PAJAK BUNG A DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN CARA

advertisement
137
PAJAK BUNG A DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL
DAN CARA PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA.
L-.._~_ _ _ _ _
oleh: B 0 h a r i, SH _ _ _ _ _ _ __
I. PENDAHULUAN.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dan yang sedang melakukan pem bangunan secara besar-besaran, sangat membutuhkan modal
asing dari luar negeri, tenaga-tenaga
ahli, teknologi ser!a know how. Sejalan dengan itu garis besar politik
perpajakan negara dalam menghadapi
pembangunan meliputi peningkatan tabungan pemerintah melalui peningkat- .
an penerimaan, perangsang tabungan
masyarakat, mendorong investasi dan
produksi serta mem bantu redistribusi .
penghasilan kearah yang lebih seimbang dan mudah didalam administrasinya. Dalam rangka usaha tabungan
pemerintah melalui peningkatan penerimaan, penanaman modal asing
pada dewasa ini merupakan sumber
penerimaan dari sektor perpajakan. 1).
•
Perusahaan-perusahaan modal asing
yang secara langsung berusaha dan menanamkan modalnya di Indonesia berdasarkan undang-undang Penanaman
Modal Asing merupakan sumber penerimaan pajak yang baru, karena at as
labanya yang diperoleh akan dikenakan pajak perseroan, ' dan bagi yang
untuk sementara mendapatkan masa
bebas pajak, sesudah masa bebas pal).
Penjelasan · Undang-undang No_ 1 tahun 1967 ten tang. Penanaman Modal
Asing, dimuat .dalam "Himpunan PeralUran Penmdang-undangan tentang
Masaalah Orang Asing ", oleh :
. SUNTJAYA, Penerbit : LUKITA Jakarta, 1976, hal. 297 _
'. .
•
jak tersebut berakhir, disamping dikenakan pajak perseroan juga akan dikenakan p!ijak-pajak lainnya ' seperti
pajak penjualan dan pajak-pajak
daerah.
,Disamping perusahaan-perusahaan
modal asing yang secara langsung melakukan usaha dan menanamkan rnadalnya di Indonesia, terdapat perusahaan-perusahaan asing baik perorangan
maupun badan-badan, yang secara tidak ' langsung melakukan usaha di Indonesia, misalnya dengan cara meminjamkan modal kepada perusahaan-perusahaan baik asing maupun bukan
asing yang berusaha di Indonesia, untuk mana sipemilik modal di luar negeri itu memperoleh keuntungan
berupa bunga atas pinjaman uang
terse but. Berdasarkan ketentuan perp!ijakan yang ada, keuntungan yang diperoleh sipemilik modal di luar negeri
bunga itu, tid,ak dapat dikenakan pajak pendapatan atau pajak perseroan.
Keadaan demikian itu sudah barang
tentu
merugikan penerimaan Negara
.
dan tidak dapat dibiarkan terus. Telah menjadi pengeta.Q.uan umum, bahwa dalam dunia niaga yang modern,
pembiayaan perusahaan untuk sebagi~
an ' besar dilakukan , dengan modal
pinj am an, atas pinjaman mana harus
dibayar bunga. Dengan adanya penanaman modal oleh ' berbagai negara,
dapatlah dibayangkan betapa luasnYa
peranan yang dimainkan oleh bunga,
'
•
•
138
Hukum dan Pembangunan
,
sehingga bumi Indonesia selain mengeluarkan hasil-hasil alamnya yang dibutuhkan untuk komsumsi dunia, juga
harus mengeluarkan hasil modalnya
dalam bentuk bunga dalam jumlah
yang cukup berarti.
Bunga itu selain beredar didalam
negeri, banyak pula 'Yang mengalir
keluar negeri, dari mana pinjaman itu
berasal. Adalah suatu hal -yang wajar,
bila atas hasil ini yang keluar dari
bumi kita dibebani pajak. Bilamana
hal ini tidak dilakukan maka negara
lain dim an a penerima bunga itu bertempat tinggal atau berkedudukan
yang akan mendapatkan keuntungan
dengan memungut pajak atas hasil
terse but, yang berarti bahwa negara
kita mengalihkan hak memungut pajaknya pada negara lain, yang mengakibatkan kerugian finansiil bagi negara
kita yang just:p1 pada dewasa ini sangat memerlukannya.
Disamping peminjaman uang seperti
diuraikan diatas, terdapat pula orangorang atau badan-badan yang bertemp at tinggal atau berkedudukan di
luar negeri yang menyerahkan penggunaan hak PATEN/OKTROI,lisensi, merek dagang, pola, rencana rahasia
perusahaan ataupun menyewakan alat'alat dan perlengkapan perindustrian,
perniagaandan ilmu pengetahuan kepada perusahaan-perusahaan di Indonesia, untuk mana diperoleh pembayaran balas jasa atau uang sewa,
yang lazim disebut royalty. 2). '
Pad a umuinmnya hukulll berlaku
didalam wilayah negara ya'ng bersangktitan. Tetapi hukum yang mengenai
"Status dan Wewenang" seorang war. ga negara mengikuti < warga negara
' itu dimana ia berada. Hukum Pajak
Indonesia merupakan bagian dari
-----------------2).
Drs. B. Boediono, -
Uraian Dasar
Pajak atas Bunga, Dividen dan Royal·
ty, diterbitkan oleh : Majalah Ming·
guan "Berita Pajak", hal. 110 sId 111
'
Hukum Publik ini terbatas pada wilayah. Untuk dapat dikenai pajak, baik yang bertalian dengan subyeknya
maupun yang bertalian dengan obyeknya yang ada diluar wilayah Indonesia harus ada sesuatu hubungan dengan Indonesia secara erat yang dalam bahasa Jellilan disebut zuge·
horigkeit. Zugehorigkeit. dapat bersifat ekonomis ataupun bersifat kenegaraan. Orang atau badan yang bertempat tinggal atau berkedudukan
diluar negeri pada prinsipnya tidak
akan dikenakan p,yak di Indonesia
begitu saja, kecuali jika dipenuhi satu
syarat yaitu antara lain mempunyai
hubungan ekonomiS atau hubungan
kenegaraan dengan Indonesia, umpamanya mempunyai harta tak bergerak di Indonesia, ·atau melakukan perusahaan di Indonesia yang disini dilakukan dengan perantluaan wakilnya
atau dengan sesuatu PERMANENT
ESTABLISHMENT, atau melakukan
jabatan pemerintah di luar negeri.
II. YURIDIKSI HUKUM PAJAK IN·
TERNASIONAL.
Ada dua prinsip yang dipakai negara sebagai dasar wewenangnya untuk
memungut pajak yaitu :
a. status dari wajib pajak,
b. sum ber pendapatannya.
Negara-negara yang menggunakan
status wajib pajak sebagai pangkal,
biasanya mendas<lrkan pungiltan atas
hubungan an tara w,yib p,yak dengan
negara yaitu berdasarkan :
a. kewarganegaraan,
b. temp at tinggal/domisili,
c. sumbernya.
Prinsip
kewarganegaraan
pada
umumnya tidak dipakai lagi. Indonesia pada pajak bangsa asing masih
menggunakan azas , kewarganegaraan
yang negatip, bahwa yang dikenakan
p,yak bangsa asing adalah mereka yang
bukan warga negara Indonesia .
•
•
139
Pajak Berganda
Azas tempat tinggal atau domisili
digunakan oleh Indonesia untuk mengenakan pajak berdasarkan world wide income. Tetapi sebaliknya Indonesia menggunakan juga azas sum ber sehingga hasil-hasil yang keluar dari
sumber-sumber yang ada di wilayah
Indonesia.
Menuru t draft treaty
O.E.C.D. (Organization for Economic
Coorperation and Development) yakni
suatu organisasi kerja sarna dan pengem bangan ekonomi, un tuk pendapatan tertentu seperti bunga dan Dividen, ada kecenderungan untuk lebih mem berikan hak kepada negara
dimana wajib pajak berdomisili untuk memungut pajaknya. Ini adalah
sangat bertentangan dengan kehendak
negara yang sedang berkembang.3).
III.
SEBAB-SEBAB TERJADINYA
PAJAK GANDA.
Wewenang negara untuk mengadakan pemungutan yang didasarkan pada
titik-titik pertautan dapat saling menindih lebih dari dua kali sehingga terjadi pajak ganda, dan hal ini akan dirasakan oleh wajib pajak sebagai beban yang sangat memberatkan. Pajak
ganda dapat terjadi karena :
a. perbedaan peraturan hukum,
b. penjelasan yang berlainan dari peraturan.
Dapat dibedakan kelompok-kelompok
pajak ganda internasional sebagai 00rikut :
1. subyek yang sarna dikenakan pajak
yang sarna di beberapa negara, karena:
a. Domisili rangkap. Wajib pajak dianggap mempunyai domisili dimasing-masing negara, ini yang
disebut Conflict of residence
•
3).
Prof. DR. Rochmat Soemitro,"Hukum Pajak Intemasional Indonesia Perkembangan dan Pengaruhnya",
cetakan I, P.T. ERESCO Jakarta Bandung, 1977, hal. 21.-
rules.
b. Kewarganegaraan rangkap. Seorang X oleh negara A dapat dianggap sebagai warga negaranya
karena ia dilahirkandari seorang
warga negara A, sedangkan oleh
negara B ia dianggap juga sebag~i
warga negara B karena dilahirkan
di wilayah negara B.
c. Bentrokan azas domisili dan azas
ke bangsaan.
Contoh : X karena bertempat
tinggal di negara A, yang menganut azas domisili, dikenakan pajak oleh negara A untuk seluruh
pendapatannya, yang diperoleh
dimana saja, sedangkan oleh negara B yang menganut azas kewarganegaraan juga dikenakan
pajak untuk seluruh pendapatannya, karena X adalah warga negara dari negara B.
•
2. obyek yang sarna yang merupakan
bagian dari pendapatan yang diperoleh atas transaksi yang dilakukan
di negara lain dikenakan pajak yang
sarna lebih dari satu negara.
3. subyek yang sarna dikenakan pajak
di negara tempat tinggal berdasarkan world wide income, sedangkan
di negara situs dikenakan pajak berdasarkan azas sum ber karena mempunyai pendapatan yang berasal
dari suatu sum ber yang ada di negara itu.
Disini ' terjadi bentrokan an tara
azas domisili dan azas sumber.
Setiap negara, tentu akan menggunakan prinsip yang paling menguntungkan bagi negaranya, seperti negara
negara kreditor yaitu negara yang
biasanya merupakan negara yang SUdah maju yang rnengalirkan simpanan
masyarakatnya ke negara-negara yang
sedang berkembang untuk diinvestasikan disana, untuk pengenaan pajak,
Mant 1983
•
- - - - - - - - - - -_ _ _ _ _
, ,-,_U,,!.2_:. $ i;
140
PEMAJAKAN ATAS BUNGA
SERTA PENCEGAHAN PAJAK GANDA.
Dalam sidang Ad Ho c Group of
Experts on Tax Treaties pada umumnya dapat disetujui pendapat bahwa
tujuan dan pem buatan peIjanjian pencegahan pajak ganda antara negaranegara yang sudah maju dengan negara-negara yang sedang berkembang
harus dilihat dalam rangka hubungan
ekonomis antara kedua negara itu dan
atas keinginannya untuk memudahkan
perdagangan antara kedua negara itu ,
lagi pula untuk meningkatkan penanaman modal asing di negara-negara yang sedang berkem bang. Masalah teknis perpajakan dan berbagai cara/alat untuk mencegah pajak
ganda bukan merupakan satu-satunya
masaalah yang harus dipecllhkan dalam
peIjanjian itu dan bukan merupakan
tujuan terakhir melairtkan hanya me4).
Prof. DR. Rochmat Soemitro - "Tinjauan Yuridis ten tang Perjanjian Antar (dua) Negara mengenai Penghin·
daran Pajak Berganda In temasional"
dihimpun dan diperbanyak oleh :
(katan Mahasiswa Notariat
Fakultas
.
Hukum UNPAD Bandung, 1973 , hal
,
.
:
he,,"
2!
Hukum dan Pembangunan
tentunya aKan menganut prinsip tempat tinggal (azas domisili) sedang negara-negara yang sedang berkem bang
in gin menerapkan azas sum ber yang
menguntungkan baginya dan akan
menolak prinsip pengenaan pajak atas
hasil yang diperoleh dari modal yang
diinvestasikan di negaranya di negara
tempat tinggal si investor.
Hal ini menjadi persoalan hangat
antara developed countries dan less
developed countries. Kalau terdapat
pertentangan an tara kedua prinsip
itu, jalan yang sebaiknya ialah diputuskan dalam suatu peIjanjian pajak ,
walaupun dalam hal ini sudahada
kabiasaaii. untuk mem berikan hak
utama kepada negara sum ber. 4 ).
IV.
J, ( . _ I
,10
sId 11. -
rupakan suatu alat untuk meningkatkan perkem bangan ekonomi dari negara-negara yang sedang berkem bang.
Sejarah menunjukkan bahwa perjanjian itu disusun dibawah pengaruh
keadaan ekonomi, kebijaksanaan fiskal, keuangan dan sosial dari masingmasing negara yang bersangku tan.
Konsep reciprocity yang merupakan
dasar dari peIjanjian antara dua negara yang sudah berkem bang, tidak
berlaku sarna antara n'egara yang tingkat perkem bangan ekonominya berlain an. Taraf perkem bangan ekonomi
yang berbeda antara negara yang berkern bang dengan negara yang sudan
maju akan membawa konsekwensi berupa tidak terdapatnya manfaat yang
tim bal-balik yang seim bang ' didalam
hal mengadakan peIjanjian perpajakan
bilateral. Hal ini dise babkan karena
di dalam keny ataannya praktis tidak
ada lalu lintas yang timbal balik dalam
investasi modal. Arus modal hanya dari negara-negara yang sudah mliju sebagai capital exporting country kearah
negara-negara berkem bang se bagai capital importing country. 5).
Undang-undang Penanaman Modal
Asing telah dikeluarkan oleh beberapa
negara yang sedang berkem bang sebagai salah satu saraha unfuk menarik
modal asing, namun pelaksanaannya
masih subyek pada negosiasi-negosiasi, satu dan lain berhubung adanya
interest dari kedua pihak yang berbeda
beda. Untuk itu bergaining posisinya
dari masing-masing pihak sangat m enentukan da!) biasanya dalam tahaptahap pertama dim ana negara yang
sedang berkem bang mem bu tuhkan /
mengundang modal asing maka biasanya menunjukkan kedudukan sebagai
pihak yang lemah , walaupun sebenar,
5)
Kumpulan Bina Pajak KOMPAS 1976
- 1977 , ditcrbitkan oleh : " Yayasan
Bina Pajak" , - Jakarta, hal P 5 sid
126.
,
•
Ii':
e Ii i
k
Pajak 8erganda
nya tidak harus demikian. Karena itu
dengan beberapa pengalaman kelemahan tersebut dapat dihindari sehingga
perjanjian-perjanjian yang tidak fair
berobah menjadi fair.
Penanaman modal asing setiap geraknya selalu menghendaki mendapatkan interest sebanyak-banyaknya di
negara yang sedang berkem bang maupun dari negara asalnya sendiri, disini
penanam modal asing mempunyai kebebasan untuk menentukan dim ana
dan seberapa akan menanam modalnya
menurut kehendaknya. Kebebasan penanam modal ini tidak hanya terdapat
dian tara negara-negara yang sedang
berkem bang sen diri, melainkan juga
antara negara yang sedang berkem bang
dengan negara yang sudah maju. 6 ).
Sampai sekarang oleh negara yang
sudah maju dan negara yang sedang
berkem bang dikatakan bah wa tujuan
dari tax treat)' ialah untuk menghilangkan "tax barrier" yang menghalang-halangi pengaliran investasi,
tenaga yang berpengalaman (skilled
labour) dan pengetahuan teknis (techn ical kn owle dge ).
141
biasanya ketempat tinggal orang yang
memiliki sumber-sumber pendapatan
itu. Apabila pemajakan dari pendapatan internasional itu tidak dikoordinasikan an tara negara-negara yang
bersangku tan, hal ini akan mengakibatkan suatu pemajakan yang lebih berat
menekan wajib pajak, dari pada jika
pendapatan itu diperoleh di satu negara saja, karena baik negara sum ber
,maupun negara tempat tinggal secara
bersam aan mengenakan pajak atas
pendapatan yang sarna. Akibatnya
ialah pajak yang kumulatif yang sangat mengham bat atau merusak hubungan dagang an tara serta mengganggu aliran modal, teknologi, tenaga
kerja dan lain se bagainya.
Didalam model Conv ention OEeD,
bUJlga diatur dalam pasal II yang
berbunyi :
(1).
Bunga yang berasal dari suatu
negara pihak yang dibayarkan
kepada penduduk negara pihak
lainnya, dapat dikenakan pajak
di negara lainnya itu.
(2).
Namun demikian , bunga itu dapat dikenakan pajak juga di negara pihak tempat asal bunga
itu, sesuai dengan hukum negara itu , akan tetapi pajak yang dikenakan sedemikian itu tidak
boleh melebihi 10% dari jumlah
bunga. Penguasa negara pihak
yang berwcnang dalam suatu pcrsetujuan menentukan cara pcnggunaan.
(3).
Istilah bunga yang dipergunakan
dalam pasal ini, meliputi juga
hasil dari surat-surat perbendaharaan negara, obligasi atau surat
-surat hutang lainnya, baik yang
dijaminhipothek maupun yang
tidak.
(4)
Ketcn tuan ayat 1 dan 2 tidak
berlaku, apabila penerima bunga
yang bcrtell1,pat tinggal di suatu
Anggota-anggota negara yang sedang berkem bang menunjukkan bahwa
perjanjian pajak harus diintegrasikan
dalam sistim pajak dari negara yang
bersangkutan, dan ditinjau dalam hubungan kebijaksanaan bantuan ekonomis kepada negara-negara yang sedang berkem bang.
,
Dalam hubungan internasional pendapatan yang diperoleh disuatu negara
tcrtentu atau di bcberapa negara, dapat berupa laba usaha, dividen, bunga,
ruyalties, dan lain sebagainya, dan
hasil-hasil ini ll1engalir kencgara lain,
6).
•
Soemantoro, -
"Aspek }fukLlm dall
t:k(J/lomi dari Pellallaman
Modal
Asillg dalam Pemballgllllall ", - Lem ·
baga PClll'litian Hukum '& Kriminolo·
gi Fakliitas 1I11kum UNPAD, llano
dung, 1975, hal. 76 sId 77 . -
Maret /983
_.n _ ', ',
142
negara pihak , di negara pihak
lainnya, tempat asal bunga itu ,
memiliki seatu pendirian tetap
(permanent establishment) yang
bertalian erat dengan piutang
itu, yang merupakan sum'ber dari
bunga itu. Dalam hal demikian
ketentuan pasal 7 berlaku.
Kalau dividen merupakan hasil dari
modal yang dimasukkan dalam. suatu
perseroan se bagai "Equity Capital"
maka bunga adalah hasil dari modal
yang dipinjamkan (loan capital).
Walaupun kedua-duanya adalah hasil
dari modal, namun masing-masing
mempunyai sifat yang berlainan.
kedudukan pemegang saham ikut serta
dalam modal perseroan, dengan seluruh konsekwensinya, artinya bertanggung-jawab sepenuhnya atas laba yang
diperoleh perseroan, dalam perbandingan modal yang dimasukkannya.
Kreditur tanggung jawabnya tidak begitu luas seperti pemegang saham,
tidak ikut menanggung kerugian yang
diderita oleh perseroan- dan pula tidak
mempunyai hak at as laba yang diperoleh perseroan, tetapi setiap tahun hanya mempunyai hak mendapat bunga
dari modal yang dipinjamkannya tak
pandang apakah perseroan mendapat
keuntungan atau tidak.
Dalam perdagangan in ternasional jarang sekali transaksi diselesaikan secara tunai, lebih-lebih kalau menyangkut jumlah yang besar. Para Pembeli
lazimnya oleh suppliersnya diberi kelonggaran ?,aktu pembayaran 60 sampai 90 hari, setelah pem belian. Ini dalam perdaganjran in ternasional dise bu t
"Leveranciers Credit"atau . pembayar"
an tangguh. Palla levenmcier juga tidak
akan mampu berbuat demikian apabila
tidak mendapat bantuan dari Bank
atau lembaga kredit lainnya.
Transaksi barang modal atau pekerjaan umum yang meliputijumlah uang
yang sangat besar, lazimnya tidak di-
, Oi L
,n""
• "_ ".. , ., .....
,~¥ . . .
Hukum dan Pembangunan
bayar sekaligus. Baik pem beli maupun
penjual, apabila menyangkut jumlalf
yang sangat besar, sering tidak mampu
menyelesaikan pembayarannya tanpa
bantuan suatu Bank. Ini sudah menjadi
kebiasaan dalam perdagangan internasional, oleh karena itu mudah dimengerti pentingnya fungsi kredit dalam
lapangan internasional, hal mana
mengakibatkan timbulnya berpuluhpuluh perusahaan BankJatau lembagalembaga pemberi kredit. Bank atau
badan atau orang yang meminjamkan
uangnya mendapatkan bunga sebagai
jasa tim bal penggunaan uangnya untuk waktu sendirinya akan dikenakan pa~•
jak pendapatan atau perseroan. Bila
si penerima itu adalah Bank atau,
lembaga pemberi ,kredit, maka bunga
yang diterimanya itu merupakan pendapatan kotor karen a tentunya ada
biaya-biaya lain yang harus dibebankan pada pendapatan itu, dan kalau
uang yang dipergunakan bank itu
dipinjamkan dariorang lain, maka untuk itu bank harus juga membayar
bunga, walaupun suku bunganya lebih
rendah.7),
Masaalah yang dibicarakan oleh
Ad Hoc Group dibagi dalam 4 macam:
a. pengertian bunga dan scope dari
bunga,
b. negara mana yang berhak mengenakan pajak,
c. apa dasar yang digunakan untuk
mengenakan pajak, netto atau bruto,
d. methode yang digunakan dan pencegahan pajak ganda.
ad.a. Pengertian serta scope bunga,
Apa yang dicakup oleh pengertian
bunga?, Apakah bunga yang dim in takan karen a adanya "deferred payment" (pembayaran ditangguhkan)
atau credit sales, tellllasuk juga dalam
~v ~
• . ~ •.• , .
Pajak Berganda
143
pengertian bunga seperti dimaksudkan
dalam pasal II. model convention OECD sehingga merupakan obyek yang
dikenakan pajak?
yang diberikan oleh pemerintah atau
bagian dari pemerintah.8).
Dalam undang-undang Penanaman
Modal Asing No. I Tahun 1967, kreBeberapa anggota developed coun- dit
Luar Negeri tidak dimasukkan
tries con dong untuk mengecualikan dalam pengertian modal asing. Pengebunga semacam itu dari pasal II mo- cualian ini dimaksudkan agar pemerindel convention OECD. Jumlah pen- tah tetap ' menguasai secara langsung
cicilan umpamanya yang merupakan alat-alat pembayaran luar negeri yang
suatu pembayaran ali-in, artinya yang tercellnin dalam neraca pembayaran.
ditentukan dalam suatu jumlah, tetapi Negara sendiri perlu menguasainya
m .enganduR~ harga barang dan bungadalam peranannya melakukan investanya, meIli!n bulkan kesukaran, walau- si sendiri secara langsung dalam rangpun mungkin juga diad~kan analisa ka pembangunan ekonomi terutarna
dengan membandingkan j~mlah yang . .menjaga
kestabilan ekonomi dan mo, ..
diterima dengan nilai tunai dari barang net¢r sementara pembangunan dilanitu pada waktu dilakukan penjualan. carkan.9).
Jika suatu negara akan mengenaBertalian dengan ini dikemukakan
kan pajak atas bunga dari credit sales,
persoalan apakah sikap yang sarna ini
maka yang akan .dikenakan hanya
•
.
.
tidak dapat diberlakukan juga terhabunganya, tetapi harus diingat bahwa
dap bunga atas pinjaman jangka pancredit sales khususnya yang berjangjang yang diberikan oleh bank-bank,
ka panjang, pada umumnya tidak ditetapi dijamin atau dibiayai kern bali
berikan oleh supplier itu sendiri deoleh pemerintah.
ngan keuangannya sendiri, melainkan
oleh bank atau lembaga kredit lainnya, yang untuk itu harus juga me- ad. b. Negara mana yang berhak mengenakan pajak?
ngam bil uang dari pasaran uang, yang
dengan sendirinya harus juga dibayar
Seperti halnya dengan dividen, disibunganya.
ni juga saling berhadapan dua penda.'
•
,
•
Walaupun pada umumnya disetujui
bahwa bunga dari defered payment
jangka panjang (lebih dari 12 bulan)
akan dikuasai oleh ketentuan dari
ayat 3 pasal 11 model convention
. OECD, narnun untuk mencegah salah faharn, diusulkan supaya pada
ayat 3 itu ditam bahkan kata-kata "termasuk unsur bunga dari deferred payment".
Sebenarnya ada beberapa negara de. veloping countries yang keberatan atas
tidak dikenakannya pajak atas bunga
dari short credit sales.
Dalam perjanjian perpajakan antara negara lazimnya disetujui oleh negara-negara yang
bersangkutan, bahwa tidak akan dikenakan pajak atas bunga dari hu tang
pat yang berlainan. Anggota-anggota
dari negara-negara yang sedang berkern bang berpendapat, bahwa pada
prinsipnya negara sum berlah, yaitu
negara dimana modal yang bersangkutan digalakkan, semata-mata mempunyai hak untuk mengenakan pajak
atau sekurang-kurangnya mempunyai
prioritas untuk itu. Sesuai dengan
.. _----------------_ ..... - .. _-_.
8).
Prof. DR. Rochmat Soemitro, - ibid
hal. 242. -
9).
Mustamin DG. Matutu. S.H. -
"Be·
berapa Catatan mengenai pengertian
Modal Asing dan Penanaman Modal
Asing dalam Un dang· Ulldang No. J
talulli 1 967 tell tang Pellanaman 1110·
dal Asing" Prasaran pada Seminar
Economic Law. yang diadakan di
Bandung tahun 1972. hal. II sId 12.Ma~t
198.1
_. . .
..
. ...... ..... , ... ..
~~- ~
- --_...._-_..
....
~.------------
"
_i
i'i:;;: "
"
"
•
: 144
Hukum dan Pembangunan
itu menurut pendapat negara yang su- yang sangat tinggi di beberapa negara
. dah maju (negara tempat tinggal kre- yang sedang berkembang yang apabila
ditur) mempunyai kewajiban untuk jumlah fili ~e_bih besar dari pajak di
menghindarkan teIjadinya pajak ganda negara tempat tinggal kreditur, akan
dengan mem berikan tax credit atau mengakibatkan penggeseran beban
exemption. Beberapa peserta develop- . pajak itu kepada kreditur, hal mana
ed countries sebaliknya berpendapat akan berarti mengharnbat kelancaran
bahwa, sudah menjadi prinsip bahwa pem berian pinjarnan ke negara-negara
negara dim ana si kreditur bertempat yang sedang berkembang.
tinggal, yaitu negara tempat asal
ad.c. Dasar yang digunakan untuk peuang itu, seharusnya yang mempungenaan pajak. .
nyai hak tunggal untuk mengenakan
Mengingat bahwa
dalam
bidang
inpajak atas bunga yang diperoleh kre•
ditur terse"but. Sedangkan negara ternasional bunga yang dibayar oleh
sum ber menuru t jalan pikiran me.reka, negara yang sedang berkembang diteriharus menyesuaikan sikapnya untuk rna oleh bank-bank ataulembaga-lemmenjarnin, bahwa pajak yang mereka baga keuangan internasional, makabu~
kenakan adalah seimbang dengan di nga yang diterima itu tidak mungkin
negara kreditur. Jika ini dilakukan, _ sarna dengan mendapatkan bersihnya,
maka hal ini akan menjamin mobilitas karena bank-bank itu masih harus memodal dan pula menjarilm bahwa pe- ngeluarkan biaya-biaya lain. Maka oleh
bunga yang dibayarkan kemajakan dilakukan ' oleh negara yang sebab itu
paling tepat dan dapat menilai sifat-si- pada . non resident akan dikenakan pafat dari wajib pajak. Juga dimintakan . jak di negara tempat tinggalnya pada
perhatiannya kepada kenyataan bahwa jumlah bersihnya, apabila si kreditur
sebahagian besar dari pinjaman itu di- melakukan suatu usaha. Dalam lain
berikan oleh bank:bank, dana-dana pen- hal; pajak atas bunga dikenakan pada
siun dan lem baga-lem baga keuangan jumlah kotornya. Anggota dari negaralainnya, maka pemajakan bunga oleh negara yang sedang berkem bang pada
negara sumber dimana uang itu di- umumnya berpendapat bahwa bUnga
gunakan, dengan tarif yang tinggi akan di negara sumber sebaiknya dikenakan
menyebabkan
bahwa peminjaman pajak atas dasar jumlah kotornya, deuang keluar negeri (kenegara-negara mikian itu karena mempermudah adyang sedang berkem bang) tidak akan ministrasinya, dan menghindarkan pemenarik lagi, sehingga akan lebih baik nelitian-penelitian biaya-biaya yang
menggunakan uang yang tersedia un- dikeluarkan di negara si kreditllr yang
sangat sulit pelaksanaannya.
tuk pinjarnan dalarn negeri saja~
•
•
.'
Karena kedua pendapat yang saling
bertentangan itu tidak dapat didekatkan, maka akhirnya disetujui untuk
menggunakan jalin \<:ompromis sebagai
pemecahan masaalah ini, dan kedua
negara yang bersangkutan sebaiknya
membagi wewenang pengenaan pajak
. terse but . dahlin suatu perundingan
.
bersarna.
Oleh Ad ' Hoc Group diputuskan
bahwa bunga sebaiknya hanya dikenakan di negara sumber. Tetapi juga ditetapkan bahwa pemajakan bunga itu
harus ditujukan kepada hasil bersih
bunga, meskipun dalarn praktek untuk
meriludahkan administrasi ditetapkan
suatu prosentasi tertentu terhadap
jumlah kotor.
Oleh anggota negara developed
countries ditunjukkan adanya tarif
ad.d. Methode yang digunakan untuk
pencegahan pajak ganda.
•
Pajak Berganda
Pengenaan pajak atas bunga secara
bersamaan di tempat tinggal kreditur
dan di negara sum ber yang tidak terkoordinir akan mengakibatkan beban
yang berat atas pundak si kreditur.
Pajak atas bunga yang dibayarkan kepada ,!on resident, di negara sum ber
lazimnya dikenakan pajak dengan jalan
pemotong (withholding) yang mengurangi jumlah bunga itu. Jika jumlah
yang diterima bersih oleh kreditur di
negara tempat tinggalnya dikenakan lagi p<\iak (pendapatan atau perseroan)
maka si kniditur akan memikul pajak
baik dari negara sum ber maupun
dari negara tempat tinggal.
Untuk menghilangkan ini oleh negara tempat tinggal kreditur dapat dilakukan tax credit atau exemption,
atau tax sparing. Kalau sis tim ini tidak diterapkan, maka cara lain ialah
bersarna-sarna mengenakan pajak berdasarkan suatu prosen tasi yang telah
disetujui oleh kedua belah pihak, yang
jumlahnya dari kedua pajak itu tidak
melebihi tarif yang normal. Tax credit
harus diberikan tanpa memandang
jumlah yang dikenakan di negara sumber diberi pembebasan dari pajak atas
Ke
pUS
145
bunga, negara tempat tinggal harus
memberikan tax sparing, agar pembebasan pajak atas bunga di negara sumber benar-benar memperoleh effek
yang dapat dinikmati oleh si pemilik
modal. I 0).
Tidak semua anggota negara developed countries dapat menyetujui sikap demikian, bahkan ada yang mengemukakan bahwa tax exemption
yang diberikan oleh negara developed
countries, secara langsung tidak ada
gunanya, karena ini hanya akan mempengaruhi para kreditur untuk memilih
memberikan pinjarnan kependuduk negara-negara dimana pajaknya terendah
atau sarna sekali tidak dikenakan pajak.
Apabila antara kedua negara tidak
ada 'suatu peIjanjian p<\iak ganda,
maka masing-masing negara berwenang mengenakan pajak dengan tidak
mengurangi wewenang negara tempat
tinggal untuk mem berikan tax credit
atau tax exemption.
EE
10).
_
.
_
Bandingkan R. Glynne Williams,
F.C.A.- "Comprehensive Aspects of
Taxation" - Cassel & Company LTD
Edition 1972, hal, 332 sId 333.-
t a k a a n.
"Himpunan Peraturan Perundang-Undangan tentang Masaalah Orang Anng,"
Lukita, - Jakarta 1976.
I. Suntjaya,
2. Drs. B. Boediono, Uraian Dasar Pajak atas Bunga, Dividen dan Royalty ". - Mingguan
Berita Pajak, Jakarta.
3. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. "Hukum Pajak Intemasional Indonesia Perkembangan
dan Pengaruhnya ", PT. Eresco ] akarta - Bandung 1977.
4. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, "Tinjauan Yuridis ten tang Perjajian antar (dua) Negara mengenai penghindaran pajak berganda Intemasional", dihimpun da!) diperbanyak oleh lkatan Mahasiswa Notariat Fak. Hukum UNPAD Bandung. 1973.
5. - -- - ----, Kumpulan Bina Pajak KOMPAS, 1976/1977, diterbitkan oleh: "Yayasan
Bina Pajak, Jakarta.
6. Soemantoro, - "Aspek Hukum dan Ekonomi dari Penanaman Modal Asing dal..11 hm-
MuetlH3
••• ". ,."
.
.
•
_"~'w
..
.
,
.. - - ~ .'
146
r- ~ "
~
Hukum dan PembangUnan
bangunan, " diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Hukum & Kriminologi Fak. Hu·
kum UNPAD Bandung, 1975.
•
7. Mustamin Daeng Mantutu, S.H. - "Beberapa Catatan mengenai pengertian modal Asing.
dan Pen an am an Modal Asing dalam undang·undang No. 1 tahun 1967, ten tang
Penanaman Modal Asing", - Prasaran pada seminar Economic Law, yang diada·
kan di Bandung tahun 1972.
8. R. Glynne Williams, F.C.A. - "Comprehensive Aspects of Taxation" - Cassel & Company Ltd, Edition 1972.
•
•
•
•
Orang saklt sama saja dengan
benalu
masyarakat.
(Nletsche)
•
<
PenyaKit adalah pajak kenikmatan yang tak nyaman.
(Peribahasa [nggeria)
Menyembunylkan penyakit berarti maut.
(Peribahasa latin)
•
•
Download