PENGARUH CAR, NPL, LDR, NIM, DAN SIZE TERHADAP RISIKO BISNIS BANK (Studi Komparatif Bank Umum Go Publik dan Bank Umum Non Go Publik di Indonesia Tahun 2004–2008) Disusun oleh: Erlina Dwi Syafitri (C2A007045) Dosen Pembimbing: Drs. Wisnu Mawardi, MM ABSTRACT This research is performed in order to test the influence of the variable Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), and bank size (SIZE) toward business risk that proxied by Standard Deviation of Return on Asset (SDROA). Sampling technique used is purposive sampling with criteria as Commercial General Banking in Indonesia who classified into go public general bank and non go public general bank during period 2004 through 2008. The data used is annual financial report in Indonesia Banking Directory from Bank Indonesia and quarter publicity financial report from Bank Indonesia since 2004 to 2008. Obtained by amount sampel as much 70 company (21 go public general bank and 49 non go public general bank) from 144 banking company in Indonesia period 2004 through 2008. Analysis technique used is multiple linier regression and hypothesis test use t-statistic to test coefficient of regression partial and also F-statistic to test the truth of simultaneously influence in level of significance 5%. Others also done a classic assumption test covering normality test, multicolinierity test, heteroscedastisity test and autocorrelation test. During research period showed that data research was normally distributed. Based on multicolinierity test, heteroscedasticity test and autocorrelation test variable digressing of classic assumption has not founded, its indicate that the available data has fulfill the condition to use multiple linier regression method. The result of hypothesis test indicate that CAR, NPL, LDR, NIM, and SIZE simultaneously significant toward SDROA. But from the five independent variable, only variable CAR, NPL, LDR, and NIM in partial significant toward SDROA go public general bank. Whereas in non go public bank only CAR, LDR, NIM, and SIZE in partial significant toward SDROA. Chow test result show 96,57 bigger than 2,21 so there is different significant influence on CAR, NPL, LDR, NIM, and SIZE toward SDROA between go public general bank and non go public general bank. Keywords: Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), Bank Size (SIZE), and Standard Deviation of Return on Asset (SDROA) 1 I. PENDAHULUAN Bank merupakan institusi yang mengelola uang sebagai aktivitas utamanya, memiliki risiko yang melekat (inhernt) secara sistematis. Risk loss yang terjadi pada suatu bank akan menimbulkan dampak tidak hanya terhadap bank yang bersangkutan, tetapi juga akan berdampak pada nasabah dan perekonomian secara keseluruhan. Bank sangat rentan terhadap risiko sistemik yang melekat pada industri perbankan (Idroes, 2008). Dalam kalangan perbankan, implementasi manajemen risiko menjadi keharusan karena kebangkrutan sebuah bank dapat menimbulkan eksternalitas negatif yang sangat besar (Sunaryo, 2007). Khusus pada industri perbankan, bank umum komersial masih tetap mendominasi dengan pangsa sekitar 79,5% dari total aset sektor keuangan. Sementara, pangsa industri keuangan lainnya seperti bank perkreditan rakyat, asuransi, dana pensiun, perusahaan pembiayaan, sekuritas dan pegadaian relatif rendah (Bank Indonesia, 2010). Bank umum dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu bank umum go publik dan bank umum non go publik. Bank yang telah berstatus menjadi perusahaan publik maka harus ada perubahan (transformasi) dalam sikap dan tindak-tanduk dari para pengelolanya, perusahaan yang sebelumnya bersifat tertutup setelah go publik harus bersikap terbuka. Perusahaan dituntut untuk lebih transparan dalam mengelola perusahaan karena setiap kejadian yang menyangkut perusahaan publik akan menjadi sorotan masyarakat umum, para investor maupun media masa, selain itu manajemen perusahaan publik juga dituntut mampu menyampaikan informasi yang abstrak tetapi informasi tersebut harus dapat memberikan nilai tambah (value-added) (Ang, 1997 dalam Hayu, 2009). Bank-bank yang telah berstatus go publik harus berusaha sebaik mungkin mengelola dana yang didapatkan dari publik, khususnya terhadap pengelolaan modal yang dimiliki karena akan dimonitor oleh nasabah dan para investor. Oleh karena itu, bank harus menyediakan informasi yang memadai mengenai kondisi keuangan dan kegiatan operasional yang mereka lakukan. Adanya penyediaan informasi ini menggambarkan tanggung jawab atas penggunaan modal yang diberikan oleh investor dan nasabah. Informasi ini diharapkan dapat meningkatkan transparansi dan mencegah timbulnya masalah antara pihak bank dengan pihak investor dan nasabah (Hayu, 2009). Terdapat berbagai teknik analisis, termasuk berbagai rasio keuangan yang dapat dipergunakan untuk melakukan penilaian kinerja suatu bank. Rasio-rasio yang bermanfaat dapat menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau kinerja operasi dan menggambarkan kecenderungan serta pola perubahan tersebut, yang pada gilirannya, dapat 2 menunjukkan kepada analis risiko dan peluang bagi perusahaan yang sedang ditelaah (Helfert, 1997). Risiko bisnis bank pada dasarnya merupakan suatu ketidakpastian mengenai pendapatan (keuntungan) yang diperkirakan akan diterima. Ketidakpastian pada umumnya dapat diukur dengan menggunakan simpangan baku (standar deviasi). Sedangkan mengenai pendapatan (keuntungan), dalam beberapa penelitian umumnya diproksikan dengan menggunakan rasio keuangan Return on Asset (ROA). Sementara aset merupakan unsur yang mampu mewakili kepentingan nasabah mengingat aset bank sebagian besar bersumber dari dana simpanan masyarakat dalam bentuk dana pihak ketiga. Oleh karena itu, SDROA (Standard Deviation of Return on Asset) dipilih sebagai proksi dari risiko bisnis bank (variabel dependen) dalam penelitian ini. Stiroh dan Rumble (2005) menggunakan SDROA untuk mengukur total volatility of profits. Menurut Naïmy (2005), variabilitas ROA mencakup pengukuran komprehensif yang mampu mencerminkan tidak hanya risiko kredit, tetapi juga risiko suku bunga, risiko operasional, dan berbagai risiko lainnya yang ada pada pendapatan bank. Standar deviasi ROA merupakan pengukuran terbaik untuk variabilitas ROA. Rasio keuangan yang umumnya mempengaruhi risiko bisnis bank (SDROA) adalah CAR (mewakili modal), NPL (mewakili risiko kredit), LDR (mewakili risiko likuiditas), dan NIM (mewakili risiko pasar), serta ukuran perusahaan (SIZE). Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang menunjukkan besarnya kecukupan modal yang dimiliki bank. Pihak manajemen bank perlu memperhatikan besarnya CAR yang ideal karena apabila terlalu tinggi akan mengakibatkan meningkatnya dana yang idle dan apabila terlalu rendah akan berdampak pada hilangnya kepercayaan masyarakat yang ditunjukkan dengan run on bank. Artinya, sebuah bank di “rush” oleh nasabah bank yang ingin menarik kembali dananya di bank secara bersamaan dan besar-besaran sehingga dana pihak ketiga dapat turun secara drastis, sementara besarnya penyaluran kredit bergantung kepada besarnya simpanan (dana pihak ketiga) yang dapat dihimpun oleh bank. Sehingga kemudian dapat menjatuhkan likuiditas bank dan menghambat aktivitas penyaluran kredit. Selain memperhatikan besarnya CAR, manajemen bank juga perlu untuk memperhatikan besarnya Non Performing Loan (NPL). Hal tersebut mengingat bahwa kredit merupakan fokus, kegiatan utama perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasinya dan kredit merupakan sumber pendapatan keuntungan terbesar bagi bank. Namun demikian, yang perlu diwaspadai adalah kredit merupakan jenis kegiatan penanaman dana yang sering kali justru menjadi penyebab utama bank menghadapi masalah yang cukup serius. 3 Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio keuangan yang berhubungan dengan aspek likuiditas. Semakin rendah LDR, maka semakin tinggi tingkat likuiditas bank. Apabila tingkat likuiditas terlalu tinggi, dapat berpotensi merugikan bank karena dana yang idle menjadi terlalu besar sehingga akan memperbesar cost of fund dan pada akhirnya akan meningkatkan risiko keuangan bank. Semakin tinggi LDR, maka semakin tinggi tingkat kredit diberikan. Semakin besar tingkat kredit yang diberikan, semakin meningkatkan potensi risiko kredit (gagal bayar) dan apabila LDR terlalu tinggi, bank justru dapat mengalami permasalahan berupa kesulitan likuiditas. Meskipun demikian, kredit merupakan sektor utama bank dalam memperoleh pendapatan bunga. Meskipun sektor kredit merupakan sektor yang paling tinggi dalam memberikan pendapatan bunga bagi bank, pendapatan bunga yang diperoleh bank melalui kegiatan perkreditan juga tidak luput dari risiko yang menyertainya. Saat suku bunga berubah, pendapatan bunga dan biaya bunga bank akan berubah. Dibandingkan dengan risiko pasar yang lain, risiko suku bunga relatif lebih besar. Untuk itu, manajemen bank perlu untuk memperhatikan besarnya Net Interest Margin (NIM), yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Peluang untuk menempatkan dana pada sektor kredit akan dapat diperoleh apabila bank memiliki aset yang besar. Namun semakin besar ukuran perusahaan perbankan (SIZE) yang ditunjukkan dengan kepemilikan total assets yang besar juga memiliki peluang yang lebih besar dalam meningkatkan risiko yang harus ditanggung oleh pihak bank. Hal tersebut dapat terjadi apabila aset yang dimiliki bank tersebut tidak dikelola dan digunakan secara maksimal untuk kegiatan operasional bank, sehingga bank justru berpotensi mengeluarkan biaya pengelolaan aset yang lebih besar. 4 II. TELAAH PUSTAKA 2.1 RISIKO BISNIS Definisi risiko bisnis menurut Wild, et al. (2005), merupakan ketidakpastian atas kemamampuan perusahaan untuk menghasilkan pengembalian yang memuaskan atas investasinya dari sudut pandang faktor biaya dan pendapatan. Semantara Keown, et al. (2004) mendefinisikan risiko bisnis sebagai variabilitas potensial dalam pendapatan sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan perusahaan dari lingkungan bisnis perusahaan. Secara statistik risiko merupakan volatilitas dari sesuatu yang dapat berupa pendapatan, laba, biaya, dsb. Volatilitas merupakan ukuran disperse (penyebaran) yang dalam statistik diukur dengan variance (σ2) atau standar deviasi (σ). Semakin besar nilai standar deviasi, maka semakin besar risiko yang harus dihadapi (Ghozali, 2007). 2.2 Capital Adequacy Ratio (CAR) CAR atau sering disebut rasio permodalan merupakan modal dasar yang harus dipenuhi oleh bank. Modal ini digunakan untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank. Hal ini wajar karena bisnis perbankan adalah bisnis yang berdasarkan kepercayaan. Selain itu adanya berbagai risiko yang besar mungkin dapat terjadi pada bank. (Rahim dan Irpa, 2008). Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan menampung risiko kerugian, semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko (Lisa dan Suryani, 2006 dalam Rahim dan Irpa, 2008). Penelitian Kevin J. Stiroh dan Adrienne Rumble (2005), Thierno Amadou Barry, Laetitia Lepetit dan Amine Tarazi (2008), dan Isabelle Distinguin, Tchudjane Kouassi, dan Amine Tarazi (2010) menunjukkan bahwa CAR positif signifikan terhadap SDROA. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1a: CAR berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum go publik. H1b: CAR berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum non go publik. 2.3 Non Performing Loan (NPL) NPL merupakan persentase jumlah kredit bermasalah (dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan macet) terhadap total kredit yang disalurkan bank (Siamat, 2005). Kredit macet terjadi pada saat sebuah bank tidak mampu mendapatkan kembali pokok kredit ataupun bunga dari kredit yang telah diberikan. Hal ini akan menyebabkan bank menderita kerugian yang besarnya dapat berubah-ubah (variable) dan modal bank akan terkikis karena 5 bank harus menutup setiap kerugian yang terjadi (Indonesia Certificate in Banking Risk and Regulation, 2008). Apabila suatu bank kondisi NPL tinggi maka akan memperbesar biaya baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank (Mawardi, 2005). NPL mencerminkan rasio kredit. Semakin kecil NPL maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank (Ali, 2004). Hasil Penelitian Christophe J. Godlewski (2004) menyatakan NPL positif signifikan terhadap SDROA. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2a: NPL berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum go publik. H2b: NPL berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum non go publik. 2.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) LDR adalah rasio keuangan perusahaan perbankan yang berhubungan dengan aspek likuiditas. LDR adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan requests) nasabahnya. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau realtif tidak likuid (illiquid) (Latarumaerissa, 1999). Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun, hal itu akan sangat menguntungkan. Namun, itu akan sangat terkait dengan risiko apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjamnya. (Rusyamsi, 1999). Semakin tinggi LDR, semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank (Dendawijaya, 2005). Penelitian Simon Kwan (2004), Kevin J. Stiroh dan Adrienne Rumble (2005) menunjkkan bahwa LDR positif signifikan terhadap SDROA. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3a: LDR berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum go publik. H3b: LDR berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum non go publik. 2.5 Net Interest Margin (NIM) NIM adalah perbandingan antara interest income dikurangi interest expenses dibagi dengan average interest earning assets (Riyadi, 2006). Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Semakin besar rasio ini maka 6 akan meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank dalam kondisi bermasalah akan semakin kecil (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Penelitian Christophe J. Godlewski (2004), Kevin J. Stiroh dan Adrienne Rumble (2005) menunjukkan hasil bahwa NIM negatif signifikan terhadap SDROA. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H4a: NIM berpengaruh negatif signifikan terhadap SDROA bank umum go publik. H4b: NIM berpengaruh negatif signifikan terhadap SDROA bank umum non go publik. 2.6 Ukuran Perusahaan (SIZE) Ukuran perusahaan adalah suatu skala, dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi menjadi 3 kategori yang didasarkan kepada total assets perusahaan yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), dan perusahaan kecil (small firm) (Machfoedz, 1994). Distinguin, et al. (2010) menggunakan log of total assets sebagai proksi bagi bank size. Sifat alami hubungan risiko bank ambigu. Semakin besar bank diasumsikan memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mendiversifikasikan risiko sehingga seharusnya memiliki pendapatan yang lebih stabil untuk mengurangi risiko. Namun demikian, dalam the presence of a too-big-to-fail (TBTF) policy, semakin besar bank, memungkinkan dorongan yang lebih besar pula dalam mengambil tingkat risiko yang lebih besar. Sementara menurut Ang, 1997 dalam Rusda (2009), apabila pihak manajemen bank tidak mampu mengelola asetnya dengan efisien, memungkinkan timbulnya risiko yang akan semakin bertambah sejalan dengan peningkatan aset. Penelitian yang dilakukan Kevin J. Stiroh dan Adrienne Rumble (2005) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (SIZE) positif signifikan terhadap SDROA. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H5a: SIZE berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum go publik. H5b: SIZE berpengaruh positif signifikan terhadap SDROA bank umum non go publik. 2.7 Perbandingan Risiko Bisnis (SDROA) Bank Umum Go Publik dan Bank Umum Non Go Publik Penelitian ini diperluas dengan membandingkan hasil regresi bank umum go publik dan bank umum non go publik, dengan alasan bahwa kinerja bank umum go publik lebih diminati pasar karena sudah mencantumkan laporan keuangannya secara terbuka dan 7 transparan sehingga investor secara transparan dapat mengetahui kinerja termasuk risiko bisnis bank. Namun apakah pengklasifikasian bank umum komersial menjadi kelompok bank umum go publik dan bank umum non go publik tersebut benar-benar mempengaruhi stabilitas model regresi, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna menguji perbedaan pengaruh CAR, NPL, LDR, NIM, dan SIZE terhadap risiko bisnis bank (SDROA) pada bank umum go publik dan bank umum non go publik. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H6 : Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara CAR, NPL, LDR, NIM, dan SIZE terhadap SDROA bank umum go publik dan bank umum non go publik. Kerangka Pemikiran Teoritis Sumber: Kevin J. Stiroh dan Adrienne Rumble (2005) dan Christophe J. Godlewski (2004) 8 III. METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan umum komersial di Indonesia yang melaporkan keuangannya pada Bank Indonesia dalam Direktori Perbankan. Sementara pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu (Indriantoro dan Supomo, 1999). Beberapa kriteria sampel tersebut adalah: (1). Bank umum go publik dan bank umum non go publik yang memiliki data laporan keuangan tahunan secara lengkap, dengan periode laporan yang berakhir pada 31 Desember tahun 2004 sampai dengan 2008 dan memiliki data laporan keuangan bulanan secara lengkap selama periode pengamatan (tahun 2004 sampai dengan 2008); (2). Bank umum go publik dan bank umum non go publik yang menyajikan data penghitungan rasio keuangan secara lengkap sesuai variabel yang akan diteliti selama periode pengamatan (tahun 2004 sampai dengan 2008); (3). Bank umum go publik dan bank umum non go publik yang masih beroperasi selama periode pengamatan (tahun 2004 sampai dengan 2008). Berdasarkan kriteria tersebut, dari sejumlah 144 bank umum komersial yang beroperasi di Indonesia pada tahun 2004-2008, bank yang memenuhi persyaratan sebagai sampel penelitian yaitu berjumlah 70 bank, yang terdiri atas 21 bank umum go publik dan 49 bank umum non go publik. 3.2 Model Analisis dan Teknik Pengujian Hipotesis a. Risiko Bisnis Risiko bisnis merupakan variabilitas potensial dalam pendapatan sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan perusahaan dari lingkungan bisnis perusahaan (Keown, et al., 2004). Penelitian ini menggunakan standar deviasi ROA (SDROA) sebagai indikator risiko bisnis bank. Adapun formula dari SDROA adalah sebagai berikut: Sementara formula dari Return on Asset (ROA) adalah sesuai dengan SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 yaitu: 9 b. Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank (Dendawijaya, 2005). Sesuai dengan SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, CAR dirumuskan sebagai berikut: c. Non Performing Loan (NPL) Non Performing Loan (NPL) merupakan persentase jumlah kredit bermasalah (dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan macet) terhadap total kredit yang disalurkan bank (Siamat, 2005). d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah perbandingan antara kredit yang diberikan terhadap volume dana yang diterima atau dana pihak ketiga (Giro, tabungan, deposito, dan kewajiban jangka pendek lainnya) (Taswan, 2006). Sesuai dengan SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, LDR dirumuskan sebagai berikut: e. Net Interest Margin (NIM) Net Interest Margin (NIM) adalah perbandingan antara Interest Income dikurangi Interest Expenses dibagi dengan Average Interest Earning Assets (Riyadi, 2006). Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Sesuai dengan SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, NIM dirumuskan sebagai berikut: 10 f. Ukuran perusahaan (SIZE) Ukuran perusahaan adalah suatu skala, dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi menjadi 3 kategori yang didasarkan kepada total assets perusahaan yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), dan perusahaan kecil (small firm) (Machfoedz, 1994). Ukuran Perusahaan (SIZE) = Ln Total Assets 3.3 Perumusan Model Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier berganda, untuk melihat hubungan antara satu variabel terikat dengan lebih dari satu variabel bebas. Teknik pengolahan data menggunakan program aplikasi Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 17. Model regresi yang digunakan adalah: Y = a + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3 + b4 x4 +b5 x5 + ei Y = Risiko bisnis bank yang diproksikan dengan Standard Deviation of Return on Asset (SDROA) a = konstanta b1 – b5 = koefisien regresi, merupakan besarnya perubahan variabel terikat akibat perubahan tiap-tiap unit variabel bebas. x1 = Capital Adequacy Ratio (CAR) x2 = Non Performing Loan (NPL) x3 = Loan to Deposit Ratio (LDR) x4 = Net Interest Margin (NIM) x5 = Ukuran perusahaan (SIZE) ei = Kesalahan residual (error) Dalam penelitian ini penulis melakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas residual, uji multikolonearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F, uji t dan terakhir uji chow untuk menguji perbedaan pengaruh CAR, NPL, LDR, NIM, dan SIZE terhadap risiko bisnis bank umum go publik dan bank umum non go publik. 11 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Asumsi Klasik a) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk menentukan suatu variabel terdistribusi normal atau tidak dapat dilihat melalui analisis grafik dengan histogram maupun grafik probability plot. Baik pada bank umum go publik maupun bank umum non go publik, grafik histogram memberikan pola distibusi yang mendekati normal yaitu memiliki bentuk yang simetris menyerupai lonceng. Sedangkan, pada grafik normal probability plot terlihat bahwa penyebaran titik-titik berada disepanjang dan disekitar garis diagonal baik. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa besarnya nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) sehingga data residual terdistribusi normal. b) Uji Multikolonearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi, dapat dilihat dari nilai tolerance (TOL) dan lawannya, serta dengan Variance Inflation Factor (VIF) (Ghozali, 2009). Semua variabel independen pada bank umum go publik dan bank umum non go publik mempunyai nilai tolerance diatas 0,10 dan nilai VIF dibawah 10. Dengan demikian, model regresi dalam penelitian ini terbebas dari gejala multikolonearitas. c) Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedatisitas dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali, 2009). Grafik scatterplot pada bank umum go publik dan bank umum non go publik menunjukkan pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa data terbebas dari masalah heteroskedastisitas. 12 d) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2009). Berdasarkan hasil analisis regresi pada bank umum go publik di Indonesia tahun 2004-2008, diperoleh nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 1,907. Sedangkan besarnya DW tabel memiliki batas luar (dl) = 1,571; batas dalam (du) = 1,780; 4 – du = 2,22; dan 4 – dl = 2,429. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa DW-test terletak pada daerah tidak ada autokorelasi. Berdasarkan hasil analisis regresi pada dan bank umum non go publik di Indonesia tahun 2004-2008diperoleh nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 2,057. Sedangkan besarnya DW tabel memiliki batas luar (dl) = 1,718; batas dalam (du) = 1,820; 4 – du = 2,18; dan 4 – dl = 2,282. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa DW-test terletak pada daerah tidak ada autokorelasi. Mengingat uji Durbin-Watson memiliki kelemahan pada data dengan jumlah besar (di atas 100 observasi), maka selain menggunakan uji Durbin-Watson, uji autokorealsi pada penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan uji Langrange Multiplier (LM test). Koefisien parameter untuk variabel residual memberikan probabilitas signifikansi sebesar 0,646 pada bank umu go publik dan sebesar 0.639 pada bank umum non go publik. Karena tingkat signifikansi variabel residual tersebut jauh di atas tingkat signifikansi 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual. 4.2 Analisis Regresi Linier Berganda Berdasarkan hasil perhitungan regresi berganda antara variabel independen yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE) terhadap risiko bisnis bank yang diproksikan dengan Standard Deviation of Return on Asset (SDROA), diperoleh nilai koefisien regresi pada bank umum go publik dan bank umum non go publik sebagai berikut: 13 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Bank Umum Go Publik Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) ,164 ,178 CAR ,004 ,002 NPL ,008 LDR a Collinearity Statistics Standardized Coefficients Beta t Sig. Tolerance VIF ,918 ,361 ,211 2,350 ,021 ,784 1,276 ,003 ,264 3,038 ,003 ,834 1,199 -,002 ,001 -,254 -2,674 ,009 ,695 1,440 NIM ,038 ,006 ,567 6,067 ,000 ,720 1,389 SIZE -,006 ,009 -,055 -,642 ,523 ,867 1,153 a. Dependent Variable: SDROA SDROA = 0,211 CAR + 0,264 NPL – 0,254 LDR + 0,567 NIM − 0,055 SIZE Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Bank Umum Go Publik Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error -,638 ,150 CAR ,001 ,000 NPL ,003 LDR a Collinearity Statistics Standardized Coefficients Beta t Sig. Tolerance VIF -4,244 ,000 ,238 3,602 ,000 ,778 1,285 ,005 ,033 ,553 ,581 ,964 1,037 ,001 ,000 ,196 3,172 ,002 ,885 1,130 NIM ,027 ,004 ,418 6,654 ,000 ,860 1,163 SIZE ,043 ,009 ,322 4,975 ,000 ,808 1,237 a. Dependent Variable: SDROA SDROA = 0,238 CAR + 0,033 NPL + 0,196 LDR + 0,418 NIM + 0,322 SIZE 4.3 Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2009). Hasil perhitungan koefisien determinasi pada bank umum go publik menunjukkan besarnya adjusted R2 adalah 0,358, hal ini berarti bahwa 36% variasi Standard Deviation of 14 Return on Asset (SDROA) dapat dijelaskan oleh variasi dari ke lima variabel independen Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE). Sedangkan sisanya sebesar 64% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Hasil perhitungan koefisien determinasi pada bank umum non go publik menunjukkan besarnya adjusted R2 adalah 0,180, hal ini berarti bahwa 18% variasi Standard Deviation of Return on Asset (SDROA) dapat dijelaskan oleh variasi dari kelima variabel independen Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE). Sedangkan sisanya sebesar 82% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. 4.4 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat (Ghozali, 2009). Hasil perhitungan uji statistik F pada bank umum go publik menunjukkan nilai F hitung sebesar 12,388 dan sebesar 11,649 pada bank umum non go publik dengan signifikansi masing-masing sebesar 0,000 . Karena memiliki signifikansi lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen Standard Deviation of Return on Asset (SDROA) baik pada bank umum go publik maupun pada bank umum non go publik. 4.5 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2009). Adapun hasil uji statistik t pada bank umum go publik dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Nilai standardized coefficient beta variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 0,211 dengan signifikansi sebesar 0,021 (< 0,05) sehingga variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap SDROA. 15 2. Nilai standardized coefficient beta variabel Non Performing Loan (NPL) sebesar 0,264 dengan signifikansi sebesar 0,003 (< 0,05) sehingga variabel Non Performing Loan (NPL) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap SDROA. 3. Nilai standardized coefficient beta variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 0,254 dengan signifikansi sebesar 0,009 (< 0,05) sehingga variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap SDROA. 4. Nilai standardized coefficient beta variabel Net Interest Margin (NIM) sebesar 0,567 dengan signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) sehingga variabel Net Interest Margin (NIM) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap SDROA. 5. Nilai standardized coefficient beta variabel ukuran perusahaan (SIZE) sebesar 0,055 dengan signifikansi sebesar 0,523 (> 0,05) sehingga variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap SDROA. Sedangkan hasil uji t pada bank umum non go publik dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Nilai standardized coefficient beta variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 0,238 dengan signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) sehingga variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap SDROA. 2. Nilai standardized coefficient beta variabel Non Performing Loan (NPL) sebesar 0,033 dengan signifikansi sebesar 0,581 (> 0,05) sehingga variabel Non Performing Loan (NPL) memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap SDROA. 3. Nilai standardized coefficient beta variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 0,196 dengan signifikansi sebesar 0,002 (< 0,05) sehingga variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap SDROA. 4. Nilai standardized coefficient beta variabel Net Interest Margin (NIM) sebesar 0,418 dengan signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) sehingga variabel Net Interest Margin (NIM) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap SDROA. 5. Nilai standardized coefficient beta variabel ukuran perusahaan (SIZE) sebesar 0,322 dengan signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) sehingga variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap SDROA. 4.6 Uji Chow Uji Chow digunakan untuk meguji ada tidaknya perbedaan pengaruh variabel independen Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE) terhadap variabel 16 dependen Standard Deviation of Return on Asset (SDROA) pada bank umum go publik dan bank umum non go publik. Nilai residual untuk bank umum go publik (RSSur1) sebesar 2,375 dan nilai residual untuk bank umum non go publik (RSSur2) yaitu 8,073. Sedangkan, nilai residual gabungan bank umum go publik dan bank umum non go publik (RSSr) sebesar 25,462. Dengan jumlah n sebanyak 346 dan jumlah parameter yang diestimasi restricted regresion (k) sebesar 5 maka didapatkan perhitungan uji chow sebagai berkut : RSSur = RSS1 + RSS2 = 2,375+ 8,073 = 10,448 F = (RSSr - RSSur)/k (RSSur)/(n1+n2 –2k) = (25,462- 10,448)/5 (10,448)/(346-10) = 3,0028 0,03109524 = 96,57 Hasil pengujian menghasilkan nilai F hitung sebesar 96,57 sementara nilai F tabel diperoleh sebesar 2,21. Dengan demikian diperoleh nilai F hitung > F tabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan dari variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE) terhadap Standard Deviation of Return on Asset (SDROA) pada bank umum go publik dan bank umum non go publik. 4.7 Pembahasan 4.7.1 Capital Adequacy Ratio (CAR) CAR pada bank umum go publik memiliki nilai standardized coefficient beta sebesar 0,211 menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi sebesar 0,021 (< 0,05) menunjukkan CAR berpengaruh signifikan terhadap SDROA. Sehingga H1a diterima. Sementara pada bank umum non go publik, variabel CAR memiliki nilai standardized coefficient beta sebesar 0,238 menunjukkan bahwa CAR berpengaruh 17 positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) menunjukkan CAR berpengaruh signifikan terhadap SDROA. Sehingga H1b diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi CAR, maka semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA. Sebaliknya, semakin rendah CAR, maka akan semakin rendah pula risiko bisnis bank (SDROA). Besarnya CAR atau permodalan yang dimiliki oleh bank umum go publik terbukti mampu menanggung besarnya risiko yang dihadapi bank dan menjaga tingkat kepercayaan masyarakat. Dengan besarnya CAR yang dimiliki, pihak bank memiliki keberanian yang lebih untuk menanggung risiko bisnis yang lebih besar atau dapat dikatakan bahwa bank bersikap sebagai risk lover. 4.7.2 Non Performing Loan (NPL) NPL pada bank umum go publik memiliki nilai standardized coefficient beta sebesar 0,264 menunjukkan bahwa NPL berpengaruh positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi sebesar 0,003 (< 0,05) menunjukkan NPL berpengaruh signifikan terhadap SDROA. Sehingga H2a diterima. Sementara pada bank umum non go publik, variabel NPL memiliki nilai standardized coefficient beta sebesar 0,033 menunjukkan bahwa NPL berpengaruh positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi sebesar 0,581 (> 0,05) menunjukkan NPL berpengaruh tidak signifikan terhadap SDROA. Sehingga H2b ditolak. Arah pengaruh yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi NPL, maka semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA. Sebaliknya, semakin rendah NPL, maka akan semakin rendah pula risiko bisnis bank (SDROA). Tingginya tingkat kredit macet yang ditunjukkan dengan tingginya NPL mengindikasikan rendahnya kemampuan debitur dalam membayar seluruh pinjaman atau kredit yang diberikan bank. Hal ini berdampak pada membengkaknya biaya pencadangan penghapusan aktiva produktif dan biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. NPL atau kredit macet terbukti menyebabkan bank menderita kerugian yang besarnya berubah-ubah (variable). Dengan kata lain, besarnya NPL mendorong timbulnya volatilitas dalam profit sehingga semakin besar NPL maka semakin besar pula tingkat risiko bisnis yang harus ditanggung oleh bank. Tidak signifikannya variabel NPL dalam mempengaruhi SDROA bank umum non go publik mengindikasikan bahwa besar-kecilnya Non Performing Loan (NPL) belum tentu mempengaruhi besar-kecilnya SDROA. Besarnya risiko kredit yang ditunjukkan dengan besarnya rasio NPL tidak secara signifikan mendorong peningkatan risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA. Hal ini dikarenakan secara umum, rata-rata NPL bank umum non go publik yang beroperasi pada tahun amatan penelitian telah memenuhi standar ketentuan Bank Indonesia sebesar maksimum 5%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kredit 18 macet pada bank umum go publik relatif rendah sehingga risiko yang timbul tersebut masih mampu diatasi bank secara baik dan pada akhirnya tidak berimbas pada dorongan akan terjadinya peningkatan risiko bisnis pada bank umum non go publik secara umum. 4.7.3 Loan to Deposit Ratio (LDR) LDR pada bank umum go publik memiliki nilai standardized coefficient beta sebesar 0,254 menunjukkan bahwa LDR berpengaruh negatif terhadap SDROA. Nilai signifikansi sebesar 0,009 (< 0,05) menunjukkan LDR berpengaruh signifikan terhadap SDROA. Sehingga H3a ditolak. Sementara pada bank umum non go publik, variabel LDR memiliki nilai standardized coefficient beta sebesar 0,196 menunjukkan bahwa LDR berpengaruh positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi sebesar 0,002 (< 0,05) menunjukkan LDR berpengaruh signifikan terhadap SDROA. Sehingga H3b diterima. Arah pengaruh yang negatif pada bank umum go publik menunjukkan bahwa semakin tinggi LDR, maka semakin rendah tingkat risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA. Sebaliknya, semakin rendah LDR, maka akan semakin tinggi risiko bisnis bank (SDROA). Tingkat LDR yang tinggi menunjukkan tingkat kredit diberikan yang tinggi, atau dengan kata lain bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau realtif tidak likuid. Namun demikian, ternyata tingkat LDR yang tinggi tidak terbukti mampu mendorong tingginya tingkat risiko bisnis. Justru tingkat likuiditas (simpanan) yang tinggi, yang ditunjukkan oleh tingkat LDR yang rendah menorong timbulnya tingkat risiko bisnis yang lebih besar karena dana yang dihimpun oleh bank cenderung idle atau tidak produktif. Hal tersebut berdampak pada ketidakpastian tingkat keuntungan yang akan diperoleh bank sehingga terjadi volatilitas yang lebih tinggi pada tingkat keuntungan bank. Arah pengaruh yang positif pada bank umum non go publik menunjukkan bahwa semakin tinggi LDR, maka semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA. Sebaliknya, semakin rendah LDR, maka akan semakin rendah pula risiko bisnis bank (SDROA). Tingkat LDR yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau realtif tidak likuid (illiquid) karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar, sehingga hal ini sangat terkait dengan risiko apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau dengan kata lain pihak bank tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjamnya dari nasabah. 4.7.4 Net Interest Margin (NIM) NIM pada bank umum go publik memiliki nilai standardized coefficient beta sebesar 0,567 menunjukkan bahwa NIM berpengaruh positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi 19 sebesar 0,000 (< 0,05) menunjukkan NIM berpengaruh signifikan terhadap SDROA. Sehingga H4a diterima. Sementara pada bank umum non go publik, variabel NIM memiliki nilai standardized coefficient beta sebesar 0,418 menunjukkan bahwa NIM berpengaruh positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) menunjukkan NIM berpengaruh signifikan terhadap SDROA. Sehingga H4b diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi NIM, maka semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA. Sebaliknya, semakin rendah NIM, maka akan semakin rendah pula risiko bisnis bank (SDROA). Besarnya pendapatan bunga atau NIM yang dimiliki bank tidak terbukti mampu menurunkan tingkat risiko bisnis yang harus ditanggung oleh bank. Hal ini terjadi karena saat suku bunga berubah, pendapatan bunga dan biaya bunga bank akan berubah. Sebagai contoh saat suku bunga naik, baik pendapatan bunga maupun biaya bunga akan naik karena beberapa aset dan liability bank akan dihargai pada tingkat yang lebih tinggi. Sehingga rasio NIM yang tinggi justru mendorong timbulnya peningkatan dalam hal variabilitas keuntungan yang akan diperoleh bank sebagai akibat ketimpangan yang terjadi antara peningkatan pendapatan bunga dan biaya bunga. 4.7.5 Ukuran Perusahaan (SIZE) SIZE pada bank umum go publik memiliki nilai standardized coefficient beta sebesar 0,055 menunjukkan bahwa SIZE berpengaruh negatif terhadap SDROA. Nilai signifikansi sebesar 0,523 (> 0,05) menunjukkan SIZE berpengaruh tidaksignifikan terhadap SDROA. Sehingga H5a ditolak. Sementara pada bank umum non go publik, variabel SIZE memiliki nilai standardized coefficient beta sebesar 0,322 menunjukkan bahwa SIZE berpengaruh positif terhadap SDROA. Nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) menunjukkan SIZE berpengaruh signifikan terhadap SDROA. Sehingga H5b diterima. Arah pengaruh yang positif pada bank umum go publik menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan (SIZE) maka semakin rendah tingkat risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA. Sebaliknya, semakin rendah SIZE, maka akan semakin tinggi risiko bisnis bank (SDROA). Besarnya ukuran perusahaan (SIZE) yang ditunjukkan melalui besarnya LnTA tidak terbukti meningkatkan besarnya SDROA. Hasil penelitian ini justru menjelaskan bahwa semakin besar bank, maka bank memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mendiversifikasikan risiko yang ada sehingga bank memiliki pendapatan yang lebih stabil untuk mengurangi tingkat risiko. 20 Tidak signifikannya variabel ukuran perusahaan (SIZE) dalam mempengaruhi SDROA bank umum go publik mengindikasikan bahwa besar-kecilnya ukuran perusahaan perbankan belum tentu mempengaruhi besarnya risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA. Bank dengan total aset yang besar belum tentu memiliki keberanian dalam dalam menanggung tingkat risiko yang besar pula. Bank justru mengedepankan sikap kehatihatiannya sehingga tidak menggunakan aset yang dimiliki secara optimal untuk kegiatan investasi yang memungkinkan hasil sekaligus risiko yang lebih besar. Dalam hal ini perilaku bank umum go publik di Indonesia lebih menunjukkan sikap risk averse dibandingkan risk lover. Arah pengaruh yang positif pada bank umum non go publik menunjukkan bahwa semakin tinggi ukuran perusahaan (SIZE), maka semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis bank umum non go publik yang diproksikan dengan SDROA. Sebaliknya, semakin rendah ukuran perusahaan (SIZE), maka akan semakin rendah risiko bisnis bank (SDROA). Besarnya ukuran perusahaan (SIZE) terbukti meningkatkan besarnya SDROA. Hal ini menunjukkan bahwa pihak manajemen bank tidak mampu mengelola aset yang dimiliki bank secara efisien sehingga mendorong timbulnya risiko yang akan semakin bertambah sejalan dengan peningkatan aset. 4.7.6 Perbandingan Risiko Bisnis (SDROA) Bank Umum Go Publik dan Bank Umum Non Go Publik Hasil uji Chow didapatkan nilai F hitung sebesar 96,57 sementara nilai F tabel diperoleh sebesar 2,21. Dengan demikian diperoleh nilai F hitung > F tabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan dari variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE) terhadap Standard Deviation of Return on Asset (SDROA) pada bank umum go publik dan bank umum non go publik. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat dinyatakan bahwa risiko bisnis bank umum yang masuk dalam kriteria go publik dan non go publik mempunyai faktor-faktor yang berbeda dalam mempengaruhi risiko bisnis. Variabel independen yang dapat mempengaruhi besarnya SDROA pada bank umum yang masuk dalam kriteria go publik hanya variabel CAR, NPL, LDR, dan NIM, sedangkan pada bank umum non go publik variabel independen yang mempengaruhi SDROA yaitu CAR, LDR, NIM, dan SIZE. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara CAR, NPL, LDR, NIM, dan SIZE terhadap SDROA pada bank umum go publik dan bank umum non go publik sehingga H6 diterima. 21 V. PENUTUP 5.1 Simpulan Selama periode amatan menunjukkan bahwa data telah memenuhi syarat untuk menggunakan model persamaan regresi linier berganda. Hal ini dapat dilihat dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi yang menunjukkan bahwa tidak terdapat variabel yang menyimpang dari asumsi klasik. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE) terhadap risiko bisnis bank umum go publik dan bank umum non go publik yang diproksikan dengan Standard Deviation of Return on Asset (SDROA), maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan pengujian hipotesis pertama untuk kelompok bank umum go publik (H1a) diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,211dan nilai signifikansi sebesar 0,021 (< 0,05) Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel CAR berpengaruh positif signifikan terhadap risiko bisnis bank (SDROA). 2. Berdasarkan pengujian hipotesis kedua untuk kelompok bank umum go publik (H2a) diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,264 dan nilai signifikansi sebesar 0,003 (< 0,05). Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel NPL berpengaruh positif signifikan terhadap risiko bisnis bank (SDROA). 3. Berdasarkan pengujian hipotesis ketiga untuk kelompok bank umum go publik (H3a) diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,254 dan nilai signifikansi sebesar 0,009 (< 0,05). Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel LDR berpengaruh negatif signifikan terhadap risiko bisnis bank (SDROA). 4. Berdasarkan pengujian hipotesis keempat untuk kelompok bank umum go publik (H4a) diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,567 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05). Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel NIM berpengaruh positif signifikan terhadap risiko bisnis bank (SDROA). 5. Berdasarkan pengujian hipotesis kelima untuk kelompok bank umum go publik (H5a) diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,055 dan nilai signifikansi sebesar 0,523 (> 0,05). Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel SIZE berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap risiko bisnis bank (SDROA). 6. Berdasarkan pengujian hipotesis pertama untuk kelompok bank umum non go publik (H1b) diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,238 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 22 (< 0,05). Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel CAR berpengaruh positif signifikan terhadap risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA. 7. Berdasarkan pengujian hipotesis kedua untuk kelompok bank umum non go publik (H2b) diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,033 dan nilai signifikansi sebesar 0,581 (> 0,05). Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel NPL berpengaruh positif tidak signifikan terhadap risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA. 8. Berdasarkan pengujian hipotesis ketiga untuk kelompok bank umum non go publik (H3b) diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,196 dan nilai signifikansi sebesar 0,002 (< 0,05). Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel LDR berpengaruh positif signifikan terhadap risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA. 9. Berdasarkan pengujian hipotesis keempat untuk kelompok bank umum non go publik (H4b) diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,418 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05). Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel NIM berpengaruh positif signifikan terhadap risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA. 10. Berdasarkan pengujian hipotesis kelima untuk kelompok bank umum go publik (H5b) diketahui nilai koefisien beta sebesar 0,322 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (> 0,05). Sehingga disimpulkan bahwa secara parsial variabel SIZE berpengaruh positif signifikan terhadap risiko bisnis bank yang diproksikan dengan SDROA. 11. Berdasarkan pengujian hipotesis keenam (H6) dengan menggunakan uji Chow diketahui nilai F hitung (96,57) lebih besar dari nilai F tabel (2,21). Sehingga disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara CAR, NPL, LDR, NIM, dan SIZE terhadap SDROA pada bank umum go publik dan bank umum non go publik. 5.2 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini tidak luput dari sejumlah keterbatasan yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Nilai adjusted R2 untuk kelompok bank umum go publik hanya dapat menjelaskan 36% atau sebagian kecil dari variasi variabel dependen, sementara untuk kelompok bank umum non go publik hanya 18% variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi dari kelima variabel independen. Hal ini mengindikasikan adanya faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini dan diduga lebih mampu menjelaskan variasi variabel dependen. 2. Objek pengamatan dalam penelitian ini hanya terbatas pada bank umum komersial yang beroperasi di Indonesia, yang terbagi dalam kelompok bank umum go publik dan bank 23 umum non go publik, dengan periode pengamatan selama 5 tahun, yaitu tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan data yang dapat diperoleh peneliti. 3. Variabel yang digunakan sebagai dasar untuk memprediksi risiko bisnis bank (SDROA) dalam penelitian ini hanya terbatas pada rasio keuangan Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), dan ukuran perusahaan (SIZE). 5.3 Saran Berdasarkan hasil analisis regresi, maka saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi manajemen a) Implikasi Kebijakan Manajerial Bank Umum Go Publik Berdasarkan hasil analisis regresi, didapatkan nilai koefisien beta untuk masingmasing variabel independen yang memiliki pengaruh paling dominan dan signifikan terhadap SDROA pada bank umum go publik secara berurutan adalah variabel NIM dengan nilai koefisien sebesar 0,567; kemudian NPL dengan nilai koefisien sebesar 0,264; dan selanjutnya LDR dengan nilai koefisien sebesar 0,254; serta CAR dengan nilai koefisien sebesar 0,211. Oleh karena itu, implikasi kebijakan manajerial dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Dengan melihat variabel Net Interest Margin (NIM) pada bank umum go publik, maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko bisnis bank adalah mampu menjaga Net Interest Margin (NIM) agar tidak terlalu tinggi karena dengan meningkatnya Net Interest Margin (NIM), maka akan semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis yang akan dihadapai bank. Sesuai standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, perusahaan perbankan wajib menjaga besarnya NIM minimum 6%. b. Dengan melihat variabel Non Performing Loan (NPL) pada bank umum go publik, maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko bisnis bank adalah mampu meminimalkan Non Performing Loan (NPL) karena NPL merupakan rasio yang mencerminkan jumlah kredit bermasalah yang dihadapi bank sebagai akibat kualitas kredit yang buruk. Semakin tinggi Non Performing Loan (NPL), maka akan semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis yang 24 akan dihadapai bank. Sesuai standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, perusahaan perbankan wajib menjaga besarnya NPL maksimum sebesar 5%. c. Dengan melihat variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank umum go publik, maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko bisnis bank adalah mampu meningkatkan Loan to Deposit Ratio (LDR). Karena semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR), maka akan semakin rendah tingkat risiko bisnis yang akan dihadapai bank. Sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, bank wajib menjaga besarnya LDR antara 80%110%. d. Dengan melihat variabel Capital Adequacy Rato (CAR) pada bank umum go publik, maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko bisnis adalah mampu menjaga Capital Adequacy Rato (CAR) agar tidak terlalu tinggi karena dengan semakin tinggi Capital Adequacy Rato (CAR), maka akan semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis yang akan dihadapai bank. Sesuai dengan standar yang ditetapkan Bank Indonesia, perusahaan perbankan wajib menyediakan modal minimum sebesar 8%. Manajemen bank diharapkan mampu mengelola dan menjaga permodalannya sehingga modal yang dimiliki bank tersebut kemudian dapat menampung tingkat risiko bisnis yang timbul. b) Implikasi Kebijakan Manajerial Bank Umum Non Go Publik Berdasarkan hasil analisis regresi, didapatkan nilai koefisien beta untuk masingmasing variabel independen yang memiliki pengaruh paling dominan dan signifikan terhadap SDROA pada bank umum non go publik secara berurutan adalah variabel NIM dengan nilai koefisien sebesar 0,418; kemudian SIZE dengan nilai koefisien sebesar 0,322; dan selanjutnya CAR dengan nilai koefisien sebesar 0,238; serta LDR dengan nilai koefisien sebesar 0,196. Oleh karena itu, implikasi kebijakan manajerial dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Dengan melihat variabel Net Interest Margin (NIM) pada bank umum non go publik, maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko bisnis bank adalah mampu meminimalkan Net Interest Margin (NIM) karena dengan meningkatnya Net Interest Margin (NIM), maka akan semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis yang akan dihadapai bank. Sesuai standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, perusahaan perbankan wajib menjaga besarnya NIM minimum 6%. 25 b. Dengan melihat variabel ukuran perusahaan (SIZE) pada bank umum non go publik, maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko bisnis bank adalah mampu menjaga dan mengelola total aset perusahaan dengan sebaik mungkin mengingat total aset perusahaan mencerminkan ukuran perusahaan (SIZE). Semakin tinggi ukuran perusahaan (SIZE), maka akan semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis yang akan dihadapai bank. e. Dengan melihat variabel Capital Adequacy Rato (CAR) pada bank umum non go publik, maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko bisnis bank adalah mampu menjaga Capital Adequacy Rato (CAR) agar tidak terlalu tinggi karena dengan semakin tinggi Capital Adequacy Rato (CAR), maka akan semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis yang akan dihadapai bank. Sesuai dengan standar yang ditetapkan Bank Indonesia, perusahaan perbankan wajib menyediakan modal minimum sebesar 8%. Manajemen bank diharapkan mampu mengelola dan menjaga permodalannya sehingga modal yang dimiliki bank tersebut kemudian dapat menampung tingkat risiko bisnis yang timbul. c. Dengan melihat variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank umum non go publik, maka pihak manajemen bank dalam usaha meminimalkan tingkat risiko bisnis bank adalah mampu menekan Loan to Deposit Ratio (LDR). Karena semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR), maka akan semakin tinggi pula tingkat risiko bisnis yang akan dihadapai bank. Sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, bank wajib menjaga besarnya LDR antara 80%110%. 2. Bagi penelitian selanjutnya Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperpanjang periode pengamatan dan memperluas ukuran populasi, tidak hanya terbatas pada bank umum komersial tetapi juga dapat memasukkan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagai sampel penelitian agar hasil penelitian dapat lebih digeneralisasi. Selain itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan faktor-faktor lain yang diduga memiliki pengaruh kuat terhadap risiko bisnis bank, seperti DIVrev (average revenue diversification) dan pertumbuhan aset (Stiroh dan Rumble, 2005), variabel overhead atau BOPO, pertumbuhan GDP, pertumbuhan kredit, dan indeks kekuatan pasar (Soedarmono, et al., 2010), variabel Deposit/TA (Kwan, 2004), dan Loan Losses Reserve (Godlewski, 2004). 26 DAFTAR PUSTAKA Ali, Masyud. 2004. Asset Liability Management. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Bank Indonesia. 2010. Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No.14, Maret 2010. Jakarta. Barry, Thierno Amadou, Laetitia Lepetit and Amine Tarazi. 2008. “Bank Ownership Structure, Market Discipline and Risk: Evidence From A Sample of Privately Owned and Publicly Heald European Banks”. Université de Limoges-France, December 2008, n.p, http://gdre_mbf_2010.u-bordeaux4.fr/sites. Diakses tanggal 26 November 2010. Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Direktori Perbankan Indonesia (DPI). 2004-2008. Distinguin, Isabelle, Tchudjane Kouassi and Amine Tarazi. 2010. “Deposit Insurance, Moral hazard and Market discipline: Evidence from Central and Eastern European Banks”. Université de Limoges-France, May 2010, n.p, http://gdre_mbf_2010.u- bordeaux4.fr/sites. Diakses tanggal 26 November 2010. Ghozali, Imam. 2007. Manajemen Risiko Perbankan: Pendekatan Value at Risk. Semarang: Undip. ____________. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Ed.4. Semarang: Badan Penerbit Undip. Godlewski, Christophe J. 2004. “Bank Risk Taking in a Prospect Theory Framework Empirical Investigation in The Emerging Market’s Case”. Pôle Européen de Gestion et d’ Economie, Université Louis Pasteur, n.p. http://papers.ssrn.com. Diakses Tanggal 4 Juni 2010. Hayu H, Listya. 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan Go Publik dan Non Go Publik Periode 20032007 (Studi Empiris: Bank Umum di Indonesia)”. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang. Tidak Dipublikasikan. Helfert, Erich A. 1997. Teknik Analisis Keuangan: Petunjuk Praktis untuk Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan (Terj). Ed.8. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. 27 Idroes, Ferry N. 2008. Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Indonesia Certifikate in Banking Risk and Regulation Workbook Tingkat 1. 2008. Jakarta: Global Association of Risk Professionals dan Badan Sertifikasi Manajemen Risiko. Keown, Arthur J., John D. Msrtin and J. William Petty. 2004. Manajemen Keuangan: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Jilid I (Terj). Ed.9. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. Kwan, Simon. 2004. “Testing The Strog Form of Market Dicipline: The Effect of Public Market Signals on Bank Risk”. Working Paper, Federal Reserve of San Fransisco, n.p, http://www.bis.org. Diakses tanggal 4 Juni 2010. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan Bank Konvensional. 2004-2008. Latumaerissa, Julius R. 1999. Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum. Jakarta: Bumi Aksara. Machfoedz, Mas’ud. 1994. “Financial Ratio Analysis and The Prediction of Earnings Changes in Indonesia”. Kelola, Gajah Mada University Business Review, No. 7/III. h. 114-137. Mawardi, Wisnu. 2005. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Umum dengan Total Aset Kurang dari 1 T)”. Jurnal Bisnis Strategi, Vol 14, No. 1. h. 83-94. Naïmy, Viviane Y. 2005. “Overall Lebanese Banks’ Performance: A Risk-Return Framework” International Business & Economics Research Journal – January 2005, Vol. 4, No. 1., n.p, http://www.cluteinstitute-onlinejournals.com/PDFs. Diakses tanggal 23 November 2010. Rahim, Rida dan Yuma Irpa. 2008. “Analisa Efisisensi Operasional terhadap Profitabilitas pada Bank Umum Syariah dan Unit Syariah (Studi Kasus BSM dan BNI Syariah)”. Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 4, No. 3. Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Andalas. http://www.scribd.com. Diakses tanggal 19 Februari 2011. 28 Riyadi, Slamet. 2006. Banking Asset and Liability Management. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Rusda, Meina. 2009. “Analisis Pengaruh CAR, NPL, LDR, NIM, dan Total Aset Terhadap Risiko Bisnis”. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang. Tidak Dipublikasikan. Rusyamsi, Imam. 1999. Asset Liability Management: Strategi Pengelolaan Aktiva Pasiva Bank. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Ed.5. Jakarta: FE UI. Stiroh, Kevin J. and Adrienne Rumble. 2005. “The Dark Side of Diversification: The Case of U.S. Financial Holding Companies”. Jornal of Banking and Finance 30, Federal Reserve of New York. USA. n.p, http://papers.ssrn.com. Diakses tanggal 4 Juni 2010. Taswan. 2006. Manajemen Perbankan: Konsep, Teknik, dan Aplikasi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Wild, John J., K. R. Subramanyam dan Robert F. Halsey. 2005. Analisis Laporan Keuangan (Terj). Ed.8. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. 29