BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massa Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarkan. Media yang digunakan dalam komunikasi massa yaitu media cetak dan media elektronik. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan informasi untuk dapat memenuhi kehidupan sehari-hari. Saat ini orang-orang semakin banyak mempelajari ilmu komunikasi, khususnya teknologi komunikasi yang semakin canggih. Hal tersebut dikarenakan jika seseorang salah dalam berkomunikasi, maka orang yang dijadikan sasaran akan mengalami salah persepsi dan menjadi salah pengertian. Dalam hal-hal tertentu salah pengertian ini menimbulkan salah perilaku, dan apabila di dalam kegiatan berkomunikasi menggunakan media massa maka akan berakibat fatal bagi seorang komunikator. Cara yang paling efektif untuk menyebarkan informasi adalah melalui media-media komunikasi massa, seperti yang dikemukakan Effendy dalam bukunya yang berjudul Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, ia menjelaskan : 7 8 Komunikasi melalui media massa modern, meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop. Pengertian di atas mengandung arti bahwa komunikasi massa selalu dilakukan melalui media massa baik itu cetak maupun elektronik. Pesan akan lebih cepat sampai ke masyarakat bila menggunakan media massa, dan pesan tersebut dapat mempengaruhi tingkah laku maupun cara berpikir masyarakat itu sendiri. Effendy dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, menjelaskan bahwa :4 Komunikasi massa adalah sebuah proses dimana sebuah pesan disalurkan kepada satu atau lebih media massa (surat kabar, radio, televisi, film, majalah, dan buku-buku) kepada khalayak yang relatif besar dan anonym. Pengertian tersebut mengandung arti bahwa komunikasi massa adalah proses pengiriman pesan dengan menggunakan media massa seperti surat kabar, radio, televisi, film, majalah dan buku-buku yang ditujukan kepada khalayak luas yang berbeda-beda, baik latar belakang pendidikan, ekonomi, lingkungan dan lain-lain. Jadi komunikasi massa hanya terbatas pada proses penyebaran pesan melalui media massa tidak mencakup proses komunikasi tatap muka yang juga tidak kalah penting. Munculnya berbagai stasiun televisi juga semakin memperkuat nuansa persaingan di antara stasiun-stasiun televisi lainnya. Sebagai barometer bagi 4 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007. 9 kesuksesan sebuah stasiun televisi adalah programnya yang harus disukai oleh media riset Indonesia, Nielsen audience measurement. Melalui Rating dan Share tersebut kemudian dapat diketahui performa stasiun televisi secara keseluruhan. 2.1.1 Karakteristik Komunikasi Massa Seseorang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk melakukan kegiatan komunikasinya perlu memahami karakteristik komunikasi massa, yaitu seperti yang diuraikan oleh Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, sebagai berikut : a. Komunikasi massa bersifat umum Pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah bersifat umum dan terbuka untuk semua orang. b. Komunikan bersifat heterogen Komunikan dalam komunikasi massa adalah sejumlah orang yang disatukan oleh suatu minat yang sama ysng mempunyai bentuk tingkah laku yang sama dan terbuka bagi pengaktifan tujuan yang sama, tetapi orang-orang tersebut tidak saling mengenal, berinteraksi secara terbatas, dan tidak terorganisasikan. 10 c. Media massa menimbulkan keserempakan Yaitu keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. d. Hubungan komunikator dan komunikan bersifat non pribadi. Dalam komunikasi massa, hubungan komunikator dan komunikan itu bersifat non pribadi, karena komunikan yang anonim dicapai oleh orangorang yang dikenal hanya dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator. Keempat karakteristik komunikasi massa di atas dapat disimpulkan bahwa pesan atau informasi yang akan disampaikan melalui media massa, harus mengetahui dan memahami karakteristik media massanya, agar pesan yang disampaikan efektif. 2.2 Media Massa Media Massa (Mass Media) singkatan dari Media Komunikasi Massa (Mass Communication Media), yaitu sarana, channel, atau media untuk berkomunikasi kepada publik.Istilah Media Massa sering disingkat "Media" saja, tanpa "Massa". Media Massa merupakan suatu sumber informasi, hiburan, dan 11 2.2.1 Pengertian Media Massa Media massa adalah "sarana penyampai pesan yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas misalnya radio, televisi, dan surat kabar". Menurut Cangara, media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan pengertian media massa sendiri alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat kabar, film, radio dan televisi.5 Media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti tengah atau perantara. Massa berasal dari bahasa Inggris yaitu mass yang berarti kelompok atau kumpulan. Dengan demikian, pengertian media massa adalah perantara atau alat-alat yang digunakan oleh massa dalam hubungannya satu sama lain. Media Massa merupakan sarana komunikasi massa dimana proses penyampaian pesan, gagasan, atau informasi kepada orang banyak (publik) secara serentak. 2.2.2 Karakteristik Media Massa Sebuah media bisa disebut media massa jika memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik Media massa menurut Cangara antara lain: 5 Cangara, H. Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Raja Grafindo Jakarta: 2006 12 1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan,pengelolaan sampai pada penyajian informasi. 2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau pun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda. 3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang dalam waktu yang sama. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya. 4. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin, dan suku bangsa. Menurut Djafar H. Assegaf, media massa memiliki lima ciri:6 1. Komunikasi yang terjadi dalam media massa bersifat searah di mana komunikan tidak dapat memberikan tanggapan secara langsung kepada komunikatornya yang biasa disebut dengan tanggapan yang tertunda (delay feedback). 6 Assegaf, Djafar H. Jurnalistik Masa Kini. Jakarta : Ghalia Indonesia. 13 2. Media massa menyajikan rangkaian atau aneka pilihan materi yang luas, bervariasi. Ini menunjukka bahwa pesan yang ada dalam media massa berisi rangkaian dan aneka pilihan materi yang luas bagi khalayak atau para komunikannya. 3. Media massa dapat menjangkau sejumlah besar khalayak. Komunikan dalam media massa berjumlah besar dan menyebar di mana-mana, serta tidak pernah bertemu dan berhubungan secara personal. 4. Media massa menyajikan materi yang dapat mencapai tingkat intelek ratarata. Pesan yang disajikan dengan bahasa yang umum sehingga dapat dipahami oleh seluruh lapisan intelektual baik komunikan dari kalangan bawah sampai kalangan atas. 5. Media massa diselenggrakan oleh lembaga masyarakat atau organisasi yang terstruktur. Penyelenggara atau pengelola media massa adalah lembaga masyarakat/organisasi yang teratur dan peka terhadap permasalahan kemasyarakatan. 2.2.3 Jenis-Jenis Media Massa 1. Media massa dapat diklasifikasikan kepada tiga kategori: 2. Media Cetak - suratkabar/koran, majalah, majalah, buku, newsletter, 3. Media Elektronik - televisi, radio, video, dan film. 4. Media Online - Syber Media, Media Internet, Media Berbasis Internet. 14 2.3 Televisi Televisi adalah media komunikasi yang mudah diterima oleh semua orang. Dengan kata lain, televisi merupakan media yang digunakan dalam komunikasi massa. Hal ini sejalan dengan penjelasan Jalaludin Rahmat tentang komunikasi massa yang diartikan sebagai bentuk komunikasi yang ditunjukkan kepada sejumlah khalayak yang menyebar, heterogen , dan anonim baik dari media cetak maupun elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara sesaat dan serentak. Artinya, televisi adalah media yang cukup efektif dalam menyampaikan informasi dengan sekejap dan ke seluruh penjuru daerah di Indonesia.7 Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa terlepas dari yang namanya televisi. Salah satu alat elektronik yang sekarang sudah seperti kebutuhan primer bagi manusia. Tidak melihat televisi sehari saja kita mungkin sudah ketinggalan banyak informasi. Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Dari sekian banyak media komunikasi massa seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, internet dan film, ternyata televisi menduduki tingkat teratas yang diminati banyak khalayak. Kelebihan televisi yang menampilkan informasi secara menarik melalui audio visual hal inilah yang memudahkan khalayak untuk menerima informasi secara cepat dan mudah. 7 Abdul Aziz Saefudin. Republik Sinetron. Leutika, Yogyakarta. 2010 hal 3 15 2.3.1 Fungsi Televisi Televisi sebagai media komunikasi Massa selain sebagai penyampai informasi ternyata memiliki banyak fungsi, antara lain: a. Fungsi Penerangan Di dalam fungsi penerangan, televisi dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang amat memuaskan. Hal ini disebabkan dua yang terdapat pada media massa yaitu faktor pertama “immediacy” dan faktor kedua “realism”. Immediacy, langsung dan dekat peristiwa yang disiarkan televisi dapat didengarkan oleh masyarakat seketika atau saat peristiwa terjadi. Realism mengandung makna kenyataan yang berarti apa adanya sesuai dengan kenyataan. b. Fungsi Pendidikan. Media televisi dalam fungsi pendidikan diharapkan mampu untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya banyak secara berkesinambungan. Diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat. c. Fungsi Hiburan. Selain sebagai media informasi dan mendidik televisi menjadi media penghibur untuk khalayak. Berbagai macam tayangan yang disajikan dapat dinikmati masyarakat. 16 2.3.2 Program Televisi Program televisi adalah bahan yang telah disusun dalam suatu format sajian dengan unsur video yang ditunjang unsur audio yang secara teknis memenuhi persyaratan siar serta telah memenuhi standar estetik dan artistik yang berlaku. Setiap program televisi punya sasaran yang jelas dan tujuan yang akan dicapai. Ada lima parameter yang harus diperhitungkan dalam penyusunan program siaran televisi, yaitu : 1. Landasan filosofis yang mendasari tujuan semua program. 2. Strategi penyusunan program sebagai pola umum tujuan program. 3. Sasaran program. 4. Pola produksi yang menyangkut garis besar isi program. 5. Karakter institusi dan manajemen sumber progam untuk mencapai usaha yang optimum. Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Dalam satu hari, stasiun televisi rata-rata beroperasi antara 18-20 jam. Setiap stasiun televisi menayangkan kurang lebih 20 program acara setiap hari. Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik. Jenis program televisi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu: program informasi dan program hiburan. 17 Program informasi kemudian dibagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gosip dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu musik, drama permainan, dan pertunjukan. Beberapa ahli komunikasi massa berpendapat bahwa umur dan jenis kelamin sangat mempengaruhi perbedaan pengetahuan dan perilaku penggunaan media massa. Sejalan dengan pernyataan tersebut dari hasil penelitian Untoro mengemukakan bahwa karakteristik individu yang 10 meliputi umur, dan jenis kelamin berpengaruh dalam menimbulkan keinginan untuk menambah pengetahuan dari media massa, baik itu dalam hal frekuensi, lama waktu menggunakan media massa dan jenis acara serta program yang mereka nikmati. Semakin tinggi usia responden semakin banyak jumlah acara informasi yang ditonton dan semakin sedikit acara hiburan yang ditonton. Semakin rendah usia responden semakin banyak jumlah acara hiburan yang ditonton dan semakin sedikit acara informasi yang ditonton. Responden dengan golongan ekonomi atas lebih banyak menonton acara drama. Responden golongan ekonomi menengah lebih banyak menonton acara hiburan „action‟ dan responden golongan ekonomi bawah lebih banyak menonton acara hiburan “action”. Secara keseluruhan acara hiburan “action” lebih banyak ditonton oleh responden. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin banyak jumlah acara informasi yang ditonton dan semakin sedikit jumlah acara hiburan drama dan 18 komedi yang ditonton. Semakin rendah tingkat pendidikan, semakin banyak jumlah acara hiburan yang ditonton dan semakin sedikit acara informasi yang ditonton. Responden yang telah bekerja lebih banyak menonton acara informasi, dan yang masih menempuh pendidikan lebih banyak menonton acara hiburan. 2.3.3 Minute by Minute Minute by minute adalah pengevaluasian yang merangkum tiap menit per menit pada program yang sudah disiarkan stasiun televisi, di mana suatu program televisi yang sudah disiarkan di evaluasi secara terus menerus selama program televisi masih disiarkan. Minute By Minute (MBM) Content merupakan salah satu cara untuk mengetahui sebuah program itu disukai oleh penonton atau tidak dengan cara melihat rating dan sharenya. Setiap selesai membuat Minute By Minute (MBM) Content, staff Program Research and Development (PR&D) akan mendownload hasil rating dan share melalui software Arianna dari Nielsen. Dari hasil tersebut para analis Program Research and Development (PR&D) akan melihat perkembangan program tersebut. Pembuatan Minute By Minute (MBM) content sangat berpengaruh dalam menganalisis program karena kita bisa melihat detail content tiap menitnya. Di sana akan terlihat bagian mana yang disukai penonton dan yang tidak disukai penonton. Fungsi MBM (Minute By Minute) adalah untuk mengembangkan serta mempertahankan minat penonton agar tidak bosan melihat program acara berita 19 yang disiarkan. Minute by minute menjadi sebuah rangkuman susunan adegan di setiap menitnya. Minute by minute dibuat dengan mencatat semua kegiatan yang ada didalam cerita sinetron. Minute by minute dibuat untuk dijadikan media evaluasi bagi sinetron itu sendiri maupun RCTI. 2.4 Sinetron Sinetron kependekan dari sinema elektronik, yakni sebuah film seri yang ditayangkan melalui media elektronik (televisi). Di Barat, sering dikenal dengan soap opera atau opera sabun, atau disebut juga telenovela (bahasa Spanyol). Sinetron pada umumnya bercerita tentang kehidupan manusia sehari-hari yang diwarnai konflik, misalnya kehidupan remaja dengan intrik-intrik cinta segi tiga, kehidupan keluarga yang penuh penistaan, dan kehidupan alam gaib. Sinetron Indonesia sering mendapat kritikan. Biasanya, dibuat berpuluhpuluh bahkan beratus-ratus episode, semata karena tujuan komersial, kurang mengindahkan kualitas dan logika cerita, tidak mendidik, dan hanya menyajikan hal-hal yang bersifat menghibur. Dalam hal cerita, sinetron Indonesia bersifat musiman dan mengalami pasang surut. Misalnya musim sinetron remaja, sinetron misteri, sinetron percintaan, dan sebagainya. Cerita yang disuguhkan cenderung mengekor pada sinetron yang laris dan diminati pasar.8 8 Fred Suban. Yuk Nulis Skenario Sinetron. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2009 20 Sinetron benear-benar dijadikan program siaran idolabagi setiap TV di Indonesia, terutama TV swasta nasional. Dalam satu hari, rata-rata TV menayangkan acara sinetron lebih dari empat jam tayang. Sinetron banyak menginspirasi seseorang yang menonton. Inspirasi tersebut dapat mengarahkan seseorang melakukan sesuatu perbuatan yang baik. Sebaliknya, sinetron juga dapat menginspirasi seseorang berbuat buruk. Adegan percekcokan atau perkelahian dalam menyelesaikan masalah, percintaan yang terlalu vulgar, dan perilaku buruk lainnya terkadang tanpa disadari banyak kita lihat dalam tayangan sinetron. Ada nilai yang baik untuk diteladani dan ada nilai buruk yang harus ditinggalkan. Umumnya, isi sinetron terkait dengan aktivitas kehidupan sehari-hari beserta dinamikanya. Isi ceritanya sangat beragam, terutama tentang pernakpernik kehidupan manusia, semisal cinta, keluarga, konflik. Semua cerita tersebut diperankan oleh beberapa aktris yang mempunyai karakter dan kepentingan berbeda. Ada tokoh utama atau protagonis yang berlawanan dengan tokoh antagonis. Terkait proses penayangannya, sinetron biasanya ditayangkan per episode. Satu episode berdurasi sekitar dua jam. 2.4.1 Ciri Khas Sinetron Sinetron banyak digemari oleh seluruh masyarakat, baik dari kaum orangtua, remaja, bahkan anak-anak. Sinetron memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 21 a. Bentuk narasi dengan akhir cerita mengambang, berjangka waktu panjang, bisa saja menjadi tak terbatas dalam menceritakan kisahnya. b. Lokasi utamanya bertempat di suatu tempat yang mudah di identifikasi, alias familiar, dan di situlah tokoh-tokoh tersebut sering melakukan perannya. c. Ketegangan antara konvensi realisme dan melodrama. Realisme mengacu kepada seperangkat konvensi yang menyatakan bahwa drama tersebut merupakan representasi dari apa yang terjadi di „dunia nyata‟ dengan tokoh-tokoh yang akrab dan masalah yang terjadi dalam kehidupan seharihari. Teknik narasi secara sengaja mengaburkan pandangan pemirsa bahwa tayangan tersebut hanyalah sebuah konstruksi di layar kaca. Musik-musik yang dramatis dan tayangan close up pun menjadi bumbu pelengkap yang sangat pas untuk membangun ketegangan dalam setiap episodenya, yang nantinya akan dipotong pada moment yang tepat, dan membuat penonton semakin penasaran. d. Tema yang berputar-putar dan menonjolkan hubungan interpersonal. Perkawinan, perceraian, putus hubungan, dan aksi balas dendam menjadi inti dari opera sabun, dan memberikan minat emosional pada cerita. Tematema tersebut berputar-putar di antara semua tokoh dalam cerita tersebut dan akhirnya terbentuk sebuah imaji bahwa anggota keluarga dalam cerita tersebut akan terus-menerus dilanda pertengkaran. 22 2.4.2 Jenis-Jenis Sinetron Sinema elektronik atau lebih populer disebut dengan sinetron adalah sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi. Di Indonesia, istilah ini pertama kali dicetuskan oleh Arswendo Atmowiloto (penulis). Dalam bahasa Inggris, sinetron disebut soap opera atau lebih dikenal dengan opera sabun, sedangkan dalam bahasa Spanyol atau Amerika latin disebut telenovela. Menurut Labib, seiring dengan perkembangan jaman pengaruh sinetron dapat dirasakan cukup mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh jika kita tertinggal satu episode akan merasa ada sesuatu yang hilang dan tidak jarang pula pertengkaran dalam melihat sinetron antar anggota keluarga sering terjadi. Hal ini menunjukkan sinetron memiliki banyak penggemar, khususnya di Indonesia .9 Menurut Labib ada beberapa jenis sinetron yang dikenal, antara lain : 1. Sinetron Seri, yaitu sinetron yang memiliki banyak episode tetapi masingmasing episode tidak memiliki hubungan sebab akibat. 2. Sinetron Serial, kebalikan dengan sinetron seri, sinetron serial memiliki sebab akibat dalam tiap episodenya. 3. Sinetron Mini Seri, yaitu sinetron yang memiliki durasi lebih pendek dan langsung selesai. 4. Sinetron Lepas, yaitu sinetron yang terdiri dari satu episode yang jalan ceritanya sudah langsung selesai. 9 Muh. Labib. Potret Sinetron Indonesia: Antara Realitas Virtual dan Realitas Sosial. PT Mandar Utama Tiga Books Division. Jakarta. 2002 23 2.4.3 Sinetron Dalam Industri Televisi Indonesia Sebagai sebuah produk yang dipasarkan, sinetron sinetron memiliki peran yang cukup penting dalam kegiatan pemasaran stasiun TV untuk dapat terus menjalankan roda kehidupannya. TV memerlukan pemirsa dan para pengiklan sebagai konsumennya, untuk memperoleh peruntungan. Pemirsa memerlukan sebuah program yang sesuai dengan keinginan mereka, suatu tontonan yang memang digemari. Apabila program tersebut mendapat popularitas, banyak ditonton, maka otomatis akan memberi pengaruh pada pembentukan angka rating. Adapun tayangan lokal yang sekarang menjadi primadona di Indonesia adalah sinetron. Terlepas dari isi pesan dan tehnik penggarapan yang kurang baik, program ini berhasil memikat pemirsa dan mencetak rating yang memuaskan. Maka tidak heran bila jumlah produksi sinetron terus meningkat. Peningkatan ini seiring dengan didirikannya berbagai rumah produksi yang memasok sinetron untuk televisi swasta. Dari segi bisnis, sinetron merupakan komoditi yang bisa memberi keuntungan bagi rumah produksi. Sebagai hasil produk industri kehadiran sinetron memang mengalami banyak tantangan. Sebagai produk hiburan, sinetron mendapatkan popularitas melalui rating. Namun, kepopulerannya ternyata masih menimbulkan tanggapan. Aneka program yang datang impor sering dianggap sangat minus dalam norms value, nilai normanya sangat jauh dari adat ketimuran. 24 Hal ini seiring dengan pendapat yang mengatakan bahwa televisi sesungguhnya hanya alat yang amat tergantung dari cara dan kemampuan kita mengendalikan dan memanfaatkannya, justru yang terakhir ini di Indonesia belum cukup dilakukan. Di tengah derasnya arus informasi yang datang dari Barat dalam rangka globalisasi Indonesia seperti tidak ingin tertinggal. Segala sesuatu yang berkembang di Barat selalu ingin diketahui di Indonesia. 2.4.4 Perkembangan Sinetron Di Indonesia Di zaman sekarang ini banyak sekali film-film berkualitas ada di seluruh mancanegara. Mulai dari film western,asia,drama,komedi sampai dengan genre horror yang mempunyai kualitas tinggi. Contohnya kita melihat perfilman Hollywood yang merajai box office. Karya-karya mengagumkan banyak diperlihatkan di perfilman Hollywood. Mulai dari film-fiksi berdasarkan novelnovel ternama dan best seller yang kemudian dibuatkan filmnya. Keberhasilan film-film tersebut didukung juga oleh pengambilan lokasilokasi yang indah dan di dukung juga oleh peran aktor dan aktris kenamaan Hollywood. Modal yang besar juga menjadi salah satu factor pendukung terbesar yang bias membuat film Hollywood berhasil. Tetapi apabila kita mulai melihat perfilman Indonesia terd apat cukup banyak perbedaan disini. Dari segi kualitas memang jauh ketimbang film-film besar luar negeri. Dari segi modal saja para insane per filman Indonesia mengakui mengalami banyak kekurangan dana. Lalu apabila kita menengok dunia sinetron 25 Indonesia, bisa dibilang hampir seluruh sinetron yang beredar Indonesia mempunyai alur cerita yang sama. Bahkan bisa dibilang monoton dan kurang berkualitas. Jalan ceritanya hampir sama dari satu sinetron ke sinetron yang lain. Ceritanya hanya seputar konplik rumah tangga yang tidak berkesudahan, konflik cinta yang berlarut-larut, dan tentang perbedaan antara si miskin dan si kaya yang terus saja berbeda. Dari segi nilai pendidikan juga kurang. Banyak penayangan sinetron yang kurang mendidik bagi anak-anak di bawah umur yang menontonnya. Harusnya apa yang menjadi tontonan orang banyak dapat memberikan pelajaran atau hikmah yang bisa diambil setiap masyarakat yang menyaksikannya. Tidak sedikit anak-anak kecil yang mencontoh adegan-adegan yang tidak baik yang ada dalam sinetron. Hal ini seharusnya tidak terjadi. Alurnya yang monoton juga membuat sebagian besar pengkonsumsi film atau sinetron menjadi bosan. Bahkan mereka bisa menebak apa yang akan terjadi di akhir sinetron tersebut. Seharusnya crew di dunia sinetron bisa lebih kreatif lagi dalam mengembangkan alur cerita dan menyematkan unsur pendidikan yang baik agar bisa di serap oleh masyarakat dengan baik juga. Agar anak-anak bisa mencontoh dan menerapkan apa yang mereka tonton dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun diperankan oleh para aktor dan aktris kenamaan Indonesia, hal ini belum tentu menjamin keberhasilan sebuah sinetron dalam mengambil hati dan menarik perhatian sebagian besar masyarakat Indonesia. Tetapi kembali lagi tetap yang menentukan adalah alur cerita dari sinetron tersebut. Semakin menarik alur cerita sinetron tersebut maka akan semakin banyak juga penggemar sinetron 26 tersebut. Walaupun perkembangan dunia sinetron kurang signifikan akan tetapi para penggemar setia sinetron masih banyak dan khususnya kaum ibu-ibu. Sinetron-sinetron Indonesia masih mempunyai tempat yang eksklusif di hati para penggemar sinetron. Jadi sebenarnya dunia persinetronan di Indonesia tidak telalu buruk juga buktinya masih banyak kelompok masyarakat yang menanti kehadiran sinetron-sinetron di layar televisi mereka. Hal ini disebabkan minimnya dana yang dimilki sebagian besar masyarakat untuk merasakan hiburan, banyak diantara mereka yang menjadikan sinetron sebagai alternative hiburan.10 2.5 Rating dan Share Rating = Share = x 100% x 100% Rating secara harfiah adalah evaluasi atau penilaian atas suatu hal. Dalam konteks pertelevisian, rating suatu program televisi diartikan sebagai data kepermirsaan televisi yang diperoleh dengan cara mempresentasekan jumlah orang yang menonton suatu program dengan jumlah populasi disuatu wilayah.11 10 11 EB. Surbakti. Awas Tayangan Televisi. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta 2008. Hal 43 Abdul Aziz Saefudin. Republik Sinetron. Leutika, Yogyakarta. 2010 hal 8 27 Dari rumus pencarian Rating dan Share yang dituliskan di atas, dapat disimpulkan bahwa Rating adalah jumlah presentase pemirsa program tertentu dibandingkan dengan total populasi pemirsa pada periode waktu tertentu. Sedangkan Share adalah jumlah presentase jumlah pemirsa program tertentu dibandingkan dengan total pemirsa potensial pada periode waktu tertentu. Rating dan Share digunakan oleh sebelas stasiun televisi di Indonesia, yaitu RCTI, SCTV, Trans TV, Indosiar, MNC TV, Trans 7, Global TV, ANTV, TV One, Metro TV dan TVRI. Rating dan Share berhubungan dengan program acara yang disiarkan oleh setiap stasiun televisi yang menayangkan program tv. Perhitungan Rating dan Share membutuhkan software khusus yang bernama Arianna, yang dikeluarkan oleh Nielsen, dan metodologi penelitian tv Audience Measurement yang sudah diakui di puluhan negara. Setiap program bertujuan agar digemari oleh penonton yang menyaksikannya. Maka dari itu sebagai tolak ukur suatu program dapat dikatakan sukses atau berhasil, bila suatu program memiliki, rating dan share yang tinggi dan untuk mendapatkan nilai tersebut setiap televisi melakukan kerjasama dengan lembaga survey yang ada. Rating, selain menjadi indikator, berapa, dan kari kalangan sosial, mana penonton sebuah acara, juga berfungsi sebagai peta posisi pada sebuah program, acara yang ada giliran menentukan program yang layak tidaknya suatu acara ditayangkan.12 12 Erika, L.Panjaitan “Matinya Rating Televisi”. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta 2006. Hal 69 28 Rating merupakan hal yang penting karena pemasang iklan selalu mencari stasiun penyiaran atau program acara yang paling banyak ditonton atau didengar orang. Keberhasilan penjualan barang dan jasa melalui iklan sebagian besar ditentukan oleh banyaknya audien yang memiliki suatu program. Rating menjadi acuan apakah program itu memiliki audien atau tidak. Rating menjadi perhatian pula bagi pemasang iklan yang ingin mempromosikan produk atau jasanya.13 Morissan mengutip Sydney Head dan Christoper Sterling yang mendefinisikan rating sebagai ” A comparative estimateof set tuning in any given market” digunakan wilayah siaran tertentu. Kata komparatif digunakan dalam definisi tersebut karena suatu rating akan memberikan estimasi pada jumlah audien yang sebenarnya (aktual) dengan kemungkinan jumlah total audien. Rating adalah suatu perkiraan karena perhitungan didasarkan pada jumlah pesawat televisi yang digunakan oleh suatu kelompok audien yang dijadikan sampel, dan sampel tidak akan pernah menghasilkan ukuran mutlak tetapi hanya perkiraan. Perhitungan rating secara sistematis sangat sederhana yaitu hanya membagi jumlah rumah tangga yang tengah menonton suatu program tertentu dengan jumlah keseluruhan rumah tangga yang memiliki telivisi di suatu wilayah siaran. 13 Morissan. Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Ramdina Prakarsa. Jakarta 2005. Hal 222