iii DEATH ROW PHENOMENON

advertisement
DEATH ROW PHENOMENON BERDASARKAN HUKUM HAK
ASASI MANUSIA INTERNASIONAL DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PENERAPAN PIDANA MATI DI INDONESIA
John Paul Gregorius Wantah
110113080134
ABSTRAK
Hukuman mati pada hakekatnya menghilangkan hak untuk
hidup seorang individu akan tetapi selama terpidana mati masih
hidup dan belum dieksekusi maka hak untuk hidup masih melekat
padanya. Selama hak untuk hidup masih melekat padanya maka
sudah sepantasnya seorang terpidana mati diperlakukan secara
manusiawi. Oleh karena itu Death Row Phenomenon merupakan
suatu pelanggaran terhadap HAM yang sudah diterima di dalam
Jurisprudensi badan peradilan internasional walaupun masih
terdapat perbedaan tolak ukur antara Human Rights Committee dan
Judicial Privy Council. Indonesia sebagai peserta dari ICCPR yang
masih memakai hukuman mati, harus memperhatikan hal – hal
tersebut karena berpotensi menimbulkan pelanggaran HAM. Tulisan
ini mengkaji mengenai karakteristik Death Row Phenomenon
menurut hukum HAM internasional dan pengaruhnya terhadap
penerapan pidana mati di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis
normatif yaitu suatu penelitian yang menekankan pada ilmu hukum
dan melakukan inventarisasi hukum positif yang berkaitan dengan
hukum HAM internasional dan nasional. Spesifikasi penelitian dalam
penelitian ini adalah deskriptif analitis yaitu menggambarkan
peraturan perundang – undangan yang berlaku dikaitkan dengan
teori – teori hukum dan praktik pelaksanaan hukum positif. Hukum
HAM sebagai objek penelitian dikaji berdasarkan norma – norma
hukum HAM yang berlaku secara regional dan internasional dengan
penjelasan berdasarkan tulisan – tulisan ahli hukum HAM terkemuka
dan analisis saya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Karakteristik suatu
perbuatan supaya dapat dikategorikan sebagai Death Row
Phenomenon di dalam hukum HAM internasional dapat ditentukan
minimal hanya dengan faktor waktu saja. Pengaruh Death Row
Phenomenon terhadap penerapan hukuman mati di Indonesia belum
terlihat walaupun Indonesia sudah meratifikasi ICCPR melalui UU
No. 12 tahun 2005, hal ini disebabkan karena belum adanya
peraturan yang secara tegas mengatur dan mengkriminalisasi Death
Row Phenomenon. Akan tetapi pemikiran yang sejalan dengan
doktrin Death Row Phenomenon sudah ada sehingga mempengaruhi
isi dari RKUHP yang berguna untuk mengakomodir hal tersebut dan
memberikan kepastian serta perlindungan HAM terhadap para
terpidana yang divonis hukuman mati di Indonesia.
iii
DEATH ROW PHENOMENON BASED ON INTERNATIONAL
HUMAN RIGHTS LAW AND ITS INFLUENCE TOWARDS THE
PRACTICE OF CAPITAL PUNISHMENT IN INDONESIA
John Paul Gregorius Wantah
110113080134
ABSTRACT
Capital punishment is an act of depriving the right to live of an
individual, however as long as the convicts is still alive and not yet
executed, the right to live is adhere. As long as it adhere it is rightfuly
for a convicts to be treated as humanely as possible. Based on the
previous statement Death Row Phenomenon is considered an
infringement to Human Rights, this view has been adopted by
Human Rights Committe and Judicial Privy Council apart from the
threshold difference issue. Indonesia as a registered party to ICCPR
that retains capital punishment, have to carefuly remark these view
because of the potential Human Rights violations. This paper is
reviewing the characteristic of Death Row Phenomenon based on
international Human Rights law and its influence towards the practice
of capital punishment in Indonesia.
The research used juridical normative method that is a research
method emphasizing on jurisprudence and inventarize positif law that
related to the internasional and national law of Human Rights. The
research spesification are analitical descriptive tha draw rules of law
that applies, associated law theory and practice. Human Rights law
as research object is studied using the norms of Human Rights law
that applied on international and national level, described with the
writings of exeperts on Human Rights law and my analysis.
The results of the studies shows that based on international
Human Rights Law, the characteristic of an act to be considered as
Death Row Phenomenon can be decided by using the time factor as
the only factor. The influence of Death Row Phenomenon towards
the implementation of capital punishment in Indonesiahave not yet be
seen apart from the fact that Indonesia govermenmt have ratified
ICCPR through UU No. 12 tahun 2005, the condition is due to lack of
rules that firmly govern and criminalize Death Row Phenomenon.
However the idea that is in accordance to Death Row Phenomenon
concept already exist among the law experts in Indonesia and it is
influencing the context of the RKUHP to accomodate it, to give
assurance and to protect Human Rights of convicts that have been
sentenced to death.
iv
Download