BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Pada bagian ini akan disajikan statistik deskriptif dari variabel independen maupun variabel dependen. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur modal, Ukuran perusahaan, Pertumbuhan asset, dan Profitabilitas. Data yang digunakan dalam penelitian ini untuk masingmasing variabel berjumlah 63 yang diperoleh dari 21 perusahaan dikalikan periode tahun pengamatan (3 tahun). Berikut ini adalah hasil statistik deskriptif dari data yang digunakan dalam penelitian ini: Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Sumber: Data sekunder yang diolah Rasio Struktur modal yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) yang merupakan rasio total hutang dengan total ekuitas perusahaan menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,8956. Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki hutang sebesar 0,8956 kali lebih besar dari modal sendiri (ekuitas) yang dimiliki perusahaan. Nilai minimum dari variabel 41 42 struktur modal adalah sebesar 0,0472 yang terdapat pada PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk tahun 2009 dan berarti bahwa perusahaan tersebut hanya memiliki hutang sebesar 0,0472 kali dari modal sendiri, sedangkan nilai maksimum struktur modal sebesar 3,8275 terdapat pada PT Duta Anggada Realty Tbk tahun 2009 dan berarti bahwa perusahaan tersebut hanya memiliki hutang sebesar 3,8275 kali dari modal sendiri. Ukuran perusahaan yang merupakan Log natural dari Total Asset menunjukkan rata-rata sebesar 25,7824, sedangkan nilai maksimumnya adalah 30,1544 yang terdapat pada PT Alam Sutera Realty Tbk tahun 2010 dan nilai minimumnya 21,0699 terdapat pada PT Lippo Cikarang Tbk tahun 2009. Pertumbuhan asset menunjukkan rata-rata sebesar 0,1166; sedangkan nilai maksimumnya adalah 0,4719 terdapat pada PT Bakrieland Development Tbk tahun 2010 dan nilai minimumnya sebesar -0,1930 terdapat pada PT Lippo Karawaci Tbk tahun 2009. Rasio profitabilitas yang diukur dengan Return On Asset (ROA) menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,0636. Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel mampu mendapatkan laba bersih sebesar 6,36% dari total asset yang dimiliki perusahaan dalam satu periode. Nilai minimum yaitu sebesar 0,0003 terdapat pada PT Suryainti Permata Tbk tahun 2010 yang berarti perusahaan tersebut merupakan sampel terendah yang hanya mendapatkan laba bersih dari seluruh total asset yang dimiliki sebesar 0,03% dan nilai maksimum diketahui sebesar 0,2429 terdapat pada PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk tahun 2009 yang berarti perusahaan tersebut merupakan 43 sampel tertinggi yang mendapatkan laba bersih dari seluruh total asset yang dimiliki sebesar 24,29%. B. Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah apabila keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Kriteria pengambilan keputusan yaitu: 1. Jika nilai signifikansi > 0,05, maka data terdistribusi normal 2. Jika nilai signifikansi < 0,05, maka data tidak terdistribusi normal Hasil uji normalitas disajikan pada gambar berikut ini: Tabel 4.2 Uji Normalitas Sumber : Data sekunder yang diolah Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa masing-masing variabel memiliki nilai signifikan > 0,05 Yaitu Struktur Modal (0.192), Ukuran Perusahaan (0.300), Pertumbuhan Aset (0.661) dan Profitabilitas (0.134), 44 maka data ke empat variabel tersebut dapat disimpulkan terdistribusi normal. C. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinearitas. Dasar pengambilan keputusannya, dimana nilai cut off untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan niali VIF > 10. Dari output dapat diketahui hasil uji Multikolinearitas sebagai berikut: Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas Sumber : Data sekunder yang diolah Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai tolerance untuk ketiga variabel tersebut yaitu Ukuran Perusahaan (0.767), Pertumbuhan Asset (0.942) dan Profitabilitas (0.754) lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10. Dengan ini maka dapat multikolinearitas pada model regresi. disimpulkan bahwa tidak terjadi 45 2. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mendeteksi gejala autokorelasi digunakan uji Durbin Watson. Uji ini akan menghasilkan nilai d, yang akan menentukan ada tidaknya autokorelasi dalam model regresi pada batas-batas tertentu. Hipotesis yang diuji adalah: Ho : tidak ada autokorelasi (r = 0) Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0) Keputusan ada tidaknya autokorelasi: a. Jika 0 < d < dl : Tolak Ho b. Jika dl ≤ d ≤ du : Pengujian tidak meyakinkan c. Jika 4 – dl < d < 4 : Tolak Ho d. Jika 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl : Pengujian tidak meyakinkan e. Jika du < d < 4 – du : Tidak menolak Ho Hasil uji Durbin Watson disajikan sebagai berikut: Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Sumber : Data sekunder yang diolah 46 Berdasarkan hasil pengujian pada tabel di atas dimana pada hasil tersebut diperoleh nilai DW sebesar 1,974. Sedangkan nilai dL dan dU dicari pada table Durbin Watson dengan N = 63 dan K = 3. Didapat nilai dL yaitu sebesar 1,480 dan dU sebesar 1,689. Oleh karena nilai DW 1,974 lebih besar dari batas atas (dU) 1,689 dan kurang dari 4-dU (4 - 1,689 = 2,311), maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak mengandung autokorelasi. 3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedestisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pangamatan lain. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID) ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara ZPRED dan SRESID di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual. Jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi masalah heterokedastisitas. 47 Hasil uji heteroskedastisitas disajikan pada gambar berikut: Sumber : Data sekunder yang diolah Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan gambar di atas, terlihat titik-titik menyebar secara acak baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, dan juga tidak membentuk suatu pola tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini terbebas dari masalah heteroskedastisitas. D. Analisis Regresi dan Hasil Pengujian Hipotesis 1. Analisis Regresi Analisis regresi digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara dua variabel atau lebih, atau bisa juga digunakan untuk prediksi (peramalan) antara satu variabel dengan variabel lainnya. Dalam penelitian ini, analisis regresi yang digunakan yaitu regresi linier berganda. 48 Analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisa pengaruh antara ukuran perusahaan, pertumbuhan aset, dan profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI. Bentuk umum persamaan regresi linier berganda dengan tiga variabel independen yaitu sebagai berikut: Y = a + β 1X1 + β 2X2 + β 3X3 + e Keterangan: Y : Struktur modal X1 : Ukuran perusahaan X2 : Pertumbuhan X3 : Profitabilitas β 1-3 : koefisien regresi e : eror term (nilainya 0) aset Hasil yang diperoleh setelah data diolah dengan bantuan program SPSS disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Sumber : Data sekunder yang diolah 49 Persamaan regresinya sebagai berikut: Y = -0,819 + 0,072X1 + 0,402X2 – 2,809X3 Persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Konstanta sebesar -0,819; artinya jika variabel ukuran perusahaan, pertumbuhan aset, dan profitabilitas nilainya adalah 0, maka besarnya struktur modal (Y) nilainya negatif sebesar -0,819. b. Koefisien regresi variabel ukuran perusahaan (X1) sebesar 0,072; artinya setiap peningkatan ukuran perusahaan sebesar 100 %, maka akan meningkatkan struktur modal sebesar 7,2 % dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. c. Koefisien regresi variabel pertumbuhan aset (X2) sebesar 0,402; artinya setiap peningkatan pertumbuhan aset sebesar 100 %, maka akan meningkatkan struktur modal sebesar 40,2 % dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. d. Koefisien regresi variabel profitabilitas (X3) sebesar -2,809; artinya setiap peningkatan profitabilitas sebesar 100 %, maka akan menurunkan struktur modal sebesar 280,9 % dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. 2. Hasil pengujian hipotesis secara simultan (uji F) Pengujian hipotesis uji F digunakan untuk melihat apakah secara keseluruhan variabel bebas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat. 50 Hasil uji F yang diperoleh setelah data diolah disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.6 Hasil Uji F (Koefisien Regresi Secara Simultan) Sumber: Data sekunder yang diolah Tahap-tahap untuk melakukan uji F sebagai berikut: a. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya H0 : β1, β2, β3 = 0 (Artinya ukuran perusahaan, pertumbuhan aset, dan profitabilitas secara simultan tidak berpengaruh terhadap struktur modal). Ha : β1, β2, β3 ≠ 0 (Artinya ukuran perusahaan, pertumbuhan aset, dan profitabilitas secara simultan berpengaruh terhadap struktur modal). b. Menentukan tingkat signifikansi Tingkat signifikansi menggunakan 0,05 c. Menentukan F hitung Berdasarkan tabel di atas diperoleh F hitung sebesar 7,876 51 d. Menentukan F tabel Nilai F tabel dapat dilihat pada tabel statistik (lihat lampiran), dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05, dengan df 1 (jumlah variabel –1) = 3, dan df 2 (n-k-1) = 59. K adalah jumlah variabel independen. Hasil diperoleh untuk F tabel sebesar 2,761. e. Kriteria pengujian - Ho diterima bila F hitung ≤ F tabel - Ho ditolak bila F hitung > F tabel f. Membandingkan thitung dengan ttabel. Nilai F hitung > F tabel (7,876 > 2,761), maka Ho ditolak g. Gambar Ho ditolak Ho diterima + 2,761 7,876 Gambar 4.2 Daerah Penentuan Ho pada uji F h. Membuat kesimpulan Karena F hitung > F tabel (7,876 > 2,761), maka Ho ditolak, artinya bahwa ukuran perusahaan, pertumbuhan aset, dan profitabilitas secara simultan berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI. 52 3. Hasil pengujian hipotesis secara parsial (uji t) Uji t pada dasarnya digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen secara parsial. Hasil uji t yang diperoleh disajikan sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil uji t (uji secara parsial) Sumber : Data sekunder yang diolah Berikut prosedur pengujian masing-masing variabel independen: a. Pengujian terhadap koefisien variabel Ukuran perusahaan (β1) Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: 1) Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif H0 : β1 = 0 (Ukuran perusahaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap struktur modal). Ha : β1 ≠ 0 (Ukuran perusahaan secara terhadap struktur modal). parsial berpengaruh 53 2) Menentukan tingkat signifikansi Tingkat signifikansi menggunakan 0,05 3) Menentukan t hitung Berdasarkan tabel di atas diperoleh t hitung sebesar 2,514 4) Menentukan t tabel dengan menggunakan α = 0,05 Nilai t table dapat dilihat pada tabel statistik (lihat pada lampiran) pada α = 0,05 : 2 = 0,025 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 63-3-1 = 59. Dengan pengujian 2 sisi hasil diperoleh untuk ttabel sebesar +2,001 / -2,001. 5) Kriteria pengujian Ho diterima bila -t hitung ≥ -t tabel atau t hitung ≤ t tabel Ho ditolak bila -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel 6) Membandingkan thitung dengan ttabel Nilai thitung > ttabel (2,514 > 2,001), maka Ho ditolak 7) Membuat kesimpulan Oleh karena nilai thitung > ttabel (2,514 > 2,001), maka Ho ditolak, artinya bahwa ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI. Nilai t hitung positif menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal, artinya jika ukuran perusahaan meningkat maka struktur modal juga meningkat. 54 b. Pengujian terhadap koefisien variabel Pertumbuhan aset (β 2) Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: 1) Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif Ho : β 2 = 0 (Pertumbuhan aset secara parsial tidak berpengaruh terhadap struktur modal). Ha : β 2 ≠ 0 (Pertumbuhan aset secara parsial berpengaruh terhadap struktur modal). 2) Menentukan tingkat signifikansi Tingkat signifikansi menggunakan 0,05 3) Menentukan t hitung Berdasarkan tabel di atas diperoleh t hitung sebesar 0,708 4) Menentukan t tabel dengan menggunakan α = 0,05 Nilai t tabel dapat dilihat pada tabel statistik (lihat pada lampiran) pada α = 0,05 : 2 = 0,025 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 63-3-1 = 59. Dengan pengujian 2 sisi hasil diperoleh untuk ttabel sebesar +2,001 / -2,001. 5) Kriteria pengujian Ho diterima bila -t hitung ≥ -t tabel atau t hitung ≤ t tabel Ho ditolak bila -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel 6) Membandingkan thitung dengan ttabel Nilai thitung < ttabel (0,708 < 2,001), maka Ho diterima 55 7) Membuat kesimpulan Oleh karena nilai thitung < ttabel (0,708 < 2,001), maka Ho diterima, artinya bahwa pertumbuhan aset secara parsial tidak berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI. c. Pengujian terhadap koefisien variabel Profitabilitas (β 3) Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: 1) Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif Ho : β 3 = 0 (Profitabilitas secara parsial tidak berpengaruh terhadap struktur modal). Ha : β 3 ≠ 0 (Profitabilitas secara parsial berpengaruh terhadap struktur modal). 2) Menentukan tingkat signifikansi Tingkat signifikansi menggunakan 0,05 3) Menentukan t hitung Berdasarkan tabel di atas diperoleh t hitung sebesar -2,189 4) Menentukan t tabel dengan menggunakan α = 0,05 Nilai t tabel dapat dilihat pada tabel statistik (lihat pada lampiran) pada α = 0,05 : 2 = 0,025 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 63-3-1 = 59. Dengan pengujian 2 sisi hasil diperoleh untuk ttabel sebesar +2,001 / -2,001. 5) Kriteria pengujian 56 Ho diterima bila -t hitung ≥ -t tabel atau t hitung ≤ t tabel Ho ditolak bila -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel 6) Membandingkan thitung dengan ttabel Nilai -thitung < -ttabel (-2,189 < -2,001), maka Ho ditolak 7) Membuat kesimpulan Oleh karena nilai -thitung < -ttabel (-2,189 < -2,001), maka Ho ditolak, artinya bahwa profitabilitas secara parsial berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI. Nilai t hitung negatif menunjukkan profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal, artinya jika profitabilitas meningkat maka struktur modal akan menurun, begitu juga sebaliknya. 4. Hasil pengujian koefisien determinasi (Adjusted R2) Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel-variabel dependen. Nilai koefisien adalah antara nol sampai dengan satu dan ditunjukkan dengan nilai adjusted R2. Hasil analisis determinasi (Adjusted R2) yang diperoleh setelah data diolah disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.8 Hasil Analisis Koefisien Determinasi 57 Sumber: Data sekunder diolah Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai Adjusted R2 sebesar 0,250 (25%). Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel independen yang digunakan dalam model (ukuran perusahaan, pertumbuhan aset, dan profitabilitas) mampu menjelaskan sebesar 25% variasi variabel struktur modal. Sedangkan sisanya sebesar 75% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. E. Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal dapat dijelaskan oleh ukuran perusahaan, pertumbuhan aset, dan profitabilitas. Dari ketiga variabel tersebut, ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal dengan arah positif, lalu pertumbuhan aset tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal dengan arah negatif. Penjelasan dari masing-masing variabel sebagai berikut: 1. Ukuran Perusahaan Pengujian terhadap variabel ukuran perusahaan menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Kartini dan Tulus 58 (2008) yang menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap struktur modal. Hal ini karena perusahaan kecil akan cenderung memiliki biaya modal sendiri dan biaya utang jangka pendek yang lebih tinggi daripada perusahaan besar. Maka perusahaan kecil akan cenderung menyukai utang jangka pendek dari pada utang jangka panjang karena biayanya lebih rendah. Demikian juga dengan perusahaan besar akan cenderung memiliki sumber pendanaan yang kuat, sehingga lebih cenderung untuk memilih utang jangka panjang. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan modal asing apabila modal sendiri tidak mencukupi (Abdul, 2007). Dengan demikian ukuran perusahaan akan memiliki pengaruh yang positif terhadap struktur modal. 2. Pertumbuhan aset Pengujian terhadap variabel pertumbuhan aset menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan aset tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian dari Kartini dan Tulus (2008) yang menunjukkan hasil bahwa pertumbuhan aset mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap struktur modal. Hal ini bisa disebabkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan aset yang tinggi belum tentu akan lebih banyak menggunakan utang dalam struktur modalnya dari pada perusahaan yang pertumbuhan asetnya rendah, karena pertumbuhan asset 59 belum tentu dapat menjamin aliran kas yang lancar untuk pembayaran utang dalam struktur modalnya tersebut. 3. Profitabilitas Pengujian terhadap variabel profitabilitas menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Penelitian ini didukung hasil penelitian dari Hendri dan Sutapa (2006) yang menunjukkan bahwa profitabilitas secara signifikan berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Hal ini dikarenakan pada umumnya perusahaanperusahaan yang memiliki tingkat keuntungan tinggi menggunakan utang yang relatif kecil. Tingkat keuntungan yang tinggi memungkinkan mereka untuk memperoleh sebagian besar pendanaan dari laba ditahan (Lukas, 2008). Dalam hal ini perusahaan akan cenderung memilih laba ditahan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi ROA, maka semakin kecil proporsi utang di dalam struktur modal perusahaan. Adanya biaya-biaya seperti biaya asimetri informasi dan biaya kebangkrutan pada penggunaan dana eksternal menyebabkan penggunaan dana milik sendiri (laba ditahan) oleh perusahaan dianggap lebih murah. Karena itu perusahaan yang mampu mendapatkan keuntungan yang tinggi (profitable) akan cenderung banyak memanfaatkan dana sendiri untuk keperluan investasi. Tingkat utang perusahaan yang 60 profitable dengan demikian akan semakin rendah. Jadi tingkat utang dan tingkat profitabilitas, yang sama-sama diukur dengan aktiva, dianggap berhubungan negatif.