BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang System kardiovaskular merupakan suatu system transport tertutup yang terdiri atas jantung, komponen darah, dan pembuluh darah (Muttaqin, 2009). Fungsi system kardiovaskuler adalah memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh yang diperlukan dalam proses metabolisme. Secara normal setiap jaringan dan organ tubuh akan menerima aliran darah dalam jumlah yang cukup sehingga jaringan dan organ tubuh menerima nutrisi dengan adekuat. System kardiovaskular yang berfungsi sebagai system regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespons seluruh aktivitas tubuh. Pada keadaan tertentu, darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital seperti jantung dan otak untuk memelihara system sirkulasi organ tersebut. Jantung berfungsi melakukan sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Proses sirkulasi ini akan bekerja dengan baik jika proses pemompaan berlangsung dengan baik. Jika pemompaan ini tidak sempurna, distribusi oksigen akan menurun yang dikompensasi oleh jantung dengan meningkatkan kecepatan respirasi. Apabila proses kompensasi terjadi terus menerus, pada akhirnya jantung akan gagal melakukan pemompaaan. Pompa jantung bekerja melalui tahapan yang disebut siklus jantung yang terdiri dari sistol dan diatol (Ronny,dkk., 2008). Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir mencapai semua jaringan tubuh manusia. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung menguncuo (sistol). Adapaun tekanan darah diastolic adalah tekanan darah pada saat jantung mengendor kembali(diastole). Tekanan darah manusia dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu tekanan darah rendah(hipotensi), normal(normotensi), dan tinggi (hipertensi)(Gunawan, 2001). 2 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa definisi hipertensi?; 1.2.2 Apa etiologi hipertensi?; 1.2.3 Bagaimana patofisiologi hipertensi?; 1.2.4 Apa saja tanda dan gejala hipertensi?; 1.2.5 Bagaimana prosedur diagnostik penyakit hipertensi?; 1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan penyakit hipertensi?; 1.2.7 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi?. 1.3 Tujuan 1.3.1 Mengetahui definisi hipertensi; 1.3.2 Mengetahui etiologi hipertensi; 1.3.3 Mengetahui patofisiologi hipertensi; 1.3.4 Mengetahui tanda dan gejala penyakit hipertensi; 1.3.5 Mengetahui prosedur diagnostik hipertensi; 1.3.6 Mengetahui penatalaksanaan penyakit hipertensi; 1.3.7 Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi. 3 BAB 2. KONSEP DASAR PENYAKIT 2.1 Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah di atas normal atau tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan gejala. Separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup. 2.2 Etiologi Hipertensi Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu: 1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer Hipertensi ini merupakan hipertensi yang tidak diketahui peyebabnya atau disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat 95% kasus (Smeltzer&Bare, 2001). Banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti jenis kelamin, genetik, usia, lingkungan, sistem reninangiotensin dan sistem saraf otonom.Faktor-faktor lainya yaitu merokok, konsumsi garam berlebih, alkohol, obesitas, stres dan kurang berolahraga/aktivitas fisik. (Lauralee, 2001; dalamRahmadani, 2011). 2. Hipertensi sekunder Hipertensi ini terdapat sekitar 5% kasus dari semua prevalensi hipertensi. Penyebab spesifiknya diketahui, misalnya; penyakit ginjal (glomerulonefritis akut, nefritis kronis, penyakit poliartritis, diabetes nefropati), penyakit endokrin (hipotiroid, 4 hiperkalsemia, akromegali), koarktasioaorta, hipertensi pada kehamilan, kelainan neurologi, obat-obat dan zat-zat lain (Lauralee, 2001; dalamRahmadani, 2011). Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder (Gunawan, 2001). Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut : 1. Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. 2. Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah: a. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat) b. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan) c. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih) Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi: 1. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na. 2. Obesitas, terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat. 3. Stress Lingkungan. 4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh darah. 5 Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan - perubahan pada : 1. Elastisitas dinding aorta menurun 2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku 3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. 4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi 5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer 2.3 Patofisiologi Hipertensi Menurut Smeltzer & Bare (2002:898) mengatakan bahwa mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor pada medulla oblongata di otak dimana dari vasomotor ini mulai saraf simpatik yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolomna medulla ke ganglia simpatis di torax dan abdomen, rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis . Pada titik ganglion ini neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan melepaskannya norepinefrine mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktif yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah akibat aliran darah yang ke ginjal menjadi berkurang atau menurun dan berakibat diproduksinya renin, renin akan merangsang pembentukan angiostensin I yang kemudian diubah menjadi angiostensin II yang merupakan vasokonstriktor yang kuat yang merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal dimana hormon aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan 6 menyebabkan peningkatan volume cairan intra vaskuler yang menyebabkan hipertensi. Terjadinya hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut : 1. Curah jantung dan tahanan perifer Mempertahankan tekanan darah yang normal bergantung kepada keseimbangan antara curah jantung dan tahanan vaskular perifer. Sebagian terbesar pasien dengan hipertensi esensial mempunyai curah jantung yang normal, namun tahanan perifernya meningkat. Tahanan perifer ditentukan bukan oleh arteri yang besar atau kapiler, melainkan oleh arteriola kecil, yang dindingnya mengandung sel otot polos. Kontraksi sel otot polos diduga berkaitan dengan peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler (Lumbantobing, 2008). Kontriksi otot polos berlangsung lama diduga menginduksi perubahan sruktural dengan penebalan dinding pembuluh darah arteriola, mungkin dimediasi oleh angiotensin, dan dapat mengakibatkan peningkatan tahanan perifer yang irreversible. Pada hipertensi yang sangat dini, tahanan perifer tidak meningkat dan peningkatan tekanan darah disebabkan oleh meningkatnya curah jantung, yang berkaitan dengan overaktivitas simpatis. Peningkatan tahanan peifer yang terjadi kemungkinan merupakan kompensasi untuk mencegah agar peningkatan tekanan tidak disebarluaskan ke jaringan pembuluh darah kapiler, yang akan dapat mengganggu homeostasis sel secara substansial (Lumbantobing, 2008). 2. Sistem renin-angiotensin Sistem renin-angiotensin mungkin merupakan sistem endokrin yang paling penting dalam mengontrol tekanan darah. Renin disekresi dari aparat juxtaglomerular ginjal sebagai jawaban terhadap kurang perfusi glomerular atau kurang asupan garam. Ia juga dilepas sebagai jawaban terhadap stimulasi dan sistem saraf simpatis (Lumbantobing, 2008). Renin bertanggung jawab mengkonversi substrat renin (angiotensinogen) menjadi angotensin II di paruparu oleh angiotensin converting enzyme (ACE). Angiotensin II merupakan 7 vasokontriktor yang kuat dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Lumbantobing, 2008). 3. Sistem saraf otonom Stimulasi sistem saraf otonom dapat menyebabkan konstriksi arteriola dan dilatasi arteriola. Jadi sistem saraf otonom mempunyai peranan yang penting dalam mempertahankan tekanan darah yang normal. Ia juga mempunyai peranan penting dalam memediasi perubahan yang berlangsung singkat pada tekanan darah sebagai jawaban terhadap stres dan kerja fisik (Lumbantobing, 2008). 4. Peptida atrium natriuretik (atrial natriuretic pept ide /ANP) ANP merupakan hormon yang diproduksi oleh atrium jantung sebagai jawaban terhadap peningkatan volum darah. Efeknya ialah meningkatkan ekskresi garam dan air dari ginjal, jadi sebagai semacam diuretik alamiah. Gangguan pada sistem ini dapat mengakibatkan retensi cairan dan hipertensi (Lumbantobing, 2008). 2.4 Tanda dan Gejala Hipertensi Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah : 1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2. Sakit kepala 3. Epistaksis 4. Pusing / migrain 5. Rasa berat ditengkuk 6. Sukar tidur 7. Mata berkunang kunang 8. Lemah dan lelah 9. Muka pucat 10. Suhu tubuh rendah 8 Sebagian besar pasien dengan hipertensi biasanya tidak mempunyai gejala spesifik yang menunjukkan kenaikan tekanan darahnya dan hanya diidentifikasi dengan pemeriksaan tekanan darah saja (Kurt, 2000; dalam Sari 2011). Seseorang dapat menganggap sakit kepala, pusing atau hidung berdarah merupakantanda-tanda meningkatnya tekanan darah, padahal gejala tersebut hanya sebagian kecil yangterjadi akibat hipertensi (Sheps, 2005; dalam Sari, 2011).Sebuah penelitian menemukan tidak ada hubungan antara sakit kepaladengan meningkatnya tekanan darah, bahkan sebagian orang tidak merasakan tanda atau gejala apapun. Tanda dan gejala lain yang sering dihubungkan dengan hipertensi seperti keringat berlebihan, kejang otot, sering berkemih dan denyutjantung yang cepat dan tidak beraturan atau palpitasi (Sheps, 2005; dalam Sari, 2011). Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Wiryowidagdo,2002; dalam Sagala, 2010). Kushartanti (2008) menyebutkan gejala hipertensi yakni meliputi pusing, kaku tengkuk, kaku bahu, kesemutan, mual, lemas, sakit pinggang dan sesak nafas.Menurut Smeltzer&Bare (2001) faktor yang mempengaruhi gejala hipertensi yaitu adanya kerusakan/gangguan vaskuler dengan manifestasi yang khas sesuai dengan sistem organ yang divaskularisasi. Gejala hipertensi merupakan manifestasi klinis dari gangguan kenyamanan yang dirasakan pasien. Pasien dapat menganggap sebuah gejala hipertensi sebagai sebuah gangguan kenyamanan atau tidak bergantung dari beberapa faktor. Menurut Potter&Perry (2005) beberapa faktor tersebut yaitu; usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas, keletihan, pengalaman sebelumnya, koping dan dukungan sosial keluarga. 9 2.5 Prosedur Diagnostik 1. Pemeriksaan Laboratorium : a. Hb atau Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti: hipokoagulabilitas dan anemia b. BUN atau kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi ginjal c. Glukosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. Hipertensi yang disertai dengan diabetes ataupun diabetes yang disertai hipertensi dapat menimbulkan risiko pada organ– organ penting. Oleh karena itu diperlukan pemantauan untuk kadar glukosa dalam darah d. Urinalisa: mengkaji pada darah, protein, glukosa, menunjukkan ada disfungsi pada ginjal dan adanya DM 2. CT Scan: untuk mengkaji adanya tumor cerebral dan encelopati 3. EKG: dapat menunjukan pola regangan, dimana letak dan berapa luasnya, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi 4. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi, seperti: batu ginjal dan perbaikan ginjal 5. Foto Thorax: dapat menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup dan pembesaran jantung 2.6 Penatalaksanaan Hipertensi Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan: 1. Terapi nonfarmakologi 2. Terapi farmakologi 1. Terapi nonfarmakologi Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam 10 penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup. Perubahan yang sudah terlihat menurunkan tekanan darah dapat terlihat pada tabel 4 sesuai dengan rekomendasi dari JNC VII. Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi.12 Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan obat. 10 Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obes disertai pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan dorongan moril. Fakta-fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya pasien mengerti rasionalitas intervensi diet: a. Hipertensi 2 – 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding orang dengan berat badan ideal b. Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk (overweight) c. Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapat menurunkan tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk d. Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang juga prekursor dari hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapat berlanjut ke DM tipe 2, dislipidemia, dan selanjutnya ke penyakit kardiovaskular. e. Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapat menurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi. f. Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam, kebanyakan pasien mengalami penurunaan tekanan darah sistolik dengan pembatasan natrium. 11 JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan buah, sayur, dan produk susu redah lemak dengan kadar total lemak dan lemak jenuh berkurang. Natrium yang direkomendasikan < 2.4 g (100 mEq)/hari. Aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara teratur paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien. Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah. Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. Pasien harus konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olah-raga mana yang terbaik terutama untuk pasien dengan kerusakan organ target. Merokok merupakan faktor resiko utama independen untuk penyakit kardiovaskular. Pasien hipertensi yang merokok harus dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang dapat diakibatkan oleh merokok. 2. Terapi Farmakologi Ada 9 kelas obat antihipertensi . Diuretik, penyekat beta, penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan antagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi utama. Obat-obat ini baik sendiri atau dikombinasi, harus digunakan untuk mengobati mayoritas pasien dengan hipertensi karena bukti menunjukkan keuntungan dengan kelas obat ini. Beberapa dari kelas obat ini (misalnya diuretik dan antagonis kalsium) mempunyai subkelas dimana perbedaan yang bermakna dari studi terlihat dalam mekanisme kerja, penggunaan klinis atau efek samping. Penyekat alfa, agonis alfa 2 sentral, penghambat adrenergik, dan vasodilator digunakan sebagai obat alternatif pada pasien-pasien tertentu disamping obat utama. Evidence-based medicine adalah pengobatan yang didasarkan atas bukti terbaik yang ada dalam mengambil keputusan saat memilih obat secara sadar, jelas, dan bijak terhadap masing-masing pasien dan/atau penyakit. Praktek evidence-based untuk hipertensi termasuk memilih obat tertentu berdasarkan data yang menunjukkan 12 penurunan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular atau kerusakan target organ akibat hipertensi. Bukti ilmiah menunjukkan kalau sekadar menurunkan tekanan darah, tolerabilitas, dan biaya saja tidak dapat dipakai dalam seleksi obat hipertensi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, obat-obat yang paling berguna adalah diuretik, penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), penyekat beta, dan antagonis kalsium (CCB). Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi 20/10 mm Hg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat. Yang harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi ortostatik, terutama pada pasien-pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik, dan lansia. 13 BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian 3.1.1 Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan merupakan pengkajian status kesehatan, baik status kesehatan saat ini (riwayat penyakit sekarang), status kesehatan masa lalu (riwayat penyakit dahulu), dan status kesehatan keluarga (riwayat penyakit keluarga). a. Riwayat Penyakit Sekarang Merupakan proses atau alur bagaimana keluhan bisa terjadi. Bila di dalam keluhan utama tidak dijelaskan bagaiman bisa keluhan utama dalam hipertensi itu muncul, maka di dalam riwayat penyakit sekarang dimunculkan. Pada pengkajian ini bisa muncul berbagai keluhan yang lainnya. Yang perlu ditanyakan pada klien adalah bagaimana proses keluhan menyangkut hipertensi itu bisa terjadi, tindakan yang telah dilakukan pasien dan keluarga untuk meringankan keluhan yang muncul akibat hipertensi (termasuk pengobatan yang telah dilakukan), bagaimana prosesnya sampai pasien dibawa ke rumah sakit. Misalnya jika dalam hipertensi ini biasanya pasien merasa pusing. Hal-hal yang ditanyakan meliputi: 1) Gambaran pusing atau sakit kepala yang dirasakan oleh pasien 2) Kapan rasa pusing itu muncul? 3) Apakah yang menyebabkan pusing akibat kenaikan tekanan darah yang dialami oleh pasien bertambah parah? 4) Apakah pasien telah menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan gejala dari hipertensi tersebut? 14 5) Apakah efek samping dari obat yang dikonsumsi baik atau tidak terhadap rasa pusing atau sakit kepala yang dirasakan? 6) Dan sebagainya. b. Riwayat Penyakit Dahulu Mengkaji apakah ada penyakit yang pernah pasien derita di masa lalu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah penyakit terdahulu yang pernah diderita berdampak pada penyakit yang muncul pada pasien saat ini. Hal yang perlu dikaji apakah dulunya pasien punya riwayat hipertensi dan pernah MRS dengan keluhan yang sama. Selain itu perlu ditanyakan pula apakah pasien pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskuler lainnya. c. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat kesehatan keluarga ditujukan untuk mencari apakah ada factor keturunan atau pun bawaan. Hal yang ditanyakan adalah adakah anggota keluarga yang pernah menderita penyakit hipertensi sebelumnya. Pengkajian pada riwayat kesehatan keluarga ini jangan lupa sertakan genogram. 3.1.2 Pengkajian : NANDA, Pola Gordon Pola NANDA a. Pola Manajemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan Yang perlu dikaji: Bagaimana klien dan keluarga menangani permasalahan hipertensi yang ada misalnya obat apa yang diberikan saat tekanan darah pasien meningkat Bagaimana pasien dan keluarganya mengontrol lingkungan yang mendukung kesembuhan penderita hipertensi Apakah pasien telah memeriksakan diri secara rutin ke fasilitas pelayanan kesehatan 15 Riwayat hospitalisasi dan pembedahan Apakah pasien sering memeriksakan tekanan darahnya Sejauh mana pasien dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pasien Factor resiko yang berhubungan dengan kesehatan misalnya gaya hidup dan status social ekonomi b. Pola Metabolik-Nutrisi Yang perlu dikaji: Kebiasaan jumlah makanan dan kudapan yang dikonsumsi oleh pasien Jenis makanan dan minuman yang sering dikonsumsi Jelaskan makanan dan minuman yang baik dikonsumsi untuk penderita selama 24 jam Adakah peningkatan atau penurunan berat badan Adakah perubahan nafsu makan Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir c. Pola Eliminasi Yang perlu dikaji: Kebiasaan pola BAK selama hipertensi Kebiasaan pola BAB selama hipertensi Penggunaan bantuan obat-obatan untuk ekskresi d. Pola Aktivitas-Latihan Yang perlu dikaji: Aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh pasien Apakah klien suka melakukan olahraga Jenis olahraga yang sering dilakukan pasien Kemampuan untuk merawat diri sendiri akibat adanya hipertensi saat ini Apakah klien menggunakan alat bantu seperti kruk atau tongkat akibat hipertensi yang dialami 16 Apakah tingkat energy menurun selama mengalami hipertensi Lingkungan kerja pasien e. Pola Istirahat-Tidur Yang perlu dikaji: Kebiasaan tidur passion sehari-hari Keyakinan budaya Apakah pasien menggunakan obat-obatan yang mempermudahkan pasien untuk istirahat atau tidur Jadwal istirahat dan relaksasi yang dilakukan oleh pasien Apakah ada gejala gangguan pola tidur yang muncul Kaji factor yang berhubungan misalnya proses penuaan f. Pola Persepsi-Kognitif Yang perlu dikaji: Gambaran panca indra pasien Apakah ada pengaruh hipertensi dengan gambaran panca indera Penggunaan alat bantu pendukung panca indera misalnya kacamata, alat bantu dengar, dsb. Persepsi ketidaknyamanan Tingkat pendidikan Kemampuan pasien dan keluarganya dalam mengambil keputusan Saat mana pasien merasakan pusing g. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri Yang perlu dikaji: Keadaan social: pekerjaan, situasi keluarga, kelompok social Identitas personal: penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Keadaan fisik: segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh, yang disukai atau yang tidak disukai 17 Harga diri: perasaan mengenai diri sendiri Ancaman terhadap diri sendiri akibat hipertensi yang dialami misalnya perubahan peran Apa yang pasien rasakan saat menderita hipertensi h. Pola Hubungan-Peran Yang perlu dikaji: Gambaran tentang peran berkaitan dengan keluarga, teman, dan rekan kerja Kepuasan atau ketidakpuasan menjalankan peran Efek terhadap perubahan status kesehatan Pentingnya dukungan keluarga kepada pasien yang menderita hipertensi Hubungan pasien dengan orang lain Apakah masalah kesehatan yang dialami pasien mempengaruhi perubahan peran dan tanggung jawab dalam keluarga, sahabat, dalam pekerjaan, atau aktifitas sosial. i. Pola Reproduktif-Seksualitas Yang perlu dikaji: Masalah atau perhatian seksual Gambaran perilaku seksual Apakah hiperensi yang diderita pasien mengganggu aktivitas seksualnya Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi Riwayat menstruasi dan reproduksi Apakah masalah hipertensi yang sedang pasien alami mengganggu peran pasien sebagai seorang wanita atau pria j. Pola Toleransi terhadap Stress-Koping Yang perlu dikaji: Sifat pencetus stress yang dialami baru-baru ini Tingkat stress yang dipersepsikan Gambaran respon umum dan khusus terhadap stress yang muncul 18 Strategi yang biasa digunakan untuk mengatasi stress serta keefektifannya Perubahan kehidupan dan kehilangan Strategi koping yang biasa digunakan Penilaian kemampuan pengendalian akan kejadian yang dialami oleh pasien Pengetahuan dan penggunaan manajemen stress Hubungan manajemen stress dengan dinamika keluarga pasien Riwayat yang berhubungan dengan masalah psikologis Siapa yang membantu pasien dalam penyesuaian diri terhadap penyakit hipertensi yang dialaminya saat ini Apakah pasien mengalami stress karena menderita hipertensi k. Pola Keyakinan-Nilai Yang perlu dikaji: Latar belakang budaya atau etnik Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok budaya atau etnik Tujuan kehidupan pasien Apa yang dijadikan penting bagi pasien dan keluarganya Dampak kesehatan terhadap spiritualisasi Harapan ke depannya terkait dengan masalah yang pasien hadapi Pola Gordon 1. Pola Persepsi dan Pemeliharaab kesehatan Pasien mengatakan tahu tentang pentingnya kesehatan sehingga apabila ada salah satu keluarganya yang sakit langsung dibawa ke RS. 2. Pola Nutrisi a. Sebelum sakit 1) Makan : 3 x 1 sehari (Nasi, sayur, lauk) habis 1 porsi 2) Minum : 6-7 gelas sehari (air putih dan teh) 19 b. Selama sakit 1) Makan : 2 x 1 sehari, diit BKRG dari RS, habis ½ porsi 2) Minum : 5-6 gelas ukuran 200 cc, infus ±900 cc jenis RI 3. Pola Eliminasi a. Sebelum sakit 1) BAB normal ± 2 kali sehari, bentuk padat, warna kuning. 2) BAK normal ± 6-8 kali sehari, warna kekuning-kuningan. b. Selama sakit 1) BAB cair ± 1-2 kali sehari, bentuk padat, warna kuning, bau khas. 2) BAK cair 6-8 kali sehari, bau khas. 4. Pola Aktivitas dan Latihan 1) Sebelum sakit Kemampuan 0 1 2 Perawatan Diri Makan/ √ Minum Mandi √ Torleting √ Berpakaian √ Mobilitas di √ tempat tidur Berpindah √ Ambulasi/ √ Rom 3 4 20 2) Selama sakit Kemampuan 0 1 2 3 4 Perawatan Diri Makan/ √ Minum Mandi √ √ Torleting Berpakaian Mobilitas di √ √ tempat tidur Berpindah √ Ambulasi √ *Keterangan: 0: Mandiri 1: Dibantu alat 2: Dibantu orang lain 3: Dibantu orang lain dan alat 4: Tergantung 5. Pola Istirahat dan Tidur 1) Sebelum sakit Pasien mengatakan sebelum sakit tidur 7-8 jam / hari 2) Selama sakit Pasien hanya tidur 3-5 jam / hari karena sering pusing. 6. Pola perseptual ( penglihatan, pendengaran, pengecapan, sensasi) 21 1) Sebelum sakit a. Pendengaran pasien sudah agak terganggu b. Penglihatan pasien sudah kabur c. Pengecapan pasien masih baik d. Sensasi pasien masih baik 2) Selama sakit a. Pendengaran pasien sudah agak terganggu karena sudah tua b. Penglihatan pasien sudah kabur c. Pengecapan pasien kurang baik karena bibir pasien terasa pahit d. Sensasi pasien masih baik 7. Pola Persepsi Diri 1) Sebelum sakit a) Kecemasan b) Konsep Diri : - 2) : Tidak ada kecemasan atau kegelisahan Selama sakit a) Klien terlihat lemah dan pucat b) Tingkat kecemasan klien dapat dilihat saat pasien akan dilakukan tindakan keperawatan, sering bertanya sesuatu tentang penyakitnya 8. Pola Peran Hubungan a. Komunikasi : Dalam berkomunikasi pasien berkomunikasi baik dengan keluarganya. b. Hubungan dengan orang lain : Pasien bersosialisasi baik dengan lingkungan dan keluarganya, terbukti banyak saudara ataupun kerabat yang menjenguknya. c. Kemampuan keuangan : Keluarga pasien dapat digolongkan dalam kelompok sosial kelas menengah. 9. Pola Seksual dan Reproduksi 1) Sebelum sakit Pasien sudah menopouse 22 2) Selama sakit Pasien tidak memiliki gairah seksual 10. Pola Toleransi Stres 1) Sebelum sakit Pasien mengatakan senang bergaul dengan warga sekitar 2) Selama sakit Pasien terlihat jenuh karena ruang gerak pasien diabatasi. 11. Pola Keyakinan 1) Sebelum sakit Pasien mengatakan beragama islam dan rajin beribadah 2) Selama sakit Pasien tidak melaksanakan ibadah sholat seperti biasanya karena penyakitnya, tetapi pasien selalu berdoa untuk kesembuhanya. 3.1.3 Pemeriksaan Fisik 1. Berat badan dan tinggi badan: ada peningkatan berat badan 2. Rambut: distribusi rambut normal, rambut kuat, rambut bersih, tidak ada lesi, ada nyeri tekan pada kepala 3. Mata: Asimetris, bulu mata berdistribusi normal, pemeriksaan funduskopi untuk penyempitan retinal arteriol, perdarahan, eksudat dan edema, ada nyeri tekan didaerah mata, konjungtiva merah muda, seklera mata berwarna putih ada kemerahan, pupil mengecil 4. Kulit: kulit bersih, ada perubahan warna kulit 5. Hidung: simetris, lubang hidung tidak ada deformitas, tidak ada nyeri tekan 6. Telinga: simetris, tidak ada nyeri tekan 7. Leher: tidak ada jejas, ada pemingkatan pada JVP, bising pada arteri karotis dan pembesaran thyroid 8. Mulut: simetris, warna bibir hitam keunguan 23 9. Paru-paru: Inspeksi (Asimetris, aerola mamae terlihat bersih dan berwarna hitam, tidak ada jejas, ), palpasi (pergerakan dada asimetris, vokal fremitus teraba di dua sisi, tidak nyeri tekan), perkusi (sonor), auskultasi (irama ireguler, takipneu, suara nafas weziing) 10. Jantung: inspeksi (Asimetris, tidak ada jejas di thorak), palpasi (pergerakan dada asimetris, vokal fremitus teraba di dua sisi, tidak nyeri tekan), pekusi (pekak), auskultasi (ada suara jantung di S3 dan S4, ada bising jantung, TD >120) 11. Abdomen: ada bising, ada pembesaran ginjal 12. Ekstremitas: lemahnya atau hilangnya nadi parifer dan edema 13. Neurologi: tanda thrombosis cerebral dan perdarahan 3.1.4 Analisa Data dan Masalah DS: - pasien mengatakan kepalnya terasa sakit dan lehernya terasa kaku. - Pasien mengatakan pendangannya terlihat kabur dan berkunang-kunang saat berdiri dan berjalan - pasien mengatakan badannya terasa lemas dan susah untuk melakukan aktivitasnya secara mandiri DO: - pasien terlihat menahan nyeri - skala nyeri 7 - pasien terlihat sempoyongan saat berjalan dan selalu berpegangan - pasien terlihat bedres - Pasien terlihat dibantu orang lain saat melakukan aktivitas karena lelah 24 3.1.5 Pathway 25 3.2 Diagnosa Keperawatan a. Penurunan curah jantung b.d. peningkatan afterload b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan yang dialami oleh pasien akibat hipertensi c. Nyeri akut b.d sakit kepala d. Kebutuhan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d. obesitas 3.3 Perencanaan Keperawatan a. Diagnosa Keperawatan 1 Tujuan: Kriteria Hasil: Berpartisipasi dalam aktifitas yang menurunkan Td/beban kerja jantung. Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima. Memperhatikan irama dan frekuensi jantung stabildalam rentang normal pasien. b. Diagnosa Keperawatan 2 Tujuan: Kriteria Hasil: Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi c. Diagnosa Keperawatan 3 Tujuan: Kriteria Hasil: Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan hilang atau terkontrol Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan. d. Diagnosa Keperawatan 4 Tujuan: Kriteria Hasil: 26 Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan Menunjukkan perubahan pola makan (misalnya pilihan makanan, kuantitas, dan sebagainya), mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal. Melakukan atau mempertahankan program olahraga yang tepat secara individual. 3.4 Intervensi Keperawatan a. Diagnosa Keperawatan 1 Intervensi Keperawatan: Mandiri : pantau TD. Ukur pada kedua tangan/paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran menset yang tepat dan tehnik yang akurat. Catat keberadaan , kualitas denyutan sentral dan parifer. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas. Amati warna kulit,kelembaban,suhu, dan masa pengisian kapiler. Catat edema umum/tertentu. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan lingkungan. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat di tempat tidur/kursi; jadwal priode istirahat tanpa gangguan; bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan. Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman; seperti pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi,aktivitas pengalihan. 27 Kolaborasi: Berikan obat-obat sesuai dengan indikasi, contoh: 1. Diuretik tiazid, mis. Klorotiazid (diuril); hidroklorotiazid (Esidrix/hidroDIURIL);bendroflumentiiazid (naturetin); 2. Diuretik loop, mis. Furosemid (lasix); asam etakrinic (edecrin);bumetanid (burmex); 3. Diuritik hemat kalium, mis, spironolakton (aldactone); triamterene (dyrenium); amilioride (midamore); 4. Inhibitor simpatis, mis, propanolol (inderal); metroponol (lepressor);atenolol (ternomin); nadolol (corgard); metildopa (aldomet); reserpine (serpasil); klonidin (catapres); 5. Vasodilator,mis, minoksidil (loniten); hidralazin (apresoline); bloker saluran kalsium, mis, nifedipin (procardia); verapamil (calan); 6. Agen-agen antiadrenergik; alfa-1 blocker prazosin (minipres); tetazosin (hytrin); 7. Bloker nuron adrenergik: guanadrel (Hyloree) quanetidin (Ismelin); reserpin (Serpasil); 8. Inhibitor adrenergik yang kerja secara sentral: klonidin: (Catapres); guanabens (Wytension); metildopa (Aldomet) 9. Vasolidator kerja-langsung: hidralazin (Apresoline); minoksidil; (Loniten) 10. Vasolidator oral yang bekerja langsung: diazoksid (Hyperstat); nitroprusid; (Nipride, Nitropess) 11. Bloker ganglion mis., guanetidin (Ismelin); trimetapan (Arfonad). ACE inhibitor, mis., kaptopril (Capoten) 12. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi 13. Siapkan untuk pembedaan bila ada indikasi 28 b. Diagnosa Keperawatan 2 Intervensi Keperawatan: 1. Kaji respons pasien terhadap aktivitas, perhatiakn frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit diatas frekuensi istirahat; peningkatan tekanan darah yang nyata selama atau sesudah aktivitas (tekanan sistolik meningkat 40mm/Hg atau tekan diastolik meningkat 20mm/Hg); dispnea atau nyeri nada; keletihan dan kelemahan yang berlebihan; diaforesis; pusing atau pingsan. 2. Instruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi, mis., menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan. 3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri bertahap jika dapat ditolenransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan c. Diagnosa Keperawatan 3 Intervensi Keperawatan: Mandiri: 1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut 2. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya; kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi (panduan imajinasi, distraksi) dan aktivitas waktu senggang. 3. Hilangkan atau minimalkan aktifitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya; mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk. 4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan 5. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi pendarahan hidung atau kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan pendarahan. Kolaborasi Berikan sesuai indikasi : analgesik; antiansietas, misalnya; lorazepam (ativan), diazepam (valium). 29 d. Diagnosa Keperawatan 4 Intervensi Keperawatan: Mandiri 1. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan. 2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam, dan gula sesuai indikasi. 3. Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan 4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet 5. Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistik dengan pasien, misalnya penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. 6. Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan. 7. Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan, jeroan) Kolaboratif Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi 30 3.5 Evaluasi Keperawatan No. Dx 1.Curah Tgl/ Jam Tindakan TT Perawat Telah dipantau Tgl/ Jam Catatan Perkembangan S: Pasien jantung, TD, diukur mengatakan penurunan, pada kedua sudah tidak resiko tangan/paha sakit kepala tinggi untuk lagi terhadap awal, diunakan O: Tekanan peningkata ukuran menset darah pasien n afterload, yang tepat dan 140/100 vasokontri tehnik mmHg k- si. akurat. evaluasi yang A : Pasien telah telah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan Berikan S : Pasien lingkungan mengatakan tenang, istirahatnya nyaman, sudah bisa kurangi maksimal aktivitas/keribut O : Kondisi an lingkungan, lingkungan dibatasi jumlah pasien pengunjung dan kondusif lamanya sesuai yang TT Perawat 31 tinggal. diinginkan A : Teratasi seluruhnya P : Intervensi dilanjutkan Telah 2. Intoleransi Aktivitas S : Pasien dipertahankan mengatakan pembatasan kondisi aktivitas seperti dirinya istirahat membaik, dan di tempat lebih enteng tidur/kursi; O : Periode jadwal priode istirahat istirahat tanpa pasien tidak gangguan; terganggu, bantu pasien pasien melakukan kooperatif aktivitas A : Teratasi perawatan diri seluruhnya sesuai P : Intervensi kebutuhan. dilanjutkan Telah dilakukan mengatakan tindakantindakan S : Pasein yang nyaman ketika nyaman; seperti mendapatkan pijatan pijatan dari 32 punggung dan perawat. leher, O : Pasien meninggikan terlihat kepala nyaman tempat tidur. A : Teratasi seluruhnya P : Intervensi dihentikan 3. Nyeri akut berhubung an dengan sakit kepala Telah dikaji S : Pasien respons pasien mengatakan terhadap baik-baik saja aktivitas, setelah diperhatiakan aktivitas frekuensi nadi O : Pasien lebih dari 20 terlihat baik- kali per menit baik saja, TD diatas 140/100 frekuensi mmHg istirahat; A : Teratasi peningkatan seluruhnya tekanan darah P : Intervensi yang dihentikan selama sesudah aktivitas nyata atau 33 (tekanan sistolik meningkat 40mm/Hg atau tekan diastolik meningkat 20mm/Hg); dispnea nyeri atau nada; keletihan dan kelemahan yang berlebihan; diaforesis; pusing atau pingsan. 4. Perubahan Telah S : Pasien Nutrisi diinstruksikan mengatakan Lebih dari pasien tentang telah Kebutuha tehnik melakukan n Tubuh penghematan yang energi, diinsruksikan mis., menggunakan perawat kursi O : Pasein saat mandi, duduk terlihat baik saat A : Teratasi menyisir rambut atau menyikat gigi, seluruhnya P : Intervensi 34 melakukan dilanjutkan aktivitas dengan perlahan. Telah S : Pasien diberikan mengatakan dorongan telah mencoba untuk melakukan melakukan aktivitas serta aktivitas atau perawatan diri perawatan diri sendiri. bertahap O : Pasien jika dapat terlihat baik ditolenransi, A : Teratasi diberikan seluruhnya bantuan sesuai P : Intervensi kebutuhan. dihentikan Telah diberikan mengatakan tindakan nonfarmakologi merasa nyaman untuk menghilangkan sakit S : Pasien kepala, misalnya; kompres dingin pada dahi, pijat setelah perawat melakukan tindakan O : Pasien terlihat 35 punggung dan membaik leher, A : Teratasi tenang, redupkan seluruhnya lampu P : Intervensi kamar, teknik relaksasi dilanjutkan (panduan imajinasi, distraksi) dan aktivitas waktu senggang. Telah S : Pasien dihilangkan mengatakan atau telah minimalkan melakukan aktifitas apa yang vasokontriksi diinsruksikan yang perawat dapat meningkatkan O : Pasien sakit terlihat kepala, misalnya; membaik mengejan saat A : Teratasi BAB, seluruhnya batuk panjang, P : Intervensi membungkuk. dilanjutkan 36 Telah S : Pasien ditunjukkan mengatakan perubahan pola paham makan mengenai pola (misalnya makan yang pilihan baik makanan, O : Pasien kuantitas, dan terlihat sebagainya), kooperatif mempertahanka A : Teratasi n berat badan seluruhnya yang P : Intervensi diinginkan dihentikan dengan pemeliharaan kesehatan optimal. Telah S : Pasien diinstrksikan mengatakan Melakukan atau akan bersaha mempertahanka olahraga n O : Pasein program olahraga tepat yang secara individual. kooperatif A : Teratasi seluruhnya P : Intervensi dihentikan 37 3.6 Discharge Planning Ajarkan pasien dan keluarga tentang penatalaksanaan hipertensi selanjutnya : a. penjelasan menganai hipertensi b. pengobatan hipertensi c. batasan diet dan pengendalian berat badan d. masukan garam e. latihan aktivitas 38 BAB 4. PENUTUP 4.1 kesimpulan Hipertensi dapat didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah di atas normal atau tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2, yaitu hipertensi primer atau merupakan hipertensi dengan penyebab yang tidak diketahui secara pasti. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyebab spesifik tertentu, misalnya penyakit ginjal (glomerulonefritis akut, nefritis kronis, penyakit poliartritis, diabetes nefropati), penyakit endokrin (hipotiroid, hiperkalsemia, akromegali), koarktasioaorta. 4.2 Saran Adapun saran yang dapat kami berikan adalah Pengobatan hipertensi dimulai dengan perubahan-perubahan gaya hidup untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mengurangi resiko terkena penyakit jantung. Jika perubahan-perubahan itu tidak memberikan hasil, mungkin anda perlu mengkonsumsi obat-obat untuk penderita hipertensi, tentu saja dengan berkonsultasi dengan dokter. Bahkan jika harus mengkonsumsi obat-obatan, lebih baik jika disertai dengan perubahan gaya hidup yang dapat membantu anda mengurangi jumlah atau dosis obat-obatan yang anda konsumsi. 39 DAFTAR PUSTAKA Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta. EGC Dalmartha, Setiawan dan Nova Sutarina. 2008. Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus Dongoes,Marlynn.E.dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC NANDA. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Yoyakarta: Prima Medika Rilantono, L dkk. 2002. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Universitas Indonesia