ARTIKEL Judul KOMUNITAS ISLAM DI DESA

advertisement
ARTIKEL
Judul
KOMUNITAS ISLAM DI DESA GELGEL, KLUNGKUNG, BALI (LATAR
BELAKANG SEJARAH, PENINGGALAN, DAN POTENSINYA SEBAGAI
SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA)
Oleh
Putu Adi Sutama
NIM. 1114021030
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2015
Komunits Islam di Desa Kampung Gelgel, Klungkung Bali, (Latar
Belakang Sejarah, Peninggalan, dan Potensinya Sebagai Sumber
Belajar Sejarah di SMA)
Oleh
Putu Adi Sutama* (1114021030)
Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum**, Ketut Sedana Arta, S.Pd, M.Pd***
Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha
E-mail: [email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui Latar Belakang Terbentuknya
Komunitas Islam di Desa Gelgel Klungkung Bali, (2) Mengetahui Peninggalan-Peninggalan
Islam yang terdapat di Komunitas Islam di Desa Gelgel Klungkung Bali, (3) Mengetahui
Aspek-aspek keberadaan Komunitas Muslim di Kampung Gelgel Klungkung yang dapat di
gunakan sebagai sumber belajar Sejarah di SMA. Metode yang di gunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian Kualitatif dengan menggunakan langkah-langkah berikut ini: Rancangan
Penelitian, Penentuan lokasi penelitian, metode penentuan informan, metode pengumpulan
data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, studi dokumen, penjamin keaslian data,
triangulasi data, triangulasi metode, analisis data, dan penulisan.
Hasil penelitian ini adalah (1) latar belakang terbentuknya komunitas islam di Desa
kampung Gelgel yaitu : a. faktor historis diawali dengan kedatangan orang - orang islam di
Gelgel sampai sekarang mengakui asal mereka dari Jawa mereka sebanyak datang ke
Gelgel sebagai pengiring Dalem dari Majapahit, dikuatkan lagi oleh peristiwa kunjungan
Dalem Ketut Ngulesir ke Majapahit yang merupakan satu - satunya kunjungan selama jaman
gelgel, sedangkan para penggantinya sudah tidak berkesempatan lagi berkunjung ke
majapahit karena kerajaan Majapahit sudah runtuh, b. faktor perkembangan bahwa 100
muslim yang datang pada periode kedua terjadi pada pemerintahan Watu Renggong di
Gelgel, (2) benda-benda bersejarah yang masih tersisa di Desa kampung Gelgel sebagai
berikut: Masjid Nurul Huda, Babad, Tari Rudat, Pintu Menara, Mimbar, dan Makam, (3)
Aspek-aspek yang dapat dikembangkan di dalam Komunitas Islam di Desa Gelgel yang
dapat di jadikan sumber belajar sejarah adalah sebagai berikut: Aspek Historis, Aspek
Toleransi, dan Aspek Budaya.
Kata Kunci: Komunitas, Islam Desa Gelgel, Sumber Belajar Sejarah
*Penulis
** Pembimbing I
***Pembimbing I I
ABSTRACT
This study was aimed (1) to investigate the background of Islam Community in Gelgel
Village, Klungkung, Bali, (2) to investigate the Islam inheritance of Islam Community in Gelgel
village, Klungkung, Bali, (3) to investigate aspects of existence of Islam community in Gelgel
village, Klungkung which was used as sources of learning history in Senior High School.
Method used in this study was Qualitative research in which used some procedures:
Research Design, Determining Location of Research, Method of determining informant, Data
Collection Procedure which used interview technique, document study, Guarantor Originality
of Data, Data Triangulation, Method Triangulation, Data Analysis and Process of Writing.
The Result of this study are: (1) It is begun with arrival the Islam people in Gelgel
village until now they recognize that they are background of the formation of the Islamic
community in the village of kampung Gelgel, namely: a. historical factors beginning with the
arrival of Muslims in Gelgel until now acknowledge their origin from their Java as much as
comes to Gelgel as Servant from Majapahit was corroborated again by Dalem Ketut visit
Ngulesir events to the Majapahit is the only visits during the time of gelgel, while his
successor is no longer a chance visit to majapahit Empire Majapahit collapsed already
because , b. development factors that 100 muslim who came in the second period occurred
in the reign of Watu Renggong in Gelgel, (2) the historic objects that are left in Gelgel village
namely Nurul Huda Mosque, Babad, Rudat dance, Tower Door, Mimbar, and Grave, (3) The
aspect which can be developed in Islam Community in Gelgel village are as a sources of
Learning history namely: Historical Aspect, Tolerance Aspect, and Cultural Aspect.
Key Words: community, Islam in Gelgel village, sources of learning history
PENDAHULUAN
Menyebut kata Bali atau provinsi
Bali, maka yang terlintas dalam pikiran
orang adalah sebuah pulau dengan
keindahan alamnya yang eksotis,
budayanya yang unik, dan tentu saja
umat Hindu-nya yang mayoritas. Imej
tersebut
bahkan sudah
sangat
mendunia dan dikenal di kalangan
para pelancong asing. Bahkan dengan
segala keunikan dan keindahannya,
banyak orang asing mengira Bali
sebagai Negara sendiri. Tak heran jika
mereka
lebih
mengenal
Bali,
ketimbang
Indonesia.
(Mashad,
2014:V). Tapi faktanya bahwa pulau
Bali merupakan pulau yang multietnik
yang di dalamnya bukan hanya ada
komunitas Hindu saja, akan tetapi
terdapat Komunitas Muslim dari
berbagai etnis.
Peninggalan sejarah merupakan
sebuah hasil dari konstruk masa lalu.
Sadirman (2004) menyatakan bahwa,
secara etimologi istilah sejarah
berasal dari kata syajarah yang berarti
terjadi, atau dari kata syajarah an
nasab, artinya pohon silsilah. Dalam
bukunya Soeri Soertono dan William
Frederik, kata-kata itu berasal dari
bahasa
Arab
syajaratum
yang
kemudian pada abad ke -13
mengalami
proses
pemelayuan
menjadi syajarah (Sardiman, 2004:34).
Masuknya
Muslim
di
Bali
berbeda dengan daerah-daerah yang
ada di Indonesia yang di sebarkan
oleh para Ulama. Proses terbentuknya
komunitas Islam di Bali erat kaitannya
dengan
kedatangan
orang-orang
Jawa, Dhurorudin Mashad (2014)
secara umum menyatakan bahwa
kedatangan muslim generasi paling
awal ini dilakukan orang Jawa
sebelum masa pemerintahan Dalem
Waturengong
(1460-1550)
atau
tepatnya era Dalem Ketut Ngelesir
(1380-1460) yang bertepatan era
Hayam Wuruk memerintah Majapahit
(1350-1389). Dalem Ketut Ngelesir
menghadiri kunjungan ke Majapahit
ketika
Prabu
Hayam
Wuruk
mengadakan konferensi kerajaan kerajaan vasal (taklukan) di seluruh
Nusantara di awal 1380an. Ketika
kembali ke Gelgel Dalem Ketut
Ngelesir diberi Prabu Hayam Wuruk
40 orang pengiring yang semuanya
beragama Islam (2014:119).
Sebagai komonitas Muslim yang
sudah sejak lama ada, mereka cukup
disegani oleh masyarakat sekitar yang
mayoritas agama Hindu. Mereka
hidup rukun, damai, penuh toleransi,
bahkan terjadi akulturasi, kawin silang,
sehingga ada yang tadinya Hindu,
kemudian menikah dengan orang
Islam, sehingga Bali di kenal sebagai
wilayah kondusif bagi kehidupan
toleransi
beragama.
Komunitaskomonitas Muslim yang sudah berakar
sejak lama, di beberapa wilayah di
Bali, seperti di Klungkung, Buleleng,
Nusa Penida, Jembrana, Tabanan,
Karangasem,
Gianyar,
Bangli,
Badung-Denpasar,
dan
Lain-lain.
Mereka tak hanya menjadi komunitas
eksklusif, tetapi juga berinterakasi dan
bergaul
secara
sosial
dengan
masyarakat Hindu di sekitarnya.
(Dhurrorudin Mashad, 2014).
Kampung Gelgel ini merupakan
komunitas Muslim yang paling spesial,
sebab kampung Gelgel ini merupakan
komunitas Muslim pertama di pulau
dewata. Kedatangan muslim generasi
pelopor ini dilakukan orang Jawa di
era Dalem Ketut Ngulesir berkuasa di
Bali (1380-1460 M). Sebagai wilayah
taklukan
Majapahit Dalem
Ketut
Ngelesir
memang
mengadakan
kunjungan ke Majapahit, ketika Prabu
Hayam
Wuruk
(1350-1389
M)
mengadakan konferensi kerajaankerajaan vassal di seluruh Nusantara
di awal 1380an. Ketika kembali ke
Gelgel Dalem Ketut Ngulesir diberi 40
orang pengiring. Keempat puluh orang
pengawal
itu
ternyata
semua
beragama Islam, serta akhirnya
menetap bertindak sebagai abdi
dalem
kerajaan
Gelgel
serta
menempati satu wilayah di Gelgel.
Ketika Waturenggong (1460-1550)
menjadi penguasa Bali, kekuatan
Majapahit kian surut. Bahkan, sekitar
tahun 1518, Demak yang dipimpin
oleh Raden Patah (yang tak lain putra
Brawijaya V) dengan berbagai alasan
politik akhirnya
menaklukkan
Majapahit. Di Desa Kampung Gelgel
memiliki
peninggalan-peninggalan
bersejarah, akan tetapi sayangnya
banyak benda-benda bersejarah itu
disimpan di musium Belanda. Saat
penjajahan Belanda, benda-benda
bersejarah itu dibawa kesana oleh
Belanda. Pada saat ulang tahun
Kabupaten Klungkung yang ke 100,
Pemerintah setempat berusaha untuk
membawa
kembali
benda-benda
bersejarah itu, akan tetapi Pemerintah
setempat harus membayar uang Rp 3
miliar hanya untuk meminjam tombak
selama 3 hari saja. Adapun bendabenda bersejarah yang masih tersisa
di Desa kampung Gelgel sebagai
berikut: Masjid Nurul Huda, Babad,
Tari Rudat, Pintu Menara, Mimbar,
dan Makam. (Dhurorudin)
Di
Kabupaten
Klungkung
komunitas-komunitas muslim yang
baru tumbuh sejak era pariwisata
sebenenrnya
tidak
ada.
Lima
Kampung Muslim di wilayah itu yakni
Gel-gel, Jawa, Kusamba, dan Toya
Pakeh yang merupakan Kampung
Kuno. (Dhurorudin, 2014:134). Dalam
penelitian
ini
peneliti
hanya
mengambil data di salah satu
Komunitas Muslim saja. Komunitas
yang di ambil adalah Kampung Gelgel
yang berdekatan dengan Pura Pasek
Gelgel Klungkung.
Sejarah Muslim Kampung Gelgel
ini penting sekali untuk di kaji, karena
kita ketahui bahwa Sejarah Lokal telah
di sepikan dari wacana pembelajaran
Sejarah. Maka dari itu, penulis tertarik
untuk mengkaji lebih dalam lagi
mengenai Sejarah Kampung Islam
Gelgel. Dengan mengangkat Judul
Penelitian “Komunitas Islam di Desa
Gelgel,
Klungkung,
Bali
(Latar
Belakang Sejarah, Peninggalan, dan
Potensinya Sebagai Sumber Belajar
Sejarah di SMA)” Terlebih lagi
komunitas ini memberikan sumbangan
bagi pembelajaran Sejarah
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui; (1) mengetahui Latar
Belakang Terbentuknya Komunitas
Islam di Desa Gelgel Klungkung Bali,
(2)
mengetahui
PeninggalanPeninggalan Islam yang terdapat di
Komunitas Islam di Desa Gelgel
Klungkung Bali, (3) mengetahui
Aspek-aspek
apa
saja
dari
keberadaan Komunitas Muslim di
Kampung Gelgel Klungkung Bali yang
dapat di gunakan sebagai sumber
belajar Sejarah di SMA.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian
kualitatif, untuk menentukan cara
mencari, mengumpulkan, mengolah
dan menganalisis data hasil penelitian
tersebut. Dalam rangka mencapai
sasaran, penelitian yang berjudul
“Komunits Islam di Desa Kampung
Gelgel,
Klungkung
Bali,
(Latar
Belakang Sejarah, Peninggalan, dan
Potensinya Sebagai Sumber Belajar
Sejarah di SMA)” )” mengunakan
metode yaitu: (1) teknik penentuan
informan, Penentuan informan dalam
penelitian ini, dilakukan dengan teknik
“purposive sampling”, Hal ini dilakukan
dengan maksud agar informasi yang
terkumpul memiliki variasi yang
lengkap dengan melibatkan banyak
informan yang dianggap memahami
fenomena yang ada, (2) metode
pengumpulan
data,
memakai
beberapa teknik pengumpulan data,
yakni:teknik Wawancara, Observasi,
studi
dokumen.
Peneliti
juga
menggunakan Metode Penjaminan
Keaslian data, adapun beberapa cara
untuk
mendapatkanya,
yakni
menempuh teknik Triangulasi Data
dan Triangulasi Metode, (3)Metode
analisis data, metode penulisa.
Analisis dalam penelitian kualitatif
terdiri dari tiga komponen pokok yaitu,
reduksi data, sajian data dan
penarikan simpulan atau yang disebut
dengan verifikasi (Moleong 1990: 103)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Latar
Belakang
Terbentuknya
Komunitas Islam di Desa Gelgel
Klungkung Bali
Berdasarkan hasil penelitian,
dapat dikatakan bahwa latar belakang
terbentuknya Komunitas Islam di Desa
Kampung Gelgel dapat dilihat dari dua
faktor yaitu Faktor Histori dan faktor
Perkembangan, Dapat di catat bahwa
pernah terjadi peristiwa penting dalam
pemerintahan Dalem Ketut Ngulesir
sebagai raja Gelgel I (1380-1460),
yaitu raja Bali pernah mengadakan
kunjungan ke kraton Majapahit, pada
waktu
raja
Hayam
Wuruk
mengadakan
konfrensi
kerajaankerajaan vassal di seluruh Nusantara.
Sumber lain menyebutkan bahwa
orang-orang Islam di Gelgel sampai
sekarang mengakui asal mereka dari
Jawa; mereka sebanyak 40 orang
datang ke Gelgel sebagai pengiring
Dalem dari Majapahit. Informasi ini
dikuatkan
lagi
oleh
peristiwa
kunjungan Dalem Ketut Ngulesir ke
Majapahit yang merupakan satusatunya kunjungan selama jaman
Gelgel, sedangkan para pengantinya
sudah tidak berkesempatan lagi
berkunjung ke Majapahit karena
kerajaan Majapahit sudah runtuh.
Perlu diketahui bahwa Dalem Ketut
Ngulesir peletak dasar kerajaan
Gelgel, pada waktu itu masih di bawah
naungan kerajaan Majapahit. Dari dua
fakta itu akan dapat diduga bahwa
orang-orang Islam yang mengaku
sebagai
pengiring
Dalem
dari
Majapahit datang ke Gelgel bersamasama Dalem Ketut Ngulesir pada
waktu pulang dari Majapahit, setelah
selesai menghadiri konprensi seNusantara itu. (Wirawan,tt:3).
Berita masuknya Islam di Bali
dapat
diketahui
dari
beberapa
sumber-sumber
lokal
maupun
sumber-sumber asing. Dari ceritra
yang
turun-temurun
diperoleh
informasi bahwa orang-orang Islam
pertama datang ke Gelgel (pusat
pemerintahan si Bali saja abad ke
XIV) iyalah sebagai pengiring Dalem
(sebutan
Raja)
dari
Majapahit.
Sebagai pengiring mereka datang ke
Bali sebanyak 40 orang. Kedatangan
orang-orang Islam tersebut terjadi
pada masa pemerintahan Dalem Ketut
Ngulesir, Raja Gelgel I, sebab
kunjungan ke Majapahit, hanya
pernah dilakukan oleh Dalem Ketut
Ngulesir dalam jaman Gelgel.
Faktor perkembangan Seperti
yang sudah dijelaskan diatas, cikal
bakal berdirinya Kampung Gelgel
tidak terlepas dari adanya migrasi
pertama kaum Muslim dari Jawa yang
berjumlah
40
orang.
Dalam
perkembangan selanjutnya wilayah ini
berkembang
menjadi
sebuah
kampung karena diikuti oleh migrasi
ke dua yang berjumlah 100 orang
muslim. 100 orang muslim tersebut
dipimpin oleh Dewi Fatimah yang
merupakan utusan dari kerajaan
Demak. Utusan tersebut gagal
mengislamkan Dalem Watu Renggong
kaum muslim anggota ekspedisi yang
berjumlah sekitar 100 orang tidak
diusir dan justru diberikan mereka
memilih tinggal di Bali. Bahkan,
kepada
mereka
diberikan
pelungguhan (sebidang tanah Gelgel
bahkan ditambah kampung Lebah)
Peninggalan-Peninggalan
Islam
yang terdapat di Komunitas Islam
di Desa Gelgel Klungkung Bali
Di Desa Kampung Gelgel
memiliki
peninggalan-peninggalan
bersejarah, akan tetapi sayangnya
banyak benda-benda bersejarah itu
disimpan di musium Belanda. Saat
penjajahan Belanda, benda-benda
bersejarah itu dibawa kesana oleh
Belanda. Pada saat ulang tahun
Kabupaten Klungkung yang ke 100,
Pemerintah setempat berusaha untuk
membawa
kembali
benda-benda
bersejarah itu, akan tetapi Pemerintah
setempat harus membayar uang Rp 3
miliar hanya untuk meminjam tombak
selama 3 hari saja. Adapun bendabenda bersejarah yang masih tersisa
di Desa kampung Gelgel sebagai
berikut: Masjid Nurul Huda, Babad,
Tari Rudat, Pintu Menara, Mimbar,
dan Makam.
Masjid Nurul Huda. Di Desa
Kampung Gelgel terdapat sebuah
bangunan Masjid, Sejak awal berdiri
semenjak Kerajaan Gelgel Masjid ini
bernama “Masjid Nurul Huda” yang
berarti “cahaya petunjuk” sampai
sekarang belum berganti nama, dan
jenis tipologi masjid ini adalah “Masjid
Bersejarah”
meskipun
bukti-bukti
sejarah
hampir
tidak
bisa
dipertahankan karena termakan usia,
namun diyakini Masjid inilah yang
pertama kali dibangun di Bali seiring
dengan masuknya Islam pertama ke
Bali. Babad. Babad adalah kisah semi
legenda
yang
menceritakan
perkembangan-perkembangan
peristiwa masa lampau dari generasi
ke generasi berikutnya yang berisikan
hal-hal yang terjadi sesuai dengan
kondisi masa itu. Di jelakan isi dari
Babad Dalem Warih Ida Dalem Sri Aji
Kresna Kepakisan. Pada BAB III,
Kerajaan Bali, Jaman Gelgel, Ida
Dalem Smara Kepakiasan sebagai
Adipati Bali di Gelgel. Tari Rudat.
Kesenian rudat tidak bisa dipisahkan
dari sejarah keberadaan muslim
pertama di Bali sekitar abad ke 15
yakni muslim Kampung Gelgel.
Keberadaan penduduk muslim di
Desa Kampung Gelgel berawal dari
40 orang prajurit yang merupakan
pengiring/tatadan
Raja Klungkung
ketika pulang dari Jawa setelah
menghadiri
pertemuan
raja-raja
Nusantara. 40 orang prajurit yang
dibawa dari Jawa tersebut semuanya
beragama Islam. Sesuai dengan tugas
sebagai seorang prajurit, mereka pun
menjadi abdi Dalem yang bertugas
melindungi raja. Mereka semua
diberikan tempat tinggal di Desa
Kampung Gelgel yang letaknya tidak
jauh dari pusat kerajaan Gelgel
(Klungkung). Ini menandakan begitu
dekatnya hubungan raja dengan 40
orang prajurit tersebut. Bahkan
mereka sudah dianggap layaknya
saudara, semeton selam. Seiring
dengan perjalanan waktu, Kampung
Gelgel mengalami perkembangan,
baik dari segi jumlah maupun
aktivitas. Mereka mengembangkan
aktivitas di berbagai sektor seperti
keagamaan, ekonomi, dan seni
budaya. Salah satu seni budaya yang
dikembangkan oleh para leluhur
Kampung Gelgel yang merupakan
titisan darah prajurit adalah Seni
Rudat. Pintu Menara, peninggalan
Pintu menara yang terdapat di bagian
depan halaman Masjid Nurul Huda
Kampung Gelgel, pada pintu menera
tersebut memiliki ketinggian mencapai
17 meter dari bawah sampai bagian
ujung atas menara, menara tersebut
digunakan
untuk
melakukan
mengumandangkan
azan,
untuk
mengumumkan bila ada seorang yang
telah meninggal, selain itu juga Pintu
menra Masjid Nurul Huda Kampung
Gelgel tersebut memiliki keunikan,
keunikan tersebut terdapat pada
bagian Pintu masuk kemenra tesebut
yaitu pada bagian pintu masuk
tersebut terdapat asitektur ukir-ukiran
Bali pada pintu tersebut, dan masih
bertahan sampai sekarang. Mimbar.
Di Desa Kampung Gelgel terdapat
peninggalan Mimbar yang terletak di
bagian dalam Masjid Nurul Huda,
Mimbar tersebut sudah berumur lama,
dengan arsitektur perpaduan corak
ukir-ukiran pada bagian mimbar
tersebut yang masih bertahan sampai
saat ini. Makam. Desa Kampung
Gelgel terdapat juga dua buah makam
yang terdapat di kuburan masyarakat
Kampung Gelgel, makam tersebut
adalah seseorang yang sangat
berjasa pada Kampung Gelgel, oleh
sebeb itu dibuatkan tempat yang
khusus, orang menyebutnya sebagai
leluhurnya yang terdahulu, hingga
sampai saat ini keburan tersebut
masih tetap di rawat dengan baik, juga
sering melakukan kunjungan ke
makam
tersebut
(ziarah),
oleh
masyarakat
Kampung
Gel-gel
setempat.
Aspek-aspek
dari
keberadaan
Komunitas Muslim di Kampung
Gelgel Klungkung Bali yang dapat
di gunakan sebagai sumber belajar
Sejarah di SMA
Aspek-aspek
yang
dapat
dikembangkan di dalam Komunitas
Islam di Desa Gelgel menjadi sumber
belajar sejarah adalah sebagai
berikut: Aspek Historis, Sejarah
masuknya orang-orang Jawa terutama
yang memiliki keyakinan berbeda,
agama Islam di Desa Kampung Gelgel
dapat memberikan kontribusi terhadap
materi mata pelajaran sejarah. Proses
masuknya orang-orang Islam di
Gelgel yang membentuk komunitas di
Desa Gelgel ini di kaitkan dalam
materi proses masuknya Islam ke Bali.
Proses masuknya Islam ke Indonesia
bukan hanya melalui perkawinan,
perdagangan, budaya dan lain
sebagainya namun bisa juga melalui
faktor politik, Komunitas Muslim Sasak
Bayan di Banjar Dinas Kampung
Anyar salah satunya. Komunitas Islam
di Desa Gelgel ini dapat di masukkan
ke dalam sejarah wajib di kelas X
semester genap dalam materi “Zaman
Perkembangan Kerajaan – Kerajaan
Islam di Indonesia (Teori – teori
masuk dan berkembangnya Islam,
Kerajaan – kerajaan Islam, Bukti –
bukti Kehidupan pengaruh Islam yang
masih ada pada saat ini)”. Aspek
Toleransi.
Untuk
menanamkan
toleransi tentu saja sekolah menjadi
tempat yang sangat yang tepat selain
lingkungan
sekitar
siswa
dan
keluarga.
Rasa
untuk
saling
menghargai
antar
teman
yang
memiliki keyakinan yang berbeda,
budaya dan ras sangat penting untuk
di lakukan. Indonesia sendiri banyak
sekali contoh – contoh toleransi antara
umat beragama tidak terkecuali di
Kabupaten Klungkung sendiri. Di
Kabupaten Klungkung sendiri banyak
sekali penduduk yang memiliki
keyakinan berbeda hidup saling
berdampingan. Salah satunya adalah
Komunitas Islam di Desa Kampung
Gelgel.
Perkampungan
tersebut
berada di Desa Gelgel yang mayoritas
penduduknya adalah beragama Hindu
mereka hidup saling berdampingan
walaupun mereka berbeda keyakinan.
Aspek Budaya. Menurut C. Kroeber
berpendapat
bahwa
kebudayaan
adalah sistem pemaknaan yang
dimiliki bersama, dan kebudayaan
adalah merupakan hasil dari proses
sosial
dan
bukan
proses
perseorangan.
Dalam
perkembangannya tampak bahwa
pembatasan
kebudayaan
lebih
menekankan pada hal-hal yang
abstrak daripada yang konkreet,
misalnya tampak pada tulisan Greertz
dalam bukunya The Interpretation of
Cultures (1974).
Kesenian
yang
masih
dilestarikan oleh warga Kampung
Gelgel, contohnya seperti Tari Rudat
yang selalu di pentaskan setiah hari
besar
umat
Islam,
tujuan
dipentaskannya
tarI
Rudat
ini
bertujuan untuk memupuk sermangat
kebersamaan,
silahturahmi,
dan
kreativitas generasi muda Kampung
Gelgel, Kasidah, biasanya kasidah di
mainkan oleh laki-laki, maupun
perempuan, biasanya Kasidah ini
dipentaskan
5-10
orang
dan
membawakan lagu-lagu berbahasa
Arab, Indonesia, dan bahasa Bali
SIMPULAN
Pernah terjadi peristiwa penting
dalam Pemerintahan Dalem Ketut
Ngelesir sebagai Raja Gelgel I (13801460), yaitu Raja Bali pernah
mengadakan kunjungan ke Kraton
Majapahit, pada waktu Raja Hayam
Wuruk
mengadakan
konprensi
Kerajaan-kerajaan yang ada diseluruh
Nusantara. Sumber lain menyebutkan
bahwa orang-orang Islam di Gelgel
sampai sekarang mengakui asal
mereka dari Jawa. mereka (orangorang Majapahit) berjumlah 40 orang
datang ke Gelgel sebagai Pengiring
Dalem dari Majapahit.
Di Desa Kampung gelgel
memiliki
peninggalan-peninggalan
bersejarah, akan tetapi sayangnya
banyak benda-benda bersejarah itu
disimpan di musium Belanda. Saat
penjajahan Belanda, benda-benda
bersejarah itu dibawa kesana oleh
Belanda. Pada saat ulang tahun
Kabupaten Klungkung yang ke 100,
Pemerintah setempat berusaha untuk
membawa
kembali
benda-benda
bersejarah itu, akan tetapi Pemerintah
setempat harus membayar uang 3
miliar hanya untuk meminjam tombak
selama 3 hari saja. Adapun bendabenda bersejarah yang masih tersisa
di Desa kampung Gelgel sebagai
berikut: Masjid Nurul Huda, Babad,
Tari Rudat, Pintu Menara, Mimbar,
dan Makam.
Keberadaan Komunitas Islam di
Desa Gelgel, Klungkung, Bali dapat di
gunakan sebagai sumber belajar
sejarah di SMA. Adapun aspek-aspek
yang bisa dikembangkan sebagai
sumber belajar sejarah di SMA untuk
memenuhi
tuntutan
kurikulum
2013,yakni: (1) Aspek Historis,
Keberadaan Komunitas Islam di Desa
Gel-gel
memberikan
kontribusi
pengetahuan mengenai bagaimana
masuknya Islam ke Bali khususnya di
Kabupaten
Klungkung.
Kareana
selama ini proses masuknya Islam ke
Indonesia hanya saja di jelakan
secara umum saja, (2) Aspek
Toleransi,
pembelajaran
sejarah
bukan hanya di dalam kelas saja akan
tetapi juga bisa belajar di lingkungan
sekitar siswa. Pembelajaran di luar
kelas bertujuan untuk memberikan
gambaran bagaimana cara hidup
bermasyarakat.
Keberadaan
Komunitas Islam di Desa Gelgel yang
berdampingan dengan Komunitas
Hindu memberikan gambaran kepada
siswa untuk hidup saling toleran
sesama warga Indonesia, (3) Aspek
Budaya, Desa Kampung Gelgel
bahwa banyak aspek-aspek budaya
yang terlihat dari segi kesenian, dan
interaksi sosial antar masyarakat di
Desa Kampung Gelgel. Dari segi
kesenian terdapat banyak sekali
aspek-aspek budaya yang dilestarikan
oleh masyarakat sekitar dan di
pentaskan saat hari-hari besar Islam,
seperti Idul Fitri, Idul Adha, Maulid
Nabi Muhammad, Isra miraj dan hari
besar Islam lainnya.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terselesaikannya artikel ini tidak
terlepas dari kontribusi dan bantuan
berbagai
pihak
yang
telah
memberikan motivasi, arahan dan
bimbingannya dalam menyusun artikel
ini. Untuk itu dalam kesempatan yang
berbahagia ini, penulis mengucapkan
terimakasih yang setulus-tulusnya
kepada Beliau: (1) Ibu Dr. Luh Putu
Sendratari, M.Hum., selaku dosen
Pembimbing I yang telah banyak
memberikan
bimbingan
dan
pengarahan serta dukungan moril
kepada
penulis
dalam
dari
perencanaan, pelaksanaan penelitian
sampai pada penyusunan artiel ini; (2)
Bapak Ketut Sedana Arta,S.Pd,M.Pd.,
selaku dosen Pembimbing II yang
telah banyak memberikan bimbingan,
pengarahan, dan masukan serta
dukungan moril dan materiil kepada
penulis dalam pelaksanaan penelitian
sampai pada penyusunan artikel ini;
(3) Ibu Tuty Maryati, M.Pd, selaku
Penguji & Pembimbing III dalam
penelitian ini yang telah banyak
memberikan masukan dan saran yang
membangun kepada penulis selama
pelaksanaan penelitian sampai pada
penyusunan artikel ini. Serta kepada
semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penelitian ini baik secara
langsung maupun tidak langsung yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu. Hanya ucapan terimakasih dan
doa yang bisa penulis ucapkan,
semoga semua amal kebaikan dan
pengorbanan mendapatkan imbalan
yang setimpal dari Tuhan Yang Maha
Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
DAFTAR RUJUKAN
Mashad. Dhurorudin. 2014. Muslim
Bali Mencari Kembali Harmoni
yanga
Hilang.
Jakarta.
Puataka-Al Kautsar.
Moleong, Lexy, J. 1993. Metodelogi
Penelitian kualitatif. Bandung
PT. Remaja Rosda Karya.
Sendratari, Luh Putu. 2009. Studi
Masyarakat
Indonesia.
Singaraja:
Pusat
Sumber
Belajar Fakultas Ilmu Sosial
Undiksha Singaraja
Sadirman. 2004. Mengenal Sejarah.
Yogyakarta: Ombak
Wirawan, tt, Sejarah Perkembangan
Islam di Bali Khususnya di
Kabupaten
Klungkung,
Fakultas Sastra Universitas
Udayana Denpasar
Download