bab v kesimpulan dan saran

advertisement
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang di dapat dari bab analisis yaitu, kerusakan yang terjadi
pada lukisan di Museum Keraton Yogyakarta terjadi secara fisik, biotis, dan
kimiawi. Bentuk kerusakan fisik yang terjadi antara lain media bergelombang,
lukisan berlubang, lapisan cat mengelupas, noda pada lukisan, cat retak, goresan
pada lukisan, serta kaca pigura yang retak. Selain itu, terdapar kerusakan biotis
dalam bentuk bercak jamur pada lukisan, noda oleh kotoran burung, dan pigura
keropos. Sedangkan bentuk kerusakan kimiawi yang terjadi ialah pudarnya warna
cat, lunturnya cat, media yang menguning, dan lapisan pernis yang menguning.
Selain itu, terdapat pula lukisan dengan jenis kerusakan lebih dari satu.
Penyebab kerusakan yang diidentifikasi paling banyak merusak lukisan ialah
air, RH yang tidak sesuai, suhu yang tidak sesuai, polusi, hama, cahaya, dan
physical forces. Secara garis besar, kerusakan terjadi karena kondisi lingkungan
dan penanganan yang tidak sesuai. Selain itu, umur lukisan yang rata-rata
mencapai puluhan tahun menjadi penyebab turunnya kualitas lukisan secara
alami. Kerusakan lukisan dapat dicegah dengan melakukan konservasi preventif,
tujuannya untuk mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut pada lukisan. Tetapi
penulis juga menyarankan tindakan konservasi kuratif untuk memperbaiki
kerusakan. Tentunya konservasi kuratif yang dilakukan harus sesuai dengan
prinsip konservasi.
164
165
Hasil evaluasi mengenai konservasi preventif di Museum Lukisan Keraton
Yogyakarta menunjukkan bahwa upaya konservasi preventif yang dilakukan oleh
petugas Museum Lukisan Keraton Yogyakarta masih sangat kurang. Indikator
sangat kurang ditunjukkan dari aktivitas konservasi preventif yang dilakukan
ternyata belum dapat mencegah 7 agen utama penyebab kerusakan lukisan. Tujuh
agen yang dimaksud ialah: air, RH yang tidak sesuai, suhu yang tidak sesuai,
hama, polutan, cahaya, dan tekanan fisik. Dari ketujuh agen perusak tersebut
upaya yang telah dilakukan hanyalah membersihkan debu dengan sapu dan
kemucing. Pemangkasan dahan yang menjuntai hingga ke atap dilakukan untuk
merapikan pohon. Membersihkan ruangan dengan sapu dan membersihkan
lukisan
dengan
kemucing
tidak
disarankan,
karena
aktivitas
tersebut
menyebabkan debu beterbangan dan menyebar kemana-mana. Apabila debu
menempel di lukisan, dapat berpotensi mengundang serangga untuk datang.
Tindakan yang penulis sarankan untuk mencegah ke-7 agen penyebab kerusakan
lukisan tersebut ialah:
a. Untuk permasalahan air
-
Memperbaiki atap yang bocor
-
Rutin memangkas dahan pohon yang mencapai atap bangunan
-
Jangan menggantung lukisan menempel pada dinding, beri sela ±10
cm agar terdapat sirkulasi. Setelah dinding dapat diberi lapisan yang
anti asam untuk menggantung lukisan. Jika tidak dapat menggunakan
penyangga pada tiap lukisan (untuk penyangga akan makan tempat).
166
-
Hindari membersihkan ruangan/lukisan dengan menggunakan terlalu
banyak air.
-
Untuk perubahan pada bangunan tidak dapat dilakukan, karena akan
merubah konteks pada bangunan.
b. Untuk masalah RH yang tidak sesuai
-
Hindari meletakkan koleksi dekat dengan ventilasi udara
-
Pasang alat pengukur RH
-
Mengukur dan mencatat kelembaban pada tiap-tiap titik secara rutin
-
Gunakan dehumidifier untuk mengurangi kelembaban
-
Pasang backing board pada tiap lukisan
c. Untuk masalah suhu yang tidak sesuai
-
Memasang alat pengukur suhu pada tiap gedung, kemudian lakukan
pemeriksaan dan pencatatan secara rutin.
-
Atur suhu sesuai dengan tingkat kenyamanan manusia.
-
Gunakan filter UV pada jendela, dinding, maupun pintu kaca.
-
Atur suhu agar selalu stabil.
-
Pasang exhausted fan sebagai alat untuk membantu sirkulasi udara.
Exhausted fan dipasang pada tiap ruang pamer. Pemasangan
exhausted fan membutuhkan lubang pada dinding. Jika tidak ingin
melubangi dinding dapat menggunakan jendela atau ventilasi yang
telah ada.
d. Untuk permasalahan hama
-
Menutup jendela yang dibiarkan terbuka.
167
-
Rutin membersihkan lingkungan sekitar museum, terlebih pada
bagian selokan
-
Hindarkan dinding luar museum dari tanaman menempel
-
Membersihkan koleksi secara rutin dan teliti.
-
Hindari menyimpan makanan dan minuman pada ruang koleksi.
-
Memeriksa dan mengamati koleksi secara rutin, kemudian catat hasil
pengamatan.
-
Memasang tanda larangan untuk membawa makanan ke dalam
museum.
-
Membuat rencana Integrated pest management (IPM).
e. Polutan
-
Meletakkan keset lebar di depan tiap pintu masuk ruangan dan
membersihkannya setiap pagi dan sore.
-
Bersihkan lantai denganvacuum cleaner dan lukisan dengan kuas
halus tanpa kandungan asam
-
Menjaga pintu dan jendela agar selalu tertutup.
-
Menjaga area tetap bersih dan rapi.
-
Membuat perencanaan praktik kebersihan yang baik.
-
Hindari adanya asap rokok maupun abu di sekitar museum.
f. Cahaya
-
Menutup jendela kaca dengan filter UV.
-
Mengganti lampu dengan lampu LED atau lampu dengan kadar UV
dan IR yang rendah
168
-
Jauhkan lukisan dari paparan sinar UV dari sinar matahari atau
lampu secara langsung tanpa menggunakan filter.
-
Matikan lampu saat tidak ada pengunjung
g. Physical forces
-
Memasang peringatan “di larang menyentuh lukisan” pada tiap
ruangan.
-
Memasang tanda alur keluar darurat jika terjadi bencana
-
Hindari meletakkan objek terlalu tinggi
-
Beri batasan antara pengunjung dan koleksi.
-
Sediakan alat untuk evakuasi koleksi jika terjadi bencana, seperti
kereta dorong atau katrol.
-
Adakan pelatihan bagi staffdalam menangani koleksi saat terjadi
bencana.
-
Cek kekuatan paku untuk menggantung lukisan. Gunakan paku yang
khusus untuk menggantung lukisan.
-
Buat prosedur evakuasi jika terjadi bencana
-
Gantung lukisan di tempat yang jauh dari pintu, jendela, furniture
atau apapun yang dapat menghantam lukisan.
Selain rencana konservasi preventif di atas, penulis memberikan
rekomendasi berupa petunjuk praktis konservasi preventif untuk museum lukisan
yang
terdapat
pada
lampiran.
Download