BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Dukungan Keluarga 1. Definisi Keluarga Menurut Andarmoyo (2012) salah satu aspek terpenting dari perawatan adalah penekanannya pada unit keluarga. Keluarga bersama dengan individu, kelompok dan komunitas adalah klien atau resipien keperawatan. Secara empiris, kami menyadari bahwa kesehatan para anggota keluarga dan kesehatan keluarga, mempunyai hubungan yang sangat erat. Akan tetapi, hingga saat ini, sangat sedikit perhatian yang diberikan keluarga sebagai objek dari studi yang sistematis dalam bidang keperawatan. Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannnya sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah peendidikan kepada individu dimulai dan dari keluarga inilah akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk membangun suatu kebudayaan maka seseorang dimulai dari keluarga ( Setiadi, 2008). Menurut Setiadi (2008) keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pola keluargakeluarga yang ada disekitarnya atau masyarakat sekitarnya atau dalam konteks yang luas berpengaruh terhadap negara. Untuk menyatakan kembali peran keluarga, unit keluarga menempati suatu posisi antara individu dan masyarakat menurut Friedman, Marilyn M, 2003). Fungsi keluarga menjadi berlipat ganda; 1) memenuhi kebutuhan- 9 10 kebutuhan setiap individu yang ada dalam keluarga; dan 2) memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dimana keluarga menjadi bagiannya. 2. Fungsi Keluarga Menurut Friedman (2010) terdapat 5 fungsi dasar keluarga: a. Fungsi afektif Fungsi mempertahankan kepribadian menfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga. b. Fungsi sosial Menfasilitasi sosialisasi primer anggota keluarga yang bertujuan untuk menjadikan anggota keluarga yang produktif dan memberikan status pada anggota keluarga. c. Fungsi reproduksi Mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan untuk kelangsungan hidup masyarakat. d. Fungsi ekonomi Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektif. e. Fungsi perawatan kesehatan Menyediakan kebutuhan fisik, makanan, pakaian dan tempat tinggal serta perawatan kesehataan. 3. Penatalaksanaan DM dengan Pendekatan Keluarga Menurut Rifki (2009) paradigma sehat untuk pasien DM adalah suatu konsep atau cara pandang tentang kesehatan dimana pelaksanaannya 11 mementingkan peran serta dari keluarga untuk hidup sehat terutama pada keluarga denga resiko tinggi menderita DM sehingga mampu utuk mandiri, memelihara dan meningkatkan serta waspada akan munculnya Diabetes Melitus. Hal yang paling mendasar adalah pada upaya pencegahan. Upaya pencegahan yang melibatkan peran penting keluarga menitik beratkan pada periode prapatogenesis (sebelum sakit) dalam semua tahapan kehidupan, dari lahir sampai meinggal, upaya tersebut adalah: a. Tindakan terhadap faktor intrinsik (imunisasi/kekebalan, keseimbangan jasmani dan mental psikologikal) b. Upaya terhadap resiko DM dan komplikasinya c. Upaya untuk memantapkan, meningkatkan keseimbangan sosial dalam keluarga d. Upaya terhadap lingkungan rumah tangga. Keluarga dapat mempunyai pengaruh kepada sikap dan kesediaan belajar pasien DM dengan cara menolak atau mendukungnya secara sosial. Pasien DM akan memiliki sikap lebih positif untuk mempelajari Diabetes Melitus apabila keluarga mendukung dan antusias terhadap pendidikan kesehatan mengenai DM (Soegondo, 2006). 4. Dukungan Keluarga Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh anggota keluarga yang lain sehingga akan memberikan kenyamanan fisik dan psikologis pada orang yang diharapkan pada situasi stres. Dukungan sosial keluarga adalah proses yang terjadi selama hidup, dengan sifat dan tipe dukungan sosial bervariasi masing-masing tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga memungkinkan keluarga berfungsi secara penuh dan dapat meningkatkan adaptasi dalam kesehatan keluarga (Taylor, 2006). 12 Dukungan keluarga tidak hanya berwujud dalam bentuk dukungan moral, melainkan dukungan spiritual dan dukungan material, dukungan keluarga juga dapat meringankan beban bagi seseorang yang sedang mengalami masalah masalah serta menyadarkan bahwa masih ada orang lain yang perduli (Azizah,2011). 5. Bentuk dukungan keluarga Menurut Hensarling (2009) membedakan empat bentuk dukungan keluarga diantaranya : a. Dukungan emosional Dukungan emosional yaitu bantuan sosial yang melibatkan ungkapan empati, kepedulian dan perhatian seseorang yang memberikan mereka rasa nyaman, memiliki dan dicintai oleh sumber dukungan sosial (keluarga) sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol. Memberikan dukungan emosional kepada keluarga termasuk dalam fungsi afektif keluarga. Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga untuk memberikan perlindungan psikososial dan dukungan terhadap anggotanya. Keluarga berfungsi sebagai sumber cinta,pengakuan, penghargaan dan memberi dukungan. Terpenuhinya fungsi afektif dalam keluarga dapat meningkatkan kualitas kemanusiaan, stabilisasi kepribadian dan perilaku dan harga diri anggota keluarga. Keuarga juga berfungsi sebagai tempat singgahnya kehangatan, dukungan, cinta dan penerimaan (friedman, 2003). b. Dukungan penghargaan Dukungan penghargaan yaitu bantuan yang diberikan untuk membangun perasaan berharga, memberikan nilai positif terhadap orang tersebut 13 ditengah keadaan yang kurang mampu, baik secara mental maupun fisik. Dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri dan kompetensi. Menurut Peterson dan Bredow (2004) menyatakan bahwa aspek ini terdiri dari dukungan peran sosial yang meliputi umpan balik, perbandingan sosial dan afirmasi (persetujuan). Perawatan pasien DM dilakukan dalam waktu yang panjang atau dapat dikatakan seumur hidup. Hal tersebut bukan hanya merubah gaya hidup pasien tetapi juga akan merubah gaya hidup dan kebiasaan keluarga dan dapat menimbulkan kejenuhan dan stres tersendiri bagi keluarga yang merawat pasien DM. c. Dukungan instrumental Bentuk dukungan instrumental merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti peminjaman uang, pemberian barang, atau pemberian makanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stres karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan bantuan secara langsung. Dukungan instrumental sangat diperlukan tertutama dalam mengatasi masalah dengan lebih mudah. Menurut Setiadi (2008) dukungan instrumental bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi, misalnya dengan menyediakan abatobatan yang dibutuhkan dan lain-lain. Dengan adanya dukungan instrumentalyang cukup pada pasien DM diharapkan kondisi pasien DM dapat terjaga dan terkontrol dengan baik sehingga dapat meningkatkan status kesehatannya. 14 d. Dukungan informatif Dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran, nasihat, petunjuk, atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis dukungan informatif ini dapat menolong individu dalam mengenali dan mengatasi masalah dengan mudah. Bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama. Anggota keluarga yang sakit jika mendapatkan dukungan informasi yang cukup akan termotivasi untuk tetap menjaga kondisi kesehatan untuk menjadi lebih baik. Tentunya diharapkan dengan pengontrolan yang baik terhadap kondisi kesehatan akan meningkatkan status kesehatan pasien (Setiadi, 2008). Dimensi ini penting bagi individu yang memberikan dukungan keluarga karena menyangkut persepsi tentang keberadaan dan ketepatan dukungan keluarga bagi seseorang. Dukungan keluarga bukan sekedar menberikan bantuan, tetapi yang penting adalah bagaimana persepsi sipenerima terhadap makna bantuan tersebut. Persepsi ini erat hubungannya dengan ketepatan dukungan yang diberikan. Artinya seseorang yang menerima dukungan merasakan manfaat bantuan bagi dirinya, karena sesuatu yang aktual dan memberikan kepuasan (Koentjoro, 2002). 6. Sumber dukungan keluarga Menurut Kuncoro (2002), ada dua sumber dukungan keluarga yaitu sumber natural dan sumber artifisial. Dukungan keluarga yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan 15 dengan orang-orang yang berada di sekitarnya misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami, dan kerabat) teman dekat atau relasi. Dukungan keluarga ini bersifat non formal sementara itu dukungan keluarga artifisial adalah dukungan sosial yang di rancang kedalam kebutuhan primer seseorang misalnya dukungan keluarga akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial. Sehingga sumber dukungan keluarga natural memiliki berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan dukungan keluarga artifisial perbedaan tersebut terletak pada : keberadaan sumber dukungan keluarga natural bersifat apa adanya tanpa dibuat-buat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat spontan, sumber dukungan keluarga yang natural memiliki kesesuaian dengan nama yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan, sumber dukungan keluarga yang natural berakar dari hubungan yang telah berakar lama, sumber dukungan keluarga yang natural memiki keragaman dalam penyampaian dukungan sosial, mulai dari pemberian barang nyata hingga sekedar menemui seseorang dengan menyampaikan salam,sumber dukungan keluarga yang natural terbebas dari bebas dan label psikologis (Setiadi, 2008). 7. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga Menurut Ratna (2010) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi efektifitas dukungan keluarga yaitu : 1) Pemberian dukungan lebih efektif dari orang-orang terdekat yang mempunyai arti dalam hidup individu. Orang terdekat antara lain orang tua bagi anak, istri atau suami, teman dekat, saudara, dan tergantung tingkat kedekatan antara keduanya. 2) Penerimaan dukungan perlu diperhatikan juga karakteristik orang yang menerima bantuan, kepribadian dan peran sosial penerimaan dukungan. Misalnya ketika ia menderita sakit dan sering menyendiri di dalam rumah, maka lebih baik diberikan motivasi dan membangun semangatnya. 3) Waktu pemberi dukungan, situasi yang tepat hampir sama dengan jenis dukungan, pemberi 16 dukungan harus mempelajari waktu dan tepat. Misalnya ketika berkunjung kepuskesmas tidak mengganggu waktu istrahat pasien. B. Pengontrolan Kadar Gula Darah 1. Defenisi Pengontrolan Pengontrolan kadar gula adalah menjaga kadar gula glukosa darah dalam kisaran normal seperti bukan pasien DM, sehingga dapat terhindar dari hiperglikemia atau hipoglikemia (Soegondo, 2009). Menurut Soegondo (2009) ada 7 tujuan pengontrolan DM yaitu: menghilangkan gejala, menciptakan dan mempertahankan rasa sehat, memperbaiki kualitas hidup, mencegah komplikasi akut dan kronik, mengurangi laju perkembangan komplikasi yang telah ada, mengurangi kematian dan mengobati penyakit penyerta bila ada. Untuk mengetahui kadar gula darah terkontrol, tentunya tidak dapat bergantung pada hilangnya gejala diabetes melitus saja, tetapi harus dengan pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan dilaboratorium, diklinik saat konsultasi atau dapat dilakukan sendiri oleh pasien di rumah. Cara mana yang akan dipilih ingin dicapai bergantung pada tipe diabetes, jenis pengobatan, derajat pengendalian yang ingin dicapai, usia pasien, kecerdasan dan emosi (Soegondo, 2009). Menurut Waspadji (2009 ) ada 4 pengendalian yaitu : 1. Perencanaan makanan Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam karbohidrat, protein dan lemak sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu karbohidrat 45-60 %, protein 10-20% dan lemak 20-25 %. Menurut Suyono (2009) tujuan penatalaksanaan diet pada diabetes adalah mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, 17 mencapai dan mempertahankan lipid mendekati normal, mencegah komplikasi akut dan kronik serta meningkatkan kualitas hidup. Dalam membuat perencanaan makanan yang cocok untuk tiap pasien DM, harus dilakukan individualisasi, disesuaikan dengan cara hidupnya, pola jam kerjanya, latar belakang kulturnya, tingkat pendidikan dan penghasilannya. Menurut Almatsier (2004) tujuan diet Diabetes Mellitus adalah, membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol yang lebih baik, dengan cara :mempertahankan kadar gula glukosa darah supaya mendekati normal dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin, dengan obat penurunan glukosa oral dan aktivitas fisik, mencapai dan mempertahankan kadar lipid serum normal, memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal, menghindari dan menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan insulin seperti hipoglikemi, komplikasi jangka pendek dan jangka lama serta masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani, meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal. 2. Olahraga Menurut Waspadji (2009) bahwa olahraga yang teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 10 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (countinuous, rhythmical, interval, progressive, endurance trainng). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-umur), disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta dan dapat mempermudah penurunan berat badan serta mengurangi kadar lemak dalam darah. Olahraga sangat efekti dalam pengurangan kebutuhan badan akan insulin bagi diabetes. 18 Manfaat olah raga bagi diabetisi yaitu penurunan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi, keadaan-keadaan ini dapat mengurangi resiko penyakit jantung koroner (PJK) dan meningkatkan kualitas hidup diabetisi dan meningkatkan kerja serta memberikan keuntungan secara psikologis (Ilyas, 1996). 3. Obat Antidiabetika Oral Menurut Tjokprawiro (2002) ada 3 obat antidiabetes (OAD) yang ada di Indonesia yaitu : a. Tipe I (Short Acting) Jenis ini memiliki paruh waktu sekitar 4 jam, daya kerjanya cepat, diberikan 1-3 kali sehari (pagi-siangsore).yang termasuk kelompok ini adalah : rastinon, orinase, nadisan, dymelor, tolynase, glymidine. b. Tipe 2 (Intermediate Acting)Memiliki paruh waktu antara 5-8 jam, diberikan 1-2 kali sehari (pagi dan siang jangan pagi dan sore) apabila diberikan cukup sekali sehari, berikanlah pada pagi hari saja.Termasuk golongan ini adalah glibenclamide (euglukon, daonil), Golongan gliclazide (diamicron), Golongan gliquidone (glurenorm) dan golongan glipizide (minidiab). c. Tipe 3 (Long Acting) Mempunyai paruh waktu antara 24-36 jam, diberikan sekali saja setiap pagi jangan diberikan dalam dosis terbagi. 4. Penyuluhan Penyuluhan untuk rencana pengelolaan sangat penting untuk mendapaatkan hasil yang maksimal. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai sikap dan ketrampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai 19 keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik (Suyono, 2009). Menurut Basuki (2009) tujuan penyuluhan atau pendidikan adalah perubahan perilaku penyandang diabetes dan meningkatnya kepatuhan yang selanjutnya akan meningkatkan kualitas hidup, diantaranya: meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap, mengubah perilaku serta meningkatkan kepatuhan dan meningkatkan kualitas hidup. 2. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengendalian kadar gula darah: a. Faktor demografi meliputi : jumlah penduduk, penduduk berumur diatas 40 tahun dan urbanisasi. b. Gaya hidup meliputi : penghasilan percapita tinggi (percapita income tinggi), restoran siap makan dan sedentary life. c. Faktor pengetahuan diit : Diperlukan pengertian dan pengetahuan diit DM tentang maksud dan tujuan diit untuk mengendalikan gula darah sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. d. Sikap responden terhadap pengelolaan Diabetes Melitus. Hasil diabetes control and complication tial (DCCT) menunjukkan bahwa pengendalian DM yang baik dapat mengurangi komplikasi kronik DM antara 2030 %.Untuk itu dalam pengelolaan DM harus mempunyai kriteria pengendalian yang ingin kita capai.Pengontrolan glukosa darah pada penderita DM dilihat dari dua hal yaitu glukosa darah sesaat dan glukosa darah jangka panjang. Pemantauan glukosa darah sesaat dilihat dari glukosa darah puasa dan 2 jam PP, sedangkan pengontrolan glukosa darah jangka panjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan HbA1c (Sarwono, 2009). Menurut Kaufman (1989) olah raga pada diabetesi dapat menyebabkan terjadinya peningkatan glukosa oleh otot yang aktif, sehingga secara langsung 20 olah raga dapat menyebabkan penurunan kadar glukosa darah. Dan hasil penelitian Allen bahwa olah raga aerobik yang teratur akan mengurangi kebutuhan insulin sebesar 30-50% pada diabetes tipe 1 yang terkontrol dengan baik. Pada diabetes tipe 2 yang dikombinasikan dengan penurunan BB akan mengurangi kebutuhan insulin hingga 100%. Pencegahan perlu dilakukan oleh penderita supaya tidak terjadi komplikasi dan kematian. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh penderita dengan mengontrol kadar gula darah tetap stabil dan tidak melebihi batas normal (Sugiarto, 2013).Pengontrolan gula darah merupakan cara yang dapat dilakukan karena menurut ilmu kedokteran bahwa penderita DM tidak akan pernah sembuh dari penyakitnya dan penyakit DM merupakan penyakit yang dibawa seumur hidup. Terkontrolnya kadar gula darah tergantung pada penderita itu sendiri (Taylor, 2006).Upaya pencegahan dan pengontrolan perilaku perlu dilakukan oleh penderita. 3. Sasaran Pengontrolan Gula Darah a. Kadar gula darah sebelum makan 80-120mg/dl b. Kadar gula darah 2 jam sesudah makan < 140mg/dl c. Kadar HbA1c < 6% C. Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Pengontrolan Kadar Gula Darah Diabetes mellitus adalahpenyakitdimanakadarguladalamdarahmengalamipeningkatanmelebihibata s normal karenapankreas yang tidakmampulagiuntukmemproduksi insulin. World Health Organization (WHO) tahun 2003, terdapatlebihdari 200 juta orang dengan diabetes di dunia. Diabetes mellitusmenduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat diabetes dan 4% meninggal sebelum usia 70 tahun. Pada Tahun 2030 diperkirakan diabetes mellitus menempati urutan ke-7 penyebab kematian dunia. Padatahun 2000 di Indonesia terdapat 8,4jutapenderita diabetes, 21 diperkirakanakanmengalamipeningkatanmenjadi 21,3 jutapenderitapada tahun 2030 (Soegondo, 2009). inimembutuhkanperawatan Olehkarenaitu, yang penyakit diabetes mellitus baikdantepatgunamembantu proses penyembuhanpenderitanya. Kadar gula darah yang meningkat melebihi batas normal pada penyakit diabetes sering menimbulkan komplikasi kardiovaskuler. Komplikasi diabetes antaralain seperti penyakit pembuluh koroner (jantung koroner), pembuluh darah perifer,gangrene diabetic, neuropatic diabetic (gangguan pada pembuluh saraf), dan katarak.Komplikasi yang terjadi pada penderita diabetes ini menjadikan penyebab kematianterbesar ke empat di dunia (Taylor, 2006). Dukungan pasangan dipercaya dapat membantu para penderita untuk menghadapi penyakit yang dideritanya, dalam hal ini penyakit diabetes mellitus.Menurut Sarafino (dalam Smet, 1994), dukungan yang diberikan dapat diwujudkan dalam beberapa bentuk antara lain dukungan emosi antara lain perkataan yang baik dan lembut. Pasangan yang berkeluarga memberikan bujukan atau rayuan kepada penderita untuk menaati saran dari dokter seperti menaati diet atau minum obat-obat penurun gula darah. Beberapapenelitian yang berkaitantentangpengetahuandandukungankeluargaterhadapkepatuhanpasienyait uolehNorhayati (2011) denganjudulpenelitianhubunganpengetahuandansikapkeluargaterhadaptindakand ukungan control guladarahpadapenderita diabetes mellitus di kabupatenponorogo.Daripenelitiantersebutmenunjukanbahwaadahubunganantara tindakandukungan control guladarahdenganpengetahuan, tindakandukungan control guladarahdengansikap, dukunganolahragadengansikap, dukunganolahragadenganpengetahuan, minumobatdenganpengetahuan, danminumobatdengansikap.Kesimpulandalampenelitianiniadalahpengetahuanda 22 nsikapkeluargamemberikanpengaruhterhadaptindakandukungan control guladarahpadapenderita Diabetes Mellitus. Hasil studi pendahuluan penelitian di Puskesmas Purwokerto Utara II yang wilayah kerjanya berada di Kelurahan Sumampir, Kelurahan Gerendeng, Kelurahan Karangwangkal, dan Kelurahan Pabuaran menunjukkan angka penderita diabetes melitus sejak bulan Agustus hingga September sejumlah 62 orang dengan kunjungan sebanyak 91 kali terhitung sejak bulan Juni hingga September. Berdasarkan hasil wawancara oleh petugas Puskesmas Purwokerto Utara II penderita Diabetes Melitus datang hampir tiap bulan atau dua bulan sekali untuk melakukan pengecekan gula darah, pengobatan, dan cek laboratorium. Pelayanan yang biasanya diberikan hanyalah kepada penderita diabetes melitus saja tanpa mengikutsertakan keluarga di dalamnya. Karakteristik pasien diabetes melitus berdasarkan wawancara oleh petugas puskesmas adalah pasien dengan sosial ekonomi yang rendah, komplikasi yang telah banyak menyertai pasien diabetes melitus, serta usia yang telah lanjut. C. Kerangka Konsep Skema 2.1 Kerangka Konsep a. Hipotesa Dukungan keluarga pada pasien Diabetes Melitus Pengontrolan kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus D. Hipotesa Ada Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pengontrolan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Mandala Medan.