1 APA ITU KECERDASAN ARTIFISIAL? PENGANTAR Komputer modern muncul dalam berbagai variasi tampilan, dan dapat melakukan sederetan tugas. Banyak orang yang memiliki komputer yang dapat didikte untuk menulis atau secara otomatis mengecek kesalahan ejaan suatu dokumen ketikan; komputer yang dapat bermain catur bahkan dapat mengalahkan Grand Master catur dunia; robot yang dikendalikan komputer otonom dapat mengeksplorasi planet lain dengan hanya sedikit masukan dari teknisi penerbangan ruang angkasa di bumi. Sebelum abad komputer digital, semua tugas ini hanya dapat dilaksanakan oleh manusia – apakah ini berarti peralatan-peralatan itu cerdas? Apakah di masa depan komputer dapat benar-benar sadar akan apa yang dilakukannya? Apakah suatu hari nanti akan ada otak elektronik yang sebenarnya, dengan kebebasan kehendak, emosi dan bahkan perasaan moralitas? Apa kegunaan komputer semacam itu, dan apa ancaman yang mungkin muncul? Pertanyaan seperti ini ditinjau dalam suatu cabang ilmu pengetahuan yang disebut “kecerdasan artifisial” atau “kecerdasan buatan”. 1. MESIN PINTAR Bila Anda memiliki sebuah komputer pribadi, Anda mungkin pernah mendapati diri Anda memanggilnya seakan-akan dia memahami kebutuhan Anda – memujinya bila dia melakukan sesuatu yang menyenangkan dan mencelanya ketika sebaliknya. Komputer dan peralatan elektronik lainnya bersifat unik. Mereka didesain supaya mudah digunakan untuk memenuhi kebutuhan Anda. Bahkan sebenarnya, salah satu pendorong utama ke arah pembuatan kecerdasan artifisial adalah keinginan membuat teknologi yang lebih mudah digunakan. Alasan lain membuat kecerdasan artifisial adalah keperluan akan otomatisasi yang lebih lengkap – sehingga robot yang cerdas dapat membebaskan manusia sepenuhnya dari pekerjaan yang berulang-ulang atau pun berbahaya; melakukan analisis cerdas terhadap sejumlah besar informasi; dan meningkatkan hiburan – sehingga, misalnya, game komputer dapat terlihat lebih nyata. 1a. OTAK ELEKTRONIK Komputer pribadi yang ada sekarang merespon informasi yang mereka terima – seperti teks yang dimasukkan melalui keyboard – berdasarkan sekumpulan perintah yang disebut program. Dengan mengikuti program, komputer dapat berkelakuan seakan-akan mereka cerdas. Apabila komputer yang canggih digunakan untuk mengkontrol peralatan lain, ilusi akan kecerdesan bahkan lebih meyakinkan. Ada komputer yang dapat mengemudikan mobil dan bahkan menerbangkan pesawat terbang, sedangkan berbagai macam robot dapat mengerjakan tugas-tugas yang kompleks dalam berbagai macam keadaan. 2 Komputer elektronik digital pertama – dibuat tahun 1940-an – diprogram dengan sangat sulit, yaitu dengan mengubah susunan kabel rangkaiannya. Tetapi dalam tempo satu dekade, komputer dapat menyimpan dan menjalankan program, serta memproses informasi secara otomatis. Penemuan komputer otomatis mendorong banyak orang untuk menganggap bahwa kecerdesan mesin adalah sesuatu yang mungkin, dan ilmu pengetahuan tentang kecerdasan artifisial mulai populer di tahun 1956.1 Komputer modern diprogram secara cerdas oleh orang cerdas, agar berkelakuan cerdas. Apakah hal itu setidaknya membuat “cerdas”? Tidak ada definisi jelas tentang kecerdesan, tetapi banyak tingkah laku dan kemampuan yang tampaknya memerlukan kecerdesan. Berpikir, memprediksi, berempati, dan kemampuan untuk menghadapi situasi baru adalah beberapa contoh penting. Kecerdesan kita adalah hasil dari otak kita. Sebagian orang membayangkan otak sebagai suatu komputer yang sangat rumit: melaksanakan pemrosesan informasi dalam skala besar; menjalankan “program” yang kita sebut sebagai akal; dan merespon terhadap masukan yang diterima melalui indera. Barangkali bila komputer lebih kuat, dan program mereka lebih kompleks, mereka dapat menjadi “otak elektronik” dengan kecerdasan asli. 1b. MENUNJUKKAN KECERDASAN Anggap seandainya minggu depan seorang ahli program komputer mengklaim bahwa dia telah menulis sebuah program yangmemberi komputer kecerdasan sesungguhnya. Bagaimana kita menilai klaim ini? Pada tahun 1950, matematikawan Inggris, Alan Turing, membuat suatu skenario yang melibatkan seorang “penanya” manusia yang memberikan pertanyaan kepada sebuah komputer dan seorang manusia, melalui keyboard komputer. Penanya akan memperoleh jawaban melalui layar komputer atau printer, dan akan berusaha mengetahui siapa yang memberikan jawaban. Turing berpendapat bahwa komputer yang dapat secara konsisten memperdaya penanya bahwa ia adalah manusia, maka komputer ini benar-benar cerdas. Dia meramalkan, dengan salah (!), bahwa menjelang tahun 2000 komputer akan dapat lulus tes ini. Skenario Turing membentuk landasan dari kompetisi tahunan, yang bertujuan mengilhami peneliti-peneliti untuk mencapai batas kecerdasan buatan. Kompetisi tahunan lainnya untuk mesin cerdas adalah RoboCup, dimana tim yang terdiri dari robot-robot bermain sepak bola melawan tim robot lainnya, tanpa ada intervensi dari manusia. Tujuan utama dari organisasi RoboCup adalah membentuk di tahun 2050 “sebuah tim robot bak-manusia yang sepenuhnya otonom, serta dapat menang melawan juara sepak bola manusia”. Sebuah komputer yang lulus tes Turing atau robot-robot yang mencapai tujuan memenangkan RoboCup tentunya merupakan pencapaian yang luar biasa, tetapi tidak semua orang yakin bahwa mesin-mesin itu memang “berpikir”. Istilah “kecerdasan artifisial” dikenalkan tahun 1956 oleh ilmuwan komputer Amerika, John McCarthy (lahir 1927). Suatu penelitian di Dartmouth College berusaha untuk meneliti ide yang mengatakan bahwa “setiap bagian dari belajar atau ciri-ciri kecerdasan lainnya dapat secara prinsip digambarkan secara tepat sehingga sebuah mesin dapat didesain untuk mensimulasikannya”. 1 3 1c. TES TURING Tes Turing biasanya melibatkan para hakim yang memberikan pertanyaan kepada beberapa program komputer dan setidaknya seorang manusia. Banyak orang telah menulis program komputer yang dapat menganalisis pertanyaan dan membuat jawaban yang tersusun dengan baik – tetapi sampai saat ini tidak satu pun yang berhasil memperdaya para hakim. Pertanyaan yang diberikan para hakim dapat berupa sembarang tema, dan umumnya ditujukan untuk merangsang percakapan dua arah. Pertanyaannya kerap melibatkan topik seperti seni, masalahmasalah aktual dan, tentu saja, kecerdasan artifisial. Di tahun 1990, seorang dermawan Amerika Hugh Loebner menjanjikan hadiah $ 100.000, dan sebuah medali emas kepada pendesain komputer pertama yang lolos tes Turing. Kompetisi hadiah Loebner telah diadakan setiap tahunnya sejak tahun 1991. Sangat kecil kemungkinannya dalam waktu dekat hadiahnya akan diklaim. 1d. MEMAHAMI KATA-KATA Dalam artikelnya, “Minds, Brains and Programs” (1980), John Searle berpendapat secara yakin bahwa komputer tidak akan pernah benar-benar cerdas karena komputer tidak akan pernah dapat memahami apa pun. Dia mendasarkan argumennya pada operasi dalam program komputer yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan pemahaman tentang cerita pendek sederhana. Programprogram ini, yang dirintis di tahun 1970-an, adalah sebuah contoh dari “pemrosesan bahasa alami”. Mereka berkerja dengan menganalisis kalimatkalimat, menggunakan aturan tata bahasa, dan memecah sebuah cerita pendek sederhana ke dalam konsep-konsep dasarnya, dengan menggunakan “naskah” (script) – yaitu garis besar cerita yang telah diprogramkan sebelumnya, yang berlaku untuk situasi-situasi tertentu. Pertimbangkan cerita pendek ini: “Jack pergi ke sebuah rumah makan dan memesan telur dadar dan kentang goreng. Pelayan memberitahu dia bahwa kentang goreng tidak ada. Jack memutuskan memesan telur dadar dengan salad. Dia memakan makanannya, tetapi pergi tanpa membayar tagihannya. Sebuah program komputer yang sesuai, diberi cerita ini lengkap dengan sebuah naskah rumah makan, dapat menghasilkan jawaban yang benar bagi pertanyaan seperti: “Apakah tadi Jack makan kentang goreng?”, “Mengapa Jack memakan salad dan bukannya kentang goreng?”, dan “Apakah Jack puas dengan makanannya?” Walaupun program ini sangat terbatas dalam kemampuannya, pemrosesan bahasa alami dianggap oleh sebagian orang sebagai sebuah langkah awal ke arah kecerdasan artifisial sesungguhnya. Beberapa peneliti berargumen bahwa karena jawaban yang diberikan program ini tidak dapat dibedakan dari jawaban yang mungkin diberikan seorang responden manusia, komputer sebenarnya dapat dikatakan paham, sebagaimana manusia biasa. 1e. APA ARTI SEMUA INI? 4 Alasan Searle terhadap klaim ini adalah adanya perbedaan antara sintaksis (tatabahasa) dan semantik (makna). Program komputer memanipulasi pulsa-pulsa elektronik yang mewakili sintaksis dalam cerita pendek, tetapi sama sekali tidak memiliki semantik. Akal manusia, di sisi lain, memahami semantik karena mereka memiliki perasaan tentang segala hal yang mereka rasakan. Para filsuf menyebut hal ini “kemauan”. Keadaan berkemauan mengkaitkan bagian-bagian dari dunai di sekitar mereka, dan memberi makna padanya. Hal ini termasuk keyakinan, keinginan, ketakutan, dan rasa sakit. Tanpa kemauan, sebuah komputer tidak akan benar-benar memahami sebuah cerita yang diberikan kepadanya, meskipun kenyataannya dia mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang cerita itu dengan tepat. Sebagaimana yang ditunjukkan Searle, kemauan apa pun yang tampaknya dimiliki oleh sebuah program komputer ditemukan dalam akal orang yang menulis program itu. 1f. CHINESE - ROOM ARGUMENT Untuk menggambarkan argumentasinya, Searle menempatkan dirinya sebagai sebuah komputer yang melakukan pemrosesan bahasa alami. Dalam sesuatu yang terkenal sebagai “Chinese Room argument”, Searle menempatkan dirinya dalam sebuah ruangan terkunci, dikelilingi oleh kartu-kartu yang tertulis padanya simbol-simbol Cina. Melalui sebuah celah pada pintu ruangan itu, dia diberi sebuah kisah dalam bahasa Cina, dan sederetan kartu-kartu yang mengandung pertanyaan tentang kisah tadi – juga dalam bahasa Cina. Dia mencari simbol yang benar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, dengan mengikuti sekumpulan instruksi-instruksi yang rumit, dan dia memberikan sekumpulan kartu-kartu keluar ruangan. Tampak bagi orang di luar ruangan bahwa seakanakan dia memahami bahasa Cina. Tetapi sebagaimana Searle akan mengakui, dia tidak memahami bahasa Cina sama sekali. Argumen Searle secara serius meruntuhkan keabsahan tes Turing, dan memukul langsung ke jatung keyakinan mendalam kebanykan peneliti-peneliti kontemporer dalam kecerdasan artifisial – bahwa komputer suatu hari nanti bisa benar-benar cerdas. Sejak publikasi artikel Searle, pendukung klaim kecerdasan artifisial telah menyusun banyak jawaban untuk membela keyakinan mereka. Sebagai contoh, yang terkenal sebagai jawaban Sistem bersikeras bahwa, secara keseluruhan sistemnya – yang terdiri dari Searle dan sekumpulan instruksiinstruksi rumit yang harus diikutinya – dapat dikatakan memahami bahasa Cina. Argumen lainnya, yang disebut sebagai Jawaban Penghubungan, menyarankan suatu perubahan dari analogi awal yang diajukan Searle. Alih-alih satu orang di dalam ruangan memanipulasi simbol-simbol bahasa Cina, bayangkan beberapa orang, yang setiap orangnya memproses hanya beberapa perintah. Dalam kasus ini, tidak satu pun dari individu di dalam ruangan memahami apa yang dia lakukan, tetapi secara bersamaan, mereka dapat dikatakan memahami bahasa Cina. Perdebatannya masih berlanjut hingga kini. 1g. APA MAKNA KATANYA? 5 Apakah Turing benar ketika ia berkata bahwa selama sebuah komputer berkelakuan secara cerdas, maka dapat dikatakan cerdas? Ataukah Searle yang benar ketika bersikeras bahwa kecerdasan sebenarnya memerlukan dunia internal dari pemikiran dan perasaan – yaitu sebuah akal – dan bahwa ini adalah sesuatu yang mustahil disimulasikan pada sebuah komputer? Untuk itu, akan sangat membantu mempertimbangkan apa sebenarnya makna dari istilah kecerdasan buatan. Bandingkan makna dari kata “buatan” dalam istilah “rumput buatan” dan “perasa buatan”. Rumput buatan bukanlah rumput sama sekali, tetapi tampak seperti rumput asli dan memiliki sifat-sifat yang sama. Apabila “buatan” dalam kecerdasan artifisial memiliki makna ini, maka sebuah komputer hanya harus memiliki sebagian dari karakter kecerdasan manusia, tetapi tidak benar-benar cerdas. Searle mendefinisikan hal itu sebagai “low AI”, dan ia yakin bahwa sebuah komputer yang dapat lolos tes Turing hanya memiliki “low AI”.2 Perasa buatan dalam makanan olahan, di sisi lain, memang benar-benar terasa, tetapi dihasilkan secara buatan dalam laboratiorium kimia, bukan diambil langsung dari alam. Apabila”buatan” dalam kecerdasan artifisial memikiki makna ini, maka sebuah komputer harus memiliki kecerdasan sebenarnya, hanya saja dibuat melalui suatu cara yang berbeda dari kecerdasan kita. Sebuah komputer semacam itu akan dapat berpikir untuk dirnya sendiri – ia akan memiiki akal. Searle menyebut ide ini sebagai “high AI”,3 dan mengklaim bahwa hal ini ini tidak mungkin dicapai. Jadi ambiguitas yang dimiliki kata “buatan” bermanfaat membagi komunitas kecerdasan artifisial menjadi dua kubu yang berbeda; mereka yang ingin mendesain sistem komputer yang berguna dan mereka yang ingin menciptakan akal buatan. Tetapi, ketika tiba pada kata “kecerdasan”, ambiguitas menjadi persoalan yang besar. 2. BERPIKIR TENTANG “BERPIKIR” Para filsuf dan ilmuwan telah lama memikirkan masalah kecerdasan. Orang-orang yang digambarkan sebagai cerdas bisa jadi ahli, berpengetahuan, cermat,cerdik, ataupun simpatik. Komputer dapat melakukan tugas-tugas yang memerlukan keahlian, mereka dapat menyimpan informasi dan diangap cermat ketika mereka merespon rangsangan tertentu. Tetapi saat ini, mereka hanya dapat melakukan hal-hal tersebut apabila mereka diprogram untuk melakukannya. Terlebih lagi, akan sangat sulit membayangkan sebuah komputer yang simpatis ataupun cerdik. Definisi apa pun tentang cerdas harus meliputi kebanyakan atau kesemua kemampuan manusia beriktu ini: penalaran, belajar, menetapkan, mengingat, emosi, kemauan, pemahaman, akal sehat, dan kesadaran. Komputer dapat diprogram untuk belajar dan mengingat, tetapi komputer dengan kemampuan untuk menetapkan, emosi, keinginan, pemahaman, dan perasaan akal sehat tampaknya merupakan sebuah tantangan. Misteri terbesar dari kesemua 2 Sebuah komputer dapat diprogram untuk bermain catur tanpa memerlukan akalnya sendiri; ini adalah contoh dari “low AI”. Contoh dari “high AI” hanya dapat ditemui dalam science fiction. “Robby si Robot”, dari film Forbidden Planet (1975), memiliki IQ yang tinggi dan moral yang tidak tercela. 3 6 kualitas tersebut adalah kesadaran: perasaan sadar akan diri Anda sendiri dan dunia di sekeliling Anda. Satu hal yang pasti – pada diri manusia setidaknya – kesemua kemampuan dan kualitas yang tertera di atas tampaknya dapat ada karena kita memiliki akal. Barangkali bagi sebuah komputer agar benar-benar cerdas, perlu memiliki akal juga. Akar dari ide filsafat tentang akal terletak pada filsafat Yunani Kuno. Kebanyakan para pemikir Yunani percaya bahwa akal terletak di hati. Hanya sedikit yang menyadari pentingnya otak; Plato, termasuk salah satunya. Tetapi, Plato percaya bahwa akal benar-benar terpisah dari dunia fisik – suatu ide yang disebut dualisme – dan tidak disebabkan oleh proses yang ada di otak. Descartes, seorang matematikawan dan filsuf Perancis abad ke-16, adalah salah salah seorang penganut dualisme yang terkenal. Dalam sebuah eksperimen, dia menunjukkan bagaimana lensa di dalam mata seekor kambing membentuk gambar di retina. Dia melacak saraf optik sampai ke otak, yang padanya, dia percaya “mata akal” melihat gambarnya. Banyak filsuf masih menganut paham dualisme sampai kini. Bila hal ini benar, akan merupakam tantangan yang sangat besar – sulit dibayangkan suatu jiwa diprogramkan ke dalam sebuah komputer. Pada akhir abad ke-19, disiplin ilmu baru dari psikologi berusaha untuk mengambangkan suatu teori ilmiah tentang akal, untuk menjelaskan bagaimana kita memahami dunia dan bagaimana kita belajar dan mengingat, serta untuk memahami tingkah laku manusia dan hewan. Di awal tahun 1900-an, psikolog Austria, Sigmund Freud memformulasikan teori-teori mengenai dunia pribadi tentang dorongan-dorongan di luar kesadaran dan mimpi-mimpi. Tes ukuran kecerdasan (tes IQ), diperkenalkan kira-kira pada saat yang sama. Tes itu mengukur kemampuan “kognitif”, seperti penalaran verbal dan ruang serta kemampuan aritmetika. Tetapi bagaimana tepatnya akal membentuk kemampuan kognitif atau pun keinginan di luar kesadaran masih merupakan misteri. Di tahun 1930-an, neuroscience (ilmu saraf) – studi tentang sel-sel saraf atau neuron – mulai membuat langkah-langkah awal. Salah satu tujuan utama dari neuroscience adalah memahami bagaimana neuron di otak berperan dalam aspek kecerdasan seperti persepsi, belajar dan mengingat. Penerapan pemahaman ini ke desain sistem komputer merupakan pendekatan yang menjanjikan kecerdasan artifisial. 2a. NEURON Neuron (sel saraf) adalah unit dasar dari sistem saraf. Setiap neuron terdiri dari sebuah badan sel dengan tambahan untaian-untaian panjang yang disebut akson dan dendrit. Secara umum, ujung akson dari sebuah neuron bertemu denan ujung dendrit dari bebara neuron lainnya. Di dalam otak mereka membentuk struktur yang luar biasa kompleksnya dan merupakan sistem jaringan yang selalu berubah. Neuron-neuron yang untaian-untaiannya bertemu terus-menerus saling menukarkan sinyal listrik. Diperkirakan ada 100.000 juga neuron di dalam otak – lebih dari sepuluh kali jumlah manusia di bumi. Juga telah dihitung bahwa terdapat sekitar 1.000.000.000.000.000.000 (satu quadrilion – satu trilyun) sambungan antar mereka.Terdapat bukti yang meyakinkan bahwa kemampuan kita untuk belajar dan mengingat adalah hasil dari cara neuron saling terhubung, dan hampir pasti bahwa sinyal yang diproduksi neuro membentuk dasar dari semua persepsi, pemikiran dan tingkah laku kita. Kebanyakan ilmuwan 7 neuroscience percaya bahwa bahkan kesadaran kita muncul secara langsung dari sinyal-sinyal kecil saraf yang tak terhitung jumlahnya. Neuron dapat berada di dalam satu dari dua keadaan: “menembakkan” atau “tidak menembakkan”. Ketika sebuah neuron menembak, dia menghasilkan sekitar 50 sampai 100 pulsa listrik setiap detiknya; ketika menembak, dia hanya menghasilkan beberapa pulsa. Sebuah neuron menembak ketika menerima cukup rangsangan dari semua neuron lain yang terhubung dengannya. Beberapa neuron – yang dendritnya membentuk organ penginderaan kita – menerima rangsangan dari dunia luar. Kulit, misalnya, mengandung dendrit dari neuron pengindera yang sensitif terhadap tekanan dan panas, sedangkan dendrit pada mata sensitif terhadap cahaya. Keluaran dari otak manusia dibawa oleh “neuron motor”, keluar dari otak menuju ke otot. Sebuah pulsa listrik yang mencapai sebuah otot akan menyebabkan otot tersebut berkontraksi. Sehinga, kesemua persepsi kita tentang dunia – dari mendengar petir sampai merasa sakit kerena tusukan peniti – bermula sebagai pulsa listrik pada ujung neuron pengindera kita. Dan pulsa listrik pada neuron motor kita bertanggungjawab atas segala sesuatu mulai dari kedipan mata sampai menyetir mobil. 2b. PERANAN NEURON Setiap neuron dilapisi sebuah membran yang permukaannya mengandung suatu tegangan listrik, atau “potensial” listrik. Perubahan pada tegangan ini yang mendasari sinyal syaraf. Sebuah neuron menghasilkan pulsa listrik yang menjalar dari sel tubuh ke sepanjang akson. Di ujung cabang-cabang akson yang banyak, pulsanya ditangkap oleh dendrit dari neuron lainnya melalui sebuah celah kecil yang disebut sinapsis. Setiap pulsa yang sampai pada sebuah sinapsis melepaskan zat kimia, yang disebut transmiter-neuron, yang melewati sinapsis dan membran dendrit. Kemudian, ini mempengaruhi potensial listrik membran neuorn penerima. Neuron penerima memiliki banyak dendrit, masing-masingnya menerima sinyal yang melewati sinapsis; neuron akan menembak bila total muatan pada potensial listriknya melebihi suatu ambang batas tertentu. Ketika kita mengalami dan bereaksi terhadap dunia di sekeliling kita, neuron baru dan sinapsis baru terbentuk, beberapa neuron lam akan hilang, dan sifat dari suatu sinapsis dapat berubah. 2c. SEBUAH OTAK YANG TERORGANISIR Bagian lekukan-lekukan, yaitu bagian terluar dari otak disebut sebagai korteks. Ada sebuah wilayah korteks pada masing-masing sisi otak yang padanya datang sinyal penginderaan, dan yang lainnya berasal dari sinyal motor. Sinyal dari bagian tubuh tertentu, dilewatkan melalui neuron pengindera, dan yang lainnya berasal dari sinyal motor. Sinyal dari bagian tubuh tertentu dilewatkan melalui neuron penginderaan selalu berakhir pada bagian yang sama dari “korteks pengindera”. Demikian pula, sinyal yang berasal dari suatu bagian dari “korteks 8 motor”, dilewatkan melalui neuron motor, selalu sampai pada bagian tubuh yang sama. Penglokasian fungsi ini adalah suatu norma keteraturan di dalam otak. Hal ini seakan-akan otak telah secara tepat disambungkan sesuai dengan suatu rencana utama yang rumit. Arsitektur otak mengikuti suatu pola yang sama untuk kita semua, tetapi pada tingkatan neuron individual dan kumpulan neuron-neuron, kita semua berbeda. Pengalaman kita membentuk otak kita, dengan mengubah hubungan-hubungan antara neuron-neuron. 2d. OTAK KOMPUTER? Bagi kebanyakan ilmuwan neuroscience, otak tidak lebih dari sebuah komputer yang sangat rumit. Dan pada kenyataannya, ada banyak kemiripan antara otak dan komputer. Sebagai contoh, keduanya menerima informasi dalam bentuk pulsa listrik, meproses informasi tadi secara internal, dan menghasilkan pulsa listrik sebagai keluaran. Dan bahkan neuron memiliki padanan bagiannya di dalam sebuah komputer digital: rangkaian elektronik yang disebut gerbang logika. Seperti halnya neuron yang dapat dalam keadaan menembak atau tidak menembak, gerbang logika juga dapat berada dalam keadaan “on” atau “off”. Dua keadaan, atau sistem biner ini berada pada jantung cara kerja komputer memproses informasi. Kemiripannya tidak berakhir di situ. Gerbang logika menghasilkan keluaran (dalam keadaan “on”) hanya ketika kriteria tertentu dipenuhi dalam pola masukan mereka – ini juga sama dengan neuron di otak. Terlebih lagi, kebanyakan gerbang logika menerima masukan mereka dari gerbang logika yang lain, membentuk jaringan-jaringan sebagaimana neuoron membentuk jaringan di otak. Sebagaimana halnya dengan neuron, pengecualiannya adalah gerbang logika yang menerima masukan dari dunia luar komputer atau yang menghasilkan keluaran. Meskipun ada kemiripan-kemiripan antara otak dan komputer, dan antara neuron dan gerbang logika secara khusus, ada beberapa perbedaan penting. Barangkali yang paling jelas adalah tingkat kerumitannya: bahkan komputer yang paling kuat pun tidak memiliki jumlah gerbang logika yang mendekati jumlah neuron yang dimiliki otak. Perbedaan penting lainnya adalah bahwa otak tidak perlu diprogram untuk melakukan apa yang dilakukannya. Barangkali yang terpenting, para ilmuwan komputer memahami dengan pasti bagaimana komputer bekerja, sedangkan tentang otak masih banyak hal yang harus ditemukan. Ringkasan: Persepsi kita tentang dunia muncul sebagai hasil dari tembakan neuronneuron di otak. Kemampuan kita untuk belajar adalah hasil dari perubahan hubungan-hubungan antara neuron-neuron. Sebuah neuron individual “memutuskan” untuk menembak bergantung pada rangsangan yang diterimanya dari penembakan beberapa neuron lainnya. 3. DUNIA DALAM 9 Neuroscience modern telah mencocokkan struktur-struktur dan wilayah tertentu dari otak dengan fungsi mereka, menerangkan dengan jelas bagaimana neuron individual bekerja, dan bahkan telah menolong kita untuk memahami bagaimana hubungan antara neuron dapat membentuk ingatan dan menghasilkan belajar. Tetapi tidak seorangpun benar-benar memahami ciri-ciri kecerdasan manusia yang kemungkinan besar merupakan hal terpenting bagi riset ke arah kecerdasan artifisial – pembentukan bahasa yang bermakna, keadaan kesengajaan dan kesadaran, serta kesadaran diri. Emosi jelas memiliki peranan dalam fenomena-fenomena ini; apa yang dapat diinformasikan oleh biologi tentang mereka? Emosi terkait dengan wilayah tertentu dari otak. Sebagai contoh, bagian tertentu dari hipotalamus, sebuah organ kecil di dekat bagian tengah otak, secara langsung terlibat dalam kenikmatan dan keengganan, sedangkan organ lain dari otak, yaitu amigdala, terlibat kuat dalam emosi ketakutan. Tetapi walaupun penyebab dari emosi barangkali dapat dipahami, mekanisme yang dengannya kita menjadi sadar akan hal ini tetap merupakan sebuah misteri total. Dan hal yang sama juga berlaku untuk setiap aspek dari kesadaran. Beberapa filsuf dan ilmuwan neuroscience berpegang teguh pada interpretasi dualistik tentang kesadaran, mengklaim bahwa hal ini terpisah dari dunia fisis, dan tidak akan dapat dijelaskan dengan tepat oleh teori ilmu pengetahuan. Beberapa orang telah berusaha untuk menentukan lokasi kesadaran pada wilayah fisis tertentu dari otak, termasuk formasi retikular, yang berkelakukan seperti suatu kantor penyortir yang mengorganisir informasi penginderaan dari seluruh tubuh. Yang lain mempertimbangkan kesadaran sebagai sifat “pemunculan”, yang tidak berada pada wilayah tertentu dari otak, tetapi muncul dari distribusi aktivitas seluruh neuron. Secara khusus, mereka menunjuk pada korteks – lapisan luar otak yang luar biasa kompleks dan berbelit-belit. Pendekatan ini masuk akal, karena hanya binatang yang memiliki korteks yang berkembang biak yang menunjukkan tanda-tanda kesadaran. Pemahaman kita tentang kecerdasan manusia telah berkembang cukup jauh selama beberapa ratus tahun terakhir, dan kemampuan komputer memproses juga telah meningkat dengan kelajuan yang luar biasa. Tetapi, meskipun terdapat banyak penyelidikan para filsuf, ilmuwan neuroscience, dan para ahli biologi evolusioner, misteri tentang bagaimana kita dapat merasakan kesadaran akan segala sesuatu adalah rintangan utama bagi peneliti kecerdasan artifisial dalam berharap membuat mesin yang benar-benar cerdas.