1.1. Latar Belakang Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi

advertisement
1.1. Latar Belakang
Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi baik ketika pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan. Insulin adalah hormon yang mengatur gula
darah . Hiperglikemia , atau mengangkat gula darah , merupakan efek umum dari
diabetes yang tidak terkontrol dan dari waktu ke waktu menyebabkan kerusakan
serius pada banyak sistem tubuh , khususnya saraf dan pembuluh darah. Pada
tahun 2012 diabetes adalah penyebab langsung dari 1,5 juta kematian dan lebih
dari 80 % kematian diabetes terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Menurut data WHO, pada tahun 2014, 9 % dari orang dewasa 18 tahun
dan lebih tua menderita diabetes (Geneva, 2014).
Jumlah penduduk dunia yang sakit diabetes mellitus cenderung meningkat
dari tahun ke tahun. Secara global diperkirakan bahwa 382,000,000 juta orang
menderita diabetes untuk prevalensi 8,3 %.Amerika Utara dan Karibia adalah
wilayah dengan prevalensi tinggi , 36.755 orang dengan diabetes (11 %) diikuti
oleh Timur Tengah dan Afrika Utara dengan 34.571 orang dengan diabetes (9,2
%). Daerah Pasifik Barat, 138.195 orang penderita diabetes , adalah wilayah
dengan jumlah yang lebih tinggi,namun prevalensinya adalah 8,6 % , mendekati
dengan prevalensi Dunia . Menurut data WHO, terdapat 10 negara teratas dengan
prevalensi diabetes yang lebih tinggi yaitu Tokelau (37,5 %) , Negara Federasi
Mikronesia (35 %) , Kepulauan Marshall (34,9 %) , Kiribati (28,8 %) , Kepulauan
Cook (25,7 %) , Vanuatu (24 %) , Arab Saudi (23,9 %) , Nauru (23,3 %) , Kuwait
(23,1 %) dan Qatar (22,9 %). International
Diabetes Foundation (IDF)
memperkirakan prevalensi diabetes mellitus dunia adalah 1,9% dan menjadikan
DM sebagai salah satu penyebab- penyebab kematian urutan ke-7 dunia (DepKes,
2010). Di Indonesia sendiri, penderita diabetes mencapai 5,7 % (sekitar 12 juta
orang) dari seluruh penduduk Indonesia, sedangkan jumlah penderita pre-diabetes
mencapai angka 11 %. Dengan pertumbuhan jumlah penderita diabetes tersebut,
maka diperkirakan pada tahun 2030 nanti jumlah penderita diabetes di Indonesia
dapat mencapai lebih dari 21 juta orang (Depkes RI., 2008).
Ada tiga jenis utama diabetes iaitu,diabetes tipe 1 (sebelumnya dikenal
sebagai insulin-dependent,remaja atau anak usia - onset ) ditandai dengan
kekurangan produksi insulin dan membutuhkan pemberian insulin setiap hari.
Penyebab diabetes tipe 1 tidak diketahui dan tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan saat ini. Gejala termasuk ekskresi berlebihan urin ( poliuria ) , rasa
haus ( polidipsia ) , kelaparan konstan , penurunan berat badan , perubahan visi
dan kelelahan. Gejala-gejala ini dapat terjadi secara tiba-tiba. Diabetes Tipe 2
(sebelumnya disebut sebagai non - insulin dependent atau orang dewasa - onset)
hasil dari penggunaan yang tidak efektif tubuh insulin. Diabetes Tipe 2 terdiri dari
90 % dari penderita diabetes di seluruh dunia , dan sebagian besar merupakan
hasil dari kelebihan berat badan dan aktivitas fisik. Gejala mungkin mirip dengan
diabetes tipe 1, tetapi sering kurang ditandai. Akibatnya, penyakit ini dapat
didiagnosis beberapa tahun setelah onset , setelah komplikasi muncul .Sampai saat
ini , diabetes tipe ini terlihat hanya pada orang dewasa tetapi kini juga terjadi pada
anak-anak. Gestational diabetes adalah hiperglikemia dengan nilai-nilai glukosa
darah di atas normal tetapi di bawah mereka diagnostik diabetes , terjadi selama
kehamilan. Wanita dengan diabetes gestasional berada pada peningkatan risiko
komplikasi selama kehamilan dan saat melahirkan. Mereka juga pada peningkatan
risiko diabetes tipe 2 di masa depan .Gestational diabetes didiagnosis melalui
pemeriksaan prenatal, bukan gejala yang dilaporkan
(Dinkes Prov Jateng, 2008).
Toleransi glukosa terganggu (TGT) dan gangguan glikemia puasa (IFG),
Toleransi glukosa terganggu (TGT) dan gangguan glikemia puasa (IFG) adalah
kondisi menengah dalam transisi antara normalitas dan diabetes. Orang dengan
IGT atau IFG memiliki risiko tinggi berkembang menjadi diabetes tipe 2,
meskipun hal ini tidak bisa dihindari. Secara umum, hampir 80 % prevalensi
adalah DM Tipe 2 dan merupakan prediktor kuat penyakit serebrovaskular dan
juga sindroma metabolik serta meningkatkan risiko gangguan vaskular. Faktor
yang sangat berperan dalam peningkatan penderita diabetes adalah gaya hidup
masyarakat termasuk diantaranya perubahan pola makan yang kurang sehat dan
kurangnya melakukan aktivitas fisik, angka tersebut akan terus bertambah jika
informasi yang didapat kurang memadai (Hidayati, 2011).
Asam urat serum adalah merupakan salah satu faktor resiko dalam
kerterjadian komplikasi pada pasien Diabetes Mellitus khususnya pada pasien DM
Tipe 2 (Causevic et al., 2010). Peningkatan asam urat atau hiperurisemia
merupakan hal yang umum ditemukan pada penderita DM tipe 2 (Lehto,2006).
Asam urat diduga berpotensi menyebabkan disfungsi endotel,metabolism
oksidatif,adhesi platelet dan agregasi ,serta dalam memediasi respon inflamasi
sistemik yang akhirnya bermuara pada cardiovascular events (Kim,2009).
Diketahui pula bahwa asam urat dapat merangsang oksidasi Low Density
Lipoprotein (LDL) in vitro yang merupakan langkah kunci dalam progresivitas
aterosklerosis,yang merupakan salah satu penyebab terjadinya stroke yang juga
antara komplikasi DM tipe 2. Kadar asam urat yang terus tinggi merupakan
prediktor perkembangan komplikasi Diabetes Mellitus dan yang paling
memainkan peran bagi DM tipe 2. Diabetes Mellitus tipe 2 terbahagi kepada yang
terkontrol dan tidak dikontrol. Komplikasi yang terjadi pada penderita DM
terutama pada DM tipe 2 berhubung kuat dengan peningkatan kadar asam urat dan
perbedaannya khususnya dilihat pada DM tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol
(Susworo, 2005).
Masih sedikit penelitian dilakukan tentang perbedaan kadar asam urat pada
penderita DM tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol.Hal ini kerana kebanyakan
penelitian dilakukan langsung tentang perhubungan asam urat dengan DM tipe 2.
Melihat tendensi kenaikan prevalensi DM secara global dan komplikasinya yang
ditimbulkan akibat DM maka perlu dilakukan suatu penelitian tentang perbedaan
kadar asam urat pada penderita DM tipe 2 yang terkontrol dan tidak terkontrol di
RSUP H. Adam Malik,Medan tahun 2014.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian ini adalah:
“Apakah ada Perbedaan Kadar Asam Urat Pada Pasien Laki-laki Yang Berusia ≥
40 Tahun Dengan Indikasi Rawat Inap Yang Telah Didiagnosis Diabetes Mellitus
Tipe 2 Yang Terkontrol Dan Tidak Terkontrol Di RSUP H. Adam Malik, Medan”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan kadar asam urat pada pasien laki-laki yang berusia ≥ 40
Tahun dengan indikasi rawat inap yang telah didiagnosis Diabetes Mellitus Tipe 2
yang terkontrol dan tidak terkontrol di RSUP H. Adam Malik, Medan.
1.3.2.Tujuan Khusus
1) Mengetahui kadar asam urat pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 yang
terkontrol di RSUP H. Adam Malik.
2) Mengetahui kadar asam urat pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang
tidak terkontrol di RSUP H. Adam Malik.
3) Mengetahui perbedaan kadar asam urat pada penderita Diabetes Mellitus Tipe
2 terkontrol dan tidak terkontrol di RSUP H. Adam Malik.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk:
1) Penelitian Kedokteran: Hasil penelitian diharapkan menjadi kontribusi sebagai
sumber informasi dalam penerapan pengalaman ilmiah untuk peneliti di masa
akan datang.
2) Petugas Kesehatan Masyarakat: Dapat merencanakan suatu strategi pelayanan
kesehatan untuk mengurangi jumlah penderita Diabetes Mellitus.
3) Masyarakat: Sebagai bahan informasi tentang peningkatan kadar asam urat dan
dampaknya dalam Diabetes Mellitus.
4) Peneliti: Dapat memberikan sumber keilmuan dalam melaksanakan serta
menimba pengalaman dalam penelitian ini. Juga sebagai bahan referensi di
masa hadapan.
Download