BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Apabila kita membuat suatu pembatasan atau definisi tentang manajemen, dapat dikemukakan sebagai berikut : bekerja dengan orang-orang untuk mencapai tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling).” Jadi, manajemen pada dasarnya adalah upaya mengatur segala sesuatu (sumber daya) untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam prakteknya, manajemen sangat dibutuhkan karena orang-orang yang bekerja sama dalam suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan bersama, karena tanpa adanya manajemen yang baik usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan mengalami kesulitan. Dalam manajemen terjadi suatu kegiatan untuk mengadakan dan mengendalikan sumber daya. Namun disadari bahwa sumber daya manusia merupakan faktor yang lebih penting dibandingkan dengan yang lain. Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal, perasaan, keinginan, kemampuan, ketrampilan, pengetahuan dan dorongan. 6 7 Untuk memberikan pengertian yang lebih jelas tentang manajemen, maka berikut ini penulis mengutip tentang definisi dari beberapa pakar yaitu : Menurut Malayu mengemukakan, “manajemen adalah ilmu dan seni mengatur pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu” (2007 : 17). Menurut G. R Terry mendefinisikan manajemen adalah : “Suatu proses yang khas, yang terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya” (Malayu :2007 :17). Menurut Frans Sadikin menyebutkan bahwa “manajemen adalah proses untuk menciptakan, memelihara, dan mengoperasikan organisasi perusahaan dengan tujuan tertentu melalui upaya manusia yang sistematis, terkoordinasi dan kooperatif” (Malayu : 2007 : 17). 2.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Definisi manajemen sumber daya manusia adalah “rangkaian strategi, proses, dan aktivitas yang didesain untuk menunjang tujuan perusahaan dengan cara mengintegrasikan kebutuhan perusahaan dan individu” (Cushway : 2002 : 5). Menurut Mahirot (2002 : 2) pengertian dari Manajemen Sumber Daya Manusia adalah : 8 “Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan & pengawasan kegiatan pengadaan pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai tujuan organisasi dan masyarakat.” Menurut Hani Handoko (2003 : 4 ) manajemen sumber daya manusia adalah ” penarikan, seleksi pengembangan, pemeliharaan dan penggunaa sumber daya manusia untuk mencapai tujuan baik individual mapun organisasi ” 2.3 Motivasi 2.3.1 Pengertian Motivasi Kerja Setiap manusia melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu pada dasarnya karena didorong oleh suatu motivasi tertentu. Motivasi adalah alasan-alasan dorongandorongan yang ada dalam diri manusia yang menyebabkan ia melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu. Motivasi merupakan keinginan, hasrat dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri manusia untuk melakukan atau berbuat sesuatu. Motivasi berhubungan dengan faktor psikologis seseorang yang mencerminkan hubungan atau interaksi antara sikap, kebutuhan dan kepuasan yang terjadi pada diri manusia. Keberhasilan dalam pengelolaan organisasi atau perusahaan bisnis sangat ditentukan oleh efektivitas kegiatan pendayagunaan sumber daya manusia. Dalam hal ini seorang manajer harus memiliki teknik-teknik untuk dapat memelihara prestasi 9 dan kepuasan kerja, antara lain dengan memberikan motivasi kepada bawahan agar dapat melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Motivasi adalah proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi atau dorongan dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk memuaskan dan mempertahankan kehidupan. Pada dasarnya perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang mampu, cakap dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Kemampuan, kecakapan dan ketrampilan karyawan tidak ada artinya bagi perusahaan, jika mereka tidak mau bekerja keras dengan mempergunakan kemampuan, kecakapan dan ketrampilan yang dimiliknya. . Para ahli manajemen memberikan deskripsi tentang motivasi sebagai berikut : “Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja sesorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan” (Malayu : 2007 : 95). Menurut Liang Gie, motivasi adalah : Pekerjaan yang dilakukan oleh manajer dalam memberikan inspirasi, semangat dan dorongan kepada orang lain, dalam hal ini karyawannya, untuk mengambil tindakan-tindakan tertentu. Pemberian dorongan ini bertujuan untuk menggiatkan orang-orang atau karyawan agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil yang dikehendaki oleh orang-orang tersebut (Sadili : 2006 : 281). 10 Sedangkan pengertian motivasi menurut pakar lain adalah : “ Motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari keinginan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya” (Cascio), (Malayu : 2007 : 95). “Motivasi merupakan suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan kebutuhan individu” (Robbins), (Malayu : 2007 : 95). 2.3.2 Tujuan pemberian motivasi Malayu (2007 : 97) menjelaskan bahwa tujuan pemberian motivasi adalah: a. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan b. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan c. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan d. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan e. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan f. Mengefektifkan pengadaan karyawan g. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik h. Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan i. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan 11 j. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya k. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku 2.3.3 Jenis-jenis Motivasi Malayu (2007 : 99) menjelaskan bahwa ada dua jenis motivasi yaitu : a. Motivasi Positif (Insentif positif) Dalam motivasi positif manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat, karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik. b. Motivasi Negatif (Insentif negatif) Dalam motivasi negatif manajer memotivasi bawahannya dengan memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjaannya kurang baik (prestasi rendah). Dengan memotivasi negatif ini semangat kerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat, karena mereka takut di hukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik. 2.3.4 12 Metode-metode Motivasi Menurut Malayu (2007 : 100) metode-metode motivasi dibagi menjadi dua yaitu : a. Motivasi langsung (Direct Motivation) Motivasi langsung (Direct motivation) adalah motivasi (materiil atau nonmateriil) yang diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Jadi, sifatnya khusus seperti memberikan pujian, penghargaan, bonus, piagam dan lain sebagainya. b. Motivasi Tidak Langsung (Indirect Motivation) Motivasi tidak langsung (Indirect motivation) adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja/kelancaran tugas, sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya. Misalnya : kursi yang empuk, mesin-mesin yang baik, ruangan kerja yang terang dan nyaman, suasana dan lingkungan pekerjaan yang baik, penempatan karyawan yang tepat dan lain-lainnya. Motivasi tidak langsung ini besar pengaruhnya untuk merangsang semangat kerja karyawan, sehingga produktivitas kerja meningkat. 2.3.5 13 Model-model Motivasi Menurut Malayu (2007 : 100) model-model motivasi dibagi menjadi tiga yaitu: a. Model Tradisional Model tradisional mengemukakan untuk memotivasi bawahan agar gairah bekerjanya meningkat dilakukan dengan sistem insentif yaitu memberikan insentif materiil kepada karyawan yang berprestasi baik. Semakin berprestasi maka semakin banyak balas jasa yang diterimanya untuk mendapatkan insentif. b. Model Hubungan Manusia Model hubungan manusia mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan supaya gairah bekerjanya meningkat, dilakukan dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna serta penting. Sebagai akibatnya karyawan mendapatkan beberapa kebebasan membuat keputusan dan kreativitas dalam melakukan pekerjaannya. Dengan memperhatikan kebutuhan materiil dan non-materiil karyawan, maka motivasi bekerjanya akan meningkat pula. c. Model Sumber Daya Manusia Model sumber daya manusia mengemukakan bahwa karyawan dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya uang/barang atau keinginan akan kepuasan saja, 14 tetapi juga kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti. Menurut model ini karyawan cenderung memperoleh kepuasan dari prestasi kerjanya yang baik. 2.3.6 a. Proses Motivasi Tujuan Dalam proses memotivasi perlu diterapkan terlebih dahulu tujuan organisasi, baru kemudian para bawahan dimotivasi ke arah tujuan tersebut. b. Mengetahui Kepentingan Dalam proses motivasi penting mengetahui kebutuhan/keinginan karyawan dan tidak hanya melihatnya dari sudut kepentingan pimpinan dan perusahaan saja. c. Komunikasi Efektif Dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dan efektif dengan bawahan. Bawahan harus mengetahui apa yang akan diperolehnya dan syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhinya supaya insentif itu diperolehnya. d. Integrasi Tujuan Dalam proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan kepentingan karyawan. Tujuan perusahaan adalah needs complex, yaitu untuk 15 memperoleh laba, perluasan perusahaan, sedangkan tujuan individu karyawan adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Jadi tujuan organisasi/perusahaan dan tujuan karyawan harus disatukan untuk itu penting adanya motivasi. e. Fasilitas Manajer dalam memotivasi harus memberikan fasilitas kepada perusahaan dan individu karyawan yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan, misalnya memberikan bantuan kendaraan kepada salesman. f. Team Work Manajer harus menciptakan team work yang terkoordinasi baik yang bisa mencapai tujuan perusahaan. Team work (kerja sama) ini penting karena dalam suatu perusahaan biasanya terdapat banyak bagian. 16 2.3.7 a. Teori tentang motivasi Teori Motivasi menurut Abraham Maslow Hierarki Kebutuhan menurut Abraham Maslow Kebutuhan untuk aktualisasi diri Kebutuhan untuk dihargai Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi Kebutuhan akan rasa aman dan tentram Kebutuhan fisiologis dasar Dalam suatu organisasi atau perusahaan, kebutuhan-kebutuhan tersebut diterjemahkan sebagai berikut : a) Kebutuhan fisiologis dasar, seperti makanan, pakaian, perumahan, dan fasilitas-fasilitas dasar lainnya yang berguna untuk kelangsungan hidup pekerja. 17 b) Kebutuhan akan rasa aman, seperti lingkungan kerja yang bebas dari segala bentuk ancaman, keamanan jabatan atau posisi, status kerja yang jelas dan keamanan alat yang dipergunakan. c) Kebutuhan akan dicintai dan disayangi, seperti interaksi dengan rekan kerja, kebebasan melakukan aktivitas sosial, dan kesempatan yang diberikan untuk menjalin hubungan yang akrab dengan orang lain. d) Kebutuhan akan dihargai, seperti pemberian penghargaan (reward) dan mengakui hasil karya individu. e) Kebutuhan akan aktualisasi diri, seperti kesempatan dan kebebasan untuk merealisasikan cita-cita atau harapan individu, kebebasan untuk mengembangkan bakat atau talenta yang dimiliki. b. Teori ERG Salah seorang guru besar di Yale Amerika Serikat yang bernama Clayton Alderfer mengetengahkan teori yang mengatakan bahwa, manusia mempunyai tiga kelompok kebutuhan ‘inti’ (core needs) yang disebutnya Eksistensi, Hubungan, dan Pertumbuhan (Existence, Relatedness, and Growth) 18 ‘Kelompok’ eksistensi sebagai kebutuhan yang berkaitan dengan pemuasan kebutuhan materi yang diperlukan dalam mempertahankan eksistensi seseorang, jika dikaitkan dalam kebutuhan Maslow terlihat pada kebutuhan fisiologis dan keamanan. ‘Kelompok’ hubungan sebagai kebutuhan, berkaitan dengan pentingnya pemeliharaan hubungan interpersonal yang ada dalam teori Maslow tergambar pada kebutuhan sosial dan harga diri. Sedangkan ‘kelompok’ pertumbuhan merupakan kebutuhan untuk berkembang secara intelektual, yang berarti identik dengan kebutuhan aktualisasi diri seperti ditekankan oleh Maslow. c. Teori dua Faktor Herzberg Herzberg menurut Malayu (2007 : 108), menyatakan bahwa orang dalam melaksankan pekerjaanya dipengaruhi oleh dua faktor kebutuhan, yaitu : 1) Maintenance factors Adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini menurut Herzberg merupakan kebutuhan yang berlangsung terus menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah 19 dipenuhi. Misalnya orang lapar akan makan, kemudian lapar lagi lalu makan lagi dan seterusnya. Faktor-faktor pemeliharaan ini perlu mendapat perhatian yang wajar dari pimpinan, agar kepuasan dan kegairahan bekerja bawahan dapat ditingkatkan. 2) Motivation factors Adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan. Faktor motivasi ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang secara langsung berkaitan dengan pekerjaan, misalnya kursi yang empuk, ruangan yang nyaman, penempatan yang tepat dan lain sebagainya. d. Teori Motivasi Prestasi Mc. Clelland’s Teori ini berpendapat bahwa karyawan mempunyai cadangan energi potensial. Bagaimana energi ini dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan dorongan motivasi seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia. Energi ini akan dimanfaatkan oleh karyawan karena didorong oleh : 1) Kekuatan motif dan kebutuhan dasar yang terlibat 2) Harapan keberhasilannya 3) Nilai insentif yang terletak pada tujuan 20 Mc. Clelland mengelompokkan tiga kebutuhan manusia yang dapat memotivasi gairah bekerja, yaitu : 1) Kebutuhan akan Prestasi (Need for Achievement) Mengenai kebutuhan akan prestasi dapat dikatakan bahwa, ingin berhasil merupakan kebutuhan seorang manusia. Tidak ada manusia yang senang jika dikatakan ‘telah gagal’. Akan tetapi sebaliknya, seseorang tidak seharusnya dihantui oleh ketakutan akan gagal karena ada ungkapan yang mengatakan, bahwa seseorang yang tidak pernah gagal tidak akan memahami arti keberhasilan. 2) Kebutuhan akan Afiliasi (Need for Affiliation) Kebutuhan afiliasi pentingnya mendapat perhatian untuk dipuaskan karena predikat manusia sebagai makhluk sosial. Keinginan disenangi, dicintai, kesediaan bekerja sama, iklim bersahabat, dan saling mendukung dalam organisasi, merupakan bentuk-bentuk pemuasan kebutuhan ini. 3) Kebutuhan akan Kekuasaan (Need for Power) Mengenai kebutuhan akan kekuasaan ini merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seorang karyawan. Karena itu kebutuhan akan kekuasaan ini merangsang dan memotivasi gairah kerja seseorang serta 21 mempertahankan semua kemampuan dan mencapai kekusaan yang terbaik. Indikator dari motivasi adalah : Teori menurut Abraham Maslows : a) Kebutuhan fisiologis dasar b) Kebutuhan akan rasa aman c) Kebutuhan akan dicintai dan disayangi d) Kebutuhan akan aktualisasi diri e) Kebutuhan akan dihargai 2.4 Prestasi Kerja 2.4.1 Pengertian Prestasi Kerja Prestasi Kerja menurut Sadili (2000 : 72) adalah “penampilan hasil kerja sumber daya manusia dalam suatu organisasi.” Pengertian prestasi kerja yang lain adalah : Tingkat pelaksanaan tugas yang dapat dicapai oleh seseorang, unit atau divisi dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi/perusahaan (Malayu : 2007 : 159). 2.4.2 22 Pengertian Penilaian Prestasi Kerja Penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah proses oleh organisasi untuk mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan (Sadili : 2007 : 159). Menurut Malayu (2005 : 87) adalah “penilaian prestasi kerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan.” Penilaian prestasi kerja yang dilaksanakan dengan baik dan tertib maka akan dapat membantu meningkatkan motivasi kerja dan loyalitas organisasional dari karyawan. Hal ini tentu saja akan menguntungkan organisasi yang bersangkutan. Paling tidak para karyawan akan mengetahui sampai dimana dan bagaimana prestasi kerjanya dinilai oleh atasan atau tim penilai. Kelebihan maupun kekurangan yang ada akan dapat merupakan motivasi bagi kemajuan-kemajuan mereka pada masa yang akan datang. Penilaian prestasi kerja karyawan adalah penilaian yang sistematik terhadap penampilan kerja mereka sendiri dan potensi karyawan dalam upaya mengembangkan diri untuk kepentingan organisasi atau perusahaan. Dalam penilaian prestasi kerja, sasaran yang menjadi objek penilaian antara lain kecakapan dan kemampuan dalam melaksanakan tugas yang diberikan, penampilan dalam pelaksanaan tugas, cara membuat laporan atas pelaksanaan tugas, ketegaran jasmani maupun rohaninya selama bekerja, dan sebagainya. Penilaian prestasi yang tinggi akan diberikan kepada 23 karyawan yang memiliki disiplin dan dedikasi yang baik, berinisiatif positif, sehat jasmani dan rohani, bersemangat bekerja dan mengembangkan diri dalam pelaksanaan tugas, pandai bergaul, dan sebagainya. Untuk memperjelas pengertian dari prestasi kerja atau definisi penilaian prestasi kerja maka penulis mengutip beberapa pendapat para ahli ilmu sumber daya manusia, sebagai berikut : Seorang pakar mengemukakan dalam bukunya Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia menjelaskan penilaian prestasi kerja (performance apprasial) adalah sebagai berikut : ”Proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi karyawan” (Hani 2000 :135) Dari pengertian diatas, kegiatan ini dapat memberikan umpan balik bagi para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka. 2.4.3 Manfaat Penilaian Prestasi Kerja Menurut T. Hani Handoko (Sadili : 2007 : 159) terdapat sepuluh manfaat penilaian prestasi kerja, yaitu sebagai berikut : a. Perbaikan prestasi kerja Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer dan departemen personalia memperbaiki prestasi. dapat membetulkan kegiatan mereka untuk b. 24 Penyesuaian kompensasi Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalam menaikkan upah, pemberian bonus dan kompensasi lainnya. c. Keputusan penempatan Promosi, transparan dan demosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa lalu atau antisipasinya promosi sering merupakan bentuk penghargaan terhadap prestasi kerja masa lalu. d. Kebutuhan latihan dan pengembangan Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kebutuhan latihan, demikian juga prestasi kerja yang baik mungkin mencerminkan potensi yang harus dikembangkan. e. Perencanaan dan pengembangan karir Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan-keputusan karir, yaitu tentang jalur karir tertentu yang harus diteliti. f. Penyimpangan-penyimpangan proses staffing Prestasi kerja yang baik atau jelek mencerminkan kelemahan dan kekuatan prosedur staffing departemen personalia. g. 25 Ketidakakuratan informasional Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kesalahan dalam informasi analisa jabatan, rencana-rencana sumberdaya manusia atau komponen lain sistem informasi manajemen personalia. h. Kesalahan desain pekerjaan Prestasi yang jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam desain pekerjaan, prestasi kerja membentuk diagnosa kesalahan-kesalahan tersebut. i. Kesempatan kerja yang adil Penilaian prestasi kerja secara akurat akan menjamin keputusan-keputusan penempatan internal diambil tanpa diskriminasi. j. Tantangan eksternal Kadang-kadang prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar lingkungan kerja seperti keluarga, kesehatan, kondisi financial atau masalah pribadi lainnya. 2.4.4 Tujuan penilaian prestasi kerja Tujuan penilaian prestasi kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. 26 Administratif, yaitu memberikan arah untuk penetapan promosi, transfer dan kenaikan gaji. b. Informatif, yaitu memberikan data kepada manajemen tentang prestasi kerja bawahan dan memberikan data kepada individu tentang kelebihan dan kekurangannya. c. Motivasi, yaitu menciptakan pengalaman belajar yang memotivasi staf untuk mengembangkan diri dan meningkatkan prestasi kerja karyawan. Indikator dari prestasi kerja adalah : 1) Kedisiplinan Mematuhi peraturan yang berlaku Aktif masuk kerja dan tepat waktu 2) Keandalan Ulet dan pantang menyerah dalam melakukan pekerjaan Serius dan konsentrasi dalam bekerja 3) Pemecahan masalah Menyelesaikan masalah dengan baik Memberikan solusi bagi masalah yang sedang dihadapi 27 4) Kerjasama 2.5 Aktif dalam tim Memahami dan melaksanakan tugas dalam tim dengan baik dan tepat. Hubungan Motivasi dengan Prestasi Kerja Hubungan motivasi dengan prestasi kerja mempunyai kaitan yang sangat erat dalam mencapai tujuan organisasi/perusahaan. Perusahaan perlu menuntun karyawannya untuk berperan aktif dalam lingkungan kerja supaya karyawan dapat menyalurkan bakat serta kemampuan yang dimiliki sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan. Oleh karena itu seorang manajer harus mampu memberikan motivasi kepada karyawannya atau bawahannya sehingga akan dapat menimbulkan prestasi kerja karyawan yang baik. Hubungan motivasi dengan prestasi kerja karyawan dalam suatu perusahaan sangat penting untuk diketahui karena dalam menerapkan pemberian motivasi bagi karyawan sangat diperlukan bagi perusahaan. Dimana perusahaan harus memberikan motivasi pada karyawannya agar karyawan benar-benar dapat memanfaatkan aktivitas kerja dan membangkitkan semangat kerja yang tinggi. Dengan adanya pemberian motivasi yang diberikan perusahaan akan mendorong seseorang untuk mengembangkan bakat serta kemampuan yang 28 dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang baik. Oleh karena itu dalam memotivasi karyawan, pimpinan hendaknya menyediakan fasilitas yang memadai misalnya, menciptakan suasana lingkungan kerja yang nyaman dan memberikan kesempatan dalam promosi sehingga karyawan diberi kesempatan untuk meningkatkan prestasi kerjanya. Dan selanjutnya prestasi kerja yang telah dicapai oleh karyawan perlu dievaluasi secara sistematis oleh perusahaan melalui penilaian prestasi kerja karyawan.