KEPUASAN PELAYANAN PASPOR DI KANTOR IMIGRASI KELAS SATU KHUSUS JAKARTA SELATAN TAHUN 2012 Baginda Jaya Rahmat Aidhil Subur dan Drs. Kusnar Budi, M.Bus. Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui baik atau buruknya pelayanan paspor di Kantor Imigrasi Jakarta Selatan. Kepuasan pemohon paspor di jadikan variabel puas atau tidak puas nya pelayanan di Kantor Imigrasi Kelas 1 Khusus Jakarta Selatan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survei yang menggunakan teknik accidental sampling terhadap seluruh pemohon paspor yang datang ke Kantor Imigrasi Jakarta Selatan yang berjumlah 150 responden. Model SERVQUAL dari parasurahman dan berry dijadikan model untuk meng analisis penelitian ini, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan di imigrasi sudah dinyatakan puas tetapi tetap masih harus ada peningkatan dan perbaikan di beberapa sektor pelayanannya Kata Kunci : Pelayanan, Kepuasan dan Paspor. This study, learn about service and customers satisfaction to make the variables that influence customer satisfaction in South Jakarta Imigration. This study aims to determine the extent of the immigration service in south jakarta. by used the quantitative approach plus a survey method that uses accidental sampling technique for all the customers who come to jakarta immigration totaling 150 respondents. SERVQUAL teori by parasurahman and berry being the method for this study, results showed that the immigration ministry has stated quite satisfactory but still there should be an increase and improvement in some services sectors Key words: Services, Satisfaction and Passport. 1. Pendahuluan Setiap orang selalu memerlukan beragam barang dan jasa baik yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta (Suryono: 2001). Produk barang atau jasa yang disediakan oleh pemerintah sebagai bentuk pelayanan publik (public goods) beberapa diantaranya adalah Kepuasan pelayanan..., Baginda Jaya Rahmat Aidhil Subur, FISIP UI, 2013. pelayanan keamanan, pelayanan identitas diri seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Ijin Mengemudi (SIM), akta tanah, pelayanan listrik, pelayanan pendidikan, kesehatan, pelayanan keimigrasian dan sebagainya. Dewasa ini tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan publik yang baik semakin meningkat. Hal ini terjadi karena adanya kemajuan teknologi serta hasil dari demokratisasi di Indonesia. Era demokrasi saat ini dalam kenyataannya menunjukan kondisi pelayanan publik di Indonesia dinilai belum memenuhi harapan masyarakat (www.detik.com 2010). Paradigma tersebut tercermin dalam sistem dan perilaku birokrasi pelayanan publik yang memperlihatkan sebagai model organisasi yang tidak efisien dan tidak efektif, minim akuntabilitas serta tidak berorientasi kepada masyarakat sebagai konsumen yang dilayaninya. Meskipun demikian, pada kenyataannya di Indonesia sudah banyak produk peraturan perundangan yang dikeluarkan guna menjadikan pelayanan publik menjadi baik dan melindungi konsumen, namun masih sekedar menjadi tumpukan dokumen semata seperti tidak berguna (www.bappenas.go.id 2010). Reformasi birokrasi dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan pelayanan publik diarahkan untuk menciptakan kinerja birokrasi yang profesional. Birokrasi melakukan berbagai kegiatan perbaikan pelayanan yang diharapkan lebih berorientasi pada kepuasan pelanggan, yakni masyarakat pengguna jasa. Hal itu dapat dicapai apabila birokrasi pelayanan menempatkan masyarakat sebagai pengguna fokus utama jasa yang perlu dilayani dengan baik. Kepuasan masyarakat merupakan respon atas kesesuaian antara harapan yang diiginkan dengan hasil yang diperolehnya secara aktual selama pelayanan berlangsung (Osborne:1998) Sedangkan menurut Dwiyanto (2010), perbaikan pelayanan publik menjadi salah satu pelayanan publik yang belum terselesaikan sejak gerakan reformasi berhasil menggusur orde baru. Banyak perubahan telah dilakukan kecuali reformasi pelayanan publik. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk mendayagunakan aparatur negara sekiranya dapat bekerja dengan baik, menghindari berbagai penyimpangan yang terjadi dalam proses pelayanan terhadap masyarakat, sehingga pelayanan dapat berjalan dengan lancar dan memberikan kepuasan kepada masyarakat sebagai pelanggan. Salah satu pelayanan publik yang sering mendapat sorotan masyarakat adalah dalam hal pengurusan keimigrasian. Banyak sekali masalah yang terjadi, seperti mengenai lamanya proses pengurusan pelayanan paspor, serta banyaknya praktek percaloan yang dilakukan oleh oknum dari dalam maupun luar imigrasi. Permasalahan tersebut tentu sangat bertolak belakang dengan motto yang dianut oleh Direktorat Jendral keimigrasian "Sasanti Bhumi Kepuasan pelayanan..., Baginda Jaya Rahmat Aidhil Subur, FISIP UI, 2013. Pura Yakhsapurna Wibhawa" atau disebut dengan penjaga pintu yang berwibawa. Hal ini terkait dengan tugas keimigrasian yang menjaga dan mengawasi keluar masuk nya orang dari dan ke Indonesia masuknya Warga Negara Asing atau keluarnya Warga Negara Indonesia keluar negeri secara langsung maupun tidak langsung telah berperan dalam pembangunan nasional. Kantor Pelayanan Imigrasi sebagai lembaga penerbit Surat Perjalanan Republik Indonesia, atau yang biasa dikenal dengan paspor, memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan publik yang prima untuk masyarakat asing maupun masyarakat Indonesia. Dengan adanya peningkatan arus lalu lintas orang masuk dan keluar wilayah Indonesia, sesuai dengan Undang Undang Nomor 9 Tahun 1992 imigrasi di tuntut untuk meningkatkan pengelolaan administrasi Surat Perjalanan Republik Indonesia, memberikan kualitas pelayanan yang prima pada masyarakat baik asing maupun masyarakat dalam negeri (www.kompasonline.com 2012). Hal tersebut menjadi dasar peneliti untuk mengangkat tema mengenai permasalahan birokrasi public service pada kantor imigrasi kelas Satu khusus Jakarta Selatan. Pemilihan Kantor Imigrasi kelas Satu Khusus, didasari pertimbangan bahwa terdapat perbedaan-perbedaan di dalam kelas-kelas yang ada di imigrasi. Pada Imigrasi Kelas Satu, perbedaan terdapat pada kepala kantor yang tingkat eselonnya tinggi, lalu pada kelas Satu khusus maka bisa disebut sekelas direktur (yaitu lebih tinggi dari kepala kantor Imigrasi Kelas Satu) dan pada Kantor Imigrasi kelas Dua dan kelas Tiga maka kepala kantor yang pangkatnya (eselon) lebih rendah. Peneliti lebih memfokuskan pada Kantor Imigrasi kelas Satu khusus Jakarta Selatan karena status kantor yang besar dan adanya kemudahan akses, juga untuk meneliti lebih dalam terkait imigrasi Jakarta Selatan, yang merupakan kantor pelayanan kelas Satu terbesar di wilayah Jakarta, dan dapat dijadikan sebagai representasi bagi kantor imigrasi dari segi tampilan fisik gedung, yang besar, megah dan baik. Perkembangan yang terjadi dewasa ini menunjukan adanya peningkatan migrasi dari luar ke Indonesia dan dari indonesia keluar negeri. terkait dengan hal tersebut Indonesia sebagai negara berkembang memiliki pertumbuhan ekonomi yang meningkat dari 5,4% pada tahun 2010 menjadi sebesar 6,5% pada 2011 (www.bps.go.id 2012). Hal tersebut mencerminkan bahwa tingkat konsumsi masyarakat meningkat, salah satu konsumsi tersebut adalah melakukan perjalanan ke luar negeri, seperti yang di tunjukan dalam tabel dan grafik berikut ini. Kepuasan pelayanan..., Baginda Jaya Rahmat Aidhil Subur, FISIP UI, 2013. Tabel 1.1 Lalu-lintas Penerbangan Luar Negeri Indonesia tahun 2006-2010 Tahun Kunjungan Deskripsi Unit 2006 2007 2008 2009 2010 Berangkat Orang 5.672.214 6.581.348 7.297.757 8..016.229 9.465.611 Datang Orang 5.748.730 6.552.583 7.303.343 8.068.039 9.559.458 Transit Orang 277.033 236.943 251.374 229.027 219.789 Sumber: di Olah PT (persero) Angkasa Pura 1 dan Kementrian Perhubungan Berdasarkan tabel diatas, dapat di ketahui bahwa Warga Negara Indonesia yang keluar negeri meningkat. Wisatawan asing pun banyak yang mengunjungi Indonesia. Hal ini membuat kantor imigrasi sebagai pengurus administrasi harus melakukan pelayanan publik yang mendukung. Akan tetapi pada kenyataannya, pelayanan selama ini yang di dapat oleh masayarakat sering kali jauh dari harapan (www.bangkapos.com 2011). Pelayanan publik diinterpretasikan sebagai pelayanan yang lama dan berbelit-belit. Khususnya dalam public service berupa pelayanan paspor pada kantor imigrasi kelas Satu Khusus Jakarta Selatan, meskipun telah dilakukannya pengembangan fisik gedung dan penambahan pegawai sebagai bentuk pelayanan publik serta perubahan perilaku aparatur negara pada kantor imigrasi tersebut dapat dikatakan masih kurang baik (www.kompasonline.com 2012). Permasalahan tersebut memerlukan suatu intervensi pemerintah berupa kebijakan atau suatu langkah kongkrit sebagai bagian dari reformasi birokrasi agar pelayanan publik dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini menimbulkan pertanyaan penelitian yaitu apakah pemohon puas terhadap pelayanan paspor pada Kantor Imigrasi Kelas Satu Khusus Jakarta Selatan Tahun 2012? 2. Tinjauan Teoritis Penelitian mengenai kepuasan pelanggan dalam pelayanan kemigrasian sebelumnya telah dilakukan oleh Bunga Wulandari pada tahun 2005, dengan judul Kualitas Pelayan Paspor di Imigrasi Jakarta Timur. Dalam penelitiannya, tersebut indikator yang digunakan adalah dimensi Tangible, Realiability, Responsiveness, Assurance dan Empathy dan hanya terdapat satu variabel yaitu harapan yang diinginkan dan kenyataan yang diterima. Perbedaan utama antara penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan penelitiaan ini terletak pada perbedaan tahun serta posisi tempat pengambilan data skripsi. Kepuasan pelayanan..., Baginda Jaya Rahmat Aidhil Subur, FISIP UI, 2013. Penelitian yang berkaitan dengan kinerja imigrasi juga pernah dilakukan oleh Christo Nanda Himawan pada tahun 2011. Dengan mengambil judul Kinerja Pelayanan di Kantor Imigrasi Kelas I Tanjung Perak Surabaya. Persamaan antara penelitian yang dibuat oleh Christo dengan penelitian yang dibuat peneliti terletak pada pencarian tingkat kualitas pelayanan di kantor imigrasi terdiri dari faktor intrinsik pekerjaan, peran individu dalam organisasi, hubungan dalam pekerjaan, struktur dan iklim organisasi. Akan tetapi, populasi dan sampel yang digunakan oleh kedua peneliti berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti memakai teknik kajian literatur untuk menambahkan pola berpikir peneliti. Cara ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data serta informasi yang didapat dari laporan serta dokumen, penelitian-penelitian terdahulu mengenai buku-buku, serta sumber literatur lainnya. 2.1. Pengertian Pelayanan (Service) Menurut Tjiptono (2008:1) istilah service bisa diartikan sebagai melakukan sesuatu bagi orang lain, padanan kata service dalam Bahasa Indonesia yakni jasa, layanan, dan servis. Sebagai jasa, service umumnya mencerminkan produk tidak berwujud fisik (intangible) atau sektor industri spesifik, seperti pendidikan, kesehatan, telekomunikasi, transportasi, asuransi dan perbankan dll. Sebagai layanan, service menyiratkan segala sesuatu yang dilakukan pihak tertentu (individu ataupun kelompok) kepada pihak lain (individu ataupun kelompok). Contohnya adalah layanan pelanggan (customer service). Sementara sebagai servis, service lebih mengacu pada konteks reparasi misalnya servis peralatan elektronik. Pelayanan merupakan aktifitas manajeman yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan secara aktif dan dinamis, karena dalam pelayanan pada dasarnya manusialah yang menjadi sasaran, baik secara perorangan maupun berkelompok dalam bentuk badan atau organisasi di dalam beraktifitas terdapat suatu proses penggunaan akal pikiran, panca indra dan anggota badan dengan atau tanpa alat bantu yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Prosespemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain yang langsung oleh Moenir (2002:17) dinamakan pelayanan. Pengertian pelayanan menurut Groonroos (1990:27) yang didefenisikan sebagai: "A service is an activity or series of activities of more or less intangible nature that normally, but necessarily, take place in interaction between the customer and service employees and/or physical resources or good/ or systems of the service provider, with are provided as solution to customer problems." Kepuasan pelayanan..., Baginda Jaya Rahmat Aidhil Subur, FISIP UI, 2013. Hal tersebut dinyatakan bahwa sebuah pelayanan merupakan suatu aktifitas atau rangkaian aktifitas yang bersifat tak berwujud terjadi secara normal, tapi penting dalam interaksi antara pelanggan dan pemberi jasa dan/atau sumber daya fisik atau peralatan dan/atau sistem penyedia layanan, sebagai solusi masalah-masalah pelanggan. Dalam setiap pelayanan pasti melibatkan penyedia (pemberi) dan penerima layanan. Untuk layanan yang sifatnya barang keterlibatan penerima layanan relatif lebih kecil dibanding dengan layanan yang bersifat jasa, semakin layanan tersebut berbentuk jasa semakin banyak keterlibatan penerima jasa dalam proses pemberian layanan, namun pada umumnya dalam setiap layanan jasa juga terdapat barang atau benda yang menjadi bagian dari layanan jasa tersebut. Boediono (1999 : 60-63) mendefenisikan bahwa pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar tercipta kepuasan dan keberhasilan. Defenisi yang menekankan pada kepekaan dan hubungan interpersonal dari penyedia layanan akan menghasilkan pelayanan prima. Pelayanan prima merupakan pelayanan dengan nilai yang tinggi atau pelayanan yang bermutu, dimana tujuan dari pelayanan prima adalah: - Meningkatkan mutu dan produktifitas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah dibidang pelayanan umum; - Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan, sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara berdaya guna dan berhasil guna (efisien dan efektif) - Mendorong tumbuhnya kreatifitas, prakarsa dan peran serta masyarakat dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas. Kemudian Mckevitt (1998:36) menyatakan the key aspects of services bahwa aspek kunci dari pelayanan adalah sebagai berikut : a. Intangibility, suatu jasa mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dilihat, diraba, dicium, di dengar, dirasakan dan dinikmati sebelum dibeli oleh konsumen, barang merupakan suatu obyek yang dapat dimiliki sedangkan jasa adalah suatu perbuatan, kinerja (performance) atau usaha yang tidak dapat dimiliki, konsep intangible memiliki dua pengertian yaitu: o sesuatu yang tidak dapat disentuh atau yang tidak dapat dirasa sesuatu yang tidak mudah di defenisikan, diformulasikan atau dipahami; b. Heterogeneity, jasa senantiasa mengalami perubahan, tergantung dari siapa penyedia jasa, penerima jasa dan kondisi dimana jasa tersebut diberikan; Kepuasan pelayanan..., Baginda Jaya Rahmat Aidhil Subur, FISIP UI, 2013. c. Simultaneus Production and comsumtion, pada umumnya jasa diproduksi (dihasilkan) dan dirasakan pada waktu bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk diserahkan kepada pihak lain, maka ia akan tetap merupakan bagian dari jasa tersebut; d. Lack of ownership, jasa yang dihasilkan tidak dapat dimiliki namun hanya dapat dirasakan; e. Perishability, daya tahan suatu jasa tergantung suatu situasi yang diciptakan oleh beberapa faktor. Mengutip Kotler (1990:50), Tjiptono(2008:136)menyebutkan dan menjelaskan beberapa karakteristik pelayanan meliputi: Intangibility, artinya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicim atau didengar sebelumnya, konsep ini memiliki dua pengertian yaitu sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa. Pelayanan Publik 2.2. Pengertian pelayanan publik seperti diutarakan Sinambela (2008:5) adalah pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Sehingga pelayanan Publik adalah Pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh peyelenggara negara. Negara didirikan oleh publik (masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Negara dalam hal ini pemerintah haruslah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sebagaimana diutarakan oleh Mckevit(1998:9) yang disebut the core of pubilc service terdapat empat pelayanan publik inti yang meliputi : - Pelayanan kesehatan (health); - Pelayanan pendidikan (education); - Pelayanan kesejahteraan (welfare); - Pelayanan Keamanan (security). Moenir(2002:88)menyatakan dalam pelayanan umum terdafat beberapa faktor yang penting yaitu : a) Faktor kesadaran para pejabat serta petugas yang berkecimpung dalam pelyanan umum; b) Faktor aturan yang menjadi landasan kerja pelayan ; c) Faktor organisasi yang merupakan alat serta sistem yang memungkinkan berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan; Kepuasan pelayanan..., Baginda Jaya Rahmat Aidhil Subur, FISIP UI, 2013. d) Faktor pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum; e) Faktor keterampilan petugas; f) Faktor sarana dalam pelaksanaan tugas pelayanan. Keenam faktor ini masing-masing mempunyai peranan yang berbeda tetapi saling berpengaruh dan secara bersama-sama akan mewujudkan pelaksanaan pelayanan secara baik berupa pelayanan verbal, pelayanan tertulis atau pelayanan dalam bentuk gerakan/tindakan dengan atau tanpa peralatan. Dalam pemerintahan yang baik masyarakat hendakanya mendapatkan pelayanan terbaik, sebagai bentuk konkrit dari tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dengan melakukan prinsip-prinnsip seperti yang diutarakan oleh Skelcher (1992:4)mengungkapkan tujuh prinsip dalam pelayanan kepada masyarakat yang juga dikenal dengan “Citizen’s Charter” dibuat pada masa pemerintahan perdana menteri Jhon Mayor di Inggris yaitu: 1) Standard, yaitu adanya kejelasan secara eksplisit mengenai tingkat pelayanan, yang didalamnya termasuk sikap pegawai dalam melayani; 2) Openness, yaitu menjelaskan bagaimana pelayanan masyarakat dilaksanakan, berapa biayanya dan apakah suatu pelayanan sudah sesuai dengan standar yang ditentukan; 3) Information, yaitu informasi yang menyeluruh dan mudah dimengerti tentang suatu pelayanan; 4) Choise, yaitu memberikan konsultasi dan pilihan kepada masyarakat sepanjang diperlukan; 5) Non Discrimination, pelayanan diberikan tanpa membedakan ras, suku, agama, golongan dan jenis kelamin ; 6) Accessibility, pemberian pelayanan harus mampu menyenangkan pelanggan/memberikan kepuasan kepada pelanggan; 7) Redress, adanya saluran publikasi yang baik dan prosedur penyampaian komplain yang mudah 3. Hasil dan Pembahasan Penelitian Berikut merupakan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, yaitu : Tabel 3.1 Rekapitulasi Dimensi Tangible Kepuasan pelayanan..., Baginda Jaya Rahmat Aidhil Subur, FISIP UI, 2013. Frekuensi Persen Valid Persen Jumlah Persen Puas 76 52,3 52,3 52,3 Tidak puas 70 47,7 47,7 100,0 Jumlah 146 100,0 100,0 100,0 Sumber : Hasil Olahan peneliti (2012) Dari tabel diatas diperoleh jawaban responden yang menjawab puas di lima pertanyaan dimensi tangible adalah sebesar 52,3% atau memiliki nilai frekuensi 76 responden, dan 47,7% setara dengan rekapitulasi nilai frekuensi 70 responden yang menyatakan tidak puas. Berdasarkan hasil tersebut, dalam dimensi tangible ini mayoritas responden menyatakan puas. mayoritas responden yang menyatakan puas karena merasa gedung imigrasi yang telah di Renovasi dibilang menolong atas segala kekurangan yang lain dalam hal ini mereka membandingkan dengan beberapa imigrasi lain, tetapi dalam menjawab tidak puas responden-responden tersebut mengeluhkan masalah seperti tempat parkir dan toilet kurang. Tabel 3.2 Rekapitulasi Dimensi Realiability Frekuensi Persen Valid Persen Jumlah Persen Puas 72 49,3 49,7 49,7 Tidak puas 74 50,7 50,3 100,0 Jumlah 146 100,0 100,0 100,0 Sumber : Hasil Olahan peneliti (2012) Dari tabel diatas diperoleh rata-rata jawaban responden yang menjawab puas di lima pertanyaan dimensi reliability adalah sebesar 49,3% atau nilai frekuensi 72, dan 50,7% atau nilai frekuensi 74 yang menyatakan tidak puas. Berdasarkan hasil tersebut, dalam dimensi reliability ini mayoritas responden menyatakan tidak puas. mayoritas responden yang menyatakan tidak puas karena masih banyak nya praktek percaloan yang terjadi di Kanim Jaksel, para pemohon masih harus mengantri dengan para calo tersebut masalah paling banyak berada di dalam antrian, antrian untuk pemotretan dan wawancara adalah yang masih menjadi keluhan, karena pada saat itu para calo dengan pemohon yang mereka bawa Kepuasan pelayanan..., Baginda Jaya Rahmat Aidhil Subur, FISIP UI, 2013. (customer dari calo tersebut) mendapatkan keuntungan lebih yaitu bisa lebih cepat dalam antrian, untuk yang menyatakan puas maka kebanyakan mereka tahun kondisi Kanim Jaksel yang lama dan bila di bandingkan dengan Kanim lain kondisi Kanim Jaksel salah satu yang terbaik karena masih mengakomodir para pemohon yang mau mengurus paspornya sendiri, karena dulunya hampir-hampir tidak bisa atau sangat sulit. Tabel 3.3 Rekapitulasi Responsiveness Frekuensi Persen Valid Persen Jumlah Persen Puas 84 57,8 57,8 57,8 Tidak puas 62 42,2 42,2 100,0 Jumlah 146 100,0 100,0 100,0 Sumber: Hasil olahan peneliti (2012) Dari tabel diatas diperoleh rata-rata jawaban responden yang menjawab puas di lima pertanyaan dimensi responsiveness adalah sebesar 57,8% atau nilai frekuensi 84, dan 42,4% atau nilai frekuensi 62 yang menyatakan tidak puas. Berdasarkan hasil tersebut, dalam dimensi ini mayoritas responden menyatakan puas. mayoritas responden yang menyatakan puas terhadap dimensi ini adalah responden masih mendapat perhatian dari para petugas imigrasi dalam hal ini Kanim jaksel masih mendukung praktek Percaloan tetapi dalam profesionalisme pegawai, para petugas kantor imigrasi bekerja dengan baik mereka cepat tanggap dalam menyelesaikan masalah-masalah pemohon dan memberikan tanggapan yang bagus semisal mendahulukan orang hamil, dan Lansia jadi mayoritas orang yang melihat tindakan dari para petugas Kanim jaksel mengganggap kanim jaksel memuaskan. Tabel 3.4 Rekapitulasi assurance Frekuensi Persen Valid Persen Jumlah Persen Puas 87 59,7 59,7 59,7 Tidak puas 59 40,3 40,3 100,0 Jumlah 146 100,0 100,0 100,0 Sumber : Hasil olahan peneliti (2012) Kepuasan pelayanan..., Baginda Jaya Rahmat Aidhil Subur, FISIP UI, 2013. Dari tabel diatas diperoleh jawaban responden yang menjawab puas di lima pertanyaan dimensi assurance ini adalah sebesar 59,7% atau memiliki nilai frekuensi 87, dan 40,3% atau memiliki nilai frekuensi 59 yang menyatakan tidak puas. Berdasarkan hasil tersebut, dalam dimensi assurance ini mayoritas responden menyatakan puas. para Responden puas terhadap dimensi Assurance ini karena para petugas dianggap mempunyai keahlian dibidangnya karena memang imigrasi adalah bidang mereka, disamping itu karena pelatihan dari Imigrasi maka setiap petugas kantor imigrasi harus mempunya kecakapan dibidang nya dan rotasi pegawai setiap tahun mengharuskan mereka untuk mengusasai semua tugas-tugas di kanim Jaksel lalu para petugas dapat menjamin keaslian dari paspornya dan apabila terjadi kesalahan pada penulisan paspor para petugas bisa memberikan solusi dari hal tersebut. Tabel 3.5 Rekapitulasi Dimensi empathy Frekuensi Persen Valid Persen Jumlah Persen Puas 72 49,3 49,3 49,3 Tidak puas 74 50,7 50,7 100,0 Jumlah 146 100,0 100,0 100,0 Sumber : Hasil olahan peneliti (2012) Dari tabel diatas diperoleh jawaban responden yang menjawab puas di lima pertanyaan dimensi empathy ini adalah sebesar 49,3% atau memiliki nilai frekuensi 73, dan 50,7% atau memiliki nilai frekuensi 74 yang menyatakan tidak puas. Berdasarkan hasil tersebut, dalam dimensi emphaty ini mayoritas responden menyatakan tidak puas. dari hal empathy tersebut terdapat banyak masalah yang terjadi di kanim jaksel seperti masih ada praktek percaloan baik dari dalam maupun dari luar Kanim lalu ada pula masalah seperti lama nya antrian dan lain-lain mengakibatkan dimensi empathy banyak yang menyatakan tidak puas. Kepuasan pelayanan..., Baginda Jaya Rahmat Aidhil Subur, FISIP UI, 2013. Tabel 3.6 Rekapitulasi variabel Kepuasan Frekuensi Persen Valid Persen Jumlah Persen Puas 78 53,4 53,4 53,4 Tidak puas 68 46,6 46,6 100,0 Jumlah 146 100,0 100,0 100,0 Sumber : Hasil olahan peneliti (2012) Dari tabel diatas diperoleh jawaban responden untuk kepuasan pemohon yang mengajukan paspor pada Kantor Imigrasi Kelas 1 Jakarta Selatan adalah sebesar 78 responden atau 53,4% dari total responden yang menyatakan puas sedangkan 68 responden atau sekitar 46,6% menyatakan tidak puas. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut (dengan total 146 responden), maka pelayanan paspor di Kantor Imigrasi Jakarta Selatan memuaskan. Daftar Referensi Albrecht Carl (1997) 14The Only Thing That Matters New York : Harper Busines A, Martila and John C.James, (1997).Importance-Performance Analysis John The Free Press. New York: A.S. Moenir.(2002). Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara Bailey, K.D. (1994). Methods of social research. (4th ed.). New York: The Free Press. Gronroos Christian (1990) Service management and marketing: Managing the moments of truth in service competition, Lexington, MA:Lexington Books B. Boediono.( 1999). Pelayanan prima, Jakarta:Yayasan kawula Indonesia Christian Groonroos. 1990. Service Management and Marketing, Managing The Moments of truth in service Competition, Massachusset/Toronto: Lexington book. Chris Skelcher.( 1992). Managing For Service Quality, London : Longman Group UK. Lpd. David Osborne, Ted Gaebler.( 2000). Mewirusahakan Birokrasi (Reinventing Government), Jakarta: PT. Pustaka Binanam presindo:terjemahan Abdul Rosyid, Davit Mckevit.( 1998).Managing Core Public Service, Massachusetts : Blackwel Publishers Inc Kepuasan pelayanan..., Baginda Jaya Rahmat Aidhil Subur, FISIP UI, 2013. Dwiyanto Agus (2010) Manajemen Pelayanan Publik: pedulu, inklusif, dan Kolaboratif Yogyakarta UGM press Endar Sugiarto. (1999). Psikologi Pelayanan dalam Industri Jasa, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka A. Patra M. Zen, Hamidi J, Leksono SP, Alamsyah Ahmad (2006) Pelayanan Publik Bukan Untuk Publik Malang: malang corruption watch Irawan Prasetya (2007) .Penelitian Kualitataif dan Kuantitatif untuk ilmu-ilmu sosial depok adm fisip Loverlock, Christoper H. (1992) Managing Service. New Jersey : Prentice Hall, Englewood Cliff Lovelock Christopher H dan Laur K Wright terj Agus Widyantoro dan tim (2005) manajemen pemasaran jasa, Jakarta: pt indek kelompok gramedia Lijan Poltak Sinambela. (2008). Reformasi Pelayanan Publik, teori, kebijakan dan implementasi, Jakarta:Bumi Aksara, Macaulay Steve dan Sarah Cook terj Yoshua I Sambodo(1997) how to improve your customer service, Jakarta: pt gramedia pustaka N.M. Nasution.(2001). Manajemen Mutu Terpadu, Jakarta:Ghalia Indonesia. hlm. Neuman Lawrence (2003). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches Boston: pearson education inc Oliver L Richard (1997). Satisfaction A Behavioral Perspective On the Cunsumer New York : The Mc Graw-Hill Osborne, David, and Plastrik, Peter. (1998). Banashing Bureaucracy : The Five Strategis for Reiventing Goverment. New York : Plume Philip Kotler.( 1994) Marketing Management: Analisis Planning, Implementation and Control , 8th ed Engglewood Cliffs, N.J, : Prentice-Hall International .Inc Prasetyo bambang dan Miftahul Jannah Lina (2006). metode penelitian kuantitatif teori dan aplikasi Jakarta: pt raja grafindo Simamora Bilson (2004). panduan riset perilaku konsumen, Jakarta: Gramedia pustaka utama Stamatis, D. H. (1996). Total Quality Service : Principles Practice & Implementation. Singapore : SS Mubaruk & Brother Pte, Ltc. Sugiono (2002). Metode Penelitian Administrasi Bandung : CV Alfabeta Supranto, J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikan Pangsa Pasar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Suryono Agus , (2001), Teori Dan Isu Pembangunan, Malang :UM Press, Tjiptono, Fandi. (2002). Manajemen Jasa. Yogyakarta : Penerit Andi. Tjiptono Fandy. (2008). Service Management mewujudkan layanan prima, Yogyakarta: Andi Kepuasan pelayanan..., Baginda Jaya Rahmat Aidhil Subur, FISIP UI, 2013. Tjiptono Fandy. (2008). Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Andi Yogyakarta, Edisi ketiga Valarie A. Zeithaml, A.Parasuraman, Leonard L. Berry.( 1990). Delivering Quality Service Balancing Costumer Perception And Expectation, New York: The Free Press, Vincent Gaspersz.( 2002). Manajemen Kualitas Dalam Industri Jasa, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Zeithaml, Velarie A, Parasuraman A, Berry Leonard L. 1990 Delivering Quality Service: Balancing Customer Perceptions and Expectations New York : The Tree Press Kepuasan pelayanan..., Baginda Jaya Rahmat Aidhil Subur, FISIP UI, 2013.