BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pelanggan 2.1.1 Pengertian Pelanggan Menurut Greenberg (Turban et al,. 2004, p148), pelanggan adalah inti dari bisnis dan kesuksesan suatu perusahaan bergantung pada mengelola hubungan dengan pelanggan secara efektif. Pelanggan adalah aset penting dalam sebuah organisasi, tidak mungkin sebuah bisnis bisa berhasil tanpa adanya kepuasan pelanggan, tanpa memelihara loyalitas mereka untuk berbelanja dan tanpa menjalin hubungan baik antara pelanggan dan organisasi.[http1] 2.1.2 Nilai Pelanggan Kunci untuk membangun dan mengembangkan hubungan yang lama dengan pelanggan yaitu dengan menciptakan nilai pelanggan dan kepuasan pelanggan. Pelanggan sering dihadapkan pada sejumlah produk dan jasa yang membingungkan untuk dipilih. Seorang pelanggan membeli dari perusahaan yang menawarkan customer-perceived value atau nilai yang dirasakan pelanggan. Menurut Kotler dan Armstrong (2010, p37), nilai yang dirasakan pelanggan adalah evaluasi pelanggan mengenai perbedaan antara seluruh keuntungan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan, relatif berdasarkan tawaran-tawaran bersaing. 9 2.1.3 Kepuasan Pelanggan Banyak definisi berkaitan dengan kepuasan pelanggan (customer satisfaction) antara lain disebutkan oleh Tjiptono (2005, p127) yang mengutip pendapat Day, yaitu : kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan oleh pemakai. Pelanggan yang puas akan lebih mungkin untuk menjadi pelanggan yang loyal dan memberikan perusahaan sesuatu yang lebih besar dari bisnis. Menurut Kotler dan Armstrong (2010, p37), kepuasan pelanggan adalah dilihat dari sejauh mana kinerja suatu produk yang dirasakan cocok dengan harapan pembeli sehingga dapat menimbulkan perasaan senang atau kecewa pada seorang pembeli. Jika kinerja produk atau jasa kurang memenuhi harapan, maka pelanggan tidak puas. Jika kinerja produk atau jasa memenuhi harapan, maka pelanggan puas. Jika kinerja produk atau jasa melebihi harapan, pelanggan menjadi sangat puas atau senang. 2.1.4 Menciptakan Loyalitas Pelanggan Dengan menciptakan nilai pelanggan, perusahaan dapat menciptakan pelanggan yang sangat puas sehingga tetap loyal dan kembali membeli lagi. Manajemen hubungan pelanggan yang baik menciptakan kesenangan pelanggan. Pada gilirannya, kesenangan pelanggan tetap akan setia dan berbicara baik kepada yang lainnya tentang perusahaan dan produk atau jasanya. Menurut Lovelock dan Wirtz(2006, p366), hubungan yang baik dimulai dengan kesesuaian antara kebutuhan pelanggan dan kemampuan perusahaan. Proses dimulai dengan mengidentifikasikan dan menargetkan pelanggan yang tepat. Perusahaan perlu selektif tentang segmen yang ditargetkan jika perusahaan ingin 10 untuk membangun hubungan pelanggan yang baik. Dalam sesi ini, ditekankan bahwa pentingnya memilih untuk melayani beberapa segmen target dipilih dengan cermat dan berusaha untuk membangun atau memelihara loyalitas pelanggan. 2.2 Marketing / Pemasaran 2.2.1 Pengertian Pemasaran Banyak orang berpikir bahwa pemasaran hanyalah sebatas menjual dan mengiklankan. Sekarang ini, berdasarkan Kotler dan Armstrong (2010, p29), pemasaran harus dimengerti tidak hanya membuat suatu penjualan seperti memberi tahu dan menjual saja, tetapi dalam arah baru seperti memuaskan kebutuhan pelanggan. Apabila pemasar memahami kebutuhan konsumen, mengembangkan produk yang menyediakan nilai pelanggan yang unggul, dan harga, mendistribusikan dan mempromosikannya dengan efektif, produk atau jasa itu dapat terjual dengan mudah. Didefinisikan secara luas, menurut Kotler dan Armstrong (2010, p29), pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individual dan organisasi mendapatkan apa yang diperlukan dan diinginkan melalui menciptakan dan menukarkan nilai dengan yang lain. Di dalam sebuah konteks bisnis yang lebih sempit, pemasaran meliputi membangun suatu keuntungan, nilai tukar sarat hubungan dengan pelanggan. Oleh karena itu, Kotler dan Armstrong (2010, p29) mendefinisikan pemasaran sebagai proses dimana perusahaan menciptakan nilai untuk pelanggan dan membangun hubungan pelanggan yang kuat agar dapat menangkap nilai dari pelanggan sebagai pengembaliannya. 11 2.2.2 Pemasaran Jasa Pemasaran jasa tidak sama dengan pemasaran produk. Pertama, pemasaran jasa lebih bersifat intangible dan immaterial karena produknya tidak kasat mata dan tidak dapat diraba. Kedua, produksi jasa dilakukan saat pelanggan berhadapan dengan karyawan sehingga pengawasan terhadap kualitasnya dilakukan dengan segera pada saat itu. Hal ini lebih sulit daripada pengawasan fisik. Ketiga, interaksi antara konsumen dan karyawan adalah penting untuk dapat mewujudkan produk yang dibentuk. Tujuan manajemen jasa pelayanan adalah untuk mencapai tingkat kualitas pelayanan tertentu. Karena berkaitan erat dengan pelanggan, tingkat kualitas ini dihubungkan dengan tingkat kepuasan pelanggan. Manajemen kualtias jasa pelayanan tidaklah semudah manajemen kualitas produk manufaktur. Ada beberapa faktor yang pelu diperhatikan dalam konsep manajemen jasa pelayanan (Rangkuti, 2002, p20) : 1. Merumuskan suatu strategi pelayanan Strategi pelayanan dimulai dengan perumusan suatu tingkat keunggulan yang dijanjikan kepada pelanggan. Perumusan strategi pelayanan ini dapat dilakukan dengan merumuskan apa bidang usaha dari perusahaan, siapa pelanggan perusahaan, dan apa yang bernilai bagi pelanggan. 2. Mengkomunikasikan kualitas kepada pelanggan Strategi yang telah dirumuskan, kemudian dikomunikasikan kepada pelanggan. Hal ini dapat membantu pelanggan agar tidak salah menafsirkan tingkat kepentingan yang akan didapatkannya. Pelanggan perlu mengetahui dengan jelas mengenai jenis dan tingkat pelayanan yang akan diperolehnya. 3. Menetapkan suatu standar kualitas secara jelas 12 Meskipun penetapan suatu standar kualitas pelayanan dalam bidang jasa pelayanan tidak mudah, tetapi hal ini perlu diusahakan agar setiap orang mengetahui dengan jelas tingkat kualitas yang harus dicapai. 4. Menerapkan sistem pelayanan yang efektif Untuk menghadapi pelanggan tidaklah cukup hanya dengan senyuman dan sikap ramah, tetapi diperlukan lebih dari itu, yaitu suatu sistem yang terdiri dari metode dan prosedur untuk dapat memenuhi kebutuhan pelanggan secara tepat. 5. Karyawan yang berorientasi kepada kualitas pelayanan Setiap karyawan yang terlibat dalam jasa pelayanan harus mengetahui dengan jelas standar kualitas pelayanan itu sendiri. Karena itu, perusahaan harus memperhatikan pemilihan karyawan yang tepat dan melakukan pengawasan secara terus menerus tentang bagaimana pelayanan tersebut harus disampaikan. 6. Survey tentang kepuasan dan kebutuhan pelanggan Pihak yang menentukan kualitas jasa pelayanan adalah pelanggan. Karena itu, perusahaan pelu mengetahui sampai sejauh mana tingkat kepuasan pelanggan dan kebutuhan pelanggan yang perlu dipenuhi oleh perusahaan. Informasi tersebut serta jumlah pelanggan yang merasa puas dapat diketahui melalui survei secara periodik dan sistematis. Survei itu juga bisa menunjukkan dalam hal apa ketidakpuasan terjadi. 2.2.3 Aktivitas Marketing pada CRM Terdapat 4 aktivitas marketing yang meliputi CRM (Chaffey, 2009, p482) yaitu sebagai berikut : 1. Customer selection, berarti mendefinisikan tipe pelanggan yang perusahaan akan pasarkan. Itu berarti mengidentifikasikan kelompok pelanggan yang berbeda 13 untuk mengembangkan penawaran dan untuk menargetkan selama acquisition, retention, dan extension. 2. Customer acquisition, mengacu pada aktivitas pemasaran yang dimaksudkan untuk membentuk hubungan dengan pelanggan baru. 3. Customer retention, mengacu pada aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh suatu organisasi untuk menjaga pelanggan-pelanggan yang ada. 4. Customer extension, mengacu pada meningkatkan kedalaman atau rentang produk yang akan dibeli oleh pelanggan dari sebuah perusahaan. Gambar 2.1 The Four Classic Marketing Activities of CRM Sumber : Chaffey(2009, p483) 2.2.4 Aplikasi Marketing pada CRM Sebuah sistem CRM untuk mendukung 4 aktivitas yang terdiri dari aplikasi marketing yang berbeda (Chaffey, 2009, p483) antara lain : 1. Sales force automation (SFA) Perwakilan penjualan yang didukung dalam akun manajemen dan penjualan berbasiskan telepon melalui alat untuk mengatur dan mencatat permintaan dan 14 kunjungan pelanggan. Suatu sistem yang secara otomatis menelusuri semua langkah yang ada di proses penjualan. 2. Customer service management Perwakilan dalam kontak pusat memberikan respon terhadap permintaan pelanggan untuk informasi yang diminta dengan menggunakan internet untuk mengakses database yang berisi informasi mengenai pelanggan, produk, dan permintaan-permintaan sebelumnya. 3. Managing the sales process Ini dapat dicapai melalui situs e-commerce, atau dalam suatu konteks B2B dengan mendukung perwakilan penjualan dari pencatatan proses penjualan (SFA). 4. Campaign management Mengelola iklan, surat langsung, e-mail, dan lain-lainnya. 2.3 Customer Relationship Management (CRM) 2.3.1 Aspek dari CRM Secara sederhana, Customer Relationship Management atau CRM merupakan perpaduan antara 3 aspek yang saling terkait. Dimana masing-masing aspek dapat diuraikan sebagai berikut [http2]: 1. Customer, dapat diartikan sebagai pengguna layanan barang dan jasa dari suatu organisasi bisnis yang menghasilkan manfaat bagi perusahaan tersebut. 2. Relationship, suatu hubungan antara customer dengan perusahaan atau organisasi bisnis yang dapat berupa interaksi maupun komunikasi dan dapat terjadi dalam jangka pendek, jangka panjang, secara terus menerus, atau hanya sekali. Pada umumnya customer yang melakukan hubungan secara berulang itu 15 telah memiliki rasa kepercayaan atau kepuasan terhadap bentuk pelayanan suatu perusahaan. 3. Management, suatu organisasi bisnis dapat memetakan bagaimana perilaku dan kebiasaan dari customer dengan menggunakan semua jenis data atau informasi yang diperoleh dari customer. Data dan informasi tersebut dapat digunakan sebagai nilai tambah bagi perusahaan untuk meningkatkan pelayanan serta dapat bersaing dengan kompetitor perusahaan. 2.3.2 Pengertian CRM Menurut Kotler dan Armstrong (2010, p37), Customer Relationship Management adalah keseluruhan proses dari membangun dan mempertahankan hubungan pelanggan yang menguntungkan dengan memberikan nilai dan kepuasan pelanggan yang unggul. Menurut Chaffey (2009, p482), Customer Relationship Management adalah suatu pendekatan untuk membangun dan mempertahankan bisnis jangka panjang dengan pelanggan. Menurut Kotler dan Keller (2006, p144), Customer Relationship Management memungkinkan perusahaan untuk menyediakan pelayanan pelanggan yang sangat baik secara real-time melalui penggunaan informasi individual yang efektif. CRM ini merupakan proses mengelola informasi yang rinci tentang pelanggan individual dan mengelola seluruh customer touch point untuk memaksimalkan loyalitas pelanggan. Customer touch point adalah setiap kesempatan dimana seorang pelanggan menghadapi produk, baik dari pengalaman sebenarnya hingga komunikasi personal atau masal tentang produk tersebut. 16 Menurut Turban et al(2004, p148), Customer Relationship Management adalah pendekatan pelayanan pelanggan yang berfokus pada membangun hubungan pelanggan untuk jangka panjang dan berkelanjutan yang menambah nilai baik bagi pelanggan dan perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Customer Relationship Management adalah suatu cara pendekatan pelayanan pelanggan untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan baik antara pelanggan dan perusahaan secara berkelanjutan. 2.3.3 Tujuan CRM Bagi perusahaan yang lebih selektif dalam memilih pelanggan, perusahaan akan memilih untuk melayani pelanggan tertentu dengan cara yang lebih mendalam dan untuk jangka panjang. Tujuan CRM menurut Kotler dan Armstrong (2008, p17) adalah untuk menarik, mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan membangun hubungan yang menguntungkan dan dalam jangka waktu yang lama dengan pelanggan tersebut. Dengan menggunakan CRM maka suatu perusahaan dapat meningkatkan hubungan sebelum terjadi pembelian dan setelah terjadi pembelian (before sales dan after sales) sehingga perusahaan dapat makin mempererat hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan. 2.3.4 Cakupan CRM Untuk transaksi online, CRM sering menyediakan fitur bantuan. Jika sebuah produk dibeli secara offline, maka pelayanan pelangan bisa ditawarkan secara online. Menurut Voss (Turban et al., 2004, p149), ada 3 tingkat dari CRM yaitu : 1. Foundation of service 17 Pelayanan ini meliputi pelayanan minimum yang diperlukan, seperti seberapa responsif suatu situs, seberapa cepat dan akurat pelayanan disediakan, keefektifan situs, dan pemenuhan pemesanan. 2. Customer-centered service Pelayanan ini meliputi pengusutan pesanan, konfigurasi, kustomisasi, dan keamanan atau kepercayaan. Pelayanan ini merupakan hal yang paling mendekati pelanggan. 3. Value-added service Pelayanan ini adalah pelayanan ekstra atau tambahan pelayanan dari perusahaan untuk pelanggannya, misalnya seperti dynamic brokering, pelelangan online, serta pelatihan dan pendidikan online. 2.3.5 Aplikasi CRM Aplikasi CRM merupakan kegiatan atau aktivitas pelayanan pelanggan yang dirancang untuk dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. Patricia Seybold Group (2002) membedakan cara pelanggan berinteraksi dengan aplikasi CRM yang disadur dan ditambahkan dari Turban et al. (2004, pp152-160), yaitu: 1. Customer-Facing Application Aplikasi CRM ini secara dasar mendukung karyawan pada area dimana pelanggan berinteraksi dengan perusahaan seperti adanya aliran informasi. Aplikasi ini meliputi: a. Customer Interaction Centers (CIC) Dengan CIC memungkinkan pelanggan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan perusahaan melalui banyak jalur koneksi. Menyediakan perwakilan customer service yang memiliki akses pada data seperti histori 18 pelanggan, pembelian, dan kontak-kontak sebelumnya adalah salah satu cara untuk mengembangkan pelayanan pelanggan (Adria dan Chaudhury ,2002). Perwakilan customer service akan memberikan solusi kepada pelanggan melalui jalur tersebut. Salah satu contoh aplikasi ini adalah aplikasi contact center. b. Automated Response to E-Mail (Autoresponder) Alat yang paling popular untuk pelayanan pelanggan secara online adalah email karena tidak mahal dan cepat. Pada umumnya sistem peresponan email secara otomatis ini digunakan untuk menyediakan jawaban atas pertanyaan yang umum ditanyakan berupa text files. c. Sales Force Automation Merupakan software yang mengotomatisasikan pekerjaan yang dilakukan oleh sales people saat di lapangan, seperti pengumpulan dan transmisi pengiriman data. d. Field Service Automation Merupakan aplikasi yang mendukung usaha pelayanan pelanggan serta dapat mengelola permintaan pelayanan pelanggan, pemesanan pelayanan, perjanjian pelayanan, jadwal pelayanan, dan panggilan layanan. 2. Customer-Touching Application Customer-touching applications merupakan suatu sarana dimana pelanggan berinteraksi dengan aplikasi secara langsung. Pada aplikasi ini lebih ditekankan pada mendorong pelanggan untuk dapat melayani diri mereka sendiri dengan bergabung dalam suatu aplikasi. a. Personalized Web Pages 19 Perusahaan dapat memberikan informasi seperti informasi produk dan jaminan informasi secara efisien ketika pelanggan masuk dalam halaman personalisasi. Tidak hanya pelanggan yang menarik informasi dari situs tersebut, perusahaan juga dapat memberikan informasi kepada pelanggan. Perusahaan dapat menggunakan informasi yang dikumpulkan dari halaman situs kustomisasi untuk memfasilitasi pelayanan pelanggan. Informasi yang telah berlalu dapat disediakan kepada pelanggan ketika transaksi selesai sehingga dapat ditelusuri dan dianalisa untuk tanggapan atau tindakan yang cepat. Perusahaan menggunakan personalized web pages juga untuk manfaat lainnya, seperti dengan melacak status pemesanan, pelanggan tidak perlu untuk menelepon perusahaan untuk hal itu sehingga dapat menghemat waktu pelanggan. b. e-Commerce Application Aplikasi e-Commerce mengimplementasikan fungsi pemasaran, penjualan, dan pelayanan melalui online touch point, yang secara tipikal yaitu berupa web. c. Campaign Managementtu Aplikasi ini menawarkan aktivitas seperti iklan perancanaan dan analisis online bisnis kepada prospek, pelanggan melalui surat secara langsung, email, contact center, sales, dan situs. d. Web Self-Service Aplikasi dukungan pelanggan self-service menyediakan media yang memungkinkan pelanggan untuk menjalankan sendiri aktivitasnya dimana aplikasi self-service dapat digunakan dengan pelanggan dan karyawan untuk mendukung CRM. Aktivitas ini dijalankan oleh user/pengguna pada web 20 untuk menyediakan jawaban atas pertanyaan contohnya tracking atau untuk konfigurasi produk. Dari variasi aplikasi self-service yang tersedia, terdapat dua manfaat khusus, yaitu: 1) Self-Tracking Aplikasi ini memudahkan pelanggan dalam menemukan status order atau pelayanan dalam waktu yang real time atau mendekati real time. Beberapa diantaranya menyediakan pelanggan untuk menelusuri status produksi, status pesanan, atau bagi pelamar kerja untuk menelusuri status lamaran kerja di perusahaan. 2) Self-Configuration dan Customization Salah satu cara yang baik untuk memuaskan pelanggan adalah dengan menyediakan kemampuan untuk melakukan kustomisasi produk dan jasa. Namun untuk memiliki sistem build-to-order yang efektif, perusahaan dan supplier harus memahami apa yang diinginkan oleh pelanggan. 3. Customer-Centric Application Merupakan aplikasi yang menganalisis hasil dari pemrosesan operasional dan hasil dari analisis tersebutdapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi CRM operasional. Customer-centric appkication mendukung pengumpulan data pelanggan, pemrosesan dan analisis. a. Data Reporting and Warehousing Data warehouse dapat menjadi tool CRM yang efektif jika dapat menyediakan informasi mengenai pelanggan, produk, inisiatif fungsi pemasaran, penjualan, dan pelayanan, serta respon pelanggan terhadap informasi tersebut, informasi mengenai permintaan pelanggan, hingga informasi tentang transaksi pelanggan. 21 Data reporting mempresentasikan informasi dari data warehouse bagi manajer dan analis untuk melihat dan menganalisisnya. Analis dapat berinteraksi dengan presentasi laporan, mengubah format visual, membuat summary, atau detil tambahan. b. Data Analysis and Mining Aplikasi ini berfungsi untuk menganalisis kinerja, efisiensi, efektifitas dari aplikasi CRM operasional. Aplikasi analitikal ini memproses suatu data warehouse, begitu juga laporan-laporan untuk menghadirkan informasi tersebut. Aplikasi ini membuat model statistik bagi perilaku pelanggan, nilai dari hubungan pelanggan, peramalan akuisisi pelanggan, retensi, dan pelanggan yang hilang, dengan mengotomatisasi pemrosesan dan analisis data CRM. 4. Online Networking and Other Applications Aplikasi CRM ini mendukung komunikasi dan kolaborasi di antara pelanggan, mitra bisnis, dan karyawan perusahaan. a. Forum Forum menawarkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam suatu diskusi dengan topik tertentu. b. Chat room Aplikasi ini menawarkan komunikasi secara real-time antara dua orang atau banyak orang. 22 c. Usenet group Merupakan sekumpulan diskusi online yang dikelompokkan dalam komunitas. d. E-mail newsletter Aplikasi ini menawarkan kepada pembaca artikel akan topik tertentu yang dikirimkan melalui e-mail. e. Discussion list Aplikasi ini meneruskan e-mail ke semua orang yang berlangganan list tersebut. Aplikasi ini digunakan oleh perusahaan untuk mempelajari pelanggan suatu industri tertentu, memasarkan produk, mengumpulkan informasi dalam suatu komunitas. 2.3.6 Fase CRM Menurut Kalakota dan Robinson (2001, p174), terdapat 3 fase dalam CRM, yaitu: 1. Acquire (mendapatkan) Perusahaan perlu melakukan usaha promosi mengenai produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan untuk mendapatkan pelanggan baru. 2. Enhance (meningkatkan) Peningkatan hubungan dari pelanggan yang telah didapatkan perlu dilakukan oleh perusahaan dengan memperdalam dan memperluas hubungan dengan pelanggan. Seperti halnya dengan mencari tahu atau mendengarkan masalah hubungan pelanggan dan perusahaan untuk diberikan solusi terhadap masalah tersebut. 3. Retain (mempertahankan) 23 Perusahaan dapat lebih berfokus untuk mempertahankan pelanggan daripada berusaha untuk mendapatkan pelanggan baru, yang dimana dapat dilakukan dengan cara menawarkan apa yang dibutuhkan oleh pelanggan yang memberikan keuntungan bagi pelanggan. Gambar 2.2 Fase CRM Sumber : Kalakota dan Robinson (2001, p175) 2.3.7 Tipe-tipe CRM Berdasarkan Turban et al (2004, p148), CRM terdiri dari 3 tipe aktivitas, yaitu sebagai berikut: 1. Operational CRM Operational CRM berkaitan dengan fungsi bisnis suatu perusahaan yang meliputi layanan pelanggan, manajemen pesanan, invoice/ billing, manajemen dan otomatisasi penjualan. 2. Analytical CRM 24 Analytical CRM adalah suatu aktivitas yang meliputi menyimpan, memindahkan, memproses, mengartikan dan melaporkan data pelanggan atau pengguna, yang kemudian menganalisa apa yang diperlukan. 3. Collaborative CRM Collaborative CRM adalah aktifitas untuk menggabungkan semua komunikasi yang diperlukan, koordinasi dan kolaborasi antara vendor dan pelanggan. Gambar 2.3 Tipe-Tipe Aktivitas CRM Sumber : Turban et al (2004, p148) 2.3.8 Klasifikasi dari Aplikasi CRM Aplikasi-aplikasi pada CRM menurut Patricia Seybold Group (2002), yang dikutip dari Turban et al (2004, p153) : 1. Customer Facing Application Aplikasi ini merupakan aplikasi yang berhubungan langsung dengan pelanggan : call center, termasuk help desk, sales force automation, field service. Aplikasi CRM ini mengotomatisasi aliran informasi atau mendukung karyawan pada area tersebut. Contohnya automated response to e-mail (autoresponder) dimana berupa membalas sejumlah e-mail yang masuk secara otomatis dengan menyediakan jawaban terhadap pertanyaan yang umum ditanyakan atau sebagai balasan konfirmasi atas e-mail yang telah diterima. 25 2. Customer Touching Application Aplikasi ini berupa aplikasi e-commerce, campaign management, self service customer support, dan konsumen lebih berinteraksi langsung pada aplikasi elektronik. Contohnya penyediaan web self-service dimana strategi ini menyediakan kesempatan bagi pelanggan untuk melayani diri mereka sendiri. Aplikasi self-service ini dapat digunakan dengan perusahaan dan dengan karyawan, supplier, dan berbagai mitra bisnis. 3. Customer Centric Intelligence Application Aplikasi ini adalah untuk menganalisa hasil proses operasional dan menggunakan hasilnya sebagai hasil analisa untuk mengembangkan aplikasi CRM. 4. Online networking and other applications Online networking mengacu pada metode yang menyediakan peluang untuk membangun hubungan personal dengan orang-orang dalam bisnis jangkauan luas. Alat dan metode yang meliputi online networking contohnya yaitu forum, chat room, usenet groups, e-mail newsletter, discussion list. 2.3.9 Solusi Teknologi untuk CRM Solusi teknologi utama yang ditawarkan oleh Chaffey (2007, p443) adalah teknologi database yang merupakan inti dari aplikasi CRM. E-mail yang digunakan untuk mengatur komunikasi yang dijalankan oleh sistem e-CRM, baik komunikasi yang masuk, keluar, atau yang bersifat internal; serta sistem aliran kerja untuk mengotomatisasi proses CRM, misalnya sebagai sistem yang mengingatkan perwakilan sales mengenai koneksi dengan pelanggan. 26 Adapun data pelanggan yang umumnya terdapat dalam database pelanggan untuk CRM terdiri dari: a. Data personal dan profil, termasuk karakteristik pelanggan, detil kontak, peran individu, dan lain sebagainya. b. Data transaksi, yaitu histori transaksi pembelian produk tertentu, baik data jumlah, lokasi, tanggal, waktu, ataupun data kategori transaksi. c. Data komunikasi seperti laporan mengenai hasil komunikasi antara perwakilan sales dengan pelanggan atau calon pelanggan, misalnya histori calon pelanggan dan respon yang diberikan. 2.3.10 e-CRM CRM muncul sebagai sarana ideal untuk mengimplementasikan hubungan pemasaran dalam perusahaan. Untuk beberapa organisasi, cara yang paling jelas untuk mengimplementasikan CRM adalah melalui aplikasi software dalam bentuk teknologi electronic customer relationship management. Internet (Lovelock dan Wright, 2002) memungkinkan perusahaan menerapkan CRM untuk berfokus pada manajemen hubungan pelanggan beserta pemanfaatan teknologi online untuk memfasilitasi hubungan pelanggan. Menurut Turban et al (2004, p149), e-CRM adalah manajemen hubungan pelanggan yang diadakan secara elektronik. Sejak pertengahan tahun 1990an, CRM telah ditambah dengan berbagai tipe teknologi informasi. Bentuk e-CRM diciptakan ketika pelanggan mulai menggunakan browser web, internet dan poin sentuhan elektronik lainnya seperti e-mail, call center, POS terminal, dan direct sales. Chaffey dan Smith (2008) mengatakan bahwa e-CRM tidak dapat dipisahkan dari CRM, itu perlu diintegrasikan. Menurut Chaffey (2009, p486), e-CRM adalah 27 menggunakan teknologi komunikasi digital untuk memaksimalkan penjualan kepada pelanggan saat ini dan terus mendorong penggunaan pelayanan online. Dasar interaktif dari web yang dikombinasikan dengan komunikasi e-mail menyediakan sebuah lingkungan ideal dimana untuk mengembangkan hubungan pelanggan, database menyediakan fondasi untuk menyimpan informasi tentang hubungan tersebut dan menyediakan informasi untuk memperkuat hubungan serta dengan jasa yang ditingkatkan secara personal. Pendekatan online pada CRM tersebut sering dikenal sebagai e-CRM. 2.3.11 Peluang, dan Aktivitas e-CRM Mengutip dari Kennedy (2006), e-CRM bukan untuk mengubah pemasaran melainkan untuk meningkatkannya dengan menghadirkan peluang bagi perusahaan untuk meningkatkan keefektifan dan untuk memberikan nilai pelanggan (Scullin et al., 2004). E-CRM dapat mengurangi yang termasuk dalam biaya komunikasi kepada pelanggan, mengoptimalisasikan aliran kerja sebagai hasil integrasi dengan sistem perusahaan, memfasilitasi segmentasi pasar yang lebih baik, dan memungkinkan peluang-peluang untuk meningkatkan interaksi pelanggan, hubungan pelanggan, dan personalisasi (Adebanjo, 2003). 1. Meningkatkan interaksi pelanggan Kalakota dan Robinson (2001) menganjurkan bahwa ketiga fase yang dirancang untuk mengelola siklus hidup pelanggan dan memaksimalkan nilai pelanggan (acquiring, enhanced, retaining). Semua fase ini bergantung pada kualitas informasi pelanggan dan manfaat yang tersedia di organisasi. 2. Mengelola customer touch points 28 E-CRM dapat digunakan untuk menghubungkan setiap operasi dalam sebuah bisnis yang mempengaruhi pengalaman pelanggan. Teknologi memungkinkan perusahaan untuk menangkap feedback customer pada “touch point” antara sebuah perusahaan dan pelanggannya melalui channel dan fungsi yang tersedia, misalnya pertemuan dengan orang-orang penjualan, survei pelanggan, kebutuhan customer service, untuk meningkatkan hubungan dan nilai bagi pelanggan individual. 3. Personalisasi Berdasarkan data pelanggan, konten informasi yang tersedia dapat secara langsung dihadirkan berupa produk atau jasa yang ditawarkan, kebutuhan permintaan tertentu, meningkatkan keberadaan channel langsung ke pelanggan untuk dapat mengirimkan informasi yang relevan kepada sejumlah pelanggan yang ada. Untuk lebih spesifik, dapat dikatakan bahwa tantangan dan aktivitas e-CRM yang memerlukan manajemen berdasarkan Chaffey(2009, p486) adalah: 1. Menggunakan situs web untuk pengembangan pelanggan dimulai dari memberikan petunjuk hingga pengubahan penjualan online atau offline dengan menggunakan e-mail dan informasi berbasis web untuk mendorong pembelian 2. Mengelola kualitas daftar e-mail (mencakup alamat e-mail dan integrasi informasi profil pelanggan dari database lain untuk memungkinkan targeting) 3. Situs web dengan fasilitas personalization atau mass customization untuk secara otomatis merekomendasikan produk terbaik berikutnya. 4. Menyediakan fasilitas pelayanan pelanggan online ( seperti frequently asked question atau FAQ, telepon dan dukungan chat) yang dapat membantu pelanggan. Ini dapat dipicu secara otomatis sehingga pengunjung ke situs yang 29 menunjukkan niat tinggi atau kesulitan melalui kunjungan beberapa halaman dapat diminta untuk dimasukkan ke sesi chat atau callback. 5. Mengelola kualitas jasa online untuk meyakinkan pembeli yang baru pertama kali agar mendapatkan pengalaman yang baik sehingga mendorong mereka untuk membeli lagi. 6. Mengelola beberapa jalur pengalaman pelanggan sebagai pelanggan yang menggunakan media berbeda sebagai bagian dari proses pembelian dan siklus pelanggan. 2.3.12 Metrik Standar e-CRM Untuk menentukan tingkat yang tepat terhadap dukungan pelanggan, perusahaan dapat menggunakan metrik yang berkaitan dengan web sebagai standar pengukuran webnya (Turban et al, 2004, p152), antara lain : 1. Response time, waktu respon yang biasanya ditargetkan oleh perusahaan dari 24 hingga 48 jam. Apabila sebuah perusahaan menggunakan intelligent agents, respon dapat dibuat real time atau sistem akan memberi balasan bahwa pesan dari pelanggan telah diterima dan akan segera merespon pesan tersebut. 2. Site availability, ketersediaan situs, berarti pelanggan seharusnya dapat mengakses situs perusahaan kapan saja, 24 jam per hari. 3. Download time, pada umumnya, pengguna tidak akan mentoleransi waktu download yang lebih dari 10 sampai 20 detik. 4. Timeliness, informasi yang ada di situs suatu perusahaan harus yang terbaru (upto-date). Perusahaan harus mengatur interval terhadap informasi yang mana yang harus direvisi. 30 5. Security and privacy, situs web harus menyediakan pernyataan privasi dan penjelasan tentang ukuran keamanan yang cukup. 6. On-time order fulfillment, pemenuhan pemesanan harus cepat dan sesuai dengan janji kepada pelanggan. 7. Return policy, kebijakan pengembalian untuk meningkatkan kepercayan dan loyalitas pelanggan. 8. Navigability, sebuah situs web harus mudah untuk dinavigasikan. 2.3.13 Manfaat e-CRM Berdasarkan Chandra S. dan Strickland (2004) menyebutkan bahwa aplikasi e-CRM dirancang untuk interaksi dan pengalaman yang optimal dari suatu web. Client tidak perlu untuk melakukan download suatu applet tertentu untuk mengakses aplikasi tersebut. Browser yang medium dan memungkinkan untuk mengakses informasi tanpa memperhatikan platform dari client. Dari perspektif pelanggan, itu hanya seperti mengakses halaman web yang berbeda. Dalam e-CRM, aplikasi dirancang berdasarkan pelanggan dalam pikiran dan memberikan “pengalaman” pada web tersebut. Setiap pengguna yang berbeda memiliki pandangan yang berbeda atas informasi dan pelayanan yang tersedia. Menurut Turban et al (2004, p149), bahwa manfaat utama dari CRM adalah penyediaan layanan pelanggan yang unggul melalui penggunaan internet dan teknologi IT. Dengan kata lain, CRM memberikan keuntungan atau manfaat seperti antara lain : 1. Membuat pelanggan senang dengan menyediakan pilihan produk dan jasa 2. Putusan dan respon terhadap masalah dengan cepat 3. Akses ke informasi yang mudah dan cepat, dan lainnya. 31 2.4 Segmenting, Targeting, Positoning Menurut Kotler (2009, p173), perusahaan saat menyadari bahwa mereka tidak dapat menarik semua pembeli di pasaran, atau tidak semua pembeli dalam cara yang sama karena adanya pembeli-pembeli yang banyak, tersebar luas, dan kebutuhan yang bervariasi. Kebanyakan perusahaan telah beralih dari pemasaran masal menjadi ke arah pemasaran target, yaitu dengan mengidentifikasikan segmen-segmen pasar, memilih salah satu atau lebih dari segmen pasar tersebut, dan mengembangkan produk dan program pemasaran yang disesuaikan. Sehingga perusahaan harus merancang strategi pemasaran yang berorientasi pelanggan (customer-driven marketing) untuk membangun hubungan yang tepat dengan pelanggan yang tepat. Dampak dari mengetahui adanya STP di dalam suatu perusahaan atau unit bisnis yaitu perusahaan dan pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan (stakeholders) dapat mengetahui identitas dari perusahaan tersebut dan memberikan posisi perusahaan di segmen pasar tertentu dan di mata pelanggan. Gambar 2.4 menunjukkan langkah-langkah utama dalam merancang strategi pemasaran yang berorientasi pelanggan. Pada 2 langkah awal, perusahaan memilih pelanggan yang akan dilayani. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam analisis STP, yaitu : 1. Segmentation, membagi sebuah pasar dalam kelompok kecil pembeli sesuai dengan kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang berbeda. Perusahaan mengidentifikasi cara yang berbeda untuk mensegmentasikan pasar dan mengembangkan profil dari segmen pasar yang dihasilkan. 32 2. Targeting, terdiri dari pengevaluasian masing-masing daya tarik segmen pasar untuk menentukan siapa yang menjadi target atas barang atau jasa suatu perusahaan. 3. Positioning, terdiri dari mengatur dalam penawaran pasar untuk menempati tempat yang relatif jelas, khas dan diinginkan untuk produk bersaing dalam benak target konsumen. Differentiation, meliputi membedakan menawarkan pasar perusahaan untuk menciptakan nilai pelanggan yang unggul. Gambar 2.4 Steps in Market Segmentation, Targeting, and Positioning. Sumber : Kotler(2009, p174) 2.4.1 Segmentation Menurut Mohammed et al (2004, pp99-102), segmentasi adalah langkah pertama yang memungkinkan perusahaan untuk membuat atau memasarkan produk atau jasa kepada suatu kelompok pelanggan. Idealnya, strategi ini juga melayani kebutuhan pelanggan secara lebih tepat. Sebaliknya, perusahaan dapat menerima penjualan yang lebih tinggi atau harga yang lebih tinggi untuk lebih efektif memenuhi kebutuhan kelompok konsumen. Dasar untuk melakukan pendekatan segmentasi dapat dilakukan menurut pendekatan berikut yaitu : 33 1. Demographic : menentukan usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan, status keluarga atau tahap kehidupan. 2. Geographic : menentukan regional, daerah atau area yang akan dituju apakah perkotaan, pedesaan atau wilayah pinggiran. 3. Psychographic : dilihat dari bagaimana sisi lifestyle, kelas sosial dan personalitas dari pelanggan. 4. Cognitive and behavioral : melihat dari segi benefit/keuntungan mengenai ekonomi, kualitas, kecepatan akan informasi, juga menentukan bagaimana tingkat penggunaan oleh pelanggan terhadap perusahaan, status loyalitas dan perilaku terhadap produk atau jasa yang ditawarkan. Segmentasi yang efektif perlu mengikuti tiga aturan berikut yaitu : 1. Meaningful, yaitu harus membantu dalam menggambarkan dan menjelaskan mengapa pelanggan saat ini berperilaku dengan suatu cara tertentu. 2. Actionable, yaitu harus memungkinkan pelaksanaan yang layak, dalam hal targeting dan positioning pada segmen tersebut. 3. Financially attractive, yaitu segmen target harus cukup baik dari segi ekonomi. Tabel 2.1 Variabel Segmentasi untuk Pasar B2B Demographic 1. Industry: Which industry should we serve? 2. Company size: What size of companies should we serve? 3. Location: What geographical areas should we serve? Operating Variables 1. Technology: what customer technology should we focus on? 2. User or Nonuser status: Should we serve heavy users, medium users, light users, or nonusers? 3. Customer Capabilities: Should we serve customers needing many or few services? 34 Purchasing Approaches 1. Purchasing organization:Should we serve companies with highly centralized or decentralized purchasing organisations? 2. Power structure: Should we serve companies that are engineering dominatied, financially dominated or so on? 3. Nature of existing relationships: Should we serve companies with which we have strong relationships or simply go after the most desirable companies? 4. General purchase policies: Should we serve companies that prefer leasing? Service contracts? System purchases? Sealed bidding? 5. Purchasing criteria: Should we serve companies that are seeking quality? Service? Price? Situational Factors 1. Urgency: Should we serve companies that need quick and sudden delivery or service? 2. Specific application: Should we focus on certain applications of our product? 3. Size of orders: Should we focus on large or small orders? Personal Characteristics 1. Buyer-seller similarity: Should we serve companies whose people and values are similar to ours? 2. Attitudes towards risk: Should we serve risk-taking or risk-avoiding customers? 3. Loyalty: Should we serve companies that show high loyalty to their suppliers? Sumber: Kotler, Philip (2009, p272) Pemasar konsumen dan bisnis menggunakan beberapa variable untuk mensegmentasikan pasarnya. Pembeli bisnis dapat disegmentasikan secara geografis, demografis (industri, ukuran perusahaan), atau dengan manfaat yang dicari, status pengguna, tingkat penggunaan, dan status loyalitas. Mengutip dari Kotler(2009, p180), bahwa hampir setiap perusahan melayani pemasar bisnis. Contohnya, American Express dapat menawarkan kartu kredit ke konsumen akhir, tetapi juga dapat menargetkan bisnis dalam 3 segmen - merchant, corporation, dan bisnis kecil. Dalam segmen merchant, American Express berfokus pada meyakinkan merchant baru untuk menerima kartu dan mengelola hubungan dengan merchant yang sudah melakukannya. Untuk pelanggan korporasi yang lebih besar, perusahaan menawarkan program kartu korporasi, termasuk biaya karyawan yang ekstensif dan layanan manajemen perjalanan. Sedangkan untuk pelanggan bisnis kecil, American 35 Express menciptakan jaringan yang dinamakan OPEN dimana pemegang kartu bisnis kecil tersebut dapat mengakses jaringan untuk setiap hal dari manajemen akun dan biaya. 2.4.2 Targeting Setelah melakukan segmenting, strategi mulai kearah targeting dimana merupakan proses mengevaluasi segmen pasar untuk keseluruhan daya tarik, dan memilih segmen yang konsisten dengan strategi dan kapasitas perusahaan. Dalam menentukan proses targeting juga dibutuhkan pendekatan dalam mengetahui faktorfaktor yang dapat dilihat oleh perusahaan untuk menentukan targeting. Ada 3 faktor pendekatan dalam targeting, yaitu : 1. Segment size and growth, yaitu menentukan segmen yang paling berharga atau menguntungkan secara keuangannya. 2. Segment structural attractiveness, yaitu menentukan daya tarik segmen yang menyediakan keuntungan kepada pelanggan terhadap pengambilan barang atau penggunaan jasa dari perusahaan tersebut. 3. Company objectives and resource, yaitu menentukan penggunaan kapasitas atau infrastruktur bisnis perusahaan yang ada dengan tetap konsisten pada tujuan dan sumber daya perusahaan. 2.4.3 Positioning Positioning memungkinkan perusahaan untuk menegaskan tentang produk atau jasa perusahaan di benak target segmen perusahaan, membiarkan perusahaan mengkomunikasikan pembedaan keuntungan terhadap persaingan. Terdapat beberapa pendekatan strategi dalam menentukan strategi positioning, yaitu : 36 1. Positioning untuk fitur/layanan, yaitu memposisikan pada fitur / layanan untuk dianggap sebagai yang terbaik dalam produk atau atribut layanan tertentu, seperti cara atau kecepatan dalam pengiriman. 2. Positioning pada keuntungan, yaitu memposisikan pada keuntungan yang dianggap menyediakan keuntungan bagi pelanggan dalam menggunakan produk atau jasa dari perusahaan. 3. Positioning pada penggunaan di situasi tertentu, yaitu memposisikan kesempatan pengguna tertentu yang dianggap praktis dan berfungsional untuk tujuan tertentu dimana perusahaan menempatkan pelanggan untuk masa-masa tertentu. 4. Positioning pada kategori user, yaitu memposisikan kategori user yang dianggap merupakan penawaran yang tepat untuk tipe user yang khusus. 5. Positioning pada produk lain, yaitu memposisikan produk atau jasa yang dianggap lebih baik daripada produk-produk tertentu dari luar atau pesaing. 6. Positioning pada produk, yaitu memposisikan kelas produk yang dianggap dapat menawarkan tipe produk yang berbeda dari yang pelanggan harapkan. 7. Hybrid positioning, yaitu menggunakan cara positioning dengan suatu kombinasi dari dua atau lebih kategori positioning yang telah disebutkan diatas. 2.5 Analisis Gap Untuk memberikan kualitas layanan dalam e-commerce dapat diketahui dengan melihat kerangka kerja yang ada untuk menentukan tingkat kualitas layanan. Cara yang paling sering digunakan (Chaffey, 2009, p536) yaitu berdasarkan pada konsep ‘gap kualitas pelayanan’ yang terjadi antara tingkat layanan yang diharapkan pelanggan baik dari pengalaman sebelumnya maupun komunikasi dari mulut ke 37 mulut dan persepsi pelanggan mengenai tingkat pemberian layanan yang “sebenarnya”. Menurut Hoffman dan Bateson (2006, p334), tujuan dari perusahaan jasa adalah untuk menutup adanya kesenjangan pelayanan atau paling tidak dengan mempersempitnya sedapat mungkin. Dalam jasa, pelanggan dapat mengevaluasi proses layanan beserta hasil yang diperolehnya. Gap analysis ini dapat digunakan untuk mengetahui kondisi sebenarnya yang berjalan di perusahaan tersebut yang kemudian dibandingkan dengan sumber daya yang ada di perusahaan tersebut. Secara konseptual, proses kualitas pelayanan dapat diperiksa dalam gap antara harapan dan kinerja yang ada pada manajemen, karyawan, dan pelanggan. Untuk masalah kualitas jasa, menurut Hoffman dan Bateson (2006, p335), gap analysis dapat diukur dari suatu perspektif kualitas jasa, yaitu : 1. Service gap, yaitu menyatakan bahwa terdapat selisih antara harapan pelanggan terhadap suatu layanan atau jasa dan kinerja layanan perusahaan yang diperoleh pelanggan. 2. Knowledge gap, yaitu perbedaan antara layanan apa yang diharapkan oleh pelanggan dan persepsi layanan yang dirasakan oleh manajemen dari ekspektasi pelanggan. 3. Standards gap, yaitu kesenjangan antara apa yang manajemen rasakan dari harapan pelanggan dan pengaturan spesifikasi kualitas untuk penyampaian layanan tersebut. 4. Delivery gap, yaitu kesenjangan yang terjadi antara pengaturan spesifikasi kualitas untuk penyampaian layanan dan kualitas penyampaian sebenarnya yang diterima oleh pelanggan. 38 5. Communication gap, yaitu kesenjangan antara kualitas jasa yang disampaikan sebenarnya dan kualitas jasa yang dikomunikasikan sebelumnya melalui eksternal perusahaan, misal iklan atau brosur. Pada umumnya gap analysis mengacu pada aktivitas menganalisis perbedaan antara standar-standar yang ada dan penyampaian standard-standar tersebut [http 3]. Untuk menganalisis kesenjangan dari perspektif kualitas jasa dilakukan implementasi berdasarkan identifikasi pengharapan pelanggan, identifikasi pengalaman pelanggan dan identifikasi persepsi manajemen. Ukuran kepuasan pelanggan dan kualitas jasa didapatkan dari membandingkan antara persepsi dan harapan pelanggan terhadap kualitas jasa yang disampaikan oleh perusahaan. Pertama-tama dengan melakukan identifikasi harapan pelanggan yang dapat dimulai dari membentuk suatu focus group yang terdiri dari beberapa pelanggan dan mencatat keinginan dan kebutuhan mereka terhadap pelayanan atau dari segi peningkatan produk atau jasa hingga akhirnya sampai kepada kepuasan pelanggan. Hasil dari dua bagian tersebut, kemudian dibandingkan untuk mencapai “gap score” dari masing-masing dimensi. Semakin besar gap yang ada, berarti semakin jauh persepsi pelanggan dari harapan pelanggan sendiri, dan semakin rendah evaluasi kualitas jasanya. Namun sebaliknya, semakin kecil gap yang ada, berarti semakin tinggi evaluasi kualitas jasanya, serta persepsi pelanggan dapat melebihi harapan pelanggan. 2.6 Populasi dan Sample 2.6.1 Definisi Populasi (Riduwan dan Kuncoro, 2007, p38) merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu dimana 39 berkaitan dengan masalah penelitian. Sampel (Riduwan dan Kuncoro, 2007, p49) adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Dengan kata lain, sampel merupakan sebagian atau perwakilan dari populasi sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada populasi. 2.6.2 Teknik Sampling Teknik penarikan sampel (Riduwan dan Kuncoro, 2007, p40) adalah cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Pada umumnya, teknik sampling dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Probability Sampling Adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi yang menjadi sampel. 2. Nonprobability Sampling Adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang yang sama sebagai sampel. 2.6.3 Jumlah sampel Adapun rumus untuk menentukan jumlah sampel dari populasi dengan rumus Slovin (Riduwan, 2006, p65). n= N N .d 2 + 1 Keterangan : n = sampel N = populasi d = nilai presisi atau tingkat kesalahan (0,05) 40 2.6.4 Teknik Pengukuran Sampel Berdasarkan Riduwan dan Kuncoro (2007, p19), berikut merupakan dua skala sikap yang dapat diukur seperti : 1. Skala Likert. Skala Likert biasanya digunakan untuk mengukur sikap, persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial, contohnya mengukur tingkat kepuasan. 2. Skala Guttman. Skala ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten terhadap suatu permasalahan, karena hanya terdiri dari dua jawaban (contohnya ya dan tidak). 2.6.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Riduwan dan Kuncoro (2007, p216) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahan pada suatu alat ukur misalnya kuesioner. Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan (Riduwan dan Kuncoro, 2007, pp220-221). 2.7 Jasa (Service) 2.7.1 Pengertian Jasa Berikut ada dua pendekatan yang menangkap esensi kata itu menurut Lovelock dan Wright (2002, p6) : Pertama, jasa adalah suatu tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain. Walaupun proses tersebut dapat dikaitkan dengan suatu produk fisik, kinerja pada dasarnya tidak berwujud. Kedua, jasa adalah kegiatan ekonomi 41 yang menciptakan nilai dan memberikan manfaat bagi pelanggan pada waktu dan tempat tertentu sebagai objek penerima layanan. Menurut Tjiptono (2005, p23), jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Contohnya antara lain : bengkel reparasi, kursus, lembaga pendidikan, jasa telekomunikasi, transportasi, dan lain-lain. 2.7.2 Karakteristik Jasa Jasa memiliki empat karakteristik utama yang membedakannya dari barang, yaitu: 1. Intangibility, jasa bersifat tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Konsep intangible pada jasa berarti sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa; sesuatu yang tidak dapat dengan mudah didefinisikan, diformulasikan, atau dipahami secara rohaniah. Pelanggan yang bersangkutan tidak lantas memiliki jasa yang dibelinya. Oleh karena itu, para pelanggan dapat memperhatikan tanda-tanda atau bukti kualitas jasa tersebut dengan menyimpulkan kualitas jasa dari tempat (place), orang (people), peralatan ( equipment), bahan-bahan komunikasi (communication materials), simbol, dan harga. 2. Inseparability, jasa bersifat tidak dapat dipisahkan, pada umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. 3. Variability, jasa bersifat sangat variabel, banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tegantung kepada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan. 4. Perishability, jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. 42 2.7.3 SERVQUAL Terdapat dua variabel yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu jasa yang dirasakan (perceived service) dan jasa yang diharapkan (expected service). Jika jasa yang dirasakan lebih sedikit daripada yang diharapkan, maka para pelanggan akan tidak tertarik pada penyedia jasa yang bersangkutan. Namun jika yang terjadi adalah sebaliknya, jasa yang dirasakan melebihi yang diharapkan, maka akan ada kemungkinan para pelanggan akan menggunakan penyedia jasa tersebut lagi. Menurut Rangkuti (2002, p28), kualitas jasa didefinisikan sebagai penyampaian jasa yang akan melebihi tingkat kepentingan pelanggan. Jenis kualitas yang digunakan untuk menilai kualitas jasa yaitu : 1. Kualitas teknik (outcome), adalah kualitas hasil kerja penyamapaian jasa itu sendiri. 2. Kualitas pelayanan (proses), adalah kualitas cara penyampaian jasa tersebut. Pengukuran kualitas jasa yang umumnya digunakan adalah dengan skala SERVQUAL. Menurut Hoffman dan Bateson (2006, p341), SERVQUAL adalah suatu alat diagnosa yang mengukur harapan dan persepsi pelanggan untuk dapat mengungkapkan kelemahan dan kekuatan perusahaan dalam area kualitas jasa. Instrumen SERVQUAL terdiri dari dua bagian, yaitu pertama, bagian yang mencatat harapan pelanggan terhadap keunggulan perusahaan dalam industri jasa, yang kedua, bagian yang mengukur persepsi pelanggan terhadap perusahaan tersebut. Harapan pelanggan diukur dengan penggunaan skala prioritas dimana labelnya adalah tidak penting sama sekali hingga penting sekali. Demikian pula, persepsi pelanggan diukur dengan skala prioritas dengan labelnya yaitu sangat setuju hingga sangat tidak setuju. 43 2.7.4 Dimensi SERVQUAL pada Pelanggan Parasuraman et al (Chaffey, 2009, p536) mengusulkan bahwa dimensidimensi kualitas layanan ini merupakan pertimbangan pelanggan terhadap tingkat kualitas layanan yang diharapkan dan diberikan oleh penyedia jasa, antara lain : 1. Tangible (kasat mata) – untuk mengukur penampilan fisik, visual yang menarik dari fasilitas. 2. Reliability ( keandalan) – kemampuan untuk melakukan layanan/jasa dengan konsisten dan akurat. 3. Responsiveness (daya tanggap) – kesudian untuk membantu pelanggan dan menyediakan layanan dengan segera. 4. Assurance (jaminan) – pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuan karyawan yang dapat menyampaikan kepercayaan dan percaya diri. 5. Empathy (empati) – kemampuan menyediakan kepedulian, perhatian individual terhadap kebutuhan pelanggan. SERVQUAL dari Valarie A. Zeithaml, A. Parasuraman, dan Leonard L. Nerry adalah teknik yang digunakan untuk melakukan analisis kesenjangan dari kualitas kinerja pelayanan suatu organisasi dengan harapan kualitas pelayanan yang dibutuhkan. Hasil analisis kesenjangan digunakan untuk memprioritaskan atribut yang relatif penting dari persepsi pelanggan. 2.7.5 Indikator Pernyataan SERVQUAL Berdasarkan Hoffman dan Bateson (2006, pp342-346), berikut merupakan pernyataan yang digunakan untuk mengukur kualitas jasa pelayanan pada suatu perusahaan melalui pendekatan oleh pelanggan yang menggunakan jasa perusahaan 44 tersebut. Indikator-indikator yang ada disesuaikan berdasarkan sub variabel atau dimensi dari variabel service quality. Tabel 2.2 Indikator Pernyataan SERVQUAL Sub Variabel / Variabel Indikator Dimensi Tangible Service XYZ company has modern-looking equipment. quality XYZ company’s physical are visually appealing. XYZ company’s employees appear neat Materials associated with the service (such as pamphlets or statements) are visually appealing at XYZ company Reliability When XYZ company promises to do something by a certain time, it does so When you have a problem, XYZ company shows a sincere interest in solving it XYZ company performs the service right the first time XYZ company provides its services at the time it promises to do so. XYZ company insists on error-free records Responsiveness XYZ company keeps customers informed about when services will be performed Employees in XYZ company provide you prompt service Employees in XYZ company are always willing to help you Employees in XYZ company are never too busy to respond to your request Assurance The behavior of employees in XYZ company instills confidence in you You feel safe in doing transactions with in XYZ company Employees in XYZ company are always courteous to you Employees in XYZ company have the knowledge to answer your questions Empathy XYZ company gives you individual attention Employees in XYZ company give you personal attention XYZ company has your best interests at heart Employees in XYZ company understand your specific needs XYZ company has operating hours that are convenient to all its customers Sumber : Hoffman dan Bateson(2006, pp342-346) 45 2.7.6 Matriks Importance and Performance Matriks ini menggambarkan tingkat kepentingan bagi pelanggan, yang dikaitkan dengan pentingnya variable dengan kenyataan yang dirasakan. Dari berbagai tingkat persepsi kepentingan pelanggan, dapat dirumuskan tingkat kepentingan yang paling dominan, yang bertujuan untuk menangkap persepsi yang lebih jelas mengenai pentingnya variabel tersebut pada pelanggan (Rangkuti, 2002, pp109). Menurut Rangkuti (2002, pp112-113) , matriks ini terdiari dari empat kuadran, yaitu : a. Kuadran I, terletak di sebelah kiri atas (attributes to improve) Faktor-faktor yang dianggap penting oleh pelanggan tetapi pada kenyataannya factor-faktor ini belum sesuai dengan yang diharapkan, karena tingkat kepuasan yang diperoleh sangat rendah. Perusahaan harus melakukan perbaikan terus menerus sehingga kinerja (performance) faktor tersebut meningkat. b. Kuadran II, terletak di sebelah kanan atas (maintain performance) Faktor yang dianggap penting oleh pelanggan dan sudah sesuai dengan yang dirasakan oleh pelanggan sehingga tingkat kepuasan relative tinggi. Faktor tersebut harus dipertahankan karena merupakan keunggulan di mata pelanggan. c. Kuadran III, terletak di sebelah kiri bawah (attributes to maintain) Faktor yang dianggap kurang penting bagi pelanggan, dan kinerjanya juga tidak terlalu istimewa. Peningkatan pada variabel ini perlu dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya sangat kecil terhadap manfaat yang dirasakan oleh pelanggan. 46 d. Kuadran IV, terletak di sebelah kanan bawah (main priority) Faktor yang kurang penting bagi pelanggan, namun tingkat kinerjanya tinggi atau bahkan berlebihan. Faktor tersebut dapat dikurangi agar perusahaan dapat menghemat biaya. Gambar 2.5 Matriks Importance & Performance Sumber : Rangkuti (2002, p111) 2.8 Analisis dan Perancangan Sistem 2.8.1 Pengertian Analisis Sistem Mengutip dari Bennett et al. (2006, p372), aktivitas analisis dikarakteristikan sebagai menanyakan apa yang terjadi pada sistem saat ini dan apa yang dibutuhkan di sistem baru. Analisis sistem adalah proses pencarian untuk memahami organisasi, menginvestigasi kebutuhannya dan kemudian membuat modelnya. Hasil dari aktivitas analisis sistem adalah sebuah spesifikasi tentang sistem yang diusulkan tersebut akan melakukan apa berdasarkan kebutuhan-kebutuhan. 47 2.8.2 Pengertian Perancangan Sistem Bennett et al. (2006, p372) menyatakan bahwa perancangan adalah menghasilkan suatu solusi disesuaikan dengan kebutuhan yang telah dianalisis. Aktivitas perancangan bersangkutan dengan menspesifikasikan bagaimana sistem baru akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. 2.9 Object Oriented 2.9.1 Pengertian Object Selama analisis, objek akan digunakan untuk mengorganisasikan pemahaman mengenai konteks sistem, dan selama perancangan. Objek akan digunakan untuk mengerti dan menggambarkan sistem itu sendiri. Menurut Mathiassen et al. (2000, p4), objek adalah suatu entitas dengan identitas, state, dan behavior. Tujuan objek (Bennett et al., 2006, p70) adalah mengenalkan pengertian terhadap dunia nyata dan menyediakan dasar praktek bagi implementasi komputer. Berikut merupakan kekuatan utama dari analisis dan perancangan berorientasi pada objek (Mathiassen et al.,2000, p5), yaitu : 1. Menyediakan informasi yang jelas mengenai konteks sistem. Dalam analisis, suatu objek adalah abstraksi dari fenomenda di dalam konteks sistem, misalnya seorang pelanggan. Dalam perancangan, suatu objek adalah bagian dari sistem, misalnya sistem dapat mengelola dan menyimpan data pelanggan yang spesifik. 2. Menghasilkan hubungan yang dekat antara analisis, perancangan dan antarmuka berorientasi objek. Dalam analisis, pengembang menggunakan objek untuk menentukan kebutuhan sistem. Dalam perancangan, pengembang menggunakan objek untuk menggambarkan sistem itu sendiri. 48 2.9.2 Unified Modeling Language (UML) Notasi terstandarisasi yang akan digunakan dalam proses pengembangan berbasis objek adalah UML. Menurut Bennett et al. (2006, p110), diagram merupakan representasi grafikal dari sekumpulan elemen dalam model suatu sistem. Diagram dapat mengilustrasikan atau mendokumentasikan beberapa aspek dari sistem. Menurut Bennett et al. (2006, p108), UML terdiri dari bahasa grafikal untuk mewakili konsep yang dibutuhkan dalam pengembangan suatu sistem informasi berorientasi pada objek. UML menyediakan kebutuhan notasi dari proses pengembangan berorientasi pada objek, dari analisis ke deskripsi perancangan yang detil. 2.9.2.1 Rich Picture Rich picture digunakan selama pemilihan sistem untuk mengekspresikan persepi secara keseluruhan dari tugas yang dihadapi projek pengembangan sistem. Berdasarkan Mathiassen et al. (2000, pp26-28), rich picture adalah gambaran informal yang mewakili pemahaman illustrator mengenai suatu situasi. Untuk menggambar rich picture, diperlukan entitas-entitas penting seperti orang, objek fisik, tempat, organisasi, peran, dan tugas. Gambar tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk membantu pengembang sistem secara jelas dalam mengorganisasikan pemahaman pengembang. 2.9.2.2 Class Diagram Dalam UML, model analisis fundamental adalah use case dan class diagram, dan kemudian menjadi suatu tulang punggung dari perancangan dimana model 49 perancangan lain diturunkan dari kedua diagram, baik secara langsung maupun tidak langsung (Bennett et al., 2006, p86). Class (Bennett et al., 2006, p71) adalah suatu konsep yang menggambarkan sekumpulan objek yang dispesifikasikan dalam cara yang sama. Menurut Mathiassen et al. (2000, p51-53), objek merupakan suatu entitas dengan identitas, keadaan, dan perilaku, dimana event merupakan suatu kejadian yang langsung dan melibatkan satu atau lebih objek, sedangkan class merupakan deskripsi dari kumpulan objek yang memiliki kesamaan dalam struktur, pola tingkah laku, dan atribut. Dalam aktivitas struktur, menurut Mathiassen et al. (2000, p69) harus berfokus pada hubungan class dan objek. Hasil dari aktivitas struktur ini adalah class diagram yang menyediakan pandangan problem-domain dengan menggambarkan semua hubungan struktural antara class dan objek di dalam model yang ada. Konsep yang terdapat pada aktivitas struktur antara lain : 1. Class structure, a. Generalization, yaitu class umum (super class) yang menggambarkan properties berdasarkan pada kumpulan class khusus (sub class). b. 2. Cluster, yaitu kumpulan class yang saling terkait. Object structure, a. Aggregation, yaitu objek superior (keseluruhan) yang terdiri dari sejumlah objek (sebagian). b. Association, yaitu hubungan yang memiliki arti antara sejumlah objek. 50 Gambar 2.6 Notasi Class Diagram Sumber : Mathiassen et al(2000, p337) 2.9.2.3 Use Case Diagram Menurut Mathiassen et al. (2000, p119), use case bertujuan untuk menentukan bagaimana aktor berinteraksi dengan sebuah sistem, dimana aktor adalah abstraksi dari pengguna atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem target, dan use case adalah suatu pola untuk interaksi antara sistem dan aktor dalam application domain. Bennett et al. (2006, p145) menyatakan bahwa use case adalah deskripsi atas fungsionalitas sistem dari perspektif pengguna. Diagram use case digunakan untuk menunjukkan fungsionalitas bahwa sistem akan menyediakan dan menunjukkan pengguna yang mana yang akan berkomunikasi dengan sistem tersebut dalam beberapa cara untuk menggunakan fungsionalitas sistem. Schneider dan Winters (2001, pp27-29) menyatakan setiap use case memiliki detil tentang apa yang dilakukan untuk mencapai fungsionalitasnya, antara lain: 1. Precondition, yaitu kondisi sistem yang seperti apa sebelum use case dimulai. 2. Postcondition, yaitu bagaimana kondisi sistem tersebut setelah use case terjadi. 51 3. Flow of events, yaitu serangkaian pernyataan deklaratif tahap kegiatan dalam use case. Dalam flow of events terdapat basic path (ketika semua berjalan baik), dan alternative path (menunjukkan adanya pilihan di luar basic path). Adapun dua jenis hubungan yang dapat ditunjukkan pada use case dalam use case diagram, yaitu extend dan include. Extend digunakan ketika ingin menunjukkan apabila suatu use case menyediakan fungsionalitas tambahan yang diperlukan oleh use case lain (Bennett et al., 2006, p148). Include digunakan ketika terdapat urutan perilaku yang sering digunakan pada sejumlah use case, dimana satu use case meliputi aksi yang dijelaskan di use case lain (Bennett et al., 2006, p149). Gambar 2.7 : Notasi Use Case Diagram Sumber : Bennett et al. (2006, p150) 2.9.2.4 Sequence Diagram Bennett et al (2006, p145) menyebutkan sequence diagram adalah ekuivalen secara semantik kepada diagram komunikasi untuk interaksi yang sederhana. Suatu interaksi menspesifikasikan pola komunikasi antara kumpulan objek atau sistem 52 yang berpartisipasi dalam suatu kolaborasi. Sequence diagram menunjukan interaksi antara objek yang tersusun dalam waktu yang berurutan. Berdasarkan Mathiassen et al (2000, p341), interaksi dapat digambarkan dengan pesan (message) yang dikirim di antara objek. Beberapa interaksi spesifik (interaction operator) menurut Bennett et al (2006, pp263-270) yang dapat digunakan adalah: 1. Alt (Alternatives): bertindak sebagai mewakili alternatif behaviour yang ada, dimana setiap behaviour ditampilkan dalam operasi yang terpisah. 2. Opt (Option): menjelaskan pilihan tunggal atas operasi yang hanya akan dilakukan apabila batasan interaksi bernilai true. 3. Loop: digunakan untuk mengindikasikan suatu operasi yang dilakukan berulang secara berkali-kali sampai batasan interaksi untuk perulangan berakhir. 4. Ref (Reference): digunakan untuk melakukan pemodelan interaksi yang menggunakan lebih dari satu sequence diagram. 53 Gambar 2.8 : Contoh Sequence Diagram Sumber : Mathiassen et al. (2000, p340) 2.9.2.5Navigation Diagram Menurut Mathiassen et al. (2000, p344), navigation diagram adalah jenis khusus dari statechart diagram yang berfokus pada keseluruhan dinamika dari user interface. Navigation diagram menunjukkan participating windows dan transisi antar windows. Navigation diagram (Mathiassen et al., 2000, p159) terdiri dari gambar dari setiap window, dan terdapat panah yang menunjukkan bagaimana menggunakan tombol dan pemilihan-pemilihan lainnya akan mengaktivasikan fungsi atau membuka window lain. 54 Gambar 2.9 Notasi Navigation Diagram Sumber : Mathiassen et al. (2000, p344) 2.9.3 Interface Mathiassen et al. (2000, p151) menyebutkan bahwa interface digunakan oleh aktor untuk berinteraksi dengan suatu sistem. Interface menghubungkan sistem kepada semua aktor yang relevan dalam konteks tersebut. Interface didefinisikan sebagai fasilitas yang membuat model dan fungsi sistem yang tersedia untuk aktor. Terdapat dua tipe interface, yaitu : 1. User interface, merupakan gaya dialog dan bentuk presentasi, daftar lengkap dari elemen-elemen antarmuka pengguna, diagram-diagram window yang dipilih, dan diagram navigasi. 2. System interface, merupakan class diagram untuk pihak eksternal dan protocol untuk interaksi dengan sistem-sistem lain. 55 Elemen user-interface harus menghadirkan model dan fungsi kepada user dengan cara dan jalan yang dapat dimengerti, sehingga dapat diadaptasikan dengan pekerjaan user. 2.10 Kerangka Berpikir Kerangka pikir dalam penulisan skripsi dilakukan dengan memberikan gambaran umum perusahaan, kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisis kondisi bisnis yang berjalan baik secara proses bisnis keseluruhan juga analisis seperti mengenai pelayanan informasi kualitas pelayanan pelanggan. Seiring berjalan analisis proses bisnis berjalan tersebut juga terdapat penentuan segmentasi, targeting, positioning mengenai pelanggan perusahaan yang bersumber dari perusahaan dan analisis yang dilakukan, serta menerapkan analisis gap yang dilakukan dengan pendekatan SERVQUAL pada pelanggan yaitu menganalisis importance dan performance berdasarkan lima dimensi SERVQUAL yang diturunkan ke dalam beberapa indikator pernyataan yang telah diuji dalam bentuk kuesioner. Kemudian hasil analisis tersebut dituangkan ke dalam kondisi permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan yang berkaitan dengan pelanggan sehingga penentuan usulan sistem yang diberikan terhadap pemecahan masalah yaitu berupa pengembangan e-CRM pada PT. TA yang dapat dirancang dengan penggambaran beberapa UML diagram yang mendukung terhadap hasil rancangan tersebut. 56 Gambaran umum perusahaan Analisis STP Proses Bisnis Berjalan Analisis Gap pada SERVQUAL Masalah yang dihadapi Fitur/Solusi e-CRM Acquire Enhance Retain Perancangan sistem e-CRM yang diusulkan Class Diagram Use Case Diagram Sequence Diagram User Interface Navigation Diagram Gambar 2.10 Kerangka Berpikir