BAB I PENDAHULUAN Ilmu kedokteran forensik molekuler adalah suatu bidang ilmu kedokteran forensik yang memanfaatkan pengetahuan kedokteran dan biologi tingkatan molekuler atau DN A. Ilmu ini melengkapi dan menyempurnakan berbagai pemeriksaan identifikasi pers onal pada kasus mayat tak dikenal, dalam kasus bencana alam, kasus pembunuhan, p erkosaan serta berbagai kasus ragu ayah (paternitas). Pemeriksaan sidik DNA pertama kali diperkenalkan oleh jeffreys tahun 1985. Pemer iksaan ini didasarkan atas adanya bagian DNA manusia yang termasuk daerah non-co ding atau intron (tak mengkode protein) yang ternyata merupakan urutan basa tert entu yang berulang sebanyak n kali. Tes DNA atau disebut juga dengan DNA fingerprinting adalah suatu teknik biologi molekuler yang dipakai untuk kepentingan pengujian forensik terhadap materi uji berdasarkan profil DNA. Penggunaan DNA untuk pembuktian kasus kriminal pertma ka li dilakukan pada tahun 1987, dalam sebuah kasus perkosaan di inggris. Di Indone sia, istilah DNA fingerprint mulai mencatat sebagai cara identifikasi forensik s etelah terjadi retetan peristiwa peledakan bom ditanah air, seperti kasus bom ba li, bom JW Marriot, peledakan bom didepan kadubes Australia. Metode ini menjadi lebih sering didengar saat pihak berwajib berusaha mengidentifikasi korban benca na Tsunami Aceh, maupun korban bencana belakangan ini, seperti korban erupsi gun ung merapi (Jawa Tengah- Yagyakarta). Penggunaan DNA fingerprint ini umumnya ditempuh setelah melihat kondisi korban yang sudah tidak terbentuk. Dalam kondisi tubuh korban masih utuh, identi fikasi biasa dilakukan melalui dua dari sembilan metode identifikasi. Kesembilan metode ini ialah pemeriksaan secara visual, lewat dokumen atau surat, dari perh iasan dan pakaian , data pemeriksaan medis , serologi, pemeriksaan gigi (odontol ogi), sidik jari, identifikasi kerangka dan pemeriksaan berdasarkan prinsip eksk lusi.