PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN Malang, 13 Desember 2005 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN Bogor, 2006 KARAKTERISASI KESEMEK JUNGGO (Diospyros Kaki L.) DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA Baswarsiati*), Suhardi*), D. Rahmawati*), Yuniarti*), Z. Arifin*), D.P. Saraswati*), M. Soegiyarto*) ABSTRAK Salah satu produk hortikultura spesifik lokasi yang hanya mampu tumbuh di dataran tinggi seperti Batu adalah kesemek yang dikenal pula dengan nama Persimmon (Diospyros kaki L.) . Kesemek Junggo memiliki beberapa keunggulan terutama pada penampilan buahnya sangat menarik berwarna oranye bila telah masak optimal, dan bila buah matang warna buah menjadi merah seperti buah tomat dan buah menjadi lunak. Saat ini peluang pasar kesemek cukup tinggi terutama untuk pangsa pasar ekspor ke Singapura, Thailand, Korea. Untuk mengetahui beberapa potensi yang dimiliki kesemek Junggo maka dilakukan karakterisasi sejak tahun 2003 hingga 2004 di sentra produksi kesemek Junggo-Batu dan Tirtoyudo- Malang. Karakterisasi meliputi keragaan vegetatif dan generatif tanaman kesemek, analisa fisik dan kimiawi buah, serta karakterisasi lahan dan potensi keunggulan dan pengembangannya. Selain melakukan karakterisasi di lapang juga dilakukan wawancara dengan informan kunci, konsumen serta pedagang dan instansi terkait . Hasil kajian menunjukkan bahwa buah kesemek Junggo memiliki ukuran besar sekitar 200-300 gram per buah, rasa buah manis-sedikit kelat, kandungan air cukup, buah masak optimal rasanya renyah (crispy) , daya simpan buah lebih dari 14 hari, produktivitas 400-500 kg/pohon/tahun . Keunggulan lain nya yaitu warna buah oranye mengkilat , kandungan gula 22,7 %, kandungan asam 0,07 % dan kandungan vitamin C 6,9 mg/100 g bahan. Potensi pasar kesemek asal Junggo-Batu yaitu sejak tahun 1983 telah diekspor ke Singapura. Volume ekspor buah kesemek asal Junggo yang diperoleh dari satu dusun Junggo yaitu sekitar 30-40 ton / musim. Oleh karena beberapa potensi keunggulan yang dimilikinya maka kesemek Junggo telah dilepas oleh Menteri Pertanian menjadi varietas unggul nasional pada bulan Juli 2005. Kata kunci : Diospyros kaki L., penampilan, keunggulan, potensi ABSTRACT One of locally specific product of horticulture which only able to grow in upland like Junggo-Batu is persimmon ( Diospyros kaki. L) . Junggo persimmon has some excellence characteristics, especially its’ fruit appearance is very attractive of chromatic orange if they are optimally ripe, and the colour become red like tomato and the texture is soft. Nowadays, the market share of persimmon is relatively good, especially for export to Singapore, Thailand, Korea. To know the potency owned by Junggo persimmon, study on the characteritation was done since 2003 till 2004 in production centre, JunggoBatu and Tirtoyudo. ________________ Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur *) Besides, characteritation in spacious was also done by interviewing key persons, consumers and also the related/relevant institutions and merchants .Characterization cover vegetative and generative performance of persimmon trees, analyse physical and chemical content, and also characterization of farming system and the potency of development and excellence. The result showed that fruit of Junggo persimmon in general having big size measure about 200-300 g/ fruit, sweet taste , obstetrical, crispy texture at optimal ripe, 14 day of storage life, productivity 400-500 kg/trees . Other characteristics are orange gleamy colour , sugar content 22,7 %, sour content 0,07 % and vitamin content of C 6,9 mg/100 g. Market share of persimmon originally from Junggo-Batu, since 1983 have already exported to Singapura, averagely 30-40 ton / season. With all specific characterizations, Junggo persimmon have been released by Minister of Agriculture, as one of national-superior-varieties at July 2005. Keyword : Diospyros kaki. L., appearance, excellence, potency PENDAHULUAN Salah satu produk hortikultura spesifik lokasi yang hanya mampu tumbuh di dataran tinggi seperti Batu adalah kesemek yang dikenal pula dengan nama Persimmon (Diospyros kaki L.). Kesemek berasal dari Cina dan Jepang , termasuk famili Ebenaceae yang lebih dikenal dengan nama Chinese atau Japanese persimmon kaki (Tao, 1988). Di Indonesia dikenal dengan nama kesemek atau buah kaki, sama dengan di Malaysia atau buah samak. Tanaman ini banyak dijumpai di daerah subtropis dan dataran tinggi daerah tropis. Kesemek menyukai tanah yang kaya akan bahan organik dan kandungan air dalam tanah yang cukup merupakan daerah yang baik untuk tumbuhnya. Di daerah tropika umumnya dijumpai pada ketinggian di atas 1000 m dpl. Di Jawa terutama tumbuh baik pada ketinggian 1000-1500 m dpl dengan curah hujan yang tinggi ( Anonim, 1977; Singh, 1980). Kesemek lebih adaptif tumbuh pada daerah beriklim sejuk dan lembab . Di dataran rendah kesemek tidak bisa berbunga atau berbuah, kecuali kesemek hutan (D. hassellii) yang biasa tumbuh di dataran rendah. Di Indonesia kesemek banyak dijumpai di Berastagi, Toba, Garut, Ciloto serta di Jawa Timur di daerah Magetan, Malang-Tirtoyudo dan Batu ( Anonim, 1977 ). Kesemek Junggo memiliki beberapa keunggulan terutama pada penampilan buahnya sangat menarik berwarna oranye bila telah masak optimal, dan bila buah matang warna buah menjadi merah seperti buah tomat dan buah menjadi lunak. Ukuran buah besar sekitar 200-300 gram per buah, rasa buah manis-kelat, kandungan vitamin C cukup tinggi, kandungan air cukup, buah optimal rasanya renyah (crispy) , daya simpan buah lebih dari 14 hari, , produktivitas 400-500 kg/pohon/tahun . Kesemek dapat digunakan untuk obat serta untuk industri kosmetik. Buah yang belum masak dapat digunakan sebagai zat pewarna. Jenis kesemek yang tidak berbiji warna buahnya kuning emas hingga merah jingga, keras berair dan rasanya manis sedangkan yang berbiji berwarna gelap, lunak, berair dan rasanya kelat (Anonim, 1977; Verheij and Coronel, 1992). Kesemek merupakan tanaman yang berbentuk pohon dengan tinggi tanaman antara 5 – 15 m. Daunnya bulat telur dengan bunga berwarna putih kekuningan. Buah berbentuk bulat dengan bentuk pinggir seperti berbatas, bagian pangkal buah datar dan nampak kelopak buah yang jelas pada ujungnya Warna buah muda hijau kekuningan dan setelah matang menjadi merah jingga hingga merah menarik. Daging buah tebal dan rasanya manis bila masak optimal dan rasa kelat dapat dihilangkan dengan mencelupkan buah ke dalam air kapur. Buah yang telah tua di pohon tidak dapat segera dimakan. Oleh petani atau pedagang biasanya direndam dulu dalam air kapur lebih dari 48 jam untuk menghilangkan rasa asam dan kelat dengan cara sederhana. Setelah diperam buah kesemek baru dapat dimakan dalam keadaan segar atau disale. (Prabawati, 1985 ; Sunaryono, 1999). Dewasa ini selain untuk kebutuhan dalam negeri buah kesemek juga diekspor. Hal ini merupakan peluang pasar yang perlu dicermati. Seperti halnya kesemek asal Junggo-Batu sejak tahun 1983 telah diekspor ke Singapura. Potensi dan volume ekspor buah kesemek asal Junggo-Batu yang diperoleh dari satu dusun Junggo yaitu sekitar 30-40 ton/ musim dengan pengiriman melalui pelabuhan udara di Solo. Namun di pasar internasional seperti Singapura , buah kesemek Indonesia mengalami persaingan ketat terutama dari negara eksportir lainnya yaitu Malaysia, Jepang dan Israel. Menurut eksportir, buah kesemek asal Junggo-Batu lebih disukai oleh konsumen Singapura dibandingkan buah kesemek dari Jawa Barat, Magetan maupun dari Tirtoyudo- Malang karena rasa buah lebih manis, renyah, kandungan air banyak, buah berukuran besar dan buah berwarna merah-jingga menarik. Hingga saat ini eksportir masih kekurangan pasokan untuk memenuhi permintaan ekspor (komunikasi pribadi dengan pedagang pengumpul untuk memenuhi ekspor). Konsumen menghendaki buah kesemek yang memenuhi persyaratan mutu, antara lain rasa sepetnya hilang sama sekali, manis, tektur buah cukup keras, belum terlalu matang dengan penampilan buah menarik (Pecis et al, 1986). BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan karakterisasi varietas kesemek di lakukan sejak tahun 2003 hingga tahun 2004 di Kabupaten Malang dan kota Batu.. Untuk melaksanakan inventarisasi dan identifikasi varietas kesemek diperlukan pengamatan di daerah sentra produksi maupun di wilayah pengembangan. Berbagai informasi berupa data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait, dan dilaksanakan wawancara langsung dengan informan kunci maupun petani pemilik tanaman serta masyarakat sekitarnya. Cakupan Kegiatan Cakupan kegiatan meliputi pengumpulan data sekunder di instansi terkait serta wawancara dengan informan kunci, karakterisasi , identifikasi tanaman di lapang, pengumpulan materi tanaman seperti daun, bunga dan buah serta pengumpulan bibit tanaman untuk koleksi lebih lanjut. Penelusuran data sekunder dilakukan di beberapa instansi terkait seperti Diperta, BPP, Kecamatan dan Kelurahan. Selain itu dilakukan wawancara langsung dengan pedagang pengumpul yang menjual hasil kesemek untuk ekspor maupun untuk kota-kota besar di Indonesia. Dari hasil penelusuran data sekunder dan wawancara akan diketahui keunggulan dan karakterisasi lebih mendalam dari Identifikasi dilakukan dengan cara eksplorasi dengan mengamati secara langsung pertanaman yang ada di lapang. Untuk mengetahui lebih lengkap tentang kondisi tanaman seperti produktivitas, kualitas , ketahanan terhadap hama dan penyakit maupun cekaman lingkungan , ciri-ciri khusus dan keunggulan yang dimiliki maka dilakukan wawancara dengan petani pemilik maupun petani di sekitarnya Analisa Data Dilakukan secara deskriptif sesuai dengan keragaan pertumbuhan tanaman dan analisa fisik serta kimiawi buah. Antara varietas dibandingkan untuk menilai varietas yang mempunyai keunggulan dibanding varietas lainnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil identifikasi kesemek Junggo dibandingkan kesemek asal Tirtoyudo-Malang nampak bahwa kesemek asal Tirtoyudo-Malang lebih kecil ukuran buahnya dibanding kesemek asal Junggo-Batu (Tabel 1). Selain itu rasa kesemek Tirtoyudo kurang enak dan tidak renyah dibandingkan kesemek asal Junggo. Buah kesemek dari Junggo lebih renyah (crispy) , lebih besar ukuran buahnya dan lebih menarik tampilan kulitnya. Tabel 1. Keragaan tanaman kesemek di Tirtoyudo dan Junggo. Keragaan Varietas Tirtoyudo Tinggi tanaman (m) 10-13 Lingkar batang (cm) 50-75 Percabangan sejajar Bentuk daun jorong Daun tebal Berat buah (gram) 80-100 Warna kulit buah muda hijau Warna kulit buah menjelang kekuningan masak 2004. Varietas Junggo 12-18 90-105 sejajar jorong tebal 170-210 hijau kekuningan Warna kulit buah masak Kandungan gula (%) Kandungan asam (%) Kandungan vit. C mg/100 g kuning kemerahan 18,8-21,2 0,07-0,10 5,18-5,58 kuning kemerahan 22,7-23,2 0,07-0,09 6,31-6,86 Kekhasan buah kesemek Junggo yaitu pada ukuran buah besar dan rasa buah manis dan renyah (bila telah diperlakukan dengan perendaman dalam larutan kapur), buah matang pohon berwarna merah (buah sudah lunak) sedang buah muda berwarna hijau dan buah sebelum masak kekuningan (oranye) dan mengkilap. Buah kesemek Junggo bila dibiarkan hingga masak dipohon maka akan berubah warnanya menjadi merah dan buah menjadi lunak seperti tomat. Buah yang masak pohon (telah over ripe) terasa sangat manis tanpa ada rasa kelat, lunak dan banyak mengandung air (tidak renyah). Kemungkinan kondisi buah yang seperti ini dapat dimanfaatkan untuk jelly . Adapun berat buah kesemek Junggo sekitar 170- 210 gram/buah atau 5-6 buah per kilogram. Ukuran buah ini termasuk besar dan disukai oleh konsumen. Buah kesemek mempunyai lingkar buah sekitar 21-23 cm, lebar buah 7,5-8,5 cm dan panjang buah sekitar 8-8,5 cm. Pada pangkal buah terdapat kelopak bunga yang terdiri dari 4 kelopak. Pangkal buah agak cekung kedalam dan ditutupi dengan kelopak bunga. Kelopak bunga berwarna hijau kecoklatan. Bagian ujung buah agak meruncing sehingga bentuk buah secara keseluruhan menarik. Kandungan gula pada buah 22,7 – 33,2 % , kandungan asam 0,07 – 0,09 % dan kandungan vitamin C mg/100 gram sebanyak 6,31 – 6,86 %. dan kandungan tanin 3,85-3,93 mg/100 gram. Buah kesemek Junggo tidak berserat dan tidak terdapat biji di dalam buah. Penampilan Tanaman Kesemek Junggo Penampilan tanaman kesemek Junggo nampak kekar dengan bentuk tajuk elipsoid (seperti payung) . Rata-rata tanaman telah berumur puluhan tahun bahkan lebih dari 75 tahun namun pertumbuhan tanaman masih tampak bagus. Hal ini sangat berbeda dengan kesemek asal Tirtoyudo. Kemungkinan ini disebabkan karena agroekologi yang agak berbeda yaitu di daerah Junggo rejim kelembaban agak lembab sedangkan di Tirtoyudo agak kering. Selain itu kondisi tanah di Junggo lebih subur karena petani sering melakukan pemeliharaan tanaman sedangkan di Tirtoyudo kondisi tanah kurang subur. Rata-rata tinggi tanaman kesemek 15-17 m dengan lingkar batang 71-96 cm. Percabangan tanaman untuk umur tanaman produktif (lebih dari 20 tahun) dimulai setelah 2 m dari tanah dan pososi percabangan tanaman sejajar. Sifat tanaman kesemek yang merupakan ciri khusus bagi pertumbuhan tanamannya adalah setelah panen buah maka tanaman mengalami gugur daun dan daun akan rontok secara keseluruhan. Hal ini merupakan sifat tanaman kesemek untuk mempertahan kan diri karena musim kemarau sehingga mengurangi penguapan tanaman. Selanjutnya bersamaan dengan munculnya tunas atau daun baru maka tunas akar/tunas anakan juga bersemi yaitu pada awal musim hujan. Posisi buah kesemek muncul pada ujung cabang Kesemek berbuah setahun sekali. Panen buah kesemek jatuh pada musim kemarau yaitu bulan April sampai awal Juli. Buah paling banyak muncul di bulan Juni. Tanaman mulai berbuah umur 7-12 tahun dari tunas akar. Umur panen buah 3-4 bulan setelah berbunga. Daun kesemek berbentuk bulat telur, dengan permukaan daun berlilin, bagian bawah daun terasa kasar (kasap). Warna daun permukaan atas hijau dan bagian bawah lebih muda. Daun kesemek termasuk tebal namun jika daun dipetik akan mudah layu atau kering. Ukuran daun kesemek yaitu panjang sekitar 14,5-18 cm dan lebar 11-14 cm. Dengan ukuran panjang dan lebar daun yang tidak terlalu berbeda maka cenderung bentuk daun ke arah bulat telur. Adapun deskripsi secara lengkap disajikan pada Tabel 2. Deskripsi varietas kesemek Junggo Deskripsi Uraian Tinggi tanaman Lebar tajuk Lingkar batang Kedudukan cabang Percabangan Warna batang Bentuk daun Warna permukaan daun Warna daun bagian bawah Permukaan daun bawah Kedudukan daun Lebar daun Panjang daun Warna bunga Bentuk buah Warna buah muda Warna buah agak matang Warna buah matang pohon Keadaan buah muda Keadaan buah agak matang Keadaan buah matang Berat buah Panjang buah Lingkar buah Lebar buah Rasa buah muda Rasa buah matang Rasa buah matang pohon Tekstur daging buah Aroma buah matang Kandungan gula (buahmatang) Kadar asam Kadar vitamin C/100 gram Kadar tanin Produksi /pohon/tahun Keterangan : sekitar 15– 17 m : 2,5-3,5 m : 71-96 cm : tegak sampai dengan miring : rapat, mulai ketinggian 2-3 m : coklat tua : bulat telur : hijau , mengkilap : hijau muda : agak kasar (kasap) : mendatar : 11-14 cm : 14,5-18 cm : putih kekuningan : bulat agak terbentuk bidang empat sisi : hijau : merah kekuningan : merah : keras : keras : lunak seperti buah tomat : 200-300 gram/buah : 8-8,5 cm : 21-23 cm : 7,5-8,5 cm : kesat sedikit manis : manis dan renyah : manis, segar, banyak air dan lunak : halus : sedang : 22,7 – 33,2 % : 0,07-0,09 % : 6,31-6,86 % : 3,80-3,93 % : 200-300 kg : musim berbuah setahun sekali pada bulan AprilJuli dan mulai berbuah umur 8-10 tahun _____________________________________________________________________________________ Potensi Produksi Kesemek Junggo bila diperbanyak dari tunas akar akan berproduksi pada umur sekitar 8-10 tahun sedangkan bila diperbanyak dari bibit hasil sambung dapat berproduksi lebih cepat sekitar 5-6 tahun. Kesemek mampu berbuah setahun sekali dan musim buah mulai bulan Mei hingga Juli . Produksi buah bisa mencapai 500-600 kg/pohon untuk tanaman berumur 50-60 tahun (Dadang, 1998) namun rata-rata produksi sekitar 200-300 kg/pohon/tahun. Setelah berbuah umumnya tanaman kesemek menggugurkan daunnya hingga tanaman menjadi gundul dan pada musim hujan mulai muncul tunas baru serta bunganya. Hingga saat ini populasi kesemek di dusun Junggo, desa Tulungrejo sekitar 1000 pohon, sedangkan di desa lainnya belum terdata dengan pasti. Demikian juga jumlah tanaman kesemek yang berada di lereng-lereng gunung sebagai tanaman konservasi juga belum terdata dengan pasti. Rata-rata tanaman kesemek yang ada di Junggo sudah berumur lebih dari 75 tahun dan tanaman mampu berproduksi antara 200-300 kg per pohon. Potensi Ekonomis Kesemek Junggo mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi dan peluang pasar ekspor serta perlu diperkenalkan di pasar swalayan . Dengan penampilan warna buah yang menarik yaitu kuning kemerahan serta rasa buah yang manis dan renyah maka dapat dimanfaatkan sebagai buah segar setelah hilang rasa kelatnya karena perlakuan maupun olahan. Macam hasil olahan dari buah kesemek antara lain selai, jam, manisan kering, buah yang dikeringkan . Harga kesemek Junggo di tingkat petani sekitar Rp 3.000- Rp 3.500 per kilogram sedangkan harga buah kualitas super untuk ekspor sekitar Rp 5.000,- - Rp 7.000,- per kilogram. Dengan rata-rata hasil tanaman 200 kg per pohon dan harga buah dinilai Rp 3.000,- per kilogram maka pendapatan yang diterima petani kesemek sekitar Rp 600.000 per pohon. Biaya panen dan pengepakan maupun pembersihan buah bila akan diekspor serta biaya perendaman buah dalam kapur dibiayai oleh pedagang sendiri. Karena kesemek hingga saat ini belum dipelihara oleh pemiliknya secara intensif maka pemilik belum pernah mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan tanaman. Untuk pasar ekspor maka pedagang pengumpul kesemek Junggo baru mampu mengekspor sekitar 3-5 ton buah kualitas super per tahun sehingga pemenuhan ekspor masih kurang. Sedangkan sisa buah lainnya dipasarkan ke Malang, Surabaya, Porong , Solo dan sekitarnya. Kesesuaian Agroekologi dan Wilayah Pengembangan Kesemek Junggo membutuhkan tanah gembur, mudah meresapkan air yang berlebihan tetapi juga mampu menahan air dengan jenis tanah andosol . Kesemek dapat tumbuh di dataran tinggi dengan ketinggian tempat 1000 - 1500 m dari permukaan laut dan suhu rata-rata harian 18 - 27 0 C yang termasuk dalam rejim suhu sejuk dan rejim kelembaban agak kering. Potensi pengembangan kesemek pada zona III by dengan elevasi > 700 m dpl , rejim suhu sejuk (isotermik) dan rejim kelembaban agak kering. Rejim kelembaban agak kering bila mempunyai jumlah bulan kering antara 4 sampai dengan 7 bulan dalam satu tahun. Fisiografi lereng bawah volkan, lereng > 8-15 dengan budidaya umumnya untuk wanatani/budidaya lorong yang tanaman kesemek dapat dimanfaatkan sebagai tanaman pokok (Saraswati et al, 2000). Cara Budidaya Kesemek diperbanyak dengan tunas akar. Pada akar ditemukan banyak mata yang mampu bertunas dan tumbuh menjadi tanaman dewasa. Kelemahan perbanyakan dengan tunas akar usia berbuah lama lebih dari 8 tahun. Karena itu sebaiknya kesemek diperbanyak melalui sambungan. Sebagai batang bawah digunakan bibit tunas anakan. Batang atasnya dari pohon dewasa yang dianggap unggul. Batang bawah yang digunakan dapat berasal dari D. rosburhii yang merupakan nenek moyang kesemek dan D discolor (bisbul) atau D. nigra (sawo hitam). Bibit sambungan baru siap dipindah ke lapangan setelah berumur 2 tahun. Untuk mempercepat pertumbuhan maka bibit diletakkan di tempat bersuhu 20 – 25 0C dan tidak terkena sinar matahari langsung. Untuk membentuk tajuk tanaman maka batang kesemek perlu dipangkas supaya pendek dan tumbuh kekar. Pemangkasan dilakukan setelah tanaman tumbuh setinggi 1-1,5 m. Pemangkasan ujung batang utama sangat penting. Hal ini karena kesemek selalu tumbuh memanjang hingga ketinggian 18 m meskipun ukuran batang hanya 50 cm. Kesemek hanya berbunga setahun sekali , saat menjelang musim hujan (Oktober-Januari), setelah istirahat 4-7 bulan pada musim kemarau. Selama kekeringan ia menggugurkan daun. Tunas muda muncul begitu hujan turun. Pengguguran daun perlu dilakukan sehingga hormon bunga terakumulasi, bila daun tidak gugur dengan sendirinya maka sebaiknya tanaman digunduli (Sunarjono, 1999). Pemanenan buah kesemek biasanya dilakukan saat buah belum masak (masih hijau kekuningan, sepat dan keras). Buah akan masak sendiri selama penyimpanan .Sebelum disimpan buah kesemek di Indonesia direndam dalam larutan kapur selama 3 x 24 jam untuk menghilangkan rasa kelat pada buah (mengurangi kadar tanin) . Sehingga saat buah dikeringkan nampak buah seperti dibedaki. Perbandingan antara jumlah buah dan kapur yaitu 100 kg buah membutuhkan kapur sebanyak 3-4 kg. Buah kesemek yang akan diekspor tidak direndam dalam larutan kapur namun ditetesi dengan KOH (Kalium Hidroksida) yang dikalangan pedagang dikenal dengan soda abu. Satu tetes KOH cukup untuk satu buah dengan penetesan pada kelopak bekas bunga yang masih menempel di ujung buah (Ito, 1978). Selanjutnya buah digosok dengan kain bersih sehingga permukaan kulit buah lebih mengkilap. Buah dikemas dalam kardus karton yang bersekat dan buah siap dikirim . Buah yang telah ditetesi KOH yang semula keras dalam tiga hari akan menjadi empuk sedangkan warna yang semula hijau berubah kuning kemerahan. Penampilan buah menjadi bersih dan menarik dan layak ekspor (Suseno dan Dadang, 1998). Selain beberapa cara di atas maka untuk menghilangkan rasa kelat (sepat) pada buah kesemek dapat dilakukan dengan perlakuan air panas, pelapisan bahan kimia , pembekuan, irradiasi dan perlakuan alkohol /etil alkohol (Ito, 1978). Perlakuan 45 % alkohol yang disimpan selama 14 hari menghasilkan penurunan kandungan tanin dan rasa sepat buah kesemek (Napitupulu, 1991). Pemakaian aliran gas telah dikaji oleh IPPTP Berastagi dengan menggunakan CO 2 50 liter/jam secara terus menerus selama empat hari. Buah yang dihasilkan tetap renyah dan manis (sepat hilang) dan buah dapat disimpan selama 5 hari dengan kehilangan 14,4 % berupa buah busuk 10 % dan 4,4 % susut bobot . KESIMPULAN Kesemek Junggo berpotensi untuk dikembangkan karena berpeluang untuk mengisi pasar ekspor khususnya di Singapura, Korea maupun Thailand. Dengan keterbatasan jumlah tanaman yang ada saat ini serta umur tanaman banyak yang sudah tua maka perlu segera dilakukan penanaman baru . Pengembangan tanaman baru telah diarahkan pada daerah lereng gunung sehingga berfungsi juga untuk konservasi lahan. Diharapkan dengan adanya pengembangan tanaman maka tahun-tahun mendatang jumlah permintaan yang semakin meningkat untuk pasar ekspor dapat terpenuhi. DAFTAR PUSTAKA Ito, Saburo. 1978. The Persimmon, In the Biochemistry of Fruits and Their Product. Food Research Institute. England, 21 p. Napitupulu, B. 1991. Perlakuan alkohol untuk menghilangkan rasa sepat buah kesemek. Jurnal Hort. 1(4):14-17. Pecis, E. Akaron Levi and R.B Erie. 1986. Deastringency of persimmon fruit by creating. Journal of Food Science 1041. Vol 51(4). Prabawati, S. 1985. Pengaruh perendaman air kapur terhadap sifat sensori dan perubahan kimia buah kesemek. Lap Sub Balithorti Pasarminggu, Jakarta Selatan. Tao, R. H. Murayana, A. Sugiura. 1988. Plant regenaration from callus cultured of Japanese persimmon. Hort Science 25(6):1055-1056. Saraswati, D.P, Suyamto, D. Setyorini dan A.G. Pratomo. 2000. Zona Agroekologi Jawa Timur. Brosur BPTP Jawa Timur. Singh,A. 1980. persimmon. Fruit fisiology and production. Kalyani Publishes . New Delhi Sugiura, A. R. Tao, H. Murayama and T. Tomana. 1986. In vitro propagation of Japanese persimmon. Hort Science 21 (5):1205-1207. Sunarjono, H. 1999. Kesemek memang harus berbedak. Trubus no 361. Th XXX. Penebar Swadaya. Suseno S. dan Dadang. 1998. Kesemek Taiwan vs Indonesia Trubus no 341. Th XXX. Penebar Swadaya. Verheij, E.W.M. and R.E. Coronell. 1992. Prosea (Plant Resources of South East Asia) Edible Fruits and Nuts.