LITERATUR STUDY AKRUALISASI SEKTOR PUBLIK DI NEW ZEALAND SEBAGAI PEMBELAJARAN AKRUALISASI SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA OLEH : RATNAWATY / 041514253014 MAGISTER AKUNTANSI STAR BPKP UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan mengamantkan penerapan akuntansi berbasis akrual. Indonesia mulai menerapkan full accrual basis pada tahun 2015 di mana sebelumnya menggunakan cash toward accrual dalam sistem akuntansinya. Penerapan akuntansi akrual dibantu dengan “tools” atau aplikasi bernama SAIBA (Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual) yang masih dalam proses penyempurnaan karena aplikasi SAIBA menjadi Jembatan antara cash toward accrual to full accrual basis. Pemerintah melalui Kementerian Keuangan tengah mendesain sebuah Aplikasi baru yang bisa mengakomodir penerapan akuntansi akrual secara penuh. Aplikasi ini disebut SAKTI (Sistem Akuntansi Keuangan Tingkat Instansi) yang merupakan sebuah “mega proyek” yang telah dirancang dan dipersiapkan pemerintah dalam kurun waktu kurang lebih 10 (sepuluh) tahun. Pemerintah telah berupaya semaksimal mungkin dalam mempersiapkan penerapan akuntansi akrual dalam hal peraturan perundangan dan alat “tools” yang digunakan. Hal ini membuktikan perencanaan penerapan akuntansi akrual telah didesain secara matang oleh Pemerintah. Perencanaan penerapan akuntansi akrual harus didesain secara matang agar potensi kegagalan yang ditimbulkan kecil. Oleh karena itu, pemerintah perlu melihat, mengkaji atau belajar dari pengalaman negara lain yang sukses dalam menerapkan akuntansi akrual. Salah satu negara yang sukses menerapkan akuntansi akrual adalah Selandia Baru (New Zealand). Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan perkembangan akuntansi akrual di Selandia baru dengan menggunakan teknik kepustakaan atau “literatur study” berupa jurnal-jurnal dan buku-buku teks sebagai rujukan ilmiah dalam mengumpulkan data, informasi atau fakta perkembangan akuntansi akrual di Selandia Baru. Selandia Baru dipilih sebagai objek penelitian karena Selandia Baru adalah negara pertama yang sukses menerapkan akuntansi akrual dan sepanjang perkembangannya negara tersebut tetap menjadi salah satu negara yang paling maju atau paling unggul dalam menerapkan akuntansi akrual hingga saat ini. Keberhasilan Selandia Baru dalam penerapan akuntansi akrual bisa dijadikan pelajaran atau contoh agar kita mampu menerapkan akuntansi akrual seperti halnya Selandia Baru. 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana proses penerapan akuntansi akrual di Selandia Baru? 2. Bagaimana peluang dan tantangan penerapan sistem akuntansi akrual di Selandia baru? 3. Pelajaran apa yang bisa diambil dari Penerapan Sistem Akuntansi Akrual di Selandia Baru bagi akrualisasi sistem akuntansi di Indonesia? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Melihat, mempelajari atau mengkaji penerapan akuntansi akrual di Selandia Baru 2. Mengetahui peluang dan tantangan yang dihadapi Selandia Baru dalam penerapan sistem akuntansi akrual sehingga kita bisa mengetahui faktor-faktor apa yang menjadi kunci keberhasilan penerapan akuntansi akrual dan faktor-faktor apa yang menjadi hambatan dalam penerapan akuntansi akrual 3. Kesuksesan Selandia Baru dalam menerapkan akuntansi akrual dapat dijadikan pelajaran atau contoh dalam menerapkan akuntansi akrual di Indonesia sehingga harapannya adalah kita bisa sesukses Selandia Baru dalam menerapkan akuntansi akrual 4. Dengan mengetahui faktor-faktor penunjang keberhasilan dan faktor-faktor penghambat keberhasilan penerapan Selandia Baru, maka kita dapat melihat dan menganalis apa yang kita miliki dan apa yang tidak kita miliki dalam mewujudkan full acrrual basis di Indonesia sehingga kita dapat merencanakan atau memikirkan solusi atas kelemahan yang kita miliki dalam upaya penerapan full acccrual basis tersebut. BAB II ISI Selandia Baru (New Zealand) merupakan negara yang telah berhasil menjalankan akuntansi akrual secara penuh di sektor publiknya sejak tahun 1992 di mana New Zealand telah menggunakan laporan keuangan dan anggaran berbasis akrual yang pertama kalinya di dunia. New Zealand memiliki sejarah yang hampir sama dengan banyak negara berkembang lainnya di awal implementasi akuntansi akrual dimana terjadi resesi ekonomi dan penumpukan hutang yang begitu besar. Pemerintah New Zealand melakukan reformasi sektor keuangan sehingga membuat negara ini mampu keluar dari krisis dan menjadi salah satu negara ekonomi maju di dunia. Alur pembahasan penulisan ini dimulai dari pemaparan mengenai kondisi geografis New Zealand lalu kemudian latar belakang penerapan akuntansi akrual di New Zealand, Standar Akuntansi Akrual di New Zealand, peluang dan tantangan penerapan sistem akuntansi akrual di New Zealand, Jurnal atau referensi ilmiah terkait sistem akuntansi akrual di New Zealand, dan pelajaran yang bisa diambil dari penerapan sistem akuntansi akrual di New Zealand bagi akrualisasi sektor publik di Indonesia. 2.1 Kondisi Geografis Selandia Baru Selandia Baru (New Zealand) adalah sebuah negara kepulauan di barat daya Samudera Pasifik,kira-kira 1.500 kilometer di tenggara Australia,di seberang Laut Tasman,dan kira-kira 1.000 kilometer di selatan negara-negara kepulauan Pasifik, yakni Kaledonia Baru,Fiji,danTonga. Negara ini merupakan wilayah Persemakmuran Britania (Commonwealth Realm) dan menganut demokrasi parlementer dalam pemerintahannya. 2.2 Latar Belakang Penerapan Akuntansi Akrual di New Zealand Pada tahun 1980-an, New Zealand mengalami perubahan ekonomi dari ekonomi proteksionistis menjadi ekonomi perdagangan bebas yang liberal. Selama periode 19351970 di Selandia Baru, regulasi pemerintah digunakan sebagai satu-satunya instrumen sosial dalam menyediakan jaminan hidup dan berusaha bagi seluruh warganya yang ditandai dengan semakin meningkatnya perekonomian negara saat itu. Namun pada dekade berikutnya, warga Selandia Baru mengalami perubahan ekonomi dan sosial yang sangat kontras. Periode 1970an hingga periode 1980an, Selandia Baru terus mengalami pembengkakan utang, dari 21% di tahun 1975 hingga mencapai 57,2% dari total GDP di tahun 1987. Ini menjadi awal dari munculnya tekanan terhadap pemerintah untuk melakukan reformasi di sektor publiknya terkait dengan sistem akuntansi yang digunakan. Pemerintah Selandia Baru mengeluarkan rekomendasi perbaikan tata kelola keuangan, antara lain dengan menyiapkan pengukuran kinerja yang lebih sesuai dan spesifik, pendefinisian kembali tujuan dari sistem yang akan digunakan, pengadopsian akuntansi akrual secara penuh, serta perubahan dalam penekanan pelaporan yang dihasilkan (dari pelaporan yang berorientasi input ke output). Sejak tahun 1994, pemerintah Selandia Baru telah berhasil mengeluarkan laporan keuangan konsolidasi bulanan, setengah tahun, dan tahunan untuk seluruh negara bagian, yang menyediakan gambaran yang lebih komprehensif terhadap seluruh sumber daya negara saat itu. Saat ini, Selandia Baru merupakan salah satu negara yang paling sukses dalam menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual di sektor publiknya. Tingkat perubahan (the degree of change) dalam manajemen sektor publik di Selandia Baru dilalui dengan cepat dan sangat inovatif. Pemerintah mereformasi hampir di semua lini pemerintahan, mulai dari pelaksana (para pejabat pengelola keuangan dan akuntan negara), sistem yang digunakan, hingga ke budaya yang dianut di setiap lembaga negara,yang dituangkan dalam Public Finance Act 1989. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam mendukung reformasi yang dijalankan di Selandia Baru antara lain: 1. Key People, adalah orang-orang yang berperan penting dalam proses reformasi keuangan yang dilakukan. Orang-orang tersebut terdiri dari politisi di dewan, bendahara negara di kementerian (treasury), dan pejabat penyusun laporan keuangan (financial management support service). 2. Axial principles, mencakup pemikiran konseptual dan penerapan ide-ide dan pengetahuan teoritis kedalam prinsip yang disepakati dan digunakan dalam praktik. Komitmen dalam menjalankan panduanyang telah disepakati membuat proses yang dijalankan menjadi lebih komprehensif dibandingkan dinegara-negara lainnya. Komitmen tersebut berupa peniadaan intervensi politis selama adopsi sistem akuntansi akrual dilakukan serta pemberian insentif yang tepat dan sesuai bagi pelaksana keuangan negara untuk memacu kinerja dan tercapainya efektifitas di sektor publik. 3. Communicating ideas, merupakan penggunaan beragam sarana dalam penyampaian ide, informasi,dan rencana agar memperoleh timbal balik yang positif dari semua pelaksana keuangan negara selamaproses reformasi keuangan dilakukan. Interaksi yang terjadi selama prosesnya juga semakin meluas tidak hanya melibatkan orangorang dalam suatu atau antar organisasi pemerintah, tetapi juga telahmelibatkan orang-orang di tataran international level (seperti OECD, IMF, dan Bank Dunia), national level (seperti antar kementerian dan antar partai di parlemen), community level (seperti organisasi formal dan informal di masyarakat), organizational/institutional level (seperti lembaga pengawas keuangan negara dan organisasi akuntan), dan sub-organizational/sub-institutional level (seperti antar unit-unit kerja di berbagai lembaga negara). 4. Contextual determinants, adalah kondisi atau peristiwa yang relevan dan berpengaruh dalam proses reformasi yang dilakukan di Selandia Baru. Peristiwaperistiwa tersebut antara lain: a. Krisis ekonomi di periode 1970an. b. Pemilihan umum 1984 yang mengangkat David Lange sebagai Perdana Menteri dengan membawa gagasan ekonomi baru di tengah krisis keuangan yang menerpa Selandia Baru c. Political will para politisi yang mendukung reformasi yang dilakukan d. Sistem politik di Selandia Baru yang dijalankan dengan sistem satu kamar (one legislative chamber) sehingga segala rencana yang disusun pemerintah dan dimasukkan ke dewan untuk disetujui tidak memerlukan waktu yang relatif lama, sehingga sering diartikan bahwa proses yang dijalankan antara legislatif dan pemerintah essentially non-negotiable 5. Ethos, merepresentasikan ide dimana orang-orang dari organisasi-organisasi yang berbeda salingbekerja sama dengan sikap terbuka untuk melakukan reformasi dalam pemerintahan. Hubungan kerjasama yang terjadi seperti antara perdana menteri David Lange dan para bendahara negara dikementerian dan lembaga negara lainnya. Hubungan tersebut menimbulkan simpati dari para pegawai pemerintah dimana mereka merasa dilibatkan dan memiliki peran dalam reformasi yang sedang dijalankan. Hal ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di periode-periode sebelumnya sehingga disebut sebagai bureaucratic revolution 6. Knowledge, mencakup theoritical knowledge, experiential knowledge, dan precedents a. Theoritical knowledge, merupakan filosofi managerial dan pemahaman ekonomi yangdiperoleh dari beragam literatur. Sebagai contoh, pemerintah membuat keseimbangan antarakebijakan ekonomi makro dan mikro yang berasal dari beragam literatur sebagai asal muasalreformasi sistem dan manajemen yang dilakukan. b. Experiential knowledge, mengacu kepada pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari beberapa orang. Sebagai contoh, pemahaman mengenai masalah yang dihadapi oleh para pegawai pemerintah dan tata kelola yang dijalankan diperoleh melalui akumulasi pengalamandari lembaga-lembaga pemerintah dari beberapa periode yang lalu c. Precedents, merepresentasikan waktu dan kebergunaan di masa lalu. Contohnya adalah penerapan akuntansi akrual bukan pertama kalinya diterapkan di Selandia Baru di periode 1980an tersebut. Hal tersebut pernah dipakai dalam penyusunan neraca keuangan pemerintahdi tahun 1922-1940. Penelusuran lalu dilakukan dan ditemukan bahwa masalah yang terjadidalam pelaporan keuangan saat itu adalah akuntansi berbasis kas yang digunakan tidak dapatmerefleksikan keuntungan atau kerugian dari suatu aktivitas yang dilakukan, dan terdapatkeragaman praktik akuntansi di berbagai organisasi pemerintah saat itu. 7. Innovation, merupakan ukuran terhadap metode atau pendekatan baru yang digunakan. Dalamkonteks Selandia Baru, tekanan yang diperoleh pemerintah akibat krisis keuangan di tahun 1970anmengharuskan adanya inovasi yang belum pernah dilakukan guna mengatasi krisis tersebut dalamwaktu singkat, dan berhasil dilakukan dalam kepemimpinan perdana menteri David Lange. 8. Information, diperoleh dari data hasil penelitian dan pengalaman yang relevan. Contohnya adalahdalam laporan keuangan yang baru dengan menggunakan basis akrual menyediakan gambaran yanglebih komprehensif mengenai pengelolaan sumber daya oleh pemerintah, yang berujung padaakuntabilitas dan transparansi, serta terfasilitasinya penilaian kinerja pemerintah secara keseluruhan. 9. Concequence, , merupakan respon yang diterima akibat perubahan tata kelola sektor publik yang diperoleh melalui akumulasi pengetahuan dan pengalaman serta keinginan untuk menyediakan informasi yang lebih baik dalam pengambilan keputusan pemerintah. Konsekuensi yang diterima pemerintah Selandia Baru adalah akuntansi berbasis akrual yang dijalankan pemerintah secara penuh,serta dengan dukungan dari berbagai faktor di atas, telah berhasil meningkatkan kinerja pemerintah. 2.3 Standar Akuntansi Akrual di New Zealand Reformasi sektor publik di Selandia Baru merupakan hasil dari beragam keputusan kompleks yang dibuat terhadap aspek manajerial, ekonomi dan perspektif sosial di negara tersebut. Reformasi tersbut mencakup penyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan, desentralisasi tugas dan wewenang,reformasi terhadap budaya organisasi pemerintah, serta Breaktrough yang dilakukan oleh para key people selama proses reformasi dijalankan. Sistem akuntansi akrual menjadi pilihan demi tercapainya sistem manajemen yang didasarkan pada tujuan organisasi yang jelas, informasi kinerja yang lebih baik, serta pemberian insentif yang sesuai dan kebebasan dalam memberikan feedback atas sistem yang sedang berjalan. Kondisi sistem manajemen di Selandia Baru pada awal tahun 1980-an didominasi oleh kontrol input yang tersentralisasi, yaitu ditetapkannya instruksiinstruksi menyangkut masalah perbendaharaan dan manual pelayanan publik, adanya keharusan untuk menggunakan penyedia barang dan jasa (supplier) tertentu yang telah ditentukan (adanya monopoli) dalam pengadaan akomodasi, kendaraan, komputer, dsb. Upaya-upaya manajemen dan audit pun diarahkan untuk menjamin agar kontrol-kontrol seperti itu dipahami dan dilaksanakan. Seluruh uang negara dikelola oleh Departemen / Kantor Perbendaharaan (Treasury) di dalam rekening bank konsolidasian. Mengacu pada instruksi dari Treasury, departemen-departemen mengajukan voucher pembayaran (semacam SPM atau surat perintah membayar) kepada kantor perbendaharaan yang kemudian mengorganisasikan pembayaran, dan melaporkan transaksi dalam laporan pemerintah. Pengolaan anggaran lebih ditekankan pada pembatasan alokasi anggaran (apropriasi) belanja untuk tujuan program yang kurang tegas. Apropriasi menginformasikan tentang penerima anggaran, aktivitas pemerintah, atau jenis pengeluaran (contoh, belanja modal, belanja pegawai, belanja bantuan sosial, dsb). Hal-hal tersebut menimbulkan lingkungan kerja yang kurang menyenangkan bahkan keputusasaan bagi para pegawai, pejabat dan menteri. Oleh karena itu, Pemerintah Selandia Baru mengembangkan sistem manajemen keuangan yang terintegrasi dan komprehensif, yaitu: 1. Menerjemahkan strategi pemerintah ke dalam keputusan dan tindakan 2. Menginformasikan pengambilan keputusan oleh pemerintah 3. Mendorong sektor pemerintah untuk responsif dan efisien secara konstan melaksanakan (reformasi). 4. Para menteri dalam kabinet bertanggung jawab atas persyaratan kinerja secara spesifik untuk setiap departemen yang dipimpinnya. Kepala eksektuif (Chief Executive) departemen pada gilirannya harus bertanggung jawab untuk melaksanakan pelayanan-pelayanan yang menjadi tugasnya dan untuk mensukseskan tugasnya itu, kepala eksekutif memiliki wewenang untuk pengambilan keputusan manajerial. Terdapat insentif-insentif untuk kinerja dan ada keharusan untuk memberikan informasi kinerja sebagai bahan untuk memonitor dan menilai kinerja. Bagian-bagian pokok dari peraturan keuangan pada rezim baru yang diatur di dalam Public Finance Act 1989 adalah sebagai berikut: 1. Menghilangkan banyak kontrol administrasi 2. Menentukan output dalam proses apropriasi (alokasi anggaran) 3. Membuat kepala eksekutif bertanggung jawab terhadap manajemen keuangan departemen/lembaga 4. Menetapkan peraturan-peraturan tentang pelaporan. Di dalam perjanjian kinerja tahunan kepala eksekutif, kinerja didefinisikan bahwa di satu sisi, kepentingan pemerintah terhadap suatu departemen/lembaga adalah sebagai pembeli dari pelayanan yang diberikan baik kepada pemerintah sendiri maupun pihak ketiga, dan di sisi lain, pemerintah sebagai pemilik departemen/lembaga tersebut. Sebagai pembeli, para menteri meminta pelayanan sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati baik sisi kuantitas, kualitas, ketepatan waktu dan lokasi pada harga yang terbaik. Terdapat empat dimensi bagi pemangku kepentingan di dalam departemen ; 1. Strategic Alignment – meyakinkan agar tujuan pemerintah sudah di-share secara penuh dan konsisten 2. Integrity – memelihara perilaku yang mendukung reputasi dan kredibilitas pemerintah 3. Future Capability – meyakinkan bahwa departemen/lembaga mempunyai kapasitas untuk memenuhi permintaan-permintaan di masa yang akan datang 4. Cost-Effectiveness dalam jangka panjang. Keberhasilan Reformasi Manajemen Pemrintah berdampak pada keberhasilan penerapan akuntansi akrual di New Zealand, antara lain : 1. Komitmen untuk Perubahan Dukungan dari para pemimpin di sektor publik, baik politisi maupun birokrasi, adalah faktor kunci di dalam keberhasilan implementasi rezim manajemen keuangan baru. Pada level stratejik, komponen-komponen di dalam perubahan (reformasi) diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan manfaat lebih awal baik untuk birokrasi maupun para menteri, merefleksikan perbedaan hasil dikaitkan dengan perbedaan elemen perubahan, dan mempertimbangkan isu-isu hubungan antara treasury dan lembaga-lembaga pemerintah lainnya. Di awal proses, birokrat sudah menerima output atau manfaat dari departemen/lembaga yang mereka jalankan tanpa harus mengacu pada persyaratan prosedur detil yang ekstensif sebagaimana diatur dalam aturan-aturan perbendaharaan (treasury) dan pedoman pelayanan publik. 2. Manajemen Risiko Beberapa implementasi perubahan membawa risiko signifikan. Manajemen risiko adalah elemen kunci dari implementasi reformasi. Hal ini akan dicapai secara bertahap selama proses reformasi. Contoh, kontrol input yang tersentralisasi akan dipertahankan sebelum suatu departemen berpindah pada rezim baru. Elemen lain dari manajemen risiko meliputi strategi komunikasi yang intensif, melalui sosialisasi/diklat, seminar, majalah, jurnal, artikel di koran, dsb. Upaya komunikasi ini sangat berhasil dalam menanamkan pemahaman umum mengenai kunci-kunci dasar dari reformasi kepada audiens secara luas. Di samping itu, dibentuk fungsi Financial Management Assurance di dalam Treasury untuk menjalankan peran audit internal stratejik, dan pelayanan konsultasi kepada departemen selama proses reformasi. Desain peraturan juga merupakan kunci dari reformasi, sementara meninggalkan peraturan-peraturan yang mengatur proses administrasi secara detil, ditetapkan State Sector Act 1988 dan Public Finance Act 1989 yang memberikan sinyal yang powerful akan keseriusan niat pemerintah untuk melakukan reformasi secara permanen. 3. Penerapan di Departemen Departemen secara individu menerima persetujuan untuk berpindah ke sistem yang baru. Untuk departemen secara individu, semua elemen kunci dari sistem baru yaitu penganggaran akrual, proses apropriasi, dan proses pelaporan berubah pada saat yang sama. Perubahan tersebut mencakup: a. Spesifikasi oleh setiap departemen/lembaga (konsultasi dengan treasury) atas kelas-kelas output secara luas, yang akan menjadi basis untuk apropriasi berbasis akrual b. Setiap departemen/lembaga mengembangkan sistem akuntansi berbasis akrual yang dapat menyediakan pelaporan bulanan kepada menteri dan treasury dan laporan tahunan kepada parlemen (dan publik). Laporan bulanan meliputi satu set laporan keuangan dan juga laporan mengenai realisasi belanja terhadap apropriasi (anggaran). c. Pengembangan sistem alokasi biaya (cost) sehingga memungkin alokasi seluruh biaya input departemental ke output. Alokasi biaya termasuk biaya overhead, penyusutan dan biaya modal. d. Pengembangan sistem manajemen kas, termasuk pembukaan rekening bank departemental e. Kepala eksekutif departemental bertanggung jawab secara penuh atas manajemen keuangannya masing-masing, mencakup integritas dari informasi yang mereka berikan kepada menteri dan treasury. Undang-undang memberikan waktu dua tahun kepada departemen-departemen untuk mengembangkan sendiri sistem yang berbasis akrual, dalam kenyataannya sebagian besar departemen sudah siap dengan sistem akrualnya dalam waktu satu tahun, sedangkan secara keseluruhan departemen sudah siap dalam waktu delapan belas bulan. Selama proses perubahan berlangsung di departemen-departemen, treasury memainkan peranan kunci antara lain: a. Mengkomunikasikan aktivitas-aktivitas sebelumnya b. Melakukan pengendalian mutu melalui spesifikasi kelas-kelas output c. Penetapan sistem manajemen kas pusat dan menetapkan kontrak untuk pelayanan bank pemerintah d. Pengembangan satu set parameter kebijakan akuntansi, menyesuaikan dengan konstrain-konstrain kebijakan akuntansi departemental (tugas ini disederhanakan dengan penggunaan GAAP yang memberikan kerangka untuk pengembangan parameter kebijakan akuntansi spesifik) e. Memberikan persetujuan kepada departemen yang siap untuk berpindah ke sistem baru (keyakinan/assurance diberikan oleh Financial Management Assurance). 4. Staf Akuntansi Undang-undang Keuangan Publik mengharuskan disusunnya laporan keuangan oleh pemerintah Selandia Baru (laporan konsolidasian) dan oleh setiap departemen pemerintah dengan berpedoman pada prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum (PABU/GAAP). Penggunaan PABU sangat memfasilitasi penerapan akuntansi di pemerintahan, dan akan memberikan hasil terbaik dengan didukung oleh orang-orang yang terlatih/berpengalaman, software, dan sistem. Di samping itu, Pemerintah Selandia Baru memiliki sebuah badan akuntansi profesional yang terdiri dari akuntan praktisi, akuntan korporat dan akuntan sektor publik. The Institute of Chartered Accountans of New Zealand (kemudian menjadi the New Zealand Society of Accountans) tertarik dan mendukung proses reformasi. Para anggota yang enerjik telah mencurahkan waktu yang banyak untuk mengorganisasikan konvensi-konvensi dan memberikan dukungan maupun pelatihan. 5. Sistem Akuntansi Aktivitas besar selama masa reformasi adalah melakukan kontrak signifikan antara departemen departemen dengan perusahaan-perusahaan akuntansi dan penyedia software untuk mendukung sistem informasi dan manajemen keuangan. Persyaratan untuk penyajian laporan kepada menteri dan Treasury relatif mudah untuk ditentukan spesifikasinya, tetapi spesifikasi untuk memenuhi kebutuhan internal para manajer masih sulit ditentukan mengingat masih kurangnya pengalaman para manajer dalam rejim yang baru. Tidak disediakan dana khusus untuk pengembangan lebih lanjut dari sistem akuntansi yang telah dibangun di awal, tetapi lebih karena adanya keuntungan/surplus akibat efisiensi. Salah satu keuntungan dari sistem akuntansi akrual adalah bahwa aktivitasaktivitas seperti komitmen atau order pembelian, penggajian, aset tetap, kreditor dan debitor menjadi dapat diintegrasikan ke dalam satu sistem, sehingga mengurangi proses ganda dan masalah rekonsiliasi yang biasa terjadi bila digunakan sistem yang terpisah. Penghematan waktu dari sistem baru ini menjadi ciri yang utama. a. Neraca Pembukaan (opening Balance Sheet) Perhatian penting lainnya adalah upaya untuk menyusun neraca awal (pembukaan) dengan selengkap dan seakurat mungkin. Tanpa adanya disiplin untuk menyajikan neraca tahunan dan audit yang merekonsiliasikan antara catatan detil aset dengan buku besarnya, informasi aset di dalam neraca bisa menjadi kurang valid. Departemen-departemen dan auditor terkadang mengalami kesulitan untuk menjamin bahwa semua properti (yang harus dilaporkan) sudah dilaporkan, dan untuk itu perlu dilakukan koordinasi untuk mencari dokumen/catatan dengan para pihak yang terkait, misalnya masalah tanah dapat berkoordinasi dengan badan pertanahan. b. Biaya Modal (Charging for Capital) Kelemahan umum dari sistem manajemen keuangan pemerintah adalah adanya tendensi ke arah maksimalisasi anggaran (belanja) dan tidak adanya perhatian terhadap pengakumulasian asset yang rendah nilai gunanya. Untuk mengatasi masalah ini Pemerintah Selandia Baru membuat sistem pengenaan biaya pada departemen atas modal yang digunakannya. Biaya modal ini dikenakan terhadap kekayaan bersih (net aset) dari setiap departemen. Sistem biaya modal ini memberikan dorongan agar departemen menghindari pengadaan aset yang kurang bernilai guna. Bagi departemen yang menarik biaya kepada para pengguna layanan yang diberikannya, akan berusaha untuk menghitung biaya produk/output dengan metode biaya penuh (full cost) atau dengan rasionalisasi struktur modal yang berhubungan dengan output (barang/jasa). c. Alokasi Biaya Satu persyaratan yang diperlukan untuk memfokuskan sistem manajemen keuangan pada output adalah membangun sistem akuntansi biaya yang dapat mengalokasikan biaya terhadap output. Karena biaya output sudah memasukkan biaya modal, maka dimungkinkan untuk membandingkan biaya output yang dihasilkan suatu departemen dengan biaya output yang serupa yang dihasilkan pihak lain di sektor publik maupun swasta, dan juga dengan catatan tahun-tahun sebelumnya di departemen yang bersangkutan. Setelah semua persiapan matang, maka Implementasi Basis Akrual untuk Pelaporan Keuangan dapat berjalan lancar. Bila departemen-departemen sudah sepenuhnya mengadopsi rezim manajemen keuangan yang baru, maka akan memungkinkan untuk fokus pada pelaporan keuangan konsolidasian. Penyusunan satu seri laporan keuangan baru untuk pemerintah dengan berbasis GAAP telah dikelola sebagai pekerjaan penting yang mencakup tujuh elemen berikut: apan Kebijakan Akuntansi Pengadopsian GAAP memberi kontribusi besar untuk menyederhanakan proses perumusan kebijakan akuntansi. Dalam banyak hal penerapan pendekatan yang sama dengan sektor swasta (privat) dapat dilakukan tanpa kesulitan. Namun, dengan pendekatan ini tidak berarti dapat mengeliminasi semua isu-isu penting yang harus diselesaikan. Kebijakan akuntansi direviu secara ekstensif oleh para ahli akuntansi, kemudian diterbitkan draft publikasian, dan diberikan briefing kepada para CFO departemental dan tanggapan-tanggapan dari mereka dipertimbangkan. Isu-isu kritikal yang terkait dengan perumusan kebijakan akuntansi antara lain masalah penilain aset, kriteria pengakuan pajak, pengakuan bantuan/subsidi. Salah satu warisan dari sistem akuntansi kas yang lalu adalah tidak tersedianya informasi atas harga perolehan historis dari banyak aset. Sementara itu, masalah titik pengakuan yang tepat untuk pendapatan pajak dan pendapatan lain yang dapat dipaksakan memerlukan pertimbangan mendalam. Sebagian besar titik pengakuan dari perspektif ekonomi adalah pada waktu munculnya kewajiban dari para pembayar pajak (misalnya, ketika pendapatan yang dapat dikenakan pajak / taxable revenue diperoleh atau ketika konsumsi yang dapat dikenakan pajak / taxable consumption dinikmati oleh para pembayar pajak). Akan tetapi, informasi andal yang memadai seringkali tidak tersedia secara tepat waktu. Oleh karena itu, terutama untuk masalah pajak dalam jangka panjang, kadang-kadang diperlukan kompromi atas waktu pengakuan di kemudian hari ketika informasi andal telah tersedia. Sedangkan untuk pengakuan beban bantuan dan subsidi, pendekatan yang diambil adalah apabila pembayaran bantuan dan subsidi itu masih bersifat discretionary sampai pembayaran dilakukan, maka beban akan diakui ketika pembayaran dilakukan. Alternatif lainnya yaitu beban akan diakui ketika kriteria tertentu telah dipenuhi dan pemberitahuan telah disampaikan kepada pemerintah. Peraturan yang mengharuskan disampaikannya informasi keuangan secara reguler, akurat, dan tepat waktu kepada Treasury merupakan persyaratan yang menjadi elemen kritikal dari rerangka manajemen. Namun demikian, karena departemen-departemen mengalami sejumlah biaya marjinal dalam penyajian informasi tanpa menerima manfaat langsung, pengumpulan informasi yang diperlukan menjadi isu kunci di dalam penyusunan laporan keuangan yang pertama di New Zealand. Pemahaman yang jelas mengenai kebijakan akuntansi oleh departemen-departemen dan keharusan untuk menyajikan data yang andal secara tepat waktu, membuat proses konsolidasi menjadi relatif mudah dengan proses akuntansi. Akan tetapi, awalnya terdapat kesulitan dalam proses pengumpulan data yang menyebabkan tekanan bagi tim konsolidasi laporan keuangan. Buku besar digunakan ketimbang spreadsheet untuk memproses konsolidasian karena buku besar memberikan jejak audit (audit trail) untuk banyak amandemen yang diharuskan sebagai bagian dari penyiapan laporan keuangan. Keyakinan atas keandalan informasi diberikan dengan tiga cara. Pertama, departemental chief executives dan chief financial officers diminta untuk menandatangani pernyataan tanggung jawab dengan skedul konsolidasi bahwa dengan pengetahuan terbaiknya mereka menyajikan laporan keuangan yang wajar. Kedua, tim Financial Manegement Assurance mereviu skedul konsolidasi dan draf laporan keuangan dengan hasil analisis yang memberikan beberapa ukuran kenyamanan. Ketiga, audit penuh dilakukan oleh kantor audit yang memberikan keyakinan melalui opini terhadap laporan keuangan. Komentar dan analisis diberikan bersama dengan laporan keuangan. Sekarang, disediakan analisis yang lebih detil atas informasi keuangan yang dihasilkan, seperti tren dan informasi anggaran komparatif. Contoh komentar yang diberikan antara lain, ketika penyusunan laporan keuangan yang pertama kalinya yang menenujukkan posisi kekayaan bersih yang negatif; interpretasi yang diberikan secara hati-hati atas informasi yang baru dihasilkan dengan dasar akrual, komentar tentang manajemen risiko atas aset dan utang. Isu-isu di dalam penyajian dan publikasi harus diperhatikan sungguh-sungguh, intinya harus dilakukan upaya untuk meyakinkan bahwa kualitas informasi keuangan yang disajikan lebih baik dengan dokumen yang lebih baik. Penyajian informasi pada dasarnya harus tepat waktu dan akurat, untuk itu perlu ada deadline yang pasti dan perbaikan-perbaikan sebelum dipublikasikan. Upaya komunikasi dan pemasaran dimaksudkan agar laporan keuangan dapat mendukung dihasilkannya output yang bagus dan pada gilirannya dihasilkan outcome yang bagus. Laporan keuangan di New Zealand disajikan berpasangan (tandem) dengan informasi ekonomi, informasi yang baru dan lebih baik mengenai posisi keuangan dan kepemimpinan pemerintah, menginformasikan dan mendukung pengambilan keputusan oleh eksekutif dan meningkatkan kemampuan parlemen dan pihak lainnya untuk mengawasi pemerintah agar tetap bertanggung jawab. Strategi pemasaran diterapkan dengan memperluas informasi yang disediakan di dalam laporan keuangan, seperti informasi tentang kebijakan fiscal dan ekonomi pemerintah dengan interpretasi yang memadai sehingga meminimalkan kesalahan persepsi. Adapun pengguna utama dari laporan keuangan adalah parlemen, analis keuangan dan ekonomi, agen pemeringkat, publik dan media, dan kelompok yang memiliki kepentingan khusus. 2.4 Peluang dan Hambatan Penerapan Akuntansi Akrual di New Zealand Reformasi sistem akuntansi di New Zealand terjadi secara besar-besaran padapertengahan 1980-an dengan privatisasi dan korporatisasi entitas komersial milik pemerintah. Selain itu juga ditandai dengan adanya deregulasi besar pasar finansial danmata uang New Zealand. Pemerintah berusaha untuk meningkatkan kinerja danakuntabilitas dalam entitas komersial publik yang tersisa dengan mengadopsi praktek-praktek manajemen modern, seperti memberikan kewenangan kuat terhadap personil untukkepala eksekutif ( kepala badan ) dan juga menerapkan kinerja berbasis evaluasi eksekutif.New Zealand akhirnya dapat membuat laporan keuangan gabungan berbasis akrualsepenuhnya yang pertama pada tahun 1992, yang dikenal sebagai the Crown FinancialStatements. Laporan ini diaudit secara independen dan sangat mirip dengan laporankepatuhan korporasi GAAP. Tahun 1994, Fiscal Responsibility Act memperluas sistemakrual lebih jauh dan mensyaratkan pemerintah mengartikulasikan strategi fiskal danlaporan kemajuan ke arah tujuan pada akrual basis. Sejak saat itu, akuntansi akrual telahmenjadi sistem utama baik sistem penganggaran di parlemen maupun untuk pelaporankeuangan oleh the Crown, dan terus digunakan sebagai ukuran kinerja entitas pemerintahseperti pada perusahaan.Reformasi berbasis akrual di Selandia Baru dapat dikatakan sebagai reformasi sistemakuntansi pemerintah yang paling komprehensif yang telah dilakukan oleh berbagai negarasampai saat ini. GAO melaporkan bahwa, pada umumnya sebagian besar pengamatsepakat bahwa tindakan akrual telah memberikan informasi yang lebih baik untuk tujuanpengelolaan aset dan kalkulasi biaya. Selain itu, banyak yang percaya bahwa tindakanakrual telah menghasilkan disiplin fiskal yang jauh lebih besar, terutama untuk paralegislator dan pejabat pemerintah lainnya sehingga dapat lebih mudah memastikankesinambungan fiskal (atau ketiadaan kesinambungan) pada program pemerintah. Pengalaman Selandia Baru menunjukkan bahwa perubahan bukan sekedar wacana ataupun retorika tetapi sudah menjadi keberhasilan yang jauh lebih baik. Hasil dari sisi keuangan menunjukkan bahwa setelah mengalami defisit (anggaran) selama 20 tahun, kemudian berubah secara mengejutkan menjadi surplus dalam tiga tahun terakhir (1994-1996), dengan sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa surplus tersebut lebih dari sekedar sebuah siklus. Namun kesuksesan itu diraih bukanlah tanpa tantangan dan hambatan. Berikut ini akan disajikan isu-isu dan tantangan dalam penerapan akuntansi akrual pada pemerintah New Zealand, antara lain : 1. Dorongan perubahan Keberhasilan dari implementasi manajemen keuangan baru di New Zealand dapat terwujud karena adanya dukungan dari para pemimpin di sektor publik, baik politisi maupun birokrasi.Dengan berlalunya UU Keuangan Publik tahun 1989, New Zealand menyusun kembali proses penganggaran pemerintah menjadi berbasis output, dan juga mensyaratkan bahwa semua penganggaran dan pelaporan di tingkat departemen menggunakan metode akrual.Sebuah proses penganggaran berbasis output, secara umum, menekankan "penggunaan informasi biaya output (produk) sebagai alat manajerial dan lebih khusus sebagai dasar untuk model penganggaran pembeli/penyedia (kuasi-pasar)." Dengan kata lain, lembaga pemerintah dan departemen dipandang sebagai produksi output yang kemudian Parlemen merapatkan untuk melakukan pengadaan. 2. Proses Perubahan Departemen secara individu menerima persetujuan untuk berpindah ke sistem yang baru.Untuk departemen secara individu, semua elemen kunci dari sistem baru yaitupenganggaran akrual, proses apropriasi, dan proses pelaporan berubah pada saat yangsama. Perubahan tersebut mencakup: a. spesifikasi oleh setiap departemen/lembaga (konsultasi dengan treasury) atas kelas-kelas output secara luas, yang akan menjadi basis untuk apropriasi berbasis akrual; b. setiap departemen/lembaga mengembangkan sistem akuntansi berbasis akrual yangdapat menyediakan pelaporan bulanan kepada menteri dan treasury dan laporantahunan kepada parlemen (dan publik). Laporan bulanan meliputi satu set laporankeuangan da n juga laporan mengenai realisasi belanja terhadap apropriasi(anggaran). c. pengembangan sistem alokasi biaya (cost) sehingga memungkin alokasi seluruhbiaya input departemental ke output. Alokasi biaya termasuk biaya overhead,penyusutan dan biaya modal. d. pengembangan sistem manajemen kas, termasuk pembukaan rekening bankdepartemental; dan e. kepala eksekutif departemental bertanggung jawab secara penuh atas manajemenkeuangannya masing-masing, mencakup integritas dari informasi yang merekaberikan kepada menteri dan treasury. 3. Sistem Akuntansi Aktivitas besar selama masa reformasi adalah melakukan kontrak signifikan antaradepartemen-departemen dengan perusahaan-perusahaan akuntansi dan penyedia softwareuntuk mendukung sistem informasi dan manajemen keuangan. Persyaratan untuk penyajianlaporan kepada menteri dan Treasury relatif mudah untuk ditentukan spesifikasinya, tetapispesifikasi untuk memenuhi kebutuhan internal para manajer masih sulit ditentukanmengingat masih kurangnya pengalaman para manajer dalam sistem yang baru. Tidakdisediakan dana khusus untuk pengembangan lebih lanjut dari sistem akuntansi yang telahdibangun di awal, tetapi lebih karena adanya keuntungan/surplus akibat efisiensi. Salah satukeuntungan dari sistem akuntansi akrual adalah bahwa aktivitasaktivitas seperti komitmenatau order pembelian, penggajian, aset tetap, kreditor dan debitor menjadi dapat diintegrasikan ke dalam satu sistem, sehingga mengurangi proses ganda dan masalah rekonsiliasi yang biasa terjadi bila digunakan sistem yang terpisah. Penghematan waktu dari sistem baru ini menjadi ciri yang utama. 4. Kompetensi Undang-undang Keuangan Publik mengharuskan disusunnya laporan keuangan oleh pemerintah Selandia Baru (laporan konsolidasian) dan oleh setiap departemen pemerintah dengan berpedoman pada prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum (PABU/GAAP).Penggunaan PABU sangat memfasilitasi penerapan akuntansi di pemerintahan, dan akanmemberikan hasil terbaik dengan didukung oleh orang-orang yang terlatih/berpengalaman,software, dan sistem. Di samping itu, Pemerintah Selandia Baru memiliki sebuah badan akuntansi profesionalyang terdiri dari akuntan praktisi, akuntan korporat dan akuntan sektor publik. The Instituteof Chartered Accountans of New Zealand (kemudian menjadi the New Zealand Society of Accountans) tertarik dan mendukung proses reformasi. Para anggota yang enerjik telahmencurahkan waktu yang banyak untuk mengorganisasikan konvensi-konvensi danmemberikan dukungan maupun pelatihan 5. Pendekatan perancangan akuntansi berbasis akrual. a. Penetapan Kebijakan Akuntansi Pengadopsian GAAP memberi kontribusi besar untuk menyederhanakan proses perumusankebijakan akuntansi. Dalam banyak hal penerapan pendekatan yang sama dengan sektor swasta (privat) dapat dilakukan tanpa kesulitan. Namun, dengan pendekatan ini tidak berartidapat mengeliminasi semua isu-isu penting yang harus diselesaikan. Kebijakan akuntansidikaji ulang secara ekstensif oleh para ahli akuntansi. b. Pengumpulan Informasi Peraturan yang mengharuskan disampaikannya informasi keuangan secara reguler, akurat,dan tepat waktu kepada Treasury merupakan persyaratan yang menjadi elemen kritikal darirerangka manajemen. Namun demikian, karena departemen-departemen mengalamisejumlah biaya marjinal dalam penyajian informasi tanpa menerima manfaat langsung,pengumpulan informasi yang diperlukan menjadi isu kunci di dalam penyusunan laporankeuangan yang pertama di New Zealand.Dari sudut pandang Treasury, strategi implementasi adalah untuk meyakinkan bahwadepartemen-departemen telah mendapat sosialisi atau pengetahuan yang cukup mengenaiperaturan-peraturan sehingga mereka mampu melaksanakannya, bahwa hanya informasiyang diperlukan untuk agregasi laporan keuangan dan untuk monitoring anggaran yang diminta, dan bahwa departemen-departemen dan entitas Crown telah paham tentanginformasi yang mana yang akan digunakan. c. Pengkonsolidasian Informasi Pemahaman yang jelas mengenai kebijakan akuntansi oleh departemendepartemendankeharusan untuk menyajikan data yang andal secara tepat waktu, membuat proseskonsolidasi menjadi relatif mudah dengan proses akuntansi. Akan tetapi, awalnya terdapatkesulitan dalam proses pengumpulan data yang menyebabkan tekanan bagi tim konsolidasilaporan keuangan. Buku besar digunakan ketimbang spreadsheet untuk memproseskonsolidasian karena buku besar memberikan jejak audit (audit trail) untuk banyakamandemen yang diharuskan sebagai bagian dari penyiapan laporan keuangan. d. Memperoleh keyakinan atas informasi Keyakinan atas keandalan informasi diberikan dengan tiga cara. Pertama,departementalchief executives dan chief financial officers diminta untukmenandatangani pernyataantanggung jawab dengan skedul konsolidasi bahwadengan pengetahuan terbaiknya merekamenyajikan laporan keuangan yangwajar. Kedua, tim Financial Manegement Assurancemereviu skedul konsolidasidan draf laporan keuangan dengan hasil analisis yangmemberikan beberapa ukuran kenyamanan. Ketiga, audit penuh dilakukan oleh kantor audityangmemberikan keyakinan melalui opini terhadap laporan keuangan. 6. Isu Akuntansi Yang Spesifik Isu Akuntansi yang SpesifikIsu-isu kritikal yang terkait dengan perumusan kebijakan akuntansi antara lain masalahpenilain aset, kriteria pengakuan pajak, dan pengakuan bantuan/subsidi.Salah satu warisan dari sistem akuntansi kas yang lalu adalah tidak tersedianya informasiatas harga perolehan historis dari banyak aset. Masalah ini secara umum diatasi denganmenggunakan pendekatan net current value untuk penilaian aset. Apabila net realizablevalue tidak dapat diperoleh atau tidak tepat untuk digunakan, seperti untuk kasus infrastruktur dan aset „tipe heritageā, dapat digunakan konsep depreciated replacement cost. Pendekatan ini untuk menjawab kritik dari sejumlah analis fiskal dan ekonom sektor publikbahwa informasi biaya historis sebagian besar sudah tidak relevan untuk kebutuhan mereka.Para pengguna laporan keuangan tersebut merasa nyaman dengan menggunakanpendekatan current value untuk menilai sebagian besar aset, sehingga neraca memberikanpotret yang lebih wajar mengenai realitas ekonomi dari posisi keuangan. Pendekatan inisemakin didukung di dalam rerangka konseptual akuntansi yang dikembangkan terakhir diNew Zealand dan Australia.Sementara itu, masalah titik pengakuan yang tepat untuk pendapatan pajak danpendapatan lain yang dapat dipaksakan memerlukan pertimbangan mendalam. Sebagian besar titik pengakuan dari perspektif ekonomi adalah pada waktu munculnya kewajiban daripara pembayar pajak (misalnya, ketika pendapatan yang dapat dikenakan pajak / taxablerevenue diperoleh atau ketika konsumsi yang dapat dikenakan pajak / taxable consumptiondinikmati oleh para pembayar pajak). Akan tetapi, informasi andal yang memadai seringkalitidak tersedia secara tepat waktu. Oleh karena itu, terutama untuk masalah pajak dalam jangka panjang, kadang-kadang diperlukan kompromi atas waktu pengakuan di kemudianhari ketika informasi andal telah tersedia.Sedangkan untuk pengakuan beban bantuan dan subsidi, pendekatan yang diambil adalahapabila pembayaran bantuan dan subsidi itu masih bersifat discretionary sampaipembayaran dilakukan, maka beban akan diakui ketika pembayaran dilakukan. Alternatif lainnya yaitu beban akan diakui ketika criteria tertentu pemberitahuantelah disampaikan kepada pemerintah telah dipenuhi dan