BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bidan 1. Pengertian Bidan Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian dengan persyaratan yang berlaku dan mempunyai kualifikasi agar mendapatkan lisensi untuk praktek kebidanan (Sofyan, 2006, hlm 125) Menurut IBI (Ikatan Bidan Indonesia), Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku, dicatat, diberi ijin secara sah untuk menjalankan praktik. Dari tahun ketahun permintaan masyarakat terhadap peran aktif bidan dalam memberikan pelayanan terus meningkat. Ini merupakan bukti bahwa eksistensi bidan ditengah masyarakat semakin memperoleh kepercayaan, pengakuan, dan penghargaan. Berdasarkan hal inilah, bidan dituntut untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuan sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kemampuannya. 2. Tanggung Jawab Bidan Sebagai tenaga profesional, bidan memikul tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Seorang bidan harus dapat mempertahankan tanggung jawabnya bila terjadi gugatan terhadap tindakan yang dilakukannya. Universitas Sumatera Utara Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan. Pengaturan tenaga kesehatan ditetapkan di dalam undang-undang dan peraturan pemerintah. Tugas dan kewenangan bidan serta ketentuan yang berkaitan dengan kegiatan praktik bidan diatur dalam peraturan atau keputusan menteri kesehatan. Bidan harus dapat mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan yang dilakukannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setiap bidan memiliki tanggung jawab memelihara kemampuan profesionalnya. Oleh karena itu, bidan harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan mengikuti pelatihan, pendidikan berkelanjutan, seminar, serta pertemuan ilmiah lainnya. Setiap bidan diharuskan mendokumentasikan kegiatannya dalam bentuk catatan tertulis. Catatan bidan mengenai pasien yang dilayaninya dapat dipertanggungjawabkan bila terjadi gugatan. Catatan yang dilakukan bidan dapat digunakan sebagai bahan laporan untuk disampaikan kepada atasannya. Bidan memiliki kewajiban memberi asuhan kepada ibu dan anak yang meminta pertolongan kepadanya. Ibu dan anak merupakan bagian dari keluarga. Oleh karena itu, kegiatan bidan sangat erat kaitannya dengan keluarga. Tanggung jawab bidan tidak hanya pada kesehatan ibu dan anak, tetapi juga menyangkut kesehatan keluarga. Bidan harus menerima tanggung jawab keprofesian yang dimilikinya. Oleh karena itu, ia harus mematuhi dan berperan aktif dalam melaksanakan asuhan kebidanan sesuai Universitas Sumatera Utara dengan kewenangan dan standar keprofesian. Untuk mengembangkan kemampuan keprofesiannya, bidan harus mencari informasi tentang perkembangan kebidanan melalui media kebidanan, seminar, dan pertemuan ilmiah lainnya. B. Kepatuhan 1. Kepatuhan Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan nasehat medis atau kesehatan. Dengan menggambarkan penggunaan obat sesuai petunjuk pada resep serta mencakup penggunaannya pada waktu yang benar (Siregar, 2006) Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang artinya taat. Kepatuhan adalah perilaku pasien dalam melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang diasarankan dokter atau oleh orang lain (Arisman, 2004) Tingkat kepatuhan adalah pengukuran pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan. Perhitungan tingkat kepatuhan dapat dikontrol bahwa pelaksanan program telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan standart. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan bidan dalam melaksanakan asuhan standar minimal 7T yaitu a) Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terjadi melalui pengindraan manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, Universitas Sumatera Utara penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia dieroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmojo, 2007) b) Pendidikan Latar belakang pendidikan bidan juga sangat berpengaruh terhadap kepatuhan bidan di dalam melaksanakan asuhan standar minimal 7T pada pelayanan antenatal, dan dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif, seperti penggunaan buku dan lainlain (Niven, 2002) Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah diselesaikan oleh seseorang. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas manusia. Kemampuan tersebut harus dikembangkan secara bersamasama sehingga terbentuk manusia seutuhnya secara harmonis. Menurut konsep Amerika, pendidikan diperlukan untuk memperoleh keterampilan yang dibutuhkan manusia dalam hidup bermasyarakat. Kondisi tingkat pendidikan dapat menentukan tingkat partisipasi bidan di dalam berperan serta meningkatkan kesehatan masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat semakin tinggi tingkat perhatian terhadap masalah kesehatan (Syahlan, 2002) c) Pengalaman Kerja WHO mengatakan bahwa pengetahuan diturunkan atau diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman dari orang lain. Pengalaman bekerja seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan memiliki kaitan terhadap hasil Universitas Sumatera Utara kerja yang dilakukan. Semakin lama seseorang melakukan bidang kerja tertentu diharapkan bahwa hasil kerjanya semakin baik (Notoadmodjo, 2003) Bagi sebagian dewasa muda, terutama mereka yang kurang mempunyai pengalaman kerja dan bahkan belum pernah bekerja sering mengalami banyak kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang diembannya. Orang dewasa muda yang mempunyai cukup pengalaman kerja dapat memperoleh kepuasan lebih jauh sesuai dengan pekerjaan yang dipilih dibandingkan dengan mereka yang kurang mempunyai pengalaman. C. 1. Asuhan Standar Minimal 7T pada pelayanan antenatal Pengertian Asuhan Standar Minimal 7T Pelayanan atau standar asuhan antenatal care 7T yang diberikan pada pemeriksaan kehamilan, oleh tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar. Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seseorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar kemungkinan akan mengalami kehamilan. Selama pertumbuhan dan perkembangan dari bulan ke bulan diperlukan kemampuan seorang ibu hamil untuk beradaptasi dengan perubahan–perubahan yang terjadi pada fisik dan mentalnya (Mandriwati, 2007). Pelayanan antenatal care terpadu merupakan pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang Universitas Sumatera Utara berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat (Kementerian Kesehatan RI, 2012). Dalam pelayanan antenatal terpadu, bidan yakin bahwa kesehatan secara menyeluruh, meliputi pemberian informasi yang relevan dan objektif, konseling, serta memfasilitasi klien yang menjadi tanggung jawabnya. Asuhan harus diberikan dengan keyakinan bahwa dengan dukungan dan perhatian, perempuan akan bersalin dengan aman dan selamat. Oleh karena itu, asuhan kebidanan harus aman, memuaskan, menghormati, serta memberdayakan perempuan dan keluarga. (Sunarsih, dkk, 2011) Setiap kehamilan merupakan peristiwa alamiah, peran bidan mendampingi, memberi asuhan, mendeteksi agar kehamilan yang fisiologis tidak bergeser menjadi patologis. Kehamilan melibatkan perubahan fisik, emosional maupun sosial. Kehamilan yang normal akan menghasilkan bayi yang sehat, lahir cukup bulan, kesejahteraan ibu dan janin baik, sehingga mampu melalui persalinan dan nifas yang baik, tanpa komplikasi dan ibu sesehat-sehatnya postpartum. (Wahyuningsih, 2009) Kebijakan program kunjungan/pemeriksaan kehamilan dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan, sesuai dengan anjuran WHO, yaitu : (Heni puji, 2009). b. Satu kali pada trimester pertama. c. Satu kali pada trimester kedua. d. Dua kali pada trimester ketiga. Universitas Sumatera Utara 2. Tujuan Pelayanan Antenatal Care Tujuan asuhan antenatal adalah memantau perkembangan kehamilan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan perkembangan janin normal. Setiap kemungkinan mempunyai kemungkinan untuk dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi, sehingga memerlukan pemantauan selama kehamilan. Asuhan pada ibu hamil secara keseluruhan mengupayakan kehamilan yang sehat bagi ibu dan janin. Penting bagi bidan atau tenaga kesehatan untuk secara kritis mengevaluasi dampak fisik, psikologis, dan sosiologis kehamilan terhadap ibu dan keluarganya. Serta mengembangkan persiapan persalinan dan kesiagaan menghadapi komplikasi. Adapun tujuan asuhan kehamilan tersebut adalah : a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang ibu dan tumbuh kembang bayi. b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi. c. Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan. d. Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. e. Mempersiapkan agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (JNPKKR/POGI,2002:90) Universitas Sumatera Utara 3. Standar Pelayanan antenatal care 7T Pelayanan atau standar asuhan antenatal care 7T yang diberikan pada pemeriksaan kehamilan, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar yaitu : (Kementrian Kesehatan RI, 2012) a. Timbang berat badan. Timbang berat badan merupakan ukuran yang terpenting, penimbangan berat badan pada setiap kunjungan antenatal harus dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Pertumbuhan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin. b. Ukur tekanan darah. Pengukuran tekanan darah pada pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklamsi (hipertensi disertai edema wajah atau tungkai bawah, dan protein urin). Tekanan darah diastolik merupakan indikator untuk prognosis penanganan hipertensi dalam kehamilan. Tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan tidak dipengaruhi oleh keadaan emosi pasien (seperti pada tekanan sistolik). (Kusmiyati, 2010). Tekanan darah biasa normal kecuali bila ada kelainan. Bila tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih, mintalah ibu berbaring miring ke kiri kemudian ukurlah tekanan darahnya. Bila tekanan darah tetap tinggi Universitas Sumatera Utara menunjukkan ibu menderita preeklampsia yang harus dirujuk ke dokter. Bila ibu menderita preeklampsia maka pemeriksaan tekanan darah dilakukan setiap minggu dan dianjurkan merencanakan kelahiran di Rumah Sakit. (Mufdlilah, 2009) c. Ukur tinggi fundus uteri. Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika fundus uteri tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran tinggi fundus uteri menggunakan pita pengukur (pita centimeter) setelah kehamilan 24 minggu. d. Pemberian imunisasi TT lengkap. Imunisasi TT adalah imunisasi yang diberikan kepada ibu hamil untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum. Ibu hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kunjungan antenatal pertama, pemberian imunisasi TT pada ibu hamil sesuai dengan status imunisasi T ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapat perlindungan terhadap infeksi tetatus. Ibu hamil dengan status T5 (TT Long Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi. Jadwal pemberian imunisasi, yaitu : (Wahyuningsih, dkk, 2009). Universitas Sumatera Utara Jadwal Pemberian Imunisasi : INTERVAL ANTIGEN Lama Perlindungan ( Selang Waktu Minimal ) Kunjungan pertama TT 1 0 tahun Trimester pertama TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 25 tahun atau seumur TT 5 1 tahun setelah TT 4 hidup Sumber : Rukiyah, dkk (2009) e. Pemberian tablet besi Pemberian tablet besi adalah sebesar 60 mg dan asam folat 500mg adalah kebijakan program pelayanan antenatal dalam upaya untuk mencegah anemi dan untuk pertumbuhan otak bayi, sehingga mencegah kerusakan otak pada bayi. Setiap ibu hamil harus mendapat tablet tambah darah (tablet zat besi) dan asam folat minimal 90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak pemeriksaan pertama. Tablet sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi karena akan mengganggu penyerapan. Jika ditemukan/diduga anemia berikan 2-3 tablet zat besi per hari. Selain itu untuk memastikannya dilakukan pemeriksaan darah hemoglobin untuk mengetahui kadar Hb yang dilakukan 2 kali selama masa kehamilan yaitu pada saat kunjungan awal dan pada usia kehamilan 28 minggu. Universitas Sumatera Utara f. Tes PMS (Penyakit Menular Seksual) Menganjurkan untuk pemeriksaan Infeksi Menular Seksual lain pada kecurigaan adanya resiko IMS g. Temu wicara (konseling) Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi : 1) Kesehatan Ibu Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin ketenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9 -10 jam per hari) dan tidak bekerja keras. 2) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi dua kali sehari dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan. 3) Peran Suami/Keluarga Dalam Kehamilan Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga, atau masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan, dan calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan. Universitas Sumatera Utara 4) Tanda Bahaya Pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenal tanda – tanda bahaya baik selama kehamilan, persalinan, maupun nifas misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas. Mengenal tanda – tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan. 5) Asupan Gizi Seimbang Selama hamil ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk mencegah terjadinya anemia pada kehamilannya. 6) Gejala Penyakit Menular dan Tidak Menular Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala – gejala penyakit menular dan penyakit tidak menular karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya. 7) Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan Pemberian ASI Eksklusif Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan. Universitas Sumatera Utara 8) KB (Keluarga Berencana) Paska Persalinan Ibu hamil diberikan pengarah tentang pentingnya ikut KB setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga. .4. Kebijakan Program Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan. a. Kunjungan trimester 1 Trimester pertama berlangsung dari hari pertama haid terakhir (HPHT) sampai usia kehamilan 12 minggu. Umumnya ibu hamil baru memeriksakan kehamilannya ketika berusia 6 minggu, karena pada saat itulah kebanyakan ibu hamil baru menyadari akan kehamilannya. Ada juga yang sudah menyadari sejak 4 minggu atau malah setelah 8 minggu. Adapun pelayanan yang diberikan oleh tenaga keshatan pada trimester iniadalah anamnesa. Anamnesa adalah wawancara yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan ibu hamil untuk memperoleh data yang diperlukan dalam mengidentifikasi dan merencanakan tindakan perawatan. Selain itu identitas calon ibu dan pasangannya, juga akan dikumpulkan informasi yang berkaitan dengan kehamilan, seperti : lama terlambat haid, HPHT, perubahan yang dirasakan calon ibu, riwayat kehamilan sebelumnya (jika bukan kehamilan yang pertama), pernah atau tidak keguguran, operasi saesar, hamil diluar kandungan, penyakit keluarga maupun penyakit yang sedang diderita seperti jantung, kencing manis, hipertensi, asma, kebiasaan Universitas Sumatera Utara hidup tidak sehat seperti minum alkohol, merokok, drug abuse (obat-obatan terlarang), dan lain-lain. Semua informasi tersebut akan dicacat dalam buku rekam medis, seperti : perubahan pada ibu, mual muntah, pusing dan hasil pemeriksaan fisik. b. Kunjungan Trimester Kedua Kunjungan pada trimester kedua usia kehamilan ibu lebih dari 12 minggu yang akan berlangsung hingga usia kehamilan 28 minggu. Boleh dikatakan trimester kedua merupakan tahapan yang paling nyaman. Hampir semua keluhan menghilang dan selera makan ibu kembali normal. Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pemeriksaan fisik pada trimester pertama, ibu akan ditimbang berat badannya, diukur tekanan darahnya, denyut nadinya. Untuk berat badan pada 3 bulan pertama, kenaikannya berkisar 1-2,5 kg. Mulai trimester kedua ini, peningkatan berat badan lebih dari 500 gram/minggu (2.000 gram/minggu) harus diwaspadai karena merupakan indikasi preeklamsi. Sedangkan berat badan menetap atau menurun biasa menyebabkan adanya gangguan pertumbuhan pada janin. Oleh sebab itu pemeriksaan berat badan sangat penting dilakukan seperti halnya pengukuran tekanan darah. Disebut hipertensi apabila tekananan darah 140/90 mmHg atau lebih, hipertensi ini berbahaya karena pembuluh darah menyempit sehingga asupan makanan ke bayi akan terhambat dan pertumbuhan janin juga akan terhambat (Solahuddin, 2009). Perubahan fisik pada trimester kedua yaitu kehamilan ibu semakin kelihatan seiring dengan perkembangan janin perut ibu semakin besar. Agar Universitas Sumatera Utara lebih nyaman, gunakan busana untuk ibu hamil. Perubahan pada garis tengah kulit perut yang terlihat lebih gelap karena mengalami herpigmentasi warna hitam kecokelatan, membentuk garis vertikal yang disebut linea nigra dan akan menghilang setelah melahirkan. Selain itu juga terlihat striae gravidarum terlihat pada bagian perut, payudara dan bokong dan akan menghilang setelah bayi lahir (Solahuddin, 2009). c. Kunjungan Trimester Ketiga Kunjungan pada trimester ketiga ini usia kehamilan ibu lebih dari 28 minggu sampai usia 40 minggu. Mulai trimester ketiga ini sampai usia kehamilan 36 minggu ibu hamil harus kontrol rutin dua minggu sekali untuk mengontrol perkembangan janin lebih intensif. Pemeriksaan fisik pada trimester ini sama dengan pemeriksaan sebelumnya. Tenaga kesehatan akan mengevaluasi kenaikan berat badan ibu, pada trimester ketiga ini sekitar 500 gram per minggu atau tidak boleh lebih dari 2 kg selama sebulan. Tenaga kesehatan juga akan mengukur tekanan darah, nadi dan pernapasan ibu. Rasa yang tidak nyaman semakin meningkat pada perut ibu seiring dengan berkembangnya kehamilan. Gerakan janin pun semakin bertambah dan terasa kuat dengan intensitas makin sering. Ibu masih merasakan sakit/nyeri pada bagian punggung, sulit bernapas, mudah lelah, dalam hal ini biasanya tenaga kesehatan menganjurkan kepada ibu agar menggunakan bantal sedikit lebih tinggi agar ibu tidak sesak pada saat tidur. Universitas Sumatera Utara Biasanya masuk trimester ketiga, ibu hamil kembali stres karena khawatir menghadapi kehamilan yang semakin membesar dan memikirkan persalinan nanti, juga mengkhawatirkan bagaimana kondisi bayinya kelak bisakah lahir sempurna atau ada kecacatan atau kelainan yang tidak terprediksi. Padahal kondisi stres merangsang pengeluaran hormon adrenalin secara berlebihan hingga ibu mudah terusik dan mudah melampiaskan kemarahan kepada orang lain (Solahuddin, 2009). Pada trimester ketiga ini setelah usia kehamilan 36 minggu, sebaiknya ibu hamil yang bekerja mulai mengambil cuti untuk persiapan menghadapi persalinannya. Tenaga kesehatan memberitahukan kepada ibu apa-apa saja tanda-tanda mulainya persalinan. Universitas Sumatera Utara