1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Usaha peternakan ayam petelur memiliki prospek yang cukup baik dan menunjukkan perkembangan yang pesat di Indonesia. Telur produk peternakan ayam petelur merupakan bahan pangan bergizi yang harganya relatif terjangkau masyarakat. Produksi telur ayam selama lima tahun terakhir mengalami penurunan total ± 3,5% /tahun di Indonesia. Dilaporkan, di Provinsi Aceh terjadi penurunan produksi telur > 50% dan di Sumatera Utara dan Jawa Barat ± 41,84%. Penyebab penurunan telur tersebut terutama adalah penyakit pada unggas (Setiyono et al., 2013). Paru-paru merupakan organ respirasi yang berfungsi untuk transpor oksigen dari lingkungan ke sirkulasi darah dan melepaskan karbon dioksida dari sirkulasi darah ke lingkungan. Gangguan fungsi paru-paru mengakibatkan jaringan kekurangan oksigen sehingga proses metabolisme tubuh menjadi terhambat (Cunningham, 2002). Penyakit yang menyebabkan gangguan fungsi paru-paru pada ayam petelur antara lain adalah flu burung, infectious laryngotracheitis (ILT), Newcastle disease (ND) dan infectious bronchitis (IB) (Pattison et al., 2008). Penyakit-penyakit tersebut mengakibatkan edema, kongesti, nekrosis, hemoragis dan infiltrasi sel-sel mononuklear dalam parenkim paru-paru (Mathias, 2010). 2 Flu burung menyebabkan kerugian besar pada peternakan ayam akibat kematian unggas pada industri perunggasan komersial maupun tradisional dan terhambatnya ekspor produk peternakan unggas ke luar negeri. Pada tahun 2003, penyakit flu burung menyebabkan 7,4 juta ekor unggas mati dan kerugian ekonomi ± Rp 7,7 triliun di Indonesia (Tarmudji, 2005). Pada tahun 2006, peternak ayam petelur di Jawa mengalami penurunan laba sebesar Rp 9.150.000,00 - Rp 438.040.000,00/bulan akibat wabah flu burung (Putra dan Haryadi, 2011). Flu burung dengan tingkat virulensi rendah pada ayam menyebabkan gangguan pernafasan, bulu–bulu menjadi kusut dan kusam, penurunan berat badan dan produksi telur (Kamps et al., 2006). Tingkat morbiditas unggas penderita flu burung 100% dan tingkat mortalitas ± 5-20% (Mutinelli et al., 2003). Dilaporkan, bahwa di Delmarva Peninsula, USA, pada tahun 1998-2000, wabah ILT pada unggas di industri peternakan tersebut mengalami kerugian ± US$ 4 juta (Johnson et al., 2004). Penyakit ILT menyebabkan kematian ayam petelur umur 20 minggu ± 3% dari populasi (3.060 ekor) di Indonesia (Saepulloh dan Darminto, 1999). Pada unggas, ND merupakan ancaman industri perunggasan yang menyebabkan kerugian ekonomi di Indonesia ± Rp 142 milyar/tahun akibat kematian yang tinggi, penurunan produksi daging dan telur, serta tingginya biaya pengendalian. Ayam penderita ND menunjukkan gejala pernafasan seperti paruh terbuka, terdengar suara seperti tercekik, mendengkur dan batuk. Gambaran 3 histopatologis menunjukkan paru-paru mengalami kongesti dan hemoragis (Putra et al., 2012). Penyakit IB menyebabkan kerugian ekonomi ±US$ 10-15 juta/tahun di Australia akibat penurunan produksi telur (Roberts and Chousalkar, 2008). Ayam penderita IBV menunjukkan gejala depresi, batuk, penurunan konsumsi pakan dan diare. Pada ayam berumur ± 3 minggu, infeksi IBV menunjukkan gejala sulit bernafas, keluarnya eksudat nasal dan ayam dapat mati mendadak jika terjadi obstruksi bronkhi. Ayam petelur menunjukkan penurunan produksi dan kualitas telur, yaitu cangkang telur yang rapuh dan bentuk telur yang tidak normal (Quinn et al., 2002). Di Indonesia, bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan bahan bumbu pokok masakan yang bermanfaat untuk kesehatan, yang mengandung zat aktif flavonoid atau quercetin (anti-oksidan dan anti-inflamasi) dan saponin (antivirus, anti-inflamasi, anti-jamur dan imunomodulator) (Patil et al., 1995; Corea et al., 2005; Shaik et al., 2006). Dengan demikian, penelitian ini terutama bertujuan untuk mengetahui dan menentukan efek fitopreventif ekstrak bawang merah terhadap lesi histopatologis paru-paru mikroorganisme secara alami di lapangan. ayam petelur yang tertantang 4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menentukan efek fitopreventif ekstrak bawang merah terhadap lesi histopatologis paru-paru ayam petelur di lapangan. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan model dalam penelitian biomedik herbal terkait pengaruh fitopreventif ekstrak bawang merah terhadap lesi pada saluran pernafasan, paru-paru akibat tantangan mikroorganisme (infektif) di lapangan, dapat mengoptimalkan peran herbal medisin, terutama ekstrak bawang merah dalam skala laboratorium dan jika memungkinkan optimalisasi bawang merah sebagai produk herbal fitopreventif dalam skala industri komersial.