PENGARUH CAR, NPL, LDR, NIM, DAN SIZE

advertisement
PENGARUH CAR, NPL, LDR, NIM, DAN SIZE TERHADAP RISIKO BISNIS BANK
(Studi Komparatif Bank Umum Go Publik dan Bank Umum Non Go Publik di
Indonesia Tahun 2004–2008)
Disusun oleh: Erlina Dwi Syafitri (C2A007045)
Dosen Pembimbing: Drs. Wisnu Mawardi, MM
ABSTRACT
This research is performed in order to test the influence of the variable Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net
Interest Margin (NIM), and bank size (SIZE) toward business risk that proxied by Standard
Deviation of Return on Asset (SDROA).
Sampling technique used is purposive sampling with criteria as Commercial General
Banking in Indonesia who classified into go public general bank and non go public general
bank during period 2004 through 2008. The data used is annual financial report in Indonesia
Banking Directory from Bank Indonesia and quarter publicity financial report from Bank
Indonesia since 2004 to 2008. Obtained by amount sampel as much 70 company (21 go
public general bank and 49 non go public general bank) from 144 banking company in
Indonesia period 2004 through 2008. Analysis technique used is multiple linier regression
and hypothesis test use t-statistic to test coefficient of regression partial and also F-statistic
to test the truth of simultaneously influence in level of significance 5%. Others also done a
classic assumption test covering normality test, multicolinierity test, heteroscedastisity test
and autocorrelation test.
During research period showed that data research was normally distributed. Based
on multicolinierity test, heteroscedasticity test and autocorrelation test variable digressing of
classic assumption has not founded, its indicate that the available data has fulfill the
condition to use multiple linier regression method. The result of hypothesis test indicate that
CAR, NPL, LDR, NIM, and SIZE simultaneously significant toward SDROA. But from the five
independent variable, only variable CAR, NPL, LDR, and NIM in partial significant toward
SDROA go public general bank. Whereas in non go public bank only CAR, LDR, NIM, and
SIZE in partial significant toward SDROA. Chow test result show 96,57 bigger than 2,21 so
there is different significant influence on CAR, NPL, LDR, NIM, and SIZE toward SDROA
between go public general bank and non go public general bank.
Keywords: Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit
Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), Bank Size (SIZE), and Standard
Deviation of Return on Asset (SDROA)
1
I.
PENDAHULUAN
Bank merupakan institusi yang mengelola uang sebagai aktivitas utamanya, memiliki
risiko yang melekat (inhernt) secara sistematis. Risk loss yang terjadi pada suatu bank akan
menimbulkan dampak tidak hanya terhadap bank yang bersangkutan, tetapi juga akan
berdampak pada nasabah dan perekonomian secara keseluruhan. Bank sangat rentan terhadap
risiko sistemik yang melekat pada industri perbankan (Idroes, 2008). Dalam kalangan
perbankan, implementasi manajemen risiko menjadi keharusan karena kebangkrutan sebuah
bank dapat menimbulkan eksternalitas negatif yang sangat besar (Sunaryo, 2007).
Khusus pada industri perbankan, bank umum komersial masih tetap mendominasi
dengan pangsa sekitar 79,5% dari total aset sektor keuangan. Sementara, pangsa industri
keuangan lainnya seperti bank perkreditan rakyat, asuransi, dana pensiun, perusahaan
pembiayaan, sekuritas dan pegadaian relatif rendah (Bank Indonesia, 2010).
Bank umum dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu bank umum go publik dan
bank umum non go publik. Bank yang telah berstatus menjadi perusahaan publik maka harus
ada perubahan (transformasi) dalam sikap dan tindak-tanduk dari para pengelolanya,
perusahaan yang sebelumnya bersifat tertutup setelah go publik harus bersikap terbuka.
Perusahaan dituntut untuk lebih transparan dalam mengelola perusahaan karena setiap
kejadian yang menyangkut perusahaan publik akan menjadi sorotan masyarakat umum, para
investor maupun media masa, selain itu manajemen perusahaan publik juga dituntut mampu
menyampaikan informasi yang abstrak tetapi informasi tersebut harus dapat memberikan nilai
tambah (value-added) (Ang, 1997 dalam Hayu, 2009).
Bank-bank yang telah berstatus go publik harus berusaha sebaik mungkin mengelola
dana yang didapatkan dari publik, khususnya terhadap pengelolaan modal yang dimiliki
karena akan dimonitor oleh nasabah dan para investor. Oleh karena itu, bank harus
menyediakan informasi yang memadai mengenai kondisi keuangan dan kegiatan operasional
yang mereka lakukan. Adanya penyediaan informasi ini menggambarkan tanggung jawab
atas penggunaan modal yang diberikan oleh investor dan nasabah. Informasi ini diharapkan
dapat meningkatkan transparansi dan mencegah timbulnya masalah antara pihak bank dengan
pihak investor dan nasabah (Hayu, 2009).
Terdapat berbagai teknik analisis, termasuk berbagai rasio keuangan yang dapat
dipergunakan untuk melakukan penilaian kinerja suatu bank. Rasio-rasio yang bermanfaat
dapat menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau kinerja operasi dan
menggambarkan kecenderungan serta pola perubahan tersebut, yang pada gilirannya, dapat
2
menunjukkan kepada analis risiko dan peluang bagi perusahaan yang sedang ditelaah
(Helfert, 1997).
Risiko bisnis bank pada dasarnya merupakan suatu ketidakpastian mengenai
pendapatan (keuntungan) yang diperkirakan akan diterima. Ketidakpastian pada umumnya
dapat diukur dengan menggunakan simpangan baku (standar deviasi). Sedangkan mengenai
pendapatan (keuntungan), dalam beberapa penelitian umumnya diproksikan dengan
menggunakan rasio keuangan Return on Asset (ROA). Sementara aset merupakan unsur yang
mampu mewakili kepentingan nasabah mengingat aset bank sebagian besar bersumber dari
dana simpanan masyarakat dalam bentuk dana pihak ketiga. Oleh karena itu, SDROA
(Standard Deviation of Return on Asset) dipilih sebagai proksi dari risiko bisnis bank
(variabel dependen) dalam penelitian ini.
Stiroh dan Rumble (2005) menggunakan SDROA untuk mengukur total volatility of
profits. Menurut Naïmy (2005), variabilitas ROA mencakup pengukuran komprehensif yang
mampu mencerminkan tidak hanya risiko kredit, tetapi juga risiko suku bunga, risiko
operasional, dan berbagai risiko lainnya yang ada pada pendapatan bank. Standar deviasi
ROA merupakan pengukuran terbaik untuk variabilitas ROA.
Rasio keuangan yang umumnya mempengaruhi risiko bisnis bank (SDROA) adalah
CAR (mewakili modal), NPL (mewakili risiko kredit), LDR (mewakili risiko likuiditas), dan
NIM (mewakili risiko pasar), serta ukuran perusahaan (SIZE).
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang menunjukkan besarnya
kecukupan modal yang dimiliki bank. Pihak manajemen bank perlu memperhatikan besarnya
CAR yang ideal karena apabila terlalu tinggi akan mengakibatkan meningkatnya dana yang
idle dan apabila terlalu rendah akan berdampak pada hilangnya kepercayaan masyarakat yang
ditunjukkan dengan run on bank. Artinya, sebuah bank di “rush” oleh nasabah bank yang
ingin menarik kembali dananya di bank secara bersamaan dan besar-besaran sehingga dana
pihak ketiga dapat turun secara drastis, sementara besarnya penyaluran kredit bergantung
kepada besarnya simpanan (dana pihak ketiga) yang dapat dihimpun oleh bank. Sehingga
kemudian dapat menjatuhkan likuiditas bank dan menghambat aktivitas penyaluran kredit.
Selain memperhatikan besarnya CAR, manajemen bank juga perlu untuk
memperhatikan besarnya Non Performing Loan (NPL). Hal tersebut mengingat bahwa kredit
merupakan fokus, kegiatan utama perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasinya dan
kredit merupakan sumber pendapatan keuntungan terbesar bagi bank. Namun demikian, yang
perlu diwaspadai adalah kredit merupakan jenis kegiatan penanaman dana yang sering kali
justru menjadi penyebab utama bank menghadapi masalah yang cukup serius.
3
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio keuangan yang berhubungan dengan
aspek likuiditas. Semakin rendah LDR, maka semakin tinggi tingkat likuiditas bank. Apabila
tingkat likuiditas terlalu tinggi, dapat berpotensi merugikan bank karena dana yang idle
menjadi terlalu besar sehingga akan memperbesar cost of fund dan pada akhirnya akan
meningkatkan risiko keuangan bank. Semakin tinggi LDR, maka semakin tinggi tingkat
kredit diberikan. Semakin besar tingkat kredit yang diberikan, semakin meningkatkan potensi
risiko kredit (gagal bayar) dan apabila LDR terlalu tinggi, bank justru dapat mengalami
permasalahan berupa kesulitan likuiditas. Meskipun demikian, kredit merupakan sektor
utama bank dalam memperoleh pendapatan bunga.
Meskipun sektor kredit merupakan sektor yang paling tinggi dalam memberikan
pendapatan bunga bagi bank, pendapatan bunga yang diperoleh bank melalui kegiatan
perkreditan juga tidak luput dari risiko yang menyertainya. Saat suku bunga berubah,
pendapatan bunga dan biaya bunga bank akan berubah. Dibandingkan dengan risiko pasar
yang lain, risiko suku bunga relatif lebih besar. Untuk itu, manajemen bank perlu untuk
memperhatikan besarnya Net Interest Margin (NIM), yaitu rasio yang menunjukkan
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan
pendapatan bunga bersih.
Peluang untuk menempatkan dana pada sektor kredit akan dapat diperoleh apabila
bank memiliki aset yang besar. Namun semakin besar ukuran perusahaan perbankan (SIZE)
yang ditunjukkan dengan kepemilikan total assets yang besar juga memiliki peluang yang
lebih besar dalam meningkatkan risiko yang harus ditanggung oleh pihak bank. Hal tersebut
dapat terjadi apabila aset yang dimiliki bank tersebut tidak dikelola dan digunakan secara
maksimal untuk kegiatan operasional bank, sehingga bank justru berpotensi mengeluarkan
biaya pengelolaan aset yang lebih besar.
4
II.
TELAAH PUSTAKA
2.1
RISIKO BISNIS
Definisi risiko bisnis menurut Wild, et al. (2005), merupakan ketidakpastian atas
kemamampuan perusahaan untuk menghasilkan pengembalian yang memuaskan atas
investasinya dari sudut pandang faktor biaya dan pendapatan. Semantara Keown, et al.
(2004) mendefinisikan risiko bisnis sebagai variabilitas potensial dalam pendapatan sebelum
bunga dan pajak yang dihasilkan perusahaan dari lingkungan bisnis perusahaan.
Secara statistik risiko merupakan volatilitas dari sesuatu yang dapat berupa
pendapatan, laba, biaya, dsb. Volatilitas merupakan ukuran disperse (penyebaran) yang dalam
statistik diukur dengan variance (σ2) atau standar deviasi (σ). Semakin besar nilai standar
deviasi, maka semakin besar risiko yang harus dihadapi (Ghozali, 2007).
2.2
Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR atau sering disebut rasio permodalan merupakan modal dasar yang harus
dipenuhi oleh bank. Modal ini digunakan untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap
kinerja bank. Hal ini wajar karena bisnis perbankan adalah bisnis yang berdasarkan
kepercayaan. Selain itu adanya berbagai risiko yang besar mungkin dapat terjadi pada bank.
(Rahim dan Irpa, 2008). Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka
pengembangan usaha bisnis dan menampung risiko kerugian, semakin tinggi CAR maka
semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva
produktif yang berisiko (Lisa dan Suryani, 2006 dalam Rahim dan Irpa, 2008).
Penelitian Kevin J. Stiroh dan Adrienne Rumble (2005), Thierno Amadou Barry,
Laetitia Lepetit dan Amine Tarazi (2008), dan Isabelle Distinguin, Tchudjane Kouassi, dan
Amine Tarazi (2010) menunjukkan bahwa CAR positif signifikan terhadap SDROA.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1a: CAR berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum go publik.
H1b: CAR berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum non go publik.
2.3
Non Performing Loan (NPL)
NPL merupakan persentase jumlah kredit bermasalah (dengan kriteria kurang lancar,
diragukan dan macet) terhadap total kredit yang disalurkan bank (Siamat, 2005). Kredit
macet terjadi pada saat sebuah bank tidak mampu mendapatkan kembali pokok kredit
ataupun bunga dari kredit yang telah diberikan. Hal ini akan menyebabkan bank menderita
kerugian yang besarnya dapat berubah-ubah (variable) dan modal bank akan terkikis karena
5
bank harus menutup setiap kerugian yang terjadi (Indonesia Certificate in Banking Risk and
Regulation, 2008). Apabila suatu bank kondisi NPL tinggi maka akan memperbesar biaya
baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya
lainnya, sehingga berpotensi
terhadap kerugian bank (Mawardi, 2005). NPL mencerminkan rasio kredit. Semakin kecil
NPL maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank (Ali, 2004).
Hasil Penelitian Christophe J. Godlewski (2004) menyatakan NPL positif signifikan
terhadap SDROA. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2a: NPL berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum go publik.
H2b: NPL berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum non go publik.
2.4
Loan to Deposit Ratio (LDR)
LDR adalah rasio keuangan perusahaan perbankan yang berhubungan dengan aspek
likuiditas. LDR adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka,
giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan
requests) nasabahnya. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas. Rasio yang
tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau realtif
tidak likuid (illiquid) (Latarumaerissa, 1999). Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana
yang dihimpun, hal itu akan sangat menguntungkan. Namun, itu akan sangat terkait dengan
risiko apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana tidak dapat
mengembalikan dana yang dipinjamnya. (Rusyamsi, 1999). Semakin tinggi LDR, semakin
rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini karena jumlah dana yang
diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Rasio ini juga merupakan
indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank (Dendawijaya, 2005).
Penelitian Simon Kwan (2004), Kevin J. Stiroh dan Adrienne Rumble (2005)
menunjkkan bahwa LDR positif signifikan terhadap SDROA. Berdasarkan uraian tersebut
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3a: LDR berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum go publik.
H3b: LDR berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum non go publik.
2.5
Net Interest Margin (NIM)
NIM adalah perbandingan antara interest income dikurangi interest expenses dibagi
dengan average interest earning assets (Riyadi, 2006). Net Interest Margin (NIM)
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva
produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Semakin besar rasio ini maka
6
akan meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank dalam kondisi
bermasalah akan semakin kecil (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).
Penelitian Christophe J. Godlewski (2004), Kevin J. Stiroh dan Adrienne Rumble
(2005) menunjukkan hasil bahwa NIM negatif signifikan terhadap SDROA. Berdasarkan
uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H4a: NIM berpengaruh negatif signifikan terhadap SDROA bank umum go publik.
H4b: NIM berpengaruh negatif signifikan terhadap SDROA bank umum non go publik.
2.6
Ukuran Perusahaan (SIZE)
Ukuran perusahaan adalah suatu skala, dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya
perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan
lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi
menjadi 3 kategori yang
didasarkan kepada total assets perusahaan yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan
menengah (medium firm), dan perusahaan kecil (small firm) (Machfoedz, 1994).
Distinguin, et al. (2010) menggunakan log of total assets sebagai proksi bagi bank
size. Sifat alami hubungan risiko bank ambigu. Semakin besar bank diasumsikan memiliki
kemampuan yang lebih baik untuk mendiversifikasikan risiko sehingga seharusnya memiliki
pendapatan yang lebih stabil untuk mengurangi risiko. Namun demikian, dalam the presence
of a too-big-to-fail (TBTF) policy, semakin besar bank, memungkinkan dorongan yang lebih
besar pula dalam mengambil tingkat risiko yang lebih besar. Sementara menurut Ang, 1997
dalam Rusda (2009), apabila pihak manajemen bank tidak mampu mengelola asetnya dengan
efisien, memungkinkan timbulnya risiko yang akan semakin bertambah sejalan dengan
peningkatan aset.
Penelitian yang dilakukan Kevin J. Stiroh dan Adrienne Rumble (2005) menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan (SIZE) positif signifikan terhadap SDROA. Berdasarkan uraian
tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H5a: SIZE berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum go publik.
H5b: SIZE berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum non go publik.
2.7
Perbandingan Risiko Bisnis (SDROA) Bank Umum Go Publik dan Bank Umum
Non Go Publik
Penelitian ini diperluas dengan membandingkan hasil regresi bank umum go publik
dan bank umum non go publik, dengan alasan bahwa kinerja bank umum go publik lebih
diminati pasar karena sudah mencantumkan laporan keuangannya secara terbuka dan
7
transparan sehingga investor secara transparan dapat mengetahui kinerja termasuk risiko
bisnis bank. Namun apakah pengklasifikasian bank umum komersial menjadi kelompok bank
umum go publik dan bank umum non go publik tersebut benar-benar mempengaruhi stabilitas
model regresi, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna menguji perbedaan pengaruh
CAR, NPL, LDR, NIM, dan SIZE terhadap risiko bisnis bank (SDROA) pada bank umum go
publik dan bank umum non go publik. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H6 : Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara CAR, NPL, LDR, NIM, dan
SIZE terhadap SDROA bank umum go publik dan bank umum non go publik.
Kerangka Pemikiran Teoritis
Sumber: Kevin J. Stiroh dan Adrienne Rumble (2005) dan Christophe J. Godlewski (2004)
8
III.
METODE PENELITIAN
3.1
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan umum komersial
di Indonesia yang melaporkan keuangannya pada Bank Indonesia dalam Direktori Perbankan.
Sementara pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling,
yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu (Indriantoro dan
Supomo, 1999). Beberapa kriteria sampel tersebut adalah: (1). Bank umum go publik dan
bank umum non go publik yang memiliki data laporan keuangan tahunan secara lengkap,
dengan periode laporan yang berakhir pada 31 Desember tahun 2004 sampai dengan 2008
dan memiliki data laporan keuangan bulanan secara lengkap selama periode pengamatan
(tahun 2004 sampai dengan 2008); (2). Bank umum go publik dan bank umum non go publik
yang menyajikan data penghitungan rasio keuangan secara lengkap sesuai variabel yang akan
diteliti selama periode pengamatan (tahun 2004 sampai dengan 2008); (3). Bank umum go
publik dan bank umum non go publik yang masih beroperasi selama periode pengamatan
(tahun 2004 sampai dengan 2008). Berdasarkan kriteria tersebut, dari sejumlah 144 bank
umum komersial yang beroperasi di Indonesia pada tahun 2004-2008, bank yang memenuhi
persyaratan sebagai sampel penelitian yaitu berjumlah 70 bank, yang terdiri atas 21 bank
umum go publik dan 49 bank umum non go publik.
3.2
Model Analisis dan Teknik Pengujian Hipotesis
a. Risiko Bisnis
Risiko bisnis merupakan variabilitas potensial dalam pendapatan sebelum bunga
dan pajak yang dihasilkan perusahaan dari lingkungan bisnis perusahaan (Keown,
et al., 2004). Penelitian ini menggunakan standar deviasi ROA (SDROA) sebagai
indikator risiko bisnis bank. Adapun formula dari SDROA adalah sebagai berikut:
Sementara formula dari Return on Asset (ROA) adalah sesuai dengan SE
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 yaitu:
9
b. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh
seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga,
tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri disamping
memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank (Dendawijaya, 2005).
Sesuai dengan SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, CAR dirumuskan sebagai
berikut:
c. Non Performing Loan (NPL)
Non Performing Loan (NPL) merupakan persentase jumlah kredit bermasalah
(dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan macet) terhadap total kredit yang
disalurkan bank (Siamat, 2005).
d. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah perbandingan antara kredit yang diberikan
terhadap volume dana yang diterima atau dana pihak ketiga (Giro, tabungan,
deposito, dan kewajiban jangka pendek lainnya) (Taswan, 2006).
Sesuai dengan SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, LDR dirumuskan sebagai
berikut:
e. Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) adalah perbandingan antara Interest Income dikurangi
Interest Expenses dibagi dengan Average Interest Earning Assets (Riyadi, 2006).
Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan
pendapatan bunga bersih (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).
Sesuai dengan SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, NIM dirumuskan sebagai
berikut:
10
f. Ukuran perusahaan (SIZE)
Ukuran perusahaan adalah suatu skala, dimana dapat diklasifikasikan besar
kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai
pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi
menjadi 3 kategori yang didasarkan kepada total assets perusahaan yaitu
perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), dan
perusahaan kecil (small firm) (Machfoedz, 1994).
Ukuran Perusahaan (SIZE) = Ln Total Assets
3.3
Perumusan Model
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier berganda, untuk
melihat hubungan antara satu variabel terikat dengan lebih dari satu variabel bebas. Teknik
pengolahan data menggunakan program aplikasi Statistical Package for Social Sciences
(SPSS) versi 17. Model regresi yang digunakan adalah:
Y = a + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3 + b4 x4 +b5 x5 + ei
Y
= Risiko bisnis bank yang diproksikan dengan Standard Deviation of Return on
Asset (SDROA)
a
= konstanta
b1 – b5
= koefisien regresi, merupakan besarnya perubahan variabel terikat akibat
perubahan tiap-tiap unit variabel bebas.
x1
= Capital Adequacy Ratio (CAR)
x2
= Non Performing Loan (NPL)
x3
= Loan to Deposit Ratio (LDR)
x4
= Net Interest Margin (NIM)
x5
= Ukuran perusahaan (SIZE)
ei
= Kesalahan residual (error)
Dalam penelitian ini penulis
melakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji
normalitas residual, uji multikolonearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F, uji t dan terakhir uji chow untuk
menguji perbedaan pengaruh CAR, NPL, LDR, NIM, dan SIZE terhadap risiko bisnis bank
umum go publik dan bank umum non go publik.
11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Asumsi Klasik
a) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk menentukan suatu
variabel terdistribusi normal atau tidak dapat dilihat melalui analisis grafik dengan
histogram maupun grafik probability plot.
Baik pada bank umum go publik maupun bank umum non go publik, grafik
histogram memberikan pola distibusi yang mendekati normal yaitu memiliki bentuk
yang simetris menyerupai lonceng. Sedangkan, pada grafik normal probability plot
terlihat bahwa penyebaran titik-titik berada disepanjang dan disekitar garis diagonal
baik. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa besarnya nilai probabilitas
lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) sehingga data residual terdistribusi normal.
b) Uji Multikolonearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada
atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi, dapat dilihat dari nilai
tolerance (TOL) dan lawannya, serta dengan Variance Inflation Factor (VIF)
(Ghozali, 2009).
Semua variabel independen pada bank umum go publik dan bank umum non go
publik mempunyai nilai tolerance diatas 0,10 dan nilai VIF dibawah 10. Dengan
demikian, model regresi dalam penelitian ini terbebas dari gejala multikolonearitas.
c) Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedatisitas dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah model regresi yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. (Ghozali, 2009).
Grafik scatterplot pada bank umum go publik dan bank umum non go publik
menunjukkan pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0
pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa data terbebas dari masalah
heteroskedastisitas.
12
d) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2009).
Berdasarkan hasil analisis regresi pada bank umum go publik di Indonesia tahun
2004-2008, diperoleh nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 1,907. Sedangkan besarnya
DW tabel memiliki batas luar (dl) = 1,571; batas dalam (du) = 1,780; 4 – du = 2,22;
dan 4 – dl = 2,429. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa DW-test terletak pada
daerah tidak ada autokorelasi.
Berdasarkan hasil analisis regresi pada dan bank umum non go publik di
Indonesia tahun 2004-2008diperoleh nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 2,057.
Sedangkan besarnya DW tabel memiliki batas luar (dl) = 1,718; batas dalam (du) =
1,820; 4 – du = 2,18; dan 4 – dl = 2,282. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
DW-test terletak pada daerah tidak ada autokorelasi.
Mengingat uji Durbin-Watson memiliki kelemahan pada data dengan jumlah
besar (di atas 100 observasi), maka selain menggunakan uji Durbin-Watson, uji
autokorealsi pada penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan uji Langrange
Multiplier (LM test). Koefisien parameter untuk variabel residual memberikan
probabilitas signifikansi sebesar 0,646 pada bank umu go publik dan sebesar 0.639
pada bank umum non go publik. Karena tingkat signifikansi variabel residual tersebut
jauh di atas tingkat signifikansi 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
autokorelasi antar nilai residual.
4.2
Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan hasil perhitungan regresi berganda antara variabel independen yaitu
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR),
Net Interest Margin (NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE) terhadap risiko bisnis bank yang
diproksikan dengan Standard Deviation of Return on Asset (SDROA), diperoleh nilai
koefisien regresi pada bank umum go publik dan bank umum non go publik sebagai berikut:
13
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Bank Umum Go Publik
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
,164
,178
CAR
,004
,002
NPL
,008
LDR
a
Collinearity
Statistics
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
,918
,361
,211
2,350
,021
,784
1,276
,003
,264
3,038
,003
,834
1,199
-,002
,001
-,254
-2,674
,009
,695
1,440
NIM
,038
,006
,567
6,067
,000
,720
1,389
SIZE
-,006
,009
-,055
-,642
,523
,867
1,153
a. Dependent Variable: SDROA
SDROA = 0,211 CAR + 0,264 NPL – 0,254 LDR + 0,567 NIM − 0,055 SIZE
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Bank Umum Go Publik
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
-,638
,150
CAR
,001
,000
NPL
,003
LDR
a
Collinearity
Statistics
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
-4,244
,000
,238
3,602
,000
,778
1,285
,005
,033
,553
,581
,964
1,037
,001
,000
,196
3,172
,002
,885
1,130
NIM
,027
,004
,418
6,654
,000
,860
1,163
SIZE
,043
,009
,322
4,975
,000
,808
1,237
a. Dependent Variable: SDROA
SDROA = 0,238 CAR + 0,033 NPL + 0,196 LDR + 0,418 NIM + 0,322 SIZE
4.3
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2009).
Hasil perhitungan koefisien determinasi pada bank umum go publik menunjukkan
besarnya adjusted R2 adalah 0,358, hal ini berarti bahwa 36% variasi Standard Deviation of
14
Return on Asset (SDROA) dapat dijelaskan oleh variasi dari ke lima variabel independen
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR),
Net Interest Margin (NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE). Sedangkan sisanya sebesar 64%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model.
Hasil perhitungan koefisien determinasi pada bank umum non go publik menunjukkan
besarnya adjusted R2 adalah 0,180, hal ini berarti bahwa 18% variasi Standard Deviation of
Return on Asset (SDROA) dapat dijelaskan oleh variasi dari kelima variabel independen
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR),
Net Interest Margin (NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE). Sedangkan sisanya sebesar 82%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model.
4.4
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen/terikat (Ghozali, 2009).
Hasil perhitungan uji statistik F pada bank umum go publik menunjukkan nilai F
hitung sebesar 12,388 dan sebesar 11,649 pada bank umum non go publik dengan
signifikansi masing-masing sebesar 0,000 . Karena memiliki signifikansi lebih kecil dari
0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin
(NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen Standard Deviation of Return on Asset (SDROA) baik pada bank umum go publik
maupun pada bank umum non go publik.
4.5
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2009). Adapun hasil uji statistik t pada bank umum go publik dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Nilai standardized coefficient beta variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar
0,211 dengan signifikansi sebesar 0,021 (< 0,05) sehingga variabel Capital Adequacy
Ratio (CAR) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap SDROA.
15
2. Nilai standardized coefficient beta variabel Non Performing Loan (NPL) sebesar
0,264 dengan signifikansi sebesar 0,003 (< 0,05) sehingga variabel Non Performing
Loan (NPL) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap SDROA.
3. Nilai standardized coefficient beta variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar
0,254 dengan signifikansi sebesar 0,009 (< 0,05) sehingga variabel Loan to Deposit
Ratio (LDR) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap SDROA.
4. Nilai standardized coefficient beta variabel Net Interest Margin (NIM) sebesar 0,567
dengan signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) sehingga variabel Net Interest Margin
(NIM) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap SDROA.
5. Nilai standardized coefficient beta variabel ukuran perusahaan (SIZE) sebesar 0,055
dengan signifikansi sebesar 0,523 (> 0,05) sehingga variabel ukuran perusahaan
(SIZE) memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap SDROA.
Sedangkan hasil uji t pada bank umum non go publik dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai standardized coefficient beta variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar
0,238 dengan signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) sehingga variabel Capital Adequacy
Ratio (CAR) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap SDROA.
2. Nilai standardized coefficient beta variabel Non Performing Loan (NPL) sebesar
0,033 dengan signifikansi sebesar 0,581 (> 0,05) sehingga variabel Non Performing
Loan (NPL) memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap SDROA.
3. Nilai standardized coefficient beta variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar
0,196 dengan signifikansi sebesar 0,002 (< 0,05) sehingga variabel Loan to Deposit
Ratio (LDR) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap SDROA.
4. Nilai standardized coefficient beta variabel Net Interest Margin (NIM) sebesar 0,418
dengan signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) sehingga variabel Net Interest Margin
(NIM) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap SDROA.
5. Nilai standardized coefficient beta variabel ukuran perusahaan (SIZE) sebesar 0,322
dengan signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) sehingga variabel ukuran perusahaan
(SIZE) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap SDROA.
4.6
Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk meguji ada tidaknya perbedaan pengaruh variabel
independen Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit
Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE) terhadap variabel
16
dependen Standard Deviation of Return on Asset (SDROA) pada bank umum go publik dan
bank umum non go publik.
Nilai residual untuk bank umum go publik (RSSur1) sebesar 2,375 dan nilai residual
untuk bank umum non go publik (RSSur2) yaitu 8,073. Sedangkan, nilai residual gabungan
bank umum go publik dan bank umum non go publik (RSSr) sebesar 25,462. Dengan jumlah
n sebanyak 346 dan jumlah parameter yang diestimasi restricted regresion (k) sebesar 5
maka didapatkan perhitungan uji chow sebagai berkut :
RSSur = RSS1 + RSS2
= 2,375+ 8,073
= 10,448
F
= (RSSr - RSSur)/k
(RSSur)/(n1+n2 –2k)
= (25,462- 10,448)/5
(10,448)/(346-10)
=
3,0028
0,03109524
= 96,57
Hasil pengujian menghasilkan nilai F hitung sebesar 96,57 sementara nilai F tabel
diperoleh sebesar 2,21. Dengan demikian diperoleh nilai F hitung > F tabel. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan dari variabel Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net
Interest Margin (NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE) terhadap Standard Deviation of
Return on Asset (SDROA) pada bank umum go publik dan bank umum non go publik.
4.7
Pembahasan
4.7.1
Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR pada bank umum go publik memiliki nilai standardized coefficient beta sebesar
0,211 menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi
sebesar 0,021 (< 0,05) menunjukkan CAR berpengaruh signifikan terhadap SDROA.
Sehingga H1a diterima. Sementara pada bank umum non go publik, variabel CAR memiliki
nilai standardized coefficient beta sebesar 0,238 menunjukkan bahwa CAR berpengaruh
17
positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) menunjukkan CAR
berpengaruh signifikan terhadap SDROA. Sehingga H1b diterima.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi CAR, maka semakin tinggi
pula tingkat risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA. Sebaliknya, semakin
rendah CAR, maka akan semakin rendah pula risiko bisnis bank (SDROA). Besarnya CAR
atau permodalan yang dimiliki oleh bank umum go publik terbukti mampu menanggung
besarnya risiko yang dihadapi bank dan menjaga tingkat kepercayaan masyarakat. Dengan
besarnya CAR yang dimiliki, pihak bank memiliki keberanian yang lebih untuk menanggung
risiko bisnis yang lebih besar atau dapat dikatakan bahwa bank bersikap sebagai risk lover.
4.7.2
Non Performing Loan (NPL)
NPL pada bank umum go publik memiliki nilai standardized coefficient beta sebesar
0,264 menunjukkan bahwa NPL berpengaruh positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi
sebesar 0,003 (< 0,05) menunjukkan NPL berpengaruh signifikan terhadap SDROA.
Sehingga H2a diterima. Sementara pada bank umum non go publik, variabel NPL memiliki
nilai standardized coefficient beta sebesar 0,033 menunjukkan bahwa NPL berpengaruh
positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi sebesar 0,581 (> 0,05) menunjukkan NPL
berpengaruh tidak signifikan terhadap SDROA. Sehingga H2b ditolak.
Arah pengaruh yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi NPL, maka semakin
tinggi pula tingkat risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA. Sebaliknya, semakin
rendah NPL, maka akan semakin rendah pula risiko bisnis bank (SDROA). Tingginya tingkat
kredit macet yang ditunjukkan dengan tingginya NPL mengindikasikan rendahnya
kemampuan debitur dalam membayar seluruh pinjaman atau kredit yang diberikan bank. Hal
ini berdampak pada membengkaknya biaya pencadangan penghapusan aktiva produktif dan
biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. NPL atau kredit macet terbukti
menyebabkan bank menderita kerugian yang besarnya berubah-ubah (variable). Dengan kata
lain, besarnya NPL mendorong timbulnya volatilitas dalam profit sehingga semakin besar
NPL maka semakin besar pula tingkat risiko bisnis yang harus ditanggung oleh bank.
Tidak signifikannya variabel NPL dalam mempengaruhi SDROA bank umum non go
publik mengindikasikan bahwa besar-kecilnya Non Performing Loan (NPL) belum tentu
mempengaruhi besar-kecilnya SDROA. Besarnya risiko kredit yang ditunjukkan dengan
besarnya rasio NPL tidak secara signifikan mendorong peningkatan risiko bisnis bank yang
diproksikan dengan SDROA. Hal ini dikarenakan secara umum, rata-rata NPL bank umum
non go publik yang beroperasi pada tahun amatan penelitian telah memenuhi standar
ketentuan Bank Indonesia sebesar maksimum 5%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kredit
18
macet pada bank umum go publik relatif rendah sehingga risiko yang timbul tersebut masih
mampu diatasi bank secara baik dan pada akhirnya tidak berimbas pada dorongan akan
terjadinya peningkatan risiko bisnis pada bank umum non go publik secara umum.
4.7.3
Loan to Deposit Ratio (LDR)
LDR pada bank umum go publik memiliki nilai standardized coefficient beta sebesar
0,254 menunjukkan bahwa LDR berpengaruh negatif terhadap SDROA. Nilai signifikansi
sebesar 0,009 (< 0,05) menunjukkan LDR berpengaruh signifikan terhadap SDROA.
Sehingga H3a ditolak. Sementara pada bank umum non go publik, variabel LDR memiliki
nilai standardized coefficient beta sebesar 0,196 menunjukkan bahwa LDR berpengaruh
positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi sebesar 0,002 (< 0,05) menunjukkan LDR
berpengaruh signifikan terhadap SDROA. Sehingga H3b diterima.
Arah pengaruh yang negatif pada bank umum go publik menunjukkan bahwa semakin
tinggi LDR, maka semakin rendah tingkat risiko bisnis bank yang diproksikan dengan
SDROA. Sebaliknya, semakin rendah LDR, maka akan semakin tinggi risiko bisnis bank
(SDROA). Tingkat LDR yang tinggi menunjukkan tingkat kredit diberikan yang tinggi, atau
dengan kata lain bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau realtif tidak likuid.
Namun demikian, ternyata tingkat LDR yang tinggi tidak terbukti mampu mendorong
tingginya tingkat risiko bisnis. Justru tingkat likuiditas (simpanan) yang tinggi, yang
ditunjukkan oleh tingkat LDR yang rendah menorong timbulnya tingkat risiko bisnis yang
lebih besar karena dana yang dihimpun oleh bank cenderung idle atau tidak produktif. Hal
tersebut berdampak pada ketidakpastian tingkat keuntungan yang akan diperoleh bank
sehingga terjadi volatilitas yang lebih tinggi pada tingkat keuntungan bank.
Arah pengaruh yang positif pada bank umum non go publik menunjukkan bahwa
semakin tinggi LDR, maka semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis bank yang diproksikan
dengan SDROA. Sebaliknya, semakin rendah LDR, maka akan semakin rendah pula risiko
bisnis bank (SDROA). Tingkat LDR yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank
meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau realtif tidak likuid (illiquid) karena jumlah
dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar, sehingga hal ini sangat
terkait dengan risiko apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau dengan kata
lain pihak bank tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjamnya dari nasabah.
4.7.4
Net Interest Margin (NIM)
NIM pada bank umum go publik memiliki nilai standardized coefficient beta sebesar
0,567 menunjukkan bahwa NIM berpengaruh positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi
19
sebesar 0,000 (< 0,05) menunjukkan NIM berpengaruh signifikan terhadap SDROA.
Sehingga H4a diterima. Sementara pada bank umum non go publik, variabel NIM memiliki
nilai standardized coefficient beta sebesar 0,418 menunjukkan bahwa NIM berpengaruh
positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) menunjukkan NIM
berpengaruh signifikan terhadap SDROA. Sehingga H4b diterima.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi NIM, maka semakin tinggi
pula tingkat risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA. Sebaliknya, semakin
rendah NIM, maka akan semakin rendah pula risiko bisnis bank (SDROA). Besarnya
pendapatan bunga atau NIM yang dimiliki bank tidak terbukti mampu menurunkan tingkat
risiko bisnis yang harus ditanggung oleh bank. Hal ini terjadi karena saat suku bunga
berubah, pendapatan bunga dan biaya bunga bank akan berubah. Sebagai contoh saat suku
bunga naik, baik pendapatan bunga maupun biaya bunga akan naik karena beberapa aset dan
liability bank akan dihargai pada tingkat yang lebih tinggi. Sehingga rasio NIM yang tinggi
justru mendorong timbulnya
peningkatan dalam hal variabilitas keuntungan yang akan
diperoleh bank sebagai akibat ketimpangan yang terjadi antara peningkatan pendapatan
bunga dan biaya bunga.
4.7.5
Ukuran Perusahaan (SIZE)
SIZE pada bank umum go publik memiliki nilai standardized coefficient beta sebesar
0,055 menunjukkan bahwa SIZE berpengaruh negatif terhadap SDROA. Nilai signifikansi
sebesar 0,523 (> 0,05) menunjukkan SIZE berpengaruh tidaksignifikan terhadap SDROA.
Sehingga H5a ditolak. Sementara pada bank umum non go publik, variabel SIZE memiliki
nilai standardized coefficient beta sebesar 0,322 menunjukkan bahwa SIZE berpengaruh
positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) menunjukkan SIZE
berpengaruh signifikan terhadap SDROA. Sehingga H5b diterima.
Arah pengaruh yang positif pada bank umum go publik menunjukkan bahwa semakin
besar ukuran perusahaan (SIZE) maka semakin rendah tingkat risiko bisnis bank yang
diproksikan dengan SDROA. Sebaliknya, semakin rendah SIZE, maka akan semakin tinggi
risiko bisnis bank (SDROA). Besarnya ukuran perusahaan (SIZE) yang ditunjukkan melalui
besarnya LnTA tidak terbukti meningkatkan besarnya SDROA. Hasil penelitian ini justru
menjelaskan bahwa semakin besar bank, maka bank memiliki kemampuan yang lebih baik
untuk mendiversifikasikan risiko yang ada sehingga bank memiliki pendapatan yang lebih
stabil untuk mengurangi tingkat risiko.
20
Tidak signifikannya variabel ukuran perusahaan (SIZE) dalam mempengaruhi
SDROA bank umum go publik mengindikasikan bahwa besar-kecilnya ukuran perusahaan
perbankan belum tentu mempengaruhi besarnya risiko bisnis bank yang diproksikan dengan
SDROA. Bank dengan total aset yang besar belum tentu memiliki keberanian dalam dalam
menanggung tingkat risiko yang besar pula. Bank justru mengedepankan sikap kehatihatiannya sehingga tidak menggunakan aset yang dimiliki secara optimal untuk kegiatan
investasi yang memungkinkan hasil sekaligus risiko yang lebih besar. Dalam hal ini perilaku
bank umum go publik di Indonesia lebih menunjukkan sikap risk averse dibandingkan risk
lover.
Arah pengaruh yang positif pada bank umum non go publik menunjukkan bahwa
semakin tinggi ukuran perusahaan (SIZE), maka semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis
bank umum non go publik yang diproksikan dengan SDROA. Sebaliknya, semakin rendah
ukuran perusahaan (SIZE), maka akan semakin rendah risiko bisnis bank (SDROA).
Besarnya ukuran perusahaan (SIZE) terbukti meningkatkan besarnya SDROA. Hal ini
menunjukkan bahwa pihak manajemen bank tidak mampu mengelola aset yang dimiliki bank
secara efisien sehingga mendorong timbulnya risiko yang akan semakin bertambah sejalan
dengan peningkatan aset.
4.7.6
Perbandingan Risiko Bisnis (SDROA) Bank Umum Go Publik dan Bank Umum
Non Go Publik
Hasil uji Chow didapatkan nilai F hitung sebesar 96,57 sementara nilai F tabel
diperoleh sebesar 2,21. Dengan demikian diperoleh nilai F hitung > F tabel. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan dari variabel Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net
Interest Margin (NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE) terhadap Standard Deviation of
Return on Asset (SDROA) pada bank umum go publik dan bank umum non go publik.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat dinyatakan bahwa risiko bisnis bank umum yang
masuk dalam kriteria go publik dan non go publik mempunyai faktor-faktor yang berbeda
dalam mempengaruhi risiko bisnis. Variabel independen yang dapat mempengaruhi besarnya
SDROA pada bank umum yang masuk dalam kriteria go publik hanya variabel CAR, NPL,
LDR, dan NIM, sedangkan pada bank umum non go publik variabel independen yang
mempengaruhi SDROA yaitu CAR, LDR, NIM, dan SIZE. Hasil penelitian ini sesuai dengan
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu terdapat perbedaan pengaruh yang
signifikan antara CAR, NPL, LDR, NIM, dan SIZE terhadap SDROA pada bank umum go
publik dan bank umum non go publik sehingga H6 diterima.
21
V.
PENUTUP
5.1
Simpulan
Selama periode amatan menunjukkan bahwa data telah memenuhi syarat untuk
menggunakan model persamaan regresi linier berganda. Hal ini dapat dilihat dari uji
normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat variabel yang menyimpang dari asumsi klasik.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang menguji pengaruh Capital Adequacy
Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest
Margin (NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE) terhadap risiko bisnis bank umum go publik
dan bank umum non go publik yang diproksikan dengan Standard Deviation of Return on
Asset (SDROA), maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengujian hipotesis pertama untuk kelompok bank umum go publik (H1a)
diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,211dan nilai signifikansi sebesar 0,021 (< 0,05)
Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel CAR berpengaruh positif signifikan
terhadap risiko bisnis bank (SDROA).
2. Berdasarkan pengujian hipotesis kedua untuk kelompok bank umum go publik (H2a)
diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,264 dan nilai signifikansi sebesar 0,003 (< 0,05).
Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel NPL berpengaruh positif signifikan
terhadap risiko bisnis bank (SDROA).
3. Berdasarkan pengujian hipotesis ketiga untuk kelompok bank umum go publik (H3a)
diketahui
nilai koefisien beta sebesar 0,254 dan nilai signifikansi sebesar 0,009
(< 0,05). Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel LDR berpengaruh negatif
signifikan terhadap risiko bisnis bank (SDROA).
4. Berdasarkan pengujian hipotesis keempat untuk kelompok bank umum go publik (H4a)
diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,567 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05).
Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel NIM berpengaruh positif signifikan
terhadap risiko bisnis bank (SDROA).
5. Berdasarkan pengujian hipotesis kelima untuk kelompok bank umum go publik (H5a)
diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,055 dan
nilai signifikansi sebesar 0,523
(> 0,05). Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel SIZE berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap risiko bisnis bank (SDROA).
6. Berdasarkan pengujian hipotesis pertama untuk kelompok bank umum non go publik
(H1b) diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,238 dan nilai signifikansi sebesar 0,000
22
(< 0,05). Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel CAR berpengaruh positif
signifikan terhadap risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA.
7. Berdasarkan pengujian hipotesis kedua untuk kelompok bank umum non go publik (H2b)
diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,033 dan nilai signifikansi sebesar 0,581 (> 0,05).
Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel NPL berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA.
8. Berdasarkan pengujian hipotesis ketiga untuk kelompok bank umum non go publik (H3b)
diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,196 dan nilai signifikansi sebesar 0,002 (< 0,05).
Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel LDR berpengaruh positif signifikan
terhadap risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA.
9. Berdasarkan pengujian hipotesis keempat untuk kelompok bank umum non go publik
(H4b) diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,418 dan nilai signifikansi sebesar 0,000
(< 0,05). Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel NIM berpengaruh positif
signifikan terhadap risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA.
10. Berdasarkan pengujian hipotesis kelima untuk kelompok bank umum go publik (H5b)
diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,322 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (> 0,05).
Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel SIZE berpengaruh positif signifikan
terhadap risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA.
11. Berdasarkan pengujian hipotesis keenam (H6) dengan menggunakan uji Chow diketahui
nilai F hitung (96,57) lebih besar dari nilai F tabel (2,21). Sehingga disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara CAR, NPL, LDR, NIM, dan SIZE
terhadap SDROA pada bank umum go publik dan bank umum non go publik.
5.2
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak luput dari sejumlah keterbatasan yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Nilai adjusted R2 untuk kelompok bank umum go publik hanya dapat menjelaskan 36%
atau sebagian kecil dari variasi variabel dependen, sementara untuk kelompok bank
umum non go publik hanya 18% variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh
variasi dari kelima variabel independen. Hal ini mengindikasikan adanya faktor-faktor
lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini dan diduga lebih mampu menjelaskan
variasi variabel dependen.
2. Objek pengamatan dalam penelitian ini hanya terbatas pada bank umum komersial yang
beroperasi di Indonesia, yang terbagi dalam kelompok bank umum go publik dan bank
23
umum non go publik, dengan periode pengamatan selama 5 tahun, yaitu tahun 2004
sampai dengan tahun 2008. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan data yang dapat
diperoleh peneliti.
3. Variabel yang digunakan sebagai dasar untuk memprediksi risiko bisnis bank (SDROA)
dalam penelitian ini hanya terbatas pada rasio keuangan Capital Adequacy Ratio (CAR),
Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM),
dan ukuran perusahaan (SIZE).
5.3
Saran
Berdasarkan hasil analisis regresi, maka saran yang dapat diberikan terkait penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi manajemen
a) Implikasi Kebijakan Manajerial Bank Umum Go Publik
Berdasarkan hasil analisis regresi, didapatkan nilai koefisien beta untuk masingmasing variabel independen yang memiliki pengaruh paling dominan dan signifikan
terhadap SDROA pada bank umum go publik secara berurutan adalah variabel NIM
dengan nilai koefisien sebesar 0,567; kemudian NPL dengan nilai koefisien sebesar
0,264; dan selanjutnya LDR dengan nilai koefisien sebesar 0,254; serta CAR dengan
nilai koefisien sebesar 0,211. Oleh karena itu, implikasi kebijakan manajerial dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Dengan melihat variabel Net Interest Margin (NIM) pada bank umum go publik,
maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko bisnis
bank adalah mampu menjaga Net Interest Margin (NIM) agar tidak terlalu tinggi
karena dengan meningkatnya Net Interest Margin (NIM), maka akan semakin
tinggi pula tingkat risiko bisnis yang akan dihadapai bank. Sesuai standar yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia, perusahaan perbankan wajib menjaga besarnya
NIM minimum 6%.
b. Dengan melihat variabel Non Performing Loan (NPL) pada bank umum go
publik, maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko
bisnis bank adalah mampu meminimalkan Non Performing Loan (NPL) karena
NPL merupakan rasio yang mencerminkan jumlah kredit bermasalah yang
dihadapi bank sebagai akibat kualitas kredit yang buruk. Semakin tinggi Non
Performing Loan (NPL), maka akan semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis yang
24
akan dihadapai bank. Sesuai standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,
perusahaan perbankan wajib menjaga besarnya NPL maksimum sebesar 5%.
c. Dengan melihat variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank umum go
publik, maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko
bisnis bank adalah mampu meningkatkan Loan to Deposit Ratio (LDR). Karena
semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR), maka akan semakin rendah tingkat
risiko bisnis yang akan dihadapai bank. Sesuai dengan standar yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia, bank wajib menjaga besarnya LDR antara 80%110%.
d. Dengan melihat variabel Capital Adequacy Rato (CAR) pada bank umum go
publik, maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko
bisnis adalah mampu menjaga Capital Adequacy Rato (CAR) agar tidak terlalu
tinggi karena dengan semakin tinggi Capital Adequacy Rato (CAR), maka akan
semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis yang akan dihadapai bank. Sesuai dengan
standar
yang ditetapkan
Bank
Indonesia,
perusahaan
perbankan
wajib
menyediakan modal minimum sebesar 8%. Manajemen bank diharapkan mampu
mengelola dan menjaga permodalannya sehingga modal yang dimiliki bank
tersebut kemudian dapat menampung tingkat risiko bisnis yang timbul.
b) Implikasi Kebijakan Manajerial Bank Umum Non Go Publik
Berdasarkan hasil analisis regresi, didapatkan nilai koefisien beta untuk masingmasing variabel independen yang memiliki pengaruh paling dominan dan signifikan
terhadap SDROA pada bank umum non go publik secara berurutan adalah variabel
NIM dengan nilai koefisien sebesar 0,418; kemudian SIZE dengan nilai koefisien
sebesar 0,322; dan selanjutnya CAR dengan nilai koefisien sebesar 0,238; serta LDR
dengan nilai koefisien sebesar 0,196. Oleh karena itu, implikasi kebijakan manajerial
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Dengan melihat variabel Net Interest Margin (NIM) pada bank umum non go
publik, maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko
bisnis bank adalah mampu meminimalkan Net Interest Margin (NIM) karena
dengan meningkatnya Net Interest Margin (NIM), maka akan semakin tinggi pula
tingkat risiko bisnis yang akan dihadapai bank. Sesuai standar yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia, perusahaan perbankan wajib menjaga besarnya NIM
minimum 6%.
25
b. Dengan melihat variabel ukuran perusahaan (SIZE) pada bank umum non go
publik, maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko
bisnis bank adalah mampu menjaga dan mengelola total aset perusahaan dengan
sebaik mungkin mengingat total aset perusahaan mencerminkan ukuran
perusahaan (SIZE). Semakin tinggi ukuran perusahaan (SIZE), maka akan
semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis yang akan dihadapai bank.
e. Dengan melihat variabel Capital Adequacy Rato (CAR) pada bank umum non go
publik, maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko
bisnis bank adalah mampu menjaga Capital Adequacy Rato (CAR) agar tidak
terlalu tinggi karena dengan semakin tinggi Capital Adequacy Rato (CAR), maka
akan semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis yang akan dihadapai bank. Sesuai
dengan standar yang ditetapkan Bank Indonesia, perusahaan perbankan wajib
menyediakan modal minimum sebesar 8%. Manajemen bank diharapkan mampu
mengelola dan menjaga permodalannya sehingga modal yang dimiliki bank
tersebut kemudian dapat menampung tingkat risiko bisnis yang timbul.
c. Dengan melihat variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank umum non go
publik, maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko
bisnis bank adalah mampu menekan Loan to Deposit Ratio (LDR). Karena
semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR), maka akan semakin tinggi pula
tingkat risiko bisnis yang akan dihadapai bank. Sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia, bank wajib menjaga besarnya LDR antara
80%110%.
2. Bagi penelitian selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperpanjang periode pengamatan dan
memperluas ukuran populasi, tidak hanya terbatas pada bank umum komersial tetapi juga
dapat memasukkan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagai sampel penelitian agar hasil
penelitian dapat lebih digeneralisasi. Selain itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat
menambahkan faktor-faktor lain yang diduga memiliki pengaruh kuat terhadap risiko
bisnis bank, seperti DIVrev (average revenue diversification) dan pertumbuhan aset
(Stiroh dan Rumble, 2005), variabel overhead atau BOPO, pertumbuhan GDP,
pertumbuhan kredit, dan indeks kekuatan pasar (Soedarmono, et al., 2010), variabel
Deposit/TA (Kwan, 2004), dan Loan Losses Reserve (Godlewski, 2004).
26
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Masyud. 2004. Asset Liability Management. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Bank Indonesia. 2010. Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No.14, Maret 2010. Jakarta.
Barry, Thierno Amadou, Laetitia Lepetit and Amine Tarazi. 2008. “Bank Ownership
Structure, Market Discipline and Risk: Evidence From A Sample of Privately Owned
and Publicly Heald European Banks”. Université de Limoges-France, December 2008,
n.p, http://gdre_mbf_2010.u-bordeaux4.fr/sites. Diakses tanggal 26 November 2010.
Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Direktori Perbankan Indonesia (DPI). 2004-2008.
Distinguin, Isabelle, Tchudjane Kouassi and Amine Tarazi. 2010. “Deposit Insurance, Moral
hazard and Market discipline: Evidence from Central and Eastern European Banks”.
Université
de
Limoges-France,
May
2010,
n.p,
http://gdre_mbf_2010.u-
bordeaux4.fr/sites. Diakses tanggal 26 November 2010.
Ghozali, Imam. 2007. Manajemen Risiko Perbankan: Pendekatan Value at Risk. Semarang:
Undip.
____________. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Ed.4. Semarang:
Badan Penerbit Undip.
Godlewski, Christophe J. 2004. “Bank Risk Taking in a Prospect Theory Framework
Empirical Investigation in The Emerging Market’s Case”. Pôle Européen de Gestion et
d’ Economie, Université Louis Pasteur, n.p. http://papers.ssrn.com. Diakses Tanggal 4
Juni 2010.
Hayu H, Listya. 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan Go
Publik dan Non Go Publik Periode 20032007 (Studi Empiris: Bank Umum di
Indonesia)”. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang. Tidak Dipublikasikan.
Helfert, Erich A. 1997. Teknik Analisis Keuangan: Petunjuk Praktis untuk Mengelola dan
Mengukur Kinerja Perusahaan (Terj). Ed.8. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
27
Idroes, Ferry N. 2008. Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3 Pilar
Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Indonesia Certifikate in Banking Risk and Regulation Workbook Tingkat 1. 2008. Jakarta:
Global Association of Risk Professionals dan Badan Sertifikasi Manajemen Risiko.
Keown, Arthur J., John D. Msrtin and J. William Petty. 2004. Manajemen Keuangan:
Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Jilid I (Terj). Ed.9. Jakarta: PT. Indeks Kelompok
Gramedia.
Kwan, Simon. 2004. “Testing The Strog Form of Market Dicipline: The Effect of Public
Market Signals on Bank Risk”. Working Paper, Federal Reserve of San Fransisco, n.p,
http://www.bis.org. Diakses tanggal 4 Juni 2010.
Laporan Keuangan Publikasi Bulanan Bank Konvensional. 2004-2008.
Latumaerissa, Julius R. 1999. Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum. Jakarta: Bumi
Aksara.
Machfoedz, Mas’ud. 1994. “Financial Ratio Analysis and The Prediction of Earnings
Changes in Indonesia”. Kelola, Gajah Mada University Business Review, No. 7/III. h.
114-137.
Mawardi, Wisnu. 2005. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan
Bank Umum di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Umum dengan Total Aset Kurang
dari 1 T)”. Jurnal Bisnis Strategi, Vol 14, No. 1. h. 83-94.
Naïmy, Viviane Y. 2005. “Overall Lebanese Banks’ Performance: A Risk-Return
Framework” International Business & Economics Research Journal – January 2005,
Vol. 4, No. 1., n.p, http://www.cluteinstitute-onlinejournals.com/PDFs. Diakses
tanggal 23 November 2010.
Rahim, Rida dan Yuma Irpa. 2008. “Analisa Efisisensi Operasional terhadap Profitabilitas
pada Bank Umum Syariah dan Unit Syariah (Studi Kasus BSM dan BNI Syariah)”.
Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 4, No. 3. Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Andalas. http://www.scribd.com. Diakses tanggal 19 Februari 2011.
28
Riyadi, Slamet. 2006. Banking Asset and Liability Management. Jakarta: Lembaga Penerbit
FE UI.
Rusda, Meina. 2009. “Analisis Pengaruh CAR, NPL, LDR, NIM, dan Total Aset Terhadap
Risiko Bisnis”. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang. Tidak Dipublikasikan.
Rusyamsi, Imam. 1999. Asset Liability Management: Strategi Pengelolaan Aktiva Pasiva
Bank. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Ed.5. Jakarta: FE UI.
Stiroh, Kevin J. and Adrienne Rumble. 2005. “The Dark Side of Diversification: The Case of
U.S. Financial Holding Companies”. Jornal of Banking and Finance 30, Federal
Reserve of New York. USA. n.p, http://papers.ssrn.com. Diakses tanggal 4 Juni 2010.
Taswan. 2006. Manajemen Perbankan: Konsep, Teknik, dan Aplikasi. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.
Wild, John J., K. R. Subramanyam dan Robert F. Halsey. 2005. Analisis Laporan Keuangan
(Terj). Ed.8. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
29
Download