PENDAHULUAN Latar Belakang Dengan semakin meningkatnya pendapatan dan perubahan gaya hidup sebagian masyarakat serta munculnya berbagai industri pangan maupun non pangan, telah memberikan dampak yang nyata terhadap tingkat dan kondisi kesehatan manusia, lebih-lebih karena masalah gizi yang tidak seimbang. Berbagai upaya telah banyak dilakukan oleh pakar-pakar kesehatan dunia untuk mengatasi atau mencegah timbulnya berbagai penyakit degeneratif. Saat ini ada kecenderungan pencegahan penyakit degeneratif dengan melihat akibat timbulnya penyakit tersebut, sedangkan penyebab timbulnya penyakit tersebut belum pernah diungkapkan. Antioksidan dengan berat molekul rendah bentuk tunggal dalam jumlah banyak akan memberikan pengaruh yang kurang baik dibandingkan dengan antioksidan yang beragam. Biji-bijian ternyata kaya akan antioksidan berat molekul rendah, namun antioksidan tersebut masih dalam bentuk terikat satu dengan yang lain, yang berarti tidak dalam bentuk bebas (terpolimerisasi), sehingga bila dikosumsi tidak dapat menunjukkan potensinya secara efektif dalam menangkal radikal bebas. Melalui proses pemasakan yang sesuai dan fermentasi diduga antioksidan terpolimerisasi tersebut bisa lepas dan bergerak bebas, sehingga mudah diserap oleh tubuh, pemanfaatannya lebih maksimal. Tanpa disadari radikal bebas sebagai senyawa reaktif yang dihasilkan dari makanan, polusi udara, enersi solar, bahan kimia yang terkandung di dalam bahan pangan baik secara alami maupun yang sengaja ditambahkan, pemaparan dan 1 Universitas Sumatera Utara penggunaan secara berlebihan dapat menghasilkan radikal bebas yang berbahaya bagi manusia. Anti oksidan yang terkandung di dalam biji-bijian (kedelai, jagung dan dedak padi) diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam menurunkan jumlah radikal bebas yang terbentuk di dalam bahan pangan maupun di dalam tubuh. Pada era globalisasi dan adanya krisis moneter yang berkepanjangan, berdampak pada kenaikan harga bahan pangan dan harga obat-obatan sintetik yang relatif sangat tinggi, sehingga masyarakat beralih pada pemanfaatan obat alternatif yaitu senyawa fitokimia tumbuhan yang saat ini telah banyak beredar di pasaran, seperti jamu, minuman atau makanan fungsional maupun dalam bentuk supplemen. Kedelai yang selama ini digunakan sebagai bahan baku tempe, ternyata mengandung komponen bioaktif yang memiliki aktifitas antioksidan yang potensial. Begitu juga sayuran, buah-buahan maupun bubuk teh banyak mengandung antioksidan. Dari daftar komposisi pangan Indonesia tertera data mengenai kadar karoten total dan kadar asam askobat dalam berbagai macam sayuran, tetapi tidak terdapat data mengenai kadar antioksidan lain seperti senyawa fenolik, tokoferol, flavonoid, vitamin B2, dan katekin. Beberapa penelitian mengenai antioksidan alami yang telah dilakukan di Indonesia terutama yang berasal dari rempah-rempah sedangkan dari biji-bijian belum pernah diteliti. Tempe berpotensi sebagai sumber antioksidan yang dapat melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker). Universitas Sumatera Utara Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi. Komposisi gizi tempe yaitu kadar protein, lemak, dan karbohidratnya memiliki nilai biologis yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai, karena aktivitas enzim yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh. Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis. Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung perut). Jagung merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Jagung juga mengandung lignin estrogen tanaman, asam fitat, saponin, fitosterol, tokotrienol, adanya senyawa-senyawa fenol yang berpengaruh positif bagi kesehatan. Jagung mengandung lutein, merupakan antioksidan yang sangat kuat. Selain itu jagung merupakan sumber asam folat, mengandung sedikit likopen yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kesehatan sel. Bukan itu saja, jagung memiliki 2 jenis asam amino yang sangat diperlukan tubuh, yaitu lisin dan triptofan. Bila jagung dikonsumsi Universitas Sumatera Utara dengan tumbuhan polong lainnya, misalnya kacang hijau, kedelai maka jagung akan menyediakan protein lengkap. Begitu juga dedak merupakan hasil limbah dari penggilingan padi yang banyak mengandung protein, lemak, serta kasar. Kandungan protein dedak padi lebih tinggi dibandingkan dengan jagung. Dedak padi kaya akan thiamin dan niasin. Dari beberapa kesimpulan diatas dan di lihat dari segi komposisi gizi yang terkandung di setiap biji-bijian tersebut, sehingga penulis menyatukan ketiga bahan tersebut menjadi suatu produk yang memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi. Penulis berharap produk yang dihasilkan lebih memiliki antioksidan yang berguna bagi kesehatan. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian tentang pembuatan tempe dari kacang kedelai, jagung dan dedak padi serta memperhatikan pengaruh aktivitas antioksidan yang dilakukan dengan judul penelitian “Studi Aktivitas Antioksidan pada Pembuatan Tempe dari Kacang Kedelai, Jagung dan Dedak Padi”. Tujuan Penelitian Mempelajari potensi kedelai, jagung dan dedak padi dalam bentuk tempe sebagai sumber antioksidan. Selain itu memberikan informasi ilmiah tentang manfaat biji-bijian yang mengandung antioksidan yang berguna untuk kesehatan. Kegunaan Penelitian Untuk memperoleh data dalam penulisan skripsi pada Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Sebagai Universitas Sumatera Utara sumber informasi tentang biji-bijian yang memiliki aktivitas antioksidan pada tempe dari kedelai, jagung dan dedak padi. Hipotesa Penelitian Adanya pengaruh jumlah perbandingan kedelai dan jagung, konsentrasi dedak padi dan interaksi antara jumlah perbandingan kedelai dan jagung dengan konsentrasi dedak padi pada pembuatan tempe. Universitas Sumatera Utara