BAB II

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
Ada 2 teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu teori agensi dan teori
pesinyalan.
1. Teori Agensi (Agency Theory)
Dalam perekonomian modern, manajemen, dan pengelolaan perusahaan
semakin banyak dipisahkan dari kepemilikan perusahaan. Hal ini sejalan dengan
Agency Theory yang menekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang
saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga professional
(disebut agents) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari.
Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara pihak pemegang saham
dan pihak manajer perusahaan.Inti dari hubungan keagenan adalah adanya
pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian.Adanya perbedaan kepentingan
antara kedua belah pihak dapat menimbulkan konflik keagenan.
2. Teori Pesinyalan (Signalling Theory)
Menurut Desi Arista (2012) Teori signaling menyatakan bahwa
perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada
9
10
pasar yang berupa informasi, dengan demikian pasar diharapkan akan dapat
membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Teori signaling
menjelaskan bahwa perusahaan melaporkan secara suka rela ke pasar modal agar
investor mau menginvestasikan dananya, kemudian manajer akan memberikan
sinyal dengan menyajikan laporan keuangan dengan baik agar nilai saham
meningkat (Desi Arista, 2012).
Informasi keuangan adalah alat utama perusahaan untuk menyampaikan
informasi akuntansi kepada pihak luar perusahaan.Suatu laporan keuangan
dikatakan memiliki kandungan informasi apabila publikasi laporan keuangan
tersebut menyebabkan reaksi pasar.Istilah reaksi pasar ini mengacu pada perilaku
investor dan pelaku pasar lainnya untuk melakukan transaksi membeli ataupun
menjual saham.
B. Saham
1. Pengertian Saham
Saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling
popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika
memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham
merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena
saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat
didefinisikan
sebagai
tanda
penyertaan
modal seseorang atau pihak
11
(badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Fahmi dan Hadi (2009 : 68) mendefinisikan saham adalah sebagai berikut :
Surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan
terbatas.Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama
perusahaan dan di ikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada
setiap pemegangnya.
.
2. Klasifikasi Saham
Jogiyanto (2009), mengklasifikasikan saham menjadi 3 yaitu:
a. Saham Preferen
Merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham
biasa. Dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen mempunyai
beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu
jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu maka saham preferen dianggap
mempunyai karakteristik ditengah-tengah antara bond dan saham biasa.
Beberapa karakteristik dari saham preferen adalah :
1) Hak preferen terhadap dividen, adalah hak untuk menerima dividen
terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa.
2) Hak dividen kumulatip, adalah hak kepada pemegang saham preferen
untuk menerima dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan
sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya.
3) Hak preferen pada waktu likuidasi, adalah hak saham preferen untuk
mendapatkan terlebih dahulu aktiva perusahaan dibandingkan dengan
saham biasa pada saat terjadi likuidasi.
12
Macam-macam saham preferen menurut Jogiyanto (2010:114) adalah :
a)
Convertible Preferred Stock
Untuk menarik minat investor yang menyukai saham biasa, beberapa
saham preferen menambah bentuk di dalamnya yang memungkinkan
pemegangnya untuk menukar saham ini dengan saham biasa dengan rasio
penukaran yang sdah ditentukan. Saham preferen semacam ini disebut
dengan Convertible Preferred Stock.
b) Callable Preferred Stock
Bentuk lain dari saham preferen adalah memberikan hak kepada
perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli kembali saham ini dari
pemegang saham pada tanggal tertentu dimasa mendatang dengan nilai
yang tertentu. Harga tebusan ini biasanya lebih tinggi dari nilai nominal
sahamnya.
c) Floating atau Adjustable-rate Preferred Stock (ARP)
Saham preferen ini tidak membayar dividen secara tetap, tetapi tingkat
dividen yang dibayar tergantung dari tingkat return dari sekuritas
Treasury bill.
13
b. Saham Biasa
Saham yang dikeluarkan oleh perusahaan berupa satu kelas saham saja.
Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa mempunyai beberapa
hak antara lain:
1) Hak Kontrol, adalah hak pemegang saham biasa untuk memilih
pimpinnan perusahaan.
2) Hak Menerima Pembagian Keuntungan, adalah hak pemegang saham
untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahan.
3) Hak Preemtive, adalah hak untuk mendapatkan presentasi kepemilikan
yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk
tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama dan
melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai.
c.
Saham Treasuri
Adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar
yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk tidak dipensiunkan
tetapi disimpan sebagai treasuri.
Menurut Sunariyah (2004), setiap pemegang saham akan memperoleh
sertifikat sebagai tanda kepemilikan pada perusahaan. Sebagai suatu surat
berharga, sertifikat mengandung perikatan hukum formal, yang setiap
penerbitannya dijamin oleh undang-undang. Nilai sertifikat dapat dibagi
empat yaitu :
14
1) Nilai Nominal (Par Value), adalah harga saham pertama yang tercantum
pada sertifikat badan usaha.
2) Nilai Buku (Book Value), adalah jumlah laba ditahan, par value saham, dan
modal selain par value.
3) Nilai Dasar (Base Price), nilai dasar suatu saham sangat berkaitan dengan
harga pasar saham yang bersangkutan setelah dilakukan penyesuaian karena
corporate action (aksi emite). Nilai dasar adalah harga pendanaan saham
suatu perusahaan.
4) Nilai Pasar (Market Price), adalah harga suatu saham pada pasar yang
sedang berlangsung di bursa efek. Untuk mendapatkan jumlah nilai pasar
suatu saham yaitu dengan mengalikan harga pasar dengan jumlah saham
yang dikeluarkan.
C. PASAR MODAL
1. Pengertian Pasar Modal
Definisi pasar modal menurut Bodie, Kane dan Marcus (2009 : 41)
adalah:
Pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya
perusahaan menjual saham dan obligasi dengan tujuan dari hasil
penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana
atau untuk memperkuat dana perusahaan.
15
2. Manfaat Pasar Modal
Menurut Tjiptono dan Hendy (2008 : 3) pasar modal memiliki beberapa
manfaat, yaitu :
a. Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang) bagi
dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal
b. Memberikan sarana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya
diverifikasi.
c. Menyediakan indicator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi
Negara.
d. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan
masyarakat menengah.
e. Menciptakan lapangan kerja atau profesi yang menarik.
f. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek
yang baik.
g. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan resiko
yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuidasi, dan diverifikasi
investasi.
h. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses
kontrol social.
i.
Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim terbuka, pemanfaatan
manajemen professional, dan penciptaan iklim berusaha sehat.
16
3. Instrument Pasar Modal
Menurut Tjiptono dan Hendy (2007 : 06) instrument keuangan yang
diperdagangkan di pasar modal merupakan instrument jangka panjang dan
instrument derivatif, yaitu:
a. Saham
Saham (stock atau share) dapat didefinisikan sebagai penyertaan atau
kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan
terbatas.
b. Obligasi
Obligasi (bonds) adalah surat berharga yang menunjukan bahwa penerbit
obligasi meminjam sejumlah dan kepada masyarakat dan memiliki
kewajiban untuk membayar bunga secara berkala, dan kewajiban melunasi
pokok hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli
obligasi tersebut.
c. Right
Right adalah merupakan surat berharga yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk menukarkannya menjadi saham biasa.
d. Waran
Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang
sudah ditentukan.
17
e. Opsi
Opsi (Option) merupakan sebuah kontrak antara dua pihak dimana pihak
yang membeli kontrak mempunyai hak, namun bukan kewajiban, untuk
membeli atau menjual sejumlah instrument yang menjadi dasar dari kontrak
tersebut, misalnya saham.
4. Indeks LQ45
Indeks LQ 45 terdiri dari 45 emiten dengan likuiditas (liquid) tinggi,
yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan.Selain penilaian atas
likuiditas, seleksi atas emiten-emiten tersebut juga mempertimbangkan
kapitalisasi pasar.
D. Pengertian Return Saham
Return saham merupakan hasil yang yang diperoleh dari kegiatan investasi
pada sebuah perusahaan. Menurut Jones et al (2009:141) return merupakan sebuah
keuntungan yang didapat karena telah melakukan kegiatan investasi. Return saham
terdiri dari dua komponen yaitu yield dan capital gain (or loss). Yield atau imbal
hasil merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor misalnya berupa
deviden atau bunga. Sedangkan capital gain (or loss) adalah selisih harga pembelian
saham dengan harga ketika saham tersebut dijual.
Menurut Jogiyanto (2009:19) rumus saham sebagai berikut:
Return saham Rt = (Pt ─ Pt ─ I) / Pt ─ I
Dimana :
18
Rit
= Return saham periode sekarang
Pit
= Harga saham periode sekarang
Pit-I
= Harga saham periode sebelumnya
1. Jenis-jenis Return Saham
Menurut Jogiyanto (2009 :199) return saham dibedakan menjadi dua jenis
yaitu:
a. Return realisasi (realized return) merupakan return yang sudah terjadi
dan dihitung berdasarkan data historis. Return ini merupakan selisih
harga sekarang dengan harga sebelumnya secara relatif. Return realisasi
ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar
penentuan return dan risiko di masa mendatang.
b. Return ekspektasian (expected return) merupakan return yang
diharapkan terjadi di masa mendatang dan bersifat tidak pasti. Pada
dasarnya expected return merupakan rata-rata tertimbang dari berbagai
return historis, yang tercermin dari rata-rata distribusi probabilitas
tingkat keuntungan sebagai faktor pertimbangannya
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Return Saham
a. Harga Saham
Harga saham merupakan harga atau nilai uang yang bersedia dikeluarkan
untuk memperoleh kepemilikan atas suatu saham.Investor lebih banyak
19
memperdagangkan saham antar mereka sendiri dibandingkan dengan
membeli langsung dari perusahaan penerbit saham.Setiap lembar saham
hanya diterbitkan sekali oleh perusahaan dan setelah itu dapat
diperdagangkan antar investor beberapa kali.
b. Penilaian Harga Saham
Penilaian merupakan hal yang terpenting bagi seorang investor, karena
investor membuat keputusan setelah menilai saham yang akan dibeli.
Penilaian tersebut juga dilakukan dengan mengamati dan menganalisa
faktor-faktor ekonomi dan non-ekonomi, factor intern maupun ekstern
perusahaan yang sahamnya akan dibeli.
c. Indeks Harga Saham
Indeks harga saham adalah suatu indicator yang menunjukkan
pergerakan harga saham.Indeks berfungsi sebagai indicator tren pasar,
artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada saat pasar
sedang aktif dan lesu.Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
adalah angka yang menunjukkan situasi pasar efek secara umum karena
Gabungan disini adalah seluruh saham.Indeks harga saham menjadi
barometer kesehatan pasar modal yang menggambarkan kondisi bursa
efek yang terjadi.Jika indeks harga saham naik maka dapat dikatakan
bahwa pasar modal sedang baik, dan situasi ini mencerminkan kondisi
perekonomian, social, dan politik yang sehat.
20
E. Economic Value Added (EVA)
1. Latar Belakang Dan Pengertian Economic Value Added ( EVA)
Dalam sebuah diskusi yang dilakukan oleh para staf professional Stern
Stewart, mereka adalah David Glassman, Gregory Milano, dan Bennett Stewart
(Brigham dan Houston : 2006). Ditemukan sebuah metode baru yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan.Metode tersebut
dinamakan metode Economic Value Added (EVA).
Konsep EVA menyertakan apa yang disebut dengan 5M, yaitu:
a. Measurement of performance (pengukuran kerja)
b. Management of the capital allocation process (manajemen proses modal).
c. Altering Mindset through effective training and development of people
(perubahan pola piker melalui pelatihan dan pengembangan SDM yang
efektif).
d. Motivating the workforce by designing incentives to reinforce bahvior
(memotivasi karyawan dengan desain insentif untuk melakukan perubahan
proses strategi agar sesuai dengan nilai tambah).
e. Mollifying the strategy process to conform to a value add rather than a
market share focus (menjalankan proses strategi lebih pada pencapaian nilai
21
tambah daripada focus pada pangsa pasar).
Menurut Brigham & Houston (2006:68) “Economic Value Added (EVA)
merupakan nilai yang ditambahkan oleh manajemen kepada pemegang
saham selama suatu tahun tertentu.”
Menurut Steward III (1990:118), mendefinisikan EVA sebagai berikut:
EVA is a residual income measure that substract the cost of capital
from the operating profits generated in the business. It’s measure to
account properly for all of the ways in which corporate value may be
added or lost. EVA will increase if operating profit can be made to
grow without trying up any more capital, if new capital is diverted or
liquidated from business activities that do not cover their cost of capital.
Menurut Tunggal
EVA
adalah
(2008:02):
laba yang tertinggal setelah dikurangi dengan biaya
modal (cost capital) yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba
tersebut. EVA merupakan suatu tolok ukur yang berbasis nilai yang
menggambarkan jumlah
absolut dari nilai pemegang saham
(shareholder value) yang diciptakan (created) atau dirusak (destroyed)
pada suatu periode tertentu biasanya setahun. EVA yang positif
menunjukan penciptaan nilai (value creation), sedangkan EVA negatif
22
menunjukan penghancuran nilai (value destruction).
Hansen (2005:829) menyatakan bahwa “nilai tambah ekonomi
(EVA)
merupakan laba operasi setelah pajak dikurang total biaya modal.”Economic
Value Added (EVA) saat ini merupakan salah satu konsep manajemen yang
cukup dikenal luas dikalangan dunia usaha, dimana dalam pengambilan
keputusan berinvestasi melihat nilai perusahaan dari laporan keuangannya,
penggunaan analisis rasio keuangan sebagai alat pengukur akuntansi memiliki
kelemahan utama, yaitu mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit
untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai
atau tidak. Untuk mengatasi kelemahan tersebut dikembangkan suatu konsep
baru yaitu Economic Value Added (EVA) yang dipopulerkan oleh Stern &
Steward.
2. Manfaat Economic Value Added
EVA sangat bermanfaat bagi penilai kinerja perusahaan di mana fokus
penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai (value creation). Penilaian
kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian
manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA,
para manajer akan berpikir dan juga bertindak seperti halnya pemegang
saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian
dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat
23
dimaksimumkan.
3. Tolak Ukur Economic Value Added
a) Apabila EVA> 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkan telah
terjadi proses nilai tambah pada perusahaan.
b) Apabila EVA = 0 menunjukkan posisi impas atau Break Event Point.
c) Apabila EVA< 0, yang berarti EVA negatif menunjukkan tidak terjadi
proses nilai tambah.
4. Keunggulan dan Kelemahan Economic Value Added
EVA memiliki beberapa keunggulan antara lain:
a) EVA
memfokuskan
penilaiannya
pada
nilai
tambah
dengan
memperhitungkan beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi.
b) Perhitungan EVA relatif mudah dilakukan hanya yang menjadi persoalan
adalah perhitungan biaya modal yang memerlukan data yang lebih banyak
dan analisis yang lebih mendalam.
c) EVA dapat
pembanding
digunakan secara
seperti
standar
sebagaimana konsep penilaian
mandiri tanpa
industri
atau
memerlukan data
perusahaan
dengan menggunakan analisisrasio.
lain
24
Kelemahan EVA antara lain:
a) Sulit menentukan biaya modal secara obyektif. Hal ini disebabkan dana
untuk investasi dapat berasal dari berbagai sumber dengan
tingkat
biaya modal yang berbeda - beda dan bahkan biaya modal mungkin
merupakan biaya peluang.
b) EVA terlalu
mengandalkan
bertumpu
pada keyakinan
pendekatan
bahwa
fundamental
dalam
investor
sangat
mengkaji
dan
mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu,
padahal faktor - faktor lain terkadang justru lebih dominan.
c) Konsep ini sangat tergantung pada transparansi internal dalam
perhitungan EVA secara akurat. Dalam kenyataannya seringkali
perusahaan
kurang
transparan
dalam mengemukakan
kondisi
internalnya.
d) EVA jarang dipakai dalam praktik.
e) EVA hanya mengukur salah satu keberhasilan bisnis.
5. Perhitungan menentukan Economic Value Added
Perhitungan EVA diperoleh dari laba usaha setelah pajak dikurangi
biaya-biaya atas modal yang diinvestasikan (Invested Capital) atau disebut
juga Capital Charges. Dimana capital chargessama dengan modal yang
diinvestasikan dikalikan biaya modal rata-rata tertimbang (Weight Average
25
Cost Capital – WACC). WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap
komponen modal yaitu hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan
ekuitas pemegang saham. Ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam
struktur modal perusahaan.
Secara rumus :
EVA
= NOPAT – Capital Charges
EVA
= NOPAT – (WACC x IC)
Keterangan :
NOPAT
= Net Operating Profit After Tax (laba usaha setelah pajak)
WACC
= Weight Average Cost of Capital (biaya modal rata-rata
tertimbang)
IC
= Invested Capital (modal yang diinvestasikan)
Namun sebelum menghitung EVA langkah yang harus dilakukan
terlebih dahulu adalah :
a) Menghitung NOPAT (Net Operating Profit After Tax)
NOPAT adalah laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah
dikurangi pajak penghasilan tetapi termasuk biaya keuangan (financial
cost) dan “non cash bookkeeping entries”.
26
Rumus NOPAT :
NOPAT = EBIT (1 ─ Tax rate)
b) Menghitung IC (Invested Capital)
Invested capital adalah jumlah seluruh pinjaman di luar pinjaman jangka
pendek tanpa bunga, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak.
Rumus IC :
Invested Capital = Pinjaman Jangka pendek + Pinjaman Jangka
Panjang + Ekuitas
c) Menghitung WACC (Weighted Average Cost of Capital)
Lukas Setia Atmaja (2008:115) menjelaskan bahwa :
Perhitungan biaya modal sangatlah penting untuk maksimisasi
nilai perusahaan yang mengharuskan biaya-biaya termasuk biaya
modal diminimumkan. Estimasi biaya modal diperlukan sebagai dasar
dalam keputusan penganggaran modal (capital budgeting) dan
keputusan-keputusan lainnya semisal leasing dan modal kerja. Biaya
modal harus dihitung berdasarkan suatu basis setelah pajak (after tax
basis) karena arus kas setelah pajak adalah yang paling relevan untuk
keputusan investasi. Biaya modal yang tepat untuk ini adalah Weighted
Average Cost of Capital (WACC).
27
Rumus WACC :
WACC :WACC = {(D x rd) (1 - Tax) + (E x re)}
Keterangan :
WACC : Weighted Average Cost of Capital
atau biaya modal rata-rata tertimbang
Tingkat modal (D) =
100%
&
Biaya Hutang (rd) =
100%
Tingkat Modal dari Ekuitas (E) =
Biaya Ekuitas (re) = 1 / Price Earning Ratio
Price Earning Ratio (PER) =
Tax = Beban Pajak
d) Menghitung CC (Capital Charges)
&
100%
28
Capital Charges merupakan aspek penting dalam EVA. Hal ini dikarenakan
capital charges tidak hanya memperhitungkan berapa besarnya biaya bunga
yang harus dibayar kepada kreditur, tetapi juga biaya-biaya yang seharusnya
dibayarkan kepada pemegang saham, yang selama ini tidak tercermin dalam
laporan akuntansi.
Rumus Capital Charges :
Capital Charges = WACC x IC
e) Menghitung Economic Value Added
Secara sederhana, nilai EVA diperoleh dari laba operasi setelah pajak
dikurangi biaya-biaya (charges) atas modal yang telah diinvestasikan atau
disebut juga capital charges. Pendekatan ini telah memasukkan semua
unsure dalam laporan laba rugi dan neraca perusahaan.
Rumus EVA :
EVA = NOPAT – Capital Charges
F. Market Value Added (MVA)
1. Pengertian Market Value Added (MVA)
Menurut Brigham & Houston (2006:68), “perbedaan antara nilai
pasar saham perusahaan dengan jumlah ekuitas modal investor yang telah
29
diberikan disebut sebagai Market Value Added (MVA).” MVA digunakan
untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja manajerial sejak perusahaan
berdiri hingga sekarang. MVA = (Saham yang beredar x Harga saham) ─
Total ekuitas saham biasa.
Semakin besar MVA, menunjukkan indikasi MVA semakin baik.
Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bila MVA positif maka perusahaan
telah berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan, sedangkan
bila nilai
MVA negatif
maka perusahaan
tidak
berhasil mengubah
investasi menjadi lebih besar, bahkan menurunkan nilai modal yang
ditanamkan kepada investor.
Sedangkan menurut S. David Young (2001:26) mendefinisikan MVA
adalah: “MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk
ekuitas dan utang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam
perusahaan”.
Nilai pasar mencerminkan keputusan pasar mengenai bagaimana
manajer
yang
sukses telah
menginvestasikannya.Modal yang
sudah
dipercayakan kepadanya, dalam mengubahnya menjadi lebih besar.Semakin
besar MVA maka semakin baik pula kinerja perusahaan.Apabila MVA
bernilai negatif berarti kekayaan dari pemegang saham tidak digunakan secara
efektif oleh perusahaan.MVA yang negatif menunjukkan bahwa perusahaan
30
tersebut berkapasitas sebagai penurun dari kesejahteraan pemegang saham
bukan pencipta kesejahteraan.
Jika dilihat dalam periode waktu, penerapan EVA berjangka waktu
lebih fleksibel dalam arti dapat ditentukan oleh manajemen, sementara MVA
memiliki jangka waktu perhitungan paling tidak lima sampai sepuluh tahun
sehingga dalam penerapannya MVA lebih banyak digunakan untuk
mengevaluasi perusahaan secara keseluruhan selama usia perusahaan.
2. Manfaat Market Value Added (MVA)
Manfaat dari Market Value Added (MVA) yang dapat diaplikasikan pada
perusahaan, antara lain :
a) Sebagai alat mengukur nilai tambah dari perusahaan guna meningkatkan
kesejahteraan bagi pemegang saham.
b) Dengan MVA investor dapat melakukan tindakan antisipasi sebelum
mengambil keputusan investasi.
c) MVA dapat dijadikan sebagai alat pengukur atau penilaian peningkatan
kekayaan para pemegang saham perusahaan.
31
3. Kelemahan Market Value Added (MVA)
Menurut Young dan O’Byrne (2001:31), kelemahan Market Value Added
adalah:
a. MVA mengabaikan kesempatan biaya oportunitas dari modal yang
diinvestasikan pada perusahaan.
b. MVA adalah sebuah indicator “sekali bidik” yang mengukur perbedaan
nilai pasar dan modal yang diinvestasikan pada tanggal tertentu.
4. Tolak Ukur Market Value Added (MVA)
Hasil perhitungan Nilai MVA, sama halnya dengan EVA, menurut Winarto
(2010:2) jika MVA positif berarti manajer telah berhasil menciptakan nilai
tambah bagi perusahaan sebaliknya jika MVA negatif maka manajer gagal
menciptakan nilai ambah bagi perusahaan. MVA positif jika nilai pasar
perusahan lebih besar daripada modal yang diinvestasikan yang berarti
kekayaan telah diciptakan. Sebaliknya MVA negatif jika nilai pasar
perusahaan lebih kecil daripada modal yang diinvestasikan yang berarti
kekayaan telah dimusnahkan.
5. Menghitung Nilai Market Value Added (MVA)
MVA = Market Value of Equity – Invested Capital
= (closing price x ∑ saham yang beredar) – ((EPS/ROE) x ∑ saham
yang beredar )
32
= (closing price – (EPS/ROE)) x ∑ saham yang beredar
Dimana :
Market Value of Equity = Number of share (Jumlah saham yang beredar) x
Closing Price (Harga saham individual)
Invested Capital
= Total nilai modal yang diinvestasikan di dalam
perusahaan
G. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan.Rasio ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari
penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini
menunjukkan efisiensi perusahaan (Kasmir, 2010 : 196).
Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar
perusahaan menurut Kasmir, yaitu:
1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode tertentu.
2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
33
4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5) Untuk mengukur produktifitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri.
Sementara itu manfaat yang diperoleh adalah:
1) Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode.
2) Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
3) Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4) Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5) Mengetahui produktifitas dan seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri.
Rasio profitabilitas yang sering digunakan adalah :
1) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
2) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin atau Profit Margin on Sales)
3) Daya Laba Dasar
a) Basic Earning Power
34
b) Operating Profit Margin
c) Perputaran Aktiva (Assets Turn Over)
4) Hasil Pengembalian Atas Total Aktiva (Return On Assets / ROA)
5) Hasil Pengembalian Atas Ekuitas (Return On Equity / ROE)
1. Return on Equity (ROE)
Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang akan di gunakan adalah
Return
on
Equity (ROE). ROE yaitu
“ rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal sendiri yang dimiliki.Pada
umumnya semakin tinggi rasio ini semaki tinggi harga sahamnya” (Mangasa,
2010:55).Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola
modal sendiri (Net Worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari
investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham
perusahaan.ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering
disebut sebagai rentabilitas usaha.
Salah satu alasan utama perusahaan beroperasi adalah menghasilkan
laba yang bermanfaat bagi para pemegang saham, ukuran dari keberhasilan
pencapaian alasan ini adalah angka ROE berhasil dicapai. Semakin besar
ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keunthungan
yang tinggi bagi pemegang saham.
35
ROE dihitung dengan rumus :
ROE
=
100%
2. BASIC EARNING POWER (BEP)
Brigham dan Houston (2009:97). Menjelaskan BEP sebagai “This ration
indicates the ability of the firm’s assets to generate operating income; it is
calculated by dividing EBIT by total assets”.Rasio ini mengukur kemampuan dari
modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bagi semua investor . Semakin besar rasio ini semakin baik. Rasio ini
sangat berguna untuk membandingkan perusahaan dengan situasi pajak yang
berbeda dan tingkat bunga yang berbeda
BEP dihitung dengan rumus :
BEP =
36
H. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang EVA, MVA, ROE dan BEP dalam mempengaruhi return
saham telah banyak dilakukan. Berikut adalah beberapa penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya :
1. Noer Sasongko & Nila Wulandari, 2006, melakukan penelitian pada
peruahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2001-2002 dengan judul
pengaruh EVA, dan Rasio rasio profitabilitas terhadap harga saham, Secara
parsial EPS berpengaruh terhadap harga saham , sedangkan ROA, ROE, ROS,
BEP dan EVA tidak berpengaruh terhadap harga saham karena hasil uji t yang
di tolak taraf signifikan 5%. (0,05)
2. Lucky Bani Wibowo,
2005 melakukan penelitian pada perusahaan
manufaktur yang listed di BEJ dari 2001-2003 dan membagikan devidennya
pada periode itu dengan judul Pengaruh EVA dan Profitabilitas Perusahaan
terhadap Return Pemegang Saham dengan hasil bahwa secara simultan EVA
dan Rasio Profitabilitas yang diwakili ROA dan ROE berpengaruh terhadap
Return Saham namun secara parsial variabel EVA, ROA dan ROE tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham pada perusahaan
manufaktur.
3. Wahyu Handoko, 2008 melakukan penelitian atas pengaruh EVA, ROE,
ROA, dan EPS terhadap perubahan harga saham perusahaan kategori LQ45
37
di BEJ yang menyatakan bahwa hanya EPS yang mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap perubahan harga saham, sementara variabel lainnya yaitu
EVA, ROE, dan ROA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perubahan harga saham.
4. Egi Arvian Firmansyah, dkk (2008) melakukan penelitian berjudul Analisis
Return On Equity (ROE) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap Return
Saham Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia, dengan hasil bahwa
ROE dan PER baik secara simultan maupun parsial keduanya berpengaruh
terhadap return saham.
5.
Yogi Marshall, 2009 meneliti Pengaruh EVA, MVA, dan Arus Kas Operasi
terhadap Return Saham dengan hasil bahwa EVA, MVA dan Arus Kas
Operasi baik secara simultan maupun parsial tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Return Saham pada perusahaan yang masuk kategori
LQ45 di BEI periode Februari-Agustus 2008.
6. Harjono Sunardi, 2010 meniliti Pengaruh EVA, ROI, dan Return Saham
dengan hasil EVA dan ROI tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
return saham
7. Dwi Marta Siswa, 2011 Pengaruh ROE, EVA, dan EPS terhadap Return
Saham dengan Variabel
ROE, EVA dan EPS secara simultan maupun
parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham
38
8. Ury Tri Rahayu, 2011 pengaruh EVA dan MVA terhadap return saham.
Hasil penelitian menunjukan secara parsial tidak berperngaruh terhadap
variable return saham dan pengujian secara simultan menunjukkan bahwa
kedua variable bebas tersebut yaitu EVA dan MVA tidak memiliki pengaruh
terhadap variable return saham
9. Bambang Sudiyatno, 2011 pengaruh kinerja keuangan konvensional; ROA,
ROE, RI, dan EVA terhadap return saham. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Return On Asset (ROA) dan Residual Income (RI) berpengaruh
positif dan secara statistic signifikan terhadap return saham pada level
signifikansi 1%,. Sedangkan Return on Equity (ROE) berpengaruh negative
dan secara statistic signifikan terhadap return saham pada level signifikansi
10% dan Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif tetapi tidak
signifikan terhadap return saham.
10. Husniawati, 2009 meneliti pengaruh EVA, MVA dan beta terhadap return
saham pada perusaan food and baverages periode 2003-2007, hasil penelitian
Secara parsial EVAl mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap
return saham, MVA dan beta mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan dan secara simultan EVA, MVA dan beta mempengaruhi return
saham.
39
11. Vany Achmad, 2010 Analisis Pengaruh EVA, NPM, BEP, ROA dan ROE
terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
periode 2006-2010, hasil penelitian Secara Parsial EVA, NPM, BEP, dan
ROE tidak berpengaruh terhadap retun saham, sedangkan ROA berpengaruh
terhadap return saham.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Nama
Variabel
Hasil
1
Noer
Sasongko &
Nila
Wulandari,
2006
ROA, ROE, ROS,
BEP, EVA,dan
Harga saham
Secara parsial EPS berpengaruh
terhadap harga saham, sedangkan
ROA, ROE, ROS, BEP dan EVA
tidak berpengaruh terhadap harga
saham
2.
Lucky Bani
Wibowo,
2005
EVA, ROA, ROE,
dan Return Saham
Secara simultan EVA dan Rasio
Profitabilitas yang diwakili ROA
dan ROE berpengaruh terhadap
Return Saham namun secara parsial
variabel EVA, ROA dan ROE tidak
memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Return Saham pada
perusahaan manufaktur.
3.
Wahyu
Handoko,
2008
EVA, ROE, ROA, Hanya
variabel
EPS
yang
EPS dan Harga mempunyai pengaruh signifikan
Saham
terhadap perubahan harga saham,
sementara variabel lainnya yaitu
EVA, ROE, dan ROA tidak
memiliki pengaruh yang signifikan
40
terhadap perubahan harga saham.
4.
Yogi
Marshall,
2009
EVA, MVA, dan Variabel EVA, MVA dan Arus
Arus Kas Operasi Kas Operasi baik secara simultan
dan Return Saham
maupun parsial tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
Return Saham.
5.
Egi Arvian
Firmansyah,
dkk (2008)
ROE, PER dan
Return Saham
Secara parsial kedua variabel
independen berpengaruh terhadap
return saham. Dan secara simultan
keduanya
juga
berpengaruh
terhadap return saham.
6.
Harjono
Sunardi, 2010
EVA, ROI, dan
Return Saham
Secara parial ataupun simultan
EVA dan ROI tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap return
saham
7.
Dwi Marta
Siswa, 2011
ROE, EVA, EPS
dan return saham .
Secara parsial atau simultan ROE,
EVA, dan EPS tidak berpengaruh
secara signifikan
8.
Ury Tri
Rahayu, 2011
EVA, MVA dan
return saham
Secara parsial maupun simultan
EVA dan MVA tidak menunjukkan
memiliki pengaruh terhadap return
saham
9.
Bambang
Sudiyatno,
2011
ROA, RI, ROE dan
return saham
ROA dan RI berpengaruh positif
dan signifikan terhadap return
saham, sedangkan ROE signifikan
dan berpengaruh negative, dan
EVA berpengaruh negatif tetapi
tidak signifikan terhadap Return
Saham
10.
Husniawati,
2009
EVA, MV, beta dan Secara parsial EVAl mempunyai
retun saham
pengaruh negatif dan signifikan
terhadap return saham, MVA dan
41
beta mempunyai pengaruh yang
positif dan signifikan dan secara
simultan EVA, MVA dan beta
mempengaruhi return saham
11.
Vany
Achmad,
2010
EVA, NPM, BEP,
ROA, ROE, dan
return saham
Secara Parsial EVA, NPM, BEP,
dan ROE tidak berpengaruh
terhadap retun saham, sedangkan
ROA berpengaruh terhadap return
saham
I. Rerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teoritis dan hasil penelitian sebelumnya, maka model
konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
EVA
MVA
Return Saham
ROE
BEP
Gambar 2.1
Model Konseptual
42
Penelitian ini menggunakan empat variabel independen yaitu economic value
added, market value added,return on equity dan basic earning power, serta satu
variabel dependen return saham.
J. Pengembangan Hipotesis
1. Economic Value Added (EVA) terhadap return saham
EVA mengukur nilai tambah yang dihasilkan suatu perusahaan dengan
cara mengurangi beban biaya modal (cost of capital) yang timbul sebagai
akibat investasi yang dilakukan. EVA yang positif menandakan bahwa
perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah bagi pemilik perusahaan atau
investor. Sehingga apabila EVA positif maka tingkat keuntungan saham akan
meningkat.Dwijayanti, et al (2012) melakukan penelitian yang menunjukkan
bahwa EVA berpengaruh secara positf terhadap return saham. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perubahan return saham di pengaruhi oleh variable EVA.
Hipotesis alternative pertama dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
H1 :Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap return saham
kategori LQ45 Non Bank.
43
2. Market Value Added (MVA) terhadap return saham
Nilai
pasar
suatu
perusahaan
dapat
dimaksimalisasi
dengan
meningkatkan dan menginvestasikan modal sebanyak mungkin.Kemakmuran
yang diterima para pemegang sahamnya diwujudkan melalui perbedaan antara
nilai pasar ekuitas perusahaan dengan jumlah modal yang telah diinvestasikan
dalam perusahaan.Nilai pasar mencerminkan keputusan pasar mengenai
bagaimana manajer yang sukses telah menginvestasikan modal yang sudah
dipercayakan kepadanya, dalam mengubahnya menjadi besar.Semakin besar
MVA maka semakin baik, MVA negatif berarti nilai dari investasi yang
dijalankan manajemen kurang dari modal yang diserahkan perusahaan oleh
pasar modal.Ury Tri Rahayu & Siti Aisjah (2013) melakukan penelitian dengan
variable EVA dan MVA terhadap return saham. Hasil pengujian baik EVA dan
MVA tidak berrpengaruh terhadap return sahamMenurut Brigham et. (2006;
dalam Wahyunita Rahim 2009:29) kunci utama dalam menghitung MVA
adalah harga saham. Jika harga saham naik maka MVA juga akan naik.
Perubahan harga saham di pasar mempengaruhi tingkat keuntungan pemegang
saham, berarti EVA sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan yang
menciptakan nilai tambah bagi perusahaan akan berhubungan searah dengan
perubahan harga saham.
44
Hipotesis alternative kedua dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
H2:Market Value Added (MVA) berpengaruh terhadap return saham
kategori LQ45 Non Bank.
3. Return on Equity(ROE) terhadap returnsaham
Ratio ini berguna untuk mengetahui besarnya kembalian yang
diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik.Rasio ini
menunjukan
kesuksesan
manajemen
dalam
memaksimalkan
tingkat
kembalian pada pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik
karena menandakan kinerja perusahaan semakin baik dan memberikan tingkat
kembalian yang lebih besar pada pemegang saham. Rasio ROE yang me
ningkat menunjukkan peningkatan pada pemegang saham sehingga ini
dapat meningkatkan return saham. Hal ini akan memberikan sinyal yang baik
kepada pengguna laporan keuangan, sehingga permintaan terhadap saham
akan semakin meningkat dan harga saham juga akan mengalami kenaikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Sudiyatno & Toto Suharmanto
(2011) pada perusahaan food & beverages yang listed di BEI periode 20062009 dengan hasil pengujian ROE berpengaruh negative terhadap return
saham.
45
Hipotesis alternative ketiga dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
H3:Return On Equity (ROE)berpengaruh terhadap return saham
kategori LQ45 Non Bank.
4. Basic Eaning Power (BEP) terhadap Return Saham
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan menghasilkan laba dari
aktiva perusahaan, sebelum pengaruh pajak serta bunga. Rasio ini sangat
berguna untuk membandingkan perusaan dengan situasi pajak yang berbeda
dan tingkat bunga yang berbeda karena perhitungan dilakukan sebelum
pengenaan bunga dan pajak. Sasongko dan Wulandari (2006) melakukan
penelitian terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode
tahun 2001-2002 dengan menguji pengaruh EVA dan rasio profitabilitas yang
diukur dengan ROA, ROE, ROS, EPS, dan BEP terhadap harga saham,
hasilnya BEP tidak berpengaruh terhadap harga saham
Hipotesis alternative keempat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
H4 :Basic Earning Power ( BEP) berpengaruhterhadap return saham
kategori LQ45 Non Bank.
Download