JURNAL WAWASAN MANAJEMEN.layout.indd

advertisement
JWM
Jurnal Wawasan Manajemen
ISSN 2337-5191
Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
DAFTAR ISI
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DEBITUR INTI BANK ABC DENGAN
MENGGUNAKAN ANALISA Z-SCORE
 Windy Wijaya Kesuma & Suhartono ...............................................................
1 - 26
PENGARUH PERUBAHAN ORGANISASI DAN BUDAYA ORGANISASI
TERHADAP KINERJA PEGAWAI (STUDI PADA KANTOR PELAYANAN
KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG BANJARMASIN)
 Ramli Simbolon & Hastin Umi Anisah ............................................................
27 - 42
PENGARUH MOTIVASI, DISIPLIN DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP
KINERJA PEGAWAI BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PERLINDUNGAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN
BANJAR
 Alfisah ..............................................................................................................
43 - 64
PENGARUH DIMENSI KUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS S.
PARMAN BANJARMASIN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DALAM
MEMPEROLEH PELAYANAN KESEHATAN
 Widi Utami & Ahmad Alim Bachri ..................................................................
65 - 90
DUCK (Anas platyrhincos Borneo) CULTIVATION IN HULU SUNGAI
UTARA SOUTH KALIMANTAN (OVERVIEW OF MARKET, HUMAN
RESOURCES AND FINANCING)
 M. Riza, Ade, Yunani, Akhid, Antonius & Syahrituah S.................................. 91 - 104
PENGARUH TINGKAT KEUNTUNGAN PASAR, NILAI TUKAR
RUPIAH, INFLASI, DAN TINGKAT SUKU BUNGA, TERHADAP
RETURN SAHAM INDUSTRI FOOD AND BAVERAGE TAHUN 20072009 STUDI PADA BURSA EFEK INDONESIA
 Rina Zulelli & Meina Wulansari Yusniar ......................................................... 105 - 128
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX
TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN DALAM MASA KRISIS
EKONOMI GLOBAL
 Adi Suharna & Fifi Swandari ........................................................................... 129 - 152
ANALISIS
KINERJA KEUANGAN DEBITUR INTI BANK ABC
DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA Z-SCORE
Windy Wijaya Kesuma
(Bank Kalsel Banjarmasin)
Suhartono
(Universitas Balikpapan)
ABSTRACT
This present study purposed to know the result from applied of Altman Z-Score
Analysis (Second Model) for Financialperformance analysis of prime credit
customer ABC Bank. And also to knowing that analysis method can be used
in credit analysis process of ABC Bank expecially for early warning system in
financial condition of credit customer.
This research using seven prime credit customer ABC Bank for sample and the
result of this study shows that almost all prime credit customer in the sample
predicted will be bancrupcy (grey area and distrees area) at first lending
conditions and financial review conditions.
The result of this research is obtained the fact than Altman Z-Score Analysis
can be used as the one of analysis tools in the credit analysis process at ABC
Bank.
Z-Score Analysis can be giving the information about real financial condition
of prime credit customer than the information will be advising for board of
management ABC Bank to increasing the quality of credit analysis their Credit
Officer.
Keyword :
Financial Perpormance, Prime Credit Customer, Altman’s Z-Score Analysis
ABSTRAK
Penelitian saat ini bertujuan untuk mengetahui hasil dari analisis kinerja
keuangan debitur inti Bank ABC dengan menggunakan analisis z-score dan
untuk mengetahui metode analisis ini apakah dapat dipakai dalam analisa
laporan keuangan serta dapat menjadi peringatan dini dalam proses analisa
kredit di Bank ABC.
1
2
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Penelitian ini menggunakan sampel debitur inti Bank ABC sebanyak 7 (tujuh)
debitur dan hasil menunjukkan bahwa pada saat proses awal pemberian kredit
dan proses atas laporan keuangan, ketujuh debitur inti berada dalam zona
diambang kebangkrutan dan zona kebangkrutan (kesulitan keuangan).
Dapat disimpulkan bahwa analisis Z-Score dari Altman dapat digunakan
sebagai salah satu alat analisis dalam proses pemberian kreit khusus untuk
analisa aspek keuangan debitur inti tersebut dan hasilnya diharapkan dapat
memberikan masukan bagi manajemen Bank ABC untuk lebih meningkatkan
kualitas analisa kredit para Pejabat/Petugas Kredit.
Kata Kunci :
Kinerja Keuangan, Debitur Inti, Analisa Z-Score Altman.
PENDAHULUAN
Lemahnya analisa kredit oleh Pejabat/Petugas Kredit Bank akan menyebabkan timbulnya kredit bermasalah di kemudian hari. Permasalahan ini juga dialami oleh Bank ABC,
dari hasil pemeriksaan baik oleh Internal Audit maupun Eksternal Audit ditemukan beberapa
kelemahan dalam pemberian fasilitas kredit kepada debitur terutama pada tahapan analisa
kredit, antara lain sebagai berikut :
a.
Analisa kredit yang tidak menerapkan prudential banking.
b.
Analisa kredit yang tidak sesuai dengan karakteristik usaha calon debitur.
c.
Proses pemberian kredit yang tidak sesuai SOP yang berlaku.
d.
Tidak melakukan analisa mendalam terhadap laporan keuangan debitur.
e.
Kurangnya analisa kredit yang memadai.
(Hasil Pemeriksaan Internal dan Eksternal Audit, data diolah kembali dan data lengkap
terlampir)
Memperhatikan pertumbuhan kredit Bank ABC selama tiga tahun terakhir dapat dikatakan bahwa kredit mengalami peningkatan setiap tahunnya dan secara prosentase atau
rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan) cenderung menurun. Dan jika dicermati
lebih jauh, penurunan prosentase NPL disebabkan adanya peningkatan ekspansi kredit.
Kondisi ini berbeda jauh apabila kita lihat pada jumlah nominalnya yang menunjukkan
peningkatan setiap tahunnya.
Penetapan kualitas kredit suatu debitur, oleh setiap Bank tidak terkecuali Bank ABC
selalu mengacu pada ketentuan Bank Indonesia. Sesuai Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No.7/2/PBI/2005 dan Surat Edaran (SE) No.7/3/DPNP tahun 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum disebutkan bahwa penetapan kualitas kredit debitur didasarkan
pada faktor-faktor berikut :
1.
Prospek usaha (antara lain potensi pertumbuhan usaha, kualitas manajemen dan
permasalahan tenaga kerja dan kondisi pasar).
2.
Kinerja (performance) debitur (antara lain perolehan laba, arus kas dan struktur
permodalan).
Windy Wijaya & Suhartono, Analisis Kinerja Kuangan Debitur Inti Bank ABC...
3
3.
Kemampuan membayar (antara lain kepatuhan terhadap perjanjian kredit, ketersediaan
dan keakuratan informasi keuangan debitur dan kelengkapan dokumentasi kredit).
Salah satu hasil temuan yang disampaikan pihak pemeriksa adalah lemahnya dalam
menganalisa laporan keuangan debitur atau tidak melakukan analisa mendalam terhadap
laporan keuangan debitur. Hasil analisa terhadap keuangan debitur merupakan salah satu
penentu kuat disetujui atau tidaknya permohonan kredit pada saat awal pemberian kredit
disamping analisa aspek lainnya. Keakuratan analisa terhadap aspek keuangan termasuk
sebagai salah satu dasar penetapan kualitas kredit debitur oleh pemeriksa.
Penelitian ini menitikberatkan pada proses analisa aspek keuangan para debitur
inti yang ada pada Bank ABC. Karena kelompok debitur ini dinilai mempunyai dampak
yang signifikan terhadap tingkat kesehatan Bank ABC secara keseluruhan dan terlebih
lagi merupakan salah satu komponen yang dimasukkan dalam perhitungan penilaian
tingkat kesehatan bank (SE BI No.6/23/DPNP 2004). Sesuai Peraturan Bank Indonesia
(PBI) Nomor : 8/12/PBI/2006 tentang Laporan Berkala Bank Umum (2006 : 4) dijelaskan
mengenai debitur inti yaitu :
“Yang dimaksud dengan “debitur inti” adalah 10 (sepuluh), 15 (lima belas), atau
25 (dua puluh lima) debitur inti di luar pihak terkait sesuai dengan total aset Bank
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai
sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum”. Sedangkan berdasarkan Surat
Edaran Bank Indonesia (SE BI) No.6/23/DPNP (2004) tentang Penilaian Kesehatan
Bank Umum, bahwa Debitur Inti merupakan debitur/grup inti (one obligor concept)
di luar pihak terkait sesuai dengan total asset Bank sebagai berikut :
1)
Bank dengan total asset kurang dari atau sama dengan Rp. 1 Triliun, maka
jumlah debitur intinya adalah sebanyak 10 debitur/grup;
2)
Bank dengan total asset Rp. 1 Triliun sampai dengan kurang dari Rp. 10 Triliun,
maka jumlah debitur intinya adalah sebanyak 15 debitur/grup;
3)
Bank dengan total asset lebih dari Rp. 10 Triliun, maka jumlah debitur intinya
adalah sebanyak 25 debitur/grup.
Memperhatikan permasalahan tersebut di atas, dipandang perlu melakukan evaluasi
/ review kembali terutama pada kinerja keuangan para debitur inti Bank ABC dengan
menggunakan Analisis Z-Score sebagai deteksi dini atas kondisi riil keuangan debitur.
Model Z-Score yang dikembangkan Altman (1969) cocok untuk digunakan karena
menghasilkan persamaan terutama untuk perusahaan-perusahaan di Indonesia yang tidak
banyak jumlahnya tercatat sebagai perusahaan go- public. Model ini merupakan revisi dari
model Altman pertama yang diharapkan dapat diaplikasikan untuk perusahaan-perusahaan
di sektor swasta.
Perumusan Masalah
Bagaimana hasil pelaksanaan analisis kinerja keuangan dengan menggunakan analisis
Z-Score terhadap fasilitas kredit para debitur inti di Bank ABC?
Bagaimana hasil perhitungan analisis Z-Score tersebut diperbandingkan dengan hasil
perhitungan analisa rasio keuangan terhadap fasilitas kredit para debitur inti?
4
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hasil dari analisis kinerja keuangan debitur inti Bank ABC dengan
menggunakan analisis Z-Score dan hasil perbandingannya dengan hasil analisa rasio keuangan. Untuk mengetahui apakah penggunaan analisis Z-Score dalam analisa aspek keuangan nantinya dapat menjadi alat peringatan dini dan memberikan keputusan yang cepat
dalam proses analisa kredit pada Bank ABC.
Manfaat Penelitian
1.
2.
Bagi Akademisi
Diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan referensi penelitian lebih lanjut bagi para peneliti yang akan datang, khususnya
berkenaan masalah analisa aspek keuangan dalam rangka meningkatkan kualitas proses analisa kredit di dunia Perbankan.
Bagi Praktisi
Dengan adanya penelitian ini diharapkan memberikan masukan yang positif
bagi manajemen Bank ABC dalam rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan proses
analisa kredit terhadap para debiturnya terutama dengan pemanfaatan analisis Z-Score
sebagai langkah awal untuk mengantisipasi timbulnya kredit bermasalah yang salah
satunya dapat disebabkan oleh kesulitan keuangan dari pihak debitur/nasabah.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Studi Literatur
1.
Pengertian Kredit
Pada Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 dijelaskan bahwa kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga.
2.
Proses Pemberian Kredit
Bank diharuskan mengembangkan suatu proses seleksi untuk menyaring setiap
proposal kredit yang masuk. Melalui proses penyaringan tersebut diharapkan kredit
yang diberikan dapat berjalan dengan lancar hingga lunas tepat pada waktunya. Adapun proses tersebut secara umum dapat dilihat pada gambar dibawah ini (Jusuf,
Jopie 2006) :
Windy Wijaya & Suhartono, Analisis Kinerja Kuangan Debitur Inti Bank ABC...
5
Gambar 2.1. Prosedur Seleksi Kredit
3.
Analisis Kredit
Analisis kredit adalah kajian yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari
suatu permasalahan kredit (Rivai & Veithzal 2006). Melalui analisis kredit dapat diketahui apakah usaha nasabah layak (feasible) dan marketable (hasil usaha dapat dipasarkan) dan profitable (menguntungkan) serta dapat dilunasi tepat waktu. Analisis
kredit dilakukan dengan tujuan agar kredit yang diberikan mencapai sasaran, yaitu
aman dan tujuan terarah artinya kredit diberikan sesuai dengan tujuan sebagaimana
dimaksud dalam permohonan kredit dan sesuai dengan peraturan dan kesepakatan
ketika disyaratkan dalam akad kredit.
4.
Analisa Aspek Keuangan
a.
Laporan Keuangan
Laporan keuangan bermaksud memberikan informasi mengenai kondisi
keuangan perusahaan. Laporan keuangan adalah “wakil perusahaan” dalam
menjelaskan kondisi keuangannya. Mengenai laporan keuangan tidak dapat dipisahkan dari proses akuntansi. Hasil dari proses pencatatan tersebut adalah
suatu ringkasan dari kondisi keuangan perusahaan yang disebut juga dengan
Laporan Keuangan.
Laporan keuangan juga diharapkan memberikan informasi mengenai
profitabilitas, risiko dan timing dari aliran kas yang dihasilkan perusahaan.
Informasi ini akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan
(pengguna laporan keuangan) dan pada giliran akan mempengaruhi nilai perusahaan.
b.
Kinerja Keuangan
Definisi kinerja menurut Peter dan Yeni Salim (1991 : 190) yang dikutip
oleh Fahmi, I. (2008), menyebutkan bahwa kinerja adalah prestasi kerja yang
merupakan hasil kerja yang diperoleh dari melaksanakan tugas yang dibebankan
kepada seseorang. Indra Bastian (2001 : 329) dalam Fahmi, I. (2008), memberikan pengertian kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema
strategis (strategic planning) suatu organisasi.
6
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
c.
Analisa Laporan Keuangan
Analisis rasio merupakan analisis mengenai hubungan antara satu pos/
grup rekening lain di dalam laporan keuangan nasabah. Rasio merupakan pernyataan yang sederhana dan pada hubungan perbandingan antara dua komponen laporan keuangan (Rivai & Veithzal 2006). Dalam analisis ini, perkiraan
laporan keuangan tertentu dibandingkan dengan perkiraan lainnya sehingga
dapat diketahui sifat dan hubungannya satu dengan lainnya. Setiap rasio keuangan tertentu menunjukkan makna tertentu pula sesuai dengan perkiraan
yang dibandingkan.
d.
Analisa Model Altman Z-Score
Z-Score adalah skor yang telah ditentukan dari hitungan standar kali
nisbah-nisbah keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Formula Z-Score untuk memprediksi kebangkrutan
dari Altman merupakan sebuah multivariate formula yang digunakan untuk
mengukur kesehatan keuangan dari sebuah perusahaan. Z-Score juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan melalui
informasi yang diperoleh dari laporan keuangan.
Model Z-Score yang dikembangkan Altman (1969) menghasilkan persamaan terutama untuk perusahaan-perusahaan di Indonesia yang tidak banyak
jumlahnya tercatat sebagai perusahaan go- public. Model ini merupakan revisi dari model Altman pertama yang diharapkan dapat diaplikasikan untuk
perusahaan-perusahaan di sektor swasta (private company atau non go public
company).
Adapun model tersebut sebagai berikut : (Hanafi, Mamduh M. 2004)
Zi = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,42X4 + 0,998X5
Dimana :
X1 = (Aktiva Lancar-Utang Lancar) / Total Aktiva.
X2 = Laba yang Ditahan / Total Aset.
X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aset.
X4 = Nilai Buku Saham Biasa dan Saham Preferen / Nilai Buku Total Utang.
X5 = :Penjualan / Total Aset.
Altman menyatakan bahwa jika perusahaan memiliki indeks kebangkrutan
2,90 atau lebih maka tidak termasuk dalam perusahaan yang dikategorikan
akan mengalami kebangkrutan. Sedangkan perusahaan yang memiliki indeks
kebangkrutan 1,23 atau kurang maka dapat dikategorikan dalam kondisi bangkrut. Altman juga menemukan bahwa rasio-rasio tertentu, terutama likuidasi dan
leverage memberikan sumbangan terbesar dalam mendeteksi dan memprediksi
kebangkrutan atau kesulitan keuangan.
Windy Wijaya & Suhartono, Analisis Kinerja Kuangan Debitur Inti Bank ABC...
B.
7
Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Tahun
1.
Farid Luthfi
Judul Penelitan
Hasil/Kesimpulan
1997
Variabel-Variabel
yang mempengaruhi
Ketidaklancaran
Pengembalian
Kredit Studi Kasus
di Bapindo Cabang
Yogyakarta
Ketidaklancaran kredit dipengaruhi
oleh kondisi likuiditas, solvabilitas
dan rentabilitas perusahaan, tingkat
bunga dan pertumbuhan ekonomi.
2. Suryanto
2002
Analisis Kinerja
Keuangan Bank
Untuk Memprediksi
Kebangkrutan
Pengujian diskriminan
menunjukkan variabel BPBOL, CR,
MTA dan PBTA mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan bank.
Persentase ketepatan memprediksi
untuk empat tahun sebelum
bangkrut 80%.
3. J.A.Afolabi
(Dept.of
Agricultural
Economics
and Extension,
Federal
University of
Technology
Nigeria)
2002 / Analysis of Loan
2003 Repayment Among
Small Scale
Farmers in South
Western Nigeria
– A Discriminant
Approach
Variabel umur para petani,
pendapatan kotor dari hasil
pertanian dan non pertanian ,
pendapatan bersih hasil pertanian,
tingkat bunga kredit dan
pengalaman petani mempengaruhi
secara signifikan antara yang
menunggak dan tidak menunggak
4. Shen Chang-e
(Beijing
Normal
University,
Beijing,
China)
2006
Penyebab kebangkrutan para
perusahaan terbuka di China
disebabkan profitabilitas, struktur
asset dan struktur keuangan. Upaya
penyelamatan adalah dengan
Reorganisasi.
The Causes and
Salvation Ways of
Financial Distress
Companies – An
Empirical Research on
the Listed Companies
in China
8
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
No Nama Peneliti Tahun
Judul Penelitan
Hasil/Kesimpulan
5. Haryadi
Sarjono,
ST,MM
2006
Analisis Laporan
Keuangan Sebagai
Alat Prediksi
Kemungkinan
Kebangkrutan dengan
Model Diskriman
Altman pada Sepuluh
Perusahaan Properti di
Bursa Efek Jakarta
Secara teoritis ada 5 perusahaan
berada pada kategori bangkrut,
ada 2 perusahaan berada pada gray
area, dan 3 perusahaan berada pada
kondisi sehat. Perusahaan yang
sudah agar tetap mempertahankan
sistem manajemen yang ada,
untuk perusahaan yang ada di
gray area agar ditangani dengan
manajemen yang tepat dan untuk
yang mengalami kemungkinan
kebangkrutan perlu secepatnya
ditangani oleh manajemen.
6. Anna
Chandrawati
2008
Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi
Keberhasilan
Turnaround pada
Perusahaan yang
Mengalami Financial
Distress
Dengan menggunakan regresi
logistik menyatakan bahwa model
analisis menghasilkan ketepatan
prediksi yaitu 88 % dan variabel
kecenderungan tingkat kesehatan
perusahaan, ukuran perusahaan dan
tersedianya free assets berpengaruh
signifikan terhadap prediksi
probabilitas kondisi recovery
dengan tingkat signifikansi 5%.
7. Adrian Trifan
(Transilvania
University
of Brasov,
Romania)
2009
Considerations on The
Methods of Prediction
of An Entity’s
Bankruptcy
Ditemukannya model skoring
yang dapat digunakan untuk
menilai kesulitan keuangan baik
berdasarkan perhitungan akuntansi
dan bank.Yang mana hasilnya
ada tiga yaitu sehat, kurang
sehat / miskin dan bangkrut.
Metode ini bisa digunakan untuk
memperkirakan kebangkrutan
sedikitnya 3 tahun sebelum terjadi.
8. Syafyuddin
2009
Implementasi Analisis
Z-Score Dalam
Assessment Pemberian
Kredit pada Bank
XYZ
Ternyata Z-Score Analysis dari
Altman sesungguhnya dapat
digunakan sebagai salah satu alat
analisis dalam asessment pemberian
kredit pada Bank XYZ
Windy Wijaya & Suhartono, Analisis Kinerja Kuangan Debitur Inti Bank ABC...
No Nama Peneliti Tahun
Judul Penelitan
Hasil/Kesimpulan
9
9. Ayu Suci
Ramadhani
dan Niki
Lukviarman
2009
Perbandingan Analisis
Prediksi Kebangkrutan
Menggunakan Model
Altman Pertama,
Altman Revisi, dan
Altman Modifikasi
dengan Ukuran dan
Umur Perusahaan
sebagai Variabel
Penjelas (Studi
pada Perusahaan
Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia)
Perusahaan manufaktur kecil
memiliki prediksi kebangkrutan
yang paling tinggi daripada prediksi
kebangkrutan untuk kelompok
perusahaan besar.
Perusahaan manufaktur yang
diprediksi mengalami kebangkrutan
dapat dialami perusahaan yang
telah lama berdiri maupun
perusahaan baru.
10. Endri
2009
Prediksi Kebangkrutan
Bank Untuk
Menghadapi dan
Mengelola Perubahan
Lingkungan Bisnis
: Analisis Model
Altman’s Z- Score
Dari sampel berupa Bank Umum
Syariah berdasarkan laporan
keuangan selama 3 tahun dari
2005-2007 menunjukkan para
bank tersebut akan mengalami
kebangkrutan.
11. Balbinder
Singh Gill
(Ghent
University,
Belgium) and
Koen Schoors
2010
Financial Distress
and Corporate
Restructuring
Penyelesaian kesulitan keuangan
pada beberapa perusahaan di
Belgia dapat ditempuh dengan 4
alternatif yaitu pra kebangkrutan,
kebangkrutan, hukum kontinuitas
usaha dan di luar pengadilan
restrukturisasi.
12. Ifana
Magdalena
Sibuea
2010
Penerapan Analisis
Rasio Keuangan dan
Analisis Z Score untuk
Mengukur Kinerja
Keuangan perusahaan
pada Perusahaan
Maternity Napkin dan
Alat-alat Kesehatan
(Studi Kasus pada
PT.Osaki Medical
Indonesia-Pier
Pasuruan)
Berdasarkan nilai Z Score yang
dihitung, diperoleh kesimpulan
bahwa perusahaan bersangkutan
pada tahun 2006 berada pada
posisi rawan karena dalam keadaan
krisis financial. Di tahun 2007,
perusahaan berada dalam kondisi
ragu-ragu dan di tahun 2008
ternyata perusahaan berada dalam
kondisi sehat.
10
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
No Nama Peneliti Tahun
13. Y.M. Satish &
B.Janakiram
(Karnataka
State, India)
2011
14. Nikolai
Chuvakhin
& L. Wayne
Gertmenian
-
Judul Penelitan
Hasil/Kesimpulan
Turnaround Strategy
Using Altman Model
as a Tool in Solar
Water Heater Industry
in Karnataka
Dari sampel para konsumen
M/s Nuetech sebanyak 50 dari
periode 2006-2009, menunjukkan
bahwa analisa Z Score mampu
memprediksi para konsumen
yang gagal bayar sehingga pihak
perusahaan disarankan untuk lebih
selektif dan melakukan penilaian
kembali terhadap proses pemberian
kredit yang ada.
Bankruptcy
Prediction in The
World Com Age
Analisa Z-Score menunjukkan
bahwa World Com memang
sebelumnya sudah diprediksi
mengalami kesulitan keuangan
atau cenderung menghadapi
kebangkrutan sebagaimana yang
terjadi sebenarnya.
Sumber : Jurnal/Thesis dari Peneliti Asing dan Indonesia (data diolah kembali,2011)
KERANGKA PENELITIAN
Bagan 3.1
Kerangka Penelitian Evaluasi
Kinerja Keuangan Debitur IntiPada Bank ABC
.%(%/.-"!%/ " %/0-*/%
,+-*"0*#*
" %/0-*/%*'
*(%.%.%*"-&"0*#*
*(%..%+
.%( "-$%/0*#*.%*#.%*#
%,"- *!%*#'*
".%),0(*1(0.%
Windy Wijaya & Suhartono, Analisis Kinerja Kuangan Debitur Inti Bank ABC...
11
METODE PENELITIAN
A.
Jenis dan Tempat Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah deskriptif kuantitatif dengan bertujuan
ingin menjelaskan penerapan Analysis Z-Score apakah dapat dipakai sebagai salah satu alat
untuk mendeteksi dini atas kesulitan keuangan pada debitur inti Bank ABC dan juga apakah
dapat dipergunakan sebagai salah satu alat analisis keuangan dalam proses pemberian kredit
pada Bank ABC.
Tempat penelitian dilakukan pada Bank ABC khususnya Divisi Kredit Bidang Kredit
Komersial Kantor Pusat di Banjarmasin.
B.
Waktu Pelaksanaan
Penelitian dijadwalkan akan dimulai pada bulan September 2011 sampai dengan
Oktober 2011.
C.
Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah laporan keuangan para debitur inti Bank ABC
yang diambil sampel. Periode laporan keuangan yang dianalisa adalah Laporan Keuangan
Audited periode 2008 sampai dengan 2010. Disamping itu didukung dengan data-data
berupa hasil analisa kredit (analisa rasio keuangan) pada saat proses awal pemberian kredit
kepada para debitur inti tersebut, Laporan debitur inti periode akhir Desember tahun 2010
dan Laporan Perkembangan Kredit Bank ABC dari tahun 2008 – 2010 serta dokumen
pendukung lainnya untuk mempertajam hasil penelitian.
D.
Populasi dan Ukuran Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan debitur inti Bank ABC yaitu sebanyak
15 (limabelas) debitur untuk periode akhir Desember 2010. Jumlah debitur inti ini didasarkan
pada SE Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 yang menjelaskan bahwa
untuk Bank dengan total aset Rp. 1 Triliun sampai dengan kurang dari Rp. 10 Triliun, dimana
total asset Bank ABC untuk posisi akhir Desember 2010 adalah sebesar Rp. 4.578.655 Juta
(berdasarkan Laporan Tahunan 2010 Bank ABC).
E.
Tehnik Sampling
Penetapan sampel didasarkan pada purposive sampling dan jumlah sampel yang diambil sebanyak 7 (tujuh) Debitur Inti dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut :
1.
Debitur yang diambil sampel hanyalah Debitur Inti dari Unit Bisnis Konvensional.
2.
Tidak termasuk Debitur Inti yang fasilitas kreditnya dijamin penuh oleh Pemerintah
atau setara dijamin dengan Cash Collateral.
3.
Fasilitas kredit dari Debitur yang diambil sampel adalah fasilitas kredit produktif
bukan kredit konsumtif atau non produktif lainnya.
4.
Sektor ekonomi dari debitur inti yang diambil sampel tersebar antara lain seperti
sektor konstruksi, perdagangan, jasa pengangkutan dan listrik.
12
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
5.
Kemudahan dalam memperoleh data laporan keuangan audited yang akan dianalisa.
F.
Variabel dan Definisi Operasional Variabel
a.
Variabel Penelitian
1.
Z-Score.
2.
Working Capital to Total Assets (X1).
3.
Retained Earnings to Total Assets (X2).
4.
Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (X3).
5.
Book Value of Equity to Total Debt (X4).
6.
Total Assets Turnover (X5).
7.
Current Ratio (Rasio Likuiditas).
8.
Rasio Solvabilitas.
9.
Rasio Leverage (Debt to Equity Ratio).
10. Rasio Aktivitas
11. Rasio Rentabilitas
12. Rasio Coverage yaitu Debt Service Coverage Ratio.
13. Total Aktiva Lancar dan Total Hutang Lancar
14. Total Aktiva dan Total Kewajiban/Hutang
15. Total Kewajiban dan Total Ekuitas/Modal Sendiri
16. Total Piutang Usaha Bersih dan Total Penjualan
17. Total Persediaan dan Total Harga Pokok Penjualan/HPP
18. Total Modal Kerja Bersih dan Total Penjualan
19. Laba Sebelum Bunga & Pajak (EBIT), Total Penjualan & Aktiva
20. Laba Sebelum Bunga, Pajak, Depresiasi dan Amortisasi dan Total Angsuran
Pokok dan Bunga Pinjaman Bank atau EBITDA
b.
Definisi Operasional Variabel
1.
Z Score adalah skor yang telah ditentukan dari hitungan standar dikalikan rasiorasio keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan
perusahaan.
2.
X1 atau Working Capital to Total
3.
X2 atau Retained Earnings to Total Assets
4.
X3 atau Earning Before Interest and Taxes to Total Assets
5.
X4 atau Book Value of Equity to Total Debt
6.
X5 atau Total Assets Turnover
7.
Current Ratio
8.
Solvabilitas Rasio
9.
Debt to Equity Ratio
10. Average Day’s of Account Receivables Turnover
Windy Wijaya & Suhartono, Analisis Kinerja Kuangan Debitur Inti Bank ABC...
11.
12.
13.
14.
15.
G.
13
Average Day’s of Inventory Turnover
Average Day’s of Working Capital Turnover
Profit Margin
Return On Investment
Debt Service Coverage Ratio
Pengukuran Variabel
Altman melalui formula Z-Score nya telah menentukan lima variabel dalam modelnya
sebagaimana dijelaskan pada sub bab diatas. Kelima variabel tersebut ditempatkan sesuai
dengan nilai konstanta yang sudah disiapkan dan dibuat oleh Altman sesuai dengan hasil
penelitiannya.
Adapun persamaan Z-Score yang dipergunakan dalam penelitian ini dan dikembangkan
oleh Altman adalah : Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5.
Persamaan tersebut akan menghasilkan nilai Z yang kemudian dapat diterjemahkan
dan diinterpretasikan sebagai sebuah kriteria. Menurut Altman batasan angka nilai Z yang
dihasilkan dari persamaan tersebut dapat dijelaskan dibawah ini :
1.
Z > 2,90 artinya perusahaan dalam kondisi aman atau tidak terancam kebangkrutan
(safe area).
2.
1,23 < Z < 2,90 artinya mengindikasikan perusahaan berada di ambang kebangkrutan
(grey area).
3.
Z < 1,23 menunjukkan bahwa perusahaan benar-benar dalam kesulitan keuangan
(distress area).
Adapun batasan-batasan untuk rasio-rasio keuangan yang dipergunakan dalam
analisa kredit pada Bank ABC dapat dijelaskan sebagai berikut (berdasarkan ketentuan
internal Bank Kalsel berupa SE Direksi tentang Kriteria Pasar Sasaran Kredit dan Buku
Pedoman Perkreditan, Buku III tentang Tata Cara Analisa dan Keputusan Kredit) :
1.
Likuiditas minimal 120 %.
2.
Solvabilitas minimal 150 %.
3.
DER maksimal 2 kali atau 2,5 kali dan dapat lebih sepanjang EBITDA positif dan
debitur mampu membayar seluruh kewajibannya.
4.
Profit Margin dan ROI harus diatas suku bunga kredit yang berlaku atau diatas suku
bunga kredit yang ditetapkan untuk debitur.
5.
DSC diatas 1 kali.
H.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder bersifat kuantitatif tepatnya data laporan
keuangan periode tahun 2008 s.d. 2010 dari debitur inti yang diambil sampel, hasil analisa
pada saat proses awal pemberian kredit (analisa rasio keuangan) para debitur inti tersebut,
Laporan Debitur Inti Periode akhir Desember tahun 2010 dan Laporan Perkembangan
Kredit Bank ABC dari tahun 2008 sampai dengan 2010 serta dokumen pendukung lainnya
untuk mendukung kelancaran penelitian. Laporan keuangan yang dipakai adalah Laporan
Laba/Rugi dan Laporan Neraca yang telah diaudit.
14
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Obyek Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti memisahkan data-data laporan keuangan para debitur inti
yang menjadi sampel dalam 2 (dua) kondisi. Kondisi pertama adalah pada saat proses awal
pemberian kredit kepada para debitur inti tersebut. Dan kondisi kedua yaitu data laporan
keuangan para debitur inti dari periode 2008 sampai dengan 2010. Selanjutnya atas kedua
kondisi tersebut dilakukan analisa rasio keuangan dan analisa z-score. Tujuan dilakukannya
pemisahan analisa menjadi 2 (dua) kondisi tersebut adalah untuk mengetahui hasil analisis
keuangan pada masing-masing kondisi yang menjadi pertimbangan para Pejabat/Petugas
Kredit dalam proses pemberian kredit para debitur inti. Sebanyak 7 (tujuh) debitur inti yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini dan nama atau inisial dari masing-masing debitur inti
tersebut adalah PT.A, PT.B, PT.C, PT.D, PT.E, PT.F dan PT.G.
1.
Proses Awal Pemberian Kredit
Tinjauan Singkat Analisa Kualitatif
Pada saat proses awal pemberian kredit, ketujuh debitur inti yang menjadi
sampel dalam penelitian ini tentunya telah dilakukan analisa terhadap semua aspek
yang berhubungan dengan proses analisa kredit tidak terkecuali pada aspek kualitatif
seperti analisis terhadap kondisi usaha, hubungan dengan bank, manajemen, legal,
produksi dan pemasaran, kondisi industri dan jaminan.
Analisa Rasio Keuangan
a.
Analisa Rasio Keuangan PT.A
Secara Profit Margin, kondisi PT.A dinilai cukup baik dan tidak melanggar
terhadap ketentuan minimal yang dipersyaratkan oleh Bank ABC sebagaimana
terlihat pada tabel tersebut. Namun sebagai perusahaan yang bergerak di bidang teknologi komunikasi dan informasi dengan kebutuhan investasi yang
tinggi, tentunya dari investasi yang telah dilakukan tersebut diharapkan imbal
hasil yang positif bahkan melebihi tingkat bunga yang dibebankan oleh pihak
pemberi kredit diantaranya Perbankan. Memperhatikan rasio ROI (Return on
Investment) yang dihasilkan terlihat bahwa rasio ROI perusahaan sangat rendah
dan berada jauh dibawah ketentuan yang disyaratkan Bank ABC. Artinya
investasi yang dilakukan PT.A menghasilkan return yangmasih jauh dari yang
diharapkan atau dibawah tingkat suku bunga yang ditetapkan Bank ABC.
Padahal Bank dalam memberi kredit pada debiturnya tentunya mengharapkan
tingkat keuntungan yang lebih besar akan diperoleh dan berada diatas dari
tingkat bunga kredit yang dibebankan kepada debiturnya.
b.
Analisa Rasio Keuangan PT.B
Dari angka-angka rasio keuangan menunjukkan bahwa pada saat proses
awal pemberian kredit kepada PT.B dapat dinyatakan layak untuk disetujui.
Performance keuangan PT.B dapat dikatakan baik. Semua persyaratan minimal
rasio keuangan yang berlaku di Bank ABC telah terpenuhi. Kecuali untuk rasio
Windy Wijaya & Suhartono, Analisis Kinerja Kuangan Debitur Inti Bank ABC...
15
aktivitas yang cenderung melambat dan dapat diindikasikan perusahaan kurang
efisien dalam memanfaatkan dana modal kerjanya. Tingginya angka rasio
likuiditas dan solvabilitas juga dapat mengindikasikan bahwa dana perusahaan
tidak berputar dengan baik atau terlalu banyak dana yang menganggur (iddle
money). Artinya PT.B kurang efisien dalam berbisnis karena tidak mampu
sepenuhnya memanfaatkan dana untuk kegiatan yang lebih produktif atau
menghasilkan.
c.
Analisa Rasio Keuangan PT.C
Memperhatikan angka rasio keuangan, keputusan diberikannya kredit
kepada PT.C oleh Bank ABC dapat dikatakan sudah tepat dikarenakan dari
rasio-rasio keuangan tersebut telah memenuhi syarat minimal rasio yang
ditetapkan Bank ABC. Namun apakah dengan menggunakan analisis Z-Score
nantinya akan memberikan hasil yang sama sebagaimana diperlihatkan oleh
analisis rasio.
d.
Analisa Rasio Keuangan PT.D
Kondisi likuiditas dan solvabilitas perusahaan sangat baik dan ketergantungan terhadap dana hutang untuk pembiayaan aktivanya dinilai sangat
rendah. Laba yang diperoleh juga sangat tinggi dan jauh diatas bunga kredit
yang ditetapkan Bank ABC artinya usaha yang dijalankan PT.D sangat
menguntungkan dan memiliki prospek yang baik kedepannya. Kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya pada Bank juga dinilai sangat
tinggi.
e.
Analisa Rasio Keuangan PT.E
Hasil analisa rasio keuangan menunjukkan bahwa PT.E tergolong likuid
dan solvabel. Rasio DER juga dibawah batasan maksimal yang ditetapkan Bank
ABC, tetapi ada kecenderungan meningkat. Untuk rasio aktivitas, kinerja PT.E
juga dinilai cukup baik Bahkan secara rasio kemampuan, kondisi keuangan
PT.E dinilai mampu untuk memenuhi seluruh kewajibannya pada Bank.
Sehingga dari data-data rasio keuangan tersebut dapat dikatakan permohonan
kredit awal PT.E memang layak untuk disetujui.
Tetapi Bank ABC harus menganalisis lebih dalam rasio-rasio keuangan
mengingat beberapa rasio keuangan tersebut menunjukkan trend penurunan dan
apabila kondisi ini terus berlanjut di kemudian hari terutama setelah fasilitas
kredit diberikan tentunya akan membawa dampak kurang baik terhadap kinerja
keuangan PT.E secara keseluruhan.
f.
Analisa Rasio Keuangan PT.F
Hasil analisa rasio, menunjukkan bahwa untuk rasio likuiditas, solvabilitas
dan DER PT.F sebenarnya berada dibawah ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank ABC. Perusahaan sendiri sebenarnya dapat dikatakan berada dalam
kondisi tidak likuid. Sedangkan untuk rasio rentabilitas/profitabilitas dan rasio
coverage telah memenuhi ketentuan Bank ABC, namun kedua rasio ini ada
kecenderungan menurun.
16
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Kondisi ini seharusnya oleh Bank ABC dilakukan analisa mendalam dan
komprehensif sebelum keputusan kredit diambil. Tetapi seperti sudah dijelaskan
pada bab sebelumnya bahwa pembahasan hasil analisa rasio keuangan
sangat tergantung kepada justifikasi masing-masing analis kredit sehingga
kemungkinan tetap diberikannya fasilitas kredit kepada debitur dengan kondisi
keuangan seperti PT.F bisa saja terjadi.
2.
g.
Analisa Rasio Keuangan PT.G
Pada proses awal permohonan kredit hanya rasio Profit Margin saja
yang memenuhi ketentuan, sedangkan rasio-rasio keuangan lainnya melanggar
ketentuan rasio keuangan yang berlaku pada Bank ABC. Berdasarkan hasil
analisa rasio keuangan, maka dasar keputusan diberikannya kredit kepada
perusahaan patut dipertanyakan. Namun seperti sudah dijelaskan sebelumnya
bahwa hasil analisa rasio keuangan sangat tergantung kepada persepsi masingmasing analis kredit dan aspek keuangan hanyalah merupakan salah satu aspek
yang dinilai. Kelemahan pada aspek keuangan, mungkin dapat saja tertutupi
dengan keunggulan pada aspek penilaian lainnya yang bersifat kualitatif dan
aspek-aspek inilah yang juga menjadi dasar penilaian dari Pejabat/Petugas
Kredit Bank ABC pada saat memutuskan untuk tetap memberikan kredit
kepada PT.G.
h.
Analisa Z-Score
Analisa Altman Z-Score terhadap proses awal kredit para debitur inti
tersebut ternyata memberikan hasil yang berbeda jauh dari hasil analisa rasio
keuangan. Sebenarnya pada saat analisa rasio keuangan sudah diberikan sinyal
atau tanda-tanda bahwa kondisi keuangan para debitur inti tersebut memang
menunjukkan diambang kesulitan keuangan atau kebangkrutan. Kelemahan
yang didapat dari analisa rasio keuangan yang sangat tergantung pada interpretasi
Pejabat/Petugas Kredit sehingga menyebabkan permohonan kredit awal para
debitur inti itu dapat dipertimbangkan untuk disetujui. Padahal dari analisa
Z-Score semestinya permohonan kredit para debitur inti itu dapat ditolak atau
belum dapat diproses. Terlihat bahwa analisa Z-Score yang diciptakan Altman
sangat membantu bagi Bank dalam memproses analisa kredit debitur terutama
dalam memperoleh gambaran secara cepat kondisi keuangan debitur sehingga
memudahkan dalam pengambilan keputusan kredit.
Proses Review Aspek Keuangan
Analisa Rasio Keuangan
a.
Dilihat rasio likuiditas, solvabilitas dan DER, kinerja keuangan PT.A menunjukkan penurunan. Struktur pembiayaan aktiva sebagian besar masih didominasi oleh hutang yang ditunjukkan semakin meningkatnya nilai rasio hutang
terhadap ekuitas. Meningkatnya rasio DER tentunya akan menyebabkan peningkatan jumlah kewajiban yang harus dibayar perusahaan dan membuat
beban kewajiban perusahaan menjadi semakin tinggi serta dapat mengurangi
keuntungan usaha yang diperoleh.
Windy Wijaya & Suhartono, Analisis Kinerja Kuangan Debitur Inti Bank ABC...
b.
c.
d.
e.
f.
g.
17
PT.B secara likuiditas dan solvabilitas serta DER dapat dikatakan berada dalam kondisi baik. Tetapi kondisi ini berbanding terbalik dengan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Profit Margin) dan memenuhi
kewajibannya (DSC) serta rasio efisiensi, dimana untuk ketiga rasio ini dapat
dikatakan PT.B menunjukkan penurunan.
Memperhatikan rasio likuiditas, solvabilitas dan DER, kinerja keuangan PT.C
menunjukkan trend meningkat atau membaik. Sebaliknya rasio aktivitas cenderung melambat artinya dapat dikatakan perusahaan kurang efisien dalam
beroperasional. Sedangkan pada rasio rentabilitas (Profit Margin) dan kemampuan membayar kewajiban (DSC) cenderung menurun yang disebabkan
meningkatnya HPP dan biaya operasional serta jumlah kewajiban pada Bank.
Secara umum hasil analisa rasio keuangan PT.D cenderung berfluktuatif, namun
yang perlu menjadi perhatian adalah tingginya dana modal kerja yang tertanam
dalam persediaan sehingga membuat perputaran modal kerja perusahaan kemungkinan dapat terganggu. Nilai persediaan yang tinggi disebabkan adanya
kebijakan manajemen PT.D untuk melakukan pembelian material-material
proyek tertentu terlebih dahulu dengan tujuan mencegah kenaikan harga misalnya aspal cair.
Dikarenakan pemberian kredit awal kepada PT.E didasarkan pada laporan
keuangan tahun 2007 dan 2008, maka untuk review laporan keuangan setelah
kredit diberikan berdasarkan laporan keuangan perusahaan periode 2009 dan
2010. Secara umum kondisi keuangan PT.E dinilai cukup baik, namun rasio
coverage (DSC) cenderung menurun disebabkan perusahaan harus membayar
seluruh kewajiban yang sudah jatuh tempo dalam jumlah yang banyak terutama
pada tahun 2010. Kondisi ini jika dibiarkan tentunya akan memberikan pengaruh
kurang baik bagi pertumbuhan bisnis perusahaan kedepannya.
Berdasarkan review laporan keuangan PT.F untuk periode 2008 dan 2009,
kinerja rasio keuangan perusahaan secara umum dapat dikatakan kurang baik.
Baru pada tahun 2010, semua rasio keuangan mulai membaik dikarenakan
peningkatan volume usaha dan adanya peningkatan pada pendapatan diluar
usaha yang merupakan hasil penjualan aktiva tetap. Keuntungan yang diperoleh
dari penjualan aktiva tetap yang membuat perusahaan bersangkutan mampu
membayar kewajibannya yang jatuh tempo dan juga meningkatkan saldo laba
perusahaan.
Dikarenakan fasilitas kredit awal kepada PT.G baru diberikan pada tahun
2010 yang analisa rasio keuangannya didasarkan pada laporan keuangan tahun
2008 dan 2009, sehingga untuk review aspek keuangan PT.G setelah fasilitas
kredit diberikan didasarkan pada laporan keuangan audited periode tahun
2010. Menurut hasil analisa rasio keuangan dapat disimpulkan bahwa hampir
semuanya menunjukkan kinerja kurang baik dan kondisi ini tidak jauh berbeda
dengan pada saat analisa awal terhadap permohonan kredit perusahaan. Kecuali
untuk rasio profit margin yang menunjukkan peningkatan dibandingkan pada
periode laporan keuangan saat proses analisa awal permohonan kredit.
18
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Hasil analisa rasio keuangan para debitur inti tersebut selanjutnya diperbandingkan dengan aturan rasio keuangan yang berlaku saat ini pada Bank ABC
a.
Dilihat dari rasio likuiditas (CR), Profit Margin dan DSC serta DER, PT.A
masih dapat dikatakan memenuhi ketentuan, kecuali untuk solvabilitas dan
ROI yang menunjukkan hasil tidak sesuai ketentuan yang artinya terdapat
risiko ketidakmampuan PT.A untuk membayar seluruh kewajibannya pada
saat jatuh tempo dan tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi yang
dikeluarkan juga sangat kecil atau kurang menguntungkan. Apalagi secara laba
bersih (Earning Before Taxes) PT.A juga minus atau perusahaan mengalami
kerugian dalam 2 (dua) tahun terakhir.
b.
Secara umum rasio-rasio keuangan PT.B dinilai sudah memenuhi ketentuan
Bank ABC, hanya untuk rasio aktivitas yang cenderung melambat perputaran
modal kerjanya sehingga cukup banyak dana modal kerja yang tertanam dalam
aktiva lancarnya. Hal ini disebabkan tingginya investasi perusahaan pada aktiva
yang belum menghasilkan pendapatan (tanah yang sedang dikembangkan).
Lambatnya perputaran modal kerja perusahaan jika dibiarkan lama kelamaan
akan berpengaruh juga terhadap kontinuitas usaha PT.B sendiri dan dampaknya
akan terasa pada pemenuhan kewajiban kepada pihak kreditur seperti halnya
bank.
c.
Kinerja keuangan PT.C juga dapat dikatakan cukup baik dilihat dari semua
rasio keuangan yang dianalisa. Tetapi ada kecenderungan penurunan pada rasio
rentabilitas dan rasio coverage (DSC) serta kurang efisiennya pengelolaan usaha
(dari rasio aktivitas). Penurunan rasio-rasio tersebut dikarenakan tingginya
piutang usaha perusahaan dan meningkatnya hutang/kewajiban perusahaan
serta meningkatnya beban usaha. Menurunnya kinerja beberapa pos dalam
laporan keuangan PT.C, apabila dibiarkan dapat membuat kondisi keuangan
perusahaan menjadi kurang baik dan bahkan memburuk. Sedangkan dalam hal
pembiayaan aktiva, perusahaan juga membutuhkan dukungan dana dari pihak
lain (Bank) dan sumber dana dari pihak lain ini bersifat sementara artinya harus
dikembalikan dalam jangka waktu tertentu. Sehingga jika kondisi keuangan
perusahaan semakin memburuk tentunya berdampak tidak baik terhadap
kelancaran pembayaran kewajiban pada pihak lain (Bank).
d.
Dari ketujuh debitur inti yang dijadikan sampel penelitian, hanya PT.D yang
menunjukkan kinerja keuangan yang baik walaupun masih berfluktuatif. Dan ini
dapat dilihat pada hasil analisa rasio keuangan untuk mereview terhadap laporan
keuangan perusahaan selama fasilitas kredit dinikmati. Memang pada rasio
aktivitas cenderung melambat terutama pada perputaran persediaan sehingga
terlihat perusahaan kurang efisien dalam memanfaatkan dana modal kerjanya
terutama yang tertanam pada persediaan. Namun tingginya nilai persediaan
lebih disebabkan strategi bisnis manajemen PT.D dalam mengantisipasi
kenaikan harga beberapa material proyek khususnya bahan untuk aspal. Nilai
persediaan ini akhirnya akan menurun seiring proyek-proyek milik PT.D sudah
berjalan.
Windy Wijaya & Suhartono, Analisis Kinerja Kuangan Debitur Inti Bank ABC...
e.
f.
g.
19
Rasio-rasio keuangan PT.E menunjukkan bahwa perusahaan dapat memenuhi
semua ketentuan rasio yang berlaku pada Bank ABC. Akan tetapi jika
dibandingkan dengan pada saat awal permohonan kredit ternyata terjadi penurunan misalnya antara lain pada rasio likuiditas dan solvabilitas serta DER.
Seharusnya setelah kredit diberikan, kinerja debitur menjadi lebih baik dari
sebelum diberikannya kredit.
Secara rata-rata rasio likuiditas dan solvabilitas serta DER-nya PT.F melanggar
ketentuan yang berlaku pada Bank ABC. Sedangkan rasio-rasio lainnya seperti
Rentabilitas dan DSC masih memenuhi ketentuan rasio pada Bank ABC.
Mampunya perusahaan dalam memenuhi kewajibannya disamping disebabkan
adanya keuntungan yang diperoleh dalam penjualan aktiva tetap, juga adanya
dukungan dana dari perusahaan induk/terafiliasi. Artinya jika melihat secara
nyata,kinerja keuangan PT.F dapat dikatakan kurang baik dari operasional
usahanya jika tanpa adanya sokongan dana dari pemegang saham/perusahaan
induknya.
Berdasarkan review laporan keuangan 2010, kinerja keuangan PT.G dapat dikatakan tetap melanggar ketentuan yang berlaku pada Bank ABC sebagaimana
terlihat pada hasil analisa rasio keuangan. Hanya rasio Profit Margin yang
berada diatas suku bunga yang diberikan untuk fasilitas kredit PT.G. Secara
bisnis usaha yang dijalankan perusahaan memiliki prospek menguntungkan
tetapi dalam hal pemenuhan kewajiban kepada pihak Bank, PT.G masih
membutuhkan bantuan dana dari pemegang sahamnya atau perusahaan induknya. Artinya dari keuntungan operasional usahanya, PT.G masih belum mampu
untuk memenuhi kewajibannya pada Bank
Nilai Z-Score Debitur IntiBank ABC
(Review Aspek Keuangan)
(
",-*
&*
&*
&*
&*
&*
&*
&*
Sumber : Laporan Keuangan Debitur Inti (diolah kembali, 2011)
Kondisi keuangan para debitur inti tersebut sesungguhnya berada pada area
ambang kebangkrutan (grey area) dan zona kesulitan keuangan atau bangkrut (distress
area). Dan yang patut menjadi perhatian Bank ABC adalah kondisi keuangan PT.A,
PT.F dan PT.G yang ternyata setelah diberikan kredit tetap menunjukkan kinerja
kurang baik dan berada di area kesulitan keuangan (bangkrut). Jika kondisi tersebut
20
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
diatas, dibiarkan tentunya akan berdampak negatif pada kualitas kredit ketiga debitur
tersebut dan akhirnya dapat mempengaruhi kualitas portofolio kredit keseluruhan
Bank ABC dalam bentuk tingginya nilai NPL (Non Performing Loans).
Sedangkan kinerja keuangan keempat debitur (PT.B, PT.C, PT.D dan PT.E)
yang berada di area diambang kebangkrutan (grey area) setelah menikmati kredit
dari Bank ABC menunjukkan bahwa adanya penurunan kinerja keuangan. Padahal
diharapkan dengan adanya bantuan kredit dari Bank ABC, kinerja usaha atau
keuangan keempat debitur inti tersebut dapat meningkat.
Berdasarkan hasil analisis tersebut diatas, model analisa Altman Z-Score dinilai
dapat membantu Pejabat/Petugas Kredit dalam setiap pelaksanaan proses pemberian
kredit dan pada saat monitoring kredit. Dengan menggunakan analisis Z-Score ini
diharapkan Pejabat/Petugas Kredit Bank khususnya pada Bank ABC dapat dengan
cepat mengambil mitigasi risiko yang mungkin timbul seandainya kredit tetap
diberikan kepada calon debitur atau dengan segera dapat dilakukan penolakan kredit
jika memang risikonya sudah sangat tinggi dan tidak mungkin dimitigasi. Selain itu
dengan menggunakan analisis Z-Score diharapkan keputusan kredit menjadi lebih
cepat diambil oleh Pejabat/Petugas Kredit Bank ABC.
B.
Implikasi hasil penelitian
Implikasi Teoritis
Dalam prakteknya, kedua alat analisis keuangan tersebut dapat dipergunakan secara
bersama-sama dalam proses analisa pemberian kredit mengingat keduanya dapat saling
melengkapi dan mendukung. Analisa rasio memberikan gambaran detail setiap pos-pos
dalam laporan keuangan (Neraca dan Laba/Rugi). Sedangkan Altman Z-Score dinilai
dapat dimanfaatkan untuk mengetahui secara cepat potensi keuangan calon debitur/debitur
dan memprediksi kemungkinan bangkrut/tidaknya usaha calon debitur/debitur di masa
mendatang.Kelemahan yang dimiliki oleh analisa rasio keuangan dapat ditutupi dengan
analisa Z-Score. Sehingga hasil analisa terhadap laporan keuangan calon debitur/debitur
menjadi lebih akurat dan tepat serta dalam proses pemberian kredit pihak bank dianggap
tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.
Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa proses pemberian kredit yang
dilakukan Bank ABC kepada ketujuh debitur inti yang menjadi sampel dalam penelitian ini
lebih mengutamakan faktor-faktor analisa yang bersifat kualitatif misalnya antara lain lama
berusaha atau pengalaman perusahaan dibidang usaha yang dibiayai (aspek manajemen),
karakter atau kemampuan key person atau pemilik perusahaan (aspek manajemen dan
teknis), prospek bisnis bidang usaha yang dibiayai (aspek pemasaran) dan nilai coverage
ratio jaminan yang mencukupi atau sesuai ketentuan (aspek jaminan). Sedangkan
penilaian pada aspek keuangan selama ini belum sepenuhnya dijadikan aspek penting
dalam memutuskan permohonan kredit seorang Debitur padahal dalam aspek keuangan
dapat diketahui kemampuan sebenarnya Debitur dalam memenuhi kewajibannya apabila
diberikan kredit. Dari aspek keuangan juga dapat diketahui prospek usaha yang dijalankan
Debitur apakah menguntungkan atau merugi kedepannya.
Windy Wijaya & Suhartono, Analisis Kinerja Kuangan Debitur Inti Bank ABC...
21
Dikarenakan fasilitas kredit sudah diberikan kepada para debitur inti tersebut dan
memperhatikan potensi keuangan yang ditimbulkan dari hasil analisa Z-Score terhadap
ketujuh debitur inti yang berada pada grey area dan distress area, kepada manajemen
Bank ABC agar secepatnya mengambil langkah-langkah kongkrit untuk memitigasi risiko
yang mungkin timbul apabila ternyata potensi keuangan dimaksud benar-benar terjadi
di kemudian hari misalnya melalui proses restrukturisasi kredit atau penyelesaian kredit
dengan mekanisme exit policy (penjualan asset/jaminan).
C.
Keterbatasan penelitian
Penelitian ini hanya menitikberatkan kepada teknik analisa dasar baik itu analisa
rasio keuangan maupun analisis Z-Score dari Altman dan tidak menganalisa lebih jauh
bagaimana hubungan atau pengaruh setiap rasio keuangan yang dihitung terhadap potensi
keuangan para debitur inti yang dijadikan sampel. Sehingga belum dapat diketahui secara
pasti rasio-rasio apa saja yang paling mempengaruhi yang menyebabkan para debitur inti itu
berada di zona ambang kebangkrutan atau zona financial distress/kebangkrutan, demikian
pula apakah ada hubungan antara rasio-rasio keuangan yang dihitung dalam analisa rasio
keuangan dengan rasio-rasio yang dihitung dalam Altman Z-Score Analysis. Sekalipun dari
hasil analisa yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab kondisi
keuangan para debitur inti tersebut berada diantara zona diambang kebangkrutan dan zona
kebangkrutan antara lain dikarenakan Likuiditas yang rendah, Solvabilitas yang rendah,
DER yang tinggi, Rentabilitas yang rendah dan Coverage Ratio yang rendah. Dalam
penelitian ini juga lebih menitikberatkan pada aspek keuangan yang secara kuantitatif dapat
diperhitungkan. Padahal dalam proses analisa kredit, analisa terhadap aspek kualitatif tidak
bisa diabaikan begitu saja sehingga kedepannya perlu bagi peneliti lain untuk meneliti lebih
jauh faktor-faktor kualitatif apa saja yang berpengaruh terhadap kebangkrutan suatu usaha
calon debitur/debitur disamping aspek keuangan.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1.
Hasil perhitungan analisa rasio keuangan terhadap ketujuh debitur inti Bank
ABC yang menjadi sampel penelitian ini menunjukkan bahwa ada 3 debitur yang
melanggar beberapa ketentuan rasio yang berlaku pada Bank ABC yaitu PT.A, PT.F
dan PT.G. Sedangkan 4 (empat) debitur lainnya yaitu PT.B, PT.C, PT.D dan PT.E
telah memenuhi ketentuan rasio yang berlaku pada Bank ABC. Kondisi keuangan
para debitur inti diperlihatkan sama atau tidak berubah baik pada saat proses awal
kredit maupun proses review laporan keuangan.
Rasio-rasio keuangan yang dilanggar ketiga debitur inti tersebut adalah rasio
Likuiditas (Current Ratio), rasio Solvabilitas, rasio DER dan rasio Coverage (DSC).
Sekalipun keempat debitur inti lainnya tidak melanggar ketentuan rasio Bank ABC,
namun menunjukkan adanya penurunan angka pada beberapa rasio keuangannya
pada saat proses review laporan keuangan dilakukan antara lain pada Current Ratio,
rasio Solvabilitas, rasio Aktivitas/Efisiensi dan rasio DSC.
2.
22
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
3.
Berdasarkan hasil perhitungan Z-Score pada proses awal kredit menunjukkan bahwa
hampir semua debitur inti berada di area diambang kebangkrutan (grey area) yaitu
PT.B, PT.C, PT.D dan PT.E dan area bangkrut (distress area) yaitu PT.A, PT.F dan
PT.G. Kecuali PT.D yang jika nilai Z-Scorenya dirata-ratakan berada di area tidak
bangkrut (safe area) karena diatas 2,90.
Pada saat proses review atas laporan keuangan ketujuh debitur inti itu dengan
menggunakan analisis Z-Score, memperlihatkan hasil bahwa ada 3 (tiga) debitur yaitu
PT.A, PT.F dan PT.G tetap berada dalam area bangkrut (distress area) dan keempat
debitur inti lainnya (PT.B, PT.C, PT.D dan PT.E) berada di grey area (diambang
kebangkrutan / kesulitan keuangan). Nilai rata-rata Z-Score PT.D yang pada saat
proses awal kredit berada di safe area, mengalami penurunan kinerja menjadi di grey
area pada saat proses review.
Indikasi kemungkinan penyebab ketujuh debitur inti itu termasuk dalam grey area dan
distress area antara lain dikarenakan likuiditas yang rendah tercermin dalam modal
kerja bersih atau net working capital yang rendah, tingkat keuntungan yang rendah
dan cenderung fluktuatif, peningkatan modal saham yang kurang dan pertumbuhan
penjualan/pendapatan yang sangat fluktuatif.
Untuk itu setiap proses analisa kredit haruslah dilakukan secara hati-hati baik itu
berpegang kepada ketentuan kredit yang berlaku pada bank bersangkutan maupun
sesuai prinsip kehati-hatian dan azas pemberian kredit yang sehat tidak terkecuali
untuk Bank ABC.
Semua aspek penilaian haruslah dilakukan analisa secara mendalam dan komprehensif
serta tidak dapat didasarkan pada satu aspek saja. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan
dan pemahaman yang sama dari Pejabat/Petugas Kredit Bank dalam menganalisa
aspek-aspek penilaian tersebut.
Penggunaan analisis Z-Score dari Altman ternyata dapat dimanfaatkan oleh Bank
khususnya Bank ABC sebagai salah satu alat analisis untuk memperoleh gambaran
dan informasi dini melalui sebuah skor yang dapat memberikan peringatan dini akan
potensi keuangan calon debitur/debitur dalam proses pemberian kredit. Terjadinya
pelanggaran rasio-rasio keuangan yang dianalisis terhadap laporan keuangan masingmasing debitur inti tersebut ternyata memberikan hasil yang meyakinkan lagi dengan
menggunakan Z-Score Analysis dari Altman.
Kombinasi kedua alat analisis keuangan melalui Financial Ratio dan Altman Z-Score
Analysis dalam proses analisa kredit khususnya pada analisa aspek keuangan sangat
bermanfaat dan dapat saling melengkapi jika digunakan oleh Bank sebagai Kreditur
untuk mendapatkan gambaran yang detail mengenai potensi keuangan calon debitur/
debitur.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
B.
Saran-saran
1.
Terhadap ketiga debitur inti (PT.A, PT.F dan PT.G) yang berada di area kebangkrutan atau distress area, manajemen Bank ABC harus segera mengambil langkahlangkah kongkrit dalam rangka penyelamatan kredit ketiga debitur inti tersebut.
Mengingat manajemen ketiga debitur inti tersebut dinilai beritikad baik yang dilihat
dari kelancaran dalam pemenuhan kewajiban, dapat dilakukan upaya-upaya sebagai
berikut melakukan restrukturisasi dan reorganisasi atas ketiga debitur tersebut jika
Windy Wijaya & Suhartono, Analisis Kinerja Kuangan Debitur Inti Bank ABC...
2.
3.
4.
5.
6.
23
nilai perusahaan lebih baik apabila usaha tetap going concern atau melakukan
penyelesaian kredit melalui likuidasi asset perusahaan.
Sedangkan bagi keempat debitur inti yang berada di area diambang kebangkrutan
(grey area), manajemen Bank ABC agar melakukan monitoring yang cukup ketat
dan kontinyu terhadap manajemen keempat debitur tersebut dan menyarankan agar
manajemen masing-masing debitur memperbaiki kinerja keuangan misalnya antara
lain dengan meningkatkan aktiva lancar terutama dalam bentuk kas, melakukan
efisiensi biaya operasional dan meningkatkan jumlah modal saham yang disetor dari
laba yang diperoleh serta melakukan investasi yang terencana dengan baik.
Manajemen Bank ABC kiranya perlu untuk menyempurnakan ketentuan internal
proses analisa kredit terutama dalam menganalisa aspek keuangan sehingga dapat
menghasilkan analisa yang lebih akurat dan tepat. Penggunaan berbagai alat analisis
keuangan perlu dipertimbangkan tidak hanya mengandalkan analisa rasio keuangan
saja mengingat adanya kelemahan yang dimiliki alat analisis ini. Untuk mengetahui
secara dini potensi keuangan debitur/calon debitur maka penggunaan Altman Z-Score
Analysis dapat dipertimbangkan sebagai alat analisis terhadap laporan keuangan
calon debitur/debitur yang disampaikan kepada pihak Bank.
Manajemen Bank ABC agar menetapkan ketentuan rasio keuangan yang disesuaikan
dengan karakteristik masing-masing sektor usaha yang dibiayai sehingga hasil analisa
kredit menjadi lebih akurat dan tidak menimbulkan argumentasi seperti yang selama
ini terjadi antara Pejabat/Petugas Kredit dengan pihak Pemeriksa.
Dalam proses analisa kredit hendaknya setiap Pejabat/Petugas Kredit Bank ABC
jangan mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan syarat-syarat rasio keuangan.
Sekecil apapun bentuk pelanggaran rasio keuangan tentu berkaitan dengan kondisi
keuangan calon debitur/debitur. Ukuran mampu tidaknya keuangan perusahaan
salah satunya didapat melalui proses analisa keuangan. Sehingga jika ditemukan
pelanggaran terhadap salah satu atau beberapa syarat rasio maka pendalaman analisis
perlu dilakukan apalagi jika kredit tersebut tetap harus disetujui.
Memperhatikan keterbatasan laporan keuangan yang dijadikan dasar analisa
keuangan, Pejabat/Petugas Kredit Bank ABC juga harus tetap melakukan analisa
yang mendalam pada aspek kualitatif (seperti manajemen, teknis, pemasaran dan
industri, legal dan sosial ekonomi) sehingga hasil analisis menjadi lebih lengkap dan
dapat menyakinkan Pejabat Pemutus Kredit.
24
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, Trifan 2009, Considerations on The Methods Of Prediction Of An Entity’s
Bankruptcy, Bulletin of The Transilvania University of Brasov, Volume 2 (51),
Series V : Economic Sciences, Dept.of Finance, Accounting and Economic Theory,
Transilvania Unversity of Brasov, Romania.
Altman, Edward I. and Edith Hotchkiss 2005, Corporate Financial Distress and Bankruptcy
(Predict and Avoid Bankruptcy, Analyze and Invest in Distress Debt), 3rd Edition,
New York, Published by John Wiley & Sons, Inc., New Jersey.
Anonim 1998, Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, Cetakan Kedua, Sinar
Grafika, Jakarta.
Balbinder, Singh Gill & Koen Schoors 2010, Financial Distress and Corporate
Restructuring, 16th EDAMBA Summer Academy, Soreze, France.
Bank Indonesia 2004, Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tentang Penilaian
Kesehatan Bank Umum, Bank Indonesia, Jakarta.
_____________, 2005, Peraturan Bank Indonesia Nomor : 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian
Kualitas Aktiva Bank Umum, Bank Indonesia, Jakarta.
_____________, 2005, Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/3/DPNP tentang Penilaian
Kualitas Aktiva Bank Umum, Bank Indonesia, Jakarta.
_____________, 2006, Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/12/PBI/2006 tentang Laporan
Berkala Bank Umum, Bank Indonesia, Jakarta.
Bank BPD Kalsel 2008, Surat Edaran Direksi Bank Kalsel No.28/SE.DIR/KRD/2008
tentang Penetapan Kriteria Pasar Sasaran Kredit Bank BPD Kalsel Tahun 2009,
Bank BPD Kalsel, Banjarmasin.
_____________, 2009, Buku Pedoman Perkreditan Bank BPD Kalsel : Buku III tentang
Pedoman Tata Cara Analisa dan Keputusan Kredit, Bank BPD Kalsel, Banjarmasin.
Bank Kalsel 2010, Surat Edaran Direksi Bank Kalsel No.23/SE.DIR/KRD/2010 tentang
Penetapan Kriteria Pasar Sasaran Kredit Bank BPD Kalsel Tahun 2011, Bank
Kalsel, Banjarmasin.
Brigham, Eugene F. & Houston, Joel F. 2006, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi
10, Buku 1, Salemba Empat, Jakarta.
Candrawati, Anna 2008, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan
Turnaround Pada Perusahaan Yang Mengalami Financial Distress (Studi Pada
Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000 –
2005), Program Studi Magister Manajemen, Program Pasca Sarjana, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Endri 2009, Prediksi Kebangkrutan Bank untuk Menghadapi dan Mengelola Perubahan
Lingkungan Bisnis : Analisis Model Altman’s Z-Score, Perbanas Quaterly Review,
Vol.2 No.1, 1 Maret 2009, ISSN : 1978-9017.
Windy Wijaya & Suhartono, Analisis Kinerja Kuangan Debitur Inti Bank ABC...
25
Fahmi, Irham 2008, Analisis Kredit dan Fraud, Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif,
Edisi Pertama, Cetakan ke-1, P.T. Alumni, Bandung.
_____________, 2011, Analisis Kinerja Keuangan : Panduan bagi Akademisi, Manajer,
dan Investor untuk Menilai dan Menganalisis Bisnis dari Aspek Keuangan, Cetakan
Kesatu, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Hanafi, Mamduh M. 2004, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Kedua, BPFEYogyakarta, Yogyakarta.
J.A.Afolabi 2008, Analysis of Loan Repayment Among Small Scale Farmers in South
Western Nigeria – A Discriminant Approach, Department of Agricultural Economics
and Extension, Federal University of Technology, P.M.B 704, Akure, Nigeria.
Jusuf, Jopie 2006, Analisis Kredit Untuk Account Officer, Cetakan Ketujuh, PT.Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Nikolai Chuvakhin & L.Wayne Gertmenian, Bankruptcy Prediction in The WorldCom Age.
Purba, Marisi P. 2009, Asumsi Going Concern, Suatu Tinjauan Terhadap Dampak Krisis
Keuangan atas Opini Audit dan Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Pertama,
Graha Ilmu, Yogyakarta.
Ramadhani, Ayu Suci dan Lukviarman, Niki 2009, Perbandingan Analisis Prediksi
Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi dan Altman
Modifikasi dengan Ukuran dan Umur Perusahaan sebagai Variabel Penjelas (Studi
pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia), Jurnal Siasat
Bisnis Vol.13 No.1, Hal : 15-28, April 2009.
Riyanto, Bambang 2001, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan
Ketujuh, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.
Sarjono, Haryadi 2006, Analisis Laporan Keuangan Sebagai Alat Prediksi Kemungkinan
Kebangkrutan dengan Model Diskriminan Altman pada Sepuluh Perusahaan Properti
di Bursa Efek Jakarta, Universitas Bunda Mulia, Jakarta.
Sekaran, Uma 2006, Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Buku 2, Edisi Keempat, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.
Sheng Chang-e 2006, The Causes and Salvation Ways of Financial Distress Companies – An
Empirical Research on The Listed Companies in China, Beijing Normal University,
Beijing, China.
Sibuea, Ifana M. 2010, Penerapan Analisis Rasio Keuangan dan Analisis Z-Score Untuk
Mengukur Kinerja Keuangan Perusahaan pada Perusahaan Maternity Napkin
dan Alat-Alat Kesehatan (Studi Kasus Pada PT.Osaki Medical Indonesia – Pier
Pasuruan), STIE Malangkucecwara, Malang.
Suryanto 2002, Analisis Kinerja Keuangan Bank Untuk Memprediksi Kebangkrutan,
Program Studi Magister Akuntansi, Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Suyatno, T., Chalik, H.A., Sukada, M., Ananda, C.Tinon Yunianti & Marala, Djuhaepah T.
2007, Dasar-Dasar Perkreditan, Edisi Keempat, Cetakan Kesebelas, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
26
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Syafyuddin 2009, Implementasi Analisis Z-Score Dalam Assessment Pemberian Kredit
Pada Bank XYZ, Program Magister Manajemen, Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarmasin.
Veithzal, Rivai dan Andria Permata Veithzal 2006, Credit Management Handbook : Teori,
Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir dan Nasabah,
PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Y.M. Satish & B. Janakiram 2011, Turnaround Strategy Using Altman Model as a Tool
in Solar Water Heater Industry in Karnataka, International Journal of Business and
Management, Published by Canadian Center of Science and Education.
Pengaruh Perubahan Organisasi Dan Budaya Organisasi
Terhadap Kinerja Pegawai
(Studi Pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara
dan Lelang Banjarmasin)
Ramli Simbolon
(Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Banjarmasin)
Hastin Umi Anisah
(Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin)
ABSTRACT
This study aims to determine and analyze the influence of organizational
change and organizational culture either partially or simultaneously to the
performance of employees KPKNL Banjarmasin.
The population in this study as many as 32 people by using multiple regression
analysis method. Analysis regression performed to determine wheter the
independent variable (organizational change and organizational culture)
either partially or simultaneously influence the dependent variable (employees
performance).
The result on the State Property Office and Auction (KPKNL) indicate that the
change organizations Banjarmasin and cultural organizations simultaneously
have a significant and positive impact on employee performance KPKNL
Banjarmasin. The result show that partial organizational and cultural changes
organizational each have a significant and positive impact on employee
performance. Variable factors in the physical arrangement of organizational
change to be the most dominant factor affecting the performance of an employee
while the factors of attention to detail on the cultural variables are the most
dominant factor affecting employee performance.
Keyword :
Organizational change, organizational culture, employee performance,
KPKNL.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh perubahan organisasi dan budaya organisasi baik secara parsial maupun simultan
terhadap kinerja karyawan KPKNL Banjarmasin.
27
28
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 32 orang dengan menggunakan metode
analisis regresi berganda. Analisis regresi dilakukan untuk menentukan wheter
variabel independen (perubahan organisasi dan budaya organisasi) baik
secara parsial maupun simultan mempengaruhi variabel dependen (kinerja
karyawan).
Hasil pada Kantor Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) menunjukkan bahwa
perubahan organisasi Banjarmasin dan budaya organisasi secara bersamaan
memiliki dampak yang signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan KPKNL
Banjarmasin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan organisasi dan
budaya organisasi parsial masing-masing memiliki dampak yang signifikan
dan positif terhadap kinerja karyawan. Faktor variabel dalam pengaturan fisik
dari perubahan organisasi menjadi faktor yang paling dominan mempengaruhi
kinerja karyawan sedangkan faktor perhatian terhadap detail pada variabel
budaya merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi kinerja
karyawan.
Kata Kunci :
Perubahan Organisasi, Budaya Organisasi, Kinerja Pegawai, KPKNL
PENDAHULUAN
Era reformasi di Indonesia diikuti reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan
yang sebelumnya bernama Departemen Keuangan. Reformasi birokrasi merupakan upaya
strategis untuk mencapai tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Reformasi di birokrasi
meliputi pelayanan publik (publik service), peningkatan kinerja (performance improvement)
serta pemerintahan yang baik (good governance). Pelayanan masyarakat pada KPKNL
Banjarmasin dilakukan dengan menerapkan SOP (standart operation procedure). Penerapan
SOP dimaksudkan agar setiap pegawai mempunyai batas-batas waktu penyelesaian yang
jelas sehingga masyarakat mengetahui secara pasti penyelesaian keperluannya.
Budaya organisasi publik yang selama ini kurang baik perlu dirubah agar pelayanan
publik pada KPKNL Banjarmasin dapat berjalan dengan baik. Upaya untuk merubah
sikap dan perilaku pegawai dilakukan antara lain dengan pemberian nilai-nilai baru dalam
organisasi. Pembentukan budaya baru juga terlihat dari penetapan nilai-nilai kementerian
keuangan yang terdiri dari integritas, profesionalisme, sinergi, pelayanan dan kesempurnaan
(http://www.depkeu.go.id).
Berbagai proses reformasi birokrasi dilingkungan Kementerian Keuangan tidaklah
akan berhasil bila tidak didukung dengan kinerja pegawai yang baik, berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja dari pegawai sehingga
perubahan organisasi dan penerapan budaya organisasi dapat sesuai dengan maksud dan
tujuan organisasi.
Kementerian keuangan menetapkan kontrak kinerja antara atasan dan bawahan pada
setiap unit kerja. Penetapan kontrak kinerja tersebut dimaksudkan agar setiap pegawai
memahami tugas dan fungsinya. Kontrak kinerja ditandatangani oleh pegawai bersama
Ramli Simbolon & Hastin, Pengaruh Perubahan Organisasi dan Budaya Organisasi...
29
atasannya setiap awal tahun dan pada akhir tahun atasan pegawai yang bersangkutan akan
memberikan penilai atas kinerja bawahannya.
Konsekuensi dari penerapan perubahan organisasi adalah penerapannya yang memerlukan waktu cukup lama dan biaya yang cukup besar. Resiko bisa saja muncul ketika
implementasi tersebut berjalan, seperti adanya perubahan tanggung jawab, resistensi
pegawai, perlunya keselarasan perubahan dengan budaya, dan komunikasi mengenai perubahan itu sendiri. Resiko tersebut harus dapat diatasi oleh organisasi maka pemimpin harus
dapat menetapkan, mengelola dan mengukur kesiapan pegawai untuk berubah sehingga
implementasi dapat berjalan dengan efektif. Keberhasilan perubahan hanya dapat terjadi
bila pegawai juga bersedia mencurahkan waktu dan energi yang diperlukan untuk mencapai
tujuan perubahan tersebut.
Berdasarkan perubahan yang dilakukan oleh organisasi serta budaya organisasi yang
ada di KPKNL Banjarmasin sebagaimana telah diuraikan di atas, maka untuk melihat
sejauh mana pengaruh perubahan organisasi dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai KPKNL Banjarmasin dalam mewujudkan pelayanan kepada masyarakat yang lebih baik
khususnya dalam pelayanan lelang, piutang negara, penilaian dan pengelolaan kekayaan
negara, maka perlu dilakukan penelitian mengenai hal tersebut.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat dikemukakan bahwa perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Apakah perubahan organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai
KPKNL Banjarmasin ?
2.
Apakah budaya organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai
KPKNL Banjarmasin ?
3.
Apakah perubahan organisasi dan budaya berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja pegawai KPKNL Banjarmasin ?
1.
2.
3.
1.
2.
3.
Tujuan penelitian ini adalah :
Mengetahui dan menganalisa pengaruh perubahan organisasi terhadap kinerja pegawai KPKNL Banjarmasin.
Mengetahui dan menganalisa pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai
pada KPKNL Banjarmasin.
Mengetahui dan menganalisa pengaruh perubahan organisasi dan budaya organisasi
terhadap kinerja pegawai pada KPKNL Banjarmasin.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kegunaan sebagai berikut :
Memberikan bukti secara empiris untuk kepentingan akademis tentang pangaruh
perubahan organisasi dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai KPKNL
Banjarmasin
Memberikan kontribusi bagi KPKNL dalam mewujudkan perubahan organisasi dan
budaya dalam meningkatkan kinerja pegawai.
Dapat dijadikan masukan untuk bahan referensi penelitian lebih lanjut bagi para
peneliti yang akan datang.
30
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Perubahan Organisasi
Esensi dari suatu perubahan adalah adanya peningkatan kondisi yang lebih baik
dari situasi sebelumnya. Suatu organisasi hanya dapat bertahan jika dapat melakukan perubahan. Setiap perubahan lingkungan yang terjadi harus dicermati karena keefektifan
suatu organisasi tergantung pada sejauhmana organisasi dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan tersebut. Pada dasarnya semua perubahan yang dilakukan mengarah pada
peningkatan efektiftas organisasi dengan tujuan mengupayakan perbaikan kemampuan
organisasi dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan serta perubahan perilaku anggota organisasi (Robbins, 2003). Lebih lanjut Robbins menyatakan perubahan
organisasi dapat dilakukan pada struktur yang mencakup strategi dan sistem, teknologi,
penataan fisik dan sumber daya manusia.
Sasaran utama perubahan dalam organisasi terdiri dari perubahan sikap dan ketrampilan kerja, perubahan peran kerja, teknologi dan strategi. Perubahan yang fokus pada sikap
melibatkan perubahan sikap dan nilai-nilai dengan daya tarik persuasif, program pelatihan,
pembentukan tim dan progran perubahan budaya sedangkan pendekatan dalan ketrampilan
kerja dapat dilakukan dengan program pelatihan kerja. Perubahan peran kerja dapat
dilakukan antara lain dengan cara merancang kembali pekerjaan karyawan dengan aktifitas
dan tanggungjawab yang berbeda, reorganisasi arus kerja, mengubah kriteria dan lain
sebagainya. Pendekatan dalam bidang teknologi dilakukan dengan cara memperkenalkan
peralatan baru dalam menyelesaikan pekerjaan. Strategi kompetitif dalam perubahan
menuntut perubahan secara konsisten terhadap individu-individu, peran kerja dan teknologi
(Sunyoto dan Burhanuddin, 2011).
Wibowo (2007) mengatakan bahwa terdapat tiga macam tipe perubahan organisasi
yang dinamakan dengan development change, transitional change dan trasformational
change.Development change mencerminkan perubahan melalui perubahan keterampilan,
metode, standar kinerja atau kondisi yang telah ada. Dalam development change terdapat
dua asumsi yakni bahwa orang mampu memperbaki serta mereka akan menjadi lebih baik
apabila diberi alasan, sumber daya, motivasi dan pelatihan yang tepat. Transitional change
merupakan respon pada pergeseran signifikan pada kekuatan lingkungan atau kebutuhan
pasar untuk sukses. Transformational change merupakan pergeseran yang radikal dari satu
keadaan ke keadaan lainnya sehingga signifikan apabila memerlukan pergeseran budaya,
perilaku dan pola pikir untuk melaksanakan dengan sukses dan berlangsung sepanjang
waktu.
2.
Budaya Organisasi
Wibowo (2006) mengatakan budaya sebagai nilai-nilai atau kebiasaan yang diterima
sebagai acuan bersama yang diikuti dan dihormati. Budaya organisasi merupakan pola
keyakinan dan nilai-nilai dalam organisasi yang dipahami, dijiwai dan dipraktekan oleh
anggota organisasinya sehingga pola tersebut memberikan makna tersendiri bagi organisasi
yang bersangkutan dan menjadi dasar aturan berperilaku (Sobirin, 2005). Hal ini berarti
setiap organisasi mempunyai sistem makna yang berbeda. Perbedaan ini menyebabkan
Ramli Simbolon & Hastin, Pengaruh Perubahan Organisasi dan Budaya Organisasi...
31
setiap organisasi mempunyai karakteristik yang unik dan berbeda serta respon yang
berbeda ketika menghadapi masalah yang sama. Disamping itu perbedaan sistem makna ini
dapat menyebabkan perbedaan perilaku para anggota organisasi dan perilaku organisasi itu
sendiri. Akar perbedaan ini bersumber pada asumsi-asumsi dasar yang meliputi keyakinan,
nilai-nilai, filosofi atau ideologi organisasi yang digunakan dalam memecahkan persoalan
organisasi.
Rivai dan Mulyadi (2008) mengatakan bahwa budaya organisasi adalah apa yang
karyawan rasakan dan bagaimana persepsi ini menciptakan suatu pola teladan, nilai-nilai
dan harapan. Organisasi bisa beroperasi secara evisien hanya ketika membagi bersama
nilai-nilai yang ada diantara karyawan.
Robbin (2003) memberikan definisi budaya organisasi sebagai suatu sistem makna
yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dengan organiasi lain.
Terdapat tujuh karakteristik primer budaya organisasi sebagai berikut : (1) Inovasi dan
keberanian mengambil resiko; (2) Perhatian terhadap detail ; (3) Berorientasi pada hasil ;
(4) Berorientasi pada manusia ; (5) Berorientasi pada tim ; (6) Agresivitas ; (7) Stabilitas.
Fungsi utama budaya organisasi adalah membantu memahami lingkungan dan menentukan bagaimana meresponnya sehingga mengurangi kecemasan, ketidakpastian dan
kebingungan. Budaya organisasi memiliki dua fungsi utama yakni sebagai proses integrasi
internal dan sebagai proses adaptasi eksternal (Sunyoto dan Burhanuddin, 2011).
Keberhasilan perubahan budaya salah satunya bergantung pada kuat atau tidaknya
budaya yang sekarang ada sehingga dapat dikatakan bahwa mengubah budaya bukanlah
pekerjaan yang gampang. Dari sudut waktu, perubahan dapat menghabiskan 5 sampai 10
tahun, itupun tingkat keberhasilannya masih dipertanyakan karena respon pegawai terhadap
perubahan sangat bervariasi (Sobirin, 2005). Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan
perubahan budaya adalah kemauan para anggota organisasi untuk berpartisipasi dalam
perubahan
3.
Kinerja
Definisi kinerja karyawan menurut Mangkunegara (2009) adalah hasil secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Secara umum kinerja merupakan suatu
ukuran dari hubungan antara output yang dihasilkan oleh input tertentu. Performance atau
kinerja adalah suatu spesifik target yang merupakan komitmen manajemen yang dapat
dicapai oleh pegawai atau organisasi.
Rivai dan Mulyadi (2008) mengatakan bahwa budaya organisasi adalah apa yang
karyawan rasakan dan bagaimana persepsi ini menciptakan suatu pola teladan, nilai-nilai
dan harapan. Organisasi bisa beroperasi secara evisien hanya ketika membagi bersama
nilai-nilai yang ada diantara karyawan.
Robbins (2003) mengatakan bahwa terdapat tiga perangkat sebagai kriteria untuk
mengetahui kinerja pegawai yakni hasil tugas individual, perilaku dan ciri. Hasil tugas
individual memperhatikan tujuan akhir dari tugas pegawai sedangkan perilaku dikaitkan
dengan tindakan seorang karyawan. Ciri individu karyawan sebagai kriteria terakhir merupakan kriteria terlemah yang merupakan sikap dari pegawai.
32
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
4.
Penelitian Terdahulu
Fernandez and Rainey ( 2006 ), dalam penelitiannya mengenai perubahan organisasi
pemerintahan di Amerika Serikat dikatakan bahwa dalam melakukan perubahan sebuah
organisasi haruslah memperhatikan apakah perubahan tersebut dibutuhkan oleh buruh/
anggota organisasi, adanya perencanaan dan dukungan dari semua pihak yang berhubungan. Amagoh (2008),mengatakan bahwa organisasi adalah sistem kompleks yang
dalam implikasinya organisasi harus mampu belajar dari lingkungannya dan mengubah
struktur internal dan fungsi dari waktu ke waktu, sehingga mengubah perilaku individu.
Hasil penelitian Zhang, Yang, Li (2011) dikatakan bahwa perubahan budaya organisasi
berpengaruh terhadap kinerja.
Rachmanto (2010) dalam penelitiannya menunjukan adanya pengaruh antara variabel
komitmen organisasi, perubahan organisasi dan budaya organisasi terhadap efektifitas kerja.
Abdulloh (2006) menyimpulkan bahwa variabel budaya organisasi, locus of control dan
kepuasan kerja secara langsung mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan. Hasil penelitian yang dibuat oleh Saputra (2010) menyimpulkan bahwa budaya
organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai. Ambarwati (2003)
dalam penelitiannya disimpulkan bahwa resolusi revolusi efektif dan kinerja perusahaan
organisasi tergantung pada hal-hal yang mendasar seperti kepemimpinan transformasional
yang cakap, strategi yang jitu, penerapan organisasional pembelajaran dalam organisasi
dan peningkatan motivasi karyawan serta perhatian yang mendalam terhadap karyawan.
KERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN
Kerangka teoritis yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut :
Model Penelitian
H1
H3
H2
Keterangan :
Pengaruh secara parsial
Pengaruh secara simultan
Sumber :dikembangkan oleh penulis, 2012
Hi otesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, tujuan penelitian dan landasan teori maka dapat dikemukan hipotesis penelitian sebagai berikut :
Ramli Simbolon & Hastin, Pengaruh Perubahan Organisasi dan Budaya Organisasi...
33
H1. Perubahan organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai KPKNL
Banjarmasin.
H2. Budaya Organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai KPKNL
Banjarmasin
H4. Perubahan Organisasi dan Budaya Organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
pegawai KPKNL Banjarmasin
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian penjelasan (explanatory research) yaitu variabel-variabel yang diteliti akan menjelaskan objek yang diteliti melalui data yang terkumpul, artinya penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan suatu hipotesis
dan juga digunakan untuk menganalisis suatu variabel pendekatan metode survey dengan
memberikan pernyataan kepada responden.
Tempat penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
(KPKNL) Banjarmasin beralamat di Jalan Pramuka no. 7 Banjarmasin.Penelitian ini
menggunakan data yang diperoleh melalui responden, dimana responden memberikan pernyataan tertulis sebagai tanggapan atas pernyataan yang diberikan.
Jenis data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif
dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah karakteristik dari suatu variabel yang nilainilainya dinyatakan dalam bentuk bilangan numerik. Data kualitatif adalah karakteristik
dari suatu variabel yang nilainya dinyatakan dalam bentuk non-numerikal atau atribut
(Cristianus, 2011).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data mengenai pendapat responden melalui kuisioner yang
diberikan secara langsung sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh tidak
langsung melalui perantara yakni sub bagian umum KPKNL Banjarmasin.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah pegawai KPKNL Banjarmasin yang dikelompokan berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan masa kerja. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di lingkungan KPKNL Banjarmasin yang berjumlah 32 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sensus mengingat
jumlah populasi yang ada sebanyak 32 orang artinya semua populasi diambil sebagai objek
penelitian.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian yang menjadi fokus dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) variabel
yaitu perubahan organisasi (X1) danbudaya organisasi (X2) yang merupakan variabel bebas,
serta kinerja pegawai (Y) yang merupakan variabel terikat. Definisi operasional dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.
Perubahan Organisasi (X1), pengukuran variabel perubahan organisasi diukur melalui
indikator struktur, teknologi, pengaturan fisik dan manusia (Robbins, 2003).
34
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
b.
Budaya Organisasi (X2), pengukuran variabel budaya organisasi mengacu pada inovasi dan pengambilan resiko, perhatian terhadap detail, orientasi pada hasil, orientasi
pada orang, orientasi pada tim dan agresivitas (Robbins, 2003).
Kinerja (Y), pengukuran variabel kinerja berdasarkan hasil kerja individual, perilaku
dan ciri individu (Robbins, 2003).
c.
Dalam penelitian ini dilakukan beberapa pengujian yakni :
uji validitas,
uji reliabilitas,
simultan (uji F),
uji parsial (uji t)
uji asumsi klasik (uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas)
uji normalitas
a.
b.
c.
d.
e.
f.
HASIL PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
A.
Karekteristik responden merupakan gambaran dari keberadaan responden yang terlibat dalam penelitian yaitu berdasarkan usia, jenis kelamin, masa kerja, serta tingkat pendidikan terakhir. Jumlah responden yang diteliti sebanyak 32 orang pegawai yang seluruhnya mengisi dan mengembalikan kuesioner yang diberikan. Responden berdasarkan
jenis kelamin dari pegawai KPKNL Banjarmasin terdiri dari laki-laki sebanyak 22 orang
(68,75 %) dan wanita 10 porang (31,25%). Masa kerja pegawai sebanyak 34,375 % adalah
pegawai dengan masa kerja diatas 25 tahun, hal ini selaras dengan usia pegawai sebanyak
37,5% berusia diatas 45 tahun demikian juga dengan tingkat pendidikan terakhir SMA
sederajat sebanyak 43,75 %, hal ini menunujkan bahwa pegawai KPKNL Banjarmasin
sebagian besar merupakan pegawai yang telah lama bekerja.
Dasar interpretasi skor tanggapan responden pada setiap variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.1 dibawah ini.
Tabel 5.1
Dasar Interpretasi Skor Distribusi Jawaban Responden
No
Nilai Skor
Interpretasi
1.
0 – 1,4
2.
1,5 – 2,4
Tidak Bagus/ Tidak Baik
3.
2,5 – 3,4
Cukup Baik/Cukup Baik
4.
3,5 – 4,4
Bagus/Baik
5.
4,5 – 5,0
Sangat Bagus/Sangat Baik
Sangat Tidak Bagus/Sangat Tidak Baik
Ramli Simbolon & Hastin, Pengaruh Perubahan Organisasi dan Budaya Organisasi...
35
1.
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Perubahan Organisasi
Distribusi jawaban responden pada variabel pada umumnya mempunyai nilai
interpretasi bagus/baik. Secara keseluruhan skor mean tiap indikator adalah baik/bagus
dan yang terbesar adalah indikator operasional pengaturan fisik (4,53) sedangkan
skor terendah adalah indikator operasional teknologi (4,02), hal ini mengandung
arti bahwa kenyamanan pegawai dalam bekerja sangatlah tinggi dalam mendukung
penyelesaian pekerjaan. Penggunaan teknologi kurang mendapat perhatian dari
pegawai dibandingkan indikator operasional lainnya dikarenakan jenis pekerjaan
pada KPKNL Banjarmasin tidak selalu menggunakan teknologi seperti komputer dan
internet.
2.
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Budaya Organisasi
Distribusi jawaban responden secara keseluruhan hasil sebaran kuesioner menunjukan bahwa nilai rata-rata pandangan responden terhadap budaya organisasi
pada KPKNL Banjarmasin adalah bagus hal tersebut ditunjukan dengan skor mean
variabel budaya organisasi sebesar 4,30. Skor ini menunjukan bahwa pimpinan
memperhatikan budaya organisasi yang ada maupun yang akan diberlakukan dalam
organisasi. Penerapan budaya organisasi yang salah akan menyulitkan organisasi
dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan. Rata-rata skor tertinggi adalah
perhatian terhadap detail (4,51), hal ini menunjukan bahwa KPKNL Banjarmasin
sangat menginginkan kehati-hatian dalam penyelesaian pekerjaan. Faktor stabilitas
menunjukan skor terkecil (4,06) dari variabel budaya organisasi hal ini menunjukan
bahwa pegawai KPKNL Banjarmasin sebagai pegawai negeri sipil memiliki anggapan
bahwa stabilitas secara otomatis telah melekat sejak pegawai KPKNL Banjarmasin
diangkat sebagai pegawai negeri sipil sehingga stabilitas kurang mendapat perhatian
yang cukup dibanding dengan indikator lainnya.
3.
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kinerja Pegawai
Kuesioner pada variabel ini diisi atasan langsung pegawai. Atasan memberikan
penilaian kepada semua pegawai yang ada di bawah tanggung jawabnya.Distribusi
jawaban responden pada variabel ini secara umum variabel kinerja pegawai diatas
menunjukan bahwa nilai rata-rata pandangan responden terhadap kinerja pegawai
pada KPKNL Banjarmasin secara keseluruhan adalah bagus hal tersebut ditunjukan
dengan skor mean setiap variabel kinerja pegawai diatas sebesar 3,50. Ciri pegawai
KPKNL Banjarmasin memiliki mean terbesar dibandingkan dengan perilaku ataupun
hasil tugas pegawai KPKNL Banjarmasin, hal ini menunjukan bahwa KPKNL
Banjarmasin sebagai kantor pelayanan telah didukung oleh pegawai yang mempunyai
kepribadian cukup baik untuk menjaga image organisasi. Persepsi pegawai atas hasil
tugas memiliki skor terendah dibandingkan indikator lainnya namun demikian bukan
berarti hasil tugas tidak mendapat perhatian dari pimpinan hal ini dapat dilihat dari
skor setiap indikator diatas angka 4,10.
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap semua item pertanyaan pada kuesioner penelitian ini adalah valid dan reliabel. Berdasarkan hasil uji validitas diketahui
36
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
bahwa nilai r hitung variable Perubahan Organisasi (X1), Budaya Organisasi (X2)
dan Kinerja Pegawai (Y) bernilai lebih dari 0,300 (titik kritis) hal ini menunjukan
bahwa semua item peryataan pada kuesioner ini adalah valid. Hasil uji reliabilitas
menunjukan bahwa nilai alpha untuk variabel Perubahan Organisasi (X1) sebesar
0,835, Budaya Organisasi (X2) sebesar 0,858 dan Kinerja Pegawai (Y)sebesar 0,851
menunjukan angka diatas 0,6000 dengan demikian semua variabel dikatakan realiabel
karena nilai alpha > 0,600.
Uji Normalitas
Gambar 5.1
Frequency
Dependent Variable; y
Regression Standardized Residual
Gambar 5.
Berdasarkan gambar histogram dan tampilan gambar 5.1 dan gambar 5.2 dapat
disimpulkan bahwa grafik histogram menunjukkan pola distribusi yang mendekati
normal sedangkan grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis
diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas.
Uji Multi olinieritas
Hasil Uji multikolinieritas data dalam penelitian terhadal variabel X1 dan
X2 menghasilkan toleransi sebesar 0,209 dengan VIF sebesar 4,781. Berdasarkan
hasil analisis multikolinearitas tersebut, maka data yang diperoleh dari sampel tidak
terdapat multikolinieritas karena besaran statistik tolerance cukup tinggi 0.209
menjauhi nilai 0,01 dan nilai VIF (variance Inflaction Faktor) untuk perubahan organisasi dan budaya organisasi masing-masing 4.781 < 10, yang berarti tidak terdapat multikolinieritas di antara variabel independen dengan variabel independen
lainnya. Kedua variabel tersebut (perubahan organisasi dan budaya organisasi) saling
Ramli Simbolon & Hastin, Pengaruh Perubahan Organisasi dan Budaya Organisasi...
37
independen yang berarti tidak terdapat hubungan yang linier antara variabel bebas
(independen) satu dengan variabel bebas (independen) yang lainnya.
Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji Heteroskedastisitas pada output SPSS Scatter plot menunjukkan
penyebaran titik-titik data sebagai berikut :
1.
Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0
2.
Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja
3.
Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola tertentu.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa model regresi
berganda dalam penelitian ini terbebas dari heteroskedastisitas dan layak digunakan
dalam penelitian.
Analisis Regresi Berganda
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda
melalui program SPSS for Windows. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
ada 2 yaitu menggunakan uji F (uji simultan) dan menggunakan Uji-t (uji parsial).
Pengujian ini dilakukan untuk menganalisis regresi berganda dalam menentukan
kontribusi setiap variabel independen (Perubahan Organisasi dan Budaya Organisasi)
dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen (Kinerja). Tabel berikut
ini menunjukkan hasil analisis dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 5% (0,05).
Tabel 5.2
Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial
Variabel
Terikat
Variabel
Bebas
Koefisien
Regresi
T hitung
T tabel
Std. Error
Signifikan
Y
X1
(Perubahan
Organisasi)
.363
2.639
1,699127
.137
Signifikan
.249
2.092
1,699127
.119
Signifikan
(kinerja
Pegawai)
X2
(Budaya
Organisasi)
Konstanta = - 0,901
F Hitung = 50,588
n= 32
R = 0,882
Sig F = 0,000
df = n-k = 29
R2 = 0,777
Adjusted R2 = 0,762
Standard Error of Estimate/
SEE=1,69840
Berdasarkan tabel 5.2 diatas, maka dapat dimasukkan ke dalam persamaan
regresi linear berganda secara matematis adalah sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2+ e
Y = - 0,901 + 0,363 X1 + 0,249 X2 + e
(2,639)
(2,092)
38
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Model tersebut menggambarkan prediksi terhadap kinerja pegawai KPKNL
Banjarmasin, yang menjelaskan bahwa jika tidak ada variabel perubahan organisasi
(X1) dan variabel budaya organisasi (X2), maka kinerja pegawai KPKNL Banjarmasin
tetap ada. Perubahan organisasi (X1) akan meningkatkan kinerja pegawai KPKNL
Banjarmasin sebesar 0,363 atau 36,3%, demikian pula dengan Budaya Organisasi
(X2) akan meningkatkan kinerja pegawai KPKNL Banjarmasin sebesar 0,249 atau
24,,9%, namun demikian disamping variabel perubahan organisasi (X1) dan variabel
budaya organisasi (X2), ada faktor-faktor atau variabel-variabel lain yang juga mempengaruhi kinerja pegawai KPKNL Banjarmasin yang ditandai oleh simbol e.
Pengukuran persentase pengaruh perubahan organisasi dan budaya organisasi
ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2). Angka R adalah sebesar 0,882,
ini berarti bahwa pengaruh antara perubahan organisasi dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai KPKNL Banjarmasin sangat kuat karena nilainya diatas 0,5.
Angka R2 atau koefisien determinasi adalah 0,777 (berasal dari 0,882 x 0,882),
R square = 77,7%. Jumlah variabel independen lebih dari satu, maka lebih baik
menggunakan Adjusted R2, yaitu 0,762 (Santoso, 2000), hal ini berarti 76,2% variasi
dari pegawai KPKNL Banjarmasin bisa dijelaskan oleh variasi perubahan organisasi
dan budaya organisasi, sedangkan sisanya 23,8% (100% - 76,2%) dijelaskan oleh
faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan di dalam model. Hal ini menunjukkan
bahwa masih ada faktor-faktor lain di luar variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini yang bisa mempengaruhi kinerja pegawai KPKNL Banjarmasin seperti
faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (Mangkunegara, 2009). Standard
Error of Estimate (SEE) adalah 1,69840, kecilnya nilai SEE akan membuat model
regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen ( Santoso, 2000).
Uji Simultan (Uji F)
Hasil pengujian hipotesis secara simultan (secara bersama-sama) yang dilakukan dengan menggunakan uji F dapat dilihat dari Tabel 5.7 diatas. Pengujian ini
untuk mengetahui pengaruh perubahan organisasi dan budaya organisasi terhadap
kinerja pegawai KPKNL Banjarmasin secara simultan (bersama-sama) menggunakan
uji F. Berdasarkan dari uji ANOVA atau F test didapat F hitung 50,588 dengan
tingkat signifikansi 0,000, dikarenakan probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05,
maka model regresi ini bisa dipakai untuk memprediksi kinerja pegawai KPKNL
Banjarmasin atau bisa juga dengan membandingkan nilai Fhitung dengan FTabel pada
tingkat kepercayaan 95% (a = 0,05). Nilai FTabel 0,05 pada df = (n-k) = 29 (dimana n
banyaknya responden dan k adalah banyaknya variabel) adalah 3,327654 maka H1
diterima, yang berarti bahwa variabel perubahan organisasi dan budaya organisasi
secara bersama-sama atau simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai
KPKNL Banjarmasin.
Uji Parsial (Uji-t)
Pengujian secara parsial dilakukan dengan menggunakan Uji-t. Pembuktian
hipotesis dapat dilihat dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai tTabel (nilai
kritis) yang diperoleh dari tabel koefisien regresi dengan tingkat kepercayaan 95%
Ramli Simbolon & Hastin, Pengaruh Perubahan Organisasi dan Budaya Organisasi...
39
dengan tingkat signifikansi (a) sebesar 5% (0,05). Jika nilai thitung lebih besar dari
tTabel, maka dapat dinyatakan bahwa nilai variabel independen perubahan organisasi
dan budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai KPKNL Banjarmasin
secara parsial. Uji-t pada penelitian ini dilakukan dengan uji dua sisi (2-tailed), untuk
membandingkan antara tTabel dengan thitung. Oleh karena itu, maka untuk membaca
Tabel pada tingkat kepercayaan sebesar 95% dengan tingkat kesalahan (α) sebesar
5% (α = 0,05). Nilai tabel 0,05 pada df = (n-k) = 29 adalah 1,699127, sedangkan thitung
masing-masing variabel independen dapat dilihat pada tabel diatas.
Perolehan nilai t hitung pada variabel perubahan organisasi sebesar 2.639 lebih
besar dari pada nilai t hitung variabel budaya organisasi sebesar 2,092. Hal tersebut
menunjukkan bahwa variabel perubahan organisasi merupakan variabel yang dominan mempengaruhi kinerja pegawai KPKNL Banjarmasin. Hal ini menunjukkan pula
bahwa kinerja pegawai KPKNL Banjarmasin lebih banyak dipengaruhi oleh faktorfaktor yang menjadi indikator dari perubahan organisasi dibandingkan dengan faktorfaktor yang terkait dengan budaya organisasi. Hasil analisis dan pembahasan tiap
variabel independen terhadap variabel dependen akan dijelaskan sebagai berikut.
Pengaruh Perubahan Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai KPKNL
Banjarmasin
Hasil regresi perubahan organisasi terhadap kinerja pegawai KPKNL
Banjarmasin mengacu pada Tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel perubahan organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai KPKNL
Banjarmasin. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan nilai yang diperoleh positif. Hal ini berarti bahwa kinerja pegawai KPKNL akan meningkat seiring dengan
peningkatan perubahan organisasi. Sedangkan apabila perubahan organisasi mengalami penurunan, maka kinerja pegawai juga akan menurun.
Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai KPKNL Banjarmasin.
Hasil regresi antara budaya organisasi terhadap kinerja pegawai KPKNL
Banjarmasin mengacu pada Tabel 5.2 dimana nilai thitung = 2,092> tTabel = 1,699127dengan
angka signifikan sebesar 0.045, dibawah 0.05 dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa secara parsial variabel budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap
kinerja pegawai KPKNL Banjarmasin. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan
nilai yang diperoleh positif. Hal ini berarti bahwa kinerja pegawai KPKNL akan
meningkat seiring dengan peningkatan budaya organisasi. Sedangkan apabila budaya
organisasi mengalami penurunan, maka kinerja pegawai juga akan menurun.
Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Hasil uji regresi berganda untuk koefisien determinasi (Adjusted R2) dapat dilihat pada tabel 5.2 diatas. Hasil analisis regresi berganda dengan bantuan program
SPSS diperoleh koefisien korelasi berganda R = 0,882. Angka ini menunjukkan
bahwa korelasi/hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat sangat kuat,
karena R mendekati 1. Berdasarkan tabel di atas juga menunjukan bahwa angka (R2)
atau koefisien determinasi sebesar 0,777, artinya 77,7% dari variasi variabel terikat
yaitu kinerja pegawai KPKNL Banjarmasin disebabkan atau dapat dijelaskan oleh
40
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
variabel bebas yang terdiri dari faktor perubahan organisasi dan budaya organisasi,
sisanya 22,3% dijelaskan oleh variabel lain diluar model yang tidak diketahui.
Besarnya Adjusted R Square atau koefisien determinasi untuk variabel independen
yang sebesar 0,762 atau 76,2% menunjukan bahwa variabel kinerja pegawai KPKNL
Banjarmasin dapat dijelaskan oleh kedua variabel bebas (perubahan organisasi dan
budaya organisasi) sebesar 76,2%, sedangkan sisanya 23,8% dijelaskan oleh variabel
lain di luar persamaan model yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain :
1.
Variabel independen yang digunakan hanya 2 (dua) variabel yaitu perubahan
organisasi dan budaya organisasi sedangkan bila dilihat dari hasil uji regresi
menunjukan adanya faktor lain yang mempengaruhi kinerja pegawai KPKNL
Banjarmasin karena nilai R tidak mencapai 1 (satu) atau belum 100 %.
2.
Kemungkinan responden memberikan jawaban yang kurang obyektif karena
peneliti adalah pegawai pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
(KPKNL) Banjarmasin.
3.
Penelitian yang dilakukan hanya pada KPKNL Banjarmasin sehingga tidak
bisa mewakili kondisi seluruh KPKNL yang ada di Indonesia.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya mengenai “Pengaruh
Perubahan Organisasi dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Studi Pada Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Banjarmasin, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Perubahan organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai
KPKNL Banjarmasin. Pengaruh yang ditimbulkan menunjukkan hubungan yang positif dengan kinerja, artinya pada saat adanya perubahan organisasi maka akan meningkatkan kinerja pegawai karena pegawai dituntut untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan organisasi.
2.
Budaya organisasi yang berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai
KPKNL Banjarmasin hal ini menunjukanan bahwa budaya organisasi yang merupakan jati diri pegawai merupakan cermin dari kinerja pegawai. Budaya organisasi
yang sesuai dengan kondisi pegawai akan meningkatkan kinerja pegawai yang bersangkutan.
3.
Perubahan organisasi dan budaya organisasi secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai KPKNL Banjarmasin. Hasil uji-t yang menunjukan
bahwa variabel perubahan organisasi merupakan variabel yang berpengaruh secara
dominan dibandingkan dengan variabel budaya organisasi terhadap kinerja pegawai
KPKNL Banjarmasin.
Ramli Simbolon & Hastin, Pengaruh Perubahan Organisasi dan Budaya Organisasi...
B.
41
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai
berikut :
1.
Pimpinan KPKNL Banjarmasin dalam upaya mencapai tujuan dari organisasi harus
berani melakukan berbagai perubahan dalam organisasi. Perubahan organisasi dapat
dilakukan dengan cara merubah struktur organisasi, penerapan teknologi yang tepat,
pengaturan kondisi tempat kerja yang lebih baik serta pengembangan SDM.
2.
Peningkatan kinerja pegawai agar dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik serta
memiliki perilaku yang baik dapat dilakukan dengan menerapkan budaya organisasi
yang sesuai. Pemberian kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dengan cara
memberikan peluang untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan maupun kesempatan
untuk melanjutkan studi merupakan upaya yang sangat baik dalam meningkatkan
kinerja pegawai.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulloh, 2006, Tesis, Pengaruh budaya organiasi, locus of control dan kepuasan kinerja
terhadap kinerja karyawan pada Kantor Pelayanan Pajak Semarang Barat
Amagoh, Francis, 2008, Perspective on Organizatinal Change : System and Complexiti
Theories, The Innovation Journal : The Publick Sector Innovation Journal, Volume
13 (3) 2008
Ambarwati, Sri Dwi Ari, 2003, Mengelola Perubahan Organisasional : Isu Peran
Kepemimpinan Transformasional dan Organisasi Pembelajaran dalam Konteks
Perubahan, Jogjakarta
Anonim, 2008, Keputusan Menteri Keuangan nomor 24/KMK.01/2008 tentang Reformasi
Birokrasi Departemen Keuangan, Jakarta
Anonim, 2008, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 84/KMK.01/2008 Tentang Reformasi
Birokrasi Departemen Keuangan RI, Jakarta
Anonim, 2009, Intruksi Menteri Keuangan nomor 01/IMK.01/2009 tentang Pedoman Teknis
Pelaksanaan Penegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Departemen
Keuangan, Jakarta
Anonim, 2010, Keputusan Menteri Keuangan nomor 12/KMK.01/2010 tanggal 7 Januari
2010 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Departemen Keuangan, Jakarta
Bacal, Robert, 2002, Performance Majemen, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
Christianus dkk, 2009, Belajar Kilat SPSS 17, CV Andi Offset, Jogjakarta
Ferdinand, Agusty, 2006, Metode Penelitian Manajemen, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
Fernadez Sergio and Rainey, Hal G, 2006, Managing Succesful Organizational Change in
The Publik Sector, Public Administration Review.
Kuncoro, Mudrajad, 2003, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Erlangga, Jakarta
42
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Kurniawan, Deny, 2008, Tabel Distribusi, http://ineddeni.wordpress.com
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
Bandung
_____________, 2009, Evaluasi Kinerja SDM, Refika Aditama, Bandung, cet. Ke 4
Oetomo, Tri Widodo, 1998, Perilaku Organisasi, STIA Lan, Bandung
Rachmanto, Chairuddin Nur, 2010, Tesis Pengaruh Komitmen Organisasi, perubahan
Organisasi, dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja pada Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II
Rivai, Veithzal, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan dari Teori ke
Praktek, PT. Rajagrafinndo, Persada, Jakarta
Rivai Veithzal dan Mulyadi, Deddy, 2008, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi, Rajawali
Pers, Jakarta
Robbins, Stephen P., 2003, Perilaku Organisasi, PT Indeks, Kelompok Gramedia, Jakarta
Ruslan, Rosady, 2009, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi,
Perguruan Tinggi PT Raja Grafindo Indonesia, Jakarta
Divisi
Saputra, 2010, Pengaruh Kompentensi, Pemberdayaan dan Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Pegawai Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertahanan, Jakarta
Schein, Edgar, H. 1991. The Role of Founder in Creating Organization Culture, Psychological
Dimensionsof Organizational Behavior. Macmillan Publishing Company, Singapura
Sobirin, Achmad, 2005, Meraih Keunggulan Melalui Pengintegrasian Sumber Daya
Manusia dan Perencanaan Strategik, Edisi Khusus Jurnal Siasat Bisnis On Human
Resources,
Sugiyono, 2005, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung
Sunyoto, Danang dan Burhanuddin, 2011, Perilaku Organisasional, PT. Buku Seru, Cet.
I, Jakarta
Suryanto, 2009, Sebuah Upaya Perbaikan dan Inovasi dalam Meningkatkan Kepercayaan
Publik, Media Kekayaan Negara edisi no. 1, Jakarta
Umar, Husein, 1997, Riset Sumber Daya Manusia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
_____________, 2009, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Rajawali Pers,
Jakarta
Wibowo, 2007, Manajemen Perubahan, PT. Raja Grafindo Persada, Cet. III, Jakarta
Zhang Mian, Baiyin Yang dan Hai Li, 2011, Linking Organizational Culture With
Performance : The Mediator and The Moderator, Chinese-Hungarian International
Conference, Budapest
Pengaruh Motivasi, Disiplin dan Kepemimpinan
Terhadap Kinerja Pegawai
Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak
Dan Keluarga Berencana Kabupaten Banjar
Alfisah
(Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak
Dan Keluarga Berencana Kabupaten Banjar)
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of motivation, work discipline, and
leadership significantly of both simultaneously and partially on the performance
of employees in women empowerment, Child Protection and Family Planning
Board Banjar Regency. In addition, it also aims to find out the dominant
variable affecting the performance of employees in Women Empowerment,
Child Protection and Family Planning Board Banjar Regency.
Sampling technique in this study is a census, wichh is all employees of Women
Empowerment, Child Protection and Family Planning Board Banjar Regency
as a population of 33 people were sampled. Data were analyzed using multiple
regression analysis.
The result showed that both partially and simultaneously, the variables
motivation, work discipline, and leadership have a significant effect on the
performance of an employee of Women Empowerment, Child Protection and
Family Planning Board Banjar Regency. The most dominant variable affecting
the performance of employee Women Empowerment, Child Protection and
Family Planning Board Banjar Regency is the variable of work discipline.
Variation of performance (y) which can be explained by the variables of motivation, work discipline, and leadership is at 66.7%, while the remaining 33.3%
is influence by others.
Keyword :
Performance, Motivation, Work Discipline, Leadership.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi, disiplin
kerja, dan kepemimpinan secara signifikan baik secara simultan maupun
parsial terhadap kinerja karyawan pada Badan Pemberdayaan Perempuan,
43
44
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Badan Kabupaten Banjar. Selain
itu, juga bertujuan untuk mengetahui variabel yang dominan mempengaruhi
kinerja karyawan di Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak
dan Keluarga Berencana Kabupaten Banjar.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sensus, dimana
semua karyawan Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan
Keluarga Berencana Kabupaten Banjar yang populasinya nerjumlah 33 orang,
kesemuanya dijadikan sampel. Data dianalisa dengan menggunakan analisis
regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik secara parsial dan simultan,
variabel motivasi, disiplin kerja, dan kepemimpinan berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Banjar. Variabel yang paling
dominan mempengaruhi kinerja karyawan Badan Pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Banjar adalah
variabel disiplin kerja. Variasi kinerja (y) yang dapat dijelaskan oleh variabel
motivasi, disiplin kerja, dan kepemimpinan berada pada 66,7%, sedangkan
33,3% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.
Kata Kunci :
Kinerja, Motivasi, Disiplin Kerja, Kepemimpinan.
PENDAHULUAN
Peran sumber daya manusia dalam sebuah organisasi sangat lah penting karena
mutu sumber daya manusia yang tinggi umumnya diikuti dengan kinerja yang tinggi pula
(Mangkuprawira dan Hubies, 2007). Upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia
atau meningkatkan kinerja diperlukan motivasi, disiplin kerja dan kepemimpinan yang
handal agar kinerja pegawai sesuai dengan tujuan organisasi.
Motivasi merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kinerja karyawan. Sujak
(1990) mengemukakan bahwa pemahaman motivasi baik yang ada dalam diri karyawan
maupun yang berasal dari lingkungan akan dapat membantu dalam peningkatan kinerja.
Dalam hal ini seorang pimpinan perlu mengarahkan motivasi dengan menciptakan kondisi
organisasi yang nyaman dan menstimulasi kebutuhan-kebutuhan karyawan yang belum
terpuaskan sehingga para karyawan merasa terpacu untuk bekerja lebih keras agar kinerja
yang dicapai juga tinggi. Dengan adanya motivasi yang tepat para karyawan akan terdorong
untuk berbuat semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugasnya karena meyakini
bahwa dengan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan berbagai sasarannya,
kepentingan-kepentingan pribadi para anggota organisasi tersebut akan tercakup pula.
Dengan motivasi yang tinggi akan menciptakan sebuah komitmen terhadap apa yang
menjadi tanggung jawabnya dalam menyelesaikan setiap pekerjaan (McNeese-Smithetal.
1995).
Alfisah, Pengaruh Motivasi, Disiplin dan Kepemimpinan...
45
Disiplin kerja pegawai juga sangat penting, karena disiplin akan mempengaruhi
kinerja pegawai dalam organisasi. Penanaman nilai-nilai disiplin dapat berkembang apabila
di dukung oleh situasi lingkungan yang kondusif yaitu situasi yang diwarnai perlakuan
yang konsisten dari atasannya. Disiplin diri sangat besar perannya dalam mencapai tujuan
organisasi. Melalui disiplin diri seorang pegawai selain menghargai dirinya juga menghargai
orang lain. Semakin baik disiplin pegawai,semakin tinggi prestasi kerja atau kinerja yang
dapat dicapainya. Tanpa disiplin pegawai yang baik, sulit bagi organisasi mencapai hasil
yang optimal. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang
terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya, hal ini mendorong peningkatan kinerja dan
terwujudnya tujuan organisasi, karyawan, serta masyarakat pada umumnya (Rivai, 2010).
Kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting pula dalam suatu organisasi.
Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan sangat diperlukan untuk
meningkatkan kinerja karyawan. Kepemimpinan adalah suatu proses di mana seseorang
dapat menjadi pemimpin (leader) melalui aktivitas yang terus menerus sehingga dapat
mempengaruhi yang dipimpinnya (followers) dalam rangka meningkatkan kinerja karyawan
untuk mencapai tujuan organisasi (Brahmasari dan Suprayetno, 2009). Kepemimpinan
yang baik dapat menggerakkan, mengarahkan dan mendorong orang lain untuk berusaha
mengarahkan kemampuannya dalam mencapai suatu tujuan organisasi. Keberhasilan dan
kegagalan sebuah organisasi tidak dapat lepas dari peran yang dimainkan oleh pimpinan.
Bass (1985) menyatakan bahwa kepemimpinan memiliki peran penting terhadap kinerja
pegawaisecara langsung, juga dapat secara tidak langsung terhadap kinerja pegawai melalui
motivasi.Dengan adanya motivasi, disiplin kerja, dan kepemimpinan yang baik, seseorang
akan terdorong untuk melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang berdampak
terhadap peningkatan kinerja.
Kinerja pegawai secara individu merupakan sesuatu yang dianggap penting, baik
bagi pegawai itu sendiri maupun bagi organisasi yang bersangkutan. Apabila kinerjanya
baik, maka pegawai akan berpeluang mendapat penghargaan dan peningkatan karier. Bagi
organisasi kondisi ini dharapkan dapat mewujudkan visi dan misi yang mejadi tujuan
organisasi
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi
Perangkat Daerah, maka secara teknis yang menangani Urusan Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtera dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak
dan Keluarga Berencana sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Banjar No. 09tahun
2008. Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana
Kabupaten Banjar adalah salah satu instansi yang merupakan unsur penunjang Pemerintah
Daerah yang bertugas menangani Program Pemberdayaan Perempuan dan Program
Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana merupakan salah satu program sosial
dasar yang sangat penting artinya bagi kemajuan suatu bangsa. Program ini memberikan
kontribusi yang besar bagi pembangunan sumber daya manusia pada masa kini dan masa
yang akan datang, yang menjadi prasyarat bagi kemajuan dan kemandirian bangsa, oleh
karena itu pegawai Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga
Berencana Kabupaten Banjar dituntut mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat
secara optimal dengan cara memaksimalkan kinerja.Kondisi pegawai yang ada saat ini pada
Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten
46
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Banjar dijumpai masih adanya pegawai sering datang terlambat masuk kerja, adanya
sebagian pegawai tidak mengikuti apel pagi/siang, adanya pegawai bersikap pasif terhadap
pekerjaan, adanya pegawai yang tidak tepat waktu dalam menyelesaikan pekerjaannya dan
masih adanya sebagian pegawai yang meninggalkan tugas pada jam kerja tanpa keterangan
yang sah.
Tinggi rendahnya tingkat disiplin kerja akan berpengaruh langsung terhadap kinerja
yang sesuai dikatakan oleh Ranupandojo dan Husnan (2005:34) bahwa tingginya tingkat
absensi akan merugikan organisasi meskipun seandainya pegawai tersebut tidak dibayar
sewaktu tidak masuk kerja. Hal tesebut menunjukkan adanya penurunan kedisiplinan kerja
pegawai dalam organisasi. Jika pelanggaran ini tanpa adanya teguran maka akan berdampak
pada motivasi dan kinerja.
Kondisi diatas menimbulkan permasalahan bagi pimpinan untuk memberikan motivasi
dan disiplin bagi pegawai guna dapat melaksanakan pekerjaan secara maksimal. Demikian
pula perlu menciptakan suatu kondisi yang dapat memberikan kepuasan kebutuhan pegawai,
mengingat bahwa motivasi, disiplin kerja pegawai dan kepemimpinan dimaksud belum
optimal dalam mencapai kinerja yang diharapkan. Untuk itulah, kiranya perlu merumuskan
secara rinci dan terpadu usaha-usaha yang harus dilakukan untuk mencapai kinerja yang
optimal. Dengan mengetahui faktor-faktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap
kinerja pegawai maka pimpinan dan pihak-pihak terkait akan mudah dalam melakukan
langkah-langkah pembinaannya.
Nasution (2006) dalam penelitiannya tentang pengaruh motivasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta, membuktikan bahwa variabel kepemimpinan dan motivasi secara simultan/bersama-sama tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan Dinas Pengelolaan Pasar
Kota Yogyakarta. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Maryanto dan Farid
(2009) yang membuktikan bahwa variabel kepemimpinan dan motivasi secara bersamasama berpengaruh positif terhadap semangat kerja.
Narmodo dan Wajdi (2009) dalam penelitiannya tentang pengaruh motivasi dan disiplin terhadap kinerja karyawan, menghasilkan bahwa motivasi dan disiplinmempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja. Namun demikian perlu dilakukan penelitian
pada perusahaan yang lain dan terhadap variabel lain seperti kepemimpinan.
Berdasarkan permasalahan di atas dan perbedaan terhadap hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu mengindikasikan dan memberikan alasan dilakukan penelitian yang mendalam untuk mengetahui “Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawaipada Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan
Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Banjar. Tujuan spesifik penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh parsial motivasi, disiplin kerja, dan
kepemimpinan terhadap kinerja pegawai Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Banjar.
2.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh simultan motivasi, disiplin kerja,
dan kepemimpinan terhadap kinerja pegawai Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Banjar.
Alfisah, Pengaruh Motivasi, Disiplin dan Kepemimpinan...
47
3.
Untuk mengetahui variabel manakah yang berpengaruh dominan terhadap kinerja
pegawai Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Banjar.
A.
Landasan Teori
1.
Motivasi
Pegawai tentunya memiliki kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan
yang dipenuhinya. Hal ini menjadi pendorong baginya untuk melaksanakan kegiatankegiatan didalam suatu organisasi, dengan harapan kebutuhan dan kepentingan individualnya dapat diwujudkan, dan sebaliknya keberhasilan atau kegagalan suatu
perusahaan / organisasi juga sangat dipengaruhi oleh motivasi pegawainya. Memotivasi pegawai harus dilakukan sejak dini dan secara terus menerus untuk menjaga
agar semangat kerja tetap tinggi dan tidak menurun akibat dari kegiatan yang bersifat
rutin dan monoton.
Motivasi berasal dari kata “movere” yang berarti dorongan atau menggerakkan.
Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia
umumnya dan bawahan pada khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara
menggerakkan dan mengerahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama
secara produktif, berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan
(Hasibuan, 2000:141). Orang mau bekerja adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan,
baik kebutuhan yang disadari (consciousneeds), maupun kebutuhan yang tidak
disadari (unconsciousneeds), berbentuk materi dan non materi, kebutuhan fisik
maupun non fisik.
Radig (1998), Soegiri (2004:27-28), Antoni (2006:24) mengemukakan bahwa
pemberian dorongan sebagai salah satu bentuk motivasi, penting dilakukan untuk
meningkatkan gairah kerja karyawan sehingga dapat mencapai hasil yang dikehendaki
oleh manajemen. Hubungan motivasi, gairah kerja dan hasil optimal mempunyai
bentuk linear dalam arti dengan pemberian motivasi kerja yang baik, maka kinerja
karyawan akan meningkat dan hasil kerja akan optimal sesuai dengan standar kinerja
yang ditetapkan. Gairah kerja sebagai salah satu bentuk motivasi dapat dilihat antara
lain dari tingkat kehadiran karyawan, tanggung jawab terhadap waktu kerja yang
telah ditetapkan.
Narmodo, Wajdi (2009) memberikan pendapat tentang pentingnya motivasi
sebagai berikut : “motivasi pada dasarnya adalah proses yang menentukan seberapa
banyak usaha yang akan dicurahkan untuk melaksanakan pekerjaan”. Motivasi atau
dorongan untuk bekerja ini sangat menentukan bagi tercapainya sesuatu tujuan,
maka manusia harus dapat menumbuhkan motivasi kerja setinggi-tingginya bagi
para karyawan dalam perusahaan”. Pengertian motivasi erat kaitannya dengan timbulnya suatu kecenderungan untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan. Ada
hubungan yang kuat antara kebutuhan motivasi, perbuatan atau tingkah laku, tujuan
dan kepuasan, karena setiap perubahan senantiasa berkat adanya dorongan motivasi.
Motivasi timbul karena adanya suatu kebutuhan dan karenanya perbuatan tesebut
terarah pencapaian tujuan tertentu. Apabila tujuan telah tercapai maka akan tercapai
kepuasan dan cenderung untuk diulang kembali, sehingga lebih kuat dan mantap.
48
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Konsep motivasi dari berbagai literatur sering kali ditekankan pada rangsangan
yang muncul dari seseorang baik dari dalam dirinya (motivasi intrinsik), maupun dari
luar dirinya (motivasi ekstrinsik). Faktor intrinsik adalah faktor-faktor dari dalam
yang berhubungan dengan kepuasan, antara lain keberhasilan mencapai sesuatu dalam karir, pengakuan yang diperoleh dari institusi, sifat pekerjaan yang dilakukan,
kemajuan dalam berkarir, serta pertumbuhan profesional dan intelektual yang dialami
seseorang. Sebaliknya, apabila karyawan tidak merasa puas dengan pekerjaannya,
munculnya ketidakpuasan pada umumnya dikaitkan dengan faktor-faktor yang
sifatnya ekstrinsik atau bersumber dari luar seperti kebijakan organisasi, pelayanan
administrasi, supervisi dari atasan, hubungan dengan teman sekerja, kondisi kerja,
gaji yang diperoleh, dan ketenangan kerja (Cooke, 1999).
Teori motivasi hygiene (motivationhygienetheory) disebut teori Dua Faktor
(two-factor-theory) dikemukakan oleh Herzberg (Robbins,2009:227), yaitu faktor
motivasional dan faktor hygiene atau pemeliharaan. Faktor motivasional adalah halhal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik yaitu faktor yang berhubungan
dengan kepuasan kerja seperti kemajuan, pengakuan, tanggung jawab, prestasi dan
pekerjaan itu sendiri, sedangkan faktor hygiene atau pemeliharaan sifatnya ekstrinsik,
yaitu faktor yang berhubungan dengan ketidakpuasan kerja seperti imbalan kerja,
gaji, kebijaksanaan perusahaan/organisasi, dan kondisi-kondisi kerja.
Pengertian diatas menjelaskan bahwa dengan memberikan motivasi yang tepat,
karyawan akan melaksanakan pekerjaannya semaksimal mungkin dan meyakini bahwa keberhasilan organisasi mencapai tujuan dan sasaran-sasarannya, maka kepentingan pribadinya akan terpelihara dan tercukupi pula.
2.
Disiplin Kerja
Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua
peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku (Rivai, 2010:825). Disiplin merupakan suatu keadaan tertentu dimana orang-orang yang tergabung dalam
organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati. Kerja
adalah segala aktivitas manusia yang dilakukan untuk menggapai tujuan yang telah
ditetapkannya (Muchdarsyah, 2005:145).
Narmodo, Wajdi (2002:15) mengungkapkan “Disiplin adalah setiap perseorangan dan juga kelompok yang menjamin adanya kepatuhan terhadap perintah dan
berinisiatif untuk melakukan suatu tindakan yang diperlukan seandainya tidak ada
perintah”. Disiplin itu sendiri diartikan sebagai kesediaan seseorang yang timbul
dengan kesadaran sendiri untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku dalam
organisasi. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1980 tentang Peraturan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil telah diatur secara jelas bahwa kewajiban yang harus
ditaati oleh setiap pegawai negeri sipil merupakan bentuk disiplin yang ditanamkan
kepada setiap pegawai negeri sipil.
Menurut Handoko (2005:56) disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional.Handoko membagi 2 (dua) disiplin kerja
Alfisah, Pengaruh Motivasi, Disiplin dan Kepemimpinan...
49
yaitu : (1) Displin Preventif yaitu kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para
karyawan agar mengikuti berbagai standard dan aturan, sehingga penyelewengan
dapat dicegah, (2) Disiplin Korektif yaitu kegiatan yang diambil untuk menangani
pelanggaran terhadap aturan-aturan yang mencoba untuk menghindari pelanggaranpelanggaran lebih lanjut.
Dalam disiplin kerja, kesadaran adalah inti dalam melaksanakan aturan kerja
sehingga didalam pelaksananan aturan ada tanggapan positif dari para pegawai,
melaksanakan tugas denganpenuh rasa patuh, tertib dan penuh rasa tanggungjawab
tanpa adabeban terpaksa (Larterner, 1983: Wayhuningrum, 2008).
Hasibuan (2009:193) mengungkapkan bahwa disiplin yang baik mencerminkan
besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan
kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan
organisasi, karyawan dan masyarakat. Disiplin kerja menjadi kunci terwujudnya tujuan
organisasi, karyawan dan masyarakat. Dengan disiplin yang baik berarti karyawan
sadar dan bersedia mengerjakan semua tugasnya dengan baik. Menurut Nitisemito
(1994:123) untuk mengukur tingkat disiplin anatara lain digunakan indikator :(1)
Kehadiran/absensi pegawai dan kepatuhan/ketepatan pegawai pada jam-jam kerja,
(2) Kepatuhan pegawai terhadap instruksi dan aturan yang berlaku.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut diatas dapat disimpulkanbahwa disiplin
kerja adalah suatu sikap mental yang dimiliki oleh pegawai dalam menghormati dan
mematuhi peraturan yang ada di dalam organisasi tempatnya bekerja dan dilandasi
karena adanya tanggung jawab bukan karena keterpaksaan, sehingga dapat mengubah
perilaku menjadi lebih baik dari pada sebelumnya. Semakin tinggi tingkat kedisiplinan
yang dimiliki seorangpegawai maka akan semakin tinggi pula kinerja pegawai. Dalam pelaksanaan disiplin, untuk memperoleh hasil seperti yang diharapkan, maka
pemimpin dalam usahanya perlu menggunakan pedoman tertentu sebagai landasan
pelaksanaan.
3.
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah inti dari manajemen dan organisasi, karena pemimpin
sebagai kendali dalam sebuah organisasi merupakan unsur pokok yang menentukan,
dimana mereka bertindak dan memutuskan berbagai kebijakan yang paling menentukan keberhasilan suatu program yang telah ditentukan sebelumnya.
Pengertian tentang kepemimpinan berbeda-beda dalam berbagai literatur.
Kepemimpinanitu merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri seorang
yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam faktor, baik faktor-faktor intern maupun faktor-faktor ekstern (Winardi, 2000:47).
Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja
sama untuk mencapai beberapa tujuan yang mereka inginkan. Menurut Tohardi (2002)
pemimpin adalah orang yang mempunyai tugas untuk mengarahkan membimbing
bawahan dan mampu memperoleh dukungan bawahan sehingga dapat menggerakkan
mereka (bawahan) ke arah pencapaian tujuan perusahaan ataupun organisasi. Menurut
Toha (2003) kepemimpinan merupakan aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang
supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi.
50
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Kepemimpinan menurut Siagian (2002) adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain dalam hal ini para bawahannya sedemikian rupa sehingga
orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu
mungkin tidak disenangi. Menurut DubBrin (2005:3) kepemimpinan itu adalah
upaya mempengaruhi banyak orang melalui komunikasi untuk mencapai tujuan, cara
mempengaruhi dengan petunjuk atau perintah, tindakan yan menyebabkan orang lain
bertindak atau merespon dan menimbulkan perubahan positif, kekuatan dinamis
penting yang memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai
tujuan, kemampuan untuk menciptakan rasa percaya diri dan dukungan diantara
bawahan agar tujuan organisasional dapat tecapai.
Robbins (2006) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk
mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran.Pemimpin dapat muncul dari
dalam kelompok sekaligus melalui pengangkatan formal untuk memimpin kelompok.
Yasin (2001:6) mengemukakan bahwa keberhasilan kegiatan usaha pengembangan
organisasi ditentukan oleh kualitas kepemimpinan atau pengelolanya dan komitmen
pimpinan puncak organisasi untuk investasi energi yang diperlukan maupun usahausaha pribadi pimpinan.
Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain baik dalam
organisasi maupun di luar organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam
suatu situasi dan kondisi tertentu (Rivai dan Mulyadi, 2011:23). Selanjutnya Rivai
dan Mulyadi (2011) menyebutkan suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang
menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya, dan
situasi sebelum menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini
mensyaratkan pemimpin untuk memiliki keterampilan diagnostik dalam perilaku
manusia.
Kepemimpinan situasional menurut Hersey-Blanchard, apabila kemampuan
serta kebutuhan bawahan sangat bervariasi, seorang pemimpin harus mempunyai
kepekaan dan kemampuan mendiagnosa / membaca dan menerima perbedaan-perbedaan itu. Pimpinan harus mampu mengidentifikasi isyarat-isyarat yang terjadi
dilingkungannya, mendiagnosanya, kemudian mengadaptasi perilaku kepemimpinannya sesuai kondisi lingkungan tersebut. Dasar kepemimpinan situasional adalah (1) kadar bimbingan/pengarahan yang diberikan oleh pimpinan (perilaku tugas),
(2) kadar dukungan sosio emosional yang disediakan oleh pemimpin (perilaku
hubungan), (3) tingkat kesiapan dan kematangan yang diperlihatkan oleh anggota
dalam melaksanakan tugas dan fungsi mereka dalam mencapai tujuan tertentu (Rivai
dan Mulyadi, 2011:15).
Setiap pemimpin mempunyai kewajiban untuk mencapai tujuan organisasi
dan memberikan perhatian terhadap kebutuhan para karyawan dibawahnya. Kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan atau tata krama birokrasi, juga tidak
harus diikat dalam organisasi tertentu, melainkan kepemimpinan bisa terjadi dimana
saja asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mengarahkan mempengaruhi
orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan tugas suatu organisasi kearah tercapainya
suatu tujuan tertentu.
Alfisah, Pengaruh Motivasi, Disiplin dan Kepemimpinan...
4.
51
Kinerja
Kinerja karyawan adalah hasil kerja selama periode tertentu dibandingkan
dengan berbagai kemungkinan, misal standar, target/sasaran atau kriteria yang telah
disepakati bersama (Maryoto, 2000:91). Gibson (1996:70) menyatakan kinerja adalah
hasil yang diinginkan dari perilaku, dimana kinerja individu merupakan dasar dari
kinerja organisasi. Selanjutnya menurut Gibson, etal. (2006:89) ada tiga perangkat
variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja yaitu : 1) Variabel individual
meliputi kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografis, 2) Variabel
organisasional meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan struktur dan desain
pekerjaan, 3) Variabel psikologis meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan
motivasi.
Cardosa (2009) mengemukakan definisi kinerja karyawan sebagai ungkapan
seperti output, efisiensi serta efektivitas sering dihubungkan dengan produktivitas.
Selanjutnya Mangkunegara (2009) menyatakan kinerja karyawan adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dapat
dikatakan bahwa kinerja karyawan adalah prestasi kerja atau hasil kerja baik kualitas
maupun kuantitas yang dicapai karyawan atau pegawai persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
Konsep tentang kinerja diungkapkan oleh Dessler (1992) yang mendefinisikan
kinerja sebagai prestasi kerja yakni perbandingan antara hasil kerja yang secara
nyata dengan standar kerja yang ditetapkan. Dengan demikian, kinerja memfokuskan
pada hasil kerjanya. Bernaders danRussel (1993:379) mengatakan kinerja sebagai
“performance defined as the record of outcomes produced on specified job function
or activity during a specified time periode”. Hal tersebut berarti bahwa kinerja
dihasilkan dar fungsi suatu pekerjaan tertentu atau hasil dari suatu aktivitas selama
periode waktu tertentu.
Kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal, yaitu : (1) kemampuan, (2)
keinginan, (3) lingkungan. Oleh karena itu, agar mempunyai kinerja yang baik, seseorang harus mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengerjakan serta mengetahui
pekerjaannya. Tanpa mengetahui ketiga faktor ini kinerja yang baik tidak akan tercapai.
Dengan kata lain, kinerja individu dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara
pekerjaan dan kemampuan. Selanjutnya Robbins (2006) mengajukan tiga kriteria
yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja : (1) Kualitas kerja, (2) Kuantitas,
dan (3) Sikap.
Berbagai definisi tersebut diatas baik dalam arti sempit ataupun dalam arti yang
luas, kinerja itu pada intinya adalah hasil atau capaian kerja seseorang atau sekelompok
orang yang dilaksanakan dengan metode dan prosedur tertentu, sehubungan tugas,
wewenang dan tanggung jawab yang diberikan organisasi yang dapat dipertanggung
jawabkan secara hukum dan moral dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Oleh
karena itu perlu kiranya pengelolaan kinerja dalam upaya pencapaian tujuan organisasi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Bacal (2005:ix) bahwa kinerja per-
52
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
lu dikelola, karena komunikasi antara manajer dan karyawan sangat perlu untuk
meningkatkan produktivitas, semangat dan motivasi, serta memungkinkan koordinasi
setiap karyawan dengan sasaran kelompok dan organisasi.
5.
Penelitian tentang Motivasi, Disiplin Kerja dan Kepemimpinan Terhadap
Kinerja pegawai
Shadare dan Hammed (2009) menyatakan bahwa efektivitas kepemimpinan
adalah variabel yang paling berpengaruh pada kinerja karyawan bila dibandingkan
dengan motivasi kerja dan manajemen waktu.
Khan, Farooq dan Ullah (2010) hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan
yang positif secara langsung antara penghargaan dan motivasi kerja karyawan.
Narmodo dan Wajdi (2009) menyatakan bahwa motivasi dan disiplin mempunyai
pengaruh positif terhadap kinerja pegawai da disiplin mempunyai pengaruh paling
dominan terhadap kinerja pegawai dibanding motivasi. Maryanto dan Wajdi (2009)
memberikan kesimpulan bahwa variabel kepemimpinan dan variabel motivasi berpengaruh positif terhadap semangat kerja.
Beberapa peneliti menemukan bahwa gaya kepemimpinan mempengaruhi
motivasi kerja, motivasi kerja berpengaruh langsung dan signifikan terhadap kinerja
pegawai, motivasi dan gaya kepemimpinan secara bersama-sama mempunyai
pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan (Nataswati, 2008; Sari, 2007;
Nasution, 2006).
B.
Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian
Gambar 1. Model Penelitian
26,8$5,"
,1(4-$
(*$9 $,#
,5,3/,1 (4-$" (3(0,03,1$1"
',.(0%$1*.$12/(+3(1(/,6, $8G8E4A: 4A
)8A: 4EH; F864E4C 4EF<4?
)8A: 4EH; F864E4F<@ H?G4A
Alfisah, Pengaruh Motivasi, Disiplin dan Kepemimpinan...
53
Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka hipotesis yang diajukan untuk menguji
penelitian ini adalah :
H1
H2
H3
H4
C.
: Motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai.
: Disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai.
: Kepemimpinan berpengaruh signifikan dan paling dominan terhadap kinerja
pegawai.
: Motivasi, disiplin kerja dan kepemimpinan secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pegawai.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah explanatory Research, yang akan membuktikan hubungan kausal atau sebab akibat antara variabel bebas (independen) yaitu variabel
motivasi, variabel disiplin kerja, dan variabel kepemimpinan, dan variabel terikat
(dependen) yaitu kinerja pegawai, bagaimana variabel yang satu menyebabkan atau
menentukan nilai variabel lainnya. Metode yang digunakan adalah metode survey.
Lokasi dan Periode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada kantor Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Banjar, keadaan tahun 2011Juli 2012 (sekarang).
Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pada Badan
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten
Banjar, berjumlah 33 (tiga puluh tiga) orang. Sehingga disebut penelitian populasi.
Sesuai pendapat Sugiyono (2011:86) makin besar jumlah sampel mendekati populasi
atau sama dengan populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil.
Definisi Operasional Variabel
•
Motivasi adalah kesediaan seseorang untuk mengeluarkan tingkat upaya yang
tinggi untuk mencapai suatu tujuan dengan sasaran mendapatkan kepuasan
yang diinginkan.
•
Disiplin kerja adalah sikap ketaatan pegawai terhadap suatu aturan atau ketentuan yang berlaku dalam organisasi atas dasar adanya kesadaran dan keinsafan
bukan karena adanya unsur paksaan.
•
Kepemimpinan adalah peran pemimpin di dalam memahami keadaan karyawan
dan menjalin hubungan yang baik dengan karyawan sehingga karyawan bersedia
dan memiliki tanggung jawab terhadap usaha mencapai tujuan organisasi.
•
Kinerja Pegawai adalah hasil atau capaian kerja pegawai yang dilaksanakan
melalui prosedur dan metode tertentu sesuai tugas dan tanggung jawab yang
diberikan guna mencapai tujuan organisasi.
54
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel bebas dan variabel terikat dalam kuesioner adalah menggunakan skala Likert dengan skala penilaian (skor) 1 sampai dengan 5, dengan variasi
jawaban untuk masing-masing item pernyataan adalah “sangat setuju (5)”, “setuju
(4)”, “ragu-ragu (3)”, “tidak setuju (2)”, dan “sangat tidak setuju (1)”.
Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen Penelitian
Uji Validitas
Menurut Santoso (2000:277) untuk menyatakan suatu instrumen dikatakan
valid jika rhitung>rtabel, bertanda positif (dalam hal inirhitung diperoleh dari correcteditemtotal correlation). Jika rhitunglebih besar dari rtabel, maka akan ada korelasi yang nyata
antara kedua variabel tesebut sehingga alat ukur ini valid atau sahih dan sebaliknya.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat ukur yang dapat dipercaya dan handal apabila alat
ukur tersebut digunakan dua kali atau lebih untuk mengukur variabel yang sama,
hasilnya relatif konsisten. Reliabilitas instrumen alat ukur dengan menggunakan
konsep reliabilitas konsistensi internal yaitu Alpha Cronbach. Pengukuran instrumen
dikatakan reliabel bila nilai Alpha Cronbach> 0,60 (Ghozali, 2006:42). Santoso
(2001:280) menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel jika r Alpha
positif>r tabel.
Uji Prasyarat Statistik Parametrik
Uji Linearitas
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah kedua variabel berhubungan secara
langsung/tidak dengan melihat scatter plot, bila sebaran tidak menunjukkan pola
tertentu, maka dikatakan asumsi linearitas memenuhi syarat. Test for Linearity dengan
taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila
signifikansi (linearity) kurang dari 0,05 (Santoso, 2011:243).
Uji Outlier
Uji outlier dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada data yang ekstrem,
sehingga harus dikeluarkan dari data penelitian (Umar 2009:185). Nilai z antara
-1.96 atau +1.96dinyatakan outlier (Santoso, 2002:50). Dengan metode boxplot dapat
ditentukan yaitu nilai yang kurang dari 1.5*IQR terhadap kuartil 1 dan nilai yang
lebih dari 1.5*IQR terhadap kuartil 3.
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel independen. Pedoman regresi yang bebas dari multikolinearitas
adalah mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 dan Tolerance mempunyai nilai
mendekati angka 1 (Umar, 2009:178-178).
Alfisah, Pengaruh Motivasi, Disiplin dan Kepemimpinan...
55
Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas apakah pada model regresi ditemukan adanya
ketidaksamaan varian dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain, digunakan
metode Lagrange Multiplier (LM Test). Jika nilai LM (R2 x N) lebih kecil dai 9,2
maka standar error (℮) tidak mengalami heteroskedastisitas.
Uji Normalitas
Uji normalitas untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, dengan melihat histogram, jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mendekati arah garis diagonal atau garis
histogram maka menunjukkan pola distribusi normal, berarti model regresi melebihi
asumsi normalitas. Metode lain dengan melihat probability plot, distribusi normal
akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan
dengan garis diagonal.
Uji Hipotesis
Analisis Regresi Brganda
Analisis ini untuk mengetahui pengaruh variabel motivasi, disiplin kerja dan
kepemimpinan terhadap kinerja pegawai Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Banjar. Analisis yang digunakan
adalah regresi berganda.
Uji Simultan (Uji F)
Statistik Uji F digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh motivasi, disiplin kerja dan kepemimpinan secara simultan terhadap kinerja pegawai.
Uji Parsial (Uji t)
Untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel independen (motivasi, disiplin kerja, dan kepemimpinan) terhadap variabel dependen (kinerja pegawai),
dengan keputusan uji adalah dengan menggunakan uji parsial (uji t).
Koefesien Determinasi (Adjusted R2)
Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
sumbangan yang diberikan variabel independen (motivasi, disiplin kerja, dan kepemimpinan) terhadap variabel dependen (kinerja pegawai).
Pengumpulan Data
Jenis data dalam peneitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data
kuantitatif adalah data yang diperoleh dari pengukuran langsung maupun dari angkaangka yang diperoleh dengan mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif.
Sumber data dalam peneltian ini adalah data primer dan data sekunder, sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen, kuesioner / angket
(Sugiyono, 2011:142), wawancara dan observasi (Riduwan, 2010:29).
56
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
D.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Deskripsi Karakteristik Responden
Karakteristik responden merupakan gambaran dari keberadaan responden yang
terlibat dalam penelitian yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, masa kerja dan tingkat
pendidikan. Dari seluruh sampel pegawai sejumlah 33 orang yang diteliti, semuanya
dapat mengisi dan mengembalikan kuesioner yang diberikan.
Karakteristik responden penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Mayoritas, yaitu 17 (51,5%) responden adalah laki-laki.
2.
Mayoritas, yaitu 13 (39,4%) responden berusia antara 41-50 tahun.
3.
Mayoritas, yaitu 13 (54,2%) responden laki-laki dengan masa kerja >15 tahun.
4.
Sebagian besar, yaitu 11 (68,8%) responden wanita berpendidikan S1.
Tabel 1. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
No.
Simbol
Variabel Penelitian
Nilai Skor
Kategori
1.
X1
Motivasi
60,32
Pengaruh cukup
2.
X2
Disiplin Kerja
65,6
Pengaruh kuat
3.
X3
Kepemimpinan
58,5
Pengaruh cukup
4.
Y
Kinerja
66,9
Pengaruh kuat
Sumber : Data primer diolah, 2012
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji Validitas Instrumen
Kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Instrumen penelitian ini terdiri dari empat variabel yaitu motivasi 19 pernyataan, disiplin kerja 9
pernyataan, kepemimpinan 14 pernyataan, kinerja 14 pernyataan. Berdasarkan hasil
analisis dapat dijelaskan bahwa pengujian uji validitas untuk sebagian besar item yang
terdapat dalam kuesioner ini adalah “valid”, kecuali ada beberapa item pernyataan
yang rhitung<rtabel yang kemudian untuk analisis berikutnya dikeluarkan/dibuang dari
model (Umar, 2009:166).
Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji sejauh mana alat pengukur dapat diandalkan. Pengukuran reliabilitas ini dilakukan dengan memakai koefisien Alpha Cronbach (a). Suatu instrumen penelitian dapat diterima jika memiliki
Alpha Cronbach (a) minimal 0,6 (Ghozali, 2006:42).Santoso (2001:280) menyatakan
bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel jika r Alpha positif > r tabel.Hasil pengujian
reliabilitas dengan menggunakan Alpha Cronbach, semua variabel dikatakan reliabel
karena memiliki Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6 dan juga r Alpha positif lebih
besar dari r tabel.
Alfisah, Pengaruh Motivasi, Disiplin dan Kepemimpinan...
57
Hasil Pengujian Hipotesis
Uji Prasyarat Statistik Parametrik
Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel dalam penelitian mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Pengujian
menggunakan Test for Linearity dengan taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan
mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi (linearity) kurang dari 0,05.
Berdasarkan uji linearitas di atas dapat dijelaskan bahwa pada penelitian ini
antara variabel kinerja (Y) dengan variabel motivasi (X1), variabel disiplin kerja
(X2), dan variabel kepemimpinan (X3) terdapat hubungan yang linear karena semua
variabel tersebut mempunyai signifikansi kurang dari 0,05.
Uji Outlier
Dari hasil uji outlier di atas dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini variabel
yang diuji tidak ada nilai yang outlier, karena bila dilihat dari nilai mean (rata-rata)
semuanya sama dengan nol dan standard deviasi sama dengan satu. Pengujian outlier
dengan metode boxplottidak ada satupun data baik variabel kinerja (Y), variabel
motivasi (X1), variabel disiplin kerja (X2), dan variabel kepemimpinan (X3) yang
berada di luar boxplot. Dengan demikian bisa dikatakan tidak ada data outlier ataupun
data ekstrem pada variabel-variabel di atas.
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas
Multikolienaritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen), model yang baik harusnya
terhindar dari adanya korelasi antar variabel.
Untuk menguji asumsi multikolinearitas menggunakan VIF (Variance Inflation
Factor) dan Tolerance. Menurut Santoso (2001:206) pedoman suatu model regresi
yang bebas multikolinearitas adalah apabila hasil perhitungan nilai tolerance mendekati angka 1 berarti tidak ada korelasi antar variabel independen, dan pada hasil
perhitungan nilai Variance Inflation Factor menunjukkan angka di sekitar angka 1.
Disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolinearitas antar variabel independen
dalam model regresi pada penelitian ini.
Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dalam model regresi pada penelitian ini digunakan grafik Scatterplot of Regression Studentized Residual antara SRESID dan
ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah
residual. Berdasarkan grafik scatterplot, terlihat bahwa tidak ada pola tertentu seperti titik-titik (point-point) yang ada tidak membentuk pola tertentu yang teratur
seperti bergelombang, menyebar kemudian menyempit. Titik-titik menyebar secara
acak di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, walaupun penyebarannya tidak
merata. Sebagian tersebar di sebelah kiri dan kanan, terlihat bahwa penyebaran di
sebelah kanan lebih banyak dibandingkan dengan penyebaran di sebelah kiri, namun
58
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
penyebarannya tidak membentuk pola tertentu yang teratur. Hal ini disebabkan data
yang tersedia tidak begitu banyak variasinya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi gejala heteroskedastisitas pada model regresi yang digunakan dalam penelitian
ini, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi kinerja berdasarkan
pengaruh dari variabel motivasi, disiplin kerja dan kepemimpinan.
Uji Normalitas
Uji normalitas dapat dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal
atau tidak, melalui analisis grafik.Penelitian ini menggunakan grafik Histogram
dan Normal P-P of Regression Standardized Residual untuk menguji normalitas
data. Analisis grafik histogram menunjukkan bahwa grafik memberikan pola distribusi yang mendekati normal, sedangkan pada grafik Normal P-Pregression
Standardized Residual terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal,
serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan
bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas.
Analisis Regresi Brganda
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu menggunakan uji
F (uji simultan) dan menggunakan uji t (uji parsial). Pengujian ini dilakukan untuk
menganalisis regresi berganda dalam menentukan kontribusi setiap variabel independen (motivasi, disiplin kerja dan kepemimpinan) dalam menjelaskan pengaruhnya
terhadap variabel dependen (kinerja).
Uji Simultan (Uji F)
Pengujian untuk mengetahui pengaruh motivasi, disiplin kerja dan kepemimpinan terhadap kinerja secara simultan (bersama-sama) dalam penelitian ini menggunakan uji F, dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel pada tingkat kepercayaan
95% (a = 0,05).
Hasil pengolahan data diperoleh nilai F hitung sebesar 19,330 dengan sig =
0,000. Sedangkan pada tabel Ftabel0,05 pada df = (n-k) = 29 adalah 4,18, sehingga
dengan demikian nilai Fhitung>Ftabel, berarti bahwa pembuktian hipotesis 1 (H1)
diterima. Berarti secara simultan atau bersama-sama variabel independen yaitu
motivasi, disiplin kerja dan kepemimpinan secara signifikan berpengaruh terhadap
kinerja pegawai Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga
Berencana Kabupaten Banjar.
Uji Parsial (Uji t)
Uji t bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh antara motivasi, disiplin
kerja, dan kepemimpinan secara parsial terhadap kinerja pegawai.
1.
Pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai. Hasil regresi antara motivasi
terhadap kinerja pegawai yang diperoleh dari nilai thitung = 2,218>ttabel = 1,697,
dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel motivasi berpengaruh
signifikan terhadap kinerja pegawai, dengan tingkat signifikansi 0,035 dan nilai
Alfisah, Pengaruh Motivasi, Disiplin dan Kepemimpinan...
59
positif (+) sebesar 0,293 yang menunjukkan hubungan yang searah dengan
kinerja pegawai, artinya semakin tinggi motivasi kerja maka akan semakin
tinggi pula kinerja pegawai. Hasil penelitian ini mendukung beberapa pendapat
dan teori tentang motivasi yang dikemukakan para ahli sebagai berikut
:Amstrong (2004), Narmodoetal. (2009), Radig (1998), Soegiri (2004:27-28),
Antoni (2006:24) mengemukakan bahwa hubungan motivasi, kinerja dan hasil
optimal mempunyai bentuk linear dalam arti dengan pemberian motivasi kerja
yang baik, maka kinerja pegawai akan meningkat dan hasil kerja akan optimal
sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan.
2.
Pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai. Hasil regresi antara disiplin
kerja terhadap kinerja yang diperoleh dari nilai thitung = 2,419 >ttabel = 1,697,
disimpulkan bahwa secara parsial variabel disiplin kerja berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pegawai, dengan tingkat signifikansi 0,022 dan nilai positif
(+) sebesar 0,397 yang menunjukkan hubungan yang searah dengan kinerja
pegawai, artinya karyawan yang memiliki disiplin yang baik yaitu sikap patuh
terhadap peraturan tanpa ada paksaan dari pimpinan, maka kinerja akan baik.
Hasil penelitian ini mendukung beberapa pendapat seperti Ranupandojo et al.
(2005), Roemintoyo (1999), Rivai et al. (2010), dan Narmodo et al. (2009).
3.
Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja. Hasil regresi antara kepemimpinan
terhadap kinerja pegawai yang diperoleh dari nilai thitung = 2,186 >ttabel =
1,697, disimpulkan bahwa secara parsial variabel kepemimpinan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja pegawai, dengan tingkat signifikansi 0,037 dan
nilai positif (+) sebesar 0,319 yang menunjukkan hubungan yang searah
dengan kinerja pegawai, artinya kepemimpinan merupakan suatu upaya untuk
mempengaruhi bawahan dengan memahami keadaan bawahan untuk mencapai
tujuan organisasi diharapkan dapat menimbulkan perubahan positif dalam
rangka meningkatkan kinerja pegawai. Hasil penelitian ini mendukung beberapa
pendapat : Luthans (1998),Buckinghan dan Coffman (1999), Nasution (2006),
Maryanto et al. (2009), Shadare et al.(2009).
Berdasarkan hasil regresi bahwa variabel disiplin kerja (X2) mempunyai nilai
t hitung lebih tinggi atau lebih besar yaitu 2,419 dan nilai koefisien regresi (beta)
paling besar pula yaitu 0,397. Hal ini menunjukkan bahwa variabel disiplin kerja
memiliki pengaruh dominan terhadap kinerja.
E.
Implikasi
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor kunci untuk mendapatkan kinerja
terbaik, karena keberhasilan kinerja individu sangat berpengaruh terhadap hasil kerja
organisasi. Untuk itu segenap sumber daya manusia perlu digerakkan untuk memaksimalkan
kinerja. Kinerja seorang pegawai dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor (variabel) seperti
individual, organisasional dan psikologis. Ketiga variabel tersebut saling berhubungan satu
sama lain dan saling pengaruh mempengaruhi, serta sangat menentukan bagaimana seseorang
mengaktualisasikan diri (Gibson, et al. 2006:89). Motivasi pada faktor psikologis dapat
mempengaruhi kinerja, sebagaimana model hubungan motivasi yang dikemukakan Robert,
et al. (2001,205) bahwa : masukan individual dan konteks pekerjaan merupakan dua faktor
60
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
kunci yang mempengaruhi motivasi. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi, termasuk
pula pada proses motivasi, membangkitkan, mengarahkan, dan meneruskan. Pegawai akan
lebih termotivasi apabila mereka percaya bahwa kinerja mereka akan dikenal dan dihargai.
Berdasarkan temuan penelitian ini, disiplin kerja lebih dominan dalam hal peningkatan kinerja pegawai dibandingkan motivasi dan kepemimpinan. Banyak faktor yang
dapat mempengaruhi tegak tidaknya suatu disiplin kerja dalam suatu organisasi, antara
lain besar kecilnya pemberian kompensasi, ada tidaknya keteladanan pimpinan dan keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan (Gouzali, 1996:202). Hal tersebut tidak lepas
dari peran kepemimpinan. Motivasi yang tinggi tentunya akan menghasilkan kinerja
yang maksimal dari pegawai jika didasarkan pada perilaku disiplin pegawai, baik bersifat
preventif maupun korektif yang menjadi budaya bersama dalam sebuah organisasi, serta
pemimpin yang berkualitas.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perlunya pimpinan memahami keadaan
bawahan. Kedekatan ini dapat dilakukan dengan pimpinan yang melakukan kunjungan/
perhatian pada karyawan melalui momentum yang tepat (perhatian diluar pekerjaan)
melalui upaya partisipatif ini ada respon balik dari pegawai yang berdampak positif terhadap peningkatan kinerja pegawai. Selain itu pimpinan harus mengambil tindakan untuk
meningkatkan kinerja pegawai, seperti pemberian penghargaan kepada pegawai yang
berprestasi,membangun kondisi kerja yang kondusif, melakukan pengawasan dan evaluasi
kinerja secara berkala. Sesuai pendapat Luthans (1998) bahwa kepemimpinan merupakan
penentu kinerja di tempat kerja dan kepemimpinan adalah penting di semua tingkatan
organisasi maupun perusahaan. Hal tersebut didukung pula pendapat Buckinghan dan
Coffman (1999) yang menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah predikator kuat kinerja
karyawan.
F.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan
beberapa hal penting dalam penelitian ini sebagai berikut :
1)
Motivasi, disiplin kerja dan kepemimpinan secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pegawai Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan
Keluarga Berencana Kabupaten Banjar.
2)
Motivasi, disiplin kerja dan kepemimpinan secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pegawai.
3)
Hasil uji t menunjukkan bahwa disiplin kerja merupakan variabel yang dominan
mempengaruhi kinerja pegawai. Hal ini berarti bahwa disiplin kerja merupakan bagian
penting yang memperlihatkan kualitas pegawai, semakin tinggi tingkat kedisiplinan
yang dimiliki pegawai maka akan semakin tinggi pula kinerja pegawai tersebut.
G.
Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas dapat disampaikan saran kepada Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga
Berencana Kabupaten Banjar antara lain: bahwa untuk meningkatkan kinerja pegawai
hendaknya mengupayakan membangun motivasi pegawai melalui pemberian penghargaan
Alfisah, Pengaruh Motivasi, Disiplin dan Kepemimpinan...
61
apabila pegawai mampu menunjukkan prestasi dalam melaksanakan pekerjaannya, dan
memenuhi ruang kerja yang nyaman serta menyediakan fasilitas yang menunjang.
Peningkatan kinerja dapat diwujudkan dengan meningkatkan disiplin pegawai, misalnya dengan memberikan dorongan rasa memiliki organisasi, menegakkan disiplin secara
tepat, pemberian teguran dan sanksi kepada pegawai yang melanggar aturan yang berlaku
secara adil, terukur dan transparan.
Selain itu, peningkatan kinerja juga dapat diwujudkan dengan kepekaan pimpinan
terhadap jenis organisasi yang dipimpinnya, pimpinan hendaknya mengenali karakteristik
bawahan, berusaha mendekati bawahan melalui jalur informal (tidak resmi), melakukan
kunjungan-kunjungan/perhatian pada pegawai melalui momentum yang tepat (perhatian
diluar pekerjaan).
DAFTAR PUSTAKA
Agusman, 2004, Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Iklim Organisasi dan Motivasi. Terhadap
Kinerja Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Riau. Tesis, Program Magister
manajemen Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Amstrong, Michael, 2004, Manajemen Kinerja, Cetakan I, Tugu Pablisher. Yogyakarta.
Anggraha, 2011, Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja terhadap
Komitmen Organisasional dan Kinerja Pegawai Dinas Pendapatan Kota Batu. Tesis
Program Magister manajemen Universitas Brawijaya, Malang.
Arikunto, Suharsini, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan PraktekEdisi Revisi V,
Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin, 2003. Reliabilitas dan Validitas, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Bacal, Robert, 2005, HowToManagePerformance, 24 Poin Penting Meningkatkan Kinerja.
PT. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.
Bass. B. M, 1985, LeadershipGood, Better, Best, Organizational Dynamics. Vol 13. PP,
59-80
Bernardin, H. John dan Joyce E.A., Russel, 1995, Human Resources Management. McGraw
Hill, Inc. Singapore.
Davis, Keith, 2002, Fundamental Organization Behavior, Diterjemahkan Agus Dharma.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Dessler, Gary 1992, Manajemen Sumber Daya Manusia, Prenhallido. Jakarta
Dubrin Andrew J, 2005,Leadership (Terjemahan), Edisi Kedua, Prenada Media. Jakarta
Ferdinand, Agusty, 2006, Metode Penelitian Manajemen, Penerbit Badan Penerbit
Universitas DiPonegoro.
Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi keempat,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gibson James, Ivancenvich dan James H Donnely JR, 1996. Organisasi Perilaku Struktur,
Proses. Bina Aksara Jilid 1 (terjemahan NinukHadiasni). Jakarta.
62
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Gouzali, Saydam, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia, Kresna Prima Persada, Jakarta.
Hasibuan, Malayu, SP, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi, Bumi
Aksara, Jakarta.
Handoko, T. Hani, 2008, Manajemen Personalia dan Sumber Daya manusia, Edisi 2.
BPFE, Yogyakarta.
Khan, Farooq Umar, ImranUllah, 2010. The Relationship between Rewards and Employee
Motivation in Commercal Banks of Pakistan.Research Journal of International
Studies-Issue 14.
Kuncoro, Mudrajad, 2003, Metode Riset untuk Bisnis dn Ekonomi. Bagaimana Meneliti
dan Menulis Tesis, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Mangkunegara, AA. Anwar Prabu, 2005.Evaluasi Kinerja SDM, Cetakan Pertama, Penerbit
PT. RefikaAditama, Bandung.
Maryoto, Susilo, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, BPFE UGM. Yogyakarta.
Maryanto dan Wajdi, 2009, Pengaruh Kepemimpinan dan Motivasi Terhadap Semangat
Kerja Anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten
Wonogiri, Jurnal.
Narmodo, Hernowo dan Wajdi, M. Farid, 2010, Pengaruh Motivasi dan Disiplin Terhadap
Kinerja Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Wonogiri, Jurnal.
Nasution, Intan, 2006, Pengaruh Motivasi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja
Karyawan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta, Tesis, Program Magister
Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Nataswati, Yuswida, 2008, PengaruhGaya Kepemimpinanterhadap MotivasiKerja
dan Kinerja Pegawai Pada PDAM Kota Probolinggo, Tesis, Program Magister
Manajemen, Universitas Brawijaya. Malang.
Nawawi, 2003, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, Gajah Mada University Pers,
Yogyakarta.
Nitisemito, Alex, S, 1994, Manajemen Personalia, Manajemen Sumber Daya Manusia,
Ghalia Indonesia. Jakarta.
Northouse, P.G, 2010, Leadership, TheoryandPractice. Sage, ThousandOaks, CA.
Notoatmodjo, 2009, Pengembangan Sumber Daya Manusia, PT. Rineka Cipta Jakarta.
Richard, Robert, Gordon, 2006, Leadership,
Experience,McGrawHill, America.
Enhancing
The
Lessons
Of
Riduwan, 2010, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Penerbit Alfabeta,
Bandung.
Rivai, Mulyadi, 2011, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Edisi Ketiga, Penerbit
Rajawali Pers, Pt Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Robbins, Stephen P, 2009, Perilaku Organisasi, Edisi 12 Indonesia, Penerbit
Empat, Jakarta.
Salemba
63
Alfisah, Pengaruh Motivasi, Disiplin dan Kepemimpinan...
Robbins, Stephen P, 2006, Perilaku Organisasi, Jilid I Edisi Indonesia, Penerbit
Indeks Gramedia, Jakarta.
PT.
Roemintoyo, 1999, “Pengaruh Motivasi, Kerjasama dan Kedisiplinan Karyawan Fakultas
Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Terhadap Prestasi Kerja”.
Laporan Penelitian, UNS Surakarta.
Ruky, Achmad S, 2006. 2002 Sistem Manajemen Kinerja (Panduan Praktis untuk
Merancang dan meraih Kinerja Prima). Cetakan Keempat. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta..
Santoso, Singgih, 2001. Buku Latihan Statistik Parametrik, Cetakan Kedua, PT. Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.
Sari, Dian, 2006, Pengaruh Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Terhadap Semangat Kerja
Karyawan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang, Tesis, Program Magister
Manajemen, Universitas Brawijaya. Malang.
Sekaran, Umi, 2006, Research Methods For Business. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis.
Buku 2 Edisi 4. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Setiaji, Bambang, 2004, Panduan Riset Dengan Penekatan Kuantitatif. Program Pasca
Sarjana UMS. Surakarta.
Shadare dan Hammed, 2009, Influence of Work Motivation, Leadership Effectiveness and
Time Management on Employees’Preformance in Some Selected Industries in Ibadan,
Oyo State, Nigeria. European Journal of Economic, Finance andAdministrative
Science, ISSN 1450-2275 Issue 16.
Siagan, Sondang, P, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta.
Siagan, Sondang, P, 2002, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Cetakan Pertama, PT.
Rineka Cipta, Jakarta.
Soedarmayanti, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil, PT. RefikaAditama, Bandung.
Stephen P. Robbins, Judge, 2009, Perilaku Organisasi, OrgnizationalBehavior, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.
Sugiyono, 2010, Metodologi Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung.
Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuanitatif Kualitatif dan R&D, CV. Alfabeta, Bandung.
Sujak. Abi, 1990, Kepemimpinan Manajer, CV. Rajawali, Jakarta.
Toha, 2003, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Rajawali Pers. Jakarta
Umar, Husien, 2008, Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan, Paradigma
Positivistik dan Berbasis Pemecahan Masalah, Seri Desain Penelitian Bisnis-No.01,
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Umar, Husein, 2009, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
64
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Voon, Lo, Ngui, Ayob (2010), “The influence of leadershipstyles on employees’jobsatisf
actioninpublicsector Organization in Malaysia” International Journal of Business,
Management and Social Sciences, Vol. 2, No.1.
Wibowo, 2011, Manajemen Kinerja, Edisi Ketga, Rajawali Pers, PT Grafindo Persada,
Jakarta.
Widjaya, AW, 1006, Peranan Motivasi dalam Kepegawaian, Pressindo, Jakarta.
Wirawan, 2009, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia Teori, Aplikasi dan Penelitian,
Salemba Empat, Jakarta.
Wuryanto, Agus, 1998, Pengaruh Motivasi Terhadap Peningkatan Kinerja Aparat di
Lingkungan Sekretariat Wilayah/Daerah Tingkat I Jawa Tengah.
Yasin, Azis, 2001, Kepemimpinan Dalam Pengembangan Organisasi, Jurnal Lintasan
Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang. Volume 18 Nomor 1.
Malang.
Yuki, G. A, 2005, Leadership In Organizations, UpperSaddle River, Prentice-Hall.
Pengaruh Dimensi Kualitas Pelayanan Puskesmas
S. Parman Banjarmasin Terhadap Kepuasan Pasien Dalam
Memperoleh Pelayanan Kesehatan
Widi Utami
(Puskesmas S. Parman Banjarmasin)
Ahmad Alim Bachri
(Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin)
ABSTRACT
This study aims to identify and analyze quality of service (as variable
indefendent) are services, personnel skills, health care costs, availability of
drugs, and environmental security effect on patient satisfaction (as a variable
defendant) in the public health services in health centers S.Parman Banjarmasin.
The research was conducted in March until May 2012, using a random survey
of 100 respondents from the community in the Kecamatan Pasar Lama and
surrounding Antasan Besar and enjoy the health center at a public patient,
patient’s health insurance and public health insurance.
The results of this study indicate that the quality of service is service, personnel
skills, health care costs, availability of drugs, and environmental safety and
simultaneous partial effect on patient satisfaction. All variables indefendent
positive and significant impact on patient satisfaction and the availability of
drugs is the most significant variable impact because the main objective to
restore the patient’s health. Satisfaction index S.Parman community health
center Banjarmasin judged by the standards of quality of service is considered
appropriate.
Keyword :
Health service quality, patients satisfaction.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kualitas pelayanan (sebagai variabel indefendent) yaitu pelayanan, kemampuan petugas,
biaya kesehatan, tersedianya obat-obatan, dan keamanan lingkungan berpengaruh terhadap kepuasan pasien (sebagai variabel tergugat) dalam
memperoleh pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas S.Parman
Banjarmasin. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2012,
65
66
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
dengan menggunakan metode survei acak 100 responden dari masyarakat di
Kecamatan Pasar Lama dan Antasan Besar dan sekitarnya yang menikmati
layanan puskesmas pada kelompok pasien umum, pasien asuransi kesehatan
dan jaminan kesehatan masyarakat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan yaitu pelayanan,
kemampuan petugas, biaya kesehatan, tersedianya obat-obatan, dan keamanan
lingkungan secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap kepuasan
pasien. Semua variabel indefendent berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepuasan pasien dan tersedianya obat adalah variabel yang paling signifikan
pengaruhnya karena tujuan utama pasien untuk memulihkan kesehatan. Indeks
kepuasan masyarakat di Puskesmas S.Parman Banjarmasin dinilai berdasarkan
standar kualitas pelayanan yang dianggap sudah tepat.
Kata kunci :
Kualitas Pelayanan Kesehatan, Kepuasan Pasien.
PENDAHULUAN
Puskesmas S. Parman Banjarmasin merupakan salah satu Puskesmas di Kota
Banjarmasin yang menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya yang
berada di Kelurahan Pasar Lama dan Kelurahan Antasan Besar. Sejalan dengan program nasional serta cita-cita Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan dan Pemerintah Daerah
Kota Banjarmasin untuk meningkatkan kualitas pelayanaan kesehatan bagi masyarakat,
maka perlu dilakukan penelitian tentang dimensi kualitas pelayanan Puskesmas S. Parman
Banjarmasin terhadap kepuasan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatannya.
Kepuasan masyarakat tergantung pada kualitas pelayanan, yang dapat diukur melalui
beberapa indikator seperti, Kemudahan pelayanan kesehatan, Kemampuan petugas, Biaya
kesehatan, Ketersediaan Obat dan Kenyamanan lingkungan pelayanan. Indikator-indikator
tersebut dapat dijabarkan dalam beberapa pertanyaan (Dulka, 1994).
Rumusan masalah ini sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Bagaimana Pengaruh Kemudahan Pelayanan Kesehatan Puskesmas S Parman Terhadap Kepuasan Masyarakat Dalam Memperoleh Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
S. Parman Banjarmasin.
Bagaimana Pengaruh Kemampuan Petugas Kesehatan Puskesmas S Parman Terhadap
Kepuasan Masyarakat Dalam Memperoleh Pelayanan Kesehatan di Puskesmas S.
Parman Banjarmasin.
Bagaimana Pengaruh Biaya Kesehatan Puskesmas S Parman Terhadap Kepuasan
Masyarakat Dalam Memperoleh Pelayanan Kesehatan di Puskesmas S. Parman
Banjarmasin.
Bagaimana Pengaruh Ketersediaan Obat di Puskesmas S Parman Terhadap Kepuasan
Masyarakat Dalam Memperoleh Pelayanan Kesehatan di Puskesmas S Parman.
Widi Utami & Ahmad Alim, Pengaruh Dimensi Kualitas Pelayanan Puskesmas...
67
5.
Bagaimana Pengaruh Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan Puskesmas S Parman
Terhadap kepuasan Masyarakat Dalam Memperoleh Pelayanan Kesehatan di Puskesmas S Parman Banjarmasin.
6.
Bagaimana Pengaruh Kemudahan Pelayanan, Kemampuan Petugas, Biaya Kesehatan,
Ketersediaan Obat serta Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan Puskesmas S
Parman Terhadap Kepuasan Masyarakat Dalam Memperoleh Pelayanan Kesehatan
di Puskesmas S Parman Banjarmasin
Tujuan Penelitian ini adalah Sebagai Berikut :
1.
Untuk Mengetahui dan Menganalisa Pengaruh Kemudahan Pelayanan Kesehatan
Puskesmas S Parman Terhadap Kepuasan Masyarakat Dalam Memperoleh Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas S. Parman Banjarmasin.
2.
Untuk Mengetahui dan Menganalisa Pengaruh Kemampuan Petugas Kesehatan
Puskesmas S Parman Terhadap Kepuasan Masyarakat Dalam Memperoleh Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas S Parman Banjarmasin.
3.
Untuk Mengetahui dan Menganalisa Pengaruh Biaya Kesehatan Puskesmas S
Parman Terhadap Kepuasan Masyarakat Dalam Memperoleh Pelayanan Kesehatan
di Puskesmas S Parman Banjarmasin.
4.
Untuk Mengetahui dan Menganalisa Pengaruh Ketersediaan Obat di Puskesmas S
Parman Terhadap Kepuasan Masyarakat Dalam Memperoleh Pelayanan Kesehatan
di Puskesmas S Parman.
5.
Untuk Mengetahui dan Menganalisa Pengaruh Keamanan dan Kenyamanan
Lingkungan Puskesmas S Parman Terhadap kepuasan Masyarakat Dalam Memperoleh
Pelayanan Kesehatan di Puskesmas S Parman Banjarmasin.
6.
Untuk Mengetahui dan Menganalisa Pengaruh Kemudahan Pelayanan, Kemampuan
Petugas, Biaya Kesehatan, Ketersediaan Obat serta Keamanan dan Kenyamanan
Lingkungan Puskesmas S Parman Terhadap Kepuasan Masyarakat Dalam Memperoleh Pelayanan Kesehatan di Puskesmas S Parman Banjarmasin.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk kemajuan ilmu pengetahuan serta pengayaan teori
(filling the knowledge gaps) dalam bidang manajemen pelayanan kesehatan, khususnya di
lingkungan unit pelayanan kesehatan tingkat puskesmas. Penelitian ini juga bermanfaat
untuk evaluasi kinerja serta mengetahui kualitas pelayanan kesehatan Puskesmas S. Parman
yang telah diberikan kepada masyarakat. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi
bagi Dinas KesehatanKota Banjarmasin dalam melakukan pengukuran indeks kepuasan
masyarakat di wilayah kerjanya.
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
1.
Kepuasan Masyarakat
Menurut Dulka (1994), kepuasan masyarakat dapat diukur melalui atributatribut pembentuk kepuasan yang terdiri atas: (1) Value to price relationship.
68
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Hubungan antara harga yang ditetapkan oleh badan usaha untuk dibayar dengan nilai
/ manfaat yang diperoleh masyarakat, (2) Product value adalah penilaian dari kualitas
produk atau layanan yang dihasilkan suatu badan usaha, (3) Product benefit adalah
manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkosumsi produk yang dihasilkan oleh
badan usaha, (4) Product feature adalah ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang
mendukung fungsi dasar dari suatu produk sehingga berbeda dengan produk yang
ditawarkan pesaing, (5) Product design adalah proses untuk merancang tampilan
dan fungsi produk, (6) Product reliability and consistency adalah keakuratan dan
keandalan produk yang dihasilkan oleh suatu badan usaha, (7) Range of product or
services adalah macam dari produk atau layanan yang ditawarkan oleh suatu badan
usaha.
2.
Kriteria Indeks Kepuasan Masyarakat
Terdapat 14 indikator yang dijadikan instrumen pokok dalam pengukuran Indeks
Kepuasan Masyarakat berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor : KEP- 25/M.PAN/2/2004 tanggal 24 Pebruari 2004 tentang Pedoman
Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, yaitu
: (1) Prosedur pelayanan, (2) Persyaratan pelayanan, (3) Kejelasan petugas pelayanan,
(4) Kedisiplinan petugas pelayanan, (5) Tanggung jawab petugas pelayanan (6)
Kemampuan petugas pelayanan, (7) Kecepatan pelayanan, (8) Keadilan mendapatkan
pelayanan, (9) Kesopanan dan keramahan petugas, (10) Kewajaran biaya pelayanan,
(11) Kepastian biaya pelayanan, (12) Kepastian jadwal pelayanan, (13) Kenyamanan
lingkungan, (14) Keamanan pelayanan.
3.
Kualitas Pelayanan Publik
Zeithaml et all.(1990) mengemukakan dimensi yang harus diperhatikan dalam
melihat tolok ukur kualitas pelayanan publik, yaitu : (1) Tangible, terdiri atas fasilitas
fisik, peralatan, personil dan komunikasi, (2) Realiable, terdiri dari kemampuan unit
pelayanan dalam menciptakan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat, (3) Responsiveness, kemauan untuk membantu konsumen bertanggung jawab terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan, (4) Competence, tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan
dan ketrampilan yang baik oleh aparatur dalam memberikan pelayanan, (5) Courtesy,
sikap atau perilaku ramah, bersahabat, tanggap terhadap keinginan konsumen serta mau melakukan kontak atau hubungan pribadi, (6) Credibility, sikap jujur dalam
setiap upaya untuk menarik kepercayaan masyarakat, (7) Security, jasa pelayanan
yang diberikan harus bebas dari berbagai bahaya dan resiko, (8) Access, terdapat
kemudahan untuk mengadakan kontak dan pendekatan, (9) Communication, kemauan pemberi pelayanan, mendengarkan keinginan atau aspirasi pelanggan, sekaligus kesediaan untuk selalu menyampaikan informasi baru kepada masyarakat, (10)
Understanding the customer, melakukan segala usaha untuk mengetahui kebutuhan
pelanggan.
Warella (1997) menyebutkan bahwa pelayanan publik dapat dilihat dari beberapa
kriteria, yaitu (1) kesederhanaan (2) Adanya kejelasan dan kepastian prosedur (3)
Adanya keterbukaan (4) Efisiensi (5) Ketepatan waktu (6) Keadilan (7) Ekonomis (8)
Widi Utami & Ahmad Alim, Pengaruh Dimensi Kualitas Pelayanan Puskesmas...
69
Kejelasan dan kepastian (9) Biaya (10) Kebersihan dan kesejukan lingkungan (11)
Keamanan.
Menurut Gaspersz (1997) atribut kualitas pelayanan, antara lain: (1) Kemudahan
mendapatkan pelayanan yang berkaitan dengan kejelasan dan kemudahan petugas
yang melayani, (2) Tanggung jawab yang berkaitan dengan penerimaan pelayanan
dan penanganan keluhan pelanggan, (3) kesopanan dan keramahan dalam pelayanan
khususnya interaksi langsung, (4) Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan
yang berkaitan dengan lokasi, ruang tempat pelayanan, kemudahan menjangkau,
ketersediaan informasi dan lain-lain, (5) Atribut pendukung pelayanan lainnya yang
berkaitan dengan lingkungan, kebersihan, ruang tunggu, fasilitas musik dan lain-lain.
4.
Mutu Pelayanan Kesehatan
Kepuasan pasien dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu (Azwar, 1996): (1)
Hubungan para-medis dan pasien. Para-medis dapat menampung dan mendengarkan
semua keluhan, serta menjawab dan memberikan keterangan tentang hal-hal yang
ingin diketahui oleh pasien (2) Kenyamanan pelayanan (3) Kebebasan melakukan
pilihan (4) Pengetahuan dan kompetensi teknis. (5) Efektifitas pelayanan (6)
Keamanan tindakan.
Penelitian Terdahulu
1.
Lubis & Martin, 2008.
Lubis & Martin (2008) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Harga
& Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSU Deli Medan.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa variabel harga berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap kepuasan pasien. Variabel kualitas pelayanan berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap kepuasan pasien. Komponen penelitian berupa harga
(price) sebagai variabel bebas (X) dan kepuasan pasien sebagai variabel terikat (Y).
Perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah variabel bebasnya
terdiri dari 5 (lima) komponen yaitu kemudahan pelayanan (X1), kemampuan petugas
(X2), biaya pelayanan (X3), ketersediaan obat (X4) serta kenyamanan dan keamanan
lingkungan (X5). Variabel terikat berupa kepuasan masyarakat (Y). Disamping itu
metode analisis yang digunakan selain regresi berganda juga menggunakan penentuan
nilai IKM berdasarkan standar Menpan (2010) serta tempat penelitian yang berbeda.
2.
Supardi, 2008
Supardi (2008) melakukan penelitian berjudul “Hubungan Antara Persepsi
Mutu Pelayanan Pengobatan dengan Kepuasan Pasien di Balai Kesehatan Karyawan
Rokok Kudus (BKKRK), Jawa Tengah”. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
hubungan antara persepsi pasien terhadap mutu pelayanan dokter, perawat, petugas
administrasi, keadaan lingkungan serta sarana peralatan dan obat dengan kepuasan
pasien terhadap pelayanan pengobatan di BKKRK. Persamaan dengan penelitian
yang akan peneliti lakukan adalah variabel bebas yaitu keadaan lingkungan dan
variabel terikat kepuasan pasien. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel
bebas lainnya, lokasi penelitian dan metode analisis.
70
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
3.
Trimurty, 2008
Trimurty (2008) melakukan penelitian berjudul “Analisis Hubungan Persepsi
Mutu Pelayanan dengan Minat Pemanfaatan Ulang Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas
Pandanaran Semarang, Jawa Tengah”. Hasil penelitian berupa hubungan yang
bermakna antara kehandalan pelayanan, daya tangguh pelayanan, jaminan pelayanan,
empati pelayanan dan bukti langsung pelayanan dengan minat untuk memanfaatkan
ulang pelayanan rawat jalan puskesmas Pandanaran Semarang. Persamaan penelitian
Trimurty (2008) dengan penelitian peneliti adalah sama-sama meneliti tentang mutu
pelayanan puskesmas namun dengan sudut pandang yang berbeda.
4.
Mote, 2008
Mote (2008) melakukan penelitian tentang “Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Terhadap Pelayanan Publik Di Puskesmas Ngesrep Semarang” Hasil
penelitian ditemukan 3 indikator dengan katagori tidak baik yaitu: kemampuan
petugas, kenyamanan lingkungan dan keamanan pelayanan. Pengukuran nilai IKM
secara keseluruhan baik. Persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan
adalah membahas tentang kepuasan masyarakat, sedangkan perbedaannya dalam hal
metode analisis dimana yang akan peneliti lakukan disamping menggunakan metode
IKM juga menggunakan metode regresi berganda.
5.
Sodani et al, 2008
Para peneliti tersebut melakukan penelitian berjudul “Measuring Patien
Satisfaction: A Case Study to Improve Quality of Care at Publik Health Facilities”
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa kebanyakan responden berusia muda
dan mempunyai tingkat pendidikan rendah. Alasan utama memilih fasilitas kesehatan
umum adalah tidak mahal, infrastuktur lengkap dan jarak yang tidak jauh. Pasien
lebih puas dengan keramahan petugas pada fasilitas kesehatan yang lebih tinggi
dibanding fasilitas kesehatan di bawahnya. Juga ditemukan pasien lebih puas dengan
sikap dokter dan stafnya pada fasilitas kesehatan yang lebih rendah dibanding fasilitas
kesehatan yang lebih tinggi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan
peneliti lakukan adalah sama-sama meneliti tentang kepuasan pasien, variabel bebas
keramahan petugas, sedangkan perbedaannya terletak pada komponen variabel bebas
lainnya, metode analisis serta lokasi penelitian.
6.
Subekti, 2009.
Hasil penelitian Subekti (2009) menyatakan hubungan yang bermakna antara
mutu pelayanan dengan tingkat kepuasan pasien Balai Pengobatan Umum Puskesmas
di Kabupaten Tasikmalaya. Persamaan penelitian Subekti (2009) dengan penelitian
yang akan peneliti lakukan adalah sama-sama meneliti tentang mutu pelayanan
puskesmas yang dikaitkan dengan kepuasan pasien, sedangkan perbedaannya terletak
pada sudut pandang mutu pelayanan puskesmas, dan metode analisis yang digunakan
dimana peneliti akan menggunkan metode analisis IKM dan regresi berganda.
7.
Dayasiri, 2010
Hasil penelitian (Dayasiri, 2010) menyebutkan bahwa kepuasan pasien akan
mutu pelayanan kesehatan berbeda antar negara, meliputi hal-hal berikut ini: 1) Usia,
Widi Utami & Ahmad Alim, Pengaruh Dimensi Kualitas Pelayanan Puskesmas...
71
hampir di semua studi usia tidak punya pengaruh dengan kepuasan pasien kecuali
di negara Kuwait, Sri Langka dan Cina, 2) Jenis Kelamin, Jenis kelamin ditemukan
sebagai faktor yang berpengaruh di negara Israel dan Saudi Arabia. Di Israel tingkat
kepuasan lebih tinggi pada laki-laki sedangkan di Saudi Arabia tingkat kepuasan
lebih tinggi pada wanita, 3) Tingkat Pendidikan, pasien dengan tingkat pendidikan
ketiga secara signifikan menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih rendah di Uni
Emirat Arab dan Saudi Arabia, 4) Status Sosial Ekonomi, pasien dari status sosial
ekonomi rendah mempunyai tingkat kepuasan yang tinggi, 5) Tipe RS, kepuasan
yang tinggi terdapat pada RS kabupaten / kota, pasien mengaku lebih puas di RSUD
kota pada negara Sri Langka, Cina dan Uni Emirat Arab, 6) Kualitas hubungan dokter
– pasien, kualitas komunikasi interpersonal merupakan kunci kepuasan pasien di
beberapa survei, khususnya di negara Saudi Arabia, Maldives, Afghanistan, Jepang,
Bhutan dan Taiwan, 7) Jenis pelayanan, pelayanan dokter menjadi indikator utama
kepuasan pasien di kebanyakan studi, 8) Fasilitas tehnik dan fisik, fasilitas tehnik
dan infrastuktur fisik lebih berpengaruh pada rekomendasi pasien daripada kepuasan
pasien, 9) Harapan pasien, pasien dengan harapan rendah mempunyai kepuasan
tinggi.
Persamaan penelitian Dayasiri (2010) dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan adalah sama-sama meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien, perbedaannya terletak pada pada tempat penelitian, variabel penelitian
yang digunakan serta metode analisis.
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Kerangka Konseptual
Berdasarkan hasil telaah pustaka dan penelitian terdahulu mengenai studi terhadap
pengaruh dimensi kualitas pelayanan puskesmas S. Parman terhadap kepuasan masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan, maka dikembangkan model penelitian yang
mendasari penelitian ini seperti pada gambar 3.1 berikut di bawah ini :
!
"
!
! " "
!
!
"
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
72
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Ket:
H1: Dulka (1994), Tjiptono (1995), Gasperz (1997), Mote (2008)
H2: Supardi (2008), Dayasiri (2010)
H3: Dulka (1994), Warella (1997), Lubis (2008)
H4: Supardi (2008). Subekti (2009)
H5: Zeithaml (1990), Tjiptono (1995), Gasperz (1997), Warella (1997)
H6: Kepmenpan Kep-25/M-PAN/2/2004, Subekti (2009).
Sumber: Hasil Formulasi 2012, Dayasiri (2010), Dulka (1994), Gasperz (1997), Lubis. &
Martin (2008), Menpan (2004), Subekti (2009), Supardi (2008), Tjiptono (1995) , Trimurty
(2008) dan Warella (1997).
Hipotesis Penelitian
H1: Ada Pengaruh Kemudahan Pelayanan Kesehatan Puskesmas S Parman Terhadap
Kepuasan Masyarakat Dalam Memperoleh Pelayanan Kesehatan di Puskesmas S.
Parman Banjarmasin.
H2: Ada Pengaruh Kemampuan Petugas Kesehatan Puskesmas S Parman Terhadap
Kepuasan Masyarakat Dalam Memperoleh Pelayanan Kesehatan di Puskesmas S
Parman Banjarmasin.
H3: Ada Pengaruh Biaya Kesehatan Puskesmas S Parman Terhadap Kepuasan Masyarakat
Dalam Memperoleh Pelayanan Kesehatan di Puskesmas S Parman Banjarmasin.
H4: Ada Pengaruh Ketersediaan Obat di Puskesmas S Parman Terhadap Kepuasan Masyarakat Dalam Memperoleh Pelayanan Kesehatan di Puskesmas S Parman.
H5: Ada Pengaruh Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan Puskesmas S Parman Terhadap kepuasan Masyarakat Dalam Memperoleh Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
S Parman Banjarmasin.
H6: Ada Pengaruh Kemudahan Pelayanan, Kemampuan Petugas,Biaya Kesehatan, Ketersediaan Obat serta Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan Puskesmas S Parman
Terhadap Kepuasan Masyarakat Dalam Memperoleh Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas S Parman Banjarmasin.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasi dengan metode penelitian survei
dimana penelitian survei ini bersifat deskriktif analitik yaitu suatu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi, kemudian dilakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena, baik antara variabel bebas dan variabel terikat
sehingga dapat diketahui seberapa jauh kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat.
Disamping itu penelitian ini juga bersifat penjelasan (Explanatory atau Confirmatory).
Widi Utami & Ahmad Alim, Pengaruh Dimensi Kualitas Pelayanan Puskesmas...
73
Objek dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas S. Parman
Banjarmasin yang meliputi Kelurahan Pasar Lama dan Kelurahan Antasan Besar yang
memanfaatkan fasilitas kesehatan di Puskesmas S Parman. Pengambilan data primer dilakukan bulan Maret sampai April tahun 2012 sedangkan data sekunder diambil mulai tahun
2009 sampai 2011. Pengolahan data dilakukan bulan April sampai Mei 2012.
Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah masyarakat di wilayah kerja puskesmas S Parman
Banjarmasin yaitu di Kelurahan Pasar Lama dan Kelurahan Antasan Besar Kotamadya
Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang
hampir sama dan dapat mewakili populasi. Kriteria inklusi pemilihan sampel adalah sebagai berikut : (1) Pasien Puskesmas S Parman berdasarkan Family Folder; (2)Memanfaatkan fasilitas rawat jalan, minimal 12 hari terakhir saat penelitian dilaksanakan, dengan
pertimbangan pasien belum lupa akan kualitas pelayanan rawat jalan puskesmas, (3) Tempat
tinggal pasien dapat dijangkau peneliti, (4) Bersedia diwawancarai dan mampu menjawab
dengan baik.
Adapun kriteria eksklusi sampel adalah berusia kurang dari 17 tahun dan tinggal
diluar wilayah kerja puskesmas S. Parman. Jumlah sampel minimal yang akan diambil dihitung dengan menggunakan rumus :
N
n = --------------Nd² + 1
Dimana : - n : besarnya sampel
- N : Populasi / sampel frame
- d : batas presisi yang diharapkan
Berdasarkan perhitungan tersebut diketahui bahwa besar sampel adalah 99,44 dibulatkan ke atas menjadi 100 responden. Pemilihan responden berdasarkan teknik penentuan
sampel yaitu dilakukan dengan cara random sampling. Dengan demikian sampel yang
dikehendaki dapat diambil secara sembarang atau acak (random) untuk menghindari unsur
subyektifitas. Namun demikian pasien sebagai calon responden tetap harus diseleksi terlebih dahulu berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi seperti tersebut di atas. Calon responden yang memenuhi persyaratan atau kriteria mendapat kesempatan yang sama
sebagai sampel penelitian.
Tehnik Pengumpulan data
Penelitian dilakukan dengan cara: Wawancara dan b. Kuesioner
74
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Sumber data
a.
b.
Data Primer
Data Sekunder
Unit Analisis
Penelitian ini dilakukan pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas S. Parman
Banjarmasin, khususnya yang memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
Metode Analisis
a.
Penentuan nilai Indeks Kepuasan Masyarakat
Tabel 4.1. Nilai persepsi, interval IKM, interval konversi IKM,
mutu pelayanan dan kinerja unit pelayanan
Nilai
Persepsi
1
2
3
4
5
Nilai
Nilai Interval
Interval IKM Konversi IKM
1,00 – 1,80
20 – 36
1,81 – 2,60
37 – 52
2,61 – 3,40
53 – 68
3,41 – 4,20
69 – 84
4,21 - 5,00
85 – 100
Mutu
Pelayanan
Kinerja Unit Pelayanan
E
D
C
B
A
Sangat Tidak Baik
TidakBaik
Kurang Baik
Baik
Sangat Baik
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2012
b.
Metode Regresi Berganda
Hubungan antara variabel bebas, yaitu kemudahan pelayanan (X1), kemampuan
petugas (X2), biaya (X3), ketersediaan obat (X4) serta keamanan dan kenyamanan
lingkungan (X5) , dengan variabel terikat yaitu kepuasan masyarakat (Y) dapat
digambarkan melalui persamaan regresi berganda sebagai berikut (Salvatore and
Derrick, 2002) :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5
Dimana: Y
= Indeks kepuasan masyarakat
β0-5 = Konstanta ke-0 sampai ke-5
X1 = Kemudahan pelayanan
X2 = Kemampuan petugas
X3 = Biaya pelayanan
X4 = Ketersediaan obat
X5 = Kenyamanan dan keamanan lingkungan
Untuk menguji persamaan regresi digunakan daftar sidik ragam seperti terlihat
pada Tabel 4.2. berikut :
Widi Utami & Ahmad Alim, Pengaruh Dimensi Kualitas Pelayanan Puskesmas...
75
Tabel 4.2. Daftar
I sidik ragam untuk menguji
@ F I persamaanIregresi berganda
"=5*-::)/)5
A
A
A
A A A
A A A
A
A A A
A A
A A A A A
A
::7:
#7<)4
*
6
A
A
A
A
A
3-::7:
#
,*
,*
,*
,*
,*
,*-::7:
01<
#A
#-::7:
#A#-::7:
#A#-::7:
#A#-::7:
#A#-::7:
#)*-4
0>;<
0>;<
0>;<
0>;<
0>;<
Sumber: Masri dan Sifian (2089)
Ketentuan:
Bila F hitung ≥ F tabel
à persamaan regresi dapat digunakan
Bila F hitung < F tabel
à persamaan regresi tidak dapat digunakan
Keeratan hubungan antara variabel bebas (X1-5) dengan variable terikat (Y) ditentukan
melalui koefisien determinasi (R2), yaitu :
R2 = JK regresi / JK total x 100%.
Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan unit analisis berupa 5 variabel bebas (X1-X5) yang terdiri
dari 27 indikator dimensi kualitas pelayanan kesehatan pada puskesmas S. Parman dan 1
variabel terikat (Y) yang terdiri dari 4 indikator kepuasan masyarakat. Varibel tersebut
adalah: X1 = Kemudahan pelayanan kesehatan yang terdiri dari : (a) Kemudahan prosedur
pelayanan kesehatan di puskesmas S Parman; (b) Kemudahan persyaratan pelayanan
kesehatan di puskesmas S Parman; (c) Kecepatan waktu pelayanan kesehatan di puskesmas
S Parman; (d) Kejelasan petugas yang memberikan pelayanan di puskesmas S Parman;
(e) Kepastian petugas pelayanan kesehatan di puskesmas S Parman; (f) Kejelasan jadual
pelayanan kesehatan di puskesmas S Parman; (g) Kepastian jadual pelayanan kesehatan di
puskesmas S Parman. X2 = Kemampuan Petugas pelayanan kesehatan yang terdiri dari : (a)
Kompetensi petugas pelayanan kesehatan di puskesmas S Parman; (b) Kedisiplinan petugas
pelayanan kesehatan di puskesmas S Parman; (c) Keramahan petugas pelayanan kesehatan
di puskesmas S Parman; (d) Sikap adil petugas pelayanan kesehatan di puskesmas S Parman;
(e) Kejelasan petugas dalam memberikan informasi di puskesmas S Parman. X3= Biaya
Kesehatan: (a) Biaya yang diterapkan sudah wajar; (b) Biaya yang dibayar sudah sesuai
dengan yang ditetapkan; (c) Biaya yang dibayar sudah jelas; (d) Biaya yang dibayarkan
sudah pasti; (e) Alur pembayaran sudah satu pintu di kasir. X4= Ketersediaan Obat yang
terdiri dari : (a) Jenis obat yang diberikan cukup bervariasi; (b) Jumlah obat yang di berikan
pada pasien cukup; (c) Obat yang diberikan manjur; (d) Obat yang diberikan dikemas
dengan baik; (e) Obat yang diberikan berlabel. X5= Kenyamanan lingkungan yang terdiri
dari (a) Keamanan di puskesmas S. Parman sudah baik; (b) Kebersihan halaman puskesmas
S. Parman sudah baik; (c) Kebersihan ruangan-ruangan puskesmas S. Parman sudah baik;
(d) Kebersihan toilet puskesmas S Parman sudah baik; (e) Penghijauan di puskesmas S
Parman sudah baik. Y= Kepuasan Masyarakat yang terdiri dari: (a) Minat masyarakat
untuk memanfaatkan ulang fasilitas pelayanan kesehatan puskesmas S. Parman; (b) Minat
76
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
masyarakat untuk memberikan informasi tentang pelayanan kesehatan di puskesmas S
Parman kepada keluarga atau tetangga; (c) Minat masyarakat untuk merekomendasikan
pelayanan kesehatan di puskesmas S. Parman kepada keluarga atau tetangga; (d) Minat
masyarakat untuk berpartisipasi mendukung program kesehatan puskesmas S. Parman.
Definisi Operasional Variabel Penelitian
a.
Kemudahan Pelayanan
Kemudahan pelayanan adalah kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan
dilihat dari kesederhanaan alur pelayanan, kemudahan persyaratan (seperti membawa
foto copy KTP untuk warga masyarakat yang berusia 17 tahun ke atas dan fotocopy
kartu keluarga bagi yang belum 17 tahun), kecepatan pelayanan (pelayanan dapat
diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan), kejelasan dan kepastian petugas
(nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung jawab), kejelasan dan kepastian
jadual pelayanan (pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan). Indikator dari variabel kemudahan pelayanan menurut Kepmenpan Kep25/M-PAN/2/2004 adalah:Kemudahan prosedur, Kemudahan persyaratan, Kecepatan
waktu, Kejelasan petugas, Kepastian petugas, Kejelasan jadual, dan Kepastian jadual
b.
Kemampuan Petugas
Kemampuan petugas yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan / menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat, disamping itu
kedisiplinan petugas dengan jadual yang telah ditetapkan, keramahan petugas dalam
melayani masyarakat serta kejelasan petugas dalam memberikan informasi medis
dan non medis.
Indikator dari variabel kemampuan petugas menurut Kepmenpan Kep-25/MPAN/2/2004, Morgan & Murgatroyd (1994), Gaspersz (1997), Warella(1997) adalah:
Kompetensi petugas, Kedisiplinan petugas, Keramahan petugas, Keadilan petugas
dan Kejelasan penyampaian informasi
c.
Biaya Pelayanan
Biaya pelayanan adalah harga yang harus dibayar oleh masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan, hal ini menyangkut kewajaran (keterjangkauan
masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan), kesesuaian (kesesuaian antara
biaya yang dibayarkan dengan yang ditetapkan, kejelasan dan kepastian mengenai
rincian biaya pelayanan dan tata cara pembayarannya melalui alur satu pintu di kasir.
Indikator dari variabel biaya pelayanan menurut Warella (1997), adalah: Kewajaran biaya, Kesesuaian biaya, Kejelasan biaya, Kepastian biaya dan Alur pembayaran
d.
Ketersediaan Obat
Ketersediaan obat adalah kondisi obat-obatan yang tersedia di puskesmas S
Parman, menurut Subekti (2009) indikator dari variabel ketersediaan obat meliputi :
variasi jenis obat, kecukupan jumlah obat yang diberikan, kemanjuran obat, kemasan
obat yang diberikan dan label obat.
Widi Utami & Ahmad Alim, Pengaruh Dimensi Kualitas Pelayanan Puskesmas...
77
e.
Kenyamanan Lingkungan
Kenyamanan lingkungan yaitu kondisi lingkungan yang dapat menciptakan
rasa enak, segar, sehat dan aman bagi penghuni dan pengunjung puskesmas S Parman,
meliputi kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang aman, halaman yang bersih,
ruangan yang bersih, toilet yang bersih dan penghijauan lingkungan puskesmas sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada masyarakat penerima pelayanan kesehatan. Indikator dari variabel kenyamanan lingkungan menurut Zethaml (1990),
Gaspersz (1997), Tjiptono (1997), Warella (1997) adalah: Keamanan sarana & prasarana, Kebersihan halaman, Kebersihan ruangan, Kebersihan toilet (WC) dan Penghijauan.
f.
Kepuasan Masyarakat
Kepuasan masyarakat adalah perasaan senang masyarakat yang dialami setelah
membandingkan antara persepsi kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas S Paman
dengan harapan-harapannya. Indikator dari variabel kepuasan masyarakat menurut
Trimurty (2008) adalah:Minat memanfaatkan ulang fasilitas pelayanan kesehatan,
Minat menginformasikan pelayanan kesehatana puskesmas S Parman, Minat merekomendasikan pelayanan kesehatan puskesmas S Parman, Minat mendukung program
kesehatan puskesmas.
Pengukuran Variabel
Tipe dasar pengukuran dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert. SkalaLikert merupakan skala untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang atas fenomena sosial (Ridwan, 2010).
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini alat pengumpulan data yang digunakan adalah pedoman
wawancara untuk mengetahui karakteristik responden dan kepuasan responden tentang
kualitas pelayanan puskesmas S Parman. Kuesioner untuk responden pada variabel bebas berupa pernyataan tertutup dengan beberapa pilihan jawaban. Responden
memilih jawaban yang paling sesuai dengan kondisi pelayanan di puskesmas S
Parman.
Uji Validitas Kuesioner Penelitian
Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang puas
dengan menghitung korelasi antara masing – masing pernyataan dengan skor total.
Uji Realibilitas Kuesioner Penelitian
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur tersebut dapat dipercaya atau diandalkan. Uji reliabilitas adalah untuk mengetahui
konsistensi suatu alat ukur, serta menunjukkan konsistensi suatu alat ukur dalam
mengukur gejala yang sama. Alpha cronbach adalah koefisien keandalan yang
menunjukan seberapa baik item dalam suatu kumpulan secara positif berkorelasi satu
78
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
sama lain. Dalam menguji reliabilitas karena alternatif jawaban lebih dari dua maka
rumus yang digunakan adalah Cronbach’s alpha sebagai berikut :
;K A [U8
4 E=
Keterangan:
ru
= Realibilitas Instrumen
k
= Banyak butir pernyataan atau banyaknya soal
2
= Jumlah varians butir
∑σb
= Varans total
σt2
(Arikunto, 1998:193)
Kriteria pengujian yang digunakan adalah :
•
Jika nilai Cronbach Alpha> 0,60 maka dinyatakan reliabel
•
Jika nilai Cronbach Alpha< 0,60 maka dinyatakan tidak reliabel (Ghozali,
2005)
Uji Asumsi Klasik
1.
Uji Normalitas
Uji Asumsi Normalitas menguji apakah pada model regresi, variabel dependen,
variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji
Normalitas dinyatakan dalam Jarque-Bera (JB) dengan rumus :JB = (n-k)/6. [S2 +
¼(k-3)2]. Jika JB hitung > 9,2 maka berarti data berdistribusi normal (Setiaji, 2006).
2.
Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas menguji apakah pada model regresi ditemikan adanya
korelasi antar variabel independen. Pedoman regresi yang bebas dari multikolinearitas
adalah mempunyai nilai VIF dibawah “10” dan mempunyai angka Tolerance di
bawah “1” (Ghozali, 2001).
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya
ketidaksamaan varian dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Di sini
digunakan metode Lagrange Multiplier (LM Test). Jika nilai LM (R2 x N) lebih kecil
dai 9,2 maka standar error (€) tidak mengalami heteroskedastisitas.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Wilayah Penelitian
1.
Deskripsi Wilayah Kerja Puskesmas S. Parman
Puskesmas S. Parman terletak di Kecamatan Banjarmasin Tengah dan memiliki
wilayah kerja 2 (dua) kelurahan yang meliputi Kelurahan Pasar Lama dan Kelurahan
Antasan Besar. Luas wilayah kerja Puskesmas S. Parman adalah 2,70 Ha dengan
kepadatan penduduk 15.208 per/km2. Luas tersebut meliputi wilayah Kelurahan Pasar
Widi Utami & Ahmad Alim, Pengaruh Dimensi Kualitas Pelayanan Puskesmas...
79
Lama seluas 0,65 km2 dengan jumlah RT sebanyak 31 buah dan wilayah Kelurahan
Antasan Besar seluas 2,05 km2 dengan jumlah RT sebanyak 36 buah.
2.
Keadaan Demografis
Tabel 5.1. Distribusi penduduk
di wilayah kerja Puskesmas S. Parman tahun 2011
No
Kelurahan
Jumlah
Kepala
Keluarga
Jumlah
Penduduk
Persentase
Jumlah Penduduk
Miskin
1.
Pasar Lama
2.968 KK
7.724 Jiwa
53, 12 %
1.426 Jiwa (9,8%)
2.
Antasan Basar
2.197 KK
6.817 Jiwa
46,88 %
1.162 Jiwa (7,79%)
5.165 KK
14.541 Jiwa
100%
2.588 Jiwa (17,79%)
Total
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas S. Parman Kota Banjarmasin Tahun 2011
Tabel 5.1. menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Pasar Lama lebih banyak
dibanding Kelurahan Antasan Besar, yaitu sebesar 53,12%. Namun demikian jumlah
penduduk miskin di kelurahan ini juga lebih besar.
Tabel 5.2. Distribusi penduduk menurut jenis kelamin di wilayah kerja puskesmas S.
Parman tahun 2011
No
Kelurahan
Laki-laki
Perempuan
1
Pasar Lama
3.608
46,71%
4.116
53.29%
2
Antasan Basar
3.287
48,22%
3.53
51,78%
Jumlah
6.895
47,42%
7.646
52,58%
Sumber : Kecamatan Banjarmasin Tengah dalam angka, 2011
Berdasarkan Tabel 5.2 jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding laki-laki.
Menurut Dayasiri (2010), pada tingkat kualitas pelayanan yang sama, terdapat
perbedaan persepsi kepuasan antara laki-laki dan perempuan.
3.
Deskripsi Puskesmas S. Parman
Pasien yang datang untuk berobat pada puskesmas langsung menuju ke loket
dan membawa persyaratan sebagai berikut :
a.
Pasien umum
•
Usia < 17 Tahun : membawa fotokopi kartu keluarga 2 lembar
•
Usia > 17 Tahun : membawa fotokopi KTP 2 lembar
•
Jika pasien tidak membawa persyaratan fotokopi KTP / kartu keluarga
maka harus mengisi surat pernyataan
b.
Pasien luar daerah Kota Banjarmasin harus mengisi surat pelayanan (formulir)
c.
Pasien ASKES harus menunjukkan kartu askes
d.
Pasien JAMKESMAS harus menunjukkan kartu JAMKESMAS
80
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
e.
Pasien pelajar harus menunjukkan surat keterangan berobat dari sekolah
Puskesmas S. Parman merupakan kesatuan organisasi kesehatan fungsional
dan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga berfungsi memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk beberapa kegiatan pokok perawatan kesehatan. Oleh karena itu puskesmas S. Parman mempunyai program pokok sebagai berikut:
1)
Upaya Kesehatan Wajib meliputi : Upaya Promosi Kesehatan, Upaya Kesehatan
Lingkungan, Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana, Upaya
Perbaikan Gizi Masyarakat, Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Menular, dan Upaya Pengobatan
2)
Upaya Kesehatan Pengembangan : Perawatan Kesehatan Masyarakat (Public
Health Nursing), Peran Serta Masyarakat, Upaya Kesehatan Sekolah, Upaya
Kesehatan Gigi Sekolah, Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat Desa, Kesehatan
Mata, Kesehatan Jiwa, Laboratorium, Lansia, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, dan RR Puskesmas.
Hasil Penelitian
A.
Hasil Pengujian Instrumen Penelitian
1)
Uji Validasi Kuesioner
Jumlah kuesioner pada uji validasi adalah 31, maka nilai r tabel untuk tingkat
kepercayaan 95% adalah (31-2; 0,05)= 0,36 sedangkan nilai r hitung pada setiap
kuesioner (1 sampai dengan 31) berada pada kolom Corrected item-Total correlation
(Tabel 5.3). Dengan demikian r hitung ≥ r tabel (n-2,0,05) sehingga semua kuesioner
dinyatakan valid atau telah mempunyai ketepatan dan kecermatan dalam mengukur
suatu data (Hastono, 2001), sehingga dapat dipergunakan dalam penelitian ini.
2)
Uji Reliabilitas Kuesioner
Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten pada beberapa kali pengukuran dengan gejala dan alat pengukur
yang sama. Berdasarkan uji reliabilitas menggunakan SPSS 16.00 diperoleh nilai
Cronbach’s Alpha sebesar 0,914 (Tabel 5.3) yang lebih besar dibanding nilai r tabel
(n-2,0,05) sebesar 0,36. Dengan demikian kuesioner tersebut telah reliabel untuk
dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya.
B.
Pengaruh Antar Variabel Penelitian
1)
Hasil analisis regresi berganda
Persamaan regresi merupakan hubungan linier antara variabel bebas dengan
variabel terikat. Dalam penelitian ini terdapat 5 variabel bebas (X1, X2, X3, X4dan X5)
dan 1 variabel terikat (Y). Konstanta b0serta koefisien b1, b2, b3, b4 dan b5 dihitung
menggunakan SPSS 16.0 dengan hasil seperti terlihat pada Tabel 5.4. Berdasarkan
hasil perhitungan tersebut diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut:
Widi Utami & Ahmad Alim, Pengaruh Dimensi Kualitas Pelayanan Puskesmas...
81
Y = 0,979 + 0,119X1+ 0,171X2 + 0,029X3+ 0,219X4 + 0,250X5
(1,37)
(1,998*) (0,324) (3,524*) (3,581*)
Dimana: Y
= Kepuasan masyarakat
X1 = Kemudahan pelayanan
X2 = Kemampuan petugas (sig*)
X3 = Biaya pelayanan
X4 = Ketersediaan obat (sig*)
X5 = Keamanan dan Kenyamanan (sig*)
2)
Koefisien determinasi
Koefisien determinasi (R2) menunjukkan hubungan keeratan antara variabel
bebas (X1s/d X5) dengan variabel terikat (Y). Makin tinggi nilai koefisien determinasi,
maka semakin erat hubungan antara variabel bebas dan varibel terikatnya. Persamaan
regresi pada penelitian ini mempunyai nilai koefisien determinasi sebesar 0,521
seperti terlihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Koefisien determinasi (R2) pada persamaan regresi
7,-4
!
)
! "9=):
,2=;<-,!
"9=):
"<,::7:7.<0;<15)<
=:*16&)<;76
a.
b.
Predictors: (Constant), X5, X4, X3, X1,X2
Dependent Variable: Y
Berdasarkan nilai koefisien determinasi tersebut dapat diketahui bahwa variabel
bebas (X1, X2, X3, X4, X5) hanya mampu menjelaskan kondisi variabel terikat (Y) sebesar
52,1 % saja dan sisanya, sebesar 47,0 % belum mampu dijelaskan menggunakan
persamaan ini.
3)
Uji keragaman dan linieritas
Uji keragaman atau analisis ragam dilakukan untuk mengetahui apakah varibel
bebas dapat digunakan untuk penelitian atau tidak. Berdasarkan hasil analisis ragam
diperoleh nilai F hitung sebesar 20,43 yang lebih besar dibanding F tabel (α=0,05)
sebesar 2,31 atau nilai signifikansia yang lebih kecil dibanding 0,05 (Tabel 5.6)
dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan diantara variabel-variabel yang
diuji (terima H1).
Menurut Hastono (2001), apabila hasil uji keragaman telah menujukkan
signifikansi maka nilai tengah Y untuk suatu kombinasi X1, X2, X3, X4 dan X5 terletak
pada garis linier (model berbentuk linier).
4)
Uji independensi
Uji independensi dipergunakan untuk mengetahui tingkat kebebasan nilai
Y terhadap nilai-nilai yang lain (Hastono, 2001). Dalam penelitian ini tingkat
independesi nilai Y diuji melalui uji Durbin Watson. Berdasarkan hasil uji tersebut
82
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1,817 (Tabel 5.8) yang berada diantara -2 dan
2 sehingga asumsi independensi terhadap nilai Y telah terpenuhi.
5)
Uji homoscedasticity
Uji homoscedasticity diperlukan untuk mengetahui tingkat homogenitas nilai
variabel Y dengan semua nilai bariabel X(1-n). Sebaran nilai semua variabel yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.1. Berdasarkan Gambar
tersebut titik sebaran variabel tidak membentuk pola tertentu melainkan menyebar
merata di sekitar garis titik nol residual, maka dapat disimpulkan bahwa varian telah
homogen pada setiap nilai X. Dengan demikian asumsi homoscedasticity telah terpenuhi.
Gambar 5.1. Sebaran nilai variabel data penelitian
6)
Uji normalitas
Uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel Y mempunyai distribusi normal pada setiap pengamatan variabel X (Hastono, 2001). Tingkat normalitas
ini dapat diketahui dari Normal P-P Plot residual (Gambar 5.2). Pada gambar tersebut
data telah menyebar di sekitar dan mengikuti garis diagonal, dengan demikian model
regresi telah distribusi normal.
Gambar 5.2. Normal P-P Plot residual untuk mengetahui normalitas data
Widi Utami & Ahmad Alim, Pengaruh Dimensi Kualitas Pelayanan Puskesmas...
C.
83
Koefisien Korelasi Antar Variabel Penelitian
Tabel 5.7. Korelasi (Spearman) antar variabel penelitian
Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa semua variabel bebas dalam penelitian ini
mempunyai pengaruh yang positif secara signifikans (pada level 95%) atau pengaruh yang
sangat signifikans (pada level 99%) terhadap variabel terikat.
Nilai koefisien korelasi antara Kemudahan Pelayanan (variabel X1) dengan Kepuasan
Masyarakat (variabel Y) sebesar 0,539 yang menunjukkan bahwa semakin baik pelayanan
yang diberikan pada masyarakat maka semakin tinggi rasa kepuasan masyarakat. Nilai
koefisien korelasi antara Kemampuan Petugas (X2) dengan Kepuasan Masyarakat (variabel
Y) sebesar 0,588 yang menunjukkan bahwa semakin baik kemampuan petugas pelayanan
maka semakin tinggi rasa kepuasan masyarakat. Nilai koefisien korelasi antara Biaya
Pelayanan (X3) dengan Kepuasan Masyarakat (variabel Y) sebesar 0,453 yang menunjukkan
bahwa semakin rendah biaya pelayanan yang diberikan pada masyarakat maka semakin
tinggi rasa kepuasan masyarakat. Nilai koefisien korelasi antara Ketersediaan Obat (X4)
dengan Kepuasan Masyarakat (variabel Y) sebesar 0,469 yang menunjukkan bahwa
semakin baik ketersediaan obat maka semakin tinggi rasa kepuasan masyarakat. Nilai
koefisien korelasi antara Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan (X5) dengan Kepuasan
Masyarakat (variabel Y) sebesar 0,566 yang menunjukkan bahwa semakin baik keamanan
dan kenyamanan lingkungan maka semakin tinggi rasa kepuasan masyarakat.
Pembahasan
1.
Pengaruh Kemudahan Pelayanan dengan Kepuasan Masyarakat
Berdasarkan penelitian ini kemudahan pelayanan yang diberikan puskesmas S.
Parman bernilai 4,12 yang berada pada kisaran nilai interval indek kepuasan masyarakat (IKM) antara 3,41 sampai 4,20. Dengan demikian variabel kemudahan pelayanan (X1) berkontribusi terhadap mutu pelayanan puskesmas S. Parman pada nilai B
dan kinerja unit pelayanan puskesmas pada nilai Baik (Menpan, 2004).
84
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Variabel kemudahan pelayanan memberikan pengaruh positif sebesar 53,9%
terhadap kepuasan masyarakat. Namun demikian, variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan masyarakat sehingga hubungan antara variabel X1dengan
Y adalah terima H0 artinya kemudahan pelayanan tidak berpengaruh secara signifikans terhadap kepuasan masyarakat (Hipotesis ke-1 = Terima H0).
2.
Pengaruh Kemampuan Petugas dengan Kepuasan Masyarakat
Berdasarkan penelitian ini kemampuan petugas pelayanan pada puskesmas S.
Parman bernilai 4,18 yang berada pada kisaran nilai interval indek kepuasan masyarakat (IKM) antara 3,41 sampai 4,20. Dengan demikian variabel kemampuan petugas
pelayanan (X2) turut membawa mutu pelayanan puskesmas S. Parman pada nilai B
dan kinerja unit pelayanan puskesmas pada nilai Baik (Menpan, 2004).
Variabel kemampuan petugas pelayanan memberikan pengaruh positif sebesar
58,8% terhadap kepuasan masyarakat. Variabel ini juga berpengaruh signifikan terhadap kepuasan masyarakat sehingga hubungan antara variabel X2 dengan Y adalah
terima H1, artinya kemampuan petugas pelayanan berpengaruh secara signifikans
terhadap kepuasan masyarakat (Hipotesis ke-2= Terima H1). Makin tinggi kemampuan petugas maka semakin tinggi kepuasan masyarakat.
3.
Pengaruh Biaya Pelayanan dengan Kepuasan Masyarakat
Berdasarkan penelitian ini komponen biaya pelayanan yang diberikan puskesmas S. Parman bernilai 4,10 yang berada pada kisaran nilai interval indek kepuasan
masyarakat (IKM) antara 3,41 sampai 4,20. Dengan demikian variabel biaya pelayanan (X3) turut membawa mutu pelayanan puskesmas S. Parman pada nilai B dan
kinerja unit pelayanan puskesmas pada nilai Baik (Menpan, 2004).
Variabel biaya pelayanan memberikan pengaruh positif sebesar 45,3% terhadap
kepuasan masyarakat. Namun demikian, variabel ini tidak berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan masyarakat sehingga hubungan antara variabel X3 dengan Y adalah terima H0, artinya biaya pelayanan tidak berpengaruh secara signifikans terhadap
kepuasan masyarakat (Hipotesis ke-3 = Terima H0).
4.
Pengaruh Ketersediaan Obat dengan Kepuasan Masyarakat
Berdasarkan penelitian ini ketersediaan obat di puskesmas S. Parman mampu
memberikan nilai 4,20 yang berada pada kisaran nilai interval indek kepuasan masyarakat (IKM) antara 3,41 sampai 4,20. Dengan demikian variabel ketersediaan obat
(X4) turut membawa mutu pelayanan puskesmas S. Parman pada nilai B dan kinerja
unit pelayanan puskesmas pada nilai Baik (Menpan, 2004).
Variabel ketersediaan obat memberikan pengaruh positif sebesar 46,9% terhadap kepuasan masyarakat. Variabel ini juga berpengaruh signifikan terhadap kepuasan masyarakat sehingga hubungan antara variabel X4 dengan Y adalah terima H1,
artinya ketersediaan obat berpengaruh secara signifikans terhadap kepuasan masyarakat (Hipotesis ke-4 = Terima H1). Makin baik produk obat yang diberikan maka
semakin tinggi kepuasan masyarakat.
Widi Utami & Ahmad Alim, Pengaruh Dimensi Kualitas Pelayanan Puskesmas...
85
5.
Pengaruh Keamanan dan Kenyamanan Lingungan dengan Kepuasan
Masyarakat
Berdasarkan penelitian ini keamanan dan kenyamanan yang terdapat di lingkungan puskesmas S. Parman bernilai 4,03 yang berada pada kisaran nilai interval
indek kepuasan masyarakat (IKM) antara 3,41 sampai 4,20. Dengan demikian variabel keamanan dan kenyamanan (X5) turut membawa mutu pelayanan puskesmas S.
Parman pada nilai B dan kinerja unit pelayanan puskesmas pada nilai Baik (Menpan,
2004).
Variabel keamanan dan kenyamanan memberikan pengaruh positif sebesar
46,9% terhadap kepuasan masyarakat. Variabel ini juga berpengaruh signifikan terhadap kepuasan masyarakat sehingga hubungan antara variabel X5 dengan Y adalah
terima H1, artinya keamanan dan kenyamanan berpengaruh secara signifikans terhadap kepuasan masyarakat (Hipotesis ke-5 = Terima H1). Makin baik keamanan dan
makin nyaman lingkungannya maka semakin tinggi kepuasan masyarakat.
6.
Pengaruh Semua Variabel Bebas Secara Simultan dengan Kepuasan Masyarakat
Berdasarkan analisis ragam diketahui bahwa terdapat variabel-variabel Kemudahan Pelayanan (X1), Kemampuan Petugas (X2), Biaya Pelayanan (X3), Ketersediaan
Obat (X4) dan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan (X5) yang berpengaruh
signifikans terhadap Kepuasan Masyarakat (Y). Namun demikian pengujian yang
lebih terperinci dilakukan melalui uji parsial terhadap semua variabel bebas.
Semua variabel bebas berpengaruh positif terhadap kepuasan masyarakat dan
semuanya berkontribusi linier terhadap pembentukan persepsi kepuasan masyarakat.
Berdasarkan hasil uji parsial diketahui bahwa variabel X2, X4dan X5 berpengaruh
signifikans terhadap kepuasan masyarakat (Y) namun variabel X1 dan X3 tidak berpengaruh signifikans terhadap kepuasan masyarakat (Y). Dengan demikian hipotesis
ke-6 yang menyatakan bahwa semua variabel bebas berpengaruh signifikans terhadap
kepuasan masyarakat tidak terpenuhi atau Terima H0 (Hipotesis ke-6 = Terima H0).
Bentuk hubungan antara 5 variabel bebas (X1, X2 , X3, X4 ,X5) dan variabel terikat
(Y) dalam penelitian ini digambarkan melalui persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 0,979 + 0,119X1+ 0,171X2 + 0,029X3+ 0,219X4 + 0,250X5 (R2=0,521)
Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat terlihat bahwa semua variabel
bebas berpengaruh positif terhadap variabel bebas, artinya makin mudah pelayanan
(X1), makin baik kemampuan petugas (X2), makin sesuai biaya pelayanan (X3), makin
baik ketersediaan obat (X4) dan makin baik keamanan dan kenyamanan lingkungan
(X5) maka semakin tinggi kepuasan masyarakat (Y).
Keeratan hubungan antara kepuasan masyarakat dengan kemudahan pelayanan,
kemampuan petugas, biaya pelayanan, ketersediaan obat dan keamanan dan kenyamanan lingkungan hanya 52,1% sementara sisanya belum dapat dijelaskan.
86
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Indek Kepuasan Masyarakat
1)
Nilai rata-rata varibel bebas
Gambar 5.3. Nilai kepuasan masyarakat pada setiap pertanyaan
Keterangan Gambar: Kemudahan Pelayanan (X1) terdiri 7 pertanyaan, Kemampuan Petugas (X2) terdiri dari 5 pertanyaan, Biaya Pelayanan (X3) terdiri dari
5 pertanyaan, Ketersediaan Obat (X4) terdiri dari 5 pertanyaan, Keamanan dan
Kenyamanan (X5) terdiri dari 5 pertanyaan dan Kepuasan Masyarakat terdiri dari 4
pertanyaan.
Berdasarkan metode ini diperoleh nilai rataan untuk varibel Kemudahan Pelayanan sebesar 4,12 dengan mutu B, nilai rataan untuk variabel Kemampuan Petugas
sebesar 4,18 dengan mutu B, nilai rataan untuk variabel Biaya Pelayanan sebesar 4,10
dengan mutu Baik, nilai rataan untuk variabel Ketersediaan Obat sebesar 4,20 dengan
mutu A dan nilai rataan untuk variabel Keamanan dan Kenyamanan sebesar 4,03
dengan mutu B. Nilai rata-rata untuk kelima variabel tersebut adalah 4,13 dengan
mutu B dan tingkat kinerja Baik. Data selengkapnya disajikan dalam Tabel 5.8.
2)
Nilai rata-rata varibel terikat
Kepuasan masyarakat merupakan variabel bebas yang ditentukan berdasarkan
kuesioner kepuasan masyarakat (Y). Kuesioner ini tersusun dari 4 buah pertanyaan
yang mencerminkan kepuasan masyarakat yaitu kembali memanfaat fasilitas kesehatan, merekomendasikan pada kolega, membantu menyebarkan informasi dan turut
berpartisipasi. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner kepuasan masyarakat diperoleh
nilai kepuasan masyarakat sebesar 4,24 dengan mutu A dan tingkat kinerja Sangat
Baik. Data selengkapnya disajikan dalam Tabel 5.8.
3)
Nilai kepuasan masyarakat berdasarkan persamaan regresi
Hubungan antara 5 variabel bebas (X1, X2 , X3, X4 ,X5) dengan variabel terikat
(Y) digambarkan melalui persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 0,979 + 0,119X1+ 0,171X2 + 0,029X3+ 0,219X4 + 0,250X5
Perhitungan variabel-variabel bebas menggunakan persamaan regresi tersebut
diperoleh nilai kepuasan masyarakat sebesar 4,23 dengan mutu A dan tingkat kinerja
Sangat Baik, seperti terlihat pada Tabel 5.8.
Widi Utami & Ahmad Alim, Pengaruh Dimensi Kualitas Pelayanan Puskesmas...
87
Tabel 5.8. Nilai kepuasan
masyarakat
pada puskesmas
S. 7Parman
7
=
7
7
%):1)*-4
-5=,)0)68-4)@)6)6
-5)58=)68-<=/);
1)@)8-4)@)6)6
-<-:;-,1))67*)<
-)5)6)6,)6 3-6@)5)6)6
-8=);)65);@):)3)<
)-:,);):3)6>):1)*-4*-*);
*-:,);):3)63=-;176-:
+-:,);):3)6:-/:-;1
"15*74
'
'
'
'
'
14)1
=<=
16-:2)
)13
)13
)13
")6/)<)13
)13
(
(
(
)13
")6/)<)13
")6/)<)13
Sumber: Data yang diolah
Perhitungan nilai kepuasan masyarakat menggunakan nilai rata-rat 5 variabel
bebas, hasil kuesioner dan persamaan regresi diperoleh nilai yang berbeda, masingmasing 4,13; 4,24 dan 4,23. Nilai ini berada di sekitar titik perpindahan antara
mutu B dan mutu A dengan kinerja unit pelayanan antara Baik dan Sangat Baik,
sehingga kesimpulan akhir tentang nilai kepuasan masyarakat menggunakan tiga
cara yang berbeda diperoleh kesimpulan yang berbeda pula. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa nilai mutu pelayanan dan kinerja unit pelayanan puskesmas S.
Parman Banjarmasin adalah Baik sampai Sangat Baik.
Pada Gambar 5.4. ditunjukkan bahwa nilai variabel bebas cenderung berfluktuasi. Variabel ketersediaan obat (X4) memberi nilai tertinggi sementara itu variabel
keamanan dan kenyamanan lingkungan (X5) memberi nilai paling rendah. Dalam
interval skala penilaian, variabel X4 memasuki mutu A dengan kinerja Sangat Baik,
sedangkan keempat variabel lainnya hanya mempunyai mutu B dengan kinerja Baik.
Dengan demikian pasien puskesmas S. Parman sangat mendambakan kualitas obat,
sebab dengan kualitas obat yang baik maka tingkat kesembuhan penyakit menjadi
lebih tinggi.
Gambar 5.4. Nilai variabel bebas dan nilai kepuasan masyarakat
Nilai kepuasan masyarakat yang dihitung berdasarkan tiga cara berbeda juga
menunjukkan hasil yang berbeda pula. Perhitungan berdasarkan nilai rata-rata variabel
bebas hanya memberikan nilai 4,13 dengan mutu B dan kinerja Baik sedangkan
88
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
berdasarkan perhitungan hasil kuesioner serta persamaan regresi diperoleh nilai masing-masing 4,24 dan 4,23 dengan mutu A serta kinerja unit pelayanan Sangat Baik.
4)
Pengaruh jenis kelamin terhadap kepuasan masyarakat
Responden dalam penelitian ini terdiri dari 50 orang pasien laki-laki dan 50
orang pasien perempuan. Nilai kepuasan pasien yang dibedakan berdasarkan jenis
kelamin disajikan dalam Tabel 5.9. Berdasarkan hasil uji beda rata-rata diperoleh
nilai t hitung sebesar 0,95 < t (n-1;0,05)=2,01 sehingga terima H0, yaitu tidak terdapat
perbedaan tingkat kepuasan antara pasien laki-laki dan pasien perempuan.
Tabel 5.9. Perbedaan nilai kepuasan masyarakat antara pasien
laki-laki dan perempuan
Sumber: Data yang diolah
Secara kuantitatif terdapat perbedaan nilai kepuasan masyarakat antara pasien laki-laki dan pasien perempuan. Kepuasan masyarakat lebih banyak terjadi pada
jenis kelamin laki-laki dengan nilai 4,13 sementara itu jenis kelamin perempuan
hanya 4,12 (berdasarkan variabel bebas) atau 4,26 untuk laki-laki dan 4,21 untuk
perempuan (berdasarkan pengakuan). Berdasarkan Tabel 5.12. dapat diketahui pula
bahwa kepuasan terhadap kemampuan petugas, ketersediaan obat dan keamanan
serta kenyamanan lebih banyak terjadi pada pasien laki-laki, sementara itu kepuasan
terhadap kemudahan pelayanan dan biaya pelayanan lebih banyak terjadi pada
pasien perempuan. Namun kesimpulan dari semua data tersebut adalah tidak terdapat
perbedaan kepuasan masyarakat antara pasien laki-laki dan pasien perempuan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1)
2)
3)
4)
Kemudahan pelayanan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kepuasan masyarakat
Kemampuan petugas berpengaruh positif serta signifikan terhadap kepuasan masyarakat
Biaya pelayanan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kepuasan masyarakat
Ketersediaan obat berpengaruh positif serta signifikan terhadap kepuasan masyarakat
Widi Utami & Ahmad Alim, Pengaruh Dimensi Kualitas Pelayanan Puskesmas...
5)
6)
7)
89
Keamanan dan kenyamanan lingkungan berpengaruh positif serta signifikan terhadap
kepuasan masyarakat
Semua variabel bebas berpengaruh positif namun tidak semuanya signifikan terhadap
kepuasan masyarakat
Indek kepuasan masyarakat pada puskesmas S. Parman Banjarmasin mempunyai
mutu A sampai B dengan kinerja unit pelayanan Baik sampai Sangat Baik.
Saran
1)
2)
Puskesmas S. Parman hendaknya meningkatkan kemudahan pelayanan agar masyarakat mendapatkan kepuasan yang lebih baik pada saat berobat.
Prosedur operasional standar tentang pelayanan pasien hendaknya dibuat serta disosialisasikan pada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Profil Kesehatan Kota Banjarmasin 2010. Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin Tahun 2010.
Anonim. 2004. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25
Tahun 2004.
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta.
Azwar, A. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan Aplikasi Prinsip Lingkaran
Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas Cetakan II,. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
(BPS) Badan Pusat Statistik. 2010. Publikasi BPS, Berita Resmi Statistik Badan Pusat
Statistik Republik Indonesia. http://www.bps.go.id.
Cascio W.F. 1992. Managing Human Resources : Produktivity, Quality of Worlife and
Profits. McGraw-Hill, Inc, New York.
Dayasiri, MBKC. 2010,“Predictors of Patient Satisfaction With Quality of Health Care in
Asia Hospitals” Australasian Medical Journal (Online) September 18, 2010
Dwiyanto et.al. 2002. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, diterbitkan Pusat Studi
Kependudukan dan Kebijakan UGM, Galang Printika, Yogyakarta.
Gasperz V. 1997. Manajemen Kualitas Dalam Industri Jasa, PT. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Menpan. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128/Menkes/sk/II/2004 tgl 10
Februari 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Lampiran.
Depkes RI.Jakarta.2004 : 5
Masri, S. Sifian, E. 1989. Metode Penelitian Survey,. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan
Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta. 1989.
Moenir. 2002. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta. Ghalia Indonesia.
Mote F. 2008. Analisis indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik. Tesis
Program Pascasarjana Ilmu Administrasi Universitas Diponegoro, Semarang.
90
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Nurbaity A. dan Martin. 2009. “Pengaruh harga dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan
pasien rawat inap di RSU Deli Medan”. Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor
1, Januari 2009: 21 – 24
Parasuraman A, Valarie A., Zeithaml & Leonard L. Berry. 1994. “Reassesment of
Expectation As A Comparison Standart In Measuring Servive Quality: Implications
For Futher Research”. Journal of Marketing, Vol 58, pp 111-124.
Sodani,P.R. Kumar,R.K., Srivastava,J.1 and Sharma,L.2008.” Measuring Patient
Satisfaction: A Case Study to Improve Quality of Care at Public Health Facilities”
Indian J Community Med. 2010 January; 35(1): 52–56.
Sahyuni R. 2009. Kepuasan kerja karyawan, analisis SWOT dan rencana strategik
pengembangan sumber daya manusia untuk meningkatkan pelayanan di RSUD
H. Abdul Aziz Marabahan, Kalsel. Tesis Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang.
Solikhah. 2008. ”Hubungan kepuasan pasien dengan minat pasien dalam pemanfaatan
ulang pelayanan pengobatan”. Jurnal Manajerial Pelayanan Kesehatan Vol.11 No.2
Juni 2008.
Subekti D. 2009. Analisis Hubungan Persepsi Mutu Pelayanan Dengan Tingkat Kepuasan
Pasien Balai Pengobatan Umum Puskesmas Di Kabupaten Tasikmalaya.Tesis
Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan. Universitas Diponegoro Semarang.
Supardi. 2008. Hubungan Antara Persepsi Mutu Pelayanan Pengobatan dengan Kepuasan
Pasien di Balai Kesehatan Karyawan Rokok Kudus (BKKRK)
Tesis Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan Universitas Diponegoro Semarang.
Thoha M. 2004. Administrasi Negara dan Kualitas Pelayanan Publik. Jurnal Ilmu Administrasi dan Kebijakan Publik. MAP-UNDIP, Semarang.
Tjiptono F., 2002. Manajemen Jasa. Cetakan ketiga. Penerbit Andi, Yogyakarta
Trimurty I. 2008. Analisis Hubungan Persepsi Mutu Pelayanan Dengan Minat Pemanfaatan
Ulang Pelayanan rawat Jalan Puskesmas Pandanaran Semarang. Tesis Program
Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan. Universitas Diponegoro Semarang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Warella, Y. 1997, Administrasi Negara dan Kualitas Pelayanan Publik Pidato Pengukuhan
jabatan Guru Besar Madya ilmu Administrasi Negara
Universitas
Diponegoro.
Zeithaml. 1990. Delivering Quality Services : Balancing Customer Perceptions and
Expectations. The Free Press, A Division of Macmillan Inc., New York.
DUCK (Anas platyrhincos Borneo) CULTIVATION
IN HULU SUNGAI UTARA SOUTH KALIMANTAN
(OVERVIEW OF MARKET, HUMAN RESOURCES AND
FINANCING)
M. Riza Firdaus, Ade Adriani, A. Yunani,
Akhid Yulianto, Antonius G.S, Syahrituah S.
(Universitas Lambung Mangkurat)
ABSTRACT
Given Alabio ducks ( Anas platyrinchos Borneo ) is a commodity that can be
developed on wetlands , the study aims to illustrate the potential and development
of duck farms that can be relied upon by the provincial government in making
policies for the advancement of this duck commodities , especially in the aspect
of markets , human resources , and financial aspects . These three aspects
have been given the results of several previous studies that the three aspects
mentioned this is still an issue in the development of duck and production
results . Hulu Sungai Utara as duck production centers serve as a test site .
Qualitative analysis of the domain and toksonomi method used as a tool in
analyzing the data of this study . The results show : First , aspects of financing
shows that the business is viable and profitable , especially on a large scale .
Second , the market requires a lot of innovation in creating related products.
Third , explain aspects of human resource regeneration is still a problem and
also the managerial constraints such as planning , standardization and quality
in all phases .
Keywords:
Ducks Alabio, Financial Aspects, Aspects of Market and Marketing, Human
Resource Aspects
ABSTRAK
Mengingat itik Alabio (Anas platyrinchos borneo) merupakan komoditas
unggulan yang dapat dikembangkan di lahan basah, maka penelitian ini
bertujuan untuk menggambarkan potensi dan pengembangan peternakan
itik yang dapat dijadikan dasar oleh pemerintah provinsi dalam membuat
kebijakan-kebijakan bagi kemajuan komoditas itik ini, terutama dalam aspek
pasar, sumber daya manusia, dan aspek finansial. Ketiga aspek ini dipilih
91
92
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
mengingat hasil dari beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa ke
tiga aspek inilah yang masih menjadi masalah dalam pengembangan ternak
itik dan hasil-hasil produksinya. Kabupaten Hulu Sungai Utara sebagai sentra
produksi itik dijadikan sebagai lokasi penelitian. Analisis kualitatif dengan
metode domain dan toksonomi digunakan sebagai alat dalam menganalisis
data penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan : pertama, aspek pembiayaan
memperlihatkan bahwa usaha ini layak dan menguntungkan terutama dalam
skala besar. Kedua, pasar membutuhkan banyak inovasi dalam menciptakan
produk terkait. Ketiga, aspek sumber daya manusia menjelaskan regenerasi
yang masih menjadi masalah dan juga adanya kendala manajerial seperti
perencanaan, dan standarisasi mutu dalam semua tahap.
Kata Kunci :
Itik Alabio, Aspek Keuangan, Aspek Pasar dan Pemasaran, Aspek Sumberdaya
manusia
Introduction
The development of excellent product is important for improving the economy of the
region and also the people especially in South Kalimantan. This claim can be derived from
the characteristics of the excellent product such as labor intensive, local content and culture
compatibility. Labor intensive is related to the absorption of labor force in the region. Local
content is indicated by multiplier effect of the product in developing production stability
and complementary to other industry. Culture compatibility guarantees that the culture
supports and suitable for the product development. All is significant to contribute in poverty
alleviation of South Kalimantan.
Hulu sungai utara (HSU) is one of the regency in South Kalimantan that has
potential. The potential is duck cultivation. The duck is local duck namely Alabio Duck
(Anas platyrhincos Borneo). This fowl is cultivated and cared due to tradition and soil
structure. The tradition of duck husbandry is rooted from ancestor. HSU has many people
that competence in choosing egg and identifying sex of the duck (age1-7 days) for breeding
matter. HSU actually can be categorized as valley 89%. Two characteristics are suitable
for duck husbandry as habitat and natural competence. Also it is an opportunity to improve
economy from such fowl. Alabio duck is producing egg and meat poultry. The meat is
derived from duck that had stopped producing egg. So continuity and improvement of such
business is really contributing to the economy especially poverty alleviation.
There are many products than can be created from the duck besides egg and poultry.
The other products are as follow salted egg, boiled egg, duck jerky, shredded and sausage.
Handicraft is also possible from eggshell. Feces of the duck also can be a fertilizer. Duck
rice restaurant business is also rife in the area of South Kalimantan. It means that many
opportunities are exist whether to sell directly or next production.
Problem that face the husbandry is also still existing. Rohaeni and Rina (2011)
mention problems expensive feed and fluctuation of its availability and price, disease and
M. Riza, Ade, Yunani, Akhid, Antonius & Syahrituah, Duck (Anas Platyrhincos Borneo)...
93
seed. More Saleh (sentraukm, 2012) adds problems related such as traditional care, superior
seed, knowledge of livestock. Suryana (Deptan, 2011) specifically categorise problems
as follows seed standardisation, quality stud down, weak recording of production and
inadequate post-harvest handling.
Previous describe at least three main problem market, human resource and financing.
Market is related to the potential and supply side. Human resources is covering traditional
care, managerial skill and anticipation of desease. Financing is conected to the expensive
feed and fluctuation of seed and feed price. Financing also exist due to lack of collateral
of the breeder. Therefore it is necessary to verify and evaluate the duck business in Hulu
Sungai Utara. The result will be important to increase the business and consequently the
people economy.
Methods
This research is a qualitative study using descriptive verivicative. The goal is a portrait
of the phenomenon in general with the hope of many important things that have not been
optimized to be found.
The population is a whole duck farmers in the HSU district. However, the informants
are some key people with purposive sampling. For comparison the lower and middle level
farmers will be taken as an informant. Saturation level factors will determine the number
of informants that included
The types of data used are primary and secondary data. Primary data associated with
the data directly from the informant. Informant is evaluated in term of education, revenue,
skill and related. Secondary data derived from many research results, official documentation
and local government programs.
The data collection technique is documentation as well as interviews and focus
group discussion (FGD). Documentations relate to official program implementation and
outcomes, also external research. In-depth interviews were conducted with key informants,
and community related. FGDs were conducted with key people in the Department of
Animal Husbandry.
The technique used is the domain analysis and taxonomic. Domain is associated with
the basic dimensions of selected aspects. Taxonomic associated with the selected criteria.
Validity is verified by constantly evaluating the dimensions of the field and its
additional issue. Key informants are crucial regarding additional issue. Reliability is done
by triangulation. Various key informants statements are compared with other evidence.
Various general opinions from various fields will be used to strengthen the analyses of the
aspects discussed.
Aspects of Market seek to identify the current state and future potential. Current
condition is important to see the extent of penetration of products. Potential future provides
identification of possible opportunities. The aim is the continuity of the product and the
future development efforts. The results of the market review is in the form of products of
existing and future potential, the potential and the development of demand and supply, and
position the product in its life cycle.
94
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Marketing is an important aspect. Rate of interest is understood through the understanding of aspects of consumer behavior both now and in the future. Knowledge of
complementary products or product substitution is also a range of identification. Marketing
mix consists of product, place, promotion, price was also evaluated. This means that
marketing will be easier to determine a strategy for the product to be widely accepted.
Human resources are an important source. Creation, innovation and anticipation of the
constraints and opportunities is only done by humans. Aspects of expertise, empowerment,
and synergy are the three key points in the business is trying to be seen in this study.
Hopefully all could be a force to maintain and grow existing business.
Financing aspect is urgent because it is the blood of business. Identification of some
models of financing is essential to cope with sudden or long-term purposes. Patterns of
coordination and synergy of various stakeholders in the financing is needed. Funding to
support business continuity and development will be an important task of identification.
Financial feasibility analysis is used to explain the potential of duck farming financing
aspects, which saw the level of cultivation of breeding ducks in delivering profitability,
revenue and added value for farmers.
Financial Analysis (Financial) is an analysis that compares the costs with revenues
generated, in order to determine whether a business will be profitable. Financial feasibility
analysis use cash flow (cash flow) over the life of the investment (the cage, tools, duck
productive). Appraisals are in 2 ways:
1.
Using discounted criteria (criteria discount): NPV (net present value)
and IRR (internal rate of return)
2.
undiscounted criteria (non-discounted criterion), does not include time value
of money (time value of money): R / C (revenue cost ratio), and IFC (income
over feed cost)
Net Present Value (NPV)
NPV is the difference between the present value of the benefits and the present value
of the costs. An otherwise profitable venture if the NPV value is greater than zero. NPV is
zero, meaning no profit or loss of business. The business is loss when NPV lower than zero.
The formula to calculate the NPV is as follows:
n
Bt - C t
NPV = ∑ -------------------------t-1
(1 + i)t
NPV = Net Present Value until year-t
n
= effort period (year)
t
= year
Bt = Revenue year -t
Ct = cost year-t
i
= Interest rate/ year
Criteria :
NPV > 0 ; the business is feasible and profitable.
M. Riza, Ade, Yunani, Akhid, Antonius & Syahrituah, Duck (Anas Platyrhincos Borneo)...
95
NPV < 0 ; the business is not feasible.
NPV = 0 ;the business is zero profit.
Internal Rate of Return (IRR)
IRR or internal rate of return is the discount rate when NPV is zero. IRR indicates the
profitability of a business each year and demonstrates the ability of the business to restore
lending. If the IRR of a business is greater than or equal to the discount rate, it can be said
to be well worth the effort. If the IRR is less than the applicable discount rate, then the effort
is not feasible. Seeking IRR formula is as follows:
NPV
IRR = I1 + ( I2 – I1 ) X --------------------IRR
I1
I2
NPV1
NPV2
=
=
=
=
=
NPV1 - NPV2
Internal Rate of Return
lower interest
higher interest
Value of NPV higher (positif)
value NPV lower (negatif)
R/C (revenue cost rasio)
Revenue-cost ratio or the ratio of revenues and costs of a venture capital invested
demonstrate the ability to generate revenue. If the value of R / C is greater than one, indicating
that the business is profitable. If the value of R / C is equal to 1, then the business is not profitable
and no losses, and the edge value R / C lower than 1, indicating that the loss of business.
Formulas R / C is as follows:
Revenue
R / C = ---------------Cost
PBP (Pay Back Period)
PBP is to calculate how fast the time required to recover the investment and working
capital planted in a business. Venture is feasible if the value of PBP shorter than the time
required. Meanwhile, if PBP longer than the required activities is not feasible.
Results and Discussion
HSU with an area of 892.7 km2 is one of the districts in South Kalimantan Province,
where the total area that is mostly made up of low-lying land was flooded by the stagnant
swamp either monotonically or are flooded periodically, with a general form of river waters
and swamp 54 129 2323 Ha.
HSU as the location of the research, preservation ducks has led to the development
of specialized models, i.e. nurseries (hatchery), breeding and egg consumption (laying) and
business enlargement drake for broiler / dara duck (rearing) . Consumed eggs produced
are marketed through merchants associations that are in the market. Hatching eggs usually
96
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
hatched by incubator machine and traditionally to meet the needs of seeds and a small portion
is sold to farmers in the vicinity. The resulting ducklings were selected and maintained as
the egg producer.
One type of duck is often cultivated types laying ducks are Alabio ducks (Anas
platyrhynchos Borneo). Ducks Alabio This is one kind of poultry native to Indonesia which
is a commodity with high egg production and need to be preserved as a source of plasma
nuftah to be further developed to support people’s income (South Kalimantan Provincial
Livestock Office, 2012). Ducks Alabio by the farmers in the district of HSU is the name of
the local ducks “duck(itik) banar” which was developed in accordance with the marketplace
of the ducks, the Alabio market the capital distric of Sungai Pandan but it also is one of
the genetic resources of the famous as a superior type of laying ducks in the area of South
Kalimantan.
Duck rearing in HSU initially preserved in swamps, rivers or rice paddies. Traditionally
duck alabio preserved swampland that is widely available in South Kalimantan province,
particularly in the HSU preservation system called Lanting system. In the marshy area that
purports feed ducks alabio obtain water snail (pronounced kalambuai in Banjar language)
as a source of protein and sago or bran as a source of calories. But now keep pace with
the world’s livestock, the duck rearing had been left in the district and Upper North River
preservation duck done with intensive and semi-intensive rearing scale from 500 to 5,000
pieces / breeder.
According Setioko (2007) duck raising efforts can be generally grouped into three,
namely 1) a small scale, the ducks are kept less than 500 head with traditional maintenance
system or removed in wetlands or fields, 2) moderate scale, with the number of ducks are
kept 500-5000 tail / breeder, and 3) a large scale, with the number of ducks that kept more
than 5,000 head / breeder with system maintenance intensive. But there is also a breeder in
HSU ducks maintain a semi-intensive, with the scale 25-200 tail / head of the family. Ducks
are released and feeded with additional food such as snails / kalambuai and dried fish to
improve egg yolk color. In intensive care, the scale ranges from 200-7000 ownership tail /
head of household with feeding 2-3 times a day. Feed consists of commercial feed, mixed
bran, rice, sago, dried fish, snails / slugs / kalambuai, and marsh vegetation / algae / water
hyacinth.
Duck in the district HSU has a very important meaning for the community because it
not only as a source of protein, but also as a source of income and employment opportunities.
Duck population in 2011 reached 1,339,202 HSU District tail with a growth of 4.37% (from
the year 2010 amounted to 1,280,591). Duck population in North River Hulu spread over
10 districts (Table 1) where duck populations were highest in the South Amuntai sub (HSU
Department of Animal Husbandry, 2011).
M. Riza, Ade, Yunani, Akhid, Antonius & Syahrituah, Duck (Anas Platyrhincos Borneo)...
97
Table 1
Population of Poultry Ducks At Hulu North River
year 2011
No
District
Total Ducks
(%)
1.
Danau Panggang
187.411
14
2.
Paminggir
4.206
0,3
3.
Babirik
194.834
14,5
4.
Sungai Pandan
209.157
15,6
5.
Sungai Tabukan
102.173
7,63
6.
Amuntai Selatan
280.533
20,9
7.
Amuntai Tengah
201.477
15
8.
Banjai
51.050
3,81
9.
Amuntai Utara
63.712
4,75
10.
Haur Gading
44.649
3,51
Jumlah
1.339.202
100%
Source : Dinas Peternakan Kab. HSU, (2011).
Duck eggs produced than is used for consumption are also used to produce ducklings
as seeds. Duckling production centers in the South Kalimantan Mamar village, District of
North Amuntai, HSU. Ducklings produced ranges between 50000-60000 / week Alabio
marketed in the market every Wednesday. Ducklings produced to meet consumer demand
in almost all areas of South Kalimantan, some even brought out of the province such as
Central and East Kalimantan
Contribution Alabio ducks in supporting the economy, particularly the duck farmers in
the province of South Kalimantan Alabio including its role as a provider of poultry eggs and
meat as well as seeds, were significantly increased in recent years (Department of Animal
Husbandry Reg. South Kalimantan, 2012). This has become a material consideration in
the potential success of development efforts alabio duck. Data from the Animal Husbandry
Department of South Kalimantan (2012) showed that in 2011 the contribution of duck
eggs to egg production poultry in South Kalimantan at 40.85%. As for the contribution to
the total production of duck meat poultry meat production in 2011 in South Kalimantan
by 3.46% and the contribution of meat production to total production of duck meat (large
livestock, small and poultry) of 2.82%. According to Zuraida (2004) contribution to the
total revenue alabio duck family duck breeders alabio by 58%, and 46.81 to 52.80% is
the main livelihood Alabio duck farmers, particularly in the district of HSU, Hulu sungai
tengah (HST) and Hulu sungai selatan (HSS) and 47.50% in the district of Tanah Laut.
The role of ducks alabio not only as a source of food that produces faster (quick
yielding) (Solihat et al, 2003) but more importantly it is a source of income breeders
98
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
(Hamdan et al, 2010), create jobs and increase the consumption of animal protein for
farmers and communities (Jarmani and Sinurat, 2004)
Aspect of Financing
Potential duck farming financing aspects of the review carried out with financial
feasibility analysis will be used to view and explain the level of cultivation of breeding
ducks in delivering profitability, revenue and added value for farmers. Calculation of
the financing aspect for value Internal Rate of Return (IRR) in this study draws for were
maintenance intensive duck with a large scale with the number of 10,000.
From the calculation of the financial aspects it is clear that duck farming alabio
feasible at a commercial rate, which a positive NPV, the value of Benefit / Cost ratio is
equal to 1.87 means that these investments have the benefit of the revenue obtained 1.87.
The results of the calculation of Internal Rate Of Return (IRR) the rate of 17.1%
which is greater than the interest rate on bank deposits 12 months, amounting to 6.25%.
This means that investment in more profitable businesses duck when the funds deposited
in the form of deposits. By using the parameters of financial payback period (the period
of taking stock) breeding ducks in HSU also suggests criteria feasible, capital was able to
return at the end of the 4th year or exactly 4 years 1 month.
The results of field observations to the duck farmers in the HSU district shows that
in terms of capital already present capital assistance through the Food Security and Energy
Credit (KKP-E) Livestock, which investani credit or working capital funds provided by
the Bank executing the farmers / ranchers through livestock farmer groups by executing
distribution patterns and sources of funding 10% of the banks and the risks borne by banks,
and for the HSU district executive bank is Bank Rakyat Indonesia Branch Amuntai
Food Security and Energy Credit (KKP-E) The ranch has a very low interest rate,
which is the interest paid by the farmer participants CTF-E is only 6% per year with a
credit period adjusted for the business cycle or a maximum of 3 (three) years. Loan size /
maximum ceiling for each breeder Rp.50.000.000 and is intended also for other businesses
outside of duck farms
Requirements to access CTF-E Ranch is also very easy to include at least 21 years
farmers or was married and had identity cards (KTP), registered and active as a member
of the livestock farmer, owning a farm that commodities financed LTO-E, do not have a
loan from any party and has collateral in the form of certificates / BPKP / Physical Mastery
certificate.
In 2011, according to the Secretary of Department of Animal Husbandry and Fisheries
HSU (as informants) venture capital strengthening activities through KKP-E Ranch
running properly and smoothly. KKP-E were distributed in 2011 was Rp 1,445,845,200, (one billion four hundred and forty-five million eight hundred and forty-five thousand two
hundred). Recent data suggest that the Bank Rakyat Indonesia (BRI) provides assistance
through loans of 2.5 billion Food Security and Energy (NOA-E) Livestock to 16 groups of
farmers / livestock with 1-year return period
M. Riza, Ade, Yunani, Akhid, Antonius & Syahrituah, Duck (Anas Platyrhincos Borneo)...
99
Another aspect of potential capital financing is the presence of the activities of the
Institute for Self-rooted in society (LM3) Directorate General of Livestock and Animal
Health Department of Agriculture in the Upper North River District, which in 2011 had
allocated capital facility agribusiness duck on Ikhsanul Charitable Foundation Alabio sungai
sandung village of sungai Pandan district stumbled Rp 100,000,000, - (one hundred million
rupiah) (Department of Animal Husbandry and Fisheries HSU County Government, 2012).
Social assistance funds transferred directly into account LM3 then managed as the
business capital for Business Plan Activities (RUK), ie for the purchase of cattle alabio
duckling alabio females and males, the manufacture of cages and equipment, purchase of
concentrate feed, medicines medicines, vitamins, vaccines, and other expenses.
Aspect of Market:
Seen in the above table an increasing number of duck populations are maintained
by farmers. Despite the increasing number of population but the field interviews indicate
that farmers who do a seed hatcheries are still not able to meet consumer demand for child
nursery. This means that the request (demand) seedlings ducks (DOD) is still higher than
the offer (supply), so the potential demand for duck eggs and seeds are still wide open.
Table : Duck Population in HSU Year 2008 - 2011
Year 2008
Year 2009
Year 2010
Year 2011
1.216.197
1.254.252
2.280.591
1.339.202
Source : Dinas Peternakan Pemprov Kalsel
Development: how to avoid a lot of duck jerky, duck meat in cans technologies (such
as beef cornet), use duck feathers for pillows.
In the future there is no duck certification; this time selling out of the area should
be quarantined. Breeders are facing difficulties regarding administrative quarantine heavy.
Additional cost will exist when handed to the other. If enough education, there would be no
problem for administrative affairs like this.
For PLC ducks are in the adult stage early / growth maturity (Fandy, 1998). It can be
seen from the following characteristics: First, the relatively stable sales topped sales. This
is reflected in the large number of more demand than supply, thus allowing other kinds of
ducks to duck Alabio meet demand. Ducks another type that acts as a substitute of the ducks
is ducks Alabio Serati, Peking duck, and ducks Bali / Java. Consumers want a duck Alabio
but because no stock they want then they end up taking another duck that Peking duck,
duck Serati, or duck Java / Bali to fulfill their wishes are.
Second, competitors are numbers. Most residents in the village of Mamar for example,
participate in conducting hatching. Eggs Raising developed in almost all districts, especially
in Sub Babirik, Sungai Tabukan and Sungai Pandan. Raising enlargement developed in the
sub Babirik, Pandan River, River Tabukan, Bake Lakes and Northern Amuntai. Nurseries
developed in the South Amuntai district, Sungai Pandan, Sungai Tabukan. Processing
100
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
developed in the sub-region and Central Amuntai Sungai Pandan. Besides, there is also a
breeder who lives in Barabai Hulu Sungai Tengah not as much as in the HSU. Third, the
price of duck in this situation is very elastic, so the price is a little drop will result in a huge
increase in demand for commodities this duck.
Aspect of Human Resource:
Human resources duck farming businesses in the District of HSU potential both
in terms of numbers and skills and expertise. Actors duck farms are divided into several
activities, namely:
a.
Incubation
b.
Egg Farming
c.
Enlargement
d.
Nursery
e.
Processing
Each of these activities are spread in several areas of cultivation as follow :
a.
Incubation in Mamar village
b.
Egg farming almost in all district, especially in Babirik, Sungai Tabukan dan Sungai
Pandan
c.
Enlargement in Babirik, Sungai Pandan, Sungai Tabukan, Danau Panggang dan
Amuntan Utara
d.
Nursery in South Amuntai, Sungai Pandan, Sungai Tabukan
e.
Processing in Central Amuntai Tengah dan Sungai Pandan
The quality of human resources seen farm businesses of formal education is still low
because the majority of farmers only graduated from elementary and junior high school
education, only few have high school education. Government’s efforts in improving the
quality of human resources and insight improvement and development are to do training
and development both individually and in groups. Counseling is done mainly to increase
the human resource capacity in dealing with livestock diseases, and increase the ability
of livestock product packaging. Other processed products can be duck jerky, crackers
and shredded duck. This product is still weak in quality and product diversification, weak
marketing and less competitive prices.
Although the quality of formal education is still low, but seen from the skills and
expertise in their farming activities have a powerful hereditary skills. It’s just that their
skills more in aquaculture hatcheries, breeding, fattening and cultivation of duck eggs, but
they did not master the ability to farm product processing, marketing and access to capital
in order to develop business
So the problems are perceived farm businesses are capital and technology uptake.
The desired direction of development of the broader access to capital is not only KKPE
(Credit Food Security and Energy) which is channeled in 2012 reached USD 1.5 M in
August through BRI. And direction of development in the future also be pursued with
M. Riza, Ade, Yunani, Akhid, Antonius & Syahrituah, Duck (Anas Platyrhincos Borneo)...
101
certified nursery Based on surveys and interviews with duck farming businesses, it can be
seen in the following table:
Revenue/
Revenue/
Week
Month
10
1.500.000
6.000.000
3
10
1.650.000
6.600.000
40
3
5
1.500.000
6.000.000
SD
38
5
15
1.155.000
4.620.000
Ratna
SD
40
3
10
3.300.000
13.200.000
Anggraini
SLTA
35
2
5
2.475.000
9.900.000
Total
228
18
55
11.580.000
46.320.000
Average
38
3
9
1.930.000
7.720.000
No
Name
Education
Age
Dependent
Age
1
Muhaimin
SLTA
35
2
2
Idi
SLTA
40
3
Hawari
SLTA
4
Barkati
5
6
Overview of human resources based on the results of the survey and interview
respondents the quality of human resources is a good enough high school education were
67% below the rest of high school education. This is consistent with the results of 35
interviews that describe the active in the cattle market by 50% had a high school education
because education is a high school under the old businesses. The average age of farm
businesses is 38 years old and almost all of them are productive ranged between 30-40
years.
Dependents of the respondents on average 3 people with business experience
on average 9 years. Respondents generally carry on a family business that was very
experienced and highly skilled in the field of breeding ducks. Income they handful of duck
farming business is quite diverse namely Rp.4.000.000, - to Rp.15.000.000, - per month.
The magnitude of the average income of the respondents is Rp.7.720.000, - indicates it
is well worth the effort and the potential to become the foundation of the HSU, either as
incubator, laying, fattening and processed farm.
Based on the depth interview can be drawn that almost the entire population of the
village of Mamar (90%) are farmers who incubate the eggs with an income ranging between
Rp. 5.000.000, - to Rp. 15.000.000, - within 40 days. Hatching success rate of 1000 seeds
is 80% (800 x Rp.7500, - = Rp 8.000.000, -) minus Rp. 2.000.000, - for operational costs
(seeds egg Rp 1.500.000, - and auxiliary materials Rp 500,000, -) means it can generate
USD. 6.000.000, - in 40 days is very promising results. Similarly, farmers who keep laying
ducks are also very worthy because if farmers maintain 400 ducks were able to produce
about 300 eggs per day then a week can produce 2100 eggs a price of Rp. 1650, - per seed,
it can generate sales revenue of Rp. 3.465 million, per week. Meanwhile, if you look at the
sales revenue of ducks that have been rejected and the young ducks to eat the home can
generate income of Rp. 1.5 million per week as net profit because of the sale of 500 head x
Rp. 30.000, - per head (Rp.15.000.000 sale - purchase of Rp. 13.5 million, -).
102
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
HR coaching they get from the local government or other agencies is lacking,
especially in terms of marketing training and capital. Judging from the technology and
expertise of the farmers is very adequate.
To increase the productivity of farmers in the region Alabio ducks source stimulus
it needs to be given capital assistance, facilities and infrastructure and the need for the
race and the cattle breeding business competencies so that there is a healthy and improve
quality. The need for fodder development assistance in terms of quantity and quality as
well as the development of alternative feed quality. In ducks Alabio maintenance costs of
feed production reaches 65-70% (Setioko and Rohaeni, 2001). Ability to maintain duck
duck breeders Alabio adjust to conditions and the presence of local wisdom is one factor of
success in the business of breeding ducks, so avoid feeding difficulties and limitations of
the condition of the farm.
Contribution Alabio duck farms in supporting the economy of the people can be seen
in the role of provider of eggs (40.85%), meat (3.46%) and significant duck seedlings.
Alabio duck farmers as the main job and contributed 52.80% of the total family income of
58% of a farm duck shows the magnitude of economic contribution in supporting the family.
The main constraint is the supply of quality seeds, post-harvest handling is not optimal and
sustainable food availability. The advantages are as duck duck Alabio endowment (dual
purpose) as laying and broiler potential with peak egg production reached 92.70% with
a fixed power reaches 79.48% (Suryana and Tiro, 2007) the results of previous studies
showed its validity based on the results of interviews conducted by researchers in the
research survey conducted on November 7, 2012 in HSU.
The existence and role of the Association of Duck Farmers and Merchants should
be increased. institutional and role so as to encourage acceleration of technology transfer
and improving the quality of human resources, supported by the ability and experience
and local wisdom in farm business activities. In order to face the free market then need
germplasm protection for duck Alabio that is special and distinguishes:
1.
Higher egg production
2.
Lower mortality
3.
lower meat stench
4.
High egg hatchability
Recommendations in the development of duck Alabio on HSU is :
1.
Breeding policy targeted and structured to maintain the availability of sustainable
seed
2.
The existence of a good duck breeding guidelines
3.
Developing centers of ducks Alabio
4.
Increasing the supply of quality seeds ducks Alabio
5.
Optimization of institutional and human resource nursery
How to overcome the shortage of human resources in the field of breeding ducks can
cooperate with vocational agriculture to open department / special subjects duck farms,
or hold a short course of duck. Practical lessons about the business also need to be given
as business planning, entrepreneurship, marketing, innovation, finance / accounting basic,
M. Riza, Ade, Yunani, Akhid, Antonius & Syahrituah, Duck (Anas Platyrhincos Borneo)...
103
practical knowledge of modern business and others. Participants also delivered not just duck
farmers, but also include those who have a child aged 17 years or older to attend courses /
education brief in order to increase their levels of knowledge and the establishment of the
business in the future cadre of successors. It is also to foster interest in young people to
manage their businesses with scientific and modern touches. It is understood that young
people tend to be less interested in continuing the business when their parents are still
traditional nuance. In this way is expected in the long run both in terms of human resource
quality of formal and informal pendidikna owned by farmers could increase
Conclusion
Aspect of financing shows that the business is feasible and profitable. This conclusion
can be working when the scale in large. However credit is still shorter than payback period.
Problem of collateral for such low scale business is common.
Aspect of the market in the short term is relatively not so problematic because demand
is higher than supply. For the longer-term innovation and product variety of processed
products derived from duck. Examples of products that still have not been developed as
a pillow of feathers duck, duck meat in cans, creative products from duck eggshell, HSU
souvenirs, such as T-shirts illustrated ducks, key ring, carvings, ornaments, etc.. Integrated
long-term innovation capability will increase with increasing levels of education and
knowledge of the breeder.
Aspect of Human Resource is in problem related to the regeneration. Many youth
can be improved the involvement through education and vocational matter. Education must
cover managerial competence due to lack of quality assurance and managerial dimension.
However, existing generation can be running more success with building association and
assistance of stakeholder such as Bank and Government agency also collaboration among
breeder.
Reference
Alila Pramiyanti, 2008. Studi Kelayakan Bisnis Untuk UKM. Penerbit Medpress. Yogyakarta
Biyatmoko D.2005. Kajian arah pengembangan itik di masa depan. Ekspose Konsultan
Pengembangan Ternak Kerbau dan Itik serta Diseminasi Teknologi Peternakan Tahun
2005; Banjarbaru, 11 Juli 2005. Dinas Peternakan Prov.Kal-Sel.Banjarbaru, 13 hlm
Departemen Pertanian (Deptan), 2011, http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/
p3263074.pdf
Dinas Peternakan, 2012. Rencana Strategis 2008 – 2012. Pemerintah Kabupaten Hulu
Sungai Utara, Amuntai
Eni Siti Rohaeni dan Yanti Rina, 2011, PELUANG DAN POTENSI USAHA TERNAK
ITIK DI LAHAN LEBAK, http://balittra.litbang.deptan.go.id/ prosiding06/ Document37.pdf
104
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Fandy Tjiptono, 1998. Strategi Pemasaran. Penerbit Andi. Yogyakarta
Hamdan,A,R,Zuraida dan Khairudin, 2010. Usahatani Alabio petelur (studi kasus desa
Prima Tani Sungai Durait Tengah Kecamatan Babirik, Kabupaten Hulu Sungai Utara
kalimantan Selatan.Prosiding Seminar Nasional Membangun Sistem Inovasi di
Pedesaan. Bogor, 15-16 Oktober 2009. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian.Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian,Bogor.hlm 256262.
Jarmani S.N, dan A.P Sinurat. 2004. Pengembangan Itik dalam upaya menambah konsumsi
protein hewani dan pendapatan masyarakat. Prosiding Seminar nasional Teknologi
Peternakan Veteriner. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian.Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian,Bogor.hlm 621-627
Khairatul Muqsita, 2011, http://khairaunlam.blogspot.com/2011 /07/ karakteristik-sifatfisik-dan-potensi.html
Laporan Tahunan 2011. Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Amuntai.
Pusat Informasi Beternak Unggas, 2009, http://unggasfarm.wordpress. com/2009/06/27/
menjanjikan-prospek-agribisnis-ternak-itik-di-masa-mendatang-dan-sekarang-2/
Rohaeni ES, dan Tarmudji.1994. Potensi dan Kendala dalam pengembangan peternakan
itik Alabio di Kalimantan Selatan. Warta Penelitian dan Pengemban Pertanian 26
(1):4-6.
Sentra Ukm, 2012, Budaya Itik Petelor, http://www.sentrakukm.com/skim/wub/itk/ kritis.
php
Setioko,A.R (1990). Pemeliharaan Itik Di Indonesia. Balai Penelitian Ternak.Bogor
Solihat S, Suswoyo I dan Ismowati. 2003. Kemampuan performan produksi telur dari
berbagai itik lokal. Jurnal peternakan tropik 3 (1):27-32
Pengaruh Tingkat Keuntungan Pasar, Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, Dan
Tingkat Suku Bunga, Terhadap Return Saham
Industri Food And Baverage
Tahun 2007-2009
Studi Pada Bursa Efek Indonesia
Rina Zulelli
(Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Selatan Banjarmasin)
Meina Wulansari Yusniar
(Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin)
ABTRACT
Return is the profit in the future which is compensation for the risk associated
with the investments made. One instrument is a capital investment in the stock
market. The purpose of this study to examine the effect of macroeconomic
variables (market profit rate, exchange rate, inflation, interest rates) to the Food
and Baverage stock returns.The samples in this study were shares in food and
industrial sectors baverage listed on the Stock Exchange in the period 20072009. Sampling using purposive sampling and obtain samples 17 companies.
Data taken from the financial statements issued by a public company listed on
the Indonesia Stock Exchange (IDX). Analysis of the data in this study using
multiple regression with teory Arbitrage Price Theory (APT).
The results of the study by testing the coefficient of determination (R square)
concluded baverage food and stock returns can be explained by the four
independent variables (macroeconomic Variebel) of 23.3%. F test results in this
study indicate that macroeconomic variables (market profit rate, exchange rate,
inflation and interest rate) as a whole has significant influence.T test results in
this study indicate that the variable profit rate, exchange rate, inflation has no
significant effect, while interest rates have a significant effect on the Food and
Baverage stock returns.
Keywords :
APT, Market Profit Rate, Exchange Rate, Inflation, Interest Rate, Stock Return
ABSTRAK
Return adalah keuntungan di masa yang akan datang yang merupakan
kompensasi atas risiko yang terkait dengan investasi yang dilakukan. Salah
105
106
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
satu instrumen investasi pada pasar modal adalah saham. Tujuan penelitian
ini untuk menguji pengaruh variabel makro ekonomi (tingkat keuntungan
pasar, nilai tukar rupiah, inflasi, tingkat suku bunga) terhadap return saham
Food and Baverage. Sampel dalam penelitian ini adalah saham-saham pada
sektor industri food and baverage yang terdaftar di BEI dalam kurun waktu
2007-2009. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling
dan memperoleh sampel 17 perusahaan. Data di ambil dari laporan keuangan
yang diterbitkan oleh perusahaan publik yang terdaftar di Indonesia Stock
Exchange (IDX). Analisa data dalam penelitian ini menggunakan multiple
regression dengan teory Arbitrage Price Theory (APT).
Hasil penelitian dengan uji koefisien determinasi (R2) menyimpulkan return
saham food and baverage dapat dijelaskan oleh keempat variabel bebas
(Variebel makro ekonomi) sebesar 23.3 %. Hasil Uji F dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel makro ekonomi (tingkat keuntungan pasar, nilai
tukar rupiah, inflasi dan tingkat suku bunga) secara keseluruhan mempunyai
pengaruh signifikan. Hasil uji t dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel tingkat keuntungan, nilai tukar rupiah, inflasi mempunyai pengaruh
tidak signifikan sedangkan tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap return saham food and baverage.
Kata Kunci :
APT, Tingkat Keuntungan Pasar, Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, Tingkat Suku
Bunga, Return Saham
PENDAHULUAN
Industri food and baverage yaitu industri yang memproduksi jenis makanan dan
minuman yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.Industri ini tumbuh
dan berkembang seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia
(www.gapmmi.or.id).Penelitian ini memilih perusahaan food and baverage sebagai obyek
penelitian dengan pertimbangan bahwa industri ini merupakan jenis industri yang cepat
berkembang.Hal ini dikarenakan sektor industri food and baverage bergerak dalam bidang
makanan dan minuman yang merupakan kebutuhan primer masyarakat.
Tahun penelitian mulai dari tahun 2007 sampai 2009. Kurun waktu penelitian tersebut
terjadi krisis ekonomi global yaitu tahun 2008 sampai 2009 (ieg.worldbankgroup). Peristiwa
tersebut dijadikan peneliti untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya pada industri
food and baverage dan apakah semua perusahaan industri food and baverage tersebut tetap
bertahan terhadap segala permasalahan krisis ekonomi global.
Variabel ekonomi makro yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat keuntungan pasar (Return Market), nilai tukar rupiah, inflasi, dan tingkat suku bunga. Fluktuasi
pasar secara berlebihan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi yang disebut
risiko pasar. Fluktuasi pasar biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham
secara keseluruhan (Tandelilin, 2010;103). Penelitian Wahyu (2007) menyatakan pengaruh
Rina Zulelli & Meina Wulansari, Pengaruh Tingkat Keuntungan Pasar, Nilai Tukar...
107
tingkat keuntungan pasar terhadap return saham individual pada industri kertas adalah
positif.
Pentingnya return saham ini sangat terasa saat pengusaha/investor ingin melakukan
investasi maka yang dipikirkan seorang investor adalah memaksimalkan return. Return
akan memotivasi investor untuk berinvestasi dan return merupakan bentuk kompensasi atas
keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukan.
Kondisi nilai rupiah yang kurang stabil, memberikan perasaan cemas kepada investor
untuk menanamkan investasinya. Jika nilai rupiah stabil maka perekonomian dapat berjalan
dengan lancar. Penelitian Puteh (2012) mengemukakan bahwa perubahan nilai tukar (kurs)
berpengaruh negatif terhadap return saham BBRI, AALI, GGRM, TLKM, INTP dan
berpengaruh positif pada return saham MEDC, UNTR, ASII.
Hasil penelitian yang lalu menunjukkan adanya perbedaan hasil mengenai pengaruh
inflasi terhadap return saham. Thobarry (2009), dan Janrattanagul (2009) mengemukakan
hasil penelitiannya bahwa variabel inflasi berpengaruh negatif terhadap return saham.
Hasil ini berbeda dengan penelitian Puteh (2012) yang menyatakan bahwa variabel inflasi
berpengaruh positif terhadap return saham AALI dan GGRM .
Tingkat suku bunga akan berubah seiring dengan perubahan inflasi. Jika tingkat suku
bunga (BI rate) naik maka harga saham akan turun, kegiatan investasi menurun. Karena
orang lebih tertarik untuk menyimpan uangnya di bank yang menawarkan bunga tabungan
dan bunga deposito lebih tinggi. Tingginya suku bunga mengakibatkan pembayaran pada
pinjaman jadi lebih besar. Akibatnya perusahaan akan kesulitan untuk melakukan kegiatan
operasionalnya.Hasil penelitian Thobarry (2009), menyatakan bahwa pengaruh perubahan
tingkat bunga terhadap return saham property adalah negatif. Sementara penelitian Puteh
(2012) menyatakan hasil yang berbeda yaitu adanya pengaruh yang positif dari variabel
tingkat bunga terhadap return saham perusahaan, AALI dan GGRM .
Berdasarkan latar belakang dan research gap, dan untuk mengeksplorasi lebih lanjut
penelitian mengenai return saham dengan variabel-variabel ekonomi makro yaitu tingkat
keuntungan pasar (Return Market), nilai tukar rupiah, inflasi, suku bunga (BI rate), maka
studi ini dilakukan. Perbedaan pada penelitian sebelumnya adalah obyek penelitian yaitu
return sahamnya untuk industri food dan baverage yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
dan tahun penelitiannya yaitu pada tahun 2007 sampai 2009.
Penelitian ini menggunakan model Multiple Regression dengan memakai Arbitrage
Pricing Theory (APT) Roos (1976). Variabel-variabel yang digunakan yaitu: Tingkat
keuntungan Pasar (Return Market), nilai tukar rupiah, inflasi, dan tingkat suku bunga
(BI rate). Harapannya dengan teori tersebut risiko return saham dapat diprediksi dan
memperkecil ketidakpastian yang terjadi sehingga dapat digunakan membantu pengambilan
keputusan pada periode berikutnya.
A.
Perumusan Masalah
1.
Apakah perubahan tingkat keuntungan pasar (Return Market) mempunyai pengaruh
positif pada return saham industri food and baverge
Apakah perubahan nilai tukar rupiah mempunyai pengaruh positif pada return saham
industri food and baverge
2.
108
3.
4.
B.
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Apakah perubahan inflasi mempunyai pengaruh negatif pada return saham industri
food and baverage
Apakah perubahan tingkat suku bunga mempunyai pengaruh negatif pada return
saham industri food and baverage
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pemasalahan yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini diharapkan
dapat memperoleh tujuan sebagai berikut :
1.
Menganalisis pengaruh perubahan tingkat keuntungan pasar pada return saham
industri food and baverage
2.
Menganalisis pengaruh perubahan nilai tukar rupiah pada return saham industri food
and baverage
3.
Menganalisis pengaruh perubahan inflasi pada return saham industri food and
baverage
4.
Menganalisis pengaruh perubahan tingkat suku bunga pada return saham industri
food and baverage
C.
Manfaat Penelitian
1.
Bagi Investor,hasil penelitian ini bisa memberikan kontribusi berupa informasi pada
pengambilan keputusan kegiatan investasi di pasar modal
Bagi manajemen perusahaan, penelitian diharapkan dapat membantu dengan
memberikan informasi untuk dapat mengantisipasi pengaruh perubahan tingkat
keuntungan pasar, perubahan nilai tukar rupiah, inflasi dan perubahan tingkat suku
bunga terhadap return saham dalam pengambilan keputusan perusahaan guna
mengurangi resiko.
Manfaat teoritis yang diberikan berupa paparan mengenai pengaruh tingkat
Keuntungan Pasar, Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, Dan Tingkat Suku Bunga, Terhadap
Return Saham terutama pada Industri Food And Baverage
2.
3.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Landasan Teori
1.
Investasi
Investasi secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha untuk memperoleh
hasil atau keuntungan. Secara luas investasi adalah komitmen dari dana terhadap
suatu asset atau lebih yang akan dipegang untuk beberapa waktu mendatang. Investasi
dapat dilakukan melalui berbagai media investasi seperti pasar uang, pasar modal,
perusahaan reksadana dan perusahaan-perusahaan investasi lainnya.
2.
Alokasi Modal Dalam Keputusan Investasi
Pasar modal dibentuk dengan tujuan untuk memungkinkan terjadinya alokasi
dana yang efisien dari pihak yang kelebihan dana (investor) ke pihak yang kekurangan
dana (emiten). Melalui pasar modal, para investor dimungkinkan untuk melakukan
Rina Zulelli & Meina Wulansari, Pengaruh Tingkat Keuntungan Pasar, Nilai Tukar...
109
diversifikasi, membentuk portofolio, sesuai dengan risiko yang ditanggung dan tingkat
imbal hasil yang diharapkan.Manajer-manajer portofolio berusaha memperoleh
pilihan terbaik antara risiko dan imbal hasil. Keputusan alokasi modal dihadapkan
pada pilihan dalam proporsi dari keseluruhan portofolio yang berada dalam sekuritas
pasar uang yang aman tapi rendah imbal hasilnya atau dalam sekuritas penuh risiko
namun tinggi imbal hasilnya seperti saham. Cara langsung untuk mengendalikan
risiko portofolio adalah dengan meletakkan sebagian investasi dalam bentuk surat
utang pemerintah jangka pendek dan dalam bentuk sekuritas pasar uang lainnya yang
cenderung berjangka panjang (Bodie, Kane, Marcus; 2008;256)
3.
Pengertian Pasar Modal
Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana
dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.
Pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas
yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi.
Tempat dimana terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek.
4.
Arbitrase Pricing Theory
Stephen Ross mengembangkan Teori Pembentukan Harga Arbitrase (Arbitrage
pricing Theory-APT) pada tahun 1976.APT memprediksi Garis Pasar Sekuritas yang
mengaitkan imbal hasil yang diharapkan dengan risiko, tetapi jalur yang diambil
meliputi bebarapa faktor. APT Ross didasarkan pada tiga proposisi (Bodie/Kane/
Marcus, 2008;446) yaitu : 1) Imbal hasil sekuritas, 2) Terdapat cukup banyak sekuritas
untuk menghilangkan resiko istimewa dengan diversifikasi dan 3) Pasar sekuritas
yang berfungsi dengan baik tidak memungkinkan terjadinya peluang arbitrase secara
terus menerus
Arbitrage Pricing theory (APT) memungkinkan kita untuk memasukkan lebih dari satu faktor untuk menentukan tingkat keuntungan sekuritas. APT tidak
menjelaskan secara spesifik faktor-faktor yang relevan, sehingga dalam pengembangan model faktor-faktor tersebut harus ditentukan terlebih dahulu secara empiris.
APT berawal dengan mengasumsikan bahwa tingkat keuntungan sekuritas adalah
merupakan fungsi linear dari gerakan suatu set faktor yang fundamental. Pada konsep
CAPM yang menyatakan bahwa imbal hasil yang diharapkan yang terdiri atas dua
komponen yaitu suku bunga bebas risiko, yang merupakan kompensasi nilai waktu
dari uang, dan premi risiko, ditentukan dengan mengalikan premi risiko tolak ukur
(seperti premi risiko portofolio pasar) dengan ukuran relatif risiko, beta (Bodie/Kane/
Marcus, 2008;444)
E(r) = rf + β [E(rM) – rf] atau E(r) = rf + β RPM
Dimana : RPM adalah premi risiko portofolio pasar
Kenyataannya Premi risiko portofolio pasar (RPM) ditentukan oleh beberapa
faktor termasuk aktivitas ekonomi yang diukur dengan pendapatan nasional bruto,
kondisi ekonomi internasional, tingkat inflasi, perubahan perpajakan, harga minyak
dan faktor lainnya. Sementara faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh yang
berbeda terhadap setiap kelompok sekuritas. Dengan demikian tingkat keuntungan
110
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
sekuritas tidak hanya merupakan fungsi dari satu faktor saja, melainkan merupakan
fungsi dari berbagai faktor.Hubungan return dan risiko pada APT adalah (Tandelilin,
2010;213)
E(Ri) = Rf+ bi1(premi risiko untuk faktor 1) + bi2(premi risiko untuk faktor 2)+
......+ (premi risiko untuk faktor n)
Dimana : bi = sensitivitas relatif return sekuritas terhadap premi risiko untuk
suatu faktor risiko
5.
Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau composite stock price index
menggunakan seluruh saham tercatat sebagai komponen penghitungan indeks. Masing-masing pasar modal memiliki indeks yang dibentuk berdasarkan saham-saham
yang dipakai sebagai dasar dalam perhitungan indeks harga. IHSG dalam Inggris
disebut juga Jakarta Composite Index (JCI) atau JSX Composite, merupakan salah
satu indeks pasar saham yang digunakanoleh Bursa Efek Indoesia. Diperkenalkan
pertama kali pada tanggal 1 April1983, sebagai indikator pergerakkan harga saham
di BEI. Hari dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982. Pada
tanggal tersebut, indeks ditetapkan dengan Nilai Dasar 100. Perhitungan Indeks
merepresentasikan pergerakan harga saham di pasar/bursa yang terjadi melalui sistem
perdagangan lelang. Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan
perdagangan setiap harinya.
6.
Faktor-faktor Makro Ekonomi
1.
Tingkat Keuntungan Pasar. Tingkat Keuntungan Pasar (RM) adalah imbal hasil
yang diharapkan terhadap seluruh saham yang tercatat di bursa.
2.
Nilai Tukar (Kurs). Kurs adalah harga suatu mata uang yang diekspresikan
terhadap mata uang lainnya. Kurs dapat mewakili sebagai sejumlah mata uang
lokal yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang asing. Resiko nilai
kurs yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik
dengan mata uang Negara lain dapat menimbulkan kerugian.
3.
Inflasi. Akibat inflasi permintaan terhadap barang-barang meningkat, tetapi daya
beli rendah, sehingga masyarakat tidak mampu membelinya. Pada akhirnya,
perusahaan akan kesulitan dalam berproduksi karena biaya produksi tinggi dan
harga jual tidak terjangkau oleh konsumen, sehingga penjualan akan turun dan
akhirnya harga saham perusahaan melemah ( Zubir, 2011;21)
4.
Tingkat Suku Bunga. Umumnya tingkat bunga mempunyai hubungan negatif
dengan bursa saham. Bila pemerintah mengumumkan tingkat bunga yang lebih
tinggi maka investor akan menjual sahamnya (harga saham akan turun) dan
lebih mempercayakan dananya untuk disimpan pada deposito.
7.
Pengaruh Faktor-Faktor Makro Ekonomi Terhadap Return Saham
1.
Pengaruh tingkat Keuntungan Pasar terhadap Return Saham. Sikap optimis
atau pesimis dari para investor terhadap kemampuan sekuritas yang diterbitkan
emiten untuk memberikan keuntungan selisih harga (capital gains) yang berasal
Rina Zulelli & Meina Wulansari, Pengaruh Tingkat Keuntungan Pasar, Nilai Tukar...
2.
3.
4.
8.
111
dari penjualan dipasar sekunder. Penelitian Wahyu (2007) bahwa tingkat
keuntungan pasar berpengaruh positif pada return saham individu pada indutri
kertas.Pengaruh Pergerakan Nilai Tukar (kurs) Terhadap Return Saham
Sebagian besar bisnis mengharuskan pertukaran satu mata uang dengan mata
uang lain untuk melakukan pembayaran. Karena kurs mata uang berfluktuasi
sepanjang waktu, arus kas yang dibutuhkan untuk melakukan pembayaran
juga berubah. Bahkan jika seorang ekspotir menggunakan mata uang asalnya,
fluktuasi kurs juga akan mempengaruhi permintaan asing atas produk
perusahaan. Saat mata uang negara asal meningkat, produk yang menggunakan
mata uang tersebut menjadi lebih mahal di negara asing sehingga dapat
menyebabkan penurunan permintaan dan berakibat pada penurunan arus
kas (Madura,2006;22). Penelitian Thobarry (2009) mengemukakan bahwa
perubahan nilai tukar (kurs) berpengaruh positif terhadap return saham.
Penelitian Putra (2011) menyatakan bahwa kurs valuta asing mempunyai
pengaruh signifikan terhadap return saham. Pada penelitian Puteh (2012)
dinyatakan nilai tukar (kurs) berpengaruh positif terhadap return saham pada
4 saham perusahaan dan berpengaruh negatif pada 5 saham perusahaan. Vijay
& French (2010) menyatakan pada penelitiannya bahwa nilai tukar (kurs)
berpengaruh negatif terhadap return saham.
Pengaruh Inflasi Terhadap Return Saham. Jika inflasi suatu Negara meningkat
relatif dibandingkan Negara-negara rekanan dagangnya, maka neraca berjalan
Negara tersebut akan menurun, jika faktor lain tidak berubah. Konsumen dan
perusahaan pada Negara tersebut mungkin membeli lebih banyak barang di
luar negeri (karena tingginya inflasi lokal), sementara ekspor negara tersebut
menurun (Madura,2006;53). PenelitianAlfisah (2010), Thobarry (2009),
Janrattanagul (2009) mengemukakan hasil penelitiannya bahwa variabel inflasi
berpengaruh negatif terhadap return saham. Pada penelitian Putra (2011)
menyatakan inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return
saham Syariah. Sedangkan pada penelitian Ozbay (2009) dan Cukur(2007)
menyatakan bahwa pengaruh inflasi terhadap return saham insignifikan
Pengaruh Suku Bunga Terhadap Return Saham. Tingkat bunga yang tinggi
mengurangi nilai sekarang dari arus kas masa depan, sehingga mengurangi
daya tarik peluang investasi. (Bodie/Kane/Marcus, 2008;178). Hasil penelitian
Ozbay (2009), Thobarry (2009), Sulaiman dkk (2012) menyatakan bahwa
pengaruh perubahan tingkat bunga terhadap return saham adalah negatif.
Penelitian yang dilakukan Alfisah (2010) menyatakan bahwa Suku bunga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham
Return Saham
Return saham terdiri dari capital gain dan dividend yield. Capital gain adalah
selisih antara harga jual dan harga beli saham per lembar di bagi dengan harga beli,
dan dividend yield adalah dividen per lembar dibagi dengan harga beli saham per
lembar.(Zalmi Zubir, 2011;4)
112
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Return saham untuk model APT didasari oleh pandangan bahwa return harapan
untuk suatu sekuritas akan dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko. Faktor-faktor risiko tersebut akan menunjukkan kondisi ekonomi secara umum (makro).
KERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A.
Kerangka Pikiran Penelitian
Model penelitian yang dipakai berdasarkan kerangka Pikiran Penelitian yaitu :
Gambar3.2 Skema hubungan variabel independent dengan variabel dependent
B.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan hasil-hasil penelitian yang sudah dibahas sebelumnya
(Tandelilin 2010, Puteh 2012, Zubir 2011, Wahyu 2007, Thobarry 2009, Putra 2011, Alfisah
2010, Janrattanagul 2009, Ozbay 2009, Cukur 2007, Bodie /Kane/ Marcus, 2008;178),
maka dibuatlah hipotesis berikut ini :
H1: Perubahan faktor tingkat keuntungan pasar berpengaruh positif pada return saham
industri food and baverage yang terdaftar pada BEI
H2: Perubahan faktor nilai tukar rupiah berpengaruh positif pada return saham industri
food and baverage yang terdaftar pada BEI
H3: Perubahan faktor inflasi berpengaruh negatif pada return saham industrifood and
baverage yang terdaftar pada BEI
H4: Perubahan faktor tingkat suku bunga berpengaruh negatif pada return saham industri
food and baverage yang terdaftar pada BEI
METODE PENELITIAN
A.
Jenis dan Obyek Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kausalitas. Penelitian kausalitas adalah penelitian
yang ingin mencari penjelasan dalam bentuk hubungan sebab akibat (cause effect) antara
beberapa konsep atau beberapa variabel (Ferdinand, 2006;5)
Rina Zulelli & Meina Wulansari, Pengaruh Tingkat Keuntungan Pasar, Nilai Tukar...
113
Penelitian ini mempunyai obyek penelitianyaituperusahaan industri food and baverages yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dengan periode yang diteliti adalah 2007
sampai dengan 2009.
B.
Data Penelitian
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data panel yaitu gabungan antara data
time series dan cross section. Alasannya dengan menggunakan data panel memungkinkan
kita mempelajari model perilaku yang lebih komplek, misalya fenomena skala ekonomis
dan perubahan teknologi dapat dipahami lebih baik dengan data panel daripada murni data
cross section atau murni data time series (Ghozali, 2006;21).
1.
Populasi dan Teknik Sampling
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan industri food and baverage
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007 sampai dengan 2009
Penentuan Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dimana teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan/kriteria tertentu.
(Suharyadi, 2009;17). Kriteria yang dipakai pada sampel penelitian ini adalah :
1.
Perusahaan industriFood and Baverageyang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode 2007 – 2009
2.
Perusahaan industri Food and Baverage yang aktif dan menerbitkan laporan keuangan pada periode 2007- 2009
2.
Sampel Penelitian
Sampel adalah wakil dari populasi yang diteliti. Sampel pada penelitian ini
adalah perusahaan industri Food and Baverage di Bursa efek Indonesia (BEI) sejak
tahun 2007 sampai 2009, dan telah menerbitkan laporan keuangan. Jumlah sampel
pada penelitian ini adalah 17 perusahaan Food and Baverage
3.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1.
Variabel independent/ variabel bebas. Variabel bebas pada penelitian ini
adalah faktor ekonomi makro yaitu :tingkat keuntungan pasar. nilai tukar
rupiah (kurs), tingkat inflasi, BI rate.
2.
Variabel Dependent/ variabel terikat. Variabel terikat pada penelitian ini
adalah return saham, yang didapat dengan menggunakan rumus :
(Hadi, Hartatik, Pramesti, 2012;131)
Rit = P t − Pt −1 + Dt
Pt −1
ERGE
R A
De nisi perasional Variabel adalah de nisi dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yang indikatornya dihasilkan dari data sekunder.
114
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
1.
Variabel Independent(X) : a. Variabel premi resiko return portofolio pasar (X1),
b. Variabel premi resiko Nilai Tukar /kurs (X2), c. Variabel premi resiko Inflasi
(X3) dan d. Variabel tingkat suku bunga (X4)
2.
Variabel Dependent (Y)
Dalam penelitian ini variabel dependent (Y) adalah return saham.
4.
Pengukuran Variabel
1.
Variabel tingkat keuntungan pasar (RM) dihitung menggunakan data Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) bulanan. Dari tahun 2007 sampai 2009
2.
Variabel Nilai Tukar Rupiah (kurs), diambil berdasarkan data bulanan yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia dari tahun 2007– 2009.
3.
Variabel Inflasi diambil berdasarkan data bulanan periode 2007-2009 yang
diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik.
4.
Variabel tingkat Suku Bunga diambil berdasarkan data BI rate bulanan dari
mulai periode 2007-2009 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
5.
Pengumpulan Data
1.
Memakai jalur internet yang menghubungkan ke www.bi.go.id dan www.bps.
go.id, melalui Indonesian Capital Market Directorydan www.finance.yahoo.
com
2.
Studi literatur yang bersifat deduktif (teoritis) dan bacaan lain yang mendukung.
6.
Metode Analisa Data
Teknik analisa yang dipakai adalah berdasarkan model multiple regression
dengan teori Arbitrage Pricing Theory (APT).Model ini menjelaskan bahwa tingkat
keuntungan saham dipengaruhi oleh banyak faktor.Faktor-faktor yang berpengaruh
dalam APT belum diketahui, namun diasumsikan bahwa hubungan antara faktorfaktor tersebut dengan tingkat keuntungan saham adalah linear.Hubungan return dan
risiko pada APT adalah (Tandelilin, 2010;213)
E(Ri) = Rf+ bi1(premi risiko untuk faktor 1) + bi2(premi risiko untuk faktor 2)+
......+ bin(premi risiko untuk faktor n)
Dimana : bi = sensitivitas relatif return sekuritas terhadap premi risiko untuk
suatu faktor risiko
Persamaan diatas merupakan persamaan linear sehingga pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen berupa garis lurus. Bentuk persamaan analisis
regresi linear berganda yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = a + b1 X1+b2 X2+b3 X3- b4 X4 + e
Dimana :
Y
adalah return harapan dari sekuritas
a
adalah tingkat keuntungan yang diharapkan saham (konstanta)
bi
adalah koefisien dari sensitivitas saham terhadap faktor-faktor ekonomi makro
X1 adalah premi risiko untuk faktor tingkat keuntungan pasar
Rina Zulelli & Meina Wulansari, Pengaruh Tingkat Keuntungan Pasar, Nilai Tukar...
115
X2
X3
X4
adalah premi risiko untuk faktor nilai tukar mata uang
adalah premi risiko untuk faktor inflasi
adalah premi risiko untuk faktor suku bunga
a.
Analisis Ekonometrika (Pengujian Asumsi Klasik)
Penelitian yang menggunakan alat analisis regresi dan korelasi berganda
harus mengenali asumsi-asumsi yang mendasar. Apabila asumsi-asumsi dimaksud tidak terpenuhi, maka analisis mungkin berbeda dari kenyataan (bias).
Uji asumsi klasik dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Uji
Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Autokorelasi, Uji Heteroskedasitas,
Uji Outlier dan Uji Linearitas
b.
Pengujian Hipotesis
1.
Uji Koefisien determinasi (R2) Goodness of Fit
2.
Uji Global atau uji F atau uji Simultan
3.
Uji Signifikansi parsial (Uji t)
HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah industri Food and Baverage yang mana dalam perdagangan
di BEI (Bursa Efek Indonesia) masing-masing saham perusahaan mempunyai nama atau
kode. Adapun kode-kode tersebut adalah :
Kode-kode Saham Industri Food and Baverage
No
Nama Perusahaan
Kode
1.
PT.Akasha Wira International Tbk
ADES
2.
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
AISA
3.
PT. Cahaya Kalbar, Tbk
CEKA
4.
PT. Davomas Abadi Tbk
DAVO
5.
PT. Delta Djakarta, Tbk
DLTA
6.
PT. Fast Food Indonesia Tbk
FAST
7.
PT. Mayora Indah Tbk
MYOR
8.
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk
MLBI
9.
PT. Pioneerindo Gournet Intl Tbk
PTSP
10. PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk
PSDN
11. PT. Sekar Laut Tbk
SKLT
12. PT. SMAR Tbk
SMAR
13. PT. Siantar Top Tbk
STTP
116
No
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Nama Perusahaan
Kode
14. PT. Sierad produce Tbk
SIPD
15. PT. Tunas Baru Lampung Tbk
TBLA
16. PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk
ULTJ
17. Indofood Sukses Makmur
INDF
Sumber : Indonesia Capital Market Directory,data diolah, tahun 2012
B.
Analisis Deskripsi Variabel Penelitian
1.
Rata-rata Return Saham Perusahaan Industri Food and Baverage tahun 20072009
Return saham ADES terendah terjadi di tahun 2007 dengan return rata-rata 0.03296 dan tertinggi 0.039567 yaitu di tahun 2008. Return saham AISA terendah
terjadi di tahun 2009 dengan return rata-rata - 0.08849 dan tertinggi 0.223119 yaitu
di tahun 2007. Return saham CEKA terendah terjadi di tahun 2009 dengan return
rata-rata - 0.01598 dan tertinggi 0.05105 yaitu di tahun 2008. Return saham DAVO
terendah terjadi di tahun 2008 dengan return rata-rata - 0.00984 dan tertinggi -0.0224
yaitu di tahun 2007. Return saham DLTA terendah terjadi di tahun 2007 dengan return
rata-rata - 0.052 dan tertinggi 0.04474 yaitu di tahun 2008. Return saham FAST
terendah terjadi di tahun 2009 dengan return rata-rata - 0.045 dan tertinggi 0.0424
yaitu di tahun 2007. Return saham MYOR terendah terjadi di tahun 2008 dengan
return rata-rata - 0.033 dan tertinggi 0.06338 yaitu di tahun 2008. Return saham
MLBI terendah terjadi di tahun 2009 dengan return rata-rata 0.026969 dan tertinggi
0.008192 yaitu di tahun 2008. Return saham PTSP terendah terjadi di tahun 2009
dengan return rata-rata - -0.1 dan tertinggi -0.001 yaitu di tahun 2007. Return saham
PSDN terendah terjadi di tahun 2009 dengan return rata-rata -0.034 dan tertinggi
0.034 yaitu di tahun 2007. Return saham SKLT terendah terjadi di tahun 2007 dengan
return rata-rata 0.044 dan tertinggi 0.0308 yaitu di tahun 2008. Return saham SMAR
terendah terjadi di tahun 2008 dengan return rata-rata -0.104 dan tertinggi 0.1009
yaitu di tahun 2007. Return saham STTP terendah terjadi di tahun 2008 dengan return
rata-rata -0.064 dan tertinggi 0.015 yaitu di tahun 2007. Return saham SIPD terendah
terjadi di tahun 2009 dengan return rata-rata -0.083 dan tertinggi 0.0323 yaitu di
tahun 2007. Return saham TBLA terendah terjadi di tahun 2008 dengan return ratarata -0.0429 dan tertinggi 0.07009 yaitu di tahun 2009. Return saham ULTJ terendah
terjadi di tahun 2009 dengan return rata-rata -0. 101 dan tertinggi 0.0777 yaitu di
tahun 2007. Return saham INDF terendah terjadi di tahun 2008 dengan return ratarata -0.07 dan tertinggi 0.0468 yaitu di tahun 2007.
2.
Diskripsi SBI yang diterbitkan Bank Indonesia tahun 2007-2009
SBI atau Sertifikat Bank Indonesia pada penelitian ini merupakan aset bebas
resiko yang memiliki varians return sama dengan nol (Tandelilin, 2010;159). SBI
Rina Zulelli & Meina Wulansari, Pengaruh Tingkat Keuntungan Pasar, Nilai Tukar...
117
yang dipakai pada penelitian ini yang memiliki tenor per bulan kemudian SBI yang
dikeluarkan Bank Indonesia tersebut merupakan suku bunga tahunan sehingga harus
dibagi lagi dalam perbulan.
Suku Bunga Indonesia Tahun 2007 sampai 2009
BULAN
TAHUN 2007
TAHUN 2008
TAHUN 2009
Januari
0.007917
0.006667
0.007917
Pebruari
0.007708
0.008808
0.007283
Maret
0.0075
0.006633
0.006842
April
0.0075
0.006658
0.006325
Mei
0.007292
0.006925
0.006042
Juni
0.007292
0.007275
0.005792
Juli
0.006875
0.007692
0.005592
Agustus
0.006875
0.007667
0.005483
September
0.006875
0.008092
0.0054
Oktober
0.006875
0.00915
0.005408
Nopember
0.006875
0.009367
0.005392
Desember
0.006875
0.009025
0.005383
Sumber : data diolah, tahun 2012
3.
Rata-rata Premi resiko Faktor Tingkat Keuntungan Pasar (IHSG) (X1) pada
tahun 2007-2009
Premi resiko Faktor (X1) adalah perubahan return pasar dikurangi SBI. Return
pasar diperoleh dari perhitungan closing price IHSG bulan t dikurangi closing price
IHSG bulan sebelumnya (t-1) dibagi closing price IHSG bulan sebelumnya setelah
itu didapat hasil dan hasilnya dikurangi dengan SBI bulanan.
Rata-rata Premi resiko Faktor (X1)
X1
Tahun
2007
Tahun
2008
Tahun 2009
0.029685
-0.05867
0.045808
Sumber : Data diolah, tahun 2012
4.
Rata-rata Premi Resiko Faktor Nilai Tukar Rupiah (X2) pada tahun 2007-2009
Premi Resiko Faktor Nilai Tukar Rupiah (X2) adalah perubahan kurs dikurangi
SBI. Rata-rata premi resiko faktor X2 adalah jumlah X2 dibagi 12 bulan.
118
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Rata-rata Premi Resiko Faktor Nilai Tukar Rupiah (X2)
X2
Tahun
2007
Tahun
2008
Tahun
2009
-0.0048
0.00802
-0.1026
Sumber : Data diolah, tahun 2012
5.
Rata-rata Faktor Premi Resiko Inflasi (X3) pada tahun 2007-2009
Premi Resiko Faktor Inflasi (X3)adalah perubahan inflasi dikurangi SBI. Ratarata faktor premi resiko X3 adalah jumlah X3 dibagi 12 bulan.
Rata-Rata Premi Resiko Faktor Inflasi (X3)
X3
Tahun
2007
Tahun
2008
Tahun
2009
0,27749
-0.0506
-1.2358
Sumber : data diolah, tahun 2012
6.
Rata-rata Premi Resiko Faktor Tingkat Suku Bunga (X4) Pada Tahun 20072009
Faktor Premi Resiko tingkat suku bunga (BI rate) (X4) adalah perubahan BI rate
dikurangi SBI. Rata-rata faktor premi resiko X4 adalah jumlah X4 dibagi 12 bulan.
Rata-rata Premi Resiko Faktor Tingkat Suku Bunga (BI rate) (X4)
X4
Tahun
2007
Tahun
2008
Tahun
2009
-0.28151
0.056267
-0.41749
Sumber : Data diolah tahun 2012
C.
Uji Asumsi Klasik
1.
Uji Normalitas
Normal Probability Plot
Sumber : data diolah tahun 2012
Rina Zulelli & Meina Wulansari, Pengaruh Tingkat Keuntungan Pasar, Nilai Tukar...
119
Dari grafik diatas terlihat sebaran data pada chart tersebar di sekeliling garis
lurus (tidak terpencar jauh dari garis lurus), maka dapat dikatakan bahwa persyaratan
normalitas terpenuhi
2.
Uji Multikolinearitas
Hasil Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
1.084
.923
Model
1
IHSG
KURS
.947
1.056
INF
.999
1.001
BI_RATE
.967
1.034
a. Dependent Variabel : R_Return
Sumber : data diolah, tahun 2012
Hasil SPSS terlihat bahwa nilai VIF pada kolom terakhir utuk masing-masing
variabel adalah IHSG = 1.084, KURS = 1.056, INF = 1.001, BI_RATE = 1.034,
dimana semuanya lebih kecil daripada 10. Dengan demikian model bebas dari gejala
multikolinearitas.
3.
Uji Autokorelasi
Hasil Pengujian Durbin Watson
Model Summaryb
Model
R
R Square
1
.483a
.233
a.
b.
Adjusted R
Std. Error of
Square
The Estimate
.166
.06263315
Durbin-Watson
1.989
Predictors: (constant), BI_RATE,INF,KURS,IHSG
Dependent Variabel : R_Return
Sumber : data diolah, tahun 2012
Nilai Durbin Watson sebesar 1.989. Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya
autokorelasi adalah sebagai berikut, (Sanusi, 2012;136)
jika d < dL ; maka terjadi autokorelasi positif
d > 4 - dL ; maka terjadi autokorelasi negatif
dU< d < 4 - dU; maka tidak terjadi autokorelasi
dL ≤ d ≤ dU atau 4 - dU; ≤ d ≤ 4- dL ; maka pengujian tidak ada.
Berdasarkan tabel statistik d (Durbin-Watson) nilai kritis dari dL dan du untuk
α = 5%; k = 4 dan n= 51 adalah dL = 1.38;d u = 1.72. Apabila dimasukkan kedalam
rumus kriteria dU< d < 4 - dU maka 1.72 ≤ 1.989 ≤ 2.28. Keputusannya pengujian
tidak terjadi autokorelasi.
120
4.
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Uji Heteroskedasitas
Hasil Uji Glejser
Coefficientsa
Model
1 (Constant)
Unstandardized standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std.Error
Beta
t
Sig
10.434
.000
.050
.005
IHSG
-.024
.074
-.047
-.0325
.746
KURS
-.014
.009
-.216
-1.514
.137
INF
.009
.006
.204
1.473
.148
-.005
.004
-.157
-1,116
.270
A BI_RATE
Dependent Variabel : R_RETURN
Sumber: data diolah. pada tahun 2012
Nilai signifikan IHSG, KURS, INF, BI_RATE yang diperoleh ternyata diatas
0.05 sehingga dapat dinyatakan pengujian tidak terjadi heteroskedasitas. Sedangkan
hasil olah data dengan metode grafik seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.
Hasil Uji Heteroskedasitas
Sumber : data diolah, tahun 2012
Dari gambar diatas, terlihat sebaran data ada disekitar titik nol dan tidak
membentuk pola tren garis tertentu. Kesimpulan tidak terjadi heteroskedasitas.
Rina Zulelli & Meina Wulansari, Pengaruh Tingkat Keuntungan Pasar, Nilai Tukar...
5.
121
Uji Outlier
Hasil uji outlier dari Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
N
R_Return
51
Valid N(listwise)
51
Minimum
Maximum
Mean
Std.
Deviation
-.10400
.22312
.0034738
.06859367
Sumber: Data diolah, tahun 2012
Melihat data yang menyimpang (Outlier).
Jika data berdistribusi normal dan tingkat kepercayaan 95% maka tingkat
signifikansi adalah 100%-95% atau 5%. Jika ini memuat dua sisi (ada tanda + dan -),
maka batas kritis ada pada 5% dibagi dua atau 2.5%. Pada tabel z, perhitungan satu
sisi atau 50%, maka batas kritis ada pada luas kurva (50%-2.5%) atau 47.5%. Pada
tabel z, untuk luas kurva 47.5% didapat nilai kritis 1.96.
Dari nilai variabel ZR_Return terlihat hanya 2 data yang termasuk outlier, yaitu
nilai ZR_Return yang diluar 1.96. Data outlier adalah R_Return 0.22313 (dengan Z
adalah +3.20212) dan R_Return 0.1938 (dengan Z adalah +2.77469). Dua data yang
menyimpang tersebut adalah saham ADES dan saham PSDN tahun 2007.
6.
Uji Linearitas
Hasil Uji Durbin Watson Model kuadrat Persamaan 2
Model Summaryb
Model
R
R Square
1
.638a
.407
a.
b.
Adjusted R
Std. Error of
Square
The Estimate
DurbinWatson
.294
.05763594
2.006
Predictors: (constant), BI_Rate2, KURS_2, INF_2, IHSG. BI_Rate, IHSG_2,
KURS, INF
Dependent Variabel : R_Return
Sumber : data diolah, tahun 201 2
Nilai uji Durbin Watson pada persamaan 1 sebesar 1.989 dan persamaan 2
adalah 2.006, nilai tersebut berdasarkan tabel statistik d (Durbin-Watson) nilai kritis
dari dL dan du untuk α = 5%; k = 4 dan n= 51 adalah dL = 1.38;d u = 1.72. Apabila
dimasukkan kedalam rumus kriteria dU< d < 4 - dU maka persamaan pertama 1.72
≤ 1.989 ≤ 2.28 keputusannya pengujian tidak terjadi autokorelasi. Persamaan kedua
1.72 ≤ 2.006 ≤ 2.28 keputusannya pengujian tidak terjadi autokorelasi.
122
D.
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Interpretasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil output model analisis Multiple Regresssion yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Return = 0.003 + 0.147 (Premi Resiko Faktor tingkat keuntungan Pasar) -0.016 (Premi
Resiko Faktor Nilai Tukar Rupiah/Kurs) + 0.017 (Premi Resiko Tingkat Inflasi) - 0.025
(Premi resiko Faktor Tingkat Suku Bunga/BI rate)
Dari persamaan regresi tersebut dapat diungkapkan :
1.
Konstanta menunjukkan angka 0.003, yang berarti tanpa variabel independent yaitu
tingkat keuntungan pasar, nilai tukar rupiah, inflasi, dan tingkat suku bunga , return
saham food and baverage mencapai nilai 0.003.
2.
Tingkat Keuntungan pasar menunjukkan angka 0.147 mempunyai arti bahwa jika nilai
tukar rupiah, inflasi dan tingkat suku bunga/BI rate konstan maka setiap peningkatan
nilai tingkat keuntungan pasar sebesar 1% akan meningkatkan nilai return saham
food and baverage sebesar 0.147
3.
Nilai tukar rupiah/kurs menunjukkan angka - 0.016 mempunyai arti bahwa jika
tingkat keuntungan pasar, inflasi dan tingkat suku bunga/BI rate konstan maka setiap
peningkatan nilai tukar rupiah/kurs sebesar 1% akan menurunkan nilai return saham
food and baverage sebesar - 0.016.
4.
Tingkat Inflasi menunjukkan angka 0.017 mempunyai arti bahwa jika tingkat
keuntungan pasar, tingkat nilai tukar rupiah/kurs, dan tingkat suku bunga/BI rate
konstan maka setiap peningkatan inflasi sebesar 1% akan meningkatkan nilai return
saham food and baverage sebesar 0.017
5.
Tingkat suku bunga/ BI rate menunjukkan angka - 0.025 mempunyai arti bahwa jika
tingkat keuntungan pasar, tingkat nilai tukar rupiah/kurs, dan inflasi konstan maka
setiap peningkatan inflasi sebesar 1% akan menurunkan nilai return saham food and
baverage sebesar - 0.025
E.
Hasil Pengujian Hipotesis
1.
Uji Koefisien determinasi (R2) Goodness of Fit
Kekuatan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diketahui dari
besarnya nilai koefisien determinan (R square), yang berada pada kisaran nol dan satu.
Apabila nilai R Square mendekati satu, berarti variabel-variabel bebas memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel terikat. Nilai
determinan (R Square) sebesar 0.233. Hal ini berarti 23,3 % prediksi return saham
food and baverage dapat dijelaskan oleh 4 variabel bebas tingkat keuntungan pasar,
nilai tukar rupiah/kurs, tingkat inflasi, tingkat suku bunga/BI rate, Sedang sisanya
76.7% dipengaruhi oleh sebab lain diluar model.
Rina Zulelli & Meina Wulansari, Pengaruh Tingkat Keuntungan Pasar, Nilai Tukar...
2.
123
Uji Global atau Uji F atau Uji Simultan
Hasil Uji F
Model
Sum ofSquares
Df
Mean
Square
F
Sig
Regression
0.055
4
0.014
3.492
0.014
Residual
0.180
46
0.004
Total
0.235
50
1.
2.
Predicturs (constant) BI_RATE, INF, KURS, IHSG
Dependen Variabel R_Return
Dari hasil perhitungan Fhitung adalah 3.492, kemudian dibandingkan dengan Ftabel.
Hasil nilai Ftabel pada α = 0.05, dengan df= n-(k+1); 51-(4+1) = 46 (angka terdekat 40)
adalah 2.61 maka Fhitung > Ftabel dan nilai Signifikansi 0.014 yang mana lebih kecil dari
derajat kesalahan yang ditentukan yaitu 5 % maka dapat disimpulkan variabel tingkat
keuntungan pasar, nilai tukar rupiah, inflasi, tingkat suku bunga secara simultan
mempengaruhi variabel R_Return.
3.
Uji Signifikansi Parsial (uji t)
Uji t dilakukan dengan tujuan untuk menguji sigifikansi pengaruh satu variabel
bebas secara individu terhadap variabel terikat. Nilai ttabel pada α = 0.05, dengan df=
n-(k+1); 51-(4+1) = 46 (angka terdekat 40) uji dua arah sebesar 2.021
1.
Kemampuan tingkat keuntungan pasar mempengaruhi return saham food
and baverage. Berdasarkan tabel diketahui bahwa tingkat keuntungan pasar
menghasilkan nilai t hitung sebesar 1.059 < 2.021 dengan tingkat signifikan
yaitu 0.295 > 0.05 sehingga Hipotesis nol diterima dan H1 ditolak. Hasil uji
t dapat disimpulkan tidak ada pengaruh signifikan antara tingkat keuntungan
pasar dengan return saham food and baverage, artinya peningkatan tingkat
keuntungan pasartidak berpengaruh terhadap return saham food and baverage.
2.
Kemampuan nilai tukar rupiah mempengaruhi return saham food and baverage.
Berdasarkan tabel diketahui bahwa nilai tukar rupiah menghasilkan nilai thitung
sebesar - 0.952 < 2.021 dengan tingkat signifikan yaitu 0.346 yang mana
apabila dibandingkan dengan derajat kesalahan yang telah ditentukan yaitu
0.05, maka variabel ini tidak signifikan. Nilai signifikan lebih besar dari derajat
kesalahan sehingga Hipotesis nol diterima. Hasil uji t dapat disimpulkan tidak
ada pengaruh signifikan antara nilai tukar rupiah dengan return saham food and
baverage, artinya peningkatan nilai tukar rupiah tidak berpengaruh terhadap
return saham food and baverage.
3.
Kemampuan inflasi mempengaruhi return saham food and baverage. Berdasarkan tabel diketahui bahwa inflasi menghasilkan nilai thitung sebesar 1.398 <
2.021 dengan tingkat signifikan yaitu 0.169 yang mana apabila dibandingkan
dengan derajat kesalahan yang telah ditentukan yaitu 0.05, maka variabel ini
termasuk tidak signifikan 0.169 > 0.05, maka H0 di terima dan menolak H1.
124
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
4.
Hasil uji t dapat disimpulkan tidak ada pengaruh signifikan antara inflasi dengan
return saham food and baverage, artinya peningkatan inflasi tidak berpengaruh
terhadap return saham food and baverage.Hasil ini mendukung penelitian
sari Ozbay (2009) dan Cukur (2007) yang menyatakan bahwa pengaruh
inflasi terhadap return saham adalah insignifikan, tetapi berbeda dengan hasil
penelitian Putra (2011) yang menyatakan bahwa inflasi mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap return saham Syariah.
Kemampuan tingkat suku bunga mempengaruhi return saham food and
baverage.Berdasarkan tabel diketahui bahwa tingkat suku bunga menghasilkan
nilai thitung sebesar -3.173 tingkat signifikan yaitu 0.003 yang mana apabila
dibandingkan dengan derajat kesalahan yang telah ditentukan yaitu 0.05,
maka variabel ini signifikan 0.003 < 0.05, maka H0 di tolak dan menerima H1.
Hasil uji t dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap return saham food and baverage artinya kenaikkan
tingkat suku bunga akan menurunkan return saham food and baverage. Hasil
ini mendukung hasil penelitian dari Ozbay (2009), Thobarry (2009), serta
penelitian Sulaiman dkk (2012), yang menyebutkan bahwa tingkat suku bunga
berpengaruh negatif terhadap return saham.
F.
Implikasi Hasil Penelitian
1.
Implikasi Teoritis
Berdasarkan teori, pengaruh tingkat keuntungan pasar terhadap kinerja saham
adalah positif. Artinya semakin besar tingkat keuntungan pasar maka semakin besar
return. Tingkat keuntungan pasar pada penelitian ini berpengaruh positif terhadap
return saham industri food and baverage namun tidak signifikan. Nilai positif yang
dihasilkan pada penelitian ini dilihat dari koefisien regresi sebesar 0.147 dan tingkat
signifikan 0.295 lebih besar dari 0.05. Oleh karena itu hipotesis variabel tingkat
keuntungan pasar mempengaruhi return saham food and baverage secara positif di
tolak.
Berdasarkan teori menguatnya nilai rupiah terhadap mata uang asing merupakan
sinyal positif. Menguatnya nilai rupiah akan menurunkan biaya impor bahan baku
untuk produksi. Nilai tukar rupiah terhadap dolar pada penelitian ini berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap return saham industri food and baverage, dilihat
dari koefisien regresi sebesar -0.016dan nilai signifikan 0.346 yang lebih besar dari
0.05. Oleh karena itu hipotesis variabel nilai tukar rupiah mempengaruhi return
saham food and baverage secara positif ditolak
Berdasarkan teori, pengaruh inflasi terhadap kinerja saham adalah negatif.
Artinya semakin tinggi inflasi akan membuat kinerja saham turun. Inflasi pada hasil
penelitian ini adalah berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham
industri food and baverage, dengan koefisien regresi sebesar 0.017 dan nilai signifikan
0.169 lebih besar dari 0.05.Oleh karena itu hipotesis variabel inflasi mempengaruhi
return saham food and baverage secara negatif ditolak
Rina Zulelli & Meina Wulansari, Pengaruh Tingkat Keuntungan Pasar, Nilai Tukar...
125
Berdasarkan teori, pengaruh suku bunga terhadap kinerja saham adalah negatif. Kenaikkan tingkat suku bunga akan menyebabkan kenaikkan tingkat suku bunga
investasi yang mengakibatkan investor cenderung memindahkan investasinya ke
deposito yang menawarkan tingkat bunga lebih tinggi daripada menanamkan investasinya ke saham. Tingkat suku bunga pada penelitian ini berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap return saham food and baverage dengankoefisien regresi sebesar
- 0.025 dan nilai signifikan 0.003 yang lebih kecil dari 0.05. Oleh karena itu hipotesis
variabel tingkat suku bunga mempengaruhi return saham food and baverage secara
negatif diterima.
2.
Implikasi Manajerial
Investor dalam menilai kinerja saham yang baik, sebaiknya terlebih dahulu melihat kondisi pasar secara ekonomi makro. Sikap kehati-hatian investor diperlukan
dengan memperhatikan dan mempertimbangkan variabel tingkat keuntungan pasar,
nilai tukar rupiah, inflasi dan tingkat suku bunga. Terutama tingkat suku bunga yang
berdasarkan penelitian ini memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap return
saham food and baverage. Jika tingkat suku bunga naik maka investor sebaiknya
tidak membeli saham ini, karena menurut hasil penelitian ini return saham akan turun.
G.
Keterbatasan Penelitian
Penyusunan tesis ini terdapat keterbatasan, antara lain:
1.
Penelitian ini menghasilkan uji outlier bahwa dua data menyimpang dari
distribusi normal. Data tersebut terjadi pada saham AISA dan saham PSDN
yang menghasilkan return diatas rata-rata pada tahun 2007. Akan tetapi dua
perusahaan tersebut menyumbangkan hasil yang menyebabkan penelitian ini
signifikan secara keseluruhan dan parsial (pada variabel tingkat suku bunga).
2.
Pada tahun penelitian terjadi krisis ekonomi global yang mengakibatkan terjadinya penurunan return saham dan pengujian memakai variabel makro (tingkat
keuntungan pasar, nilai tukar rupiah, inflasi, tingkat suku bunga) menghasilkan
uji t yang tidak signifikan pada variabel tingkat keuntungan pasar, nilai tukar
rupiah, inflasi dan hanya variabel tingkat suku bunga yang signifikan dan sesuai
dengan teori.
3.
Penelitian ini tidak memperhatikan faktor mikro ekonomi perusahaan seperti
faktor fundamental perusahaan yang dapat dilihat dari nilai Return On
Investment (ROI), Return On Asset (ROA) sehingga hanya melihat dari sisi
makro ekonomi saja.
4.
Penelitian ini hanya menggunakan empat variabel makro yaitu tingkat keuntungan pasar, nilai tukar rupiah, inflasi, tingkat suku bunga dan tidak memperhatikan faktor makro lain seperti situasi sosial politik dan keamanan yang
terjadi di Indonesia yang juga mempengaruhi kinerja pasar saham.
126
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
1.
2.
3.
4.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat keuntungan pasar berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap return saham food and baverage. Hasil penelitian
menghasilkan nilai koefisien regresi antara tingkat keuntungan pasar dengan return
saham food and baverage mempunyai nilai positif 0.147 dengan tingkat signifikan
yaitu 0.295.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap return saham food and baverage. Hasil penelitian
menghasilkan nilai koefisien regresi antara nilai tukar rupiah dengan return saham
food and baverage mempunyai nilai- 0.016 dengan tingkat signifikan yaitu 0.346.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat inflasi berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap return saham food and baverage. Hasil penelitian menghasilkan
nilai koefisien regresi antara inflasi dengan return saham food and baverage dengan
nilai positif 0.017 dengan tingkat signifikan yaitu 0.169.
Hasil pada penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat suku bunga/BI rate berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap return saham food and baverage dan menghasilkan
nilai koefisien regresi antara tingakat bunga dengan return saham food and baverage
yaitu - 0.025 dan tingkat signifikan yaitu 0.003.
B.
Saran
1.
Penelitian lebih lanjut dapat membandingkan periode penelitian yaitu antara sebelum
dan sesudah krisis ekonomi global sehingga akan diketahui konsisitensi variabel
tersebut dalam melihat pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi return saham
sektor industri.
2.
Penelitian lebih lanjut dapat menambah beberapa variabel lain baik makro misalnya
investasi swasta (meningkatnya investasi swasta merupakan sinyal positif bagi
pemodal, Tandelilin, 2010;344) maupun mikro ekonomi misalnya menghitung
Ekonomic Value Added (EVA) perusahaan. EVA merupakan ukuran keberhasilan
manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan.
Asumsinya jika kinerja manajemen baik maka akan tercermin dari peningkatan harga
saham perusahaan
Penelitian lebih lanjut dapat menggunakan sektor usaha lain misalnya sektor Jasa
diantaranya properti dan real estate, sektor pertambangan, dan beberapa sektor lain
yang ada di BEI dengan tahun yang sama dan variabel yang sama sehingga dapat
mengetahui sektor mana yang lebih peka terhadap variabel ekonomi makro.
3.
Rina Zulelli & Meina Wulansari, Pengaruh Tingkat Keuntungan Pasar, Nilai Tukar...
127
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hadi, dkk, 2012, Aplikasi SPSS dalam Saham, Penerbit PT Elex Media Komputindo
Kompas Gramedia Jakarta
Achmad Ath Thobarry, 2009, Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan
pertumbuhan GDP terhadap Indeks Harga Saham Properti (Kajian Empiris pada
Bursa Efek Indonesia) Periode Pengamatan tahun 2000-2008 , UNDIP Semarang.
Aditya Praman ,Putra, 2011, Analisis Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Return
Syariah
Agus Sartono, 2000, Manajemen Keuangan, Edisi 3 , BPFE Yogyakarta.
Anwar Puteh, 2012, Pengaruh Faktor Ekonomi Makro terhadap Return Saham Di Bursa
Efek Indonesia
Anwar Sanusi, 2012 Metodelogi Penelitian Bisnis, Penerbit Salemba Emapat Jakarta
Augusty Ferdinand, 2006, Metode Penelitian Manajemen, UNDIP Semarang
Bodie/Kane/Marcus, 2009, Investasi, Edisi 6 Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Bodie/Kane/Marcus, 2009, Investasi, Edisi 6 Buku 2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Chairil Nazwar,2006Analisis Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Return Saham
Syariah di Indonesia
Damodar N.Gujarati ,2010, Dasar-dasar Ekonometrika, Penerbit Salemba Empat , Jakarta
Erni Alfisah, 2010, Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, Suku Bunga, Pertumbuhan PDB
Pada Return Saham Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2004-2008 Menggunakan
Arbitrage Pricing Theory (APT).
Emrah Ozbay, 2009, The Relationship between Stock Returns and Macroeconomic Factors
: Evidence for Turkey
Gunsel,Cukur, , 2007, The effects of Macroeconomic Factors on the Landon Stock Returns
: A Sectoral Approach
Imam Ghozali, 2006, Analisis Mutivariat Lanjutan dengan Program SPSS, Badan Penerbit
UNDIP Semarang
Imam Ghozali, 2006, Statistik Non Parametrik, Badan penerbit UNDIP Semarang.
Jakkahong Janratianagul, 2009, The Effect of Change in Macroeconomic Data on Thailand
Stock
Jeff Madura, 2011, International Corporate Finance,Edisi 8 Buku 1, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.
Lukas Setia Atmaja, 2009, Statistika untuk Ekonomi dan Bisnis, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Puput Wahyu B, 2007 Analisis Hubungan Tingkat Keuntungan Pasar Terhadap Tingkat
Keuntungan Saham Individu Pada Industri Kertas Yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta
Singgih Santoso, 2003 SPSS Versi 10, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta
128
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Stephen A.Ross 1976, The Arbitrage Theory of Capital Asset Pricing, Journal of Economic
Theory
Suharyadi, 2009 Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.
Sulaiman, Naqvi, Irvan, Zehra 2012, Arbitrage Price Theory (APT) and Karachi Stock
Exchange (KSE)
Vijay Kumar Vishwakarma, French, 2010, Dynamic Linkages among Macroeconomic
Factors and Returns on the Indian Real Estate Sector
Zalmi Zubir, 2011, Manajemen Portofolio Penerapannya Dalam Investasi Saham, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.
Pengaruh Corporate Governance Perception Index
Terhadap
Kinerja perusahaan dalam Masa Krisis Ekonomi Global
Adi Suharna
(KPKNL Banjarmasin)
Fifi Swandari
(Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin)
ABSTRACT
This research examines the influence of corporate governance toward corporate
performance, in this case market performance and financial performance. The
rating of corporate governance perception index (CGPI) for 2008 until 2010
by The Indonesian Institute for Corporate Governance is used to measure the
corporate governance implementation and Tobin’s Q as a market performance
measurement with Return on Equity (ROE) and Return on Assets (ROA) as
financial performance measurement. The control variables used are leverage,
age, type of industry and size of firm. This study is causal research which
companies that scored CGPI and financial statement during 2008-2010 were
drawn using purposive sampling method. Research data are pooling data which
combines time series and cross sectional data during the observation period
2008-2010. This research employs a multiple regression to test hypothesis that
corporate governance and corporate performance are positively related.
From the first regression equation, the result of this study shows that there
is influence between corporate governance perception index and market
performance (Tobin’s Q) during crisis while the control variables have no
effect on market performance unless leverage levels negatively affect the
market performance of the company during the global economic crisis. The
second regression equation shows that there is influence between corporate
governance perception index and financial performance (ROE) during crisis
while the control variables have no effect on financial performance (ROE). The
third regression equation shows that there has no influence between corporate
governance perception index (CGPI) and the control variables to financial
performance (ROA) during the global economic crisis 2008-2010.
Keywords :
corporate governance, Tobin’s Q value, return on equity, return on assets,
leverage, age of firm, size of firm, type of industry
129
130
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
ABSTRAK
Penelitian ini menguji pengaruh corporate governance terhadap kinerja
perusahaan, studi kasus pada kinerja pasar dan kinerja keuangan. Tingkat
persepsi tata indeks perusahaan (CGPI) tahun 2008 sampai 2010 oleh
The Indonesian Institute for Corporate Governance yang digunakan
untuk mengukur implementasi tata kelola perusahaan dan TobinQ sebagai
pengukuran kinerja pasar dengan Return on Equity (ROE) dan Return on
Assets (ROA) sebagai pengukuran kinerja keuangan. Variabel kontrol yang
digunakan adalah leverage, umur, jenis industri dan ukuran perusahaan.
Penelitian ini merupakan penelitian kausal yang perusahaan yang mencetak
laporan CGPI dan keuangan selama 2008-2010 ditarik menggunakan metode
purposive sampling. Data penelitian menggabungkan datatime series yang
menggabungkan dan datacross sectional selama periode pengamatan 20082010. Penelitian ini menggunakan regresi berganda untuk menguji hipotesis
bahwa tata kelola perusahaan dan kinerja perusahaan secara positif terkait.
Dari persamaan regresi pertama, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
ada pengaruh antara persepsi tata indeks perusahaan dan kinerja pasar (Tobin
Q) selama krisis sedangkan variabel control tidak berpengaruh pada kinerja
pasar kecuali tingkat leverage yang berpengaruh negatif terhadap kinerja
pasar perusahaan selama krisis ekonomi global. Persamaan regresi kedua
menunjukkan bahwa ada pengaruh antara persepsi tata kelola perusahaan
dan indeks kinerja keuangan (ROE) selama krisis sedangkan variabel
kontrol tidak berpengaruh pada kinerja keuangan (ROE). Persamaan regresi
ketiga menunjukkan bahwa belum ada pengaruh antara persepsi tata kelola
perusahaan index (CGPI) dan variabel kontrol terhadap kinerja keuangan
(ROA) selama krisis ekonomi global 2008-2010.
Kata kunci:
corporate governance, TobinQ value, return on equity, return on asset, leverage,
umur perusahaan, ukuran perusahaan, jenis industri
PENDAHULUAN
Krisis ekonomi yang terjadi pada waktu belakangan ini adalah krisis ekonomi yang
terjadi di Amerika Serikat akibat kerugian di pasar perumahan (subprime mortgage)
pada tahun 2008 dimana berdampak global kepada negara-negara di Eropa maupun Asia.
Indonesia juga tak dapat lepas dari dampak krisis ekonomi global. Hal ini memberikan sentimen negatif bagi pasar keuangan Indonesia yang tercermin dari turunnya IHSG hingga
level 1100 yang secara simultan menekan nilai tukar rupiah melewati batas psikologis
Rp 9500 per US $. Adanya tekanan bagi ekspor nasioal dan investor asing serta adanya
ketidakpastian terhadap harga komoditas yang akan berpengaruh terhadap prospek inflasi.
Akibat krisis ekonomi global tahun 2008, telah menciptakan kepanikan investor dan
kekhawatiran keamanan investasi mereka.Ketidakyakinan investor atas tata kelola peru-
Adi Suharna & Fifi Swandari, Pengaruh Corporate Governance Perception Index...
131
sahaan dimana mereka berinvestasi telah memicu terjadinya short selling dan profit taking.
Aksi profit taking yang terjadi saat kepanikan krisis global tahun 2008 menjadi salah satu
contoh adanya asymetri information yang muncul dalam kerangka agency problem akibat
adanya perbedaan kepentingan.Agency problem dapat diatasi dengan melakukan tata kelola
perusahaan yang baik.
Perusahaan dengan good corporate governanceakan mendorong terciptanya hubungan yang baik antara pemegang saham, manajemen dan stakeholder lainnya. Hal
ini akan membuat pemegang saham mengetahui dan memahami kondisi fundamental
perusahaan sehingga kinerja perusahaan tetap berjalan baik walaupun terjadi krisis.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bozz-Allen & Hamilton tahun 1998 menunjukkan
bahwa indeks Good Corporate Governance (GCG) Indonesia adalah yang paling rendah
di negara-negara Asia Timur lainnya. Survey lembagaInternational Transparency 2005
tentang Corruption Perception Index menempatkan Indonesia pada urutan 140 dari 159
negara yang disurvei dengan nilai 2,2. Ini menunjukkan bahwa persepsi masyarakat internasional tentang korupsi di Indonesia masih tinggi. Survey CLSA Asia Pasifik Markets
2005, Asian CG Association menempatkan Indonesia pada urutan bawah (peringkat 37 dari
peringkat 40 ditahun 2004) di antara 10 negara Asia lainnya dibawah Malaysia, Thailand
dan Filipina (Hidayah,2008).
Esensi corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui supervise
atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap
pemangku kepentingan lainnya berdasar kerangka aturan dan peraturan yang berlaku
(Gunarsih dalam Daniri,2005). Dinamika bisnis dan iklim usaha yang semakin kompetitif
mengharuskan semua perusahaan secara terus menerus meningkatkan kinerjanya. Dilain
pihak, pemegang saham, investor, masyarakat ataupun stakeholder lainnya menuntut
perusahaan tetap berjalan dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. Selain
aspek fundamental dan teknis perusahaan, GCG perusahaan juga terbukti menjadi salah
satu pertimbangan para pelaku pasar saat akan mengalokasikan dananya di saham suatu
perusahaan. GCG atau tata kelola perusahaan yang baik akan berpengaruh pada kinerja
perusahaan, termasuk efisiensi biaya dan memberikan rasa aman kepada investor.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan selama ini atas pengaruh penerapan
corporate governance terhadap kinerja perusahaan menghasilkan pendapat yang berbeda.
Penelitian Sayidah tahun 2005 menemukan bahwa tidak ada pengaruh antara corporate
governance index dengan company performance (ROA,ROE,ROI). Herly dan Sisnuhadi
(2011) juga meneliti pengaruh corporate governance dengan kinerja perusahaan dan
hasilnya corporate governance berpengaruh positif terhadap ROA namun berpengaruh
negatif terhadap Tobin’s Q. Sunday (2008) meneliti pengaruh corporate governance
terhadap kinerja perusahaan yang berada di Nigeria dengan hasil ada hubungan positif ROE
dengan firm board size dan CEO status namun berkorelasi negatif dengan audit committee
dan board composition. Terdapat hubungan positif profit margin dengan CEO Status.
Berbeda dengan penelitian Wulandari (2006) yang menghasilkan kesimpulan bahwa secara
simultan mekanisme corporate governance mempengaruhi nilai kinerja pasar perusahaan
yang diproksi dengan Tobin’s Q.
132
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Sementara itu Hidayah (2008) menghasilkan penelitian bahwa kinerja pasar
perusahaan tidak dipengaruhi corporate governance. Hasil penelitian berbeda juga terjadi
saat Samontaray (2010) yang menyatakan adanya hubungan signifikan antara corporate
governance dengan share price. Prugsamartz (2010) yang meneliti efek corporate
governance terhadap firm value and stock market performance di Thailand, menyatakan
bahwa corporate governance dapat menjadi pendorong baik nilai perusahaan maupun
harga pasar sahamnya. Sebaliknya Saravanan (2009) dalam penelitiannya tentang corporate
governance terhadap kinerja perusahaan keluarga dan non keluarga di India, menyatakan
bahwa type of firm dan corporate governance tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil
penelitian Wulandari (2009) menyatakan skor Corporate Governance Perception Index
dan ukuran perusahaan mempengaruhi kinerja operasional (ROE) perusahaan namun tidak
berpengaruh terhadap kinerja pasar (Tobin’s Q) perusahaan.
Berdasarkan fenomena-fenomena ekonomi yang terjadi saat krisis ekonomi global
dan adanya perbedaan hasil penelitian atas pengaruh good corporate governance terhadap
kinerja perusahaan, menjadi ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian “ Pengaruh
Corporate Governance Perception Index terhadap Kinerja Perusahaan dalam Masa
Krisis Ekonomi Global tahun 2008-2010 ”. Perbedaan dengan penelitian terdahulu
adalah pada masa pengamatan yaitu tahun 2008 – 2010 dengan menambahkan variabel
kontrol berupa jenis industri, ukuran perusahaan, umur perusahaan dan tingkat leverage.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan
masalah yang menjadi dasar dalam penyusunan tesis, yaitu : “ apakah terdapat pengaruh
corporate governanceperception index terhadap kinerja perusahaan di Indonesia pada
perioda krisis ekonomi global tahun 2008-2010”.
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk menganalisis pengaruh corporate governanceperception index terhadap
kinerja perusahaan di Indonesia pada masa krisis ekonomi global tahun 2008-2010.
Manfaat hasil penelitian ini.
1.
Bagi peneliti, bermanfaat untuk mengembangkan wawasan dan pemahaman berkaitan
dengan Good Corporate Governance dan pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan.
2.
Bagi perusahaan-perusahaan yang diteliti, penelitian ini diharapkan bermanfaat
sebagai referensi akan pendalaman mengenai prinsip-prinsip corporate governance
dan besarnya pengaruh yang dapat ditimbulkan atas pelaksanaan good corporate
governance terhadap kinerja perusahaan.
3.
Bagi investor, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pengambilan keputusan
mengenai investasi pada perusahaan yang telah menerapkan good corporate
governance.
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah Good Corporate Governance (GCG) pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury
Committee pada tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut pada laporan mereka
(Cadburry Report). Menurut Cadbury Committee pengertian GCG adalah seperangkat
peraturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manajer, kreditor,
Adi Suharna & Fifi Swandari, Pengaruh Corporate Governance Perception Index...
133
pemerintah, karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun
eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka (Tjager et al,2003).
Istilah tersebut kemudian didefinisikan oleh berbagai pihak, diantaranya adalah OECD.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) atau disebut juga
kelompok negara maju mendefinisikan GCG sebagai cara-cara manajemen perusahaan
bertanggungjawab pada shareholders-nya. Para pengambil keputusan di perusahaan
haruslah dapat dipertanggungjawabkan dan keputusan tersebut mampu memberikan nilai
tambah bagi shareholders lainnya. Karena itu fokus utama disini terkait dengan proses
pengambilan keputusan dari perusahaan yang mengandung nilai-nilai tranparency,
responsibility, accountability dan tentu saja fairness.
Berdasarkan definisi atau pengertian GCG di atas dapat disimpulkan bahwa, pada
dasarnya GCG adalah seperangkat peraturan sistem, proses dan yang mengatur hubungan
antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama hubungan antara
pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan.
Tujuan GCG adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders). Secara teoritis pelaksanaan GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan
dengan meningkatkan kinerja keuangan mereka, mengurangi resiko yang mungkin
dilakukan oleh dewan komisaris dengan keputusan-keputusan yang menguntungkan diri
sendiri dan umumnya GCG dapat meningkatkan kepercayaan investor (Tjager,et al,2003).
Good corporate governance dapat menjadi pilar utama pendukung tumbuh kembangnya
perusahaan sekaligus pilar pemenang era persaingan global.Prinsip-prinsip GCG antara
lain : 1) Transparency (Keterbukaan Informasi), 2) Accountability (Akuntabilitas), 3)
Responsibilitas (Pertanggung jawaban), 4) Independency (Kemandirian) dan 5) Fairness
(Kesetaraan dan Kewajaran)
Indonesia mulai menerapkan prinsip GCG sejak menandatangani letter of intent
(LoI) dengan International Monetary Fund (IMF) yang salah satu bagian pentingnya
adalah pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan (corporate governance) di
Indonesia. Sejalan dengan langkah tersebut, pada tahun 1999 Pemerintah melalui Kep-10/M.
EKUIN/08/1999 membentuk suatu lembaga yaitu Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG). Komite ini bertugas untuk merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan
nasional tentang GCG, antara lain meliputi Code for Good Corporate Governance.
Sektor swasta dan kalangan masyarakat juga memiliki inisiatif untuk membantu upaya
mensosialisasikan GCG di Indonesia dengan terbentuknya beberapa lembaga antara lain:
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), Indonesia Institute for Corporate
Directorship (IICD), Lembaga Komisaris dan Direktur Indonesia (LKDI), Indonesian
Society of Independent Commissioneers (ISICOM), KADIN Indonesia Komite Tetap
GCG, Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) dan The Indonesian Institute for Corporate
Governance (IICG). Masing-masing lembaga tersebut mempunyai aktivitas yang berbeda
namun tujuan yang sama yakni membantu pemerintah mensosialisasikan penerapan GCG
di Indonesia.
Sistem Penilaian dan Pemeringkatan Penerapan Good Corporate Governance
The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) yang didirikan pada
tanggal 2 Juni 2000 adalah sebuah lembaga independen yang melakukan kegiatan diseminasi
134
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
dan pengembangan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate GovernanceGCG) di Indonesia. Visi menjadi lembaga independen dan bermartabat untuk mendorong
terciptanya perilaku bisnis yang sehat, menjadi inspirasi IICG untuk senantiasa berupaya
memasyarakatkan konsep, praktek dan manfaat GCG kepada dunia bisnis khususnya
dan masyarakat luas pada umumnya. Kegiatan utama yang dilakukan salah satunya
adalah melaksanakan riset penerapan GCG yang hasilnya berupa Corporate Governance
Perception Index (CGPI).
Penilaian dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan oleh responden
dengan melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, baik internal
maupun eksternal mengikuti ketentuan IICG. Aspek yang dinilai meliputi komitmen
terhadap tata kelola perusahaan, hak pemegang saham dan fungsi kepemilikan kunci,
perlakuan setara terhadap seluruh pemegang saham, peran stakeholders dalam tata kelola
perusahaan, pengungkapan dan tranparansi, serta tanggungjawab Dewan Komisaris dan
Dewan Direksi.
Hasil program riset dan pemeringkatan CGPI adalah penilaian dan pemeringkatan
penerapan GCG pada perusahaan peserta dengan memberikan skor dan pembobotan nilai
berdasarkan acuan yang telah dibuat. Pemeringkatan CGPI didesain menjadi tiga kategori
berdasarkan tingkat/level terpercaya yang dapat dijelaskan menurut skor penerapan GCG
seperti pada Tabel berikut:
Kategori Pemeringkatan CGPI
Skor
Level
55-69,99
Cukup terpercaya
70-84,99
Terpercaya
85-100
Sangat terpercaya
Sumber: Swa,2012
Esensi corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui
supervise atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen
terhadap pemangku kepentingan lainnya berdasar kerangka aturan dan peraturan yang
berlaku (Gunarsih dalam Daniri,2005). Manfaat lain penerapan GCG yaitu mengurangi
agency cost, biaya yang harus di tanggung pemegang saham akibat pendelegasian wewenang kepada manajemen, menurunkan cost of capital sebagai dampak dikelolanya
perusahaan secara sehat dan bertanggungjawab, meningkatkan nilai saham perusaham dan
menciptakan dukungan stakeholders terhadap perusahaan.
Kinerja keuangan merupakan salah satu alat ukur yang digunakan oleh para pemakai
laporan keuangan dalam mengukur atau menentukan sejauh mana kualitas perusahaan.
Kinerja suatu perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuangan tersebut. Berdasarkan
laporan keuangan tersebut dapat diketahui keadaan finansial dan hasil-hasil yang telah
dicapai perusahaan selama periode tertentu.
Adi Suharna & Fifi Swandari, Pengaruh Corporate Governance Perception Index...
135
Menurut Helfert,1997 ada dua macam kinerja yang diukur dalam berbagai penelitian
yaitu kinerja operasi perusahaan yaitu rasio yang dapat digunakan adalah ROE dan ROA.
Sedangkan pengukuran kinerja pasar akan digunakan metode Tobin’s Q.
Penelitian Klapper dan Love (2002) menentukan bahwa nilai Tobin’s Q merupakan
rasio dari harga penutupan saham di akhir tahun buku dikali dengan banyaknya saham
beredar ditambah nilai buku hutang dibagi dengan total aktiva.
Nilai Tobin’s Q= Market Value of Equity + Debt
Total Assets
Return on equity atau ROE merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap modal sendiri (Atmaja,2002). Semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien
perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih.
Return on assetsatau ROA menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan
laba dari aktiva yang dipergunakan (Sartono,2001). Return on Assets (ROA), yaitu
indikator kemampuan sebuah unit usaha untuk memperoleh laba atas sejumlah aset yang
dimiliki oleh unit usaha tersebut.
Beberapa penelitian juga telah meneliti beberapa faktor yang mempengaruhi penerapan good corporate governance pada perusahaan seperti :
1.
Leverage. Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk
membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal sendiri 100%.Leverage merupakan total utang dibagi dengan total aset.
2.
Ukuran Perusahaan. Perusahaan dengan jumlah aset besar dapat memiliki masalah
keagenan yang lebih besar sehingga membutuhkan corporate governance yang lebih
baik. Disisi lain perusahaan dengan jumlah aset kecil bisa memiliki kesempatan
bertumbuh yang tinggi sehingga membutuhkan dana eksternal dan seperti argumen
diatas, membutuhkan mekanisme corporate governance yang lebih baik.
3.
Umur Perusahaan. Umur perusahaan juga merupakan faktor yang mempengaruhi
kinerja perusahaan dalam penerapan good corporate governance.Umur perusahaan
dapat menunjukkan kemampuan dalam mengatasi kesulitan dan hambatan yang dapat
mengancam kelangsungan perusahaan, serta menunjukkan kemampuan perusahaan
mengambil kesempatan dalam lingkungannya untuk mengembangkan usaha.Disamping itu, umur perusahaan dapat menunjukkan kemampuan dalam keunggulan berkompetisi.
4.
Jenis Industri. Jenis industri yang dimaksud penulis adalah terbagi dua yaitu industri
perbankan dan non perbankan.Industri perbankan adalah industri yang sangat bertumpu
kepada kepercayaan masyarakat. Untuk itu sektor perbankan sangat berkepentingan
atas tata kelola perusahaan yang baik, dimana manfaat penerapan good corporate
governance diharapkan menumbuhkan kepercayaan stakeholdersyang tentunya bisa
meningkatkan kinerja perusahaan. Kelompok industri non perbankan bila tanpa tata
kelola yang baik, tanpa memperhatikan kepentingan stakeholders seperti investor,
pemerintah maupun masyarakat maka produk-produk yang dihasilkan bisa jadi justru
merugikan lingkungan yang berimbas pada kinerja perusahaan.
136
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
KERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
'!#%##
'!$#)'$!
)1.!,$.1/!&!!,
+1.$.1/!&!!,
',%)!0 $,'/,#1/0.'
'! %##
',$.(!$.1/!&!!,
-"',/
Gambar Model Kerangka Pikiran
Hipotesis Penelitian
H1.a : “ corporate governanceperception indexberpengaruh positif terhadap kinerja pasar
perusahaan (Tobin’s Q) di Indonesia dalam masa krisis ekonomi global (20082010)”
H1.b : “ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja pasar perusahaan (Tobin’s
Q) di Indonesia dalam masa krisis ekonomi global (2008-2010)”
H1.c : “umur perusahaanberpengaruh positif terhadap kinerja pasar perusahaan (Tobin’s Q)
di Indonesia dalam masa krisis ekonomi global (2008-2010)”
H1.d : “tingkat leverage berpengaruh positif terhadap kinerja pasar perusahaan (Tobin’s Q)
di Indonesia dalam masa krisis ekonomi global (2008-2010)”
H1.e : “ jenis industri berpengaruh positif terhadap kinerja pasar perusahaan (Tobin’s Q) di
Indonesia dalam masa krisis ekonomi global (2008-2010)”
H2.a : “corporate governance perception index,ukuran perusahaan, umur perusahaan,
tingkat leverage dan jenis industriberpengaruh positif terhadap kinerja operasional
perusahaan (ROE) di Indonesia dalam masa krisis ekonomi global (2008-2010)”
H2.b : “ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja operasional perusahaan
(ROE) di Indonesia dalam masa krisis ekonomi global (2008-2010)”
H2.c : “umur perusahaanberpengaruh positif terhadap kinerja operasional perusahaan
(ROE) di Indonesia dalam masa krisis ekonomi global (2008-2010)”
H2.d : “tingkat leverage berpengaruh positif terhadap kinerja operasional perusahaan (ROE)
di Indonesia dalam masa krisis ekonomi global (2008-2010)”
H2.e : “ jenis industri berpengaruh positif terhadap kinerja operasional perusahaan (ROE)
di Indonesia dalam masa krisis ekonomi global (2008-2010)”
H3.a : “corporate governance perception index, ukuran perusahaan, umur perusahaan,
tingkat leverage dan jenis industriberpengaruh positif terhadap kinerja operasional
perusahaan (ROA) di Indonesia dalam masa krisis ekonomi global (2008-2010)”
H3.b : “ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja operasional perusahaan
(ROA) di Indonesia dalam masa krisis ekonomi global (2008-2010)”
H3.c : “umur perusahaanberpengaruh positif terhadap kinerja operasional perusahaan
(ROA) di Indonesia dalam masa krisis ekonomi global (2008-2010)”
Adi Suharna & Fifi Swandari, Pengaruh Corporate Governance Perception Index...
137
H3.d : “tingkat leverage berpengaruh positif terhadap kinerja operasional perusahaan
(ROA) di Indonesia dalam masa krisis ekonomi global (2008-2010)”
H3.e : “ jenis industri berpengaruh positif terhadap kinerja operasional perusahaan (ROA)
di Indonesia dalam masa krisis ekonomi global (2008-2010)”
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian, Unit Analisis, Populasi, Ukuran Sampel dan Teknik Sampling
Jenis penelitian ini adalah penelitian kausal dengan pendekatan kuantitatif.Unit
analisis penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki indeks penerapan good
corporate governance (CGPI) yang dikeluarkan oleh IICG tahun 2008-2010 dan laporan
keuangan perusahaan tersebut yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010
yang telah dipublikasikan.Teknik penarikan sampel dilakukan secara purposive sampling,
artinya bahwa penarikan sampel berdasarkan pertimbangan yang memenuhi kriteria tertentu
sesuai yang dikehendaki peneliti. Adapun pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan
sampel adalah perusahaan yang masuk dalam pemeringkatan corporate governance
perception index oleh IICG dalam penerapan GCG pada tahun 2008,2009 dan 2010 dimana
perusahaan yang dipilih adalah perusahaan yang memiliki indeks persepsi selama 3 tahun
tersebut dan memiliki laporan keuangan yang dipublikasikan serta terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut diatas dari populasi yang ada di peroleh
sampel sebagai berikut:
Jumlah populasi
: 39
Tidak memiliki skor CGPI 3 tahun berturut-turut (2008-2010)
: (28)
Tidak terdaftar di BEI
: (3)
Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria
:8
Kurun waktu penelitian adalah 3 tahun sehingga jumlah data yang ada menjadi 24
buah data.
Variabel dan Metode Analisis Data
Metode analisis data dilakukan dengan metode analisis statistik dan menggunakan
bantuan software SPSS 17. Pengujian dilakukan setelah uji asumsi klasik. Pengujian dalam
penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan persamaan regresi yang
digunakan sebagai berikut :
Model 1: Y1 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3+ β4X4 + β5X5 + e
Model 2: Y2 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3+ β4X4 + β5X5 + e
Model 3: Y3 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3+ β4X4 + β5X5 + e
Keterangan:
Y1 = Tobin’s Q perusahaan sampel
Y2 = ROE perusahaan sampel
Y3 = ROA perusahaan sampel
X1 = Indeks GCG (CGPI)
X2 = Ukuran Perusahaan
X3 = Umur Perusahaan
138
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
X4 =
X5 =
α
=
β1- β3 =
e
=
Tingkat Leverage
Jenis perusahaan
Nilai intercept
koefisien regresi
Error
HASIL PENELITIAN
Analisis Deskriptif
Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan software SPSS 17 untuk memperoleh gambaran secara umum mengenai data penelitian, berikut disajikan statistik deskriptif data sampel sebagaimana tabel
Tabel Statistik Deskriptif
N
Range
Min
Max
Mean
Std. Dev
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Tobin’s Q
24
5.54
0.78
6.32
1.7692
1.44613
ROE
24
65.08
0.90
65.98
25.5575
17.85779
LogROA
24
2.22
-0.55
1.67
0.7309
0.5612
CGPI
24
29.19
62.62
91.81
81.3158
8.30156
LogSize
24
3.53
5.12
8.65
7.1251
0.95784
Umur
24
48
7
55
31.12
16.152
Lev
24
73.89
17.59
91.48
57.6142
27.2586
Sumber: Hasil Pengolahan Statistik
Tabel diatas menunjukkan statistik deskriptif untuk variabel dependen Tobins Q, ROE
dan LogROA, dengan variabel independen CGPI,LogSize, Umur perusahaan, Leverage,
dan jenis perusahaan. Berdasarkan tabel tersebut terlihat dari 24 perusahaan rata-rata
memiliki kinerja pasar yang diproksi dengan nilai Tobin’s Q sebesar 1.7692 dengan standar
deviasi sebesar 1.44613. Kinerja pasar perusahaan-perusahaan sampel rata-rata lebih dari
1 yang berarti nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Standar deviasi yang kecil
menunjukkan tidak banyaknya variance atau kesenjangan yang cukup besar dari Tobin’s Q
terkecil 0,78 sampai dengan Tobin’s Q terbesar 6,32. Kinerja operasional perusahaan yang
diproksi dengan nilai ROE memiliki rata-rata 25.5575 dengan standar deviasi 17.85779.
Kinerja operasional perusahaan yang diproksi dengan nilai LogROA memiliki rata-rata
0.7309 yang berarti return rata-rata perusahaan-perusahaan sampel 0.7309 kali dari total
asetnya, standar deviasi 0.5612 .
Adi Suharna & Fifi Swandari, Pengaruh Corporate Governance Perception Index...
139
Rata-rata indeks CGPI adalah sebesar 81.3158 dengan standar deviasi 8.30156.Ratarata LogSize dengan nilai 7.1251 dan standar deviasi 0.95784.Rata-rata umur perusahaan
adalah 31.12 tahun dengan standar deviasi 16.152. Rata-rata tingkat leverage 57.6142
dengan standar deviasi 27.25860. Standar deviasi yang cukup besar ini menunjukkan
banyaknya variance atau kesenjangan yang cukup besar dari tingkat leverage terendah
17.59 dengan leverage tertinggi 91.48.
Uji Asumsi Klasik
1.
2.
3.
4.
Uji Normalitas Data. Berdasarkan uji one sample kolmogorov smirnov, menunjukkan
besarnya nilai kolmogorov smirnov adalah 0.883 untuk variabel dependen Tobin’s
Q, 0.780 untuk variabel dependen ROE dan 0.936 untuk variabel dependen ROA
dimana kesemuanya tidak signifikan pada 0.10. Hal ini mengindikasikan data residual
terdistribusi normal,sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
Uji Autokorelasi. Hasil pengujian Durbin-Watson dengan tingkat kepercayaan
95%(tingkat signifikansi 5%) untuk kinerja pasar Tobin’s Q maupun kinerja operasional
ROA dan ROE, kesemuanya berada diantara 4-du dan 4-dl. Hal ini menunjukkan
bahwa model regresi tidak dapat disimpulkan apakah bebas dari autokorelasi atau
tidak.
Uji Multikolinieritas. Multikolinieritas terjadi jika variabelberkorelasi satu sama
lain. Multikolinieritasdapat diuji dengan menggunakan nilai variance inflation factor
(VIF). Model dinyatakan terbebas dari gangguan multikolinieritas jika mempunyai
nilai VIF dibawah 10 atau Tolerance diatas 0.1.Hasil pengujian menghasilkan data
semua nilai VIF dibawah 10 atau nilai tolerance diatas 0.1.Berarti tidak terdapat
gejala multikolinieritas pada model penulisan ini.
Uji Heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas dilakukan dengan memplotkan grafik antara SRESID dengan ZPRED dimana gangguan heterokedastisitas akan
tampak dengan adanya pola tertentu pada grafik. Nilai residual seharusnya terlihat
tersebarsecara random, tanpa adanya pola yang sistematik.Jika varians tidak konstan, dalamsebuah plot residual, nilai residual akan terlihatmembentuk pola yang
sistematik. Kejadianini menunjukkan adanya heterokedastisitas. Hasil pengolahan
statistic terlihatbahwa plot residual untuk masing-masingpola yang sistematis
semuanya tersebarsecara random. Jadi semua persamaan regresiyang dipergunakan
dalam penelitian ini,tidak ada yang mengandung heterokedastisitas.
Pengujian Hipotesis
1.
Pengujian Hipotesis untuk Variabel Dependen Tobin’s Q
Model analisis regresi berganda pertama yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model analisis dengan variable dependen Tobin’s Q. Model regresi pertama
digunakan untuk mengukur pengaruh indeks CGPI dengan variable kontrol ukuran
perusahaan, umur perusahaan, tingkat leverage, jenis perusahaan terhadap kinerja
pasar (Tobin’s Q) perusahaan.
140
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Tabel Hasil Analisis Regresi Linier Tobin’s Q
Unstandardized Coefficients
Model
B
Std. Error
t
sig
Constan
-4.483
3.394
-1.321
0.203
CGPI
0.154
0.053
2.919
0.009
LogSize
-0.552
0.511
-1.079
0.295
Umur
-0.013
0.017
-0.782
0.444
Lev
-0.032
0.013
-2.439
0.025
Jenis
-0.328
1.119
-0.293
0.773
Sumber: Hasil Pengolahan Statistik
Hasil analisis regresi model 1 diperoleh persamaan sebagai berikut :
Tobin’s Q = -4.483 + 0.154CGPI – 0.552logsize – 0.013umur - 0.032lev - 0.328jenis
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa apabila nilai koefisien regresi dari masingmasing variabel dianggap nol, maka besarnya Tobin’s Q dari perusahaan-perusahaan
sampel adalah sebesar -4.483. Untuk melihat besarnya pengaruh masing-masing variabel
bebas terhadap Tobin’s Q akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan interpretasi koefisien
regresi masing-masing variabel penelitian.
Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikansi individual.Uji ini menunjukkan
seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen
dengan tingkat signifikansi 0.10. Kriteria pengambilan keputusan:
Jika t hitung > t tabel =
Ho ditolak
Jika t hitung < t tabel =
Ho diterima
Hasil pengujian hipotesis secara parsial (uji-t) dan besarnya nilai signifikansi dengan
menggunakan software SPSS 17 dapat dilihat pada tabel diatas menunjukkan nilai t hitung
CGPI ( 2.919 ) lebih besar dari t table untuk N=24 sig 0.10 yaitu 1.711 sehingga secara
parsial variabel independen CGPI mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap
kinerja pasar perusahaan yang diproksi dengan Tobin’s Q karena tingkat signifikansinya
0.009 dibawah batas yang dapat diterima yaitu 10% maka Hipotesis H1.a dapat diterima.
Untuk variabel kontrol ukuran perusahaan, umur dan jenis tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan karena t hitung mempunyai tanda negatif yang berlawanan dengan hipotesis dan
tingkat signifikansi diatas 0.05 sehingga hipotesis H1.b, H1.c, dan H1.e ditolak. Sementara
variabel kontrol leverage ternyata berpengaruh negatif signifikan terhadap Tobin’s Q
perusahaan sehingga hipotesis H1.d ditolak karena pada hipotesis dinyatakan berpengaruh
positif.
Adi Suharna & Fifi Swandari, Pengaruh Corporate Governance Perception Index...
141
Koefisien determinasi ( R2 ) mengukur seberapa jauh kemampuan model yang dibentuk dalam menerangkan variasi variabel dependen. Adapun besarnya nilai koefisien
determinasi ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel Koefisien Determinasi Tobin’s Q
Model
R
R Square
AdjustedR Square
1
0.740
0.547
0.422
Sumber: Hasil Pengolahan Statistik
Tabel tersebut memberikan nilai adjusted R2 sebesar 0.422 pada model penelitian.
Tampak bahwa kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel terikat
adalah sebesar 42.2%.Masih terdapat 57.8% varians variabel terikat yang belum mampu
dijelaskan oleh variabel bebas dalam model penelitian ini.
Pengujian Uji F merupakan uji simultan adalah untuk melihat pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikatnya secara serempak. Berikut adalah nilai F hitung dalam
penelitian ini :
Tabel Uji F- Tobin’s Q
Model
1
RegressionResidual
F
Sig
4.354
0.009
Sumber: Hasil Pengolahan Statistik
Tabel memperlihatkan bahwa nilai F hitung pada model penelitian dengan variabel
dependen Tobin’s Q adalah sebesar 4.354 dengan taraf signifikansi sebesar 0.009. Nilai
signifikansi dibawah 0.10 yang menunjukkan bahwa variabel bebas secara serempak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pasar pada signifikansi 10%.
2.
Pengujian Hipotesis untuk Variabel Dependen ROE
Model analisis regresi berganda kedua yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model analisis dengan variabel dependen ROE.Model regresi kedua digunakan
untuk mengukur pengaruh indeks CGPI dengan variabel kontrol ukuran perusahaan,
umur perusahaan, tingkat leverage, jenis perusahaan terhadap kinerja operasional
(ROE) perusahaan.
Tabel Hasil Analisis Regresi Linier ROE
Unstandardized Coefficients
Model
B
Std. Error
t
sig
Constan
-105.247
51.394
-2.048
0.055
CGPI
1.523
0.797
1.911
0.072
142
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Tabel Hasil Analisis Regresi Linier ROE
Unstandardized Coefficients
LogSize
1.638
7.743
0.212
0.835
Umur
-0.068
0.256
-0.264
0.795
Lev
0.060
0.196
0.304
0.765
Jenis
-24.249
16.939
-1.431
0.169
Sumber:Hasil Pengolahan Statistik
Hasil analisis regresi model 2 diperoleh persamaan sebagai berikut :
ROE : -105.247 + 1.523CGPI + 1.638 logsize – 0.068umur + 0.060lev–24.249jenis
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa apabila nilai koefisien regresi dari
masing-masing variabel dianggap nol, maka besarnya ROE dari perusahaan-perusahaan sampel adalah sebesar -105.247. Untuk melihat besarnya pengaruh masingmasing variabel bebas terhadap ROE akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan
interpretasi koefisien regresi masing-masing variabel penelitian.
Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikansi individual.Uji ini menunjukkan
seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen
dengan tingkat signifikansi 0.10.Kriteria pengambilan keputusan:
Jika t hitung > t tabel =
Ho ditolak
Jika t hitung < t tabel =
Ho diterima
Hasil pengujian hipotesis secara parsial (uji-t) dan besarnya nilai signifikansi
dengan menggunakan software SPSS 17 dapat dilihat pada tabel diatas menunjukkan
nilai t hitung ( 1.911 ) lebih besar dari t table untuk N=24 sig 0.10 yaitu 1.711 sehingga
secara parsial variabel independen CGPI mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja operasional perusahaan yang diproksi dengan ROE karena tingkat
signifikansinya 0.072 dibawah batas yang dapat diterima yaitu 0.10. sehingga pada
tingkat signifikansi 10% hipotesis H2.a dapat diterima. Sementara variabel-variabel
kontrol menghasilkan tingkat sig > dari 0.10 sehingga secara parsial H2.b, H2.c,
H2.d dan H2.e ditolak.
Koefisien determinasi ( R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model yang
dibentuk dalam menerangkan variasi variabel dependen. Adapun besarnya nilai
koefisien determinasi ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel Koefisien Determinasi ROE
Model
R
R Square
Adjusted R Square
1
0.565
0.319
0.130
Sumber: Hasil Pengolahan Statistik
Adi Suharna & Fifi Swandari, Pengaruh Corporate Governance Perception Index...
143
Tabel tersebut memberikan nilai adjusted R2 sebesar 0.130 pada model penelitian. Tampak bahwa kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel
terikat adalah sebesar 13%.Masih terdapat 87% varians variabel terikat yang belum
mampu dijelaskan oleh variabel bebas dalam model penelitian ini.
Pengujian Uji F merupakan uji simultan adalah untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya secara serempak. Berikut adalah nilai F hitung
dalam penelitian ini :
Tabel Uji F- ROE
Model
1
Regression Residual
F
Sig
1.689
0.188
Sumber: Hasil Pengolahan Statistik
Tabel menghasilkan nilai F hitung pada model penelitian dengan variabel
dependen ROE adalah sebesar 1.689 dengan taraf signifikansi sebesar 0.188.Nilai
signifikansi diatas 0.10 yang menunjukkan bahwa variabel bebas secara serempak
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja operasional perusahaan
(ROE) pada signifikansi 10%.
3.
Pengujian Hipotesis untuk Variabel Dependen ROA
Model analisis regresi berganda ketiga yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model analisis dengan variabel dependen ROA.Model regresi ketiga digunakan
untuk mengukur pengaruh indeks CGPI dengan variabel kontrol ukuran perusahaan,
umur perusahaan, tingkat leverage, jenis perusahaan terhadap kinerja operasional
(ROA) perusahaan.
Tabel Hasil Analisis Regresi Linier LogROA
Unstandardized
Coefficients
Model
B
Std. Error
t
sig
Constan
-1.563
1.251
-1.249
0.228
CGPI
0.029
0.019
1.477
0.157
LogSize
0.088
0.189
0.466
0.647
Umur
0.004
0.006
0.612
0.548
Lev
-0.011
0.005
-2.389
0.028
Jenis
-0.502
0.412
-1.218
0.239
Sumber: Hasil Pengolahan Statistik
144
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Hasil analisis regresi model 3 diperoleh persamaan sebagai berikut :
LogROA : -1.563 + 0.029CGPI +0.088logsize + 0.004umur – 0.011lev – 0.502jenis
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa apabila nilai koefisien regresi dari
masing-masing variabel dianggap nol, maka besarnya logROA dari perusahaanperusahaan sampel adalah sebesar -1.563. Untuk melihat besarnya pengaruh masingmasing variabel bebas terhadap ROA akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan
interpretasi koefisien regresi masing-masing variabel penelitian.
Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikansi individual. Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel
dependen. Kriteria pengambilan keputusan:
Jika t hitung > t tabel =
Ho ditolak
Jika t hitung < t tabel =
Ho diterima
Hasil pengujian hipotesis secara parsial (uji-t) dan besarnya nilai signifikansi
dengan menggunakan software SPSS 17.0 dapat dilihat pada tabel diatas menunjukkan
secara parsial variabel independen CGPI tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja operasional perusahaan yang diproksi dengan nilai ROA karena
t-hitung 1.477 < t-table 1.711 dengan tingkat signifikansinya 0.157 diatas batas yang
dapat diterima yaitu 0.10. Pada tingkat signifikansi 0.10 maka hipotesis H3.a tidak
diterima. Variabel-variabel kontrol menunjukkan tingkat signifikansi diatas 0.10
seperti pada variabel kontrol logsize, umur sehingga hipotesis H3.b, dan H3.c ditolak.
Sementara variabel kontrol leverage dan jenis mempunyai tanda negatif berlawanan
dengan hipotesis positif sehingga H3.d dan H3.e juga ditolak.
Koefisien determinasi ( R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model yang
dibentuk dalam menerangkan variasi variabel dependen. Adapun besarnya nilai
koefisien determinasi ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel Koefisien Determinasi LogROA
Model
R
R Square
Adjusted R Square
1
0.769
0.591
0.478
Sumber: Hasil Pengolahan Statistik
Tabel tersebut memberikan nilai adjusted R2 sebesar 0.478 pada model
penelitian. Tampak bahwa kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians
variabel terikat adalah sebesar 47.8%.Masih terdapat 52.2% varians variabel terikat
yang belum mampudijelaskan oleh variabel bebas dalam model penelitian ini.
Pengujian Uji F merupakan uji simultan adalah untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya secara serempak. Berikut adalah nilai F hitung
dalam penelitian ini :
Adi Suharna & Fifi Swandari, Pengaruh Corporate Governance Perception Index...
145
Tabel Uji F- LogROA
Model
1
Regression Residual
F
Sig
5.21
0.004
Sumber:Hasil Pengolahan Statistik
Sedangkan tabel diatas menghasilkan nilai F hitung pada model penelitian
dengan variabel dependen log ROA adalah sebesar 5.21 dengan taraf signifikansi
sebesar 0.004. Nilai signifikansi adalah dibawah 0.10 yang menunjukkan bahwa
variabel bebas secara serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja operasional ROA perusahaan pada signifikansi 10%.
Pembahasan Hasil Penelitian
1.
Pengaruh Corporate Governance Perception Index, Ukuran Perusahaan, Umur
Perusahaan, Tingkat Leverage Perusahaan dan Jenis Perusahaan terhadap
Kinerja Pasar (Tobin’s Q) Perusahaan.
Hasil analisis regresi berganda menunjukkan secara simultan CGPI, logsize, umur,
leverage dan jenis perusahaan mempunyai pengaruh positif signifikan pada tingkat
signifikansi 10% terhadap kinerja pasar perusahaan yang diproksi dengan Tobin’s Q.
Hasil penelitian ini mendukung secara teori dimana Good Corporate Governance
dapat meningkatkan kinerja perusahaan melalui pemantauan kinerja manajemen dan
akuntabilitas manajemen terhadap semua stakeholders. Seiring dengan tujuan GCG
untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pemangku kepentingan. Sebagai variabel
independen CGPI secara parsial dan simultan bersama logsize, umur, leverage dan
jenis perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap Tobin’s Q perusahaan. Hasil
ini membuktikan bahwa ditinjau dari kinerja pasar, perusahaan dengan CGPI yang
baik akan membuat investor percaya atas kelangsungan perusahaan sehingga nilai
pasar saham perusahaan cenderung meningkat.
Terkait dengan kurun waktu penelitian yaitu tahun 2008 – 2010 yang dikenal
ekonomi dunia mengalami krisis ekonomi global, hasil penelitian membuktikan
bahwa tingkat penerapan good corporate governance yang baik akan mempengaruhi
kelangsungan perusahaan. Dengan tingkat rata-rata indeks penerapan tata kelola
perusahaan ( CGPI ) 81.3158 dengan kategori terpercaya, perusahaan-perusahaan
sampel penelitian memiliki nilai Tobin’s Q rata-rata 1.7692 yang berarti nilai pasar
asset perusahaan diatas nilai buku dan menunjukkan bahwa perusahaan dipercaya
stakeholders memiliki prospek pertumbuhan yang baik dan memiliki intangible asset
semakin besar. Hal ini bisa terjadi karena semakin besar nilai pasar aset perusahaan,
semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih
untuk memiliki perusahaan tersebut. Perusahaan dengan nilai Tobin’s Q yang tinggi
biasanya memiliki brand image perusahaan yang sangat kuat, sedangkan perusahaan
yang memiliki nilai Tobin’s Q yang rendah umumnya berada pada industri yang
sangat kompetitif atau industri yang mulai mengecil.
146
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wulandari (2006), Prugsamartz
(2010), Samontaray (2010) dan Bauer et al (2005) dimana good corporate
governance berpengaruh positif terhadap kinerja pasar. Penelitian ini berbeda dengan
hasil penelitian Herly dan Sisnuhadi (2011), Hidayah (2008), Saravanan (2009) dan
Wulandari (2009) dimana corporate governance tidak berpengaruh terhadap kinerja
pasar perusahaan.
Variabel kontrol ukuran perusahaan, umur dan jenis perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan dikarenakan pada saat penelitian (tahun
2008-2010) terjadi krisis ekonomi global yang berdampak terhadap kinerja perusahaan
baik itu perusahaan dengan asset besar maupun dengan asset kecil. Perusahaan
dengan asset besar ataupun kecil tidak dapat memaksimalkan kapasitas produksinya
karena kondisi ekonomi yang tidak menentu dan tingkat permintaan yang menurun.
Umur perusahaan juga tidak berpengaruh terhadap kinerja pasar karena kelesuan dan
ketidakpastian ekonomi berdampak negatif terhadap perusahaan baik perusahaan
dalam usia matang, berkembang maupun perusahaan baru. Jenis perusahaan baik
sektor perbankan maupun non perbankan juga mengalami dampak akibat kelesuan
ekonomi di masa krisis global tersebut sehingga jenis perusahaan tidak berpengaruh
terhadap kinerja pasar.
Variabel kontrol leverage ternyata berpengaruh negatif signifikan terhadap
kinerja pasar karena adanya kekhawatiran investor dan calon investor atas kelangsungan usaha perusahaan yang memiliki tingkat leverage tinggi. Hal ini disebabkan
pelemahan nilai tukar dan penurunan permintaan dapat menyebabkan beban berat
untuk mengatasi hutang sehingga dipandang dari sisi leverage menimbulkan penilaian
negatif terhadap kinerja pasar perusahaan.
2.
Pengaruh Corporate Governance Perception Index, Ukuran Perusahaan, Umur
Perusahaan, Tingkat Leverage Perusahaan dan Jenis Perusahaan terhadap
Kinerja Operasional (ROE) Perusahaan.
Hasil analisis regresi berganda menunjukkan secara parsial dan simultan
pada tingkat signifikansi 10% CGPI mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja
operasional perusahaan yang diproksi dengan ROE sedangkan variabel kontrol pada
tingkat signifikansi 10% secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap ROE.
Bukan hal mudah menganalisis pengaruh Good Corporate Governance secara
teori terhadap return perusahaan. Usaha peningkatan return perusahaan antara
lain melalui peningkatan pendapatan sebesar-besarnya dan menekan biaya-biaya
seminimal mungkin. Perusahaan dapat menerapkan good corporate governance
tidak hanya sebagai pemenuhan kewajiban regulator saja, namun membentuk GCG
sebagai budaya perusahaan. Perusahaan menyadari bahwa penerapan good corporate
governanceakan membuat manajemen bekerja efektif efisien sehingga mengurangi
biaya keagenan yang akhirnya meningkatkan profitabilitas.
Terkait dengan kurun waktu penelitian yaitu tahun 2008 – 2010 yang dikenal
ekonomi dunia mengalami krisis ekonomi global, hasil penelitian membuktikan
bahwa tingkat penerapan good corporate governance yang baik berpengaruh
terhadap kinerja operasional perusahaan. Dengan tingkat rata-rata indeks penerapan
Adi Suharna & Fifi Swandari, Pengaruh Corporate Governance Perception Index...
147
tata kelola perusahaan ( CGPI ) 81.3158 dengan kategori terpercaya, perusahaanperusahaan sampel penelitian memiliki nilai ROE rata-rata 25.5575 yang berarti
dikaitkan dengan CGPI bahwa perusahaan-perusahaan sampel tergolong terpercaya
hingga tingkat return atas equity (ROE) 25.5678% walaupun dalam kondisi ekonomi
krisis. Hal ini bisa terjadi walaupun kondisi ekonomi yang lesu berpengaruh terhadap
kemampuan konsumen membeli produk atau jasa yang ditawarkan sehingga dapat
menyebabkan return menurun. Return masih positif disebabkan walaupun dalam
kondisi krisis kebutuhan barang dan jasa tetap berjalan dan daya beli konsumen
akan menentukan tingkat penjualan. Pada sektor-sektor bisnis tertentu terutama
yang berorientasi ekspor, saat rupiah melemah terhadap dollar justru pendapatannya
cenderung meningkat karena adanya selisih kurs. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terkait dengan return, CGPI dapat menjadi indikator karena perusahaan
menyadari bahwa penerapan good corporate governance dapat membuat manajemen
bekerja lebih efektif dan efisien sehingga akan mengurangi biaya keagenan yang
juga dapat meningkatkan profitabilitas. Good corporate governance juga dapat
menciptakan kepercayaan supplier untuk tetap memasok kebutuhan perusahaan dan
kepercayaan konsumen untuk tetap mengkonsumsi produk perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wulandari (2009) dan Sunday
(2008) dimana corporate governance berpengaruh terhadap kinerja operasional
(ROE) perusahaan.Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Sayidah (2005)
dan Bauer et al (2005) dimana good corporate governance tidak berpengaruh positif
terhadap kinerja operasional (ROE) perusahaan.
Variabel kontrol baik ukuran perusahaan, umur perusahaan, tingkat leverage
perusahaan dan jenis perusahaan tidak berpengaruh terhadap ROE karena dari sisi
equity, merupakan modal sendiri perusahaan yang terbentuk sebelumnya sehingga
pada saat terjadi krisis ekonomi global ( sesuai tahun penelitian 2008-2010)
perusahaan tidak menerbitkan equity baru.
3.
Pengaruh Corporate Governance Perception Index, Ukuran Perusahaan, Umur
Perusahaan, Tingkat Leverage Perusahaan dan Jenis Perusahaan terhadap
Kinerja Operasional (ROA) Perusahaan.
Hasil analisis regresi berganda pada tingkat signifikansi 10% menunjukkan
secara parsial CGPI, logsize, umur, leverage dan jenis perusahaan tidak mempunyai
pengaruh positif terhadap kinerja operasional perusahaan yang diproksi dengan ROA
perusahaan. Namun secara simultan variabel-variabel tersebut serempak berpengaruh
terhadap ROA yang kemungkinan disebabkan t hitung dari CGPI yang mendekati
t table dan koefisien determinasi 47.8% variabel bebas mampu menjelaskan
varians variabel terikat. Sebagaimana pada ROE, juga tidak mudah menganalisis
pengaruh Good Corporate Governance secara teori terhadap return on asset (ROA)
perusahaan. Perusahaan lebih menekankan peningkatan pendapatan sebesar-besarnya
dan menekan biaya-biaya seminimal mungkin.Perusahaan masih menerapkan good
corporate governance sebagai pemenuhan kewajiban saja, belum membentuk GCG
sebagai budaya perusahaan.Perusahaan belum menyadari bahwa penerapan good
corporate governance diperlukan terutama saat perusahaan terus bertambah jumlah
148
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
asetnya.Perusahaan dengan jumlah aset besar dapat memiliki masalah keagenan yang
lebih besar sehingga membutuhkan corporate governance yang lebih baik. Disisi lain
perusahaan dengan jumlah aset kecil bisa memiliki kesempatan bertumbuh yang tinggi
sehingga membutuhkan dana eksternal dan seperti argumen diatas, membutuhkan
mekanisme corporate governance yang lebih baik.
Terkait dengan kurun waktu penelitian yaitu tahun 2008 – 2010 yang dikenal
ekonomi dunia mengalami krisis ekonomi global, hasil penelitian membuktikan bahwa
tingkat penerapan good corporate governance yang baik tidak berpengaruh terhadap
kinerja operasional perusahaan. Dengan tingkat rata-rata indeks penerapan tata kelola
perusahaan ( CGPI ) 81.3158 dengan kategori terpercaya, perusahaan-perusahaan
sampel penelitian memiliki nilai ROA rata-rata 0.7309 yang berarti dikaitkan dengan
CGPI bahwa walaupun perusahaan-perusahaan sampel tergolong terpercaya namun
tingkat return atas assets (ROA) hanya 0.7309. Hal ini bisa terjadi karena kondisi
ekonomi yang lesu berpengaruh terhadap kemampuan konsumen membeli produk
atau jasa yang ditawarkan sehingga menyebabkan kapasitas produksi perusahaan
tidak dapat maksimal sehingga dari sisi asset, perbandingan return terhadap jumlah
asset yang dimiliki sangat rendah. Sebagaimana pengaruh CGPI pada ROE, Return
masih positif disebabkan walaupun dalam kondisi krisis kebutuhan barang dan jasa
tetap berjalan dan daya beli konsumen akan menentukan tingkat penjualan. Pada
sektor-sektor bisnis tertentu terutama yang berorientasi ekspor, saat rupiah melemah
terhadap dolar justru pendapatannya cenderung meningkat karena adanya selisih
kurs.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terkait dengan return on asset, CGPI
belum menjadi indikator karena pada saat ekonomi lesu, perusahaan tidak dapat
memaksimalkan kapasitas produksi atas asset yang dimiliki.Tingkat permintaan dan
nilai mata uang dapat lebih mempengaruhi niali ROA perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sayidah (2005), dimana good
corporate governance tidak berpengaruh positif terhadap kinerja operasional (ROA)
perusahaan.Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Herly dan Sisnuhadi (2011)
dimana corporate governance berpengaruh terhadap kinerja operasional (ROA)
perusahaan.
Variabel kontrol baik ukuran perusahaan, umur perusahaan, tingkat leverage
perusahaan dan jenis perusahaan tidak berpengaruh terhadap ROA karena krisis
ekonomi yang terjadi di tahun 2008-2010 telah menyebabkan lesunya kegiatan
ekonomi dan tidak maksimalnya kapasitas produksi atas asset yang dimiliki perusahaan. Kondisi ini terjadi pada semua sektor industry sehingga terkait ROA semua
variabel kontrol tidak berpengaruh.
Keterbatasan Penelitian
1.
Adanya keterbatasan jumlah data yang disebabkan penelitian ini hanya menggunakan
sampel perusahaan go public yang mengikuti CGPIuntuk tahun 2008 – 2010. Peneliti
selanjutnya diharapkan dapat mengakses data sampel yang lebih luas. Sampel penelitian dapat mencakup semua perusahaan yang bersedia dinilai praktek GCG- nya
olehIICG.
Adi Suharna & Fifi Swandari, Pengaruh Corporate Governance Perception Index...
2.
3.
149
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat membedakan pengaruh skor GCG terhadap
kinerja perusahaan untuk perusahaan-perusahaan dengan skor GCG tinggi, sedang
dan rendah.
Proksi kinerja perusahaan dalam penelitian ini hanya menggunakan Tobins Q, ROA,
ROE. Penelitian selanjutnya diharapkan menambah proksi untuk kinerja perusahaan
misalnya return saham, Profit Margin.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Penerapan good corporate governance yang diproksi dengan CGPI ( Corporate
Governance Perception Index ) berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
pasar perusahaan yang diproksi dengan nilai Tobin’s Q perusahaan pada masa krisis
ekonomi global tahun 2008-2010.
Ukuran perusahaan yang diproksi dengan total asset perusahaan tidak berpengaruh
terhadap kinerja pasar perusahaan yang diproksi dengan nilai Tobin’s Q perusahaan
pada masa krisis ekonomi global tahun 2008-2010.
Umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan yang diproksi
dengan nilai Tobin’s Q perusahaan pada masa krisis ekonomi global tahun 20082010.
Tingkat leverage perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja pasar
perusahaan yang diproksi dengan nilai Tobin’s Q perusahaan pada masa krisis
ekonomi global tahun 2008-2010.
Jenis perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan yang diproksi
dengan nilai Tobin’s Q perusahaan pada masa krisis ekonomi global tahun 20082010.
Penerapan good corporate governance yang diproksi dengan CGPI ( Corporate
Governance Perception Index ) berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
operasional perusahaan yang diproksi dengan nilai ROE perusahaan pada masa krisis
ekonomi global tahun 2008-2010.
Ukuran perusahaan yang diproksi dengan total asset perusahaan tidak berpengaruh
terhadap kinerja operasional perusahaan yang diproksi dengan nilai ROE perusahaan
pada masa krisis ekonomi global tahun 2008-2010.
Umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja operasional perusahaan yang
diproksi dengan nilai ROE perusahaan pada masa krisis ekonomi global tahun 20082010.
Tingkat leverage perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja operasional
perusahaan yang diproksi dengan nilai ROE perusahaan pada masa krisis ekonomi
global tahun 2008-2010.
Jenis perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja operasional perusahaan yang
diproksi dengan nilai ROE perusahaan pada masa krisis ekonomi global tahun 20082010.
150
11.
12.
13.
14.
15.
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Penerapangood corporate governance yang diproksi dengan CGPI ( Corporate
Governance Perception Index ) tidak berpengaruh terhadap kinerja operasional
perusahaan yang diproksi dengan nilai ROA perusahaan pada masa krisis ekonomi
global tahun 2008-2010.
Ukuran perusahaan yang diproksi dengan total asset perusahaan tidak berpengaruh
terhadap kinerja operasional perusahaan yang diproksi dengan nilai ROA perusahaan
pada masa krisis ekonomi global tahun 2008-2010.
Umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja operasional perusahaan yang
diproksi dengan nilai ROA perusahaan pada masa krisis ekonomi global tahun 20082010.
Tingkat leverage perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja operasional
perusahaan yang diproksi dengan nilai ROA perusahaan pada masa krisis ekonomi
global tahun 2008-2010.
Jenis perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja operasional perusahaan yang
diproksi dengan nilai ROA perusahaan pada masa krisis ekonomi global tahun 20082010.
Saran
1.
2.
3.
4.
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengakses data sampel yang lebih luas. Sampel
penelitian dapat mencakup semua perusahaan yang bersedia dinilai praktek GCGnya oleh IICG.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat membedakan pengaruh skor GCG terhadap
kinerja perusahaan untuk perusahaan-perusahaan dengan skor GCG tinggi, sedang
dan rendah.
Penelitian selanjutnya diharapkan menambah proksi untuk kinerja perusahaan
misalnya return saham, Profit Margin.
Dari aspek manajerial, para investor, regulator, praktisi, dan manajemen serta
stakeholders lainnya dapat menjadikan pelaksanaan good corporate governance
sebagai salah satu indikator untuk menilai perusahaan. Diharapkan perusahaan
dengan good corporate governance yang baik akan menunjukkan kinerja pasar dan
operasional yang baik pula.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja L.S. 2002, Manajemen Keuangan, edisi revisi, Andi, Yogyakarta
Bauer Rob, Frijns Bart, Otten Roger, Rad Tourani Alireza, 2005, The Impact of Corporate
Governance on Corporate Performance : Evidence from Japan, Pacific Basin Finance
Journal, Elsevier, vol. 16(3), pages 236-251, June.
Daniri, M.A 2005, Good Corporate Governance:Konsep dan Penerapannya Dalam
Konteks Indonesia, Ray Indonesia, Jakarta
Helfert, Erich.A 1997, Teknis Analisis Keuangan : Petunjuk Praktis Untuk Mengeloladan
Mengukur Kinerja Perusahaan, alih bahasa Herman Wibowo Edisi-8, Erlangga,
Jakarta
Adi Suharna & Fifi Swandari, Pengaruh Corporate Governance Perception Index...
151
Hermawan,A. 2006, Penelitian Bisnis : Paradigma Kuantitatif, Grasindo, Jakarta,
Hanafi, M.H. 2008, Manajemen Keuangan, BPFE, , Jogyakarta
Hidayah E. 2008,Pengaruh Kualitas Pengungkapan Informasi terhadap Hubungan antara
Penerapan Corporate Governance dengan Kinerja Perusahaan di Bursa Efek Jakarta,
JAAI Volume 12 No.1, Juni 2008, hal. 53-64
Herwidayatmo 2000, Implementasi Good Corporate Governance untuk Perusahaan Publik
Indonesia, Usahawan, No.10 Th XXIX Oktober 2000,hal. 25-32
Hartono, J.2004,Metodologi Penelitian Bisnis:Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman,
BPFE , Yogyakarta
Klapper,Leora dan Love Inessa 2002, Corporate Governance, Investor Protection and
Performance in Emerging Market, World Bank Policy Research Working Paper, April
Keputusan Meneg BUMN No.KEP-117/MMBU/2002 tentang Penerapan Praktek GCG
pada BUMN
Keputusan Menko Ekuin No.KEP-10/M.EKUIN/08/1995 tentang Pembentukan Lembaga
KNKG
Lam,J. 2007, Enterprise Risk Management, Ray Indonesia,, Jakarta
Majalah SWA, Edisi XXVII, Dilema Etika Dalam Bisnis, 2012, Jakarta
Niken Susanti A., Rahmawati, Aryani Y.A 2010, Analisis Pengaruh MekanismeCorporate
Governance terhadap Nilai Perusahaan dengan Kualitas Laba sebagai Variabel
Intervening pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2004-2007, Simposium Nasional Keuangan I tahun 2010
Prugsamatz N.C. , Corporate Governance Effects on Firm Value and Stock Market
Performance: An Empirical Study of the Stock Exchange of Thailand-100-Index
Listed Companies,page 35-49
Suprayitno,G., Khomsiyah, Yasri,S.,Darmawati,D.,Susanty A. 2005, Internalisasi Good
Corporate Governance Dalam Proses Bisnis, IICG, Jakarta
Samontaray D.P. 2010, Impact of Corporate Governance on the Stock Prices of theNifty
50 Broad Index Listed Companies, International Research Journal of Finance and
Economics, ISSN 1450-2887 Issue 41, 2010,www.eurojournals.com
Sayidah N. 2007, Pengaruh Kualitas Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan
Publik (Studi Kasus Peringkat 10 Besar CGPI Tahun 2003,2004,2005)JAAI, Volume
11 No.1, 2007, hal. 1-19
Sugiyono,2007,Metode Penelitian Administrasi,Alfabeta,Bandung
Saravanan P. 2009, Corporate Governance Characteristics and Company Performance of
Family Owned and Non Family Owned Businesses in India, Great Lakes Herald,
Vol.3 No.1 March 2009, Page 39-54
Sartono,R.A. 2001, Manajemen Keuangan, Teori dean Aplikasi Edisi Keempat, BPFE
Yogyakarta
152
Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 1, Februari 2013
Santoso S.,Tjiptono F. 2001, Riset Pemasaran, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS, Elex
Media Komputindo, Jakarta
Tjager,I N., Alijoyo,A., Djemat,R.H. , Soembodo,B. 2003, Corporate
Governance: Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia, Prenhallindo,
akarta
Walsh C. 2003, Key Management Ratios, Rasio-Rasio Manajemen Penting Penggerak dan
Pengendali Bisnis, Edisi 3, Erlangga, Jakarta
Yafeh Y. 2000, Corporate Governance in Japan: Past Performance and Future Prospect,
Oxford Review of Economic Policy, Vol.16, No.2,2000, page 74-84
www.idx.co.id
www.iicg.org
Download