PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO DAN LABA KOTOR

advertisement
PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO DAN LABA KOTOR TERHADAP RETURN SAHAM
(Studi Empiris pada Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia)
Ali Imran
ABSTRACT
The objective of this research is to examine the influence of debt to equity ratio and gross profit on listed
companies from food and beverages sector at Indonesia Stock Exchange in the year 2008-2010. The
method analysis used in this research is multiple regression analysis. The population consist of 11 food
and beverages companies registered in Indonesia Stock Exchange of 2008-2010. The results of this
research show that (1)debt to equity ratio has positive influence to stockt return (2) gross profit has no
influence to stockt return, (3)debt to equity ratio and gross profit has influence to stockt return.
Key Words: debt to equity ratio, gross profit, stockt return
Latar Belakang Masalah
Pasar modal merupakan tempat bagi perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka
panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Sekarang ini perkembangan pasar modal
telah mengalami peningkatan yang pesat dan merupakan wadah untuk memobilisasi dana yang bersumber
dari investor kepada pihak yang membutuhkan dana.
Pasar modal juga mempunyai fungsi sebagai sarana alokasi dana yang produktif untuk
memindahkan dana dari pemberi ke peminjam. Alokasi dana yang produktif terjadi jika individu yang
mempunyai kelebihan dana dapat meminjamkannya ke individu lain dan lebih produktif yang
membutuhkan dana, sehingga kedua belah pihak baik pemberi pinjaman atau peminjam akan lebih
menguntungkan dibandingkan jika pasar modal tidak ada (Hartono,2003:26). Oleh karena itu pasar modal
merupakan suatu sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari investor, dan juga merupakan
sarana bagi investor untuk melakukan investasi .
Investor yang rasional adalah investor yang dapat melakukan kegiatan investasi secara tepat sesuai
dengan tujuan dari investasi yang dilakukan. Ekspektasi dari para investor terhadap investasinya adalah
memperoleh return (tingkat pengembalian) sebesar-besarnya dengan risiko tertentu. Return tersebut dapat
berupa capital gain ataupun deviden. Return tersebut menjadi indikator untuk meningkatkan wealth para
investor termasuk di dalamnya para pemegang saham ( Suharli, 2005).
Seorang investor juga dapat melakukan penilaian saham secara wajar sesuai dengan nilai instrinsik
yang dimiliki dari saham yang bersangkutan (Purnama, 2005). Beberapa pertanyaan yang mendasar
seringkali di kemukakan, seperti misalnya apakah harga saham di pasar mencerminkan nilai sebenarnya
dari saham yang diperdagangkan tersebut. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka investor harus
mengetahui nilai dari saham yang disebut dengan nilai intristik (intristik value) (Hartono, 2003). Nilai
intristik merupakan nilai yang sesungguhnya dari saham yang bersangkutan, yang sebenarnya memang
merupakan nilai yang seharusnya melekat pada saham tersebut (Tandelilin, 2001).
Salah satu fungsi pasar modal adalah sebagai sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber dari
masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Syarat utama yang diinginkan oleh para
investor agar bersedia menyalurkan dananya melalui pasar modal adalah perasaan aman akan investasi
dan tingkat return yang akan diperoleh dari investasi tersebut. Perasaan aman ini diantaranya diperoleh
karena investor memperoleh informasi yang jelas, wajar, dan tepat waktu sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan investasinya (Suadi,1998) dalam Maulidhani (2007). Return memungkinkan
investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan
oleh berbagai investasi pada tingkat pengembalian yang di inginkan. Disisi lain, return pun memiliki
peran yang amat signifikan dalam menentukan nilai dari suatu investasi (Linda,2005). Tetapi fenomena
yang terjadi ada perusahaan yang tidak memperoleh tingkat return yang optimal seperti yang diharapkan
oleh investor
Rendahnya return yang diperoleh perusahaan-perusahaan tersebut diatas menunjukkan kenyataan
bahwa ada perusahaan yang tingkat pengembaliannya tidak seperti yang diharapkan oleh investor. Hal ini
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya kinerja perusahaan.
Selain fenomena tersebut, Kurniawan (2000) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa suatu
ketidakpastian dapat mendorong investor yang rasional untuk selalu mempertimbangkan risiko dan
expected return setiap sekuritas yang secara teoritis berbanding lurus. Semakin besar expected return
maka tingkat resiko yang melekat juga semakin besar. Gambaran risiko dan expected return dari suatu
saham dapat dinilai berdasarkan informasi, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Selain itu
berbagai pertimbangan dan analisis yang akurat perlu dilakukan investor dalam membeli, menjual, atau
menahan saham untuk mencapai tingkat return optimal yang diharapkan (Indriani,2005). Suatu informasi
dianggap informatif jika informasi tersebut mampu mengubah kepercayaan (beliefs) para pengambil
keputusan. Adanya suatu informasi yang baru akan membentuk suatu kepercayaan yang baru di kalangan
investor. Kepercayaan ini akan mengubah harga melalui perubahan demand dan supply surat-surat
berharga (Hastuti, 1998 dalam Daniati dan Suhairi, 2006). Dengan kata lain suatu informasi dikatakan
memiliki content jika pasar menyerap informasi dengan cepat dan terefleksikan pada perubahan harga
pasar.
Salah satu faktor yang mempengaruhi return saham adalah rasio hutang (debt to equity ratio).
Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Sudarto et al (1999), pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dimana return saham sebagai variabel dependen dan debt to equity
ratio (DER) sebagai variabel independen, menunjukkan bahwa hubungan antara return dan debt to equity
ratio adalah negatif dan tidak signifikan. Selanjutnya Ulupui (2006) juga menemukan bahwa DER
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham dalam penelitiannya.
Hasil penelitian Suharli (2005) yang menguji pengaruh debt to equity ratio dan beta terhadap
return saham, menunjukkan bahwa DER tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham.
Sedangkan Hasil penelitian Bhandari (1998) menunjukkan bahwa hubungan antara debt to equity ratio
dengan return adalah positif dan signifikan.
Laporan laba rugi memuat banyak angka laba, yaitu laba kotor, laba operasi, dan laba bersih,
selain itu kita juga mengenal laba akuntansi yang kesemuanya mempunyai tujuan yang sama yaitu
pengukuran efisiensi manajer dalam mengelola perusahaan. Riset akuntansi terutama yang mencari
hubungan angka laba dengan harga saham maupun return saham selalu menggunakan angka laba operasi
atau EPS yang dihitung menggunakan angka laba bersih dan jarang yang menggunakan angka laba kotor.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan angka laba kotor untuk melihat pengaruhnya terhadap
expected return dari investasi terhadap saham perusahaan. Ini didasarkan dari hasil penelitian Febrianto
(2005) yang membuktikan bahwa angka laba kotor memiliki kualitas laba yang lebih baik dibandingkan
kedua angka laba yang lain yang disajikan dalam laporan laba rugi, lebih operatif, dan lebih mampu
memberikan gambaran yang lebih baik tentang hubungan antara laba dengan harga saham.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka permasalahan yang akan dirumuskan dalam
penelitian adalah apakah debt to equity ratio (DER) dan laba kotor berpengaruh baik secara simultan
maupun parsial terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia?.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari
pengaruh debt to equity ratio dan laba kotor terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Pasar Modal
Gitman (2000:5) memberikan definisi pasar modal sebagai berikut: “capital market is financial
relationship created by number of institutions and arrangements allows suppliers and demanders of longterm funds to make transactions”. Hal serupa juga di kemukakan oleh Van Horne (1998:526) yang
mengatakan bahwa: “capital market is the market for relatively long-term (greater than one year original
maturity) financial instruments (e.g., bonds and stocks)”.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan
pertemuan pihak yang memiliki kelebihan dana, dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga dapat diartikan sebagai pasar untuk
memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun seperti saham dan
obligasi. Sedangkan tempat dimana terjadinya jual beli sekuritas disebut bursa efek. Oleh karena itu bursa
efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik.
Pasar modal mempunyai peranan yang sangat penting sebagai penyalur dana dari pihak yang
kelebihan dana kepada pihak yang kekurangan dana secara efisien. Sunariyah (2000:7) mengemukakan
lima aspek peranan pasar modal dalam suatu negara yaitu:
1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga
saham atau surat berharga yang diperjualbelikan.
2. Pasar modal memberikan kesempatan kepada para investor untuk memperoleh keuntungan
(return) yang diharapkan.
3. Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang
dimilikinya atau surat berharga lainnya.
4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartispasi dalam
pengembangan perekonomian.
5. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.
Debt to Equity Ratio
Kreditor jangka panjang dan pemegang saham menaruh perhatian pada kemampuan perusahaan
untuk menjaga keseimbangan antara hutang dan ekuitas. Keseimbangan ini diukur dengan debt to equity
ratio (Garison et.al, 2007:605).
Menurut Horne dan Wachoviz (1998) “Debt to equity is computed by simply dividing the total
debt of the firm (including current liabilities by its shareholders equity”. Debt to equity ratio merupakan
perhitungan sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham.
Sedangkan Ross et al (2003) dalam Suharli (2005) menyatakan bahwa “debt to equity ratio is
deviding total with total equity”. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Brearly et al (2001)) “debt
to equity ratio of the firm deviding equity”. Dapat disimpulkan bahwa Debt to equity ratio merupakan
rasio yang membandingkan total hutang dengan total ekuitas dari pemegang saham. Dengan demikian,
debt to equity ratio juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh
perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang. Debt to equity ratio dapat
dirumuskan sebagai berikut (Brearly et al, 2001:409)
Total debt
Debt to equity ratio =-------------Total equity
DER di perhatikan secara mendalam oleh para kreditor dan investor, karena DER mencerminkan
sampai sejauh mana manajemen perusahaan mendanai perusahaannya dengan hutang di bandingkan
dengan menggunakan equity. Kreditor biasanya sensitif terhadap rasio ini karena rasio yang sangat tinggi
dari DER akan menempatkan dananya pada resiko yang tinggi untuk tidak dibayar kembali oleh
perusahaan ( Value based management. net, Juni 2009).
Kreditor dan pemegang saham memiliki pandangan yang berbeda tentang tingkat optimal dari
ratio utang terhadap ekuitas. Umumnya pemegang saham menginginkan hutang yang banyak untuk
mengambil manfaat dari leverage keuangan yang positif. Sebaliknya, karena ekuitas mencerminkan
kelebihan total aktiva atas total kewajiban yang dapat memberikan proteksi dari bagi kreditor, maka
kreditor menginginkan hutang yang sedikit dan ekuitas yang lebih banyak (Garison et.al, 2007:605).
Laba Kotor
Laba kotor merupakan laba yang pertama kali terlihat didalam laporan laba rugi dimana laba kotor
merupakan hasil dari penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan, hal ini sejalan dengan
kutipan dari Soemarso (2004:234) “Laba kotor (gross profit) adalah penjualan bersih dikurangi harga
pokok penjualan”.
Return Saham
Seorang investor yang rasional akan selalu berusaha agar investasinya mendatangkan return yang
tinggi. Tingkat return tersebut merupakan tolak ukur pertumbuhan investasi yang dilakukan, karena itu
investor akan sangat memeperhatikan nilai dari return.
Menurut Gitman (2000:28) return dapat diartikan sebagai berikut: “ The return is total gain or
loss experienced on an investment over a given period of time; calculated by deviding the asset’s change
in value plus any cash distribution during the period by its beginning of period investment value”.
Sedangkan Van Horne (1998:90) menyatakan bahwa return dapat diartikan sebagai berikut:” The return
from holding an investment over some period-say, a year is simply any cash payments received due to
ownership, plus the change in market price devided by the beginning price”.
Berdasarkan definisi diatas maka return dapat disimpulkan bahwa dari investasi dalam saham,
seorang investor mengharapkan dua potensi keuntungan yaitu dividen and capital gain. Dividen
merupakan bagian laba yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham dan capital gain merupakan
selisih positif harga jual dan harga beli suatu saham.
Salah satu istilah return yang sering dikemukan oleh para ahli adalah actual return atau realized
return (Ikhsan, 2004). Pengertian realized return menurut Jones (2004:9): “realized return is actual
return on an investment for some previous period of time”. Selanjutnya menurut Jogiyanto (2008:195):
return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Berdasarkan kedua pengertian
diatas maka actual return atau realized return merupaka return yang sesunguhnya terjadi selama satu
periode yang merupakan selisih harga sekarang dengan harga sebelumnya.
Menurut Jogiyanto (2008:196), return realisasi (realized return) dapat dihitung dengan:
1)
Return Total
Return total merupakan keseluruhan dari sutu investasi dalam suatu peride tertentu. Return total
sering disebut return saja. Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield, dimana capital
gain (loss) merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu.
Jadi return total dapat dinyatakan sebagai:
Pt – Pt-1
Return = --------------- + Yield
Pt-1
Dimana: Pt
: harga saham pada periode t.
Pt-1
: harga saham pada periode t-1
Yield
: penerimaan kas periodik
Untuk saham biasa penerimaan kas periodik dalam bentuk dividen, namun mengingat tidak
selamanya perusahaan akan membayar deviden, maka return total dapat dihitung sebagai berikut:
Pt – Pt-1
Return = --------------Pt-1
2) Relatip Return
Untuk perhitungan tertentu seperti rata-rata geometric yang menggunakan perhitungan
pengakaran dibutuhkan suatu return yang harus bernilai positif, dalam hal ini relatip return
dapat digunakan yaitu dengan menambahkan nilai 1 terhadap nilai return total sebagai berikut:
Pt – Pt-1 +Dt +1
Relatip return = ------------------Pt-1
Dimana : Pt : harga saham pada periode t
Pt-1 : harga saham pada periode t-1
Dt : dividen pada periode t
3) Kumulatif Return
Return total mengukur perubahan kemakmuran yaitu perubahan harga dari saham dan
perubahan pendapatan dari deviden yang diterima dan hanya mengukur perubahan
kemakmuran pada saat waktu tertentu saja, tetapi tidak mengukur total dari kemakmuran yang
dimiliki. Untuk itu dapat menggunakan indeks kemakmuran kumulatif yaitu dengan mengukur
akumulasi semua return dari kemakmuran awal yang dimiliki, dapat dirumuskan sebagai
berikut:
IKK = KK0 (1+R1)(1+R2)….(1+Rn)
Dimana : IKK : indeks kemakmuran komulatif, mulai dari periode awal sampai ke-n
KK0
:
kekayaan awal, biasanya digunakan nilai Rp.1.
Rt
: return period ke-t, mulai dari awal periode (t=1) sampai ke akhir periode (t=n).
4) Return disesuaikan (adjusted return)
Return ini tidak hanya mengukur perubahan dari nilai uang namun juga mempertimbangkan
tingkat daya beli dari nilai uang tersebut, untuk itu perlu disesuaikan dengan tingkat inflasi
yang ada. Return ini disebut juga dengan return riil atau return yang disesuaikan dengan tingkat
inflasi (inflation adjusted return) yang dirumuskan sebagai berikut:
(1+R)
RIA = --------------(1+IF)
Dimana : RIA = return disesuaikan dengan tingkat inflansi
R
= return nominal
IF = tingkat inflasi
Penelitian Terdahulu
1.
Suharli (2005)
Suharli (2005) meneliti pengaruh debt to equity ratio dan tingkat resiko terhadap return saham
pada industri food dan beverages di Bursa Efak Jakarta. Data dari penelitian ini adalah laporan keuangan
dari industri food dan beverages di Bursa Efak Jakarta dari tahun 2001-2004. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa debt to equity ratio dan tingkat resiko tidak mempengaruhi return saham secara
signifikan.
2.
Daniati dan Suhairi (2006)
Daniati dan Suhairi (2006) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh kandungan informasi
komponen laporan arus kas, laba kotor, dan size perusahaan terhadap expected return saham”. Penelitian
ini menggunakan sampel sebanyak 34 perusahaan yang terdaftar pada industri textile mill products,
appareal and other textile products, dan allied products yang terdaftar di BEJ periode 1998 sampai
dengan 2004, pengambilan sampel tersebut menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini
menunjukkan hasil bahwa arus kas dari aktivitas investasi, laba kotor, dan size perusahaan memiliki
pengaruh signifikan terhadap expected return saham. Sedangkan arus kas dari aktivitas operasi tidak
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap expected return saham.
6.
Ulupui (2006)
Ulupui (2006) melakukan penelitian tentang analisa pengaruh rasio likuiditas, leverage, aktifitas,
dan profitabilitas terhadap return saham pada perusahaan makanan dan minuman dengan kategori industri
barang konsumsi di BEJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel current ratio dan ROA
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. Sedangkan DER dan total asset turn
over berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham.
Hubungan Debt to Equity Ratio dengan Return Saham
Suharli (2005) dalam penelitiannya tentang faktor- faktor yang mempengaruhi return saham
menyebutkan debt to equity ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Kemudian
Sudarto et.al (1999) yang melakukan penelitian terhadap perusahaan manufaktur yang listing di Bursa
Efek Indonesia. Dalam penelitian tersebut return saham sebagai variabel dependen sedangkan debt to
equity ratio dan beta sebagai variabel independen. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
hubungan antara return dengan debt to equity ratio adalah negatif dan tidak signifikan, sedangkan return
dengan beta berhubungan positif dan signifikan. Demikian pula Ulupui (2006) dalam penelitiannya
menemukan bahwa DER berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham.
Selanjutnya hasil penelitian Zulbahridar dan Jenius (2002) dalam Suharli (2005) menunjukkan
bahwa debt to equity ratio mempunyai hubungan negatif yang signifikan terhadap keuntungan (return)
saham. Sedangkan Bandari (1998) dalam Suharli (2005) menyimpulkan bahwa hubungan return dengan
debt to equity ratio adalah positif dan signifikan.
Hubungan Laba kotor dengan return saham
Laporan laba rugi memuat beberapa angka laba, yaitu laba kotor, laba operasi, dan laba bersih,
selain itu kita juga mengenal laba akuntansi yang kesemuanya mempunyai tujuan yang sama yaitu
pengukuran efisiensi manajer dalam mengelola perusahaan. Riset akuntansi terutama yang mencari
hubungan angka laba dengan harga saham maupun return saham selalu menggunakan angka laba operasi
atau EPS yang dihitung menggunakan angka laba bersih dan jarang yang menggunakan angka laba kotor.
Penggunakan angka laba kotor untuk melihat pengaruhnya terhadap expected return dari investasi
terhadap saham perusahaan. Ini didasarkan dari hasil penelitian Febrianto (2005) yang membuktikan
bahwa angka laba kotor memiliki kualitas laba yang lebih baik dibandingkan kedua angka laba yang lain
yang disajikan dalam laporan laba rugi, lebih operatif, dan lebih mampu memberikan gambaran yang
lebih baik tentang hubungan antara laba dengan harga saham.
Kerangka pemikiran dari penelitian ini digambarkan dalam bentuk diagram seperti yang di
sajikan dalam Gambar 2.1.
Debt to Equity Ratio
Return Saham
Laba Kotor
Gambar 2.1 Kerangka pemikiran yang menggambarkan hubungan antara Debt to Equity Ratio, dan Laba
Kotor dengan return saham.
Hipotesis
Berdasarkan paparan yang dikemukan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap return saham.
2. Laba Kotor Berpengaruh terhadap return saham
Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu: Debt to Equity Ratio
(DER) dan laba kotor terhadap variabel dependen (return saham) yang dilakukan oleh perusahaanperusahaan Foodang Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai 2010.
Periode pengamatan harga saham harian dalam penelitian ini hanya dibatasi selama 7 hari pengamatan
yaitu sejak hari bursa pada tanggal pengumuman (H=0) sampai dengan enam hari bursa (H=+6) setelah
tanggal pengumuman laporan keuangan. Data keuangan dari perusahaan-perusahaan tersebut diperoleh
dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian verifikatif. Penelitian
verifikatif merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabelvariabel melalui pengujian hipotesis (2006:162). disamping untuk menggeneralisasi keakuratan terhadap
suatu pengamatan dari sampel yang representative (Riduwan, 2004) dalam Ikhsan (2004)
Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan food and beverages
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari akhir tahun 2008 – 2010. Perusahaan yang sudah
terdaftar di BEI berarti laporan keuangannya sudah dipublikasikan sehingga ketersediaan dan kemudahan
memperoleh data dapat terpenuhi. Penggunaan kelompok industri yang sama dimaksudkan untuk
menghindari perbedaan karakteristik antara perusahaan manufaktur dan non manufaktur. Adapun yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan untuk periode 31 Desember 2008 – 31
Desember 2010 dan memiliki kelengkapan data yang diperlukan selama berlangsung
penelitian.
2. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI mempunyai earning positif.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang meliputi laporan keuangan publikasian tahunan
yang telah diaudit dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Berdasarkan kriteria diatas diperoleh
jumlah populasi 11 perusahaan. Dikarenakan jumlah populasi tidak banyak, maka metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian sensus. Sensus merupakan metode penelitian dimana semua populasi
diteliti (Indiantoro dan Supomo, 1999;116). Perusahaan Food and Beverages yang menjadi populasi
sasaran tidak sama pada setiap tahunnya (unbalanced pooled data), oleh karena itu jumlah pengamatan
dari penelitian ini tidak sama jumlahnya. Jumlah pengamatan sampai tahun 2010 berjumlah 11
perusahaan.
Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen.
1) Variabel independen; ada tiga variabel independen dari penelitian ini yaitu:
1.
Debt to equity ratio
Debt to equity ratio merupakan rasio yang membandingkan total hutang dengan total ekuitas dari
pemegang saham. Dengan demikian, debt to equity ratio juga dapat memberikan gambaran
mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak
terbayarkan suatu hutang. Debt to equity ratio dapat di rumuskan sebagai berikut (Brearly et al,
2001:490)
Total debt
Debt to equity ratio =----------------Total equity
2.
Laba Kotor
Laba kotor merupakan laba yang pertama kali muncul didalam laporan laba rugi perusahaan,
dengan demikian laba kotor diproksi langsung dari laporan labarugi yang disajikan oleh
perusahaan.
2) Variabel dependen
Variabel dependen dari penelitian ini adalah return total, return total merupakan return keseluruhan
dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu. Return total sering disebut return saja yang terdiri
dari capital gain (loss) dan yield (Hartono, 2008;196). Return merupakan salah satu faktor yang
memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung
resiko atas investasi yang dilakukannya.
Capital gain(loss) merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan periode yang lalu.
Yield merupakan prosentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu
investasi. Return total dapat dirumuskan sebagai berikut :
Pt – Pt-1
Return total = ----------
Pt-1
Keterangan :
Pt = Harga saham pada hari t
Pt-1 = Harga saham pada hari t-1
Teknik Pengumpulan Data.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang terdiri dari:
1. Data keuangan bersumber dari laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang berasal dari
Indonesian Capital Market Directory .
2. Data harga saham harian diperoleh dengan cara sebagai berikut:
a. Data tanggal pengumuman laporan keuangan yang diperoleh dari arsip monitoring laporan
keuangan emiten di BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal).
b. Data Harga Saham periode pengamatan dari database Pusat Referensi Pasar Modal (PPRM) di
Bursa Efek Indonesia.
Untuk melengkapi data yang diperoleh diatas, diperlukan juga data yang diperoleh melalui
penelitian kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku-buku (text book), Jurnal, dan karya tulis lainnya.
Informasi website juga dapat diakses lewat internet dengan alamat http://www.bapepem.go.id,
http://www.isx.co.id serta karya tulis yang dianggap menunjang pembahasan penelitian ini.
Metode Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis
Metode Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah motode regresi berganda. Dalam metode
ini akan menggunakan metode analisis kuantitatif yang menggunakan uji statistik untuk membuktikan
hipotesis yang ada. Model umum dari pembahasan masalah return saham dan faktor-faktor yang
mempengaruhi menggunakan analisis regresi berganda pooled data yang model fungsinya adalah sebagai
berikut :
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + ε
Keterangan :
Y
: Return saham
X1
: Debt to Equity Ratio
X2
: Laba Kotor
ε
: Error ke-I
Rancangan Pengujian Hipotesis
Untuk menguji pengaruh variabel independen price earning ratio, debt to equity ratio dan arus
kas operasi terhadap variabel dependen return saham, dilakukan pengujian secara parsial dan pengujian
simultan, yang diolah dengan program komputer Statistical Package For Social Science (SPSS). Karena
penelitian ini menggunakan metode sensus, maka tidak dilakukan uji signifikansi baik uji t untuk
pengaruh secara parsial maupun uji f untuk pemgaruh secara simultan.
Untuk menguji pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan hipotesis nol (Ho) dengan hipotesis alternatif (Ha) sebagai berikut:
Hipotesis pertama (H1)
Ho : β1= β2 = 0; Debt to Equity Ratio dan Laba Kotor secara simultan tidak berpengaruh terhadap
return saham.
Ha : Paling sedikit ada satu βi (i= 1, 2 ) ≠ 0; Debt to Equity Ratio dan Laba Kotor secara simultan
berpengaruh terhadap return saham.
2. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis sebagai berikut:
Jika β1= β2 = 0 ; Ho tidak ditolak
Jika paling sedikit ada satu βi (i= 1, 2 ) ≠ 0 ; Ho ditolak
Ho tidak ditolak artinya variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen, sedangkan Ho ditolak artinya variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Untuk mengetahui seberapa besar variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen
secara bersama-sama, digunakan uji koefisien determinasi (R2). Nilai koefisien determinasi terletak
dalam interval 0 ≤ R2 ≥1. Apabila R2 semakin mendekati 1, berarti semakin besar proporsi variabel
independen bersama-sama menjelaskan veriabel dependen, apabila R2 semakin mendekati 0, berarti
semakin kecil proporsi variabel independen bersama-sama menjalaskan veriabel dependen.
Uji menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (H A)
Hipotesis kedua (H2)
Ho1:β1=0 ; Debt to Equity Ratio secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham.
Ha1: β1≠0 ; Debt to Equity Ratio secara parsial berpengaruh terhadap return saham.
Hipotesis ketiga (H3)
Ho2:β2=0 ; Laba Kotor secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham.
Ha2: β2≠0 ; Laba Kotor secara parsial berpengaruh terhadap return saham.
2. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis sebagai berikut:
Jika b i (i = 1,2) = 0 ; Ho tidak di tolak.
Jika b i (i ≠1,2) = 0 ; Ho di tolak.
Jika Ho tidak ditolak artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen,
sedangkan Ho ditolak artinya variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan Di Bursa Efek Indonesia
Unit analisis dalam penelitian ini adalah perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia
yang menyajikan laporan keuangan 2008, 2009 dan 2010. Perusahaan yang dijadikan unit analisis dalam
penelitian ini berbeda-beda setiap tahunnya yang diambil sesuai kriteria penetapan populasi sasaran,
sehingga diperoleh seluruh populasi berjumlah 11 perusahaan untuk tahun 2008, 2009 dan 2010.
Perusahaan yang dipilih sebagai unit analisis dalam penelitian ini berdasarkan kriteria berikut :
(1) Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan untuk periode 31 Desember 2008 – 31 Desember
2010 dan memiliki kelengkapan data yang diperlukan selama berlangsung penelitian, (2) Perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI mempunyai earning positif.
Hasil Pengumpulan Data
Berdasarkan variabel penelitian, maka data lapangan yang dibutuhkan untuk melakukan analisis
yaitu data mengenai debt to equity ratio, laba kotor dan return saham.
Debt to equity ratio diukur dengan menggunakan rasio perbandingan antara jumlah total debt
dengan jumlah total equity, dan Laba kotor (gross profit) diproxy dari total laba kotor dalam laporan laba
rugi.
Sedangkan untuk variabel dependent return saham diukur dengan rasio perbandingan antara
harga saham hari t dikurang dengan harga saham hari sebelumnya dan dibagi dengan harga saham hari
sebelumnya. Return saham dalam penelitian ini dibatasi selama 7 hari pengamatan yaitu sejak hari bursa
pada tanggal pengumuman (H=0) sampai dengan enam hari Bursa (H=+6) setelah tanggal pengumuman
laporan keuangan.
Pengaruh Debt To Equity Terhadap Variabel Return Saham
Pengujian pengaruh debt to equity ratio terhadap variabel return saham dilakukan dengan
menggunakan model regresi linier berganda. Karena pengumpulan data penelitian menggunakan metode
sensus, maka pengujian hipotesis tidak dilakukan uji signifikansi, baik t test (untuk pengaruh secara
secara parsial) maupun F test (untuk pengaruh secara bersama-sama).
Analisis regresi digunakan untuk memperoleh nilai-nilai kofisien regresi dan koefisien
determinasi yang sesungguhnya. Koefisien regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial, sedangkan paling sedikit ada satu koefisien regresi
β digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara
bersama-sama. Pengaruh variabel secara simultan dapat dilakukan dengan melihat paling sedikit ada satu
βi (i= 1, 2 ) ≠ 0.
Hasil Pengujian Hipotesis
Untuk menguji pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Hipotesis Pertama (H1)
Menentukan hipotesis nol (Ho) dengan hipotesis alternatif (Ha) sebagai berikut:
Ho : β1= β2= = 0; Debt to Equity Ratiodan Laba Kotor operasi secara simultan tidak berpengaruh
terhadap return saham.
Ha : Paling sedikit ada satu βi (i= 1, 2) ≠ 0; Debt to Equity Ratio secara simultan berpengaruh
terhadap return saham.
Berdasarkan Tabel 4.1 hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa salah satu variabel
β ≠ 0, mengacu pada syarat pengujian hipotesis untuk menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio dan Laba
Kotor secara simultan berpengaruh terhadap return saham jika paling sedikit ada satu β ≠ 0. Dengan
demikian hasil penelitian ini menolak Ho atau menerima Ha.
Uji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
Hipotesis kedua (H2)
Ho1:β1=0 ; Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap return saham.
Ha1: β1≠0 ; Debt to Equity Ratio secara berpengaruh terhadap return saham.
Hipotesis ketiga (H 3)
Ho2: β2=0 ; Laba Kotor tidak berpengaruh terhadap return saham.
Ha2: β2≠0 ; Laba Kotor berpengaruh terhadap return saham.
Tabel 4.2.
Regression Statistics
Variabel
Coefficient
Debt to equity ratio (X1)
0,547
Laba Kotor (X2)
0,000
R
0.306
R-squared
0.33
Sumber : Pengolahan Data (2012 )
Berdasarkan Tabel 4.1. dapat dilihat hasil pengujian hipotesis 2 tentang pengaruh debt to equity
ratio terhadap return saham dengan koefisien regresi price earnings ratio sebesar 0,547. Berdasarkan
rumusan hipotesis bahwa debt to equity ratio ratio berpengaruh terhadap return saham bila β1≠0.
Mengacu pada syarat tersebut, maka hasil penelitian ini menerima Ha (hipotesis alternatif) atau menolak
Ho (hipotesis nol). Nilai koefisien regresi di atas menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh
positif terhadap return saham, yang berarti jika Debt to equity ratio naik satu satuan maka return saham
perusahaan naik sebesar 0,547 satuan.
Berdasarkan Tabel 4.1. dapat dilihat hasil pengujian hipotesis 3 tentang pengaruh laba kotor
terhadap return saham dengan koefisien regresi debt to equity ratio sebesar 0,000. Pada pengujian
hipotesis disebutkan debt to equity ratio berpengaruh terhadap return saham apabila β2≠0. Mengacu pada
persyaratan tersebut, maka hasil penelitian ini menolak Ha (hipotesis alternatif) atau menerima Ho
(hipotesis nol). Nilai koefisien regresi di atas menunjukkan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh
terhadap return saham.
Pembahasan
Debt to Equity Ratio (DER) dan Laba Kotor Secara Simultan Berpengaruh
Saham
Terhadap Return
Berdasarkan uraian hasil analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel
DER, dan laba kotor secara simultan berpengaruh terhadap return saham. Hal ini diperlihatkan dengan
nilai β dari salah satu variabel yang menunjukkan β≠0. Dengan demikian untuk hipotesis 1 dapat
disimpulkan menolak Ho dan menerima Ha.. Pengujian ini dapat juga dilihat dari R2, dari hasil
perhitungan menunjukkan bahwa R2 =33%, berarti 33% variabel dependen dipengaruhi oleh DER, dan
laba kotor, sisanya 67% dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang
dikembangkan.
DER Secara Parsial Berpengaruh Terhadap Return Saham
Hasil pengujian hipotesis 2 tentang pengaruh debt to equity ratio terhadap return saham
menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh positif terhadap return saham dengan koefisien
regresi sebesar 0,542. Hal ini berarti jika terjadi kenaikan modal perusahaan sebesar 1 satuan dapat
menyebabkan return saham naik sebesar 0,542 satuan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Bandari (1998) yang menyatakan bahwa
hubungan return dengan debt to equity ratio adalah positif dan signifikan. Sedangkan penelitian lainnya
oleh Suharli (2005) yang meneliti pengaruh debt to equity ratio dan tingkat resiko terhadap return saham
pada industri food dan beverages di Bursa Efak Jakarta menyimpulkan bahwa debt to equity ratio dan
tingkat resiko tidak mempengaruhi return saham secara signifikan.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Zulbahridar dan Jenius (2002) yang
menunjukkan bahwa debt to equity ratio mempunyai hubungan negatif keuntungan (return) saham. Hasil
penelitian ini juga tidak konsisten dengan penelitian Sudarto et.al (1999) dan Ulupui (2006) yang juga
menemukan bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap return saham.
Laba Kotor secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham
hasil pengujian hipotesis 3 tentang pengaruh laba kotor terhadap return saham dengan koefisien
regresi debt to equity ratio sebesar 0,000. Ini menunjukkan tidak ada pengaruh antara laba kotor
perusahaan dengan tingkat return saham. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukaan oleh Febrianto (2005) yang mendapatkan Laba kotor mamiliki pengaruh yang signifikan
terhadap expected return saham, serta Danniati (2006) yang melakukan penelitian pada perusahaan
manufaktur menunjukkan laba kotor berpengaruh secara siqnifikan terhadap return saham.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan
penelitian sebagai berikut :
1. Secara simultan variabel DER dan laba kotor berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan
food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Debt to equity ratio secara parsial diperoleh berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan
food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4. Variabel laba kotor secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham .
Saran
1. Disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk digunakan variasi variabel lain yang mungkin
berpengaruh terhadap return saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia seperti
variabel rasio pengembalian ekuitas (Return on Equity /ROE) atau pun rasio pengembalian
investasi (Return on Investment /ROI).
2. Pengumpulan data agar dilakukan secara konsisten setiap tahun (balance pooled data) dari
perusahaan manufaktur yang menjadi sasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Bhandari, Laxmi Chand.1998. Debt/Equity Ratio and Expected Common Stock Return:Empirical
Evidence. Journal of Finance, 63 (June).
Budileksmana, A. & Barbara Gunawan.2003. Pengaruh Indikator Rasio Keuangan Perusahaan Price
Earnings Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV) terhadap Return Portofolio Saham di Bursa
Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi & Investasi, Vol. 4 Nomor 2.,Juli..
Dahler, Yolanda dan Rahmat Febrianto.2006. Kemampuan Prediktif Earnings dan Arus Kas dalam
Memprediksi Arus Kas Masa Depan. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.
Daniati, Ninna dan Suhairi.2006. Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba
Kotor, dan Size Perusahaan Terhadap Expected Return Saham (Survey Pada Industri Textile dan
Automotive yang terdaftar di BEJ), Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.
Garrison, Noreen, Brewer. 2007 Manajerial Accounting edisi kesebelas, Penerbit Salemba Empat Jakarta
Hartono, Jogiyanto.(2003). Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi,
Universitas Gadjah Mada, Edisi 3.
http://www.bapepem.go.id
http://www.jsx.co.id
Ikhsan, Adhisyahfitri Evalina. (2004) Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan dan Variabel Ekonomi
Makro Terhadap Return Saham, Thesis S2, Unversitas Gajah Mada.
Kurniawan, Heribertus dan Nur Indrianto. 2000. Analisis Hubungan Antara Arus Kas dari Aktivitas
Operasi dan Data Akrual dengan Return Saham: Studi Empiris pada Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi. Viol 2 No 3 : 207-224.
Linda dan Fazli Syam.2005. Hubungan Laba Akuntansi, Nilai Buku, dan Total Arus Kas dengan Market
Value : Studi Akuntansi Relevansi. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 8 No 3 :286-309.
Maulidhani, Ruri. 2007. Relevansi Informasi Laba Dan Laporan Arus Kas Terhadap Expected Return
Saham. Tesis S2. Universitas Syiah Kuala Banda Aceh’
Suharli, Michele.2005. Studi Empiris Terhadap Dua Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham Pada
Industri Food & Beverage di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 7 Nomor
2, Nopember.
Soemarso, SR. (2004) Akuntansi Suatu Pengantar II, penerbit Salemba Empat Jakarta
Ulupui, IG. K.A.2006. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, dan Profitabilitas
Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Dengan Kategori
Industri Barang Konsumsi Di BEJ). Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana Bali.
Sudarto,Krisnhoe,F, dan Tohir, R. (1999). Analisa Return saham dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. JEBA, vol1, No1:43-51.
Sunariyah, 2000. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi kedua, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Tandelilin, E.2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi,
Universitas Gadjah Mada, Edisi Pertama, Maret.
Value based management. net, Juni 2009, Debt to Equity Ratio.
Van Horne, James C. 1998, Eleventh Edition, Financial Management and Policy. Prentice Hall Inc, New
Jersey.
Download