4 PEMBAHASAN Pada penelitian ini sebanyak lima puluh dua isolat bakteri pengoksidasi metan telah berhasil diisolasi dari bagian atas sedimen sawah asal Sragen. Bakteri metanogen yang hidup pada bagian bawah sedimen tanah mengubah karbon dioksida (CO2), metil (seperti CH3OH), dan asetat (CH3COO-) menjadi metan melalui proses yang disebut metanogenesis. Metan yang dihasilkan berdifusi ke bagian atas sedimen yang aerob dan menciptakan kondisi yang sangat cocok bagi pertumbuhan bakteri metanotrof (Frenzel et al. 1992). Oksidasi metan merupakan tahap awal penggunaan metan sebagai sumber karbon dan energi untuk pertumbuhan bakteri metanotrof. Semakin tinggi aktivitas oksidasi metan maka semakin rendah kadar gas metan tersisa pada bagian headspace kultur. Isolat bakteri metanotrof 1AN1, 2DN1, 2AN2, 3DN1 dan 3CN1 adalah 5 isolat bakteri metanotrof yang memiliki aktivitas oksidasi metan tertinggi pada media NMS lengkap berturut-turut dengan nilai aktivitas oksidasi metan 144, 138, 137, 133 dan 121 ppm (Tabel 2). Sedangkan isolat bakteri metanotrof 2C1, 4C2, 3D1, 3C2 dan 3A1 adalah 5 isolat bakteri metanotrof yang memiliki aktivitas oksidasi metan tertinggi pada media NMS bebas nitrogen berturut-turut dengan nilai aktivitas oksidasi metan 202, 179, 176, 148 dan 131 ppm (Tabel 3). Selain sumber karbon, bakteri juga memerlukan sumber nitrogen untuk pertumbuhannya. Sebagian bakteri metanotrof diketahui memiliki gen nif dan mampu melakukan fiksasi nitrogen (Toukdarian & Lindstrom 1984). Kemampuan fiksasi nitrogen tersebut bisa diukur diantaranya dengan mengukur kadar amonium yang terakumulasi dalam kulturnya. Kadar amonium yang tinggi dalam kultur mengindikasikan tingginya kemampuan bakteri dalam menambat nitrogen. Isolat bakteri metanotrof 2C2, 1C2, 4C1, 1B1 dan 4D1 adalah lima isolat bakteri metanotrof yang memiliki kadar amonium dalam kultur tertinggi berturutturut dengan kadar amonium terakumulasi 0,223, 0,209, 0,195, 0,191 dan 0,184 µM (Tabel 3). Pengamatan yang dilakukan terhadap kerapatan optis (Optical Density/OD) kultur cair isolat metanotrof menunjukkan nilai yang relatif kecil. Kecilnya nilai OD tersebut mengindikasikan pertumbuhan sel yang sangat lambat. Bakteri metanotrof merupakan bakteri yang tumbuh lambat (Begonja & Hrsak 1998), bahkan pada media agar NMS koloni bakteri ini baru tumbuh optimal pada umur 14 hari inkubasi. Isolat-isolat bakteri metanotrof yang memiliki aktivitas oksidasi metan yang tinggi potensial untuk dikembangkan sebagai agen pereduksi emisi metan di lahan sawah. Sedangkan, isolat-isolat bakteri metanotrof yang memiliki kemampuan fiksasi nitrogen yang tinggi potensial untuk dikembangkan sebagai agen pupuk hayati pada lahan sawah. Kombinasi kedua jenis bakteri metanotrof tersebut dapat dikembangkan sebagai agen pereduksi emisi metan sekaligus pupuk hayati untuk lahan sawah. SIMPULAN Sebanyak 52 isolat bakteri metanotrof berhasil diisolasi dari contoh sedimen sawah asal Sragen. Dari 52 isolat bakteri metanotrof tersebut, sebanyak 44 isolat bakteri metanotrof (24 isolat bakteri metanotrof berasal dari media NMS lengkap dan 20 isolat bakteri metanotrof berasal dari media NMS bebas nitrogen) menunjukkan aktivitas oksidasi metan dan 21 isolat bakteri metanotrof menunjukkan aktivitas fiksasi nitrogen. DAFTAR PUSTAKA Begonja A, Hrsak D. 1998. Growth characteristics and metabolic activities of the methanotrophic-heterotrophic groundwater community. J Appl Microbiol 85: 448-456. Bouwman AF, Sombroek WG. 1990. Inputs to climate change by soil and agriculture related activities. Di dalam: Scharpenseel HW, Scomacker M, Ayoup A. (eds) Soil on a Warmer Earth. Elvisier. Amsterdam: hlm. 15-30. Conrad R, Rothfus F. 1991. Methane oxidation in the soil surface layer of a flooded rice field and the effect of ammonium. Biol Fertil Soil 12:28-32. Frenzel P, Rothfus BF, Conrad R. 1992. Oxygen profiles and methane tumover in flooded rice microcosm. Biol Fertil Soils 14: 84-89