BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dynamic Compression Plate (DCP) merupakan salah satu jenis pelat osteosynthesis atau implan tulang. Osteosynthesis merupakan cara memindahkan beban pada tulang yang patah sementara selama proses penyembuhan keretakan tulang sehingga kekakuan tulang mampu kembali menahan beban secara permanen (Rüedi dan Murphy, 2000). Dynamic Compression Plate merupakan implan tulang yang banyak diterapkan kepada pasien karena bentuk yang sederhana dan sifat yang multiguna terutama untuk fiksasi temporer tulang-tulang panjang seperti femur dan tibia. DCP mulai diperkenalkan di dunia pada tahun 1969 dan terus mengalami modifikasi. Hingga saat ini DCP masih digunakan sebagai salah satu metode osteosynthesis. DCP didesain sedemikian sehingga dapat digunakan untuk keperluan kompresi, netralisasi, atau penopang tarik pada tulang. Terdapat tiga ukuran DCP yaitu (a) DCP lebar 4,5 untuk patah tulang femur, dan terutama, untuk tulang humerus, (b) DCP sempit 4,5 untuk patah tulang tibia dan humerus, dan (c) DCP 3,5 untuk patah tulang lengan bawah, fibula, pelvis, dan tulang selangka (Rüedi dan Murphy, 2000). Terdapat banyak kejadian di negara berkembang termasuk Indonesia yang dapat menjadi penyebab kecelakaan musculoskeletal. Pertama, bencana alam seperti gempa, karena Indonesia terletak pada Ring of Fire. Kedua, kecelakaan lalu lintas diperkirakan akan terus meningkat karena bertambahnya jumlah dan kecepatan kendaraan di jalan namun tidak diimbangi dengan infrastruktur pendukung. Banyaknya penyebab kecelakaan musculoskeletal membuat kebutuhan implan tulang seperti DCP menjadi tinggi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. (Dewo, 2010) Tingginya kebutuhan implan tulang di Indonesia tidak sejalan dengan daya beli masyarakat Indonesia. Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan operasi implan tulang di Indonesia sekitar US$700, sementara rata-rata pengeluaran untuk 1 2 kesehatan per kapita per tahun hanya sekitar US$110. Salah satu penyebab biaya operasi implan tulang di Indonesia mahal adalah pelat implan tulang sebagian besar dibuat di luar negeri (contoh: Swiss) sehingga terdapat tambahan biaya impor yang harus ditanggung oleh pasien. Dengan digunakannya pelat yang berasal dari luar negeri, maka peralatan-peralatan yang digunakan untuk proses osteosynthesis juga harus berasal dari pabrikan yang sama dengan pabrikan pelat tersebut. Peralatan tersebut juga harus diimpor dengan biaya yang tidak murah. (Dewo, 2010) Salah satu solusi dari masalah di atas adalah dengan memanufaktur pelat implan tulang di Indonesia. Saat ini di Indonesia terdapat empat industri rumahan yang memproduksi pelat DCP, dari sedikit produsen tersebut belum ada yang hasil produksi pelat implannya sudah melalui uji ilmiah yang menyatakan bahwa produk tersebut telah memenuhi standar kualitas untuk digunakan sebagai pelat implan untuk proses osteosynthesis. (Dewo, 2010) Penelitian ini merupakan bagian dari upaya membuat pelat implan di dalam negeri. Penelitian ini mengajukan perubahan sistem produksi, terutama pada proses penekukan pelat implan tulang. Urutan proses pembuatan DCP yang diusulkan secara berurutan adalah: a) membuat lubang pada pelat lebar, b) memotong pelat memanjang sesuai ukuran, c) menekuk pelat dan d) membuat lubang gliding. Karena terjadi perubahan proses produksi maka membutuhkan peralatan bantu produksi. Penelitian ini mengembangkan peralatan bantu untuk tahap menekuk pelat. Penekukan dilakukan dengan menggunakan mini rolling. Bagian yang dikerjakan pada penelitian ini adalah hanya pada tahap menekuk pelat yang sudah dilubangi. Untuk membuat tekukan pada pelat tidak dapat dilakukan dengan mesin flat rolling. Oleh karena itu diperlukan roller yang dapat digunakan untuk membuat tekukan pelat. 3 1.2 Rumusan Masalah Tidak ditemukan roller dengan profil setengah lingkaran yang dapat ditemukan di pasaran, untuk itu dibutuhkan rancangan roller dan konstruksi dari mesin roller yang sesuai dengan kebutuhan proses menekuk pelat. Untuk merealisasikan penekukan pelat maka diperlukan uji coba. Penelitian ini meliputi perancangan dari mesin roll dan uji coba pembuatan tekukan pada pelat. 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah yang digunakan untuk tahapan perancangan berbeda dengan batasan masalah untuk pengujian tekuk. Batasan masalah dalam perancangan dan pengujian dijabarkan sebagai berikut: A. Perancangan: 1. Benda kerja yang menjadi acuan dalam perancangan mesin mini rolling adalah besi tahan karat tipe AISI 316L. 2. Proses yang menjadi acuan merupakan proses flat rolling. 3. Daya motor yang digunakan pada perancangan sebesar 3 horse power. 4. Transmisi roda gigi dalam perancangan menggunakan modul gearbox yang tersedia di pasar lokal. B. Pengujian Tekuk: 1. Proses penekukan dilakukan menggunakan roller dengan profil setengah lingkaran. 2. Bahan benda kerja yang diuji adalah besi tahan karat tipe AISI 316L 3. Pengujian tekuk dilakukan menggunakan mesin pengerol manual yang dimodifikasi. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari dilangsungkannya penelitian ini adalah: 1. Membuat rancangan mesin mini interchangeable rolling. 2. Mendapatkan perbandingan bentuk dan ukuran spesimen pelat sebelum dan sesudah proses pengerolan tekuk. 4 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan muncul dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan pertimbangan alternatif dalam proses pembuatan pelat implan tulang dynamic compression plate. 2. Membantu mengembangkan upaya membuat Dynamic Compression Plate ciptaan dalam negeri.