Bab I MEGAPOLITAN - Perpustakaan Digital ITB

advertisement
1
Bab I Pendahuluan
I.1. Latar Belakang
Identifikasi merupakan langkah strategis dalam menyukseskan suatu pekerjaan.
(Supriadi,
2007).
Tujuan
pemerintah
dalam
rangka
penertiban
dan
pendayagunaan tanah terlantar dapat terwujud, salah satunya bila data tanah
terlantar cukup akurat. Metode identifikasi yang murah, cepat, mudah dan
menghasilkan data yang akurat merupakan salah satu cara untuk dapat
mewujudkan tujuan tersebut.
Identifikasi tanah HGB terlantar yang telah dilakukan menggunakan peta yang
belum memiliki informasi bangunan. Informasi bangunan diperoleh melalui
survei lapangan. Untuk menjangkau seluruh obyek hak atas tanah dengan masingmasing sifat dan tujuan pemberian haknya, survey lapangan dirasakan masih
lamban. Survey lapangan selain prosesnya memakan waktu lama, juga
memerlukan sumber daya manusia yang tidak sedikit dan biaya yang besar.
Terlebih lagi untuk obyek hak atas tanah dengan areal yang luas seperti Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan
(perumahan, Industri, pariwisata) dan Hak
pengelolaan, kegiatan identifikasi akan membutuhkan waktu, tenaga dan biaya
yang cukup besar. Akibatnya diduga masih banyak terdapat tanah terlantar yang
belum teridentifikasi. ( Usep Setiawan, 2007).
Menurut data Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia ( BPN-RI), pada
tahun 2006 ( per juni ) di Indonesia terdapat tanah terlantar meliputi luas
1.218.554,7300 Ha dan pada tahun 2007 ( per juni ) seluas 1.578.915,0620 Ha.
Data tanah terlantar yang telah diidentifikasi kurang akurat sehingga pemanfaatan
tanah dalam mewujudkan penertiban dan pendayagunaan tanah sebagai
diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 36 tahun 1998 belum dapat
dilaksanakan. Hal ini juga terjadi karena kurangnya biaya dalam proses penetapan
tanah terlantar. ( Ida Rafni, 2005).
2
Pemanfaatan citra satelit dan data penginderaan jauh untuk tujuan identifikasi
obyek di permukaan bumi dan untuk kepentingan survei dan pemetaan telah lama
diterapkan di dunia. Di Indonesia, penggunaan data penginderaan jauh untuk
survey pemetaan sumberdaya telah dimulai pada awal tahun 1970-an
(Danoedoro,1996).
Citra menyediakan bukti dari kondisi saat pengambilan, sehingga dapat digunakan
untuk investigasi sejarah ketika foto tersebut dibuat, selain itu juga menyediakan
fakta yang tidak biasa yaitu melalui interpretasi, yang dapat disimpulkan dari
tutupan vegetasi, tata guna lahan, hidrologi dan kondisi lingkungan.( Peter F.
Dale, John D. McLaughlin, 1988).
I.2. Perumusan Masalah
I.2.1. Identifikasi masalah
Identifikasi tanah terlantar saat ini, dilaksanakan
sesuai pedoman teknis
pelaksanaan Peraturan Pemerintah nomor 36 tahun 1998 tentang penertiban dan
pendayagunaan tanah terlantar. Peta yang digunakan adalah peta yang belum
memiliki informasi bangunan. Informasi bangunan diperoleh melalui survey
lapangan. Peninjauan lokasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran sepenuhnya
mengenai penggunaan tanah, penguasaan tanah dan pemenuhan kewajiban oleh
pemegang hak atas tanah sebagaimana tercantum dalam surat keputusan hak atas
tanah. HGB perumahan diduga terlantar bila tanah tidak digunakan sesuai dengan
sifat dan tujuan pemberian haknya yaitu untuk mendirikan bangunan.
Perlu dilakukan pengembangan metode untuk mempercepat identifikasi terhadap
tanah terlantar yang lebih mudah, murah, cepat dan menghasilkan data yang lebih
akurat. Pengembangan metode identifikasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan
citra penginderaan jauh yang telah lama digunakan untuk tujuan identifikasi
obyek dipermukaan bumi.(Danoedoro,1996). Citra menyediakan bukti dari
kondisi saat pengambilan, sehingga dapat digunakan untuk investigasi sejarah
3
ketika foto tersebut dibuat, selain itu juga menyediakan fakta yang tidak biasa
yaitu melalui interpretasi, yang dapat disimpulkan dari tutupan vegetasi, tata guna
lahan, hidrologi dan kondisi lingkungan.( Peter F. Dale, John D. McLaughlin,
1988).
Teknologi penginderaan jauh dibidang citra satelit semakin berkembang.
Teknologi ini menghasilkan data spasial dengan berbagai kualitas baik dari aspek
resolusi spasial, temporal, spektral maupun radiometrik. Beberapa perusahaan
komersial telah meluncurkan satelit penginderaan jauh dengan resolusi tinggi
pada akhir 1990 an, seperti EarlyBird (resolusi 3 meter) , Ikonos (resolusi 1 meter
/ 4 meter) dan QuickBird (resolusi 0,6 meter / 2,44 meter). (Departemen
Kehutanan RI dan Bakosurtanal, 2004).
Citra quickbird merupakan citra dengan resolusi tinggi yang menggambarkan
suatu wilayah yang sebenarnya sampai ketelitian 60 – 70 cm untuk pancromatik
(Hitam dan Putih) dan 2,4 – 2,8 m untuk multispectral. Satelit quickbird mampu
mengumpulkan data permukaan bumi dengan luas sapuan 16,5 km x 16,5 km.
(Digital Globe, 2002).
Mengacu pada perkembangan teknologi penginderaan jauh dan keunggulan
resolusi citra quickbird maka dalam penelitian ini akan menggunakan citra
Quickbird untuk identifikasi tanah terlantar HGB perumahan. Bagaimana proses
identifikasi menggunakan citra quickbird ? Bagaimana hasilnya ?
I.2.2. Batasan masalah
Dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana proses dan hasil menggunakan
citra
quickbird
dilakukan
dengan
merancang
usulan
metode
dan
membandingkannya dengan metode yang sudah ada (sesuai pedoman teknis
pelaksanaan Peraturan Pemerintah nomor 36 tahun 1998 tentang penertiban dan
pendayagunaan tanah terlantar), dengan batasan sebagai berikut :
4
a. Citra quickbird diasumsikan sudah benar karena telah dikoreksi dan
diproyeksikan dalam sistem proyeksi TM 3°.
b. Wilayah studi kasus dibatasi diwilayah Kecamatan Pacet dan Sukaresmi
Kabupaten Cianjur.
I.2.3. Rumusan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah serta batasan masalah maka dirumuskan
masalah penelitian, seberapa manfaat citra quickbird untuk identifikasi tanah
terlantar HGB perumahan?
I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah menghasilkan analisis perbandingan metode usulan
dengan metode yang ada, meliputi :
1. Perbandingan proses identifikasi.
2. Perbandingan hasil identifikasi.
I.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat akademis maupun praktis yaitu :
a. Manfaat akademis, penerapan metode interpretasi citra secara visual untuk
identifikasi tanah terlantar HGB perumahan .
b. Manfaat praktis, pemanfaatan metode usulan dengan Citra QuickBird
dapat digunakan sebagai salah satu metode identifikasi tanah terlantar
HGB perumahan..
I.5. Metodologi Penelitian
Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan kegiatan, meliputi persiapan,
pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan kesimpulan, seperti pada gambar
I.1 dengan penjelasan sebagai berikut :
5
Gambar I.1. Metodologi penelitian
a. Persiapan
Tahap ini meliputi studi literatur, penyusunan proposal, desain riset
dan
penentuan lokasi penelitian. Studi literatur yakni mengumpulkan dan
mendapatkan informasi yang diperlukan berkenaan dengan topik penelitian
serta terhadap penelitian-penelitian sejenis sebelumnya, hal ini untuk
memperdalam dan memperluas wawasan serta menambah informasi yang
berkaitan dengan topik penelitian.
b. Pengumpulan data
Tahap ini dilakukan pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
antara lain :
1) Peta bidang HGB skala 1 : 1000 dalam bentuk analog yang diperoleh dari
kantor pertanahan kabupaten Cianjur dan telah dilakukan identifikasi serta
mendapat rekomendasi ”diduga terlantar”.
2) Peta rencana penggunaan tanah /site plan HGB skala 1 : 1000 dalam
bentuk analog yang diperoleh dari kantor pertanahan kabupaten Cianjur.
6
3) Peta Citra Quickbird skala 1 : 2500 dalam bentuk digital yang diperoleh
dari kantor pertanahan kabupaten Cianjur hasil pemotretan tahun 2003
dalam sistem koordinat TM3.
4) Data tanah terlantar pada Kantor Pertanahan Kabupaten Cianjur yang
diperoleh dari hasil kegiatan Pengendalian Penggunaan dan Pemanfaatan
Tanah Hak Atas Tanah Sekala Besar di Kabupaten Cianjur oleh Deputi
Bidang Pengendalian Pertanahan dan Pemberdayaan Masyarakat BPN
pada tahun 2004.
c. Pengolahan data
1) Dari data tanah terlantar hasil identifikasi kantor, diperoleh tahapan
pelaksanaan identifikasi dan hasil identifikasi.
2) Dari Peta bidang HGB dan Peta rencana penggunaan tanah /site plan
HGB, dilakukan penyiaman (scanning). Hasil scanning dilakukan digitasi
pada layar (on screen) dengan bantuan software autodesk map 2004
sehingga diperoleh batas bidang tanah HGB dan rencana penggunaan / site
plan HGB .
3) Dari peta citra setelah dilakukan pemotongan dan penajaman dengan
menggunakan software Global Mapper 8, di lakukan interpretasi secara
visual, diperoleh tutupan lahan tanah permukiman dan tanah terbuka serta
penggunaan lahan pada bidang HGB.
Berdasarkan hasil pengolahan data disusun tahapan pelaksanaan identifikasi
menggunakan citra quickbird.
d. Analisis hasil penelitian
Analisis hasil penelitian dilakukan dengan membandingkan tahapan
pelaksanaan dan hasil prosedur usulan dengan tahapan pelaksanaan dan hasil
prosedur yang ada saat ini.
7
e. Kesimpulan
Pada tahap akhir dilakukan pengambilan kesimpulan yang merupakan
perumusan dari hasil penelitian. Selain itu disampaikan saran-saran .
I.6. Sistematika Penulisan
Penulisan tesis ini dibagi menjadi 5 (lima) bab sebagai berikut :
a. Bab I
masalah
Pendahuluan, berisikan latar belakang penelitian, perumusan
penelitian,
tujuan
penelitian,
manfaat
penelitian,
dan
metodologi penelitian
b. Bab II Tinjauan Pustaka, penelitian terdahulu dan teori teori yang
mendukung
c. Bab III Pelaksanaan Penelitian, memuat kerangka pikir, pengumpulan
data dan pengolahan data.
d. Bab IV Hasil dan Pembahasan, memuat analisis perbandingan proses
dan analisis perbandingan hasil
e. Bab V Kesimpulan dan saran
Download