berfungsi untuk
asuhan kebidanan pada akseptor baru
mengetahui
KB IUD yang benar sesuai dengan
ada
tidaknya
radang
panggul, jamur, trikomonas, bakterial
teori-teori
vaginosis.
penulis
7. Evaluasi
Evaluasi
dan
peroleh
keterampilan
selama
yang
mengikuti
pendidikan dimasa perkuliahan.
sudah
dilaksanakan
baik
proses maupun hasil.
4. Bagi masyarakat dan Akseptor Baru
Membantu meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman masyarakat dalam
menggunakan alat kontrasepsi IUD.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas perlu
Bagi Akseptor Baru KB IUD sebagai
adanya upaya untuk meningkatkan pelayanan
informasi
lebih
bertujuan untuk menambah wawasan
baik,
oleh
karena
itu
penulis
memberikan Saran sebagai berikut:
akseptor
1. Bagi Bidan.
Bidan
dan
baru
pengetahuan
pasca
yang
dilakukannya
pemasangan.
lebih
meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilannya serta
selalu mengikuti perkembangan dan
khususnya pada Akseptor Baru KB
IUD Sehingga di harapkan
dapat
bidan
melakukan Asuhan Kebidanan
sesuai dengan Standar.
pengetahuan
dalam
melakukan asuhan kebidanan pada
Akseptor Baru KB
mengevaluasi
Arum, DNS, Sujiyatini. 2009.
Panduan
Lengkap Pelayanan KB Terkini.
Cetakan ketiga. Yogjakarta: Nuha
Medika.
Hartanto. 2013. Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
2. Bagi institusi.
Menambah
Daftar Pustakan
IUD
sejauh
dan
mana
____________. 2015. Profil Kesehatan Kota
Semarang 2013. [Diakses tanggal 5
Desember
2015].
Didapat
dari
http://www.profilkesehatankotasemara
ng 2013.gp.id.
Mahasiswa dapat menerapkan asuhan
kebidanan pada pasien Akseptor Baru
KB IUD.
____________. 2015. Profil Kesehatan Kota
Semarang 2013. [Diakses tanggal 5
Desember
2015].
Didapat
dari
http://www.profilkesehatankotasemara
ng 2013.gp.id
Keputusan Menteri Kesehatan
Indonesia
369/MENKES/SK/III/2007
Standart Profesi Bidan.
Republik
Nomor
Tentang
Manuaba. 2011. Kesehatan Reproduksi untuk
Mahasiswa Bidan. Jakarta: EGC.
Pinem
dkk. 2009. Pelayanan Keluarga
Berencana & Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: Trans Info Media.
Rohmawati, E; Suprapti; dkk, Perbedaan
Pengetahuan Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan
Tentang
Kontrasepi
Implan, Semarang : Jurnal Kesehatan
[Diakses tanggal 11 Desember 2014].
Saifuddin, A.B.
2010. Buku Panduan
Praktis
Pelayanan
Kontrasepsi.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Sulistyawati, Ari. 2011. Asuhan Kebidanan
Pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Volume 2. Jakarta: EGC.
Download