BAB II TINJAUAN TEORITIS

advertisement
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Dukungan Keluarga
1. Definisi Keluarga
Menurut Andarmoyo (2012) salah satu aspek terpenting dari perawatan
adalah penekanannya pada unit keluarga. Keluarga bersama dengan
individu, kelompok dan komunitas adalah klien atau resipien keperawatan.
Secara empiris, kami menyadari bahwa kesehatan para anggota keluarga dan
kesehatan keluarga, mempunyai hubungan yang sangat erat. Akan tetapi,
hingga saat ini, sangat sedikit perhatian yang diberikan keluarga sebagai
objek dari studi yang sistematis dalam bidang keperawatan.
Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannnya sangat penting
untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah peendidikan
kepada individu dimulai dan dari keluarga inilah akan tercipta tatanan
masyarakat yang baik, sehingga untuk membangun suatu kebudayaan maka
seseorang dimulai dari keluarga ( Setiadi, 2008).
Menurut Setiadi (2008) keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena
masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi
antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pola keluargakeluarga yang ada disekitarnya atau masyarakat sekitarnya atau dalam
konteks yang luas berpengaruh terhadap negara.
Untuk menyatakan kembali peran keluarga, unit keluarga menempati suatu
posisi antara individu dan masyarakat
menurut Friedman, Marilyn M,
2003). Fungsi keluarga menjadi berlipat ganda; 1) memenuhi kebutuhan-
9
10
kebutuhan setiap individu yang ada dalam keluarga; dan 2) memenuhi
kebutuhan-kebutuhan masyarakat dimana keluarga menjadi bagiannya.
2. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2010) terdapat 5 fungsi dasar keluarga:
a.
Fungsi afektif
Fungsi
mempertahankan
kepribadian
menfasilitasi
stabilisasi
kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis anggota
keluarga.
b.
Fungsi sosial
Menfasilitasi sosialisasi primer anggota keluarga yang bertujuan untuk
menjadikan anggota keluarga yang produktif dan memberikan status
pada anggota keluarga.
c.
Fungsi reproduksi
Mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan
untuk kelangsungan hidup masyarakat.
d.
Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektif.
e.
Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik, makanan, pakaian dan tempat tinggal
serta perawatan kesehataan.
3. Penatalaksanaan DM dengan Pendekatan Keluarga
Menurut Rifki (2009) paradigma
sehat untuk pasien DM adalah suatu
konsep atau cara pandang tentang kesehatan dimana pelaksanaannya
11
mementingkan peran serta dari keluarga untuk hidup sehat terutama pada
keluarga denga resiko tinggi menderita DM sehingga mampu utuk mandiri,
memelihara dan meningkatkan serta waspada akan munculnya Diabetes
Melitus. Hal yang paling mendasar adalah pada upaya pencegahan. Upaya
pencegahan yang melibatkan peran penting keluarga menitik beratkan pada
periode prapatogenesis (sebelum sakit) dalam semua tahapan kehidupan, dari
lahir sampai meinggal, upaya tersebut adalah:
a. Tindakan terhadap faktor intrinsik (imunisasi/kekebalan, keseimbangan
jasmani dan mental psikologikal)
b. Upaya terhadap resiko DM dan komplikasinya
c. Upaya untuk memantapkan, meningkatkan keseimbangan sosial dalam
keluarga
d. Upaya terhadap lingkungan rumah tangga.
Keluarga dapat mempunyai pengaruh kepada sikap dan kesediaan belajar
pasien DM dengan cara menolak atau mendukungnya secara sosial. Pasien
DM akan memiliki sikap lebih positif untuk mempelajari Diabetes Melitus
apabila keluarga mendukung dan antusias terhadap pendidikan kesehatan
mengenai DM (Soegondo, 2006).
4. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh anggota
keluarga yang lain sehingga akan memberikan kenyamanan fisik dan
psikologis pada orang yang diharapkan pada situasi stres. Dukungan sosial
keluarga adalah proses yang terjadi selama hidup, dengan sifat dan tipe
dukungan sosial bervariasi masing-masing tahap siklus kehidupan, dukungan
sosial keluarga memungkinkan keluarga berfungsi secara penuh dan dapat
meningkatkan adaptasi dalam kesehatan keluarga (Taylor, 2006).
12
Dukungan keluarga tidak hanya berwujud dalam bentuk dukungan moral,
melainkan dukungan spiritual dan dukungan material, dukungan keluarga juga
dapat meringankan beban bagi seseorang yang sedang mengalami masalah
masalah serta menyadarkan bahwa masih ada orang lain yang perduli
(Azizah,2011).
5. Bentuk dukungan keluarga
Menurut Hensarling (2009) membedakan empat bentuk dukungan keluarga
diantaranya :
a. Dukungan emosional
Dukungan emosional yaitu bantuan sosial yang melibatkan ungkapan
empati, kepedulian dan perhatian seseorang yang memberikan mereka rasa
nyaman, memiliki dan dicintai oleh sumber dukungan sosial (keluarga)
sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan
ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat
dikontrol.
Memberikan dukungan emosional kepada keluarga termasuk dalam fungsi
afektif keluarga. Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal
keluarga untuk memberikan perlindungan psikososial dan dukungan
terhadap anggotanya. Keluarga berfungsi sebagai sumber cinta,pengakuan,
penghargaan dan memberi dukungan. Terpenuhinya fungsi afektif dalam
keluarga dapat meningkatkan kualitas kemanusiaan, stabilisasi kepribadian
dan perilaku dan harga diri anggota keluarga. Keuarga juga berfungsi
sebagai tempat singgahnya kehangatan, dukungan, cinta dan penerimaan
(friedman, 2003).
b. Dukungan penghargaan
Dukungan penghargaan yaitu bantuan yang diberikan untuk membangun
perasaan berharga, memberikan nilai positif terhadap orang tersebut
13
ditengah keadaan yang kurang mampu, baik secara mental maupun fisik.
Dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri dan
kompetensi.
Menurut Peterson dan Bredow (2004) menyatakan bahwa aspek ini terdiri
dari dukungan peran sosial yang meliputi umpan balik, perbandingan sosial
dan afirmasi (persetujuan). Perawatan pasien DM dilakukan dalam waktu
yang panjang atau dapat dikatakan seumur hidup. Hal tersebut bukan hanya
merubah gaya hidup pasien tetapi juga akan merubah gaya hidup dan
kebiasaan keluarga dan dapat menimbulkan kejenuhan dan stres tersendiri
bagi keluarga yang merawat pasien DM.
c. Dukungan instrumental
Bentuk dukungan instrumental merupakan penyediaan materi yang dapat
memberikan pertolongan langsung seperti peminjaman uang, pemberian
barang, atau pemberian makanan. Bentuk dukungan ini dapat
mengurangi stres karena individu dapat langsung memecahkan
masalahnya yang berhubungan dengan bantuan secara langsung.
Dukungan instrumental sangat diperlukan tertutama dalam mengatasi
masalah dengan lebih mudah.
Menurut Setiadi (2008) dukungan instrumental bertujuan untuk
mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan
dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara
langsung kesulitan yang dihadapi, misalnya dengan menyediakan abatobatan yang dibutuhkan dan lain-lain. Dengan adanya dukungan
instrumentalyang cukup pada pasien DM diharapkan kondisi pasien DM
dapat terjaga dan terkontrol dengan baik sehingga dapat meningkatkan
status kesehatannya.
14
d. Dukungan informatif
Dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran, nasihat, petunjuk,
atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis dukungan
informatif ini dapat menolong individu dalam mengenali dan mengatasi
masalah dengan mudah.
Bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang
dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi
pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang
dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang
mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama. Anggota
keluarga yang sakit jika mendapatkan dukungan informasi yang cukup
akan termotivasi untuk tetap menjaga kondisi kesehatan untuk menjadi
lebih baik. Tentunya diharapkan dengan pengontrolan yang baik
terhadap kondisi kesehatan akan meningkatkan status kesehatan pasien
(Setiadi, 2008).
Dimensi ini penting bagi individu yang memberikan dukungan keluarga
karena menyangkut persepsi tentang keberadaan dan ketepatan dukungan
keluarga bagi seseorang. Dukungan keluarga bukan sekedar menberikan
bantuan, tetapi yang penting adalah bagaimana persepsi sipenerima
terhadap makna bantuan tersebut. Persepsi ini erat hubungannya dengan
ketepatan dukungan yang diberikan. Artinya seseorang yang menerima
dukungan merasakan manfaat bantuan bagi dirinya, karena sesuatu yang
aktual dan memberikan kepuasan (Koentjoro, 2002).
6. Sumber dukungan keluarga
Menurut Kuncoro (2002), ada dua sumber dukungan keluarga yaitu sumber
natural dan sumber artifisial. Dukungan keluarga yang natural diterima
seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan
15
dengan orang-orang yang berada di sekitarnya misalnya anggota keluarga
(anak, istri, suami, dan kerabat) teman dekat atau relasi.
Dukungan keluarga ini bersifat non formal sementara itu dukungan keluarga
artifisial adalah dukungan sosial yang di rancang kedalam kebutuhan primer
seseorang misalnya dukungan keluarga akibat bencana alam melalui
berbagai sumbangan sosial. Sehingga sumber dukungan keluarga natural
memiliki berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan dukungan keluarga
artifisial perbedaan tersebut terletak pada : keberadaan sumber dukungan
keluarga natural bersifat apa adanya tanpa dibuat-buat sehingga lebih mudah
diperoleh dan bersifat spontan, sumber dukungan keluarga yang natural
memiliki kesesuaian dengan nama yang berlaku tentang kapan sesuatu harus
diberikan, sumber dukungan keluarga yang natural berakar dari hubungan
yang telah berakar lama, sumber dukungan keluarga yang natural memiki
keragaman dalam penyampaian dukungan sosial, mulai dari pemberian
barang nyata hingga sekedar menemui seseorang dengan menyampaikan
salam,sumber dukungan keluarga yang natural terbebas dari bebas dan label
psikologis (Setiadi, 2008).
7. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut Ratna (2010) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
efektifitas dukungan keluarga yaitu : 1) Pemberian dukungan lebih efektif
dari orang-orang terdekat yang mempunyai arti dalam hidup individu. Orang
terdekat antara lain orang tua bagi anak, istri atau suami, teman dekat,
saudara, dan tergantung tingkat kedekatan antara keduanya. 2) Penerimaan
dukungan perlu diperhatikan juga karakteristik orang yang menerima
bantuan, kepribadian dan peran sosial penerimaan dukungan. Misalnya
ketika ia menderita sakit dan sering menyendiri di dalam rumah, maka lebih
baik diberikan motivasi dan membangun semangatnya. 3) Waktu pemberi
dukungan, situasi yang tepat hampir sama dengan jenis dukungan, pemberi
16
dukungan harus mempelajari waktu dan tepat. Misalnya ketika berkunjung
kepuskesmas tidak mengganggu waktu istrahat pasien.
B. Pengontrolan Kadar Gula Darah
1. Defenisi Pengontrolan
Pengontrolan kadar gula adalah menjaga kadar gula glukosa darah dalam
kisaran normal seperti bukan pasien DM, sehingga dapat terhindar dari
hiperglikemia atau hipoglikemia (Soegondo, 2009).
Menurut Soegondo (2009) ada 7 tujuan pengontrolan DM yaitu:
menghilangkan gejala, menciptakan dan mempertahankan rasa sehat,
memperbaiki kualitas hidup, mencegah komplikasi akut dan kronik,
mengurangi laju perkembangan komplikasi yang telah ada, mengurangi
kematian dan mengobati penyakit penyerta bila ada.
Untuk mengetahui kadar gula darah terkontrol, tentunya tidak dapat
bergantung pada hilangnya gejala diabetes melitus saja, tetapi harus dengan
pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemantauan kadar glukosa darah dapat
dilakukan dilaboratorium, diklinik saat konsultasi atau dapat dilakukan
sendiri oleh pasien di rumah. Cara mana yang akan dipilih ingin dicapai
bergantung pada tipe diabetes, jenis pengobatan, derajat pengendalian yang
ingin dicapai, usia pasien, kecerdasan dan emosi (Soegondo, 2009).
Menurut Waspadji (2009 ) ada 4 pengendalian yaitu :
1.
Perencanaan makanan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam karbohidrat, protein dan lemak sesuai dengan kecukupan
gizi baik yaitu karbohidrat 45-60 %, protein 10-20% dan lemak 20-25 %.
Menurut Suyono (2009) tujuan penatalaksanaan diet pada diabetes adalah
mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal,
17
mencapai dan mempertahankan lipid mendekati normal, mencegah
komplikasi akut dan kronik serta meningkatkan kualitas hidup. Dalam
membuat perencanaan makanan yang cocok untuk tiap pasien DM, harus
dilakukan individualisasi, disesuaikan dengan cara hidupnya, pola jam
kerjanya,
latar
belakang
kulturnya,
tingkat
pendidikan
dan
penghasilannya.
Menurut Almatsier (2004) tujuan diet Diabetes Mellitus adalah,
membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk
mendapatkan kontrol yang lebih baik, dengan cara :mempertahankan
kadar
gula
glukosa
darah
supaya
mendekati
normal
dengan
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin, dengan obat
penurunan
glukosa
oral
dan
aktivitas
fisik,
mencapai
dan
mempertahankan kadar lipid serum normal, memberi cukup energi untuk
mempertahankan atau mencapai berat badan normal, menghindari dan
menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan insulin seperti
hipoglikemi, komplikasi jangka pendek dan jangka lama serta masalah
yang berhubungan dengan latihan jasmani, meningkatkan derajat
kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
2. Olahraga
Menurut Waspadji (2009) bahwa olahraga yang teratur (3-4 kali
seminggu) selama kurang lebih 10 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE
(countinuous, rhythmical, interval, progressive, endurance trainng).
Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal
(220-umur), disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit
penyerta dan dapat mempermudah penurunan berat badan serta
mengurangi kadar lemak dalam darah. Olahraga sangat efekti dalam
pengurangan kebutuhan badan akan insulin bagi diabetes.
18
Manfaat olah raga bagi diabetisi yaitu penurunan kadar glukosa darah,
mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan
terjadinya komplikasi, keadaan-keadaan ini dapat mengurangi resiko
penyakit jantung koroner (PJK) dan meningkatkan kualitas hidup
diabetisi dan meningkatkan kerja serta memberikan keuntungan secara
psikologis (Ilyas, 1996).
3. Obat Antidiabetika Oral
Menurut Tjokprawiro (2002) ada 3 obat antidiabetes (OAD) yang ada di
Indonesia yaitu :
a.
Tipe I (Short Acting) Jenis ini memiliki paruh waktu sekitar 4 jam,
daya kerjanya cepat, diberikan 1-3 kali sehari (pagi-siangsore).yang termasuk kelompok ini adalah : rastinon, orinase,
nadisan, dymelor, tolynase, glymidine.
b.
Tipe 2 (Intermediate Acting)Memiliki paruh waktu antara 5-8 jam,
diberikan 1-2 kali sehari (pagi dan siang jangan pagi dan sore)
apabila diberikan cukup sekali sehari, berikanlah pada pagi hari
saja.Termasuk golongan ini adalah glibenclamide (euglukon,
daonil), Golongan gliclazide (diamicron), Golongan gliquidone
(glurenorm) dan golongan glipizide (minidiab).
c.
Tipe 3 (Long Acting) Mempunyai paruh waktu antara 24-36 jam,
diberikan sekali saja setiap pagi jangan diberikan dalam dosis
terbagi.
4. Penyuluhan
Penyuluhan
untuk
rencana
pengelolaan
sangat
penting
untuk
mendapaatkan hasil yang maksimal. Edukasi diabetes adalah pendidikan
dan pelatihan mengenai sikap dan ketrampilan bagi pasien diabetes yang
bertujuan
menunjang
perubahan
perilaku
untuk
meningkatkan
pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai
19
keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas
hidup yang lebih baik (Suyono, 2009).
Menurut Basuki (2009) tujuan penyuluhan atau pendidikan adalah
perubahan perilaku penyandang diabetes dan meningkatnya kepatuhan
yang selanjutnya akan meningkatkan kualitas hidup, diantaranya:
meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap, mengubah perilaku serta
meningkatkan kepatuhan dan meningkatkan kualitas hidup.
2. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengendalian kadar gula darah:
a. Faktor demografi meliputi : jumlah penduduk, penduduk berumur diatas
40 tahun dan urbanisasi.
b. Gaya hidup meliputi : penghasilan percapita tinggi (percapita income
tinggi), restoran siap makan dan sedentary life.
c. Faktor pengetahuan diit : Diperlukan pengertian dan pengetahuan diit DM
tentang maksud dan tujuan diit untuk mengendalikan gula darah sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhannya.
d. Sikap responden terhadap pengelolaan Diabetes Melitus.
Hasil diabetes control and complication tial (DCCT) menunjukkan bahwa
pengendalian DM yang baik dapat mengurangi komplikasi kronik DM antara 2030 %.Untuk itu dalam pengelolaan DM harus mempunyai kriteria pengendalian
yang ingin kita capai.Pengontrolan glukosa darah pada penderita DM dilihat dari
dua hal yaitu glukosa darah sesaat dan glukosa darah jangka panjang.
Pemantauan glukosa darah sesaat dilihat dari glukosa darah puasa dan 2 jam PP,
sedangkan pengontrolan glukosa darah jangka panjang dapat dilakukan dengan
pemeriksaan HbA1c (Sarwono, 2009).
Menurut Kaufman (1989) olah raga pada diabetesi dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan glukosa oleh otot yang aktif, sehingga secara langsung
20
olah raga dapat menyebabkan penurunan kadar glukosa darah. Dan hasil
penelitian Allen bahwa olah raga aerobik yang teratur akan mengurangi
kebutuhan insulin sebesar 30-50% pada diabetes tipe 1 yang terkontrol dengan
baik. Pada diabetes tipe 2 yang dikombinasikan dengan penurunan BB akan
mengurangi kebutuhan insulin hingga 100%.
Pencegahan perlu dilakukan oleh penderita supaya tidak terjadi komplikasi dan
kematian. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh penderita dengan mengontrol
kadar gula darah tetap stabil dan tidak melebihi batas normal (Sugiarto,
2013).Pengontrolan gula darah merupakan cara yang dapat dilakukan karena
menurut ilmu kedokteran bahwa penderita DM tidak akan pernah sembuh dari
penyakitnya dan penyakit DM merupakan penyakit yang dibawa seumur hidup.
Terkontrolnya kadar gula darah tergantung pada penderita itu sendiri (Taylor,
2006).Upaya pencegahan dan pengontrolan perilaku perlu dilakukan oleh
penderita.
3. Sasaran Pengontrolan Gula Darah
a. Kadar gula darah sebelum makan 80-120mg/dl
b. Kadar gula darah 2 jam sesudah makan < 140mg/dl
c. Kadar HbA1c < 6%
C. Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Pengontrolan Kadar Gula Darah
Diabetes
mellitus
adalahpenyakitdimanakadarguladalamdarahmengalamipeningkatanmelebihibata
s normal karenapankreas yang tidakmampulagiuntukmemproduksi insulin.
World Health Organization (WHO) tahun 2003, terdapatlebihdari 200 juta orang
dengan diabetes di dunia. Diabetes mellitusmenduduki peringkat ke-6 sebagai
penyebab kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat diabetes dan 4%
meninggal sebelum usia 70 tahun. Pada Tahun 2030 diperkirakan diabetes
mellitus menempati urutan ke-7 penyebab kematian dunia. Padatahun 2000 di
Indonesia
terdapat
8,4jutapenderita
diabetes,
21
diperkirakanakanmengalamipeningkatanmenjadi 21,3 jutapenderitapada tahun
2030
(Soegondo,
2009).
inimembutuhkanperawatan
Olehkarenaitu,
yang
penyakit
diabetes
mellitus
baikdantepatgunamembantu
proses
penyembuhanpenderitanya.
Kadar gula darah yang meningkat melebihi batas normal pada penyakit diabetes
sering menimbulkan komplikasi kardiovaskuler. Komplikasi diabetes antaralain
seperti penyakit pembuluh koroner (jantung koroner), pembuluh darah
perifer,gangrene diabetic, neuropatic diabetic (gangguan pada pembuluh saraf),
dan katarak.Komplikasi yang terjadi pada penderita diabetes ini menjadikan
penyebab kematianterbesar ke empat di dunia (Taylor, 2006).
Dukungan pasangan dipercaya dapat membantu para penderita untuk
menghadapi penyakit yang dideritanya, dalam hal ini penyakit diabetes
mellitus.Menurut Sarafino (dalam Smet, 1994), dukungan yang diberikan dapat
diwujudkan dalam beberapa bentuk antara lain dukungan emosi antara lain
perkataan yang baik dan lembut. Pasangan yang berkeluarga memberikan
bujukan atau rayuan kepada penderita untuk menaati saran dari dokter seperti
menaati diet atau minum obat-obat penurun gula darah.
Beberapapenelitian
yang
berkaitantentangpengetahuandandukungankeluargaterhadapkepatuhanpasienyait
uolehNorhayati
(2011)
denganjudulpenelitianhubunganpengetahuandansikapkeluargaterhadaptindakand
ukungan
control
guladarahpadapenderita
diabetes
mellitus
di
kabupatenponorogo.Daripenelitiantersebutmenunjukanbahwaadahubunganantara
tindakandukungan control guladarahdenganpengetahuan, tindakandukungan
control
guladarahdengansikap,
dukunganolahragadengansikap,
dukunganolahragadenganpengetahuan,
minumobatdenganpengetahuan,
danminumobatdengansikap.Kesimpulandalampenelitianiniadalahpengetahuanda
22
nsikapkeluargamemberikanpengaruhterhadaptindakandukungan
control
guladarahpadapenderita Diabetes Mellitus.
Hasil studi pendahuluan penelitian di Puskesmas Purwokerto Utara II yang
wilayah kerjanya berada di Kelurahan Sumampir, Kelurahan Gerendeng,
Kelurahan Karangwangkal, dan Kelurahan Pabuaran menunjukkan angka
penderita diabetes melitus sejak bulan Agustus hingga September sejumlah 62
orang dengan kunjungan sebanyak 91 kali terhitung sejak bulan Juni hingga
September. Berdasarkan hasil wawancara oleh petugas Puskesmas Purwokerto
Utara II penderita Diabetes Melitus datang hampir tiap bulan atau dua bulan
sekali untuk melakukan pengecekan gula darah, pengobatan, dan cek
laboratorium. Pelayanan yang biasanya diberikan hanyalah kepada penderita
diabetes melitus saja
tanpa mengikutsertakan keluarga
di
dalamnya.
Karakteristik pasien diabetes melitus berdasarkan wawancara oleh petugas
puskesmas adalah pasien dengan sosial ekonomi yang rendah, komplikasi yang
telah banyak menyertai pasien diabetes melitus, serta usia yang telah lanjut.
C. Kerangka Konsep
Skema 2.1
Kerangka Konsep
a. Hipotesa
Dukungan keluarga pada
pasien Diabetes Melitus
Pengontrolan kadar gula
darah pada pasien Diabetes
Melitus
D. Hipotesa
Ada Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pengontrolan Kadar Gula Darah
pada Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Mandala Medan.
Download