BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Strategi Pemasaran Jantung dari strategi pemasaran strategis modern dapat diterapkan sebagai pemasaran STP yaitu segmenting (segmentasi), targeting (penentuan target pasar), dan positioning (penentuan posisi pasar). Pemasaran sasaran mencakup tiga langkah pokok. Langkah pertama adalah segmentasi pasar, yaitu usaha pemisahan pasar pada kelompok-kelompok pembeli menurut jenis-jenis produk tertentu dan yang memerlukan bauran pemasaran tersendiri. Langkah kedua adalah menetapkan sasaran (market targeting) pasar, yang berisi kegiatan menilai dan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasukinya. Penempatan produk (product positioning) merupakan langkah ketiga dan mencakup bauran pemasaran yang terperinci (Kotler,2004). Terdapat empat segmentasi pasar yang dapat dilakukan, yaitu segementasi geografis seperti pemisahan kota, pedesaan, dan lain-lain, kedua adalah segmentasi demografis, yang memisahkan umur, jenis kelamin, dan lain-lain, yang ketiga adalah segmentasi psikografis, yang memisahkan kelas social, gaya hidup, dan lain-lain, dan yang terakhir adalah segmentasi perilaku yang memisahkan kesempatan penggunaan, manfaat yang dicari, status pemakai dan lain-lain. Diantara keempat segementasi 18 diatas segmentasi demografis adalah yang paling banyak digunakan pada saat pengelompokkan konsumen. Alasannya karena segmentasi demografis lebih mudah diukur daripada variable segmentasi yang lain. Pada penentuan target pasar perusahaan (targeting) sekarang harus memutuskan mana dan berapa banyak segmen yang akan dimasuki. Disini perusahaan dapat mempertimbangkan lima pola peliputan pasar : 1. Konsentrasi pada segmen tunggal. Pada kasus yang paling sederhana, perusahaan memilih unutk berkonsentrasi pada sebuah segmen tunggal. Perusahaan ini mungkin memiliki kesesuaian alami dengan persyaratan sukses dalam segemen ini, dana yang sangat terbatas, tidak ada pesaing, atau mungkin merupakan segmen yang tepat sebagai landasan untuk ekspansi ke segmen lain. Contoh Volkswagen yang memusatkan diri pada pasar mobil kecil, Hewlwtt Packard yang memusatkan pada kalkulator berharga tinggi. 2. Spesialisasi selektif. Di sini perusahaan memilih sejumlah segmen, yang masingmasing secara obyektif menarik dan sesuai bagi tujuan dan sumber daya perusahaan. Mungkin tidak ada atau kecil sekali sinergi diantara segmen-segmen tersebut, tetapi masing-masing segmen menjanjikan uang yang banyak. 3. Spesialisasi produk. Di sini perusahaan memusatkan diri dalam pembuatan suatu produk tertentu yang dijualnya kepada beragam kelompok pelanggan. Contohnya adalah produsen mikroskop yang menjual mikroskop kepada laboratorium universitas , laboratorium pemerintah dan laboratorium komersial. 19 4. Spesialisasi pasar. Di sini perusahaan memusatkan diri untuk melayani berbagai kebutuhan dari suatu kelompok pelanggan terntentu. Contohnya adaah sebuah perusahaan yang menyediakan serangkaian produk untuk laboratorium universitas, meliputi mikroskop, osiloskop, pembakar Bunsen, dll. Perusahaan ini memperoleh reputasi kuat karena mengkhususkan diri dalam melayani kelompok pelanggan ini dan menjadi agen penyalur untuk semua produk baru yang dapat digunakan oleh kelompok pelanggan yang bersangkutan. 5. Peliputan pasar secara penuh. Di sini perusahaan berusaha melayani semua kelompok pelanggan dengan semua produk yang mungkin dibutuhkan. Hanya perusahaan besar yang dapat menerapkan strategi peliputan pasar secara penuh, contohnya adalah IBM (pasar computer), General Motor (pasar kendaraan), dan Coca cola (pasar minuman). Apa yang sesungguhnya dimaksud dengan strategi penempatan produk sesungguhnya adalah persepsi atau tanggapan konsumen mengenai posisi yang dipegang oleh setiap produk dipasar. Pada hakikatnya yang dimaksud dengan penempatan atau positioning adalah tindakan merancang produk, dan bauran pemasaran agar dapat tercipta kesan tertentu diingatan konsumen, sehingga dengan demikian konsumen segmen memahami dan menghargai apa yang dilakukan perusahaan dalam kaitannya dengan para pesaingnya. Tugas penentuan posisi meliputi tiga langkah : mengenali seperangkat keunggulan bersaing yang dapat dimanfaatkan, memilih keunggulan bersaing yang tepat dan secara efektif memberikan isyarat kepada pasar tentang konsep penentuan posisi perusahaan 20 2.1.2 Perkembangan Positioning Positioning pada awalnya diartikan sebagai “ apa yang dilakukan advertensi pada produk”. Nilai atau ide yang dikomunikasikan advertensi diterjemahkan pada posisi produk di pasar. Dalam kategori barang-barang kemasan, produk positioning adalah ringkasan tertulis dari bentuk produk, ukuran kemasan dan harga dibandingkan dengan kompetisi, dengan kata lain bagimana suatu produk dibandingkan dengan produk lainnya dalam harga , lini, keistimewaan yang unik dan sebagainya. Jack trout kemudian mengembangkan arti positioning dan arti bagaimana sebuah perusahaan menghubungkan suatu produk dengan produk lainnya menjadi ide bagaimana pemikiran konsumen tentang suatu produk dibandingkan dengan produk lainnya. Artikel Trout ini mengajukan kerangka dasar dan langkah-langkah untuk memahami positioning. Hal ini mengawali perubahan pemikiran dan positioning, bukan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk menunjang penyusunan strategi advertensi, namun sebagai sarana utama dari komunikasi pemasaran (advertensi, pengemasan, promosi, dan seabagainya). 2.1.3 Peranan Positioning Lebih dari satu dekade yang lalu, Jack trout dan Al ries dalam artikelnya “The Positioning Era Cometh:, menyatakan bahwa dengan perkembangan teknologi yang cepat, era produk yang unik dan era image advertising sudah berakhir. Mereka berpendapat bahwa decade 70-an dan 80-an merupakan masa strategi bagaiman suatu 21 produk diposisikan dalam pikiran konsumen akan sangat menentukan keberhasilan produk di pasar. Sejak pernyataan itu dikeluarkan, terdapat bukti yang cukup bahwa banyak perusahaan telah memasuki era positioning. Ketertarikan yang meningkat ini dicerminkan baik dengan perkembangan metode riset yang digunakan untuk mengidentifikasikan posisi produk dan peningkatan frekuensi strategi promosional yang berdasarkan faktor positioning. Walaupun demikian antusiasme terhadap positioning belum terjadi secara universal. Salah satu penyebabnya adalah kekacauan pada arti strategi positioning yang sebenarnya. 2.1.4 Konsep Positioning Tidak mudah untuk menentukan dengan pasti arti positioning. Ada beberapa pandapat yang dikemukan para pakar. Linden davis dalam artikelnya “Graps behaviour picking targets markets” berpendapat bahwa “ Produk positioning adalah salah satu hal yang paling samara-samar dan kontroversial dari semua bidang pengembangan produk baru”. Jika kita mencaoba menanyakan pada selusin pakar yang berbeda maka kita mungkin akan mendapatkan selusin pendapat yang berbeda, walaupun agak sama. Raymond D. Hehman berpendapat bahwa positioning adalah inti dan apa yang konsumen pikirkan tentang produk kita biasanya dalam satu kalimat atau ucapan. Contohnya adalah : produk X adalah “mencuci paling bersih”, produk Y adalah “ Bir paling enak”, Produk Z adalah “Topnya kretek filter”. Positioning sebagai langkah pemasaran adalah usaha yang dilakukan 22 orang-orang pemasaran untuk mempengaruhi bagaimana konsumen menempatkan suatu produk dalam rangking atau klasifikasi produk yang mereka perhatikan. Menurut Hehman, positioning adalah topic utama dari produk dalam hubungannya dengan : o Siapa yang merupakan atau seharusnya menjadi kelompok pemakai ini. o Apa manfaat produk bagi kelompok pemakai ini. o Dimanakah anggota kelompok pemakai ini akan menempatkan produknya dalam pikiran mereka terutama bagaimana memandang produk terhadap produk subtitusi dan produk subtitusi tak langsung. Positioning dapat didefinisikan sebagai hasil usaha yang dilakukan pemasar untuk menciptakan tempat khusus bagi produk atau merk dipikiran (benak) para pelanggan. Menurut Jack Trout, positioning senantiasa didefinisikan sebagai apa yang anda lakukan terhadap pikiran bukan sebagai produk. Pada medan pertempuran pemasaran yang paling sengit yang menentukan kalah atau menang adalah pikiran. Dalam era globalisasi dan informasi sekarang ini pikiran manusia memperoleh begitu banyak informasi, dan sekian banyak informasi yang diterima oleh pikiran manusia hanya beberapa saja yang tersaring dan menempel dalam benak manusia. Hal ini disebabkan karena beberapa hal yang menjadi unsur mental terpenting dalam positioning yaitu : pikiran itu terbatas, pikiran itu membenci keawetan, pikiran itu labil, pikiran itu tidak berubah, dan pikiran dapat kehilangan fokus. Karenanya untuk memposisikan sebuah produk dibenak para konsumennya, produsen sedapat mungkin harus mengusahakan ide-ide yang sederhana, enak didengar, dan masuk akal, serta tidak berlawanan dengan apa yang telah menjadi 23 pemikiran orang selama ini. Sebagai contoh adalah McDonald’s ingin mendisversikan usaha restorannya ke makanan lain selain hamburger, misalnya dengan membuat Mc Pizza. Orang tidak akan mau membeli pizza McDonald’s tersebut karena konsumen akan beranggapan bahwa McDonald’s tidak tahu apapun tentang cara membuat pizza karena McDonald’s adalah hamburger. Karenanya dalam menentukan posisi produknya para produsen harus mengetahui dengan sebenar-benarnya akan apa yang ada dibenak para konsumen, akan apa yang diketahui oleh konsumen, dan apa yang menjadi keinginan konsumen. Sedapat mungkin dalam memposisikan produknya produsen harus berusaha membuat produknya dikenal oleh konsumen sehingga konsumen akan selalu berpikir tentang produk tersebut, contohnya dalam industri mobil, konsumen yang mencari kendaraan yang aman akan memilih Volvo karena orang sudah mengenal semboyan Volvo yaitu drive safely. Sebuah perbandingan sederhana dan berbagai alternatif produk yang ditawarkan berdasarkan karakteristik-karakteristik fisik, biasanya tidak memberikan gambaran lengkap tentang hubungan antar produk, ini disebabkan karena positioning itu berada dalam pikiran para konsumen sehingga biarpun karakteristik fisik dan sebuah produk didesain untuk mencapai tujuan tertentu namun para konsumen bisa saja memberikan persepsi lain akan produk tersebut berbeda dengan apa yang perusahaan harapkan dari desain tersebut. Hal ini terjadi karena faktor-faktor sosial atau psikologi seperti gengsi, nilai estetik, dan status, sering menjadi pertimbangan konsumen dalam memberikan persepsinya. 24 Jadi konsep memposisikan produk seperti yang telah diuraikan diatas bukanlah pada produk tetapi pada pikiran, seperti yang telah dikemukakan oleh Jack trout dan Al ries bahwa positioning lebih difokuskan pada usaha untuk menempatkan suatu produk dalam pikiran konsumen. Namun untuk dapat memposisikan produk pada pikiran setiap orang bukanlah hal mudah, karena setiap orang pasti memiliki persepsi-persepsi sendiri terhadap produk tersebut, mungkin si A akan memilih Coca cola jika membeli minuman ringan, akan tetapi orang lain mungkin akan memilih pepsi sebagai minuman ringan pilihannnya. Sehingga itu diperlukan pengetahuan tentang apa yang menjadi keinginan konsumen, dan apa yang ada dibenak konsumen saat ini. Peta posisi produk merupakan salah satu alat yang dapat membantu untuk mengetahui bagaimana posisiposisi produk sejenis menurut persepsi konsumen. Vektor posisi yang ada dalam peta posisi tersebut juga akan sangat membantu untuk mengetahui apa sajakah yang sebenarnya factor yang paling mempengaruhi konsumen dalam memilih suatu produk atau jasa. Ada 4 metoda yang dapat dilakukan untuk menentukan posisi produk, yaitu : 1. Analisa factor. Pada metoda ini, pertama kali harus diidentifikasikan atribut-atribut yang oleh konsumen dianggap paling menonjol. Selanjutnya dilakukan pengumpulan data dan sejumlah konsumen yang dijadikan sampel tentang peringkat dan setiap produk pada atribut yang telah ditentukan Kemudian ditentukan atribut-atribut mana yang berada dalam faktor yang sama. Berdasarkan hal ini kemudian 25 dilakukan analisa untuk menentukan letak produk dalam suatu peta posisi. Keuntungan dari metoda ini adalah bahwa analisa dapat dilakukan terhadap atribut-atribut yang obyektif maupun subyektif dan dimensi dari posisi produk dapat dengan mudah ditentukan dan diintepretasikan. Kelemahannya adalah fakta bahwa atribut-atribut yang menonjol harus diidentifikasi adalah merupakan fungsi dari atribut-atribut yang digunakan dalam pengumpulan data. 2. Analisa diskriminan. Analisa ini juga membutuhkan input data yang sama dengan metoda sebelumnya. Analisa diskriminan kemudian menentukan dimensi dari persepsi konsumen berdasrkan atribut-atribut yang berbeda diantara produk. Kelemahan dari metoda ini adalah bahwa interpretasi akan posisi produk tidak mudah untuk dilakukan. 3. Model multi atribut composional. Dengan metoda ini ditentukan bagaimana kombinasi dari atribut-atribut yang terbatas jumlahnya menjadi kombinasi yang paling dihargai oleh para konsumen. Metoda ini sangat membantu untuk mengidentifikasikan bagaimana seharusnya produk-produk baru didisain dan hal-hal penting yang dapat disertakan dalam pengukuran produk. Namun meskipun metoda ini dapat memperlihatkan bagaimana preferensi konsumen tapi tidak dapat menyajikan informasi tentang persepsi konsumen yang digunakan untuk menyusun peta posisi produk, karena 26 tidak menunjukkan kesamaan antara dua buah produk pada sebuah atribut yang berpengaruh. 4. Skala multidimensional Metoda ini didasarkan pada penilaian konsumen tentang kesamaan atau ketidaksamaan terhadap produk-produk yang telah ditentukan. Metoda ini menggunakan data kesamaan tersebut untuk membentuk suatu ruang geometrik dimana produk-produk yang sama dipetakan berdekatan. Metoda ini juga mempergunakan preferensi konsumen untuk menunjukkan titik ideal dari suatu atribut relative terhadap peta produk. Keuntungan utama dari metoda ini adalah bahwa metoda ini mengikutsetakan atribut yang berpengaruh didalam persepsi konsumen terhadap persamaan dan ketidaksamaan diantara produk yang dianalisa. Kelemahannya teknik skala ini membutuhkan program computer khusus dan terbentur pada pembatasan-pembatasan statistik. Ketika jumlah produk yang dianalisa sedikit. Skala multidimensional selanjutnya akan dipergunakan dalam pengolahan data pada penelitian ini, dengan bantuan program SPSS 12 for windows. Jadi Jack trout dan Al ries memandang positioning sebagai proses dua tahap. Yaitu temukan celah (gap) dalam posisi produk dipikiran konsumen dan kemudian isi celah tersebut. Davis mengkritik pendekatan ini dan mengusulkan sebuah alternative: “Positioning pada dasarnya adalah sebuah keadaan pikiran, satu set persepsi dalam pikiran konsumen”. Konsep positioning harus mengikutsertakan persepsi konsumen”. 27 Davis menekankan bahwa strategi positioning harus mulai dan berakhir dengan konsumen, sama seperti konsep marketing. Penekanan khusus harus dilakukan pada apa yang konsumen sebenarnya ingin lakukan terhadap produk. Pada akhirnya kriteria segmentasi akhir merupakan tujuan. Perbedaan dasar antara pendekatan Trout & Ries versus Davis adalah Davis mengusulkan bahwa semua merk dan tipe produk telah memiliki posisi perseptual dalam pikiran konsumen dan posisi ini tampak jelas dalam bagaimana sebanarnya konsumen menggunakan produk. Tanpa mengikutsetakan informasi ini dalam tahap akhir strategi positioning akan menyebabkab kesalahan serius. Beberapa kesamaan dari para ahli tentang beberapa karakteristik positioning. Kesamaan pertama, positioning adalah suatu :”Facilitating process” yang berfungsi untuk mengkordinasikan fungsi marketing. Hal ini berarti nilai positioning untuk pemasar adalah membantu mengorganisasikan informasi tertentu dalam suatu cara sehingga strategi lain seperti segmentasi, differensiasi, seleksi target, dan promosi dapat digabungkan menjadi suatu program pemasaran yang efektif. Walaupun valid untuk mengatakan bahwa hasil usaha ini adalah sebuah posisi tertentu, keuntungan lain dari strategi positioning adalah kerangka ini sekarang berkembang luas sebagai hasil berbagai teknik kuantitatif yang dikembangkan dalam dekade terakhir. Kesepakatan kedua adalah positioning dapat baik dalam pemasaran tingkat mikro maupun makro. Positioning telah diterapkan dengan sukses dalam berbagai target pasar mulai dari konsumen individu seperti Roll Royce yang dimodifikasi sesuai dengan permintaan pembeli, sampai dengan segmen pasar konvensional seperti 28 pasar shampo dan sampai mencakup seluruh negara seperti strategi positioning pemerintah Amerika sebagai eksportir makanan keseluruh dunia. Aplikasi yang luas ini berharga selama manager pemasaran dapat membuat semua penysuaian yang perlu dalam menerapkan strategi positioning dalam berbagai tingkat. Memposisikan Coca cola dalam pikiran penduduk Mesir membutuhkan tindakan yang sama sekali berbeda daripada memposisikan mainan robot dalam pikiran anak berusia delapan tahun. Kesepakatan ketiga berhubungan dengan realitas dan posisi produk. Posisi akhir yang dipersepsi konsumen dapat berdasarkan karakteristik fisik nyata produk atau dapat berdasarkan gambaran intangible yang diciptakan perusahaan melalui usaha promosi yang pertama tak lain daripada produk diferensiasi yang contohnya dapat dilihat pada perubahan model tahunan dalam industri mobil. Dalam tipe produk tertentu modifikasi nyata ini dapat dengan mudah dilakukan dan menurut pikiran konsumen hal ini sangat penting. Bagaimanapun juga, dengan adanya perkembangan teknologi yang cepat, perubahan nyata ini semakin lama semakin sulit dilakukan. Jadi dalam beberapa keadaan, pemasar terpaksa menciptakan perubahan yang intangible dalam pikiran konsumen. Pendekatan ini bergantung sepenuhnya pada promosi dan biayanya dapat lebih mahal serta lebih tinggi resikonya. Sebagai tambahan, sangat sukar bagi pemasar untuk mempertahankan Image yang sudah dicapai karena perubahan yang konstan pada kebutuhan dan persepsi konsumen. Jika kecendrungan pada penciptaan image ini terus berlanjut, peranan promosi akan terus berkembang sebagai bagian integral dan strategi positioning. 29 Kesepakatan yang keempat berkisar pada dasar positioning yang efektif. Dengan kata lain, positioning harus berorientasi pada konsumen. Sebelum posisi sebuah produk ditentukan, pemasar harus mengidentifikasikan semua atribut kunci dan persepsi tiap konsumen terhadap atribut ini dalam kaitannya dengan suatu tipe produk tertentu, kelas produk, atau merk, relative terhadap semua competitor. Secara konsekuen, riset pemasaran yang efektif dan positioning yang efektif berjalan-jalan bersama. Positioning hanya berhasil dengan baik jika riset pemasaran berjalan dengan baik. Sekarang tampak bahwa proses riset harus dimulai dengan konsumen dalam kaitannya dengan kebutuhan, persepsi, kelakuan, pola pemakaian produk, dan berakhir dengan reaksi mereka terhadap suatu posisi tertentu. Tanpa informasi ini sebagai dasar, positioning tidak lebih dari suatu intuisi. Berdasrkan empat kesepakatan diatas burnett menuliskan definisi positioning sebagai berikut “ Positioning adalah sebuah proses yang berusaha mengidentifikasikan persepsi kelakuan dan kebiasaan pemakaian produk yang penting dari konsumen (mikro atau makro) dalam usaha untuk menempatkan produk satu intuisi dalam posisi yang paling menguntungkan relevan dengan segmen pasar yang dipilih kompetisi dan kemampuan perusahaan”. 30 2.1.5 Strategi Positioning Beberapa ahli mengeluarkan pendapat mengenai strategi positioning. Ada empat pendapat, yaitu pertama dari John Burnett yang mengelompokkan strategi positioning dalam dua golongan dan mencoba menelaah faktor-faktor yang mempengaruhi sukses relative strategi tersebut. Kemudian David A. Aaker akan menjabarkan pendekatan dalam strategi positioning. Setelah itu Norman A.P Govoni akan mengemukakan pendekatan strategi positioningnya yang dibagi dalam tiga jenis pendekatan dan yang terakhir adlah Calude yang menggolongkan strategi positioning berdasarkan target pemasaran. 2.1.5.1 Strategi Positioning versi John Burnett Burnett membagi strategi positioning dalam dua macam pendekatan. Pendekatan pertama berkonsentrasi pada konsumen, sedangkan pendekatan kedua berkonsentrasi pada kompetisi yang ada. Pendekatan positioning berdasarkan konsumen berusaha mengasosiasikan produk dengan satu set kebutuhan baik langsung maupun tidak langsung melalui citra (image) produk. Sebagai contoh, di Amerika bir merek Miller Lite berusaha menekankan citra tentang rasanya yang enak, sedangkan bir merek Lowenbrau menekankan citra prestige dan kehidupan yang nyaman. Sedangkan pendekatan positioning berdasarkan kompetisi yang ada, contoh klasiknya adalah strategi minuman ringan 7-up yang berhasil memposisikan produknya sebagai minuman non-cola. 31 2.1.5.2 Strategi Positioning versi David A. Aaker Berbeda dengan Burnett yang menggolongkan pendekatan strategi positioning dalam dua bagian. Aaker menggolongkan dalam tujuh macam pendekatan strategi pendekatan positioning. Aaker berpendapat, sebuah strategi positioning dapat memberikan fokus dalam pengembangan sebuah kampanye iklan. Strategi tersebut dapat disusun dan diterapkan dalam berbagai cara yang diturunkan dari atribut obyek, kompetisi, aplikasi khusus, tipe konsumen yang terlibat atau karakteristik kelas produk. Masing-masing mewakili pendekatan yang berbeda untuk mengembangkan strategi positioning walaupun semuanya mempunyai tujuan akhir untuk mengembangkan atau memperkuat sebuah citra dalam pikiran konsumen. Tujuh pendekatan strategi positioning adalah : Pendekatan menggunakan karakteristik produk atau benefit konsumen, mungkin strategi positioning lain yang sering digunakan adalah dengan mengasosiasikan sebuah obyek dengan karakteristik produk atau benefit yang dapat diperoleh konsumen. Di Amerika, mobil-mobil impor mengilustrasikan berbagai karakteristik produk yang dapat digunakan dan kekuatan dalam kreasi citra. Honda dan Toyota telah menekankan faktor ekonomis dan keandalan dan telah menjadi pemimpin dalam jumlah mobil impor yang terjual di Amerika. Volvo menekankan keamanan dan ketahanan seta umur rata-rata yang panjang dari mobil mereka, kiat menekankan citra mobilnya merupakan mobil produk eropa yang bersaing dengan mobil jepang. BMW berusaha memperoleh citra 32 performansi yang unggul dalam penggunaan dan efisiensi rekayasa. Slogan yang digunkan BMW adalah “The ultimate driving machine”. Pendekatan harga-kualitas, karakteristik produk berdasarkan kualitas-harga sangat berguna sehingga perlu dipertimbangkan secara terpisah. Dalam beberapa kategori produk ada merek yang berusaha menawarkan servis, karakteristik, atau performansi yang lebih baik. Produsen dan merk tersebut menggunakan harga yang lebih tinggi, sebagian untuk menutup ongkos yang lebih tinggi, sebagian untuk membantu mengkomunikasikan kenyataan bahwa mereka memiliki kualitas yang komparabel atau tidaknya memiliki kualitas yang memadai. Dalam banyak kategori produk isu harga-kualitas menjadi sangat penting sehingga perlu dipertimbangkan dalam setiap keputusan positioning. Pendekatan penggunaan atau aplikasi, cara lain untuk mengkomunikasikan citra adalah dengan mengasosiasikan produk dengan suatu penggunaan atau aplikasi. Campbell’s Soup selama bertahun-tahun memposisikan dirinya sebagai produk makan siang dan menggunakan iklan radio pada saat tengah hari secara ekstensif. Suatu produk tertentu saja dapat mempunyai banyak strategi positioning walaupun dengan memperbanyak strategi melibatkan resiko dan kesulitan yang nyata. Seiring suatu strategi positioning berdasarkan penggunaan mewakili posisi yang kedua atau ketiga dari suatu merk, suatu posisi yang berusaha untuk memperluas segmen pasar. Misalnya Gatorade, minuman musim 33 panas untuk atlit yang membutuhkan pengganti cairan tubuh, berusaha untuk mengembangkan suatu strategi positioning untuk bulan-bulan musim dingin. Konsepnya adalah untuk menggunakan Gatorade jika flu menyerang dan dokteer menganjurkan untuk minum banyak air. Pendekatan pengguna produk, pendekatan positioning yang lain adalah dengan mengasosiasikan suatu produk dengan seseorang pemakai atau suatu kelas pemakai. Jadi banyak perusahaan kosmetik telah menggunakan model atau pribadi untuk memposisikan produk mereka. Pembuat pakaian kasual dan barangbarang eksklusif telah memperkenalkan label desainer seperti Calvin klein, Pierre cardin, Alfred dunhill untuk mengembangkan citra eksklusif. Tujuan yang akan dicapai dengan pendekatan ini adalah model atau kepribadiannya akan mempengaruhi citra produk dengan merefleksikan karakteristik dan citra model tersebut sebagai pemakai produk. Pendekatan kelas produk, Beberapa produk membutuhkan keputusan positioning kritis yang melibatkan asosiasi dengan kelas produk. Misalnya sabun muka Biore memposisikan dirinya terpisah dengan sabun mandi biasa. Minuman ringan 7-up telah sejak lama memposisikan produknya sebagai suatu minuman ringan yang rasanya segar dan bersih yang menghilangkan dahaga. Bagaimana juga riset menunjukkan kenyataan bahwa sebagian besar orang tidak menganggap 7-up sebagai minuman ringan melainkan sebagai minuman pencampur. Strategi 34 positioning kemudian dikembangkan untuk memposisikan 7-up sebagai minuman ringan yaitu sebagai alternatif logis dari minuman cola namun dengan rasa yang lebih baik. Hasilnya adalah kampanye non-cola yang sukses. Pendekatan symbol kultural, banyak pemasang iklan menggunakan symbol kultural yang berakar dalam untuk membedakan produk mereka dengan produk pesaing. Tugas utamanya adalah untuk mengidentifikasikan sesuatu yang sangat berarti bagi orang-orang yang tidak digunakan oleh competitor dan mengasosiasikan produk dengan symbol cultural tersebut. Dunia Amerika sebagai fokus sentral untuk membantu membedakan merek mereka dan competitor dan mengembangkan pria Marlboro. Pendekatan kompetitor, dalam sebagian besar strategi positioning atau kerangka referensi baik implisit atau eksplisit dapat berarti satu atau lebih kompetitor. Dalam beberapa kasus referensi competitor dapat menjadi aspek domain dalam strategi positioning. Ada dua alasan untuk mempertimbangkan positioning berdasarkan kompetitor. Alasan pertama kompetitor mungkin telah mempunyai suatu citra yang kuat yang telah dikembangkan bertahun-tahun. Citra kompetitor dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkomunikasikan citra lain yang direferensikan padanya. Jika seseorang ingin mengetahui suatu alamat tertentu, lebih mudah untuk mengatakan bahwa jalan tersebut berada disebelah kiri Wisma BCA daripada menyebutkan berbagai jalan yang harus ditempuh untuk menuju 35 kesana. Alasan kedua, kadang-kadang tidaklah penting bagi konsumen sejauh mana prestasi anda, yang penting adalah mereka percaya anda lebih baik atau setidaknya sama baiknya dengan competitor anda. 2.1.5.3 Strategi Positioning versi Norman A.P.Govoni Berbeda dengan Burnett dan Aaker, Govoni membedakan pendekatan strategi positioning dalam tiga kelompok. Govoni membagi pendekatan tersebut berdasarkan atribut produk, proyeksi simbolik, dan positioning kompetitif. Positioning berdasarkan citra atribut produk, banyak merek menarik konsumen karena benefit yang berasal langsung dan cirri-ciri produk. Aki mobil Die hard menjanjikan starter yang dapat diandalkan pada cuaca dingin. Para orang tua yakin bahwa anak-anak mereka akan minum aspirin tanpa perlu dibujuk karena bisa dikunyah dan rasa aspirin St. joseph yang enak. Pesan promosi, tiap kali, berkonsentrasi pada apa yang dapat diperoleh konsumen yang dihasilkan oleh performansi produk. Positioning berdasarkan citra simbolisme, ada beberapa produk yang atribut produknya tidak signifikan atau bahkan tidak ada. Hal ini dapat terjadi pada produk yang sederhana secara teknik seperti permen atau produk dimana konsumen tidak membutuhkan banyak waktu untuk mengambil keputusan. Untuk produk seperti itu, posisi muncul terutama dan simbolisme yang luas daripada suatu performansi produk yang spesifik. Contohnya pada pemasaran bir dimana 36 sebagian besar bir tidak berbeda banyak dalam karakteristiknya seperti aroma dan rasa. Jika ada perbedaan, rata-rata peminum tidak dapat membedakannya. Oleh sebab itu citra merek tidak berasal dari atribut produk, namun dari asosiasi dengan perasaan atau suasana hati yang diproyeksikan dalam advertensi. 2.1.5.4 Strategi Positioning versi Jean Claude Larreche Claude menggolongkan strategi positioning berdasarkan target pemasaran. Posisi yang dipilih hendaknya sesuai dengan segmen pasar dan dengan memperhitungkan posisi dan pesaing. Strategi itu digolongkan pada monosegment positioning, multisegmen positioning, imitative positioning, defensive positioning, dan anticipatory positioning. Monosegment positioning Positioning dengan cara ini adalah dengan membangun program pemasaran dan produksi yang disesuaikan untuk segmen yang berbeda dengan segmen-segmen pasar lain. Misalnya seperti yang terjadi dalam pasar mobil Amerika pada sekitar tahun 70-an. Pada saat itu mobil produksi Amerika terkenal tangguh dan tahan lama serta mewah, namun sangat boros bahan bakar dan bentuknya besar, pada saat itu kendaraan Jepang menawarkan mobil yang irit, mudah dirawat, dan dengan desain bodi yang kompak. Dengan sendirinya kendaraan Jepang berhasil menempatkan dirinya pada posisi yang berbeda dengan mobil Amerika. Toyota Corolla tercata sebagai mobil yang paling laku keras di Amerika. 37 Multisegmen positioning Sebuah strategi alternatif adalah menempatkan produk pada posisi di antara dua atau lebih segmen yang lebih kecil. Posisi yang demikian akan membuat konsumen dari segmen-segmen lain tertarik pada produk tersebut. Ini adalah suatu strategi yang patut untuk dipertimbangkan ketika target dari segmen kecil, karena hal ini memberikan kesempatan untuk mendapatkan skala ekonomis yang lebih tinggi. Sebagai contoh, misalnya jika terdapat segmen pasar, yaitu untuk kendaraan sedan mewah dengan BMW dan Mercedez, yang kedua segmen kendaraan keluarga seperti Kijang dan Panther, dan yang ketiga yaitu segmen kendaraan jeep seperti Suzuki katana dan Daihatsu taft.Sebuah produsen X ingin membuat segmen pasar tersendiri untuk kendaraan produksinya dengan menonjolkan kesan jantan dan sanggup menempuh segala medan seperti model kendaraan Jeep, namun tetap menawarkan kemewahan seperti yang didapatkan dari sedan mewah, dan tetap dapat dipergunakan sebagai kendaran keluarga. Hal ini tampak seperti yang dilakukan Suzuki dengan mengeluarkan model Vitara di Indonesia tahun 1991, dan terbukti Vitara berhasil merebut hati para kepala kelaurga yang ingin tampil beda dengan kendaraanya ketika dibawa ke tempat kerja, dan juga berhasil merebut hati anggota keluarga yang lain dengan keluwesan penggunaannya utnuk keperluan keluarga. Sekarang posisi yang sama terdapat antara lain Opel Blazer, Jeep Cheroke, dan Mitsubishi Pajero. 38 Immitative positioning Strategi ini memposisikan produk, terutama produk baru didekat sebuah merek yang telah sukses, dengan harapan agar sekelompok konsumen tertarik untuk menggunakan produk tersebut dan berpaling dari produk lama. Hal ini dilakukan oleh sabun mandi antiseptic Nuvo, dengan tiga pilihan jenis yaitu sabun antiseptic dengan kandungan lembut, sedang, dan agak keras yang disesuaikan dengan aktifitas pemakainya, agaknya Nuvo meniru sabun mandi lifebuoy yang juga merupakan sabun mandi antiseptik. Lifebuoy mengeluarkan karakteristik berbeda dari pesaingnya dengan mengeluarkan sabun dengan tiga aroma yang berbeda. Defensive positioning Ketika suatu produk telah mendapatkan posisi yang kuat dalam segmen pasar, maka akan terdapat beberapa pemain baru yang bisa saja meniru strategi mereka. Maka produk lama tersebut bisa saja melakukan serangkaian gerakan untuk mempertahankan diri, seperti yang dilakukan oleh Procter & Gamble dengan meluncurkan beberapa merek produk untuk masing-masing kategori produk, mereka memiliki tujuh merek untuk deterjen, masing-masing difokuskan pada kategori yang berbeda. Hasilnya Procter & Gamble berhasil mempertahankan posisi mereka sebagai pemimpin pasar produk deterjen. 39 Anticipatory positioning Dalam beberapa kasus sebuah perusahaan dapat memposisikan mereknya dalam posisi yang dalam beberapa waktu mendatang persepsi konsumen akan terjadi. Sebagai contoh, ketika pada tahun 1972 Seymour cray mulai membangun Cray-1 super computer, para analisi pasar menyampaikan pendapatnya bahwa total pasar computer sejenis itu yang diserap pasar hanya mencapai angka 90 buah super computer pertahunnya, namun Cray memperkirakan bahwa ketika perusahaanperusahaan dan pemerintah menyadari keuntungan dan penggunaan mesin tersebut maka penjualan akan terus berkembang, dan Cray tetap bersikukuh untuk tetap mengembangkan super komputernya 2.1.6 Metoda Sampling Metoda pengambilan sampel pada dasarnya dibagi menjadi dua kategori, yaitu sampling probabilititas dan sampling nonprobabilitas. Dalam sampling probabilitas, seluruh anggota populasi memiliki probabilitas untuk berada dalam sampel. Sebagian besar sampling probabilitas memerlukan suatu kerangka sampling (daftar-daftar sampel yang mungkin). Untuk selanjutnya akan dibahas metoda sampling probabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini. Ada beberapa probability sampling yang banyak dipergunakan, diantarnya sampling acak sederhana (simple random sampling), sampling acak stratifikasi (stratified random sampling), cluster sampling, sistematis (systematic/quast random sampling) dan sampling bertahap (multistage sampling). 40 1. Sampling Acak Sederhana Suatu sampel dikatakan random jika setiap unsur atau anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Ada dua cara yang dapat digunakan dalam sampling acak sederhana yaitu : a. Metode Undian Proses pemilihan sampel berdasarkan metoda ini relatif lebih mudah. Setiap anggota populasi diberi nomor 1 sampai nomor terakhir. Lantas dilakukan pengundian untuk mendapatkan sampel sejumlah yang diinginkan. Misalnya dari populasi sebanyak 50 orang akan dipilih 5 orang. Maka setiap orang diberi nomor urut dari nomor 1 sampai nomor 50. Selanjutnya diundi, dimana orang yang nomornya terpilih akan menjadi sampel penelitian. Metoda ini mudah diterapkan pada populasi yang jumlahnya relatif sedikit. Akan tetapi, jika anggota populasinya banyak, maka cara undian menjadi tidak praktis. b. Metoda dengan Tabel Bilangan Random Dalam metoda ini, untuk mendapatkan sampel acak dipergunakan tabel bilangan random. 2. Sampling Acak Stratifikasi Apabila unsur-unsur populasi tidak homogen (unsur-unsur bersifat heterogen), proses pengambilan sampel dengan menggunkan metoda sampling acak sederhana akan menimbulkan bias, karena masing-masing anggota populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama dan ada kemungkinan tidak mewakili semua unsur yang 41 ada didalam populasi. Untuk mengurangi pengaruh faktor heterogenitas itu dapat dilakukan pembagian unsur-unsur atau anggota-anggota populasi ke dalam kelompok-kelompok kecil (subkelompok) yang disebut strata. Stratifikasi atau pembagian ini dapat dilakukan berdasarkan ciri tertentu dari populasi untuk keperluan penelitian. Misalnya stratifikasi pelanggan menurut jenis kelamin (pria dan wanita), penghasilan (tinggi, sedang, rendah), pendidikan (SD, SLTP, SLTA, S1/S2/S3), dan lain-lain. Yang patut diperhatikan adalah jumlah stratanya jangan terlampau banyak, karena akan ada strata yang jumlah anggotanya sangat kecil. Di samping itu, juga dapat menyulitkan persiapan dan tabulasi data. Langkah berikutnya adalah memilih sampel secara acak dari masing-masing strata tersebut. Ada dua cara untuk menentukan jumlah sampelnya, yaitu : a. Uniform Sampling Fraction (Proportional) Dalam cara ini, dari setiap strata akan diambil sampel dalam proporsi yang sesuai dengan kenyataan. Dengan kata lain, besar kecilnya sampel untuk setiap strata bergantung pada ukuran relatif populasi masing-masing strata. Keuntungan cara ini adalah bahwa sampel yang diperoleh representative daripada sampel yang diperoleh dengan variabel sampling fraction. Sedangkan kelemahannya adalah bahwa perlu adanya usaha dan pemahaman terlebih dahulu terhadap ciri-ciri populasi yang akan diteliti. b. Variabel sampling fraction (Disproportional atau optimal) Sampling dengan cara ini hampir serupa dengan uniform sampling fraction. Perbedaanya adalah bahwa proporsi sub-kategori/stratanya tidak didasarkan 42 pada proporsi yang sebenarnya dalam populasi, tetapi lebih didasarkan pada pertimbangan analitis. Hal ini dilakukan karena sub-kategori tertentu terlampau sedikit. Kelemahan utama cara ini adalah bahwa proporsi setiap kategori yang sebenarnya menurut populasi jadi terganggu. Selain itu sampling serupa ini memerlukan pengetahuan sebelumnya tentang komposisi populasi. Juga harus dijaga agar tidak terjadi kesalahan klasifikasi setiap unsur populasi. Penentuan presentase setiap kategori hendaknya dilakukan berdasrkan pertimbangan pentingnya sampel tertentu bagi penelitian yang dilakukan. 3. Cluster Sampling Pada metoda ini, unsur-unsur populasi dibagi dalam sub-kelompok yang disebut klaster (kelompok). Pembagian unsur-unsur populasi kedalam kluster ini dapat dilakukan dengan menggunakan dasar wilayah administrasi pemerintahan maupun batas-batas alam (seperti jalan, sungai, gunung, dan lain-lain). Selanjutnya setelah unsur-unsur populasi dibagi kedalam cluster, maka dari beberapa cluster ini dipilih salah satu cluster secara acak. Dari cluster yang terpilih ini, baru kemudian dipilih samplenya secara acak pula. Perbedaan metoda ini dengan sampel acak stratifikasi adalah pada sampelnya. Pada sampling acak stratifikasi, sampel dipilih dari seluruh strata, sedangkan pada cluster sampling, sampel hanya diambil dari salah satu klaster saja. Oleh karena itu masing-masing klaster ini mempunyai sifat homogen, maka tidak perlu seluruh klaster diambil sampelnya. 43 4. Sampling Sistematis Dalam sampling sistematis, unsur-unsur populasi dipilih dengan jarak interval yang sama. Sebelum kita memilih sampel secara sistematis, kita memilih titik awal secara acak, lalu dipilih sampelnya pada setiap jarak interval tertentu, misalnya setiap jarak kelima, kesepuluh, dan seterusnya. Sebagai contoh, titik awalnya nomor 8 dan jarak intervalnya 10, maka sampel-sampelnya adalah nomor 8, 18, 28, 38, dan seterusnya. Perbedaan antara sampling sistematis dengan sampling acak sederhana adalah bahwa pada sampling sistematis, unsur-unsur populasi itu tidak mempunyai kesempatan yang sama setelah ditentukan jarak interval dan titik awal untuk memilih sampel. Meskipun demikian sampling sistematis mengandung keuntungan yaitu proses pemilihan sampelnya dapat lebih cepat dilakukan, sehingga dapat menghemat biaya. 5. Sampling Bertahap Biasanya sampel dipilih hanya satu kali, yaitu sebelum proses pengumpulan data dilakukan. Cara ini memiliki kelemahan apabila sampel terebut ditentukan terlampau kecil. Oleh sebab itu apabila kita menggunakan sampel yang kecil, sebaiknya sampel tersebut kita pilih secara bertahap (beberapa kali) sampai pada keadaan dimana dipandang telah cukup untuk mengambil suatu kesimpulan. Proses seperti ini disebut sampling bertahap (multistage sampling). Variasi lain dari sampling bertahap adalah mengkombinasi dua atau lebih teknik sampling probabilitas lainnya. 44 2.1.7 Kuesioner Kuesioner merupakan suatu alat untuk mengumpulkan data dimana pertanyaan-pertanyaan sudah terdapat didalamnya secara terperinci dan lengkap. Keterangan-keterangaan diperoleh dengan mengisi daftar pertanyan, Jika yang menuliskan isian kedalam kuesioner adalah responden, maka daftar pertanyaan disebut kuesioner, sedangkan bila diisi oleh pencatat yang membawakan daftar isian, maka daftar pertanyaan tersebut dinamakan schedule. 2.1.7.1 Jenis-Jenis Pertanyaan Dalam hubungannya dengan leluasa tidaknya responden untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan, maka terdapat beberapa jenis pertanyaan : 1. Pertanyaan tertutup atau berstruktur, kemungkinan jawaban sudah ditentukan lebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan untuk memberikan jawaban lain. 2. Pertanyaan terbuka atau tidak berstruktur, kemungkinan jawabannya tidak ditentukan lebih dahulu dan responden bebas untuk memberikan jawaban lain. Bentuk pertanyaan ini jarang digunakan dalam kuesioner. 3. Kombinasi tertutup dan terbuka, jawabannya sudah ditentukan tetapi disusul dengan pertanyaan terbuka. 4. Pertanyaan semi terbuka, pada pertanyaan semi terbuka, jawabannya sudah tersusun tetapi masih ada kemungkinan tambahan jawaban. 45 2.1.7.2 Jenis-Jenis Skala Pengukuran Skala merupakan prosedur pemberian angka atau simbol kepada sejumlah ciri dan suatu objek agar dapat menyatakan karakteristik angka pada objek tertentu. Skala terdiri dari 4 macam, yaitu : 1. Skala Nominal, adalah skala dimana angka yang diberikan tidak menggambarkan suatu kedudukan terhadap kategori lainnya, hanya sekadar kode atau label. 2. Skala Ordinal, adalah skala yang mengurutkan data dari tingkat terendah ke tertinggi atau sebaliknya dengan interval yang tidak harus sama. 3. Skala Interval, adalah skala yang mengurutkan objek berdasarkan suatu atribut yang memberikan informasi tentang interval antara satu objek dengan objek lainnya adalah sama. 4. Skala Rasio, adalah ukuran pada skala ini mempunyi nilai nol, sehingga dapat dibuat perkalian maupun pembagian. 2.1.7.3 Pretest Kuesioner Tujuan dari pretest adalah untuk meyakinkan bahwa kuesioner tepat dalam memberikan informasi seperti yang diharpkan. Masalah pertama biasanya kuesioner terlalu panjang, sering tertinggal variabel yang penting, atau kata-kata yang mempunyai arti dua. Mengingat pentingnya pretest ini, maka responden yang dipilih haruslah yang dapat mewakili sampel populasi. Hanya diperlukan sedikit sampel yaitu 15 responden untuk kuesioner yang pendek dan tidak banyak percabangan, 46 sedangkan untuk kuesioner yang panjang dan kompleks dengan banyak percabangan dan pilihan jawaban yang banyak memerlukan paling sedikit 25 responden. 2.2 Kerangka Pemikiran Penentuan Populasi Penyebaran kuesioner Pendahuluan Penyebaran Kuesioner Penelitian Pengolahan Data Perceptual Mapping Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 1. Penentuan Populasi. Penentuan populasi yaitu menentukan metode sampling dan populasi mana yang akan dipilih untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut lagi 2. Penyebaran Kuesioner Pendahuluan. Kuesioner pendahuluan ini disebarkan ditujukan untuk mengetahui merk-merk yang memiliki pangsa pasar terbesar yang ada dipasaran dari sekian banyak minuman kotak. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui merk apa yang paling 47 banyak diingat bila menyebut minuman kotak (Top of the mind). Merk tersebut mencakup segala jenis minuman kotak mulai dari buah, kopi, susu fermentasi, teh, kacang ijo, gula asam, dll. juga dilakukan terhadap faktor-faktor atau atributatribut penting yang mempengaruhi konsumen dalam menggunakan produk tersebut. 3. Penyebaran Kuesioner Penelitian. Kuesioner ini disebarkan untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap minuman kotak dan mengetahui data demografis responden dari konsumen. Secara keseluruhan kusioner ini terdiri dari tiga bagian, bagian pertama mengenai identitas responden dan karakteristik responden. Bagian kedua mengenai penentuan peringkat, dimana responden diminta untuk memberikan nilai peringkat berdasarkan atribut-atribut yang paling banyak diperhatikan di kuesioner pendahuluan. Bagian ketiga kuesioner mengenai pengukuran persepsi responden terhadap produk minuman kotak Juice ABC dengan minuman kotak rasa buah lainnya. Pada bagian ini responden diminta untuk memberikan penilaian kesamaan dan ketidaksamaan dari pasangan dua merek yang diperbandingkan, yang secara tidak langsung menunjukkan jarak posisi satu merk dibanding dengan yang lainnya. Data kuesioner bagian ketiga ini digunakan nantinya pada perhitungan peta posisi produk dan pengelompokkan merk dalam peta posisi yang dihasilkan. 48 4. Pengolahan Data. Hasil dari pengumpulan dan pengolahan data selanjutnya akan dianalisa. Analisa identitas responden dilakukan terhadap data-data demografis konsumen dari hasil kuesioner bagian pertama. Kemudian dilakukan analisa peringkat yang dihasilkan dari kuesioner bagian dua dengan dengan merata-ratakan sesuai dengan jumlah mahasiswa/i yang ada. 5. Perceptual Mapping. Kemudian dilakukan analisa peta posisi yang dihasilkan dari kuesioner bagian tiga dengan skala multidimensional. 49