jantan. Menurut Galdikas (1985) terjadi penurunan kesediaan seksual kopulasi individu betina yang sedang mengasuh anak mengalami penurunan (Galdikas 1985). Mindy memiliki pola yang berbeda yaitu setelah terjadi party jantan dewasa mengalami penurunan kadar hormon glukokortikoid, sebelum terjadi interaksi 470,53 ng/g (n=5) dan setelah interaksi mengalami penurunan 380,89 ng/g (n=3). Hal tersebut disebabkan interval jarak perjumpaan yang berada di 1050 m (80,851%). Interval jarak yang cukup jauh untuk terjadinya interaksi sosial, tidak mempengaruhi kenaikan kadar hormon glukokortikoid setelah perjumpaan. Pada saat pengamatan terjadi perjumpaan tiba-tiba antara Mindy dan Kerry. Interaksi yang teramati antara Mindy (kakak) dan Kerry (adik) adalah bentuk agresi antara kakak terhadap adiknya, sehingga kadar hormon stres pada Kerry sehingga dapat menimbulkan ancaman atau tekanan. Tekanan yang melebih batas seperti yang terjadi antara Mindy dan Kerry dalam bentuk agresi merangsang hipotalamus mensekresikan Corticotrophin Releasing Hormon (CRH) yang menstimulus kerja hipofisa anterior untuk mensekresikan Adrenocorticotrophin Hormon (ACTH) menstimulus kerja korteks adrenal sehingga mensekresikan glukokortikoid yang mengalir dalam aliran darah. Pada batas tertentu konsentrasi hormon dalam darah akan memberikan umpan balik negatif pada hiptalamus dan hipofisa anterior yang menekan CRH sehingga menurunkan ACTH (Brook & Marshall 1996). SIMPULAN dan SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini di dapatkan kesimpulan bahwa 11βhydrocyetiocholanolone merupakan hormon glukokortikoid yang terdeteksi di dalam feses orangutan. Stres pada orangutan betina disebabkan faktor status sosial, status reproduksi, dan perjumpaan. Adanyan fluktuasi kadar hormon glukokortikoid 11β-hydrocyetiocholanolone pada orangutan betina setelah perjumpaan dengan individu lain. Saran Hasil penelitian ini membuka peluang untuk dilakukan pengamatan lebih lanjut untuk validasi biologi dengan menambah jumlah individu yang diamati dan jumlah kejadian yang diamati untuk dapat dijadikan standarisasi hubungan antara hormon glukokortikoid dengan perbedaan status reproduksi dan kejadian hubungan dengan individu lain. DAFTAR PUSTAKA Astuti P. 2006. Kajian Metabolit Testosteron dan Kortisol di dalam Feses dan Urine dalam Hubungannya dengan Kualitas Spermatozoa Owa Jawa (Hylobates moloch) di Penangkaran. (Disertasi). Bogor: Program Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 54