59 BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pemilihan Metode Metode yang

advertisement
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1
Pemilihan Metode
Metode yang digunakan untuk melakukan penelitian terhadap penilaian
saham adalah Dividend Discount Model (DDM) dan Price Earning Ratio (PER)
atau biasa disebut juga dengan pendekatan Multiplier. Metode Dividend
Discount Model merupakan metode penilaian saham dengan menggunakan
dividen yang dibagikan oleh perusahaan setiap tahun. Sedangkan Price Earning
Ratio menggambarkan perbandingan harga saham terhadap laba bersih
perusahaan. Alasan penulis tidak menggunakan metode Free Cash Flow to Firm
(FCFF) dan Operating Free Cash Flow (OFCF) di dalam penilaian saham adalah
dikarenakan dengan penggunaaan metode tersebut, terdapat cara perhitungan
yang berbeda-beda pada setiap perusahaan dan hal ini akan menyulitkan penulis
untuk melakukan penelitian. Oleh karena itu, penulis menggunakan metode
DDM, karena metode ini dapat mencakup semua sektor perusahaan yang akan
diteliti, tanpa melihat adanya perbedaan bisnis/operasi dalam perusahaan.
IV.2
Dividend Discount Model (DDM)
IV.2.1 Tingkat Pertumbuhan yang Digunakan.
Peneliti menggunakan metode Dividend Discount Model dengan
pertumbuhan yang stabil (stable growth), dengan beberapa asumsi yaitu:
59
1.
Dari segi jangka waktu yang digunakan, penulis hanya menggunakan
periode 4 tahun. Sedangkan jika menggunakan pertumbuhan non konstan,
metode tersebut harus menggunakan jangka waktu lebih dari 4 tahun.
2.
Tingkat penjualan atau pendapatan dari masing-masing perusahaan masih
terlihat stabil. Berikut adalah laporan penjualan atau pendapatan dari tahun
2008-2010.
SAHAM
2010
2009
2008
BBCA
12.936.828
14.899.725
12.356.348
BMRI
19.518.609
16.777.115
14.799.620
BBRI
32.888.603
23.049.495
19.651.054
INDF
38.403.360
37.397.319
38.799.279
MYOR
7.224.165
4.777.175
3.907.674
PTBA
7.909.154
8.947.854
7.216.228
ITMG
1.645
1.508
1.316
INTP
11.137.805
10.576.456
9.780.498
*satuan yang didalam tabel adalah rupiah, kecuali saham ITMG yang satuannya
dolar amerika.
3. Untuk sektor perbankan, adanya sistem keuangan dari Bank Indonesia yang
perannya adalah untuk menjaga stabilitas keuangan, contohnya dalam
menetapkan suku bunga kredit, tabungan atau deposito sehingga bank swasta
dan bank pemerintah tidak menaikan secara sepihak suku bunga kredit,
tabungan atau deposito diatas suku bunga Bank Indonesia. Hal ini dengan
tujuan agar semua bank yang ada di Indonesia tidak saling menjatuhkan.
4. Perjanjian AFTA (Asean Free Trade Area) memberikan dampak bagi sektorsektor yang ada di Indonesia termasuk sektor makanan dan minuman.
Barang impor yang masuk ke Indonesia kebanyakan adalah dari sektor
60
makanan dan minuman. Hal ini membuat persaingan semakin berat sehingga
pertumbuhan yang sebelumnya tinggi akan menjadi lebih stabil.
5. Dari sektor pertambangan, batu bara merupakan salah satu produk yang
paling banyak diekspor oleh Indonesia. Karena banyaknya permintaan akan
ekspor ini, maka pemerintah ingin menetapkan pembatasan ekspor batu bara
yaitu dengan dibuatnya ketetapan oleh pemerintah dalam melakukan
pembatasan terhadap ekspor batu bara sehingga pertumbuhan ekspor
menjadi stabil.
6. Dari Industri dasar dan kimia, sektor semen merupakan salah satu produk
utama didalam pembangunan properti dan infrastruktur. Stabilnya kenaikan
penjualan produk semen disebabkan bunga bank yang relatif stabil. Suku
bunga bank yang stabil ini membuat para pengembang tertarik untuk
membangun properti.
IV.2.2 Analisis Dividen.
Dividen yang digunakan adalah Dividend per Share yang dibagikan
setiap tahun ataupun dibagikan secara interim dan final untuk melakukan
penelitian mengenai penilaian harga saham di akhir Desember tahun 2011.
Dalam hal ini, dividen yang digunakan adalah estimasi dividen pada tahun
2012, yaitu dengan cara: dividen tahun 2011 dikalikan dengan tingkat
pertumbuhan dividen konstan. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk
melakukan penilaian harga saham di tahun 2011:
61
Keterangan:
:Estimasi harga wajar saham di tahun 2011.
:Dividend per Share yang akan diterima oleh investor di
akhir tahun 2011 dikalikan dengan tingkat pertumbuhan
dividen konstan.
:Tingkat pengembalian yang diharapkan investor yang
dikurangi dengan tingkat pertumbuhan dividen konstan.
Agar dapat mengestimasi dividen 2012, maka dividen tahun 2011 harus
terlebih dahulu dicari. Ada 3 cara yang dapat dilakukan untuk menentukan
Dividend per Share yaitu:
1. Dividen per Share yang terdapat pada Annual Report perusahaan;
2. Melakukan perhitungan kembali dengan menggunakan rumus rasio;
3. Mendapatkan data dari website yang telah menyediakan data seperti: e-bursa
dan yahoo finance. Berikut adalah dividen tahun 2011 yang diestimasikan
menjadi dividen tahun 2012.
Tabel IV.2.2
Hasil estimasi dividen di tahun 2012.
DIVIDEN
SAHAM
ESTIMASI
GROWTH
2011
DIVIDEN 2012
BBCA
114
5,73%
120,5322
BMRI
122
5,73%
128,9906
BBRI
74,08
5,73%
78,32478
INDF
133
5,73%
140,6209
MYOR
130
5,73%
137,449
62
PTBA
556
5,73%
587,8588
INTP
263
5,73%
278,0699
ITMG
1168
5,73%
1234,93
Tingkat pertumbuhan/growth yang digunakan adalah GDP Indonesia
yang dimana tingkat pertumbuhannya adalah sebesar 5,73%. Alasan penulis
menggunakan tingkat pertumbuhan GDP adalah karena lebih mencerminkan
tingkat pertumbuhan ekonomi di negara dimana perusahaan tersebut berada.
IV.2.3 Tingkat Pertumbuhan.
Selama periode tahun 2008-2011, delapan (8) saham-saham ini selalu
membagikan dividennya setiap tahun. Berikut adalah tingkat pertumbuhan
dividen yang diberikan:
Tabel IV. 2. 3. 1
Tingkat Pertumbuhan dividen yang tidak konstan
YEAR BBCA %
BMRI
%
BBRI
%
2011
114 -26% 122 -13%
74
-36%
2010
155
41%
140
17%
116
-35%
2009
110
10% 119,37 34%
178
5%
2008
100
88,9
168,82
INDF
133
93
47
43
%
43%
98%
9%
YEAR MYOR %
PTBA
2011
130
30%
556
2010
100 100% 523
2009
50
25% 532,73
2008
40
371,05
ITMG
0,12
0,13
0,21
0,12
%
-8%
-38%
75%
%
6%
-2%
44%
INTP
263
225
150
40
%
17%
50%
275%
63
Dari perhitungan growth tahunan diatas didapatkan hasil pertumbuhan
dividen yang tidak konstan sehingga menyulitkan penulis untuk mengestimasi
growth dividend tahun 2011. Karena itu penulis hanya menggunakan satu
metode tingkat pertumbuhan dividen yaitu Gross Domestic Product (GDP)
yang menjadi suatu acuan bagi banyak para analisis untuk menilai tingkat
pertumbuhan suatu negara untuk mencerminkan tingkat pertumbuhan
perusahaan di negara tersebut. Dengan adanya kenaikan GDP mengindikasikan
bahwa semakin baiknya tingkat aktivitas di negara tersebut.
Berikut adalah GDP Indonesia dari tahun 2008-2011.
Tabel IV. 2. 3. 2
Tingkat Rata-rata Pertumbuhan
GDP Indonesia tahun 2008-2011
YEAR
GDP
2008
6,00%
2009
4,60%
2010
6,10%
2011
6,20%
Average
5,73%
sumber: http://www.gfmag.com
Di tahun 2009 terjadi penurunan GDP menjadi 4,60% yang dikarenakan
oleh adanya pengaruh atau dampak buruk dari krisis ekonomi global yang
mengancam pada akhir tahun 2008. Dari hasil perhitungan, digunakan fungsi
average pada Microsoft Excel untuk merata-ratakan dari tahun 2008-2011 dan
hasilnya adalah 5,73%. Hasil tersebut digunakan untuk semua tingkat
pertumbuhan perusahaan.
64
IV.2.4 Tingkat Pengembalian.
Required Rate of Return yang digunakan adalah dengan menggunakan
metode Capital Asset Pricing Model (CAPM).
Data-data yang digunakan dalam perhitungan CAPM adalah Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) mingguan, beta, risk free rate (BI rate).
Berikut adalah langkah-langkah perhitungan CAPM:
Langkah pertama, untuk mencari beta penulis melakukan perhitungan
tingkat pengembalian harga saham (Ri), dan tingkat pengembalian pasar (Rm)
untuk masing-masing perusahaan. Tingkat pengembalian dapat dihitung
menggunakan dua cara yaitu fungsi natural logarithm (LN) yang ada pada di
Microsoft Excel atau menggunakan rumus return. Adapun perhitungan tingkat
pengembalian tersebut ialah:
Fungsi Natural Logaritma:
Ri
=
Rm =
)
Rumus return:
Ri =
Rm =
Cara perhitungan:
65
Fungsi Natural Logaritma:
Ri bbca
= LN( Harga saham 7 Januari 2008/ Harga saham 2 Januari 2008)
= LN(3625/ 3600)
= 0,69%
Ri indf
= LN( Harga saham 7 Januari 2008/ Harga saham 2 Januari 2008)
= LN(3175/ 2675)
= 18,69%
Rm bbca
= LN(IHSG penutupan 7 Jan 2008/ IHSG penutupan 2 Jan 2008)
= LN(2830/ 2765)
= 2,33%
Rumus return:
Ri bbca
= (Harga saham 7 Januari 2008 - Harga saham 2 Januari 2008)
2
= (3625 - 3600)
2
= 0,69%
Ri indf
= (Harga saham 7 Januari 2008 - Harga saham 2 Januari 2008)
2
= (3175 - 2675)
2
= 18,69%
Rm bbca
= (IHSG penutupan 7 Jan 2008 - IHSG penutupan 2 Jan 2008)
2
= (2830 - 2765)
2
= 2,33%
66
Dari perhitungan diatas, dapat dilihat hasil dari fungsi natural logarithm
(LN) dan rumus return memiliki hasil yang sama. Ini bisa dilihat dari kedua
saham seperti BBCA dan INDF, yang dimana hasil perhitungan LN dan rumus
return adalah 0,69 (BBCA) dan 18,69 (INDF) dan return IHSG sebesar 2,33%.
Hal ini membuktikan bahwa dalam menghitung return saham dan IHSG dapat
digunakan dengan menggunakan dua cara tersebut. Tetapi penulis hanya
memilih salah satu cara dari kedua metode dengan alasan agar metode yang
digunakan lebih konsisten dalam melakukan semua perhitungan. Metode yang
digunakan penulis adalah natural logarithm (LN). Berikut adalah hasil
perhitungan tingkat pengembalian dengan menggunakan fungsi LN dan untuk
perhitungan lengkapnya ada di Lampiran 1-10.
Tabel IV.2.4.1
Hasil Tingkat pengembalian Harga saham dan IHSG.
Tingkat Pengembalian Harga Saham
o
= LN(3625/3600)
= 0,69%
o
= LN(3400/3400)
= 0,00%
o
= LN(3900/3750)
= 3,92%
o
= LN(3175/2675)
= 17,14%
o
= LN(1740/1750)
= -0,57%
o
= LN(12100/12200) = -0,82%
o
= LN(8500/8050)
o
= LN(20850/18750) = 10,62%
= 5,44%
Tingkat Pengembalian IHSG
o
= LN( 2830/2765)
=2,33%
67
Dari hasil perhitungan tabel IV.2.4.1, menunjukkan bahwa adanya tingkat
pengembalian harga saham yang bernilai postif dan negatif, dimana saham yang
bernilai positif memberikan pengaruh yang sangat baik bagi tingkat
pengembalian harga pasar saham (IHSG) menjadi 2,33% (bernilai positif).
Meskipun IHSG adalah saham gabungan, tetapi setidaknya saham-saham yang
diatas telah memberikan sedikit pengaruh terhadap pergerakan harga pasar
saham.
Dari hasil perhitungan tingkat pengembalian harga saham dari tahun
2008-2011, terjadi adanya stock split pada 2 saham, yaitu Bank Central Asia
(BBCA) pada tanggal 28 Januari 2008 dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) pada
tanggal 11 Januari 2011. Terjadinya stock split dikarena harga saham yang
ditawarkan ke pasar saham sudah terlalu tinggi. Untuk itu kedua perusahaan
tersebut melakukan stock split 1:2, dimana harga saham Bank BCA dan Bank
BRI sebelum stock split adalah sebesar Rp.7200 dan Rp.9800. Setelah adanya
stock split, harga saham BCA dan BRI adalah Rp. 3550 dan Rp. 4700. Dengan
adanya selisih yang cukup besar pada saat perhitungan tingkat pengembalian,
maka penulis mengasumsikan bahwa harga saham sebelum stock split harus
dibagi dua semua. Sehingga harga saham sebelum dan sesudah stock split tidak
terlalu jauh angkanya pada saat perhitungan tingkat return saham, dan hasil uji
sensitivitas betanya tidak akan menimbulkan bias.
Setelah melakukan perhitungan tingkat pengembalian IHSG. Dapat
langsung dihitung rata-rata return market periode 2008-2011. Berikut adalah
hasil perhitungan return market.
68
RETURN MARKET 2008-2011
Rm/Mingguan
0,16%
8,25%
Rm/Tahunan
Dari hasil perhitungan yang ada, tingkat return market dari tahun 20082011 adalah sebesar 8,25%. Ini membuktikan bahwa investor layak untuk
berinvestasi di pasar modal, karena jika hasil return market lebih kecil dari BI
rate, maka investor lebih baik menanamkan uangnya di bank.
Langkah kedua adalah menghitung beta dengan menggunakan fungsi
Slope yang terdapat pada Microsoft Excel dan hasil dari langkah pertama
diatas, dimasukan ke rumus slope tersebut.
Tabel IV. 2. 4. 2
Hasil Average Beta tahun 2008-2011.
BETA TAHUN 2008-2011
BBCA BMRI BBRI INDF MYOR PTBA
Average 0,65 1,20
1,10 1,12 0,52
1,59
INTP ITMG
1,11 1,64
Hasil beta yang terendah adalah saham MYOR dan beta yang tertinggi
adalah saham ITMG. Artinya, jika pasar saham naik atau turun sebesar 5%,
berarti untuk saham MYOR akan naik atau turun sebesar 2,6%. Sedangkan
untuk saham ITMG akan naik atau turun sebesar 8,2%. Dengan kata lain,
semakin besar nilai beta, semakin besar pula resiko saham terebut.
69
Dari hasil beta diatas, yang memiliki beta lebih dari 1 adalah Bank
Mandiri, Bank BRI, Indofood, Tambang Batubara Bukit Asam, Indo
Tambangraya Mega, Indocement Tunggal Prakarsa. Ini berarti bahwa sahamsaham tersebut memiliki tingkat sensitifitas yang cenderung cukup tinggi
terhadap pergerakan harga saham dan memiliki resiko yang tinggi. Sedangkan
untuk beta yang berada di bawah 1 adalah Bank BCA, dan Mayora Indah, yang
berarti harga saham tersebut tidak akan sensitif atau cenderung lambat dalam
mengikuti pergerakan harga pasar saham dan memiliki resiko yang rendah.
Langkah ketiga adalah menentukan risk free rate. Penulis menggunakan
BI rate sebagai risk free rate, karena BI rate telah menjadi acuan bagi bankbank di Indonesia dalam menentukan suku bunga deposito, kredit, dan
tabungan. Berikut hasil BI rate periode 2008-2011.
Tabel IV. 2. 4. 3
BI Rate dari Tahun 2008-2011.
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGUST
SEP
OKT
NOP
DES
2008
8,00%
8,00%
8,00%
8,00%
8,25%
8,50%
8,75%
9,00%
9,25%
9,50%
9,50%
9,25%
BI RATE
2009
8,75%
8,25%
7,75%
7,50%
7,25%
7,00%
6,75%
6,50%
6,50%
6,50%
6,50%
6,50%
2010
6,50%
6,50%
6,50%
6,50%
6,50%
6,50%
6,50%
6,50%
6,50%
6,50%
6,50%
6,50%
2011
6,50%
6,75%
6,75%
6,75%
6,75%
6,75%
6,75%
6,75%
6,75%
6,50%
6,00%
6,00%
Sumber: http://www.bi.go.id/web/id
70
Setelah mendapatkan BI rate/bulan dari tahun 2008-2011, penulis
melakukan perhitungan BI rate/minggu dengan tujuan agar perhitungannya
sama dengan return market dan return saham. Selain itu, penulis juga
mengasumsikan BI rate harus dibagi dengan 52 karena meskipun Bank
Indonesia mengeluarkan BI rate per bulan, tetapi dalam perhitungan perbankan,
BI rate dihitung per tahun. Setelah mendapatkan BI rate/minggu, langkah
selanjutnya adalah menyesuaikannya dengan tanggal IHSG. Berikut contoh
cara mengestimasi BI rate/minggu. Perhitungan lengkapnya ada di Lampiran 110
Tabel IV.2.4.4
Contoh Perhitungan BI Rate yang disesuaikan dengan Tanggal IHSG
TANGGAL
(EST).BI RATE
BULAN
BI RATE
IHSG
BI Rate/52
2 Jan 2008
0,154%
7 Jan 2008
0,154%
Januari
8%
14 Jan 2008
0,154%
28 Jan 2008
0,154%
2 Jun 2008
0,163%
10 Jun 2008
0,163%
16 Jun 2008
Juni
8,50%
0,163%
23 Jun 2008
0,163%
30 Jun 2008
0,163%
71
Langkah selanjutnya adalah mencari rata-rata BI rate/minggu. Hal ini
dapat dilakukan dengan menggunakan fungsi average pada Microsoft Excel.
Setelah mendapatkan hasil rata-rata BI rate/minggu, dapat langsung dikalikan
dengan 52 untuk mendapatkan rata-rata BI rate/tahun. Berikut adalah hasil BI
rate/minggu dan tahun.
BI RATE 2008 2011
Average/Mingguan 0,14%
Average/tahunan 7,22%
Dari tabel perhitungan di atas, didapatkan BI rate sebesar 0,14 per
minggu dan 7% per tahunnya. Jika dibandingkan dengan hasil perhitungan
return market, maka rata-rata BI rate lebih kecil daripada tingkat pengembalian
pasar saham (Rm). Sehingga dapat disimpulkan bahwa investor layak untuk
berinvestasi di pasar modal saham.
Setelah memperoleh hasil dari perhitungan ketiga komponen tersebut,
yaitu tingkat pengembalian pasar (Rm), beta rata-rata (β) dan BI rate (RFR),
kita dapat menghitung CAPM.
Perhitungan CAPM dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel IV.2.4.5
Perhitungan CAPM dan Premi Resiko
Rm
B
RFR
CAPM(Ks)
Premi Resiko
BBCA
8,25%
0,65
7,22%
7,89%
0,67%
BMRI
8,25%
1,20
7,22%
8,46%
1,24%
BBRI
8,25%
1,10
7,22%
8,35%
1,13%
INDF
8,25%
1,12
7,22%
8,37%
1,15%
MYOR
8,25%
0,52
7,22%
7,75%
0,53%
PTBA
8,25%
1,59
7,22%
8,86%
1,64%
INTP
8,25%
1,11
7,22%
8,36%
1,14%
ITMG
8,25%
1,64
7,22%
8,91%
1,69%
72
Dari tabel diatas, ada dua komponen utama dari perhitungan CAPM yaitu
tingkat return bebas resiko dan premi resiko. Untuk mengetahui tingkat premi
resiko sekuritas dapat dihitung dengan mengalikan beta dan market risk
premium/(Rm-RFR). Hasil premi resiko sekuritas, saham yang memiliki tingkat
resiko saham yang paling beresiko dalam berinvestasi adalah saham ITMG
karena memiliki tingkat premi resiko paling tinggi, sedangkan saham yang
kurang beresiko dalam berinvestasi adalah saham MYOR karena memiliki
tingkat premi resiko paling rendah .
Jadi alasan penulis menggunakan CAPM sebagai tingkat pengembalian
yang diinginkan oleh investor adalah lebih dikarenakan dua komponen tersebut
dapat menggambarkan tingkat return yang akan didapatkan oleh investor
dengan berinvestasi tanpa resiko yang berpatokan pada tingkat suku bunga
ditambah resiko yang didapatkan oleh investor dalam berinvestasi saham.
IV.2.5 Perhitungan Dividen Discount Model
Setelah mendapatkan tingkat pertumbuhan, tingkat pengembalian dan
estimasi dividen di tahun 2012. Berikut adalah cara perhitungannya.
P bbca 2011 =
= 114 x (1+5,73%)
7,89% - 5,73%
= Rp 5.580
73
P indf 2011 =
= 133 x (1+5,73%)
8,37% - 5,73%
= Rp 5.327
Untuk mendapatkan hasil estimasi yang benar, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan ketika mengestimasi diantaranya:
•
Ketika menentukan dividen yang akan digunakan, dividen yang
digunakan adalah dividen hasil estimasi dari dividen tahun 2011 yang
dikalikan dengan tingkat pertumbuhan dividen (GDP) sehingga menjadi
dividen estimasi tahun 2012. Estimasi yang salah adalah jika
menggunakan dividen tahun 2010 untuk mengestimasi harga wajar saham
tahun 2011 yang akan dibandingkan dengan harga saham yang ada di
pasar tahun 2011.
•
Dalam menentukan tingkat pertumbuhan dividen, kita harus berhati-hati
karena jika terdapat kesalahan dalam menentukan tingkat pertumbuhan
dividennya, maka hasil estimasi harga wajar akan semakin tinggi.
•
Ketika menentukan required rate of return. Banyak para analis ingin
menambahkan 1-2% dari tingkat imbal hasil yang sudah dihitung dengan
asumsi ingin mendapatkan tingkat return yang lebih tinggi. Pada
prinsipnya, saat menambahkan 1-2% tingkat imbah hasil, maka harga
wajar yang akan diestimasi semakin rendah. Contohnya, pada tabel di
bawah ini, dimana penulis mensimulasikan penambahan 1-2% dari
perhitungan CAPM pada saham BBCA dan INDF.
74
Tabel IV. 2. 5. 1
Perhitungan Simulasi CAPM atas Penambahan 1-2%.
Kode Saham
BBCA
INDF
Required Rate
of Return
7,89%
8,89%
9,89%
Harga Wajar Saham
8,37%
9,37%
10,37%
5327
3863
3031
5580
3814
2897
Dari hasil tabel diatas, penulis tetap menggunakan perhitungan CAPM
tanpa menambahkan atau mengurangkan 1-2% dari tingkat imbal hasil
dengan alasan bahwa penulis ingin mendapatkan estimasi hasil wajar
saham yang murni dari perhitungan yang sudah ada.
Berikut adalah tabel hasil perhitungannya:
75
Tabel IV. 2. 5. 2
Perhitungan Estimasi Harga Wajar Saham 2011 dengan Pendekatan DDM
Estimasi Harga Wajar Saham 2011, dengan Pendekatan DDM
HARGA
SAHAM 31
DEC 2011
Overpriced or
Underpriced
5.580
8000
Overpriced
8,46%
4.725
6750
Overpriced
5,73%
8,35%
2.989
6750
Overpriced
GDP
5,73%
8,37%
5.327
4600
Underpriced
137,449
GDP
5,73%
7,75%
6.804
14250
Overpriced
556
587,8588
GDP
5,73%
8,86%
18.781
17350
Underpriced
INTP
263
278,0699
GDP
5,73%
8,36%
10.573
17050
Overpriced
ITMG
1168
1234,93
GDP
5,73%
8,91%
38.834
38650
Underpriced
EXPECTED
GROWTH
REQUIRED
RATE OF
RETURN
SAHAM
DIVIDEN
2011
DIVIDEN
2012
BBCA
114
120,5322
GDP
5,73%
7,89%
BMRI
122
128,9906
GDP
5,73%
BBRI
74,08
78,324784 GDP
INDF
133
140,6209
MYOR
130
PTBA
ESTIMASI
HARGA
SAHAM
Dari hasil tabel perhitungan, menunjukkan adanya perbandingan antara
estimasi harga wajar saham dengan harga saham di akhir tahun 2011. Dimana
dapat disimpulkan bahwa adanya harga saham yang tergolong Overpriced
(mahal) dan masih ada yang tergolong Underpriced (murah). Saham yang
tergolong overpriced, jika hasil estimasi harga wajar saham
harga saham
yang ditawarkan di pasar saham. Begitu pula sebaliknya. Saham yang tergolong
overpriced adalah saham BBCA, BMRI, BBRI, MYOR, dan INTP. Sedangkan
saham yang tergolong underpriced adalah saham INDF, PTBA, dan ITMG.
76
IV.3
Metode Price Earning Ratio (PER)
Pendekatan ini juga digunakan oleh investor untuk mengestimasi harga
wajar saham. Untuk dapat menghitung estimasi harga wajar saham, data yang
diperlukan adalah Price Earning Ratio (PER) dan Earning per Share (EPS).
Langkah pertama, untuk mendapatkan PER penulis mengasumsikan dengan
menggunakan rata-rata PER yang dihitung berdasarkan pada masing-masing
sektor, yang dimana setiap sektor perbankan, makanan dan minuman, dan
pertambangan terdapat 5 perusahaan dan pada sektor semen terdapat 3
perusahaan. Perusahaan yang menjadi pembandingnya adalah perusahaan yang
sebanding dalam artian memiliki tingkat ROE yang sama atau lebih tinggi dari
perusahaan yang menjadi objek penelitian. ROE yang dilihat hanya di tahun
2011. Alasan penulis menggunakan ROE sebagai alat pembanding karena jika
menggunakan saham yang aktif di pasar modal atau saham yang memiliki
market cap yang besar belum tentu saham itu bagus secara fundamental. Tetapi
sebaliknya kalau melihat ROE, rasio tersebut lebih menggambarkan seberapa
besar kemampuan perusahaan dalam memberikan tingkat pengembalian atau
return dalam modal perusahaannya.
Berikut adalah hasil PER/sektor.
77
Tabel IV. 3. 1. 1
PER/sektor di Tahun 2011
18
12,8
10,7
9,2
10,8
12,3
TAMBANG
BATU BARA
KKGI
PTBA
ITMG
HRUM
BYAN
Sektor
14,3
13
9,1
13,1
29,5
15,8
PER
SEMEN
PER
17,8
13,3
14,9
31,6
8,4
17,2
INTP
SMGR
SMCB
Sektor
18,4
17,7
18,9
18,3
BANK
PER
BBCA
BMRI
BBRI
BJBR
BDMN
Sektor
Makanan &
Minuman
DLTA
INDF
MLBI
MYOR
CEKA
Sektor
PER
Sumber: http://www.ipotindonesia.com
Dari hasil perhitungan diatas, rata-rata PER pada sektor perbankan adalah
12,3x , untuk makanan dan minuman adalah 17,5x, tambang batu bara adalah
15,8x dan terakhir sektor semen memiliki PER yaitu 18,3x. Pada prinsipnya,
PER yang rendah adalah mencerminkan harga saham itu murah dan dari hasil
tabel diatas, PER per sektor yang rendah adalah perbankan dan yang kedua
adalah tambang batu bara.
Setelah
mendapatkan
perhitungan
PER,
langkah
kedua
adalah
menentukan EPS. EPS yang digunakan adalah EPS di tahun 2011 dimana
penulis ingin membandingkan harga saham dengan hasil estimasi harga wajar
saham dengan pendekatan PER di tahun 2011 saja.
Rumus EPS yang digunakan adalah
Earning Per Share = Net income – Dividend on Preferred Stock
Number of Common Shares Outstanding
78
EPS bbca
= 10.819.309.000.000
24.365.243.000
= Rp 444/lembar saham
EPS indf
= 3.077.180.000.000
8.780.426.500
= Rp 350/lembar saham
Dari hasil perhitungan di atas, pada prinsipnya kenaikan EPS dapat terjadi
karena:
-
Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
-
Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
-
Laba laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
Sedangkan penurunan EPS dapat terjadi karena:
-
Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
-
Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
-
Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
Data EPS dapat dilihat di tabel sebagai berikut:
Tabel IV. 3. 1. 2
Earning Per Share di Tahun 2011
Earning Per Share
2011
EPS
BBCA BMRI BBRI INDF MYOR PTBA INTP ITMG
444 529,33 628,91 350
641
1339 977,1 4352
79
Dari perhitungan diatas, EPS tertinggi adalah saham ITMG dengan laba per
lembar saham sebesar Rp 4.352. Sedangkan untuk EPS terendah adalah saham
INDF dengan laba per lembar saham Rp 350. Semakin besar Earning per Share
(EPS), semakin banyak investor yang akan tertarik pada saham tersebut karena
dividen yang akan diberikan oleh perusahaan. Tetapi hal ini tergantung pada
keputusan perusahaan itu sendiri seberapa besar Dividend Payout Ratio yang
akan dibagikan oleh perusahaan dari EPS nya.
Langkah ketiga dalam metode ini adalah mengestimasi hasil perhitungan
dengan data-data yang sudah dijelaskan diatas. Caranya adalah dengan
mengalikan PER/sektor dan EPS 2011.
Dari rumus diatas, berikut adalah tabel hasil perhitungannya
Tabel IV. 3. 1. 3
Perhitungan Estimasi Harga Wajar Saham 2011 dengan Pendekatan PER
BBCA
12,30
444
ESTIMASI HARGA WAJAR SAHAM DI TAHUN 2011 METODE PER
BMRI
BBRI
INDF
MYOR
PTBA
12,30
12,30
17,2
17,2
15,8
529,33
628,91
350
641
1339
INTP
18,40
977,1
ITMG
15,8
4352
PER/sektor
EPS
ESTIMASI
HARGA
5.461
6.511
7.736
6.020
11.025
21.156
17.979
68.762
SAHAM
HARGA
SAHAM 31 DEC
8.000
6.750
6.750
4.600
14.250
17.350
17.050
38.650
2011
Overprice or
Overpriced Overpriced Underpriced Underpriced Overpriced Underpriced Underpriced Underpriced
Underprice
Dari hasil perhitungan, dapat disimpulkan ada saham yang tergolong
Overpriced (mahal) dan ada saham yang masih tergolong underpriced (murah).
80
Saham yang tergolong overpriced, jika hasil estimasi harga wajar saham
harga saham yang di awarkan di pasar saham dan begitu pula sebaliknya.
Berikut adalah daftar saham yang tergolong overpriced, antara lain: BBCA,
BMRI, MYOR. Sedangkan untuk saham yang tergolong underpriced, antara
lain: BBRI, INDF, PTBA, ITMG dan INTP.
81
Download