BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang System kardiovaskular

advertisement
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
System kardiovaskular merupakan suatu system transport tertutup yang terdiri atas
jantung, komponen darah, dan pembuluh darah (Muttaqin, 2009). Fungsi system
kardiovaskuler adalah memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh
jaringan dan organ tubuh yang diperlukan dalam proses metabolisme. Secara normal setiap
jaringan dan organ tubuh akan menerima aliran darah dalam jumlah yang cukup sehingga
jaringan dan organ tubuh menerima nutrisi dengan adekuat. System kardiovaskular yang
berfungsi sebagai system regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespons
seluruh aktivitas tubuh. Pada keadaan tertentu, darah akan lebih banyak dialirkan pada
organ-organ vital seperti jantung dan otak untuk memelihara system sirkulasi organ
tersebut.
Jantung berfungsi melakukan sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Proses sirkulasi ini
akan bekerja dengan baik jika proses pemompaan berlangsung dengan baik. Jika
pemompaan ini tidak sempurna, distribusi oksigen akan menurun yang dikompensasi oleh
jantung dengan meningkatkan kecepatan respirasi. Apabila proses kompensasi terjadi terus
menerus, pada akhirnya jantung akan gagal melakukan pemompaaan. Pompa jantung
bekerja melalui tahapan yang disebut siklus jantung yang terdiri dari sistol dan diatol
(Ronny,dkk., 2008).
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir
mencapai semua jaringan tubuh manusia. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada
waktu jantung menguncuo (sistol). Adapaun tekanan darah diastolic adalah tekanan darah
pada saat jantung mengendor kembali(diastole). Tekanan darah manusia dapat digolongkan
menjadi tiga kelompok, yaitu tekanan darah rendah(hipotensi), normal(normotensi), dan
tinggi (hipertensi)(Gunawan, 2001).
2
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi hipertensi?;
1.2.2 Apa etiologi hipertensi?;
1.2.3 Bagaimana patofisiologi hipertensi?;
1.2.4 Apa saja tanda dan gejala hipertensi?;
1.2.5 Bagaimana prosedur diagnostik penyakit hipertensi?;
1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan penyakit hipertensi?;
1.2.7 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi?.
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi hipertensi;
1.3.2 Mengetahui etiologi hipertensi;
1.3.3 Mengetahui patofisiologi hipertensi;
1.3.4 Mengetahui tanda dan gejala penyakit hipertensi;
1.3.5 Mengetahui prosedur diagnostik hipertensi;
1.3.6 Mengetahui penatalaksanaan penyakit hipertensi;
1.3.7 Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi.
3
BAB 2. KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah di atas
normal atau tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg
dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.
Disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan hipertensi sering tidak
menampakkan gejala. Separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan
kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan
interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup.
2.2 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Hipertensi ini merupakan hipertensi yang tidak diketahui peyebabnya atau disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat 95% kasus (Smeltzer&Bare, 2001). Banyak
faktor yang mempengaruhinya, seperti jenis kelamin, genetik, usia, lingkungan,
sistem reninangiotensin dan sistem saraf otonom.Faktor-faktor lainya yaitu
merokok, konsumsi garam berlebih, alkohol, obesitas, stres dan kurang
berolahraga/aktivitas fisik. (Lauralee, 2001; dalamRahmadani, 2011).
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi ini terdapat sekitar 5% kasus dari semua prevalensi hipertensi. Penyebab
spesifiknya diketahui, misalnya; penyakit ginjal (glomerulonefritis akut, nefritis
kronis, penyakit poliartritis, diabetes nefropati), penyakit endokrin (hipotiroid,
4
hiperkalsemia, akromegali), koarktasioaorta, hipertensi pada kehamilan, kelainan
neurologi, obat-obat dan zat-zat lain (Lauralee, 2001; dalamRahmadani, 2011).
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,
sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder (Gunawan, 2001).
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
b. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
c. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na.
2. Obesitas, terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
5
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan - perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
2.3 Patofisiologi Hipertensi
Menurut Smeltzer & Bare (2002:898) mengatakan bahwa mekanisme yang
mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor pada
medulla oblongata di otak dimana dari vasomotor ini mulai saraf simpatik yang
berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolomna medulla ke ganglia
simpatis di torax dan abdomen, rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis . Pada titik
ganglion ini neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang merangsang serabut
saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan melepaskannya
norepinefrine mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktif yang menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah akibat aliran darah yang ke ginjal menjadi berkurang atau menurun
dan berakibat diproduksinya renin, renin akan merangsang pembentukan angiostensin
I yang kemudian diubah menjadi angiostensin II yang merupakan vasokonstriktor
yang kuat yang merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal dimana hormon
aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan
6
menyebabkan peningkatan volume cairan intra vaskuler yang menyebabkan
hipertensi. Terjadinya hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor sebagai
berikut :
1. Curah jantung dan tahanan perifer
Mempertahankan tekanan darah yang normal bergantung kepada keseimbangan
antara curah jantung dan tahanan vaskular perifer. Sebagian terbesar pasien
dengan hipertensi esensial mempunyai curah jantung yang normal, namun
tahanan perifernya meningkat. Tahanan perifer ditentukan bukan oleh arteri yang
besar atau kapiler, melainkan oleh arteriola kecil, yang dindingnya mengandung
sel otot polos. Kontraksi sel otot polos diduga berkaitan dengan peningkatan
konsentrasi kalsium intraseluler (Lumbantobing, 2008). Kontriksi otot polos
berlangsung lama diduga menginduksi perubahan sruktural dengan penebalan
dinding pembuluh darah arteriola, mungkin dimediasi oleh angiotensin, dan
dapat mengakibatkan peningkatan tahanan perifer yang irreversible. Pada
hipertensi yang sangat dini, tahanan perifer tidak meningkat dan peningkatan
tekanan darah disebabkan oleh meningkatnya curah jantung, yang berkaitan
dengan overaktivitas simpatis. Peningkatan tahanan peifer yang terjadi
kemungkinan merupakan kompensasi untuk mencegah agar peningkatan tekanan
tidak disebarluaskan ke jaringan pembuluh darah kapiler, yang akan dapat
mengganggu homeostasis sel secara substansial (Lumbantobing, 2008).
2. Sistem renin-angiotensin
Sistem renin-angiotensin mungkin merupakan sistem endokrin yang paling
penting dalam mengontrol tekanan darah. Renin disekresi dari aparat
juxtaglomerular ginjal sebagai jawaban terhadap kurang perfusi glomerular atau
kurang asupan garam. Ia juga dilepas sebagai jawaban terhadap stimulasi dan
sistem saraf simpatis (Lumbantobing, 2008). Renin bertanggung jawab
mengkonversi substrat renin (angiotensinogen) menjadi angotensin II di paruparu oleh angiotensin converting enzyme (ACE). Angiotensin II merupakan
7
vasokontriktor yang kuat dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah
(Lumbantobing, 2008).
3. Sistem saraf otonom
Stimulasi sistem saraf otonom dapat menyebabkan konstriksi arteriola dan
dilatasi arteriola. Jadi sistem saraf otonom mempunyai peranan yang penting
dalam mempertahankan tekanan darah yang normal. Ia juga mempunyai peranan
penting dalam memediasi perubahan yang berlangsung singkat pada tekanan
darah sebagai jawaban terhadap stres dan kerja fisik (Lumbantobing, 2008).
4. Peptida atrium natriuretik (atrial natriuretic pept ide /ANP)
ANP merupakan hormon yang diproduksi oleh atrium jantung sebagai jawaban
terhadap peningkatan volum darah. Efeknya ialah meningkatkan ekskresi garam
dan air dari ginjal, jadi sebagai semacam diuretik alamiah. Gangguan pada sistem
ini dapat mengakibatkan retensi cairan dan hipertensi (Lumbantobing, 2008).
2.4 Tanda dan Gejala Hipertensi
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2. Sakit kepala
3. Epistaksis
4. Pusing / migrain
5. Rasa berat ditengkuk
6. Sukar tidur
7. Mata berkunang kunang
8. Lemah dan lelah
9. Muka pucat
10. Suhu tubuh rendah
8
Sebagian besar pasien dengan hipertensi biasanya tidak mempunyai gejala
spesifik yang menunjukkan kenaikan tekanan darahnya dan hanya diidentifikasi
dengan pemeriksaan tekanan darah saja (Kurt, 2000; dalam Sari 2011). Seseorang
dapat menganggap sakit kepala, pusing atau hidung berdarah merupakantanda-tanda
meningkatnya tekanan darah, padahal gejala tersebut hanya sebagian kecil
yangterjadi akibat hipertensi (Sheps, 2005; dalam Sari, 2011).Sebuah penelitian
menemukan tidak ada hubungan antara sakit kepaladengan meningkatnya tekanan
darah, bahkan sebagian orang tidak merasakan tanda atau gejala apapun.
Tanda dan gejala lain yang sering dihubungkan dengan hipertensi seperti
keringat berlebihan, kejang otot, sering berkemih dan denyutjantung yang cepat dan
tidak beraturan atau palpitasi (Sheps, 2005; dalam Sari, 2011). Gejala lain yang
umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala,
keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain
(Wiryowidagdo,2002; dalam Sagala, 2010). Kushartanti (2008) menyebutkan gejala
hipertensi yakni meliputi pusing, kaku tengkuk, kaku bahu, kesemutan, mual, lemas,
sakit pinggang dan sesak nafas.Menurut Smeltzer&Bare (2001) faktor yang
mempengaruhi gejala hipertensi yaitu adanya kerusakan/gangguan vaskuler dengan
manifestasi yang khas sesuai dengan sistem organ yang divaskularisasi.
Gejala hipertensi merupakan manifestasi klinis dari gangguan kenyamanan
yang dirasakan pasien. Pasien dapat menganggap sebuah gejala hipertensi sebagai
sebuah gangguan kenyamanan atau tidak bergantung dari beberapa faktor. Menurut
Potter&Perry (2005) beberapa faktor tersebut yaitu; usia, jenis kelamin, kebudayaan,
makna nyeri, perhatian, ansietas, keletihan, pengalaman sebelumnya, koping dan
dukungan sosial keluarga.
9
2.5 Prosedur Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium :
a. Hb atau Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti: hipokoagulabilitas
dan anemia
b. BUN atau kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi ginjal
c. Glukosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin. Hipertensi yang disertai dengan diabetes
ataupun diabetes yang disertai hipertensi dapat menimbulkan risiko pada organ–
organ penting. Oleh karena itu diperlukan pemantauan untuk kadar glukosa
dalam darah
d. Urinalisa: mengkaji pada darah, protein, glukosa, menunjukkan ada disfungsi
pada ginjal dan adanya DM
2. CT Scan: untuk mengkaji adanya tumor cerebral dan encelopati
3. EKG: dapat menunjukan pola regangan, dimana letak dan berapa luasnya,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
4. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi, seperti: batu ginjal dan perbaikan
ginjal
5. Foto Thorax: dapat menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup dan
pembesaran jantung
2.6 Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan:
1. Terapi nonfarmakologi
2. Terapi farmakologi
1. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam
10
penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus
melakukan perubahan gaya hidup. Perubahan yang sudah terlihat menurunkan
tekanan darah dapat terlihat pada tabel 4 sesuai dengan rekomendasi dari JNC VII.
Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi,
modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke
hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi.12 Modifikasi gaya
hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat
badan untuk individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH
(Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet
rendah natrium; aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Pada sejumlah
pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat
antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari
menggunakan obat. 10 Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk
menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obes
disertai pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan
pendidikan ke pasien, dan dorongan moril. Fakta-fakta berikut dapat diberitahu
kepada pasien supaya pasien mengerti rasionalitas intervensi diet:
a. Hipertensi 2 – 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding orang dengan berat
badan ideal
b. Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk (overweight)
c. Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapat menurunkan
tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk
d. Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang juga prekursor dari
hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapat berlanjut ke DM tipe 2,
dislipidemia, dan selanjutnya ke penyakit kardiovaskular.
e. Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapat menurunkan
tekanan darah pada individu dengan hipertensi.
f. Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam, kebanyakan
pasien mengalami penurunaan tekanan darah sistolik dengan pembatasan natrium.
11
JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan buah,
sayur, dan produk susu redah lemak dengan kadar total lemak dan lemak jenuh
berkurang. Natrium yang direkomendasikan < 2.4 g (100 mEq)/hari. Aktifitas fisik
dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara teratur paling tidak 30
menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien. Studi
menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan
menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah.
Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat badan.
Pasien harus konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olah-raga mana yang
terbaik terutama untuk pasien dengan kerusakan organ target. Merokok merupakan
faktor resiko utama independen untuk penyakit kardiovaskular. Pasien hipertensi
yang merokok harus dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang dapat
diakibatkan oleh merokok.
2. Terapi Farmakologi
Ada 9 kelas obat antihipertensi . Diuretik, penyekat beta, penghambat enzim
konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan antagonis
kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi utama. Obat-obat ini baik sendiri atau
dikombinasi, harus digunakan untuk mengobati mayoritas pasien dengan hipertensi
karena bukti menunjukkan keuntungan dengan kelas obat ini. Beberapa dari kelas
obat ini (misalnya diuretik dan antagonis kalsium) mempunyai subkelas dimana
perbedaan yang bermakna dari studi terlihat dalam mekanisme kerja, penggunaan
klinis atau efek samping. Penyekat alfa, agonis alfa 2 sentral, penghambat adrenergik,
dan vasodilator digunakan sebagai obat alternatif pada pasien-pasien tertentu
disamping obat utama.
Evidence-based medicine adalah pengobatan yang didasarkan atas bukti
terbaik yang ada dalam mengambil keputusan saat memilih obat secara sadar, jelas,
dan bijak terhadap masing-masing pasien dan/atau penyakit. Praktek evidence-based
untuk hipertensi termasuk memilih obat tertentu berdasarkan data yang menunjukkan
12
penurunan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular atau kerusakan target organ
akibat hipertensi. Bukti ilmiah menunjukkan kalau sekadar menurunkan tekanan
darah, tolerabilitas, dan biaya saja tidak dapat dipakai dalam seleksi obat hipertensi.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, obat-obat yang paling berguna adalah
diuretik, penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor
angiotensin (ARB), penyekat beta, dan antagonis kalsium (CCB).
Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan
obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan
dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi
20/10 mm Hg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua
obat. Yang harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi ortostatik, terutama pada
pasien-pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik, dan lansia.
13
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan pengkajian status kesehatan, baik status
kesehatan saat ini (riwayat penyakit sekarang), status kesehatan masa lalu
(riwayat penyakit dahulu), dan status kesehatan keluarga (riwayat penyakit
keluarga).
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan proses atau alur bagaimana keluhan bisa terjadi. Bila di
dalam keluhan utama tidak dijelaskan bagaiman bisa keluhan utama
dalam hipertensi itu muncul, maka di dalam riwayat penyakit sekarang
dimunculkan. Pada pengkajian ini bisa muncul berbagai keluhan yang
lainnya. Yang perlu ditanyakan pada klien adalah bagaimana proses
keluhan menyangkut hipertensi itu bisa terjadi, tindakan yang telah
dilakukan pasien dan keluarga untuk meringankan keluhan yang
muncul akibat hipertensi (termasuk pengobatan yang telah dilakukan),
bagaimana prosesnya sampai pasien dibawa ke rumah sakit. Misalnya
jika dalam hipertensi ini biasanya pasien merasa pusing. Hal-hal yang
ditanyakan meliputi:
1) Gambaran pusing atau sakit kepala yang dirasakan oleh pasien
2) Kapan rasa pusing itu muncul?
3) Apakah yang menyebabkan pusing akibat kenaikan tekanan darah yang
dialami oleh pasien bertambah parah?
4) Apakah pasien telah menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan
gejala dari hipertensi tersebut?
14
5) Apakah efek samping dari obat yang dikonsumsi baik atau tidak terhadap
rasa pusing atau sakit kepala yang dirasakan?
6) Dan sebagainya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji apakah ada penyakit yang pernah pasien derita di masa lalu.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah penyakit terdahulu yang
pernah diderita berdampak pada penyakit yang muncul pada pasien saat
ini. Hal yang perlu dikaji apakah dulunya pasien punya riwayat
hipertensi dan pernah MRS dengan keluhan yang sama. Selain itu perlu
ditanyakan pula apakah pasien pernah menderita penyakit yang
berhubungan dengan kardiovaskuler lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga ditujukan untuk mencari apakah ada factor
keturunan atau pun bawaan. Hal yang ditanyakan adalah adakah
anggota keluarga yang pernah menderita penyakit hipertensi
sebelumnya. Pengkajian pada riwayat kesehatan keluarga ini jangan
lupa sertakan genogram.
3.1.2 Pengkajian : NANDA, Pola Gordon
Pola NANDA
a. Pola Manajemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan
Yang perlu dikaji:
 Bagaimana klien dan keluarga menangani permasalahan hipertensi yang ada
misalnya obat apa yang diberikan saat tekanan darah pasien meningkat
 Bagaimana pasien dan keluarganya mengontrol lingkungan yang mendukung
kesembuhan penderita hipertensi
 Apakah pasien telah memeriksakan diri secara rutin ke fasilitas pelayanan
kesehatan
15
 Riwayat hospitalisasi dan pembedahan
 Apakah pasien sering memeriksakan tekanan darahnya
 Sejauh mana pasien dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan yang
dilakukan oleh pasien
 Factor resiko yang berhubungan dengan kesehatan misalnya gaya hidup dan
status social ekonomi
b. Pola Metabolik-Nutrisi
Yang perlu dikaji:
 Kebiasaan jumlah makanan dan kudapan yang dikonsumsi oleh pasien
 Jenis makanan dan minuman yang sering dikonsumsi
 Jelaskan makanan dan minuman yang baik dikonsumsi untuk penderita
selama 24 jam
 Adakah peningkatan atau penurunan berat badan
 Adakah perubahan nafsu makan
 Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir
c. Pola Eliminasi
Yang perlu dikaji:
 Kebiasaan pola BAK selama hipertensi
 Kebiasaan pola BAB selama hipertensi
 Penggunaan bantuan obat-obatan untuk ekskresi
d. Pola Aktivitas-Latihan
Yang perlu dikaji:
 Aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh pasien
 Apakah klien suka melakukan olahraga
 Jenis olahraga yang sering dilakukan pasien
 Kemampuan untuk merawat diri sendiri akibat adanya hipertensi saat ini
 Apakah klien menggunakan alat bantu seperti kruk atau tongkat akibat
hipertensi yang dialami
16
 Apakah tingkat energy menurun selama mengalami hipertensi
 Lingkungan kerja pasien
e. Pola Istirahat-Tidur
Yang perlu dikaji:
 Kebiasaan tidur passion sehari-hari
 Keyakinan budaya
 Apakah pasien menggunakan obat-obatan yang mempermudahkan pasien
untuk istirahat atau tidur
 Jadwal istirahat dan relaksasi yang dilakukan oleh pasien
 Apakah ada gejala gangguan pola tidur yang muncul
 Kaji factor yang berhubungan misalnya proses penuaan
f. Pola Persepsi-Kognitif
Yang perlu dikaji:
 Gambaran panca indra pasien
 Apakah ada pengaruh hipertensi dengan gambaran panca indera
 Penggunaan alat bantu pendukung panca indera misalnya kacamata, alat
bantu dengar, dsb.
 Persepsi ketidaknyamanan
 Tingkat pendidikan
 Kemampuan pasien dan keluarganya dalam mengambil keputusan
 Saat mana pasien merasakan pusing
g. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
Yang perlu dikaji:
 Keadaan social: pekerjaan, situasi keluarga, kelompok social
 Identitas personal: penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki
 Keadaan fisik: segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh, yang disukai
atau yang tidak disukai
17
 Harga diri: perasaan mengenai diri sendiri
 Ancaman terhadap diri sendiri akibat hipertensi yang dialami misalnya
perubahan peran
 Apa yang pasien rasakan saat menderita hipertensi
h. Pola Hubungan-Peran
Yang perlu dikaji:
 Gambaran tentang peran berkaitan dengan keluarga, teman, dan rekan kerja
 Kepuasan atau ketidakpuasan menjalankan peran
 Efek terhadap perubahan status kesehatan
 Pentingnya dukungan keluarga kepada pasien yang menderita hipertensi
 Hubungan pasien dengan orang lain
 Apakah masalah kesehatan yang dialami pasien mempengaruhi perubahan
peran dan tanggung jawab dalam keluarga, sahabat, dalam pekerjaan, atau
aktifitas sosial.
i. Pola Reproduktif-Seksualitas
Yang perlu dikaji:
 Masalah atau perhatian seksual
 Gambaran perilaku seksual
 Apakah hiperensi yang diderita pasien mengganggu aktivitas seksualnya
 Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi
 Riwayat menstruasi dan reproduksi
 Apakah masalah hipertensi yang sedang pasien alami mengganggu peran
pasien sebagai seorang wanita atau pria
j. Pola Toleransi terhadap Stress-Koping
Yang perlu dikaji:
 Sifat pencetus stress yang dialami baru-baru ini
 Tingkat stress yang dipersepsikan
 Gambaran respon umum dan khusus terhadap stress yang muncul
18
 Strategi yang biasa digunakan untuk mengatasi stress serta keefektifannya
 Perubahan kehidupan dan kehilangan
 Strategi koping yang biasa digunakan
 Penilaian kemampuan pengendalian akan kejadian yang dialami oleh pasien
 Pengetahuan dan penggunaan manajemen stress
 Hubungan manajemen stress dengan dinamika keluarga pasien
 Riwayat yang berhubungan dengan masalah psikologis
 Siapa yang membantu pasien dalam penyesuaian diri terhadap penyakit
hipertensi yang dialaminya saat ini
 Apakah pasien mengalami stress karena menderita hipertensi
k. Pola Keyakinan-Nilai
Yang perlu dikaji:
 Latar belakang budaya atau etnik
 Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok budaya
atau etnik
 Tujuan kehidupan pasien
 Apa yang dijadikan penting bagi pasien dan keluarganya
 Dampak kesehatan terhadap spiritualisasi
 Harapan ke depannya terkait dengan masalah yang pasien hadapi
Pola Gordon
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaab kesehatan
Pasien mengatakan tahu tentang pentingnya kesehatan sehingga apabila ada
salah satu keluarganya yang sakit langsung dibawa ke RS.
2. Pola Nutrisi
a. Sebelum sakit
1) Makan
: 3 x 1 sehari (Nasi, sayur, lauk) habis 1 porsi
2) Minum
: 6-7 gelas sehari (air putih dan teh)
19
b. Selama sakit
1) Makan
: 2 x 1 sehari, diit BKRG dari RS, habis ½ porsi
2) Minum
: 5-6 gelas ukuran 200 cc, infus ±900 cc jenis RI
3. Pola Eliminasi
a. Sebelum sakit
1) BAB normal ± 2 kali sehari, bentuk padat, warna kuning.
2) BAK normal ± 6-8 kali sehari, warna kekuning-kuningan.
b. Selama sakit
1) BAB cair ± 1-2 kali sehari, bentuk padat, warna kuning, bau khas.
2) BAK cair 6-8 kali sehari, bau khas.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Sebelum sakit
Kemampuan
0
1
2
Perawatan
Diri
Makan/
√
Minum
Mandi
√
Torleting
√
Berpakaian
√
Mobilitas di
√
tempat tidur
Berpindah
√
Ambulasi/
√
Rom
3
4
20
2) Selama sakit
Kemampuan
0
1
2
3
4
Perawatan
Diri
Makan/
√
Minum
Mandi
√
√
Torleting
Berpakaian
Mobilitas di
√
√
tempat tidur
Berpindah
√
Ambulasi
√
*Keterangan:
0: Mandiri
1: Dibantu alat
2: Dibantu orang lain
3: Dibantu orang lain dan alat
4: Tergantung
5. Pola Istirahat dan Tidur
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit tidur 7-8 jam / hari
2) Selama sakit
Pasien hanya tidur 3-5 jam / hari karena sering pusing.
6. Pola perseptual
( penglihatan, pendengaran, pengecapan, sensasi)
21
1) Sebelum sakit
a. Pendengaran pasien sudah agak terganggu
b. Penglihatan pasien sudah kabur
c. Pengecapan pasien masih baik
d. Sensasi pasien masih baik
2) Selama sakit
a. Pendengaran pasien sudah agak terganggu karena sudah tua
b. Penglihatan pasien sudah kabur
c. Pengecapan pasien kurang baik karena bibir pasien terasa pahit
d. Sensasi pasien masih baik
7. Pola Persepsi Diri
1) Sebelum sakit
a)
Kecemasan
b)
Konsep Diri : -
2)
: Tidak ada kecemasan atau kegelisahan
Selama sakit
a)
Klien terlihat lemah dan pucat
b)
Tingkat kecemasan klien dapat dilihat saat pasien akan dilakukan
tindakan keperawatan, sering bertanya sesuatu tentang penyakitnya
8. Pola Peran Hubungan
a.
Komunikasi : Dalam berkomunikasi pasien berkomunikasi baik dengan
keluarganya.
b.
Hubungan dengan orang lain : Pasien bersosialisasi baik dengan lingkungan
dan
keluarganya,
terbukti
banyak
saudara
ataupun
kerabat
yang
menjenguknya.
c.
Kemampuan keuangan : Keluarga pasien dapat digolongkan dalam kelompok
sosial kelas menengah.
9. Pola Seksual dan Reproduksi
1)
Sebelum sakit
Pasien sudah menopouse
22
2)
Selama sakit
Pasien tidak memiliki gairah seksual
10. Pola Toleransi Stres
1)
Sebelum sakit
Pasien mengatakan senang bergaul dengan warga sekitar
2)
Selama sakit
Pasien terlihat jenuh karena ruang gerak pasien diabatasi.
11. Pola Keyakinan
1)
Sebelum sakit
Pasien mengatakan beragama islam dan rajin beribadah
2)
Selama sakit
Pasien tidak melaksanakan ibadah sholat seperti biasanya karena
penyakitnya, tetapi pasien selalu berdoa untuk kesembuhanya.
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
1. Berat badan dan tinggi badan: ada peningkatan berat badan
2. Rambut: distribusi rambut normal, rambut kuat, rambut bersih, tidak ada lesi,
ada nyeri tekan pada kepala
3. Mata: Asimetris, bulu mata berdistribusi normal, pemeriksaan funduskopi
untuk penyempitan retinal arteriol, perdarahan, eksudat dan edema, ada nyeri
tekan didaerah mata, konjungtiva merah muda, seklera mata berwarna putih ada
kemerahan, pupil mengecil
4. Kulit: kulit bersih, ada perubahan warna kulit
5. Hidung: simetris, lubang hidung tidak ada deformitas, tidak ada nyeri tekan
6. Telinga: simetris, tidak ada nyeri tekan
7. Leher: tidak ada jejas, ada pemingkatan pada JVP, bising pada arteri karotis
dan pembesaran thyroid
8. Mulut: simetris, warna bibir hitam keunguan
23
9. Paru-paru: Inspeksi (Asimetris, aerola mamae terlihat bersih dan berwarna
hitam, tidak ada jejas, ), palpasi (pergerakan dada asimetris, vokal fremitus
teraba di dua sisi, tidak nyeri tekan), perkusi (sonor), auskultasi (irama ireguler,
takipneu, suara nafas weziing)
10. Jantung: inspeksi (Asimetris, tidak ada jejas di thorak), palpasi (pergerakan
dada asimetris, vokal fremitus teraba di dua sisi, tidak nyeri tekan), pekusi
(pekak), auskultasi (ada suara jantung di S3 dan S4, ada bising jantung, TD
>120)
11. Abdomen: ada bising, ada pembesaran ginjal
12. Ekstremitas: lemahnya atau hilangnya nadi parifer dan edema
13. Neurologi: tanda thrombosis cerebral dan perdarahan
3.1.4 Analisa Data dan Masalah
DS: - pasien mengatakan kepalnya terasa sakit dan lehernya terasa kaku.
-
Pasien mengatakan pendangannya terlihat kabur dan berkunang-kunang
saat berdiri dan berjalan
-
pasien mengatakan badannya terasa lemas dan susah untuk melakukan
aktivitasnya secara mandiri
DO: - pasien terlihat menahan nyeri
-
skala nyeri 7
-
pasien terlihat sempoyongan saat berjalan dan selalu berpegangan
-
pasien terlihat bedres
- Pasien terlihat dibantu orang lain saat melakukan aktivitas karena
lelah
24
3.1.5 Pathway
25
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b.d. peningkatan afterload
b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan yang dialami oleh pasien akibat hipertensi
c. Nyeri akut b.d sakit kepala
d. Kebutuhan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d. obesitas
3.3 Perencanaan Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan 1
Tujuan:
Kriteria Hasil:

Berpartisipasi dalam aktifitas yang menurunkan Td/beban kerja jantung.

Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima.

Memperhatikan irama dan frekuensi jantung stabildalam rentang normal pasien.
b. Diagnosa Keperawatan 2
Tujuan:
Kriteria Hasil:

Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan

Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur

Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi
c. Diagnosa Keperawatan 3
Tujuan:
Kriteria Hasil:

Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan hilang atau terkontrol

Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan

Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
d. Diagnosa Keperawatan 4
Tujuan:
Kriteria Hasil:
26

Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan

Menunjukkan perubahan pola makan (misalnya pilihan makanan, kuantitas, dan
sebagainya), mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan
kesehatan optimal.

Melakukan atau mempertahankan program olahraga yang tepat secara individual.
3.4 Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan 1
Intervensi Keperawatan:
Mandiri :

pantau TD. Ukur pada kedua tangan/paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran
menset yang tepat dan tehnik yang akurat.

Catat keberadaan , kualitas denyutan sentral dan parifer.

Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.

Amati warna kulit,kelembaban,suhu, dan masa pengisian kapiler.

Catat edema umum/tertentu.

Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan lingkungan. Batasi
jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.

Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat di tempat tidur/kursi; jadwal
priode istirahat tanpa gangguan; bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri
sesuai kebutuhan.

Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman; seperti pijatan punggung dan leher,
meninggikan kepala tempat tidur.

Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi,aktivitas pengalihan.
27
Kolaborasi:

Berikan obat-obat sesuai dengan indikasi, contoh:
1. Diuretik
tiazid,
mis.
Klorotiazid
(diuril);
hidroklorotiazid
(Esidrix/hidroDIURIL);bendroflumentiiazid (naturetin);
2. Diuretik loop, mis. Furosemid (lasix); asam etakrinic (edecrin);bumetanid
(burmex);
3. Diuritik hemat kalium, mis, spironolakton (aldactone); triamterene
(dyrenium); amilioride (midamore);
4. Inhibitor simpatis, mis, propanolol (inderal); metroponol (lepressor);atenolol
(ternomin); nadolol (corgard); metildopa (aldomet); reserpine (serpasil);
klonidin (catapres);
5. Vasodilator,mis, minoksidil (loniten); hidralazin (apresoline); bloker saluran
kalsium, mis, nifedipin (procardia); verapamil (calan);
6. Agen-agen antiadrenergik; alfa-1 blocker prazosin (minipres); tetazosin
(hytrin);
7. Bloker nuron adrenergik: guanadrel (Hyloree) quanetidin (Ismelin); reserpin
(Serpasil);
8. Inhibitor adrenergik yang kerja secara sentral: klonidin: (Catapres);
guanabens (Wytension); metildopa (Aldomet)
9. Vasolidator kerja-langsung: hidralazin (Apresoline); minoksidil; (Loniten)
10. Vasolidator oral yang bekerja langsung: diazoksid (Hyperstat); nitroprusid;
(Nipride, Nitropess)
11. Bloker ganglion mis., guanetidin (Ismelin); trimetapan (Arfonad). ACE
inhibitor, mis., kaptopril (Capoten)
12. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
13. Siapkan untuk pembedaan bila ada indikasi
28
b. Diagnosa Keperawatan 2
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji respons pasien terhadap aktivitas, perhatiakn frekuensi nadi lebih dari 20 kali
per menit diatas frekuensi istirahat; peningkatan tekanan darah yang nyata selama
atau sesudah aktivitas (tekanan sistolik meningkat 40mm/Hg atau tekan diastolik
meningkat 20mm/Hg); dispnea atau nyeri nada; keletihan dan kelemahan yang
berlebihan; diaforesis; pusing atau pingsan.
2. Instruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi, mis., menggunakan kursi
saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan aktivitas
dengan perlahan.
3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri bertahap jika dapat
ditolenransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
c. Diagnosa Keperawatan 3
Intervensi Keperawatan:
Mandiri:
1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut
2. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya;
kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu
kamar, teknik relaksasi (panduan imajinasi, distraksi) dan aktivitas waktu senggang.
3. Hilangkan atau minimalkan aktifitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit
kepala, misalnya; mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk.
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
5. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi
pendarahan hidung atau kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan
pendarahan.
Kolaborasi
Berikan sesuai indikasi : analgesik; antiansietas, misalnya; lorazepam (ativan),
diazepam (valium).
29
d. Diagnosa Keperawatan 4
Intervensi Keperawatan:
Mandiri
1. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan
kegemukan.
2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,
garam, dan gula sesuai indikasi.
3. Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
5. Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistik dengan pasien, misalnya
penurunan berat badan 0,5 kg per minggu.
6. Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan
dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan
dimakan.
7. Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan
kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging) dan kolesterol
(daging berlemak, kuning telur, produk kalengan, jeroan)
Kolaboratif
Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi
30
3.5 Evaluasi Keperawatan
No. Dx
1.Curah
Tgl/
Jam
Tindakan
TT
Perawat
 Telah dipantau
Tgl/
Jam
Catatan
Perkembangan
S: Pasien
jantung,
TD,
diukur
mengatakan
penurunan,
pada
kedua
sudah tidak
resiko
tangan/paha
sakit kepala
tinggi
untuk
lagi
terhadap
awal, diunakan
O: Tekanan
peningkata
ukuran menset
darah pasien
n afterload,
yang tepat dan
140/100
vasokontri
tehnik
mmHg
k- si.
akurat.
evaluasi
yang
A : Pasien
telah telah
teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
 Berikan
S : Pasien
lingkungan
mengatakan
tenang,
istirahatnya
nyaman,
sudah bisa
kurangi
maksimal
aktivitas/keribut
O : Kondisi
an lingkungan,
lingkungan
dibatasi jumlah
pasien
pengunjung dan
kondusif
lamanya
sesuai yang
TT
Perawat
31
tinggal.
diinginkan
A : Teratasi
seluruhnya
P : Intervensi
dilanjutkan
 Telah
2. Intoleransi
Aktivitas
S : Pasien
dipertahankan
mengatakan
pembatasan
kondisi
aktivitas seperti
dirinya
istirahat
membaik, dan
di
tempat
lebih enteng
tidur/kursi;
O : Periode
jadwal
priode
istirahat
istirahat
tanpa
pasien tidak
gangguan;
terganggu,
bantu
pasien
pasien
melakukan
kooperatif
aktivitas
A : Teratasi
perawatan
diri
seluruhnya
sesuai
P : Intervensi
kebutuhan.
dilanjutkan
 Telah dilakukan
mengatakan
tindakantindakan
S : Pasein
yang
nyaman ketika
nyaman; seperti
mendapatkan
pijatan
pijatan dari
32
punggung
dan
perawat.
leher,
O : Pasien
meninggikan
terlihat
kepala
nyaman
tempat
tidur.
A : Teratasi
seluruhnya
P : Intervensi
dihentikan
3. Nyeri akut
berhubung
an dengan
sakit
kepala
 Telah
dikaji
S : Pasien
respons pasien
mengatakan
terhadap
baik-baik saja
aktivitas,
setelah
diperhatiakan
aktivitas
frekuensi nadi
O : Pasien
lebih dari 20
terlihat baik-
kali per menit
baik saja, TD
diatas
140/100
frekuensi
mmHg
istirahat;
A : Teratasi
peningkatan
seluruhnya
tekanan darah
P : Intervensi
yang
dihentikan
selama
sesudah
aktivitas
nyata
atau
33
(tekanan
sistolik
meningkat
40mm/Hg atau
tekan diastolik
meningkat
20mm/Hg);
dispnea
nyeri
atau
nada;
keletihan
dan
kelemahan
yang
berlebihan;
diaforesis;
pusing
atau
pingsan.
4. Perubahan
 Telah
S : Pasien
Nutrisi
diinstruksikan
mengatakan
Lebih dari
pasien tentang
telah
Kebutuha
tehnik
melakukan
n Tubuh
penghematan
yang
energi,
diinsruksikan
mis.,
menggunakan
perawat
kursi
O : Pasein
saat
mandi, duduk
terlihat baik
saat
A : Teratasi
menyisir
rambut
atau
menyikat gigi,
seluruhnya
P : Intervensi
34
melakukan
dilanjutkan
aktivitas
dengan
perlahan.
 Telah
S : Pasien
diberikan
mengatakan
dorongan
telah mencoba
untuk
melakukan
melakukan
aktivitas serta
aktivitas
atau
perawatan diri
perawatan diri
sendiri.
bertahap
O : Pasien
jika
dapat
terlihat baik
ditolenransi,
A : Teratasi
diberikan
seluruhnya
bantuan sesuai
P : Intervensi
kebutuhan.
dihentikan
 Telah diberikan
mengatakan
tindakan
nonfarmakologi
merasa
nyaman
untuk
menghilangkan
sakit
S : Pasien
kepala,
misalnya;
kompres dingin
pada dahi, pijat
setelah
perawat
melakukan
tindakan
O : Pasien
terlihat
35
punggung dan
membaik
leher,
A : Teratasi
tenang,
redupkan
seluruhnya
lampu
P : Intervensi
kamar,
teknik relaksasi
dilanjutkan
(panduan
imajinasi,
distraksi)
dan
aktivitas waktu
senggang.
 Telah
S : Pasien
dihilangkan
mengatakan
atau
telah
minimalkan
melakukan
aktifitas
apa yang
vasokontriksi
diinsruksikan
yang
perawat
dapat
meningkatkan
O : Pasien
sakit
terlihat
kepala,
misalnya;
membaik
mengejan saat
A : Teratasi
BAB,
seluruhnya
batuk
panjang,
P : Intervensi
membungkuk.
dilanjutkan
36
 Telah
S : Pasien
ditunjukkan
mengatakan
perubahan pola
paham
makan
mengenai pola
(misalnya
makan yang
pilihan
baik
makanan,
O : Pasien
kuantitas,
dan
terlihat
sebagainya),
kooperatif
mempertahanka
A : Teratasi
n berat badan
seluruhnya
yang
P : Intervensi
diinginkan
dihentikan
dengan
pemeliharaan
kesehatan
optimal.
 Telah
S : Pasien
diinstrksikan
mengatakan
Melakukan atau
akan bersaha
mempertahanka
olahraga
n
O : Pasein
program
olahraga
tepat
yang
secara
individual.
kooperatif
A : Teratasi
seluruhnya
P : Intervensi
dihentikan
37
3.6 Discharge Planning
Ajarkan pasien dan keluarga tentang penatalaksanaan hipertensi selanjutnya :
a. penjelasan menganai hipertensi
b. pengobatan hipertensi
c. batasan diet dan pengendalian berat badan
d. masukan garam
e. latihan aktivitas
38
BAB 4. PENUTUP
4.1 kesimpulan
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah di atas normal atau
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya di atas 90 mmHg. Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2, yaitu
hipertensi primer atau merupakan hipertensi dengan penyebab yang tidak diketahui secara
pasti. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyebab spesifik tertentu,
misalnya penyakit ginjal (glomerulonefritis akut, nefritis kronis, penyakit poliartritis,
diabetes
nefropati),
penyakit
endokrin
(hipotiroid,
hiperkalsemia,
akromegali),
koarktasioaorta.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah Pengobatan hipertensi dimulai
dengan perubahan-perubahan gaya hidup untuk membantu menurunkan tekanan darah dan
mengurangi resiko terkena penyakit jantung. Jika perubahan-perubahan itu tidak
memberikan hasil, mungkin anda perlu mengkonsumsi obat-obat untuk penderita
hipertensi, tentu saja dengan berkonsultasi dengan dokter. Bahkan jika harus
mengkonsumsi obat-obatan, lebih baik jika disertai dengan perubahan gaya hidup yang
dapat membantu anda mengurangi jumlah atau dosis obat-obatan yang anda konsumsi.
39
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta. EGC
Dalmartha, Setiawan dan Nova Sutarina. 2008. Care Your Self Hipertensi. Jakarta:
Penebar Plus
Dongoes,Marlynn.E.dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
NANDA. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Yoyakarta: Prima Medika
Rilantono, L dkk. 2002. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Universitas Indonesia
Download