BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Ada 2 teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu teori agensi dan teori pesinyalan. 1. Teori Agensi (Agency Theory) Dalam perekonomian modern, manajemen, dan pengelolaan perusahaan semakin banyak dipisahkan dari kepemilikan perusahaan. Hal ini sejalan dengan Agency Theory yang menekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga professional (disebut agents) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara pihak pemegang saham dan pihak manajer perusahaan.Inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian.Adanya perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak dapat menimbulkan konflik keagenan. 2. Teori Pesinyalan (Signalling Theory) Menurut Desi Arista (2012) Teori signaling menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada 9 10 pasar yang berupa informasi, dengan demikian pasar diharapkan akan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Teori signaling menjelaskan bahwa perusahaan melaporkan secara suka rela ke pasar modal agar investor mau menginvestasikan dananya, kemudian manajer akan memberikan sinyal dengan menyajikan laporan keuangan dengan baik agar nilai saham meningkat (Desi Arista, 2012). Informasi keuangan adalah alat utama perusahaan untuk menyampaikan informasi akuntansi kepada pihak luar perusahaan.Suatu laporan keuangan dikatakan memiliki kandungan informasi apabila publikasi laporan keuangan tersebut menyebabkan reaksi pasar.Istilah reaksi pasar ini mengacu pada perilaku investor dan pelaku pasar lainnya untuk melakukan transaksi membeli ataupun menjual saham. B. Saham 1. Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak 11 (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Fahmi dan Hadi (2009 : 68) mendefinisikan saham adalah sebagai berikut : Surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas.Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan di ikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya. . 2. Klasifikasi Saham Jogiyanto (2009), mengklasifikasikan saham menjadi 3 yaitu: a. Saham Preferen Merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu maka saham preferen dianggap mempunyai karakteristik ditengah-tengah antara bond dan saham biasa. Beberapa karakteristik dari saham preferen adalah : 1) Hak preferen terhadap dividen, adalah hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa. 2) Hak dividen kumulatip, adalah hak kepada pemegang saham preferen untuk menerima dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya. 3) Hak preferen pada waktu likuidasi, adalah hak saham preferen untuk mendapatkan terlebih dahulu aktiva perusahaan dibandingkan dengan saham biasa pada saat terjadi likuidasi. 12 Macam-macam saham preferen menurut Jogiyanto (2010:114) adalah : a) Convertible Preferred Stock Untuk menarik minat investor yang menyukai saham biasa, beberapa saham preferen menambah bentuk di dalamnya yang memungkinkan pemegangnya untuk menukar saham ini dengan saham biasa dengan rasio penukaran yang sdah ditentukan. Saham preferen semacam ini disebut dengan Convertible Preferred Stock. b) Callable Preferred Stock Bentuk lain dari saham preferen adalah memberikan hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli kembali saham ini dari pemegang saham pada tanggal tertentu dimasa mendatang dengan nilai yang tertentu. Harga tebusan ini biasanya lebih tinggi dari nilai nominal sahamnya. c) Floating atau Adjustable-rate Preferred Stock (ARP) Saham preferen ini tidak membayar dividen secara tetap, tetapi tingkat dividen yang dibayar tergantung dari tingkat return dari sekuritas Treasury bill. 13 b. Saham Biasa Saham yang dikeluarkan oleh perusahaan berupa satu kelas saham saja. Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa mempunyai beberapa hak antara lain: 1) Hak Kontrol, adalah hak pemegang saham biasa untuk memilih pimpinnan perusahaan. 2) Hak Menerima Pembagian Keuntungan, adalah hak pemegang saham untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahan. 3) Hak Preemtive, adalah hak untuk mendapatkan presentasi kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai. c. Saham Treasuri Adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk tidak dipensiunkan tetapi disimpan sebagai treasuri. Menurut Sunariyah (2004), setiap pemegang saham akan memperoleh sertifikat sebagai tanda kepemilikan pada perusahaan. Sebagai suatu surat berharga, sertifikat mengandung perikatan hukum formal, yang setiap penerbitannya dijamin oleh undang-undang. Nilai sertifikat dapat dibagi empat yaitu : 14 1) Nilai Nominal (Par Value), adalah harga saham pertama yang tercantum pada sertifikat badan usaha. 2) Nilai Buku (Book Value), adalah jumlah laba ditahan, par value saham, dan modal selain par value. 3) Nilai Dasar (Base Price), nilai dasar suatu saham sangat berkaitan dengan harga pasar saham yang bersangkutan setelah dilakukan penyesuaian karena corporate action (aksi emite). Nilai dasar adalah harga pendanaan saham suatu perusahaan. 4) Nilai Pasar (Market Price), adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung di bursa efek. Untuk mendapatkan jumlah nilai pasar suatu saham yaitu dengan mengalikan harga pasar dengan jumlah saham yang dikeluarkan. C. PASAR MODAL 1. Pengertian Pasar Modal Definisi pasar modal menurut Bodie, Kane dan Marcus (2009 : 41) adalah: Pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham dan obligasi dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat dana perusahaan. 15 2. Manfaat Pasar Modal Menurut Tjiptono dan Hendy (2008 : 3) pasar modal memiliki beberapa manfaat, yaitu : a. Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal b. Memberikan sarana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diverifikasi. c. Menyediakan indicator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi Negara. d. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah. e. Menciptakan lapangan kerja atau profesi yang menarik. f. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek yang baik. g. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan resiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuidasi, dan diverifikasi investasi. h. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol social. i. Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim terbuka, pemanfaatan manajemen professional, dan penciptaan iklim berusaha sehat. 16 3. Instrument Pasar Modal Menurut Tjiptono dan Hendy (2007 : 06) instrument keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrument jangka panjang dan instrument derivatif, yaitu: a. Saham Saham (stock atau share) dapat didefinisikan sebagai penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. b. Obligasi Obligasi (bonds) adalah surat berharga yang menunjukan bahwa penerbit obligasi meminjam sejumlah dan kepada masyarakat dan memiliki kewajiban untuk membayar bunga secara berkala, dan kewajiban melunasi pokok hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. c. Right Right adalah merupakan surat berharga yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menukarkannya menjadi saham biasa. d. Waran Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan. 17 e. Opsi Opsi (Option) merupakan sebuah kontrak antara dua pihak dimana pihak yang membeli kontrak mempunyai hak, namun bukan kewajiban, untuk membeli atau menjual sejumlah instrument yang menjadi dasar dari kontrak tersebut, misalnya saham. 4. Indeks LQ45 Indeks LQ 45 terdiri dari 45 emiten dengan likuiditas (liquid) tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan.Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas emiten-emiten tersebut juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar. D. Pengertian Return Saham Return saham merupakan hasil yang yang diperoleh dari kegiatan investasi pada sebuah perusahaan. Menurut Jones et al (2009:141) return merupakan sebuah keuntungan yang didapat karena telah melakukan kegiatan investasi. Return saham terdiri dari dua komponen yaitu yield dan capital gain (or loss). Yield atau imbal hasil merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor misalnya berupa deviden atau bunga. Sedangkan capital gain (or loss) adalah selisih harga pembelian saham dengan harga ketika saham tersebut dijual. Menurut Jogiyanto (2009:19) rumus saham sebagai berikut: Return saham Rt = (Pt ─ Pt ─ I) / Pt ─ I Dimana : 18 Rit = Return saham periode sekarang Pit = Harga saham periode sekarang Pit-I = Harga saham periode sebelumnya 1. Jenis-jenis Return Saham Menurut Jogiyanto (2009 :199) return saham dibedakan menjadi dua jenis yaitu: a. Return realisasi (realized return) merupakan return yang sudah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return ini merupakan selisih harga sekarang dengan harga sebelumnya secara relatif. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko di masa mendatang. b. Return ekspektasian (expected return) merupakan return yang diharapkan terjadi di masa mendatang dan bersifat tidak pasti. Pada dasarnya expected return merupakan rata-rata tertimbang dari berbagai return historis, yang tercermin dari rata-rata distribusi probabilitas tingkat keuntungan sebagai faktor pertimbangannya 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Return Saham a. Harga Saham Harga saham merupakan harga atau nilai uang yang bersedia dikeluarkan untuk memperoleh kepemilikan atas suatu saham.Investor lebih banyak 19 memperdagangkan saham antar mereka sendiri dibandingkan dengan membeli langsung dari perusahaan penerbit saham.Setiap lembar saham hanya diterbitkan sekali oleh perusahaan dan setelah itu dapat diperdagangkan antar investor beberapa kali. b. Penilaian Harga Saham Penilaian merupakan hal yang terpenting bagi seorang investor, karena investor membuat keputusan setelah menilai saham yang akan dibeli. Penilaian tersebut juga dilakukan dengan mengamati dan menganalisa faktor-faktor ekonomi dan non-ekonomi, factor intern maupun ekstern perusahaan yang sahamnya akan dibeli. c. Indeks Harga Saham Indeks harga saham adalah suatu indicator yang menunjukkan pergerakan harga saham.Indeks berfungsi sebagai indicator tren pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada saat pasar sedang aktif dan lesu.Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah angka yang menunjukkan situasi pasar efek secara umum karena Gabungan disini adalah seluruh saham.Indeks harga saham menjadi barometer kesehatan pasar modal yang menggambarkan kondisi bursa efek yang terjadi.Jika indeks harga saham naik maka dapat dikatakan bahwa pasar modal sedang baik, dan situasi ini mencerminkan kondisi perekonomian, social, dan politik yang sehat. 20 E. Economic Value Added (EVA) 1. Latar Belakang Dan Pengertian Economic Value Added ( EVA) Dalam sebuah diskusi yang dilakukan oleh para staf professional Stern Stewart, mereka adalah David Glassman, Gregory Milano, dan Bennett Stewart (Brigham dan Houston : 2006). Ditemukan sebuah metode baru yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan.Metode tersebut dinamakan metode Economic Value Added (EVA). Konsep EVA menyertakan apa yang disebut dengan 5M, yaitu: a. Measurement of performance (pengukuran kerja) b. Management of the capital allocation process (manajemen proses modal). c. Altering Mindset through effective training and development of people (perubahan pola piker melalui pelatihan dan pengembangan SDM yang efektif). d. Motivating the workforce by designing incentives to reinforce bahvior (memotivasi karyawan dengan desain insentif untuk melakukan perubahan proses strategi agar sesuai dengan nilai tambah). e. Mollifying the strategy process to conform to a value add rather than a market share focus (menjalankan proses strategi lebih pada pencapaian nilai 21 tambah daripada focus pada pangsa pasar). Menurut Brigham & Houston (2006:68) “Economic Value Added (EVA) merupakan nilai yang ditambahkan oleh manajemen kepada pemegang saham selama suatu tahun tertentu.” Menurut Steward III (1990:118), mendefinisikan EVA sebagai berikut: EVA is a residual income measure that substract the cost of capital from the operating profits generated in the business. It’s measure to account properly for all of the ways in which corporate value may be added or lost. EVA will increase if operating profit can be made to grow without trying up any more capital, if new capital is diverted or liquidated from business activities that do not cover their cost of capital. Menurut Tunggal EVA adalah (2008:02): laba yang tertinggal setelah dikurangi dengan biaya modal (cost capital) yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba tersebut. EVA merupakan suatu tolok ukur yang berbasis nilai yang menggambarkan jumlah absolut dari nilai pemegang saham (shareholder value) yang diciptakan (created) atau dirusak (destroyed) pada suatu periode tertentu biasanya setahun. EVA yang positif menunjukan penciptaan nilai (value creation), sedangkan EVA negatif 22 menunjukan penghancuran nilai (value destruction). Hansen (2005:829) menyatakan bahwa “nilai tambah ekonomi (EVA) merupakan laba operasi setelah pajak dikurang total biaya modal.”Economic Value Added (EVA) saat ini merupakan salah satu konsep manajemen yang cukup dikenal luas dikalangan dunia usaha, dimana dalam pengambilan keputusan berinvestasi melihat nilai perusahaan dari laporan keuangannya, penggunaan analisis rasio keuangan sebagai alat pengukur akuntansi memiliki kelemahan utama, yaitu mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai atau tidak. Untuk mengatasi kelemahan tersebut dikembangkan suatu konsep baru yaitu Economic Value Added (EVA) yang dipopulerkan oleh Stern & Steward. 2. Manfaat Economic Value Added EVA sangat bermanfaat bagi penilai kinerja perusahaan di mana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai (value creation). Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA, para manajer akan berpikir dan juga bertindak seperti halnya pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat 23 dimaksimumkan. 3. Tolak Ukur Economic Value Added a) Apabila EVA> 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan. b) Apabila EVA = 0 menunjukkan posisi impas atau Break Event Point. c) Apabila EVA< 0, yang berarti EVA negatif menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah. 4. Keunggulan dan Kelemahan Economic Value Added EVA memiliki beberapa keunggulan antara lain: a) EVA memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi. b) Perhitungan EVA relatif mudah dilakukan hanya yang menjadi persoalan adalah perhitungan biaya modal yang memerlukan data yang lebih banyak dan analisis yang lebih mendalam. c) EVA dapat pembanding digunakan secara seperti standar sebagaimana konsep penilaian mandiri tanpa industri atau memerlukan data perusahaan dengan menggunakan analisisrasio. lain 24 Kelemahan EVA antara lain: a) Sulit menentukan biaya modal secara obyektif. Hal ini disebabkan dana untuk investasi dapat berasal dari berbagai sumber dengan tingkat biaya modal yang berbeda - beda dan bahkan biaya modal mungkin merupakan biaya peluang. b) EVA terlalu mengandalkan bertumpu pada keyakinan pendekatan bahwa fundamental dalam investor sangat mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor - faktor lain terkadang justru lebih dominan. c) Konsep ini sangat tergantung pada transparansi internal dalam perhitungan EVA secara akurat. Dalam kenyataannya seringkali perusahaan kurang transparan dalam mengemukakan kondisi internalnya. d) EVA jarang dipakai dalam praktik. e) EVA hanya mengukur salah satu keberhasilan bisnis. 5. Perhitungan menentukan Economic Value Added Perhitungan EVA diperoleh dari laba usaha setelah pajak dikurangi biaya-biaya atas modal yang diinvestasikan (Invested Capital) atau disebut juga Capital Charges. Dimana capital chargessama dengan modal yang diinvestasikan dikalikan biaya modal rata-rata tertimbang (Weight Average 25 Cost Capital – WACC). WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen modal yaitu hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham. Ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan. Secara rumus : EVA = NOPAT – Capital Charges EVA = NOPAT – (WACC x IC) Keterangan : NOPAT = Net Operating Profit After Tax (laba usaha setelah pajak) WACC = Weight Average Cost of Capital (biaya modal rata-rata tertimbang) IC = Invested Capital (modal yang diinvestasikan) Namun sebelum menghitung EVA langkah yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah : a) Menghitung NOPAT (Net Operating Profit After Tax) NOPAT adalah laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan tetapi termasuk biaya keuangan (financial cost) dan “non cash bookkeeping entries”. 26 Rumus NOPAT : NOPAT = EBIT (1 ─ Tax rate) b) Menghitung IC (Invested Capital) Invested capital adalah jumlah seluruh pinjaman di luar pinjaman jangka pendek tanpa bunga, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak. Rumus IC : Invested Capital = Pinjaman Jangka pendek + Pinjaman Jangka Panjang + Ekuitas c) Menghitung WACC (Weighted Average Cost of Capital) Lukas Setia Atmaja (2008:115) menjelaskan bahwa : Perhitungan biaya modal sangatlah penting untuk maksimisasi nilai perusahaan yang mengharuskan biaya-biaya termasuk biaya modal diminimumkan. Estimasi biaya modal diperlukan sebagai dasar dalam keputusan penganggaran modal (capital budgeting) dan keputusan-keputusan lainnya semisal leasing dan modal kerja. Biaya modal harus dihitung berdasarkan suatu basis setelah pajak (after tax basis) karena arus kas setelah pajak adalah yang paling relevan untuk keputusan investasi. Biaya modal yang tepat untuk ini adalah Weighted Average Cost of Capital (WACC). 27 Rumus WACC : WACC :WACC = {(D x rd) (1 - Tax) + (E x re)} Keterangan : WACC : Weighted Average Cost of Capital atau biaya modal rata-rata tertimbang Tingkat modal (D) = 100% & Biaya Hutang (rd) = 100% Tingkat Modal dari Ekuitas (E) = Biaya Ekuitas (re) = 1 / Price Earning Ratio Price Earning Ratio (PER) = Tax = Beban Pajak d) Menghitung CC (Capital Charges) & 100% 28 Capital Charges merupakan aspek penting dalam EVA. Hal ini dikarenakan capital charges tidak hanya memperhitungkan berapa besarnya biaya bunga yang harus dibayar kepada kreditur, tetapi juga biaya-biaya yang seharusnya dibayarkan kepada pemegang saham, yang selama ini tidak tercermin dalam laporan akuntansi. Rumus Capital Charges : Capital Charges = WACC x IC e) Menghitung Economic Value Added Secara sederhana, nilai EVA diperoleh dari laba operasi setelah pajak dikurangi biaya-biaya (charges) atas modal yang telah diinvestasikan atau disebut juga capital charges. Pendekatan ini telah memasukkan semua unsure dalam laporan laba rugi dan neraca perusahaan. Rumus EVA : EVA = NOPAT – Capital Charges F. Market Value Added (MVA) 1. Pengertian Market Value Added (MVA) Menurut Brigham & Houston (2006:68), “perbedaan antara nilai pasar saham perusahaan dengan jumlah ekuitas modal investor yang telah 29 diberikan disebut sebagai Market Value Added (MVA).” MVA digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja manajerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang. MVA = (Saham yang beredar x Harga saham) ─ Total ekuitas saham biasa. Semakin besar MVA, menunjukkan indikasi MVA semakin baik. Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bila MVA positif maka perusahaan telah berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan, sedangkan bila nilai MVA negatif maka perusahaan tidak berhasil mengubah investasi menjadi lebih besar, bahkan menurunkan nilai modal yang ditanamkan kepada investor. Sedangkan menurut S. David Young (2001:26) mendefinisikan MVA adalah: “MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan utang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan”. Nilai pasar mencerminkan keputusan pasar mengenai bagaimana manajer yang sukses telah menginvestasikannya.Modal yang sudah dipercayakan kepadanya, dalam mengubahnya menjadi lebih besar.Semakin besar MVA maka semakin baik pula kinerja perusahaan.Apabila MVA bernilai negatif berarti kekayaan dari pemegang saham tidak digunakan secara efektif oleh perusahaan.MVA yang negatif menunjukkan bahwa perusahaan 30 tersebut berkapasitas sebagai penurun dari kesejahteraan pemegang saham bukan pencipta kesejahteraan. Jika dilihat dalam periode waktu, penerapan EVA berjangka waktu lebih fleksibel dalam arti dapat ditentukan oleh manajemen, sementara MVA memiliki jangka waktu perhitungan paling tidak lima sampai sepuluh tahun sehingga dalam penerapannya MVA lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi perusahaan secara keseluruhan selama usia perusahaan. 2. Manfaat Market Value Added (MVA) Manfaat dari Market Value Added (MVA) yang dapat diaplikasikan pada perusahaan, antara lain : a) Sebagai alat mengukur nilai tambah dari perusahaan guna meningkatkan kesejahteraan bagi pemegang saham. b) Dengan MVA investor dapat melakukan tindakan antisipasi sebelum mengambil keputusan investasi. c) MVA dapat dijadikan sebagai alat pengukur atau penilaian peningkatan kekayaan para pemegang saham perusahaan. 31 3. Kelemahan Market Value Added (MVA) Menurut Young dan O’Byrne (2001:31), kelemahan Market Value Added adalah: a. MVA mengabaikan kesempatan biaya oportunitas dari modal yang diinvestasikan pada perusahaan. b. MVA adalah sebuah indicator “sekali bidik” yang mengukur perbedaan nilai pasar dan modal yang diinvestasikan pada tanggal tertentu. 4. Tolak Ukur Market Value Added (MVA) Hasil perhitungan Nilai MVA, sama halnya dengan EVA, menurut Winarto (2010:2) jika MVA positif berarti manajer telah berhasil menciptakan nilai tambah bagi perusahaan sebaliknya jika MVA negatif maka manajer gagal menciptakan nilai ambah bagi perusahaan. MVA positif jika nilai pasar perusahan lebih besar daripada modal yang diinvestasikan yang berarti kekayaan telah diciptakan. Sebaliknya MVA negatif jika nilai pasar perusahaan lebih kecil daripada modal yang diinvestasikan yang berarti kekayaan telah dimusnahkan. 5. Menghitung Nilai Market Value Added (MVA) MVA = Market Value of Equity – Invested Capital = (closing price x ∑ saham yang beredar) – ((EPS/ROE) x ∑ saham yang beredar ) 32 = (closing price – (EPS/ROE)) x ∑ saham yang beredar Dimana : Market Value of Equity = Number of share (Jumlah saham yang beredar) x Closing Price (Harga saham individual) Invested Capital = Total nilai modal yang diinvestasikan di dalam perusahaan G. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.Rasio ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan (Kasmir, 2010 : 196). Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan menurut Kasmir, yaitu: 1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. 2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. 33 4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5) Untuk mengukur produktifitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Sementara itu manfaat yang diperoleh adalah: 1) Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode. 2) Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3) Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4) Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5) Mengetahui produktifitas dan seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas yang sering digunakan adalah : 1) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) 2) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin atau Profit Margin on Sales) 3) Daya Laba Dasar a) Basic Earning Power 34 b) Operating Profit Margin c) Perputaran Aktiva (Assets Turn Over) 4) Hasil Pengembalian Atas Total Aktiva (Return On Assets / ROA) 5) Hasil Pengembalian Atas Ekuitas (Return On Equity / ROE) 1. Return on Equity (ROE) Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang akan di gunakan adalah Return on Equity (ROE). ROE yaitu “ rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal sendiri yang dimiliki.Pada umumnya semakin tinggi rasio ini semaki tinggi harga sahamnya” (Mangasa, 2010:55).Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (Net Worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan.ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut sebagai rentabilitas usaha. Salah satu alasan utama perusahaan beroperasi adalah menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para pemegang saham, ukuran dari keberhasilan pencapaian alasan ini adalah angka ROE berhasil dicapai. Semakin besar ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keunthungan yang tinggi bagi pemegang saham. 35 ROE dihitung dengan rumus : ROE = 100% 2. BASIC EARNING POWER (BEP) Brigham dan Houston (2009:97). Menjelaskan BEP sebagai “This ration indicates the ability of the firm’s assets to generate operating income; it is calculated by dividing EBIT by total assets”.Rasio ini mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor . Semakin besar rasio ini semakin baik. Rasio ini sangat berguna untuk membandingkan perusahaan dengan situasi pajak yang berbeda dan tingkat bunga yang berbeda BEP dihitung dengan rumus : BEP = 36 H. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang EVA, MVA, ROE dan BEP dalam mempengaruhi return saham telah banyak dilakukan. Berikut adalah beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya : 1. Noer Sasongko & Nila Wulandari, 2006, melakukan penelitian pada peruahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2001-2002 dengan judul pengaruh EVA, dan Rasio rasio profitabilitas terhadap harga saham, Secara parsial EPS berpengaruh terhadap harga saham , sedangkan ROA, ROE, ROS, BEP dan EVA tidak berpengaruh terhadap harga saham karena hasil uji t yang di tolak taraf signifikan 5%. (0,05) 2. Lucky Bani Wibowo, 2005 melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yang listed di BEJ dari 2001-2003 dan membagikan devidennya pada periode itu dengan judul Pengaruh EVA dan Profitabilitas Perusahaan terhadap Return Pemegang Saham dengan hasil bahwa secara simultan EVA dan Rasio Profitabilitas yang diwakili ROA dan ROE berpengaruh terhadap Return Saham namun secara parsial variabel EVA, ROA dan ROE tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur. 3. Wahyu Handoko, 2008 melakukan penelitian atas pengaruh EVA, ROE, ROA, dan EPS terhadap perubahan harga saham perusahaan kategori LQ45 37 di BEJ yang menyatakan bahwa hanya EPS yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham, sementara variabel lainnya yaitu EVA, ROE, dan ROA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham. 4. Egi Arvian Firmansyah, dkk (2008) melakukan penelitian berjudul Analisis Return On Equity (ROE) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia, dengan hasil bahwa ROE dan PER baik secara simultan maupun parsial keduanya berpengaruh terhadap return saham. 5. Yogi Marshall, 2009 meneliti Pengaruh EVA, MVA, dan Arus Kas Operasi terhadap Return Saham dengan hasil bahwa EVA, MVA dan Arus Kas Operasi baik secara simultan maupun parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham pada perusahaan yang masuk kategori LQ45 di BEI periode Februari-Agustus 2008. 6. Harjono Sunardi, 2010 meniliti Pengaruh EVA, ROI, dan Return Saham dengan hasil EVA dan ROI tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham 7. Dwi Marta Siswa, 2011 Pengaruh ROE, EVA, dan EPS terhadap Return Saham dengan Variabel ROE, EVA dan EPS secara simultan maupun parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham 38 8. Ury Tri Rahayu, 2011 pengaruh EVA dan MVA terhadap return saham. Hasil penelitian menunjukan secara parsial tidak berperngaruh terhadap variable return saham dan pengujian secara simultan menunjukkan bahwa kedua variable bebas tersebut yaitu EVA dan MVA tidak memiliki pengaruh terhadap variable return saham 9. Bambang Sudiyatno, 2011 pengaruh kinerja keuangan konvensional; ROA, ROE, RI, dan EVA terhadap return saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return On Asset (ROA) dan Residual Income (RI) berpengaruh positif dan secara statistic signifikan terhadap return saham pada level signifikansi 1%,. Sedangkan Return on Equity (ROE) berpengaruh negative dan secara statistic signifikan terhadap return saham pada level signifikansi 10% dan Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap return saham. 10. Husniawati, 2009 meneliti pengaruh EVA, MVA dan beta terhadap return saham pada perusaan food and baverages periode 2003-2007, hasil penelitian Secara parsial EVAl mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham, MVA dan beta mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan dan secara simultan EVA, MVA dan beta mempengaruhi return saham. 39 11. Vany Achmad, 2010 Analisis Pengaruh EVA, NPM, BEP, ROA dan ROE terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2010, hasil penelitian Secara Parsial EVA, NPM, BEP, dan ROE tidak berpengaruh terhadap retun saham, sedangkan ROA berpengaruh terhadap return saham. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Variabel Hasil 1 Noer Sasongko & Nila Wulandari, 2006 ROA, ROE, ROS, BEP, EVA,dan Harga saham Secara parsial EPS berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan ROA, ROE, ROS, BEP dan EVA tidak berpengaruh terhadap harga saham 2. Lucky Bani Wibowo, 2005 EVA, ROA, ROE, dan Return Saham Secara simultan EVA dan Rasio Profitabilitas yang diwakili ROA dan ROE berpengaruh terhadap Return Saham namun secara parsial variabel EVA, ROA dan ROE tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur. 3. Wahyu Handoko, 2008 EVA, ROE, ROA, Hanya variabel EPS yang EPS dan Harga mempunyai pengaruh signifikan Saham terhadap perubahan harga saham, sementara variabel lainnya yaitu EVA, ROE, dan ROA tidak memiliki pengaruh yang signifikan 40 terhadap perubahan harga saham. 4. Yogi Marshall, 2009 EVA, MVA, dan Variabel EVA, MVA dan Arus Arus Kas Operasi Kas Operasi baik secara simultan dan Return Saham maupun parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham. 5. Egi Arvian Firmansyah, dkk (2008) ROE, PER dan Return Saham Secara parsial kedua variabel independen berpengaruh terhadap return saham. Dan secara simultan keduanya juga berpengaruh terhadap return saham. 6. Harjono Sunardi, 2010 EVA, ROI, dan Return Saham Secara parial ataupun simultan EVA dan ROI tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham 7. Dwi Marta Siswa, 2011 ROE, EVA, EPS dan return saham . Secara parsial atau simultan ROE, EVA, dan EPS tidak berpengaruh secara signifikan 8. Ury Tri Rahayu, 2011 EVA, MVA dan return saham Secara parsial maupun simultan EVA dan MVA tidak menunjukkan memiliki pengaruh terhadap return saham 9. Bambang Sudiyatno, 2011 ROA, RI, ROE dan return saham ROA dan RI berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan ROE signifikan dan berpengaruh negative, dan EVA berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap Return Saham 10. Husniawati, 2009 EVA, MV, beta dan Secara parsial EVAl mempunyai retun saham pengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham, MVA dan 41 beta mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan dan secara simultan EVA, MVA dan beta mempengaruhi return saham 11. Vany Achmad, 2010 EVA, NPM, BEP, ROA, ROE, dan return saham Secara Parsial EVA, NPM, BEP, dan ROE tidak berpengaruh terhadap retun saham, sedangkan ROA berpengaruh terhadap return saham I. Rerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teoritis dan hasil penelitian sebelumnya, maka model konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: EVA MVA Return Saham ROE BEP Gambar 2.1 Model Konseptual 42 Penelitian ini menggunakan empat variabel independen yaitu economic value added, market value added,return on equity dan basic earning power, serta satu variabel dependen return saham. J. Pengembangan Hipotesis 1. Economic Value Added (EVA) terhadap return saham EVA mengukur nilai tambah yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi beban biaya modal (cost of capital) yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan. EVA yang positif menandakan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah bagi pemilik perusahaan atau investor. Sehingga apabila EVA positif maka tingkat keuntungan saham akan meningkat.Dwijayanti, et al (2012) melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa EVA berpengaruh secara positf terhadap return saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan return saham di pengaruhi oleh variable EVA. Hipotesis alternative pertama dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H1 :Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap return saham kategori LQ45 Non Bank. 43 2. Market Value Added (MVA) terhadap return saham Nilai pasar suatu perusahaan dapat dimaksimalisasi dengan meningkatkan dan menginvestasikan modal sebanyak mungkin.Kemakmuran yang diterima para pemegang sahamnya diwujudkan melalui perbedaan antara nilai pasar ekuitas perusahaan dengan jumlah modal yang telah diinvestasikan dalam perusahaan.Nilai pasar mencerminkan keputusan pasar mengenai bagaimana manajer yang sukses telah menginvestasikan modal yang sudah dipercayakan kepadanya, dalam mengubahnya menjadi besar.Semakin besar MVA maka semakin baik, MVA negatif berarti nilai dari investasi yang dijalankan manajemen kurang dari modal yang diserahkan perusahaan oleh pasar modal.Ury Tri Rahayu & Siti Aisjah (2013) melakukan penelitian dengan variable EVA dan MVA terhadap return saham. Hasil pengujian baik EVA dan MVA tidak berrpengaruh terhadap return sahamMenurut Brigham et. (2006; dalam Wahyunita Rahim 2009:29) kunci utama dalam menghitung MVA adalah harga saham. Jika harga saham naik maka MVA juga akan naik. Perubahan harga saham di pasar mempengaruhi tingkat keuntungan pemegang saham, berarti EVA sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan yang menciptakan nilai tambah bagi perusahaan akan berhubungan searah dengan perubahan harga saham. 44 Hipotesis alternative kedua dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H2:Market Value Added (MVA) berpengaruh terhadap return saham kategori LQ45 Non Bank. 3. Return on Equity(ROE) terhadap returnsaham Ratio ini berguna untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik.Rasio ini menunjukan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat kembalian pada pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena menandakan kinerja perusahaan semakin baik dan memberikan tingkat kembalian yang lebih besar pada pemegang saham. Rasio ROE yang me ningkat menunjukkan peningkatan pada pemegang saham sehingga ini dapat meningkatkan return saham. Hal ini akan memberikan sinyal yang baik kepada pengguna laporan keuangan, sehingga permintaan terhadap saham akan semakin meningkat dan harga saham juga akan mengalami kenaikan. Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Sudiyatno & Toto Suharmanto (2011) pada perusahaan food & beverages yang listed di BEI periode 20062009 dengan hasil pengujian ROE berpengaruh negative terhadap return saham. 45 Hipotesis alternative ketiga dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H3:Return On Equity (ROE)berpengaruh terhadap return saham kategori LQ45 Non Bank. 4. Basic Eaning Power (BEP) terhadap Return Saham Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pengaruh pajak serta bunga. Rasio ini sangat berguna untuk membandingkan perusaan dengan situasi pajak yang berbeda dan tingkat bunga yang berbeda karena perhitungan dilakukan sebelum pengenaan bunga dan pajak. Sasongko dan Wulandari (2006) melakukan penelitian terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2001-2002 dengan menguji pengaruh EVA dan rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA, ROE, ROS, EPS, dan BEP terhadap harga saham, hasilnya BEP tidak berpengaruh terhadap harga saham Hipotesis alternative keempat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H4 :Basic Earning Power ( BEP) berpengaruhterhadap return saham kategori LQ45 Non Bank.