BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia, atau sering disingkat MSDM, adalah suatu ilmu atau seni yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat (Hasibuan; 2007). MSDM didasari pada suatu konsep bahwa setiap karyawan adalah manusia - bukan mesin - dan bukan semata menjadi sumber daya bisnis. Manajemen sumber daya manusia juga menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik. Manajemen sumber daya manusia melibatkan semua keputusan dan praktik manajemen yang mempengaruhi secara langsung sumber daya manusianya. Menurut Nitisemito (2005), fungsi manajerial Manajemen Sumber Daya Manusia dapat dikelompokkan ke dalam : a. Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan penentuan program personalia yang akan membantu tercapainya sasaran yang telah disusun untuk perusahaan itu. b. Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian merupakan alat untuk mencapai tujuan, maka manajemen 7 8 sumber daya manusia harus menyusun struktur hubungan antara pekerjaan, sumber daya manusia dan faktor-faktor fisik. c. Pengarahan (Directing) Pengarahan merupakan usaha mengarahkan semua karyawan agar bersedia bekerja secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan perusahaan. d. Pengawasan (Controlling) Adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan, agar mentaati peraturan – peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana. Sedangkan fungsi operasional manajemen sumber menurut Hasibuan (2007) daya manusia mencakup: a. Pengadaan ( procurement ) Adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. b. Pengembangan ( development ) Adalah proses peningkatan ketrampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. c. Kompensasi ( compensation ) Adalah pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung, uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. d. Pengintegrasian (integration ) Adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan. 9 e. Pemeliharaan ( maintenance ) Adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun. f. Kedisiplinan (discipline) Merupakan fungsi manajemen sumber daya manusia yang terpenting dan kunci terwujudnya tujuan secara maksimal. g. Pemberhentian ( separation ) Adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari sebuah perusahaan. Fungsi-fungsi manajemen sumberdaya manusia diatas merupakan landasan manajerial dan landasan oprasional bagi perusahaan dalam melakukan pengelolaan sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan 2. Upah Menurut Triton (2010), John Soeprihanto dalam bukunya menyajikan beberapa pengertian dari beberapa pakar agar diperoleh gambaran mengenai istilah upah : 1. Menurut Flippo : Upah adalah harga untuk jasa-jasa yang telah diberikan oleh seseorang kepada orang lain. 2. Menurut Vender Van : Upah diartikan lebih luas yaitu sebagai tujuan obyektif kerja ekonomis. 3. Menurut Soepomo : Upah adalah pembayaran yang diterima buruh selama ia melakukan pekerjaan 10 atau dipandang melakukan pekerjaan. 4. Menurut Purwono : Upah adalah jumlah keseluruhan yang ditetapkan sebagai pengganti jasa yang telah dilakukan oleh tenaga kerja melalui masa atau syarat-syarat tertentu. 5. Menurut Dewan Penelitian Pengupahan Nasional : Upah adalah suatu imbalan dari pemberi kerja kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan, atau jasa yang telah dan akan dilakukan, berfungsi sebagai jaminan kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan produksi, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, undang-undang serta peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja. 6. Menurut Undang-undang Kecelakaan tahun 1974 nomor 33 pasal 7 ayat a dan b, bahwa upah adalah : a. Tiap-tiap pembayaran berupa uang yang diterima oleh buruh sebagai ganti pekerjaan. b. Perumahan, makan, bahan makan dan pakaian dengan cuma-cuma yang nilainya ditaksir menurut harga umum di tempat itu. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa upah adalah suatu imbalan yang diterima karyawan dari pemberi kerja atas jasa yang sudah mereka berikan kepada perusahaan. Menurut Triton (2010) pengupahan dilakukan dalam suatu organisasi sesuai dengan fungsi dan tujuan pengupahan. Secara umum fungsi upah adalah : 11 1. Upah berfungsi untuk mengalokasikan sumber daya manusia,khususnya karyawan secara efektif dan efisien. 2. Upah berfungsi untuk menggunakan sumber daya manusia tersebut secara efisien, efektif, dan memuaskan. 3. Upah berfungsi untuk menstimulasidan memotivasi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi seara agregat. Sistem upah dalam pengupahan perlu diberikan berdasarkan prestasi kerja para karyawannya. Sistem upah semcam ini menggunakan dasar perhitungan prestasi kerja karyawan untuk menentukan besar kecilnya upah yang dapat diberikan. 3. Motivasi Kerja Pada dasarnya sebuah organisasi atau perusahaan bukan saja mengharapkan para karyawannya yang mampu, cakap dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Oleh karena itu motivasi kerja sangat penting dan dibutuhkan untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi, sehingga tujuan daripada perusahaan dapat tercapai. Karyawan 3 dapat bekerja dengan produktivitas tinggi karena dorongan motivasi kerja. Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti“dorongan atau daya penggerak”. “Motivasi” pada dasarnya adalah “proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan”. Menurut Hasibuan (2006) “bahwa motivasi adalah pemberian daya pengerak yang 12 menciptakan kegairahan kerjaseseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif danterintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan”. Motivasi berasal dari kata “motif”. Menurut Sardiman (2007) mengemukakan bahwa: “kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam sebjek untuk melakukan aktivitasaktivitas tertentu demi mencapai tujuan. Menurut Moekijat (2006) bahwa “motif adalah suatu pengertian yang mengandung semua alat penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusiayang menyebabkan ia berbuat sesuatu”. Hal ini senada dengan Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), mengartikan motivasi sebagai, “dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu”. Sedangkan Sardiman (2007: 73) mendefinisikan motivasi sebagai berikut: “Motivasi juga dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapimotivasi itu adalah tumbuh didalam diri seseorang”. Motivasi ini hanya dapat diberikan kepada orang yang mampu untuk mengerjakannya. Menurut Hasibuan (2005), “memotivasi ini sangat sulit, karena pemimpin sulit untuk mengetahuikebutuhan (needs) dan keinginan (wants) yang diperlukan bawahan dari hasil pekerjaan itu”. Motivasi kerja merupakan motivasi yang terjadi pada situasi dan 13 lingkungan kerja yang terdapat pada suatu organisasi atau lembaga. Pada dasarnya manusia selalu menginginkan hal yang baik-baik saja, sehingga daya pendorong atau penggerak yang memotivasi semangat kerjanya tergantung dari harapan yang akan diperoleh mendatang. Jika harapan itu dapat menjadi kenyataan maka seseorang akan cenderung meningkatkan semangat kerjanya. Tetapi sebaliknya jika harapan itu tidak tercapai akibatnya seseorang cenderung menjadi malas. Berdasarkan pembahasan tentang berbagai pengertian motivasi, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja melingkupi beberapa komponen yaitu: 1. Kebutuhan, hal ini terjadi bila seseorang individu merasa tidak ada keseimbangan antara apa yang dimiliki dan yang diharapkan. 2. Dorongan, dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan perbuatan atau kegiatan tertentu. 3. Tujuan, tujuan merupakan hal yang ingin dicapai oleh individu. Menurut Sardiman (2007: 85), fungsi motivasi ada tiga, yaitu: 1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang akan dikerjakan. 2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3. Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatanapa 14 yang harus dikerjakan yang serasiguna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Teori Isi Motivasi Dalam teori isi, motivasi berfokus pada faktor - faktor dalam diri seseorang yang mendorong, mengarahkan, dan menghentikan perilaku (Ivancevich, JohnM.,dkk; 2005). Teori tersebut antara lain : a) Teori Motivasi Klasik oleh F. W. Taylor Teori ini dikemukakan oleh Fredrick Wislow Taylor. Menurut teori ini motivasi para pekerja hanya untuk dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan biologis saja. Kebutuhan biologis adalah kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang. Kebutuhan biologis ini akan terpenuhi, jika gaji atau upah yang diberikan cukup besar. Jadi jika gaji atau upah karyawan dinaikan maka semangat bekerja mereka akan meningkat (Hasibuan, 2005). b) Maslow’s Need Hierarchy Theory Teori ini disebut juga A Theory of Human Motivation, dikemukakan oleh A. H. Maslow tahun 1943. Dasar teori ini adalah (a) manusia adalah mahluk sosial yang berkeinginan; ia selalu menginginkan lebih banyak dan berlanjut sampai akhir hayat. (b) suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivasi bagi pelakunya: hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang menjadi alat motivasi. (c) kebutuhan manusia bertingkat-tingkat (hierarchy) sebagai berikut: (1) Physiological Need: (2) Safety and Security Needs: (3) Affiliation or Acceptance Needs (Belongingness): (4) Esteem or Status Needs : (5) Self Actualization 15 (Hasibuan, 2005). c) McCelland Human Motivation Theory Teori kebutuhan McClelland memfokuskan diri pada ketiga kebutuhan, diantaranya adalah : 1. Kebutuhan akan prestasi, yaitu dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, berjuang untuk meraih kesuksesan. 2. Kebutuhan akan kekuasaan, dalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara yang orang orang tersebut dengan rela dan tanpa paksaan tidak akan berperilaku demikian. 3. Kebutuhan akan afiliasi, yaitu hasrat untk menjalin hubungan dengan orang lain dengan baik. McClelland (dalam Ivancevich, John M.,dkk; 2005) menyatakan bahwa ketika timbul suatu kebutuhan yang kuat dalam diri manuasi, kebutuhan tersebut akan memotivasi dirinya untuk berperilaku yang bertujuan untuk mendatangkan kepuasannya. Sebagai contoh seorang karyawan yang memiliki target individu yang tinggi dalam pekerjaannya, akan bekerja keras dengan harapan target yang diinginkan dapat tercapai dengan menggunakan segenap kemampuan dan keterampilannya. Tema utama dari teori McClelland adalah bahwa kebutuhan ini dipelajari melalui penyesuaian dengan lingkungan seseorang (Ivancevich, John M.,dkk;2005). Karena yang menjadi fokus adalah kebutuhan, maka perilaku yang mendapatkan penghargaan yang cenderung lebih sering muncul. Manajer yang 16 dihargai atas perilaku pencapaiannya mengambil risiko yang moderat dan belajar untuk mencapai tujuan. Beberapa orang memiliki dorongan kuat untuk berprestasi dan berhasil. Mereka berjuang untuk prestasi pribadi bukan hanya untuk hasil sukses semata. Mereka mempunyai kemauan untuk melakukan pekerjaan dengan lebih efisien daripada yang dilakukan sebelumnya, dorongan semacam ini disebut dengan kebutuhan akan prestasi (Robbins, Stephen P.;1996). Kebutuhan akan kekuasaan adalah hasrat untuk mempunyai dampak, berpengaruh, dan mengendalikan orang-orang lain. Individu-individu dengan kebutuhan akan kekuasaan yang tinggi menikmati untuk dibebani, bergulat untuk dapat mempengaruhi orang lain, lebih menyukai diposisikan ke dalam lingkungan yang kompetitif dan berorientasi-status, serta cenderung lebvih peduli dengan gengsi dan memperoleh pengaruh terhadap orang-orang lain daripada melakukan kinerja yang efektif. Kebutuhan ketiga yang dijabarkan oleh McClelland adalah pertalian atau afiliasi. Kebutuhan ini menerima perhatian paling kecil dari para peneliti. Afiliasi dapat didefinisikan sebagai hasrat untuk dapat diterima oleh orang lain. Seseorang dengan motif afiliasi yang tinggi berjuang keras untuk persahabatan, lebih menyukai lingkungan dengan kondisi yang kooperatif daripada situasi yang kompetitif, serta sangat mengharapkan hubungan yang melibatkan derajat pemahaman timbal-balik yang tinggi. 4. Kinerja Pengertian Kinerja yaitu suatu hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang karyawan diartikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Rivai (2006) ”Kinerja 17 merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan”. Sedangkan Robbins (2006) mengatakan bahwa kinerja adalah banyaknya upaya yang dikeluarkan individu dalam mencurahkan tenaga sejumlah tertentu pada pekerjaan. Menurut Moeheriono (2009), pengertian kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah merupakan output atau hasil kerja yang dihasilkan baik segi kualitas maupun kuantitas pekerjaannya dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan perannya didalam organisasi atau perusahaan yang disertai dengan kemampuan, kecakapan, dan keterampilan dalam menyelesaikan pekerjaanya. Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan kepuasan kerja karyawan dan tingkat besaran imbalan yang diberikan, serta dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, dan sifat-sifat individu. Oleh karenanya, menurut mitra- lawyer kinerja individu pada dasarnya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : - Harapan mengenai imbalan - Dorongan - Kemampuan - Kebutuhan dan sifat 18 - Persepsi terhadap tugas - Imbalan internal dan eksternal - Persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja Dimensi dan Indikator Kinerja Pegawai Kinerja merupakan suatau alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Hal ini membutuhkan artikulasi yang jelas mengenai misi atau organisasi khusus tujuan sasaran yang dapat diukur. Menurut Amstrong yang dikutip Dharma (2005) perkembangan kinerja dipercepat oleh faktor-faktor berikut ini: 1. Munculnya manajemen sumber daya manusia sebagai pendekatan yang strategis dan terpadu terhadap pengelolaan dan perkembangan SDM yang bertanggung jawab atas manajemen lini. 2. Perlunya menemukan suatu pendekatan yang strategis namun fleksibel dalam mengelola suatu organisasi perusahaan. 3. Kesadaran atas kenyataan bahwa kinerja hanya dapat diukur dan dinilai atas dasar suatu model input-proses-output-outcme, dan terlalu konsentrasi terhadap salah satu dari aspek kinerja tersebut mengurangi efek dari keseluruhan sistemnya. 4. Perhatian yang diberikan kepada konsep perbaikan dan pengembangan yang berkelanjutan, dan organisasi pembelajaran learning organization (learning organization). 5. Kesadaran bahwa proses mengelola kinerja adalah suatu yang harus dilaksanakan oleh para manajer lini disepanjang tahun, bukannya suatu peristiwa 19 tahunan yang diatur oleh departemen personalia. 6. Meningkatnya kesadaran tentang pentingnya budaya organisasi (corporate cultur) kebutuhan untuk memberikan daya dongkrak yang membantu mengubah budaya dan proses di bawah suatu nilai-nilai dasar (core-values) 7. Meningkatnya penekanan terhadap komitmen dengan mengintegrasikan tujuan organisasi dan individu. 8. Pengembangan konsep kompetensi dan teknik untuk menganalisis kompetensi, serta menggunakan analisis tersebut sebagai dasar penentuan dan pengukuran standar kinerja dalam perilaku. 9. Kesadaran bahwa mengelola kinerja adalah urusan dari setiap orang didalam organisasi, bukan para manajer. 10. Ketidakpuasan terhadap hasil yang diperoleh dari cara pembayaran gaji/upah berdasarkan kinerja dan berkembangnya keyakinan bahwa aka permasalahannya seringkali disebabkan oleh tidak adanya proses yang memadai untuk mengukur kinerja. Prawirosentono (2009) kinerja seorang pegawai akan baik, jika pegawai mempunyai keahlian yang tinggi, kesediaan untuk bekerja, adanya imbalan/upah yang layak dan mempunyai harapan masa depan. Secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi kinerja individu, yaitu : variabel individu,variabel organisasi, dan variabel pisikologis. Kelompok variabel individu terdiri dari variabel kemampuan dan keterampilan, latar belakang pribadi dan demografis. 20 Mangkunegara (2009) kinerja karyawan dapat dinilai dari : 1. Kualitas kerja Menunjukan kerapihan, ketelitian, keterkaitan hasil kerja dengan tidak mengabaikan volume pekerjaan. Adanya kualitas kerja yang baik dapat menghindari tingkat kesalahan, dalam penyelesaian suatu pekerjaan yang dapat bermanfaat bagi kemajuan perusahaan 2. Kuantitas kerja Menunjukan banyaknya jumlah jenis pekerjaan yang dilakukan dalam suatu waktu sehingga efisiensi dan efektivitas dapat terlaksana sesuai dengan tujuan perusahaan. 3. Tanggung jawab Menunjukan seberapa besar karyawan dalam menerima dan melaksanakan pekerjaannya, mempertanggungjawabkan hasil kerja serta sarana dan prasarana yang digunkan dan perilaku kerjanya setiap hari. 4. Kerjasama Kesediaan karyawan untuk berpartisipasi dengan karyawan yang lain secara vertikal dan horizontal baik di dalam maupun diluar pekerjaan sehingga pekerjaan akan semakin baik. 5. Inisiatif Adanya inisiatif dari dalam diri anggota organisasi untuk melakukan pekerjaan serta mengatasi masalah dalam pekerjaan tanpa menunggu perintah. Wirawan (2009) menjelaskan pengembangan dimensi dan indikator 21 instrumen evaluasi kinerja yaitu : a. Dimensi hasil kerja yang terdiri dari tiga indikator yaitu 1. Kuantitas hasil kerja 2. Kualitas hasil kerja 3. Efisiensi dalam melaksanakan tugas b. Perilaku kerja yang terdiri dari tiga indikator yaitu : 1. Disiplin kerja 2. Inisiatif 3. Ketelitian c. Sifat pribadi yang terdiri dari tiga indikator yaitu : 1. Kepemimpinan 2. Kejujuran 3. Kreativitas 5. Loyalitas Karyawan Pengertian loyalitas berasal dari bahasa inggris 'loyal' yang artinya setia. dan kesetiaan adalah kualitas yang menyebabkan kita tidak menggemingkan dukungan dan pembelaan kita pada sesuatu. Loyalitas lebih banyak bersifat emosional, loyalitas adalah kualitas perasaan, dan perasaan tak selalu membutuhkan penjelasan rasional. Sedangkan loyalitas karyawan adalah berbagai bentuk peran serta anggota organisasi dalam menggunakan tenaga dan pikiran serta waktunya dalam mewujudkan tujuan organisasi (Hasibuan, 2005). 22 Coughan (2005, dalam Ross & Ali, 2011) mengemukakan kesulitan dalam mendefinisikan loyalitas karyawan disebabkan oleh karena dalam beberapa penelitian loyalitas sering dicampuradukan dengan komitmen karyawan. Dalam tulisan ini, penulis cenderung mengadopsi pendapat Antoncic & Antoncic (2011) yang melihat loyalitas terhadap organisasi sebagai suatu tingkatan sejauh mana seorang karyawan merasa menjadi bagian dari organisasi. Menjadi bagian dari organisasi merupakan tingkatan lebih tinggi dibanding dengan “tetap tinggal” dalam organisasi hanya karena memiliki komitmen kontinuans (tetap bertahan karena resiko yang dihadapi jika meninggalkan organisasi itu lebih besar). Karyawan tetap tinggal juga tidak semata karena komitmen normative (harus patuh karena memang sudah seharusnya begitu, sesuai norma yang ada) tetapi loyalitas harus terkait sampai pada komitmen affektif (Ross & Ali, 2011), dalam mana karyawan sungguh merasa bahwa “suka-duka” organisasi adalah “sukaduka”-nya juga. Oleh karena itu loyalitas mencakup kesediaan untuk tetap bertahan, memiliki produktivitas yang melampaui standard, memiliki perilaku altruis, serta adanya hubungan timbal balik di mana loyalitas karyawan harus diimbangi oleh loyalitas organisasi terhadap karyawan. Loyalitas karyawan merupakan hal yang penting bagi sebuah perusahaan. Pada dasarnya ada ikatan antara karyawan dengan perusahaan tempat di mana ia bekerja, sehingga diantara keduanya tidak dapat dipisahkan. Menurut Poerwopoespito (2005) dikatakan bahwa loyalitas kepada pekerjaan tercermin pada sikap karyawan yang mencurahkan kemampuan dan keahlian yang dimiliki, melaksanakan tugas dengan bertanggung jawab, disiplin serta jujur dalam bekerja. 23 Ada berbagai macam pengertian loyalitas menurut para tokoh, antara satu tokoh dengan tokoh lainnya ada yang saling bertentangan, tetapi ada juga yang sejalan bahkan saling mendukung. Menurut Hasibuan (2005) menyebutkan bahwa, loyalitas atau kesetiaan merupakan salah satu unsur yag digunakan dalam penilaian karyawan, yang mencakup kesetiaan terhadap pekerjaannya, jabatannya dan organisasi. Dimana kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan dari rongrongan oang yang tidak bertanggung jawab. Untuk mengetahui loyalitas kerja karyawan dapat dilihat melalui beberapa dimensi dan indikator sebagai berikut: (Malthis, 2002) 1. Peran serta karyawan, merupakan bentuk peran serta anggota organisasi dalam menggunakan tenaga dan pikiran serta wakyunya dalam mewujudkan tujuan organisasi pada perusahaan yang bersangkutan. Peran serta karyawan dalam bekerja ini dapat dinilai melalui : a. Kesediaan pegawai dalam bekerja b. Tindakan aktif pegawai dalam melaksanakan pekerjaan. c. Keikutsertaan pegawai dalam setiap menyelesaikan permasalahan pekerjaan. d. 2. Keterlibatan pegawai dalam pengambilan kebijakan. Kesadaran karyawan dalam bekerja, merupakan bentuk tanggung jawab karyawan yang didasari pada kesadaran penuh dalam menaati dan mematuhi serta mengerjakan semua tugas pekerjaannya dengan baik pada perusahaan yang 24 bersangkutan. Kesadaran seorang karyawan dalam bekerja ini dapat dinilai melalui indicator sebagai berikut: a. Pengetahuan tentang pekerjaan b. Inisiatif saat bekerja c. Kreatifitas kerja d. Ketaatan dan kepatuhan karyawan Loyalitas karyawan yang paling terlihat dapat tercermin dari banyaknya karyawan yang keluar masuk perusahaan atau lebih dikenal dengan intensi turn over. Seperti yang dikatakan oleh Poerwopoespito (2005) “Sikap karyawan sebagai bagian dari perusahaan yang paling utama adalah loyal. Sikap ini diantaranya tercermin dari terciptanya suasana yang menyenangkan dan mendukung di tempat kerja, menjaga citra perusahaan dan adanya kesediaannya untuk bekerja dalam jangka waktu yang lebih panjang. Turnover adalah berhentinya seseorang karyawan dari tempatnya bekerja secara sukarela . Intensi turnover adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti bekerja dari pekerjaannya secara sukarela menurut pilihannya sendiri. Tingkat turnover adalah kriteria yang cukup baik untuk mengukur stabilitas yang terjadi di organisasi tersebut, dan juga bisa mencerminkan kinerja dari organisasi. Turnover mengarah pada kenyataan akhir yang dihadapi organisasi berupa jumlah karyawan yang meninggalkan organisasi pada periode tertentu, sedangkan keinginan berpindah mengacu pada hasil evaluasi individu mengenai kelanjutan hubungannya dengan organisasi dan belum diwujudkan 25 dalam tindakan pasti meninggalkan organisasi. Menurut Zeffane ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap turnover, diantaranya adalah faktor eksternal, yakni pasar tenaga kerja,faktor institusi yakni kondisi ruang kerja, upah, ketrampilan kerja, dan supervsi, karakteristik personal dari karyawan seperti intelegensi, sikap, masa lalu, jenis kelamin, minat , umur, dan lama bekerja serta reaksi individu terhadap pekerjaanya. Tingkat perpindahan kerja karyawan yang terlalu tinggi mengakibatkan biaya yang ditanggung organisasi jauh lebih tinggi dibanding kesempatan memperoleh peningkatan kinerja dari karyawan baru. Perusahaan yang memiliki angka turnover yang tinggi mengindikasikan bahwa karyawan tidak betah bekerja di perusahaan tersebut. Dari sisi ekonomi, perusahaan akan mengeluarkan cost yang cukup besar karena sering melakukan rekrutmen, pelatihan dan menguras tenaga serta biaya dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi suasana kerja menjadi kurang menyenangkan. Selain itu, adanya turnover menurut Feinstein & Harrah (2002) dapat menggangu proses komunikasi, produktivitas serta menurunkan kepuasan kerja bagi karyawan yang masih bertahan. Organisasi selalu berusaha mencari cara untuk menurunkan tingkat perputaran karyawan, terutama dysfunctional turnover yang menimbulkan berbagai potensi biaya seperti biaya pelatihan yang sudah diinvestasikan pada karyawan, tingkat kinerja yang mesti dikorbankan, serta biaya rekrutmen dan pelatihan kembali. 26 6. Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Lokasi Metode Variabel & Penelitian Penelitian Hub.antar variabel Zakdi Akmal, Sekertariat Metode Kinerja A.Rahman Daerah Penelitian yang digunakan untuk berpengaruh Aceh Kuantitatif menilai dan mengetahui terhadap apakah pegawai. Tahun dan atau Hasil Riset Laporan Lubis Mukhlis Yunus dan Unsiyah (Y), sistem seorang karyawan telah melaksanakan 2012 -Kompensasi motivasi -Kompensasi berpengaruh pekerjaannya secara keseluruhan. terhadap disiplin kerja pegawai Motivasi (Z1), -Motivasi serangkaian sikap dan berpengaruh nilai-nilai yang terhadap mempengaruhi individu pegawai. untuk -Disiplin mencapai hal kinerja kerja yang spesifik sesuai berpengaruh tujuan individu. terhadap kinerja. Disiplin sikap Kerja (Z2), kesediaan dan kerelaan seseorang -Kompensasi melalui motivasi berpengaruh untuk mematuhi dan terhadap kinerja. mentaati norma-norma -Kompensasi peraturan yang berlaku melalui di sekitarnya. kerja Kompensasi (X), terhadap kinerja. disiplin berpengaruh 27 keseluruhan balas jasa yang diterima oleh pegawai sebagai akibat dari pelaksanaan pekerjaan di organisasi dalam bentuk uang atau lainnya, yang dapat berupa gaji upah, bonus,insentif, dan tunjangan hari raya, uang makan, uang cuti, dan lain-lain. Mulyadi PT. 2012 Balai Metode - Variabel independen - Pustaka Penelitian (x) dalam (Persero) Kuantitatif kompensasi : pemberian adalah Kompensasi hal ini berhubungan Pulo suatu balas jasa yang langsung Gadung diberikan oleh kinerja karyawan, Estate, pimpinan kepada bahwa apabila Jakarta bawahan Timur atas kerja dengan kompensasi yang keras yang dilakukan diberikan naik sesuai maka kinerja juga dengan kontribusi yang dilakukan, dengan indikator-indikator kompensasi meningkat. -Variabel : kompensasi langsung memberikan dan tidak langsung. kontribusi terhadap - Variabel dependen (y) kinerja karyawan 28 : Kinerja adalah suatu sebesar 49%. pengukuran hasil dari pekerjaan yang didalam terdapat suatu program yang mewujudkan sasaran berupa hasil/ output yang menjadi suatu hasil evaluasi yang dipertimbangkan oleh manajer untuk mengambil suatu keputusan. Variabel indikator : performance (kinerja), ketelitian, kedisplinan, tanggung jawab, karyawan, absensi ketaatan, kejujuran. Yanson CV Wahana Metode Variabel dependennya - Bastian Samudra Penelitian (X) adalah Kompensasi kompensasi 2011 Persada Kuantitatif dan Bonus. bonus Variabel loyalitas independennya adalah Loyalitas . (Y) Pemberian dan terhadap sangat signifikan pengaruhnya. - Besarnya pengaruh kompensasi dan 29 bonus terhadap loyalitas kepada perusahaan adalah sebesar 86,90% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Yuli Suwati PT. 2013 Tunas Metode Variabel dependennya - Hijau Penelitian adalah kompensasi Samarinda Kuantitatif karyawan (Y) Sedangkan independennya kinerja Variabel secara variabel adalah (X1) parsial berpengaruh positif dan signifikan kompensasi (X1) dan terhadap kinerja motivasi kerja (X2). karyawan (Y) - Variabel motivasi kerja (X2) secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan (Y). - Variabel kompensasi motivasi secara sama dan kerja bersamamempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja 30 karyawan. Musliadi Diden Zamili 2014 Metode Variabel Café Resto Penelitian nya adalah Kompensasi pengaruh & Karaoke Kuantitatif (X). signifikan& positif Variabel dependent nya terhadap adalah motivasi kerja kerja pegawai (Y). - Padang Hot independen -Kompensasi ber- motivasi Kompensasi memiliki hubungan yg kaut terhadap motivasi kerja 31 B. Rerangka Pemikiran Motivasi kerja Kenaikan Upah Kinerja Loyalitas 32 C. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu fenomena dan atau pertanyaan penelitian yang dirumuskan setelah mengkaji suatu teori. Oleh sebab itu, rumusan hipotesis harus dalam bentuk pernyataan ilmiah atau proposisi, yaitu mengandung dua variabel atau lebih. Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah Hipotesis Kausal, yaitu hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh suatu variable terhadap variable lainnya, atau biasa juga disebut dengan hipotesis asimetris. Hipotesis penelitian : H1 : Kenaikan upah yg diterima awak kabin PT Garuda Indonesia berpengaruh terhadap motivasi kerja mereka. H2 : Kenaikan upah yg diterima awak kabin PT Garuda Indonesia berpengaruh terhadap kinerja mereka. H3 : Kenaikan upah yg diterima awak kabin PT Garuda Indonesia berpengaruh terhadap loyalitas mereka.