Chapter I

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor utama yang sangat
penting dalam suatu organisasi.Organisasi merupakan kegiatan orang-orang dalam
usaha mencapai tujuan.Dalam wadah kegiatan itu, setiap orang atau karyawan
harus jelas tentang tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya masing-masing.
Pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif merupakan jalan bagi suatu
organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan dimasa
yang akan datang. Dengan kata lain, keberhasilan atau kemunduran suatu
organisasi tergantung pada keahlian dan keterampilan karyawan yang bekerja.
Untuk menciptakan keberhasilan kerja karyawan, seorang pimpinan harus
melakukan suatu langkah manajemen agar tujuan organisasi dapat tercapai.Salah
satu langkah tersebut adalah melakukan pengawasan terhadap segalapekerjaan
yang dilakukan karyawan. Pengawasan menjadi suatu unsur yang terpenting
dalam pembinaan individu di dalam organisasi karena pengawasan merupakan
tenaga penggerak bagi para bawahan atau karyawan agar dapat bertindak sesuai
dengan apa yang telah direncanakan menurut aturan yang berlaku. Menurut
Saylees (1998:307), pengawasan merupakan hal yang sangat penting karena
masing-masing organisasi atau instansi memerlukan pengawasan yang tergantung
dari faktor-faktor situasional seperti ukuran organisasi, kebijakan organisasi,
sasaran organisasi, sejumlah perubahan yang terjadi, kompleksitas objek yang
1
2
dikontrol, dan suasana pendelegasian yang ada didalam suatu organisasi.
Sedangkan menurut Moekijat (1999:185), pengawasan mempunyai peranan
penting bagi manajemen kepegawaian karena ia mempunyai hubungan yang
terdekat dengan pegawai-pegawai perorangan secara langsung dan baik buruknya
pegawai bekerja tergantung dari bagaimana ia mengawasi cara kerja pegawainya
dan mendekati para pegawainya agar mereka melaksanakan pekerjaannya dengan
baik dan tidak ada unsur paksaan hanya karena mereka diawasi.
Setiap atasan mempunyai kewajiban untuk mengawasi bawahannya
melalui pengawasan yang bersifat pembinaan, pimpinan dapat mengetahui
kegiatan-kegiatan nyata dari setiap aspek dan permasalahan pelaksanaan tugastugas dalam lingkungan satuan organisasi.Jika terjadi penyimpangan, pimpinan
dapat segera mengambil langkah perbaikan dan tindakan seperlunya sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dalam peraturan yang berlaku.
Fungsi pengawasan adalah untuk meningkatkan kinerja organisasi secara
kontiniu untuk mencapai tujuan organisasi.Namun, dalam meningkatkan kinerja
ada beberapa faktor penghambat salah satunya yaitu kurangnya disiplin
kerja.Disiplin kerja sering timbul dalam konotasi negatif karena disiplin lebih
dikaitkan dengan sangsi atau hukuman.Contohnya bagi karyawan bank,
keterlambatan masuk kerja bahkan satu menit pun berarti pemotongan gaji yang
disepadankan dengan tidak masuk kerja pada hari itu.Bagi pengendara sepeda
motor, tidak menggunakan helm berarti siap untuk ditilang polisi.
Hodges dalam Susilo Martoyo (2000:76) mengatakan bahwa disiplin dapat
diartikan sebagai sikap seseorang atau kelompok yang berniat untuk mengikuti
aturan-aturan
yang telah ditetapkan.Dalam kaitannya dengan pekerjaan,
3
pengertian disiplin kerja adalah suatu sikap dan tingkah laku yang menunjukkan
ketaatan karyawan terhadap peraturan organisasi.
Setiap kegiatan yang sedang berlangsung dalam organisasi harus
berdasarkan fungsi-fungsi manajemen, dimana salah satu diantaranya adalah
fungsi pengawasan agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efesien dan
efektif. Pelaksanaan kegiatan organisasi tanpa adanya suatu pengawasan dapat
mengakibatkan disiplin kerja menurun dan akan berpengaruh langsung kepada
kegiatan-kegiatan lainnya sehingga dapat menghambat proses kegiatan suatu
organisasi. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem pengawasan yang efektif
sehingga
diharapkan
dapat
menghasilkan
dampak
yang
positif
untuk
perkembangan organisasi tersebut.
Pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja karyawan menjadi sangat
penting untuk dibahas.Hal ini dimaksud untuk melihat apakah dengan
diadakannya pengawasan dapat berpengaruh terhadap disiplin kerja karyawan
pada suatu organisasi. Apabila ada pengawasan yang dilakukan secara efektif dari
manajer maka semangat kerja akan timbul dan para karyawan secara otomatis
akan bekerja rajin dengan disiplinkerja yang tinggi serta bertanggung jawab
sehingga produktifitas kerja dapat meningkat dengan sendirinya.
PT. Bona Trans Persada merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dalam bidang jasa pengiriman barang melalui transportasi darat dan laut dalam
bentuk full container, semi cellular containers, break bulk dan general cargo,
roll-on dan roll-off, tankers, dan timber product. Perusahaan ini berpusat di
Jakarta dan mempunyai kantor cabang di Medan, Dumai, Pekanbaru, Surabaya,
Pontianak, Sampit, Banjarmasin, Balikpapan, Samarinda, dan Makasar. Visi
4
perusahaan ini adalah menjadi bagian dari proses pembangunan di Indonesia
dengan menitikberatkan produk jasanya lewat pelayanan prima dan didukung
jaringan kerja yang luas. Dalam menciptakan pelayanan prima, PT. Bona Trans
Persada menerapkan pengawasan melalui peraturan dan tata tertib dengan tujuan
meningkatkan disiplin kerja karyawannya.Oleh sebab itu saya sebagai penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Pengaruh Fungsi
PengawasanTerhadap Disiplin Kerja KaryawanPada PT Bona Trans Persada
Cabang Medan”.
1.2
Rumusan Masalah
Agar dapat memudahkan penelitian ini dan penelitian ini memiliki arah
yang jelas, maka dapat dirumuskan masalah yang disajikan dalam proposal
penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Fungsi Pengawasan Terhadap Disiplin
Kerja KaryawanPada PT Bona Trans Persada Cabang Medan?”
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui bagaimana fungsi pengawasandi PT Bona Trans
PersadaCabang Medan?
2. Untuk mengetahui bagaimana disiplin kerja karyawan di PT Bona Trans
PersadaCabang Medan?
3. Untuk mengetahui adakah pengaruh fungsi pengawasan terhadap disiplin kerja
pegawai diPT Bona Trans PersadaCabang Medan?
5
1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan berfikir dalam menulis karya ilmiah sehingga diperoleh suatu
kesimpulan yang bersifat teruji dan berguna.
2. Secara praktis, sebagai bahan masukan kepada pegawai di PT Bona Trans
PersadaCabang Medanmengenai pentingnya fungsi pengawasanterhadap
disiplin kerja.
3. Secara akademis, sebagai bahan masukan bagi pelengkap referensi
maupun bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin mengadakan
penelitian di bidang yang sama.
1.5
Kerangka Teori
1.5.1
Pengertian Fungsi Pengawasan
Suatu sistem pengawasan yang baik sangat penting dan berpengaruh dalam
proses pelaksanaan kegiatan, baik dalam organisasi pemerintah maupun swasta.
Karena tujuan pengawasan adalah mengamati apa yang sebenarnya terjadi dan
membandingkan dengan apa yang seharusnya terjadi dengan maksud untuk
secepatnya melaporkan penyimpangan atau hambatan kepada pimpinan yang
bersangkutan agar diambil tindakan korektif yang perlu.
Secara umum pengawasan dapat diartikan sebagai perbuatan untuk melihat
dan memonitor terhadap orang agar sesuai dengan kehendak yang telah ditentukan
sebelumnya. Menurut M. Manullang (2005:173), pengawasan sebagai suatu
proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya,dan
6
bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan rencana semula. Menurut Herujito (2001:242), pengawasan ialah
mengamati dan mengalokasikan dengan tepat penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi.Henry Fayol, sebagaimana dikutip oleh Sofyan Syafri Harahap (2000:10),
mengatakan bahwa pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua
terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan dan
prinsip yang dianut juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan
kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari. Menurut Kadarman
(2001:159), pengawasan adalah suatu upaya yang sistematis untuk menetapkan
kinerja standar pada rencana untuk merancang sistem umpan balik informasi
untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan, mengukur
signifikansi penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan
yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya yang telah digunakan
seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan organisasi. Jadi, dalam
setiap kegiatan yang akan diselenggarakan, pengawasan selalu dibutuhkan.
Dengan adanya pengawasan yang baikdiharapkan rencana atau tujuan yang telah
ditetapkan akan dapat terjadi dengan cara yang efektif dan efisien. Karena melalui
pengawasan diusahakan agar setiap tindakan atau perbuatan tidak menyimpang
dari ketentuan-ketentuan yang ada.
Handoko (2003:360) mengatakan bahwa pengawasan adalah proses untuk
menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Pengawasan
merupakan elemen tugas-tugas manajerial dan ia mencakup tindakan pengukuran
dan perbaikan/koreksi performa pihak yang diawasi guna memastikan bahwa
sasaran-sasaran, instruksi yang dikeluarkan dilaksanakan secara efisien dan
7
berjalan lancar.Selanjutnya Robert J. Mokler mendefinisikan pengawasan
manajemen adalah usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan
dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan
balik
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,
menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil
tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya
perusahaan dipergunakan dengan cara yang paling efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
Dari keseluruhan pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa
pengawasan adalah keseluruhan rangkaian, tindakan, kegiatan atau usaha yang
dilakukan oleh pimpinan dengan cara pemantauan, pemeriksaan, bimbingan dan
pengarahan, tindakan
disiplin, tindakan koreksi untuk mengawasi dan
mengendalikan bawahan serta organisasi secara terus menerus. Hal ini dilakukan
demi terciptanya tata tertib kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan tercapainya
hasil atau tujuan secara efektif dan efisien sesuai dengan program atau rencana
dan ketentuan yang berlaku.
1.5.1.1 Tujuan Pengawasan
Menurut Sukarna(2001:122) tujuan pengawasan adalah :
1.
Untuk mengetahui jalannya pekerjaan apakah lancar atau tidak
2.
Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan
mengusahakan pencegahan agar supaya tidak terulang kesalahan yang
sama atau timbulnya kesalahan-kesalahan yang baru
8
3.
Untuk mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam
perencanaan terarah pada sasarannya dan sesuai dengan yang telah
ditentukan
4.
Untuk mengetahui apakah biaya sesuai dengan program (tingkat
pelaksanaan) seperti yang telah dietapkan dalam rencana
5.
Untuk mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah
ditetapkan dalam rencana
6.
Untuk mengetahui apakah pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan prosedur
dan kebijaksanaan yang ditetapkan
Menurut Maman Ukas (2004:337) mengemukakan :
1. Mensuplai pegawai-pegawai manajemen dengan informasi-informasi yang
tepat, teliti dan lengkap tentang apa yang akan dilaksanakan.
2. Memberi kesempatan pada pegawai dalam meramalkan rintanganrintangan yang akan mengganggu produktivitas kerja secara teliti dan
mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menghapuskan atau
mengurangi gangguan-gangguan yang terjadi.
3. Setelah kedua hal diatas telah dilaksanakan, kemudian para pegawai dapat
membawa kepada langkah terakhir dalam mencapai produktivitas kerja
yang maksimum dan pencapaian yang memuaskan dari pada hasil-hasil
yang diharapkan.
Dengan demikian maksud dan tujuan pengawasan adalah untuk
memperbaiki atau mencegah adanya kesalahan, penyimpangan-penyimpangan
atau penyelewengan dalam pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa
yang ditujukan.
9
1.5.1.2 Indikator dalam Mengukur Fungsi Pengawasan
Menurut
Pasaribu
(2011:34-35)
pengawasan
diukur
berdasarkan
indikatornya, yaitu:
1. Pemantauan
yaitu memeriksa langsung perihal atau orangnya sendiri bagian mana
peristiwanya terjadi dan dimana bawahan itu bertugas.
2. Pemeriksaan
yaitu pengawasan yang dilakukan melalui pengamatan, pencatatan,
penyelidikan dan penelahaan secara cermat dan sistematis serta melalui
penilaian terhadap segala yang ada kaitannya dengan pekerjaan.
3. Bimbingan dan pengarahan
yaitu segala kegiatan yang dilakukan pimpinan dalam memberikan saran
terhadap pelaksanaan tugas.
4. Tindakan disiplin
yaitu segala usaha yang dilakukan pimpinan terhadap bawahan dalam
rangka memberikan sanksi bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku.
5. Tindakan koreksi
yaitu segala upaya yang dilakukan pimpinan untuk memperbaiki kesalahan
- kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan bawahan.
1.5.1.3 Jenis-Jenis Pengawasan
Menurut Maringan (2004:62), jenis-jenis pengawasan yaitu :
1. Pengawasan Dari Dalam Organisasi (Internal Control)
10
Pengawasan dari dalam artinya bahwa pengawasan yang dilakukan oleh
unit atau aparat pengawasan berasal dari dalam organisasi, yang bertindak
atas nama pimpinan organisasi, dimana hasil dari tindakannya berupa data
atau informasi yang berguna bagi pimpinan dalam menilai kebijakan yang
telah ada atau mementukan kebijakan berikutnya, sebagai perbaikan
terhadap pelaksanaan pekerjaan bawahannya.
2. Pengawasan Dari Luar Organisasi (Eksternal Control)
Pengawasan ini dilakukan oleh aparat atau unit pengawasan dari luar
organsasi yang bertindak atas nama atasan pimpinan organisasi. Misalnya
pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan terhadap
suatu departemen atau instansi yang bertindak atas nama pemerintah atau
presiden.
3. Pengawasan Preventif
Pengawasan yang dilakukan sebelum rencana itu dilaksanakan dengan
maksud agar tidak ada kesalahan atau penyimpangan data dalam
melakukan kegiatan organisasi, dalam hal ini misalnya menentukan
peraturan-peraturan yang berhubungan dengan prosedur, hubungan dengan
tata kerja atau menentukan pedoman kerja sesuai dengan peraturan atau
ketentuan yang ditetapkan.
4. Pengawasan Represif
Pengawasan ini dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan, dengan
cara menilai dan membandingkan pelaksanaan pekerjaan dengan rencana
yang telah ditetapkan, kemudian diambil tindakan pekerjaan selanjutnya
berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya.
11
1.5.1.4 Ciri-Ciri Pengawasan yang Efektif
Ciri-ciri pengawasan yang efektif sebagai berikut Siagian(2007:194):
1. Pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai kegiatanyang
diselenggarakan
2. Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang kemungkinan
adanya penyimpangan dari rencana
3. Objektivitas dalam melakukan pengawasan
4. Keluwesan pengawasan
5. Efisiensi pelaksanaan pengawasan
6. Pengawasan mencari apa yang tidak beres
7. Pengawasan harus bersifat membimbing
1.5.1.5 Sifat-Sifat Pengawasan
Pengawasan hendaknya jangan dianggap sebagai kegiatan untuk mencari
kesalahan orang lain tetapi hendaknya dilaksanakan untuk mencari kebenaran dari
hasil pelaksanaan kerja. Oleh karena itu, perlu diperhatikan sifat-sifat dari
pengawasan. Menurut Siagian (2004:146), sifat-sifat pengawasan yang baik
adalah sebagai berikut:
1. Pengawasan harus bersifat “Fact Finding” dalam arti bahwa pelaksanaan
fungsi pengawasan harus menemukan fakta-fakta tentang bagaimana tugas
dilaksanakan didalam organisasi.
2. Pengawasan harus bersifat “Preventif” yang berarti bahwa proses
pengawasan dijalankan untuk mencegah timbulnya penyelewengan penyelewengan dari rencana yang ditentukan.
12
3. Pengawasan diarahkan untuk masa sekarang yang berarti bahwa
pengawasan hanya ditujukkan terhadap kegiatan-kegiatan yang kini
dilaksanakan.
4. Pengawasan hanyalah sekedar alat untuk meningkatkan efisiensi,
pengawasan tidak boleh dianggap tujuan.
5. Pengawasan hanyalah sekedar alat administrasi dan manajemen maka
pelaksanaan pengawasan itu harus mempermudah pencapaian tujuan.
6. Proses pelaksanaan pengawasan harus efisiensi jangan sampai terjadi
pengawasan yang menghambat usaha peningkatan efesiensi.
7. Pengawasan tidak dimaksudkan untuk menentukan siapa yang salah jika
ada ketidakberesan akan tetapi untuk menemukan apa yang tidak benar.
8. Pengawasan harus bersifat membimbing agar supaya pelaksanaan
meningkatkan kemampuannya untuk melaksanakan tugas yang ditentukan
kepadanya.
Sifat-sifat pengawasan diatas dapat juga diguanakan sebagai dasar
penyusunan rencana dan pelaksanaan pengawasan agar rencana dan penyusunan
rencana efektif harus diketahui terlebih dahulu siapa dan apa saja subjek serta
objek dari pengawasan.
1.5.1.6 Fungsi-Fungsi Pengawasan
Menurut Belkoui dikutip oleh Sofyan Syafri Harahap (2000:35), fungsi
pengawasan pada dasarnya mencakup 4 unsur, yaitu:
1. Penetapan standar pelaksana
2. Penentuan ukuran-ukuran pelaksana
13
3. Pengukuran pelaksana nyata dan membandingkan dengan standar yang
telah ditetapkan
4. Mengambil tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksana menyimpang
dari standar
Pada hakekatnya itu adalah berfungsi sebagai pengarah supaya jangan
terjadi kekeliruan dan sesuai dengan rencana.Melalui pelaksanaan membuat orang
menjadi disiplin dalam mengerjakan tugasnya dan menghindari penyimpangan.
1.5.1.7 Proses Dasar Pengawasan
Ibrahim Lubis (2000:160) menyatakan proses pengawasan terdiri dari
beberapa tindakan atau langkah pokok tertentu yang bersifat fundamental bagi
semua pengawasan manajerial. Adapun langkah-langkah pokok ini meliputi :
1.
Penentuan ukuran atau pedoman baku ( standar).
Standar terlebih dahulu harus ditetapkan. Ini tidak lain suatu model atau
suatu ketentuan yang telah diterima bersama atau yang telah ditentukan
oleh pihak yang berwenang. Standar berguna antara lain sebagai alat
pembanding di dalam pengawasan, alat pengukur untuuk menjawab
pertanyaan berapa suatu kegiatan atau sesuatu hasil telah dilaksanakan,
sebagai alat untuk membantu pengertian yang lebih cepat antara
pengawasan dengan yang diawasi, sebagai cara untuk memperbaiki
uniformitas.
2.
Penilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah atau senyatanya
dikerjakan.
14
Ini dapat dilakukan dengan melalui laporan (lisan atau tertulis), buku
catatan harian tentang bagan jadwal atau grafik produksi, inspeksi atau
pengawasan langsung, pertemuan atau konferensi dengan petugas-petugas
yang bersangkutan, dan survei yang dilakukan oleh tenaga staff atau badan
tertentu.
3.
Perbandingan antara pelaksanaan pekerjaan dengan ukuran atau standard
yang telah ditetapkan untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi. Ini dilakukan untuk pembandingan antara hasil pengukuran
tadi dengan standar, dengan maksud untuk mengetahui apakah diantaranya
terdapat suatu perbedaan dan jika ada seberapa besarnya perbedaan itu,
kemudian untuk menentukan perbedaan itu perlu diperbaiki atau tidak.
4.
Perbaikan atau pembentulan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi sehingga pekerjaan tadi sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Bila hasil analisa menunjukan adanya tindakan koreksi, tindakan ini harus
diambil.Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk.Standar
mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya dilakukan
bersamaaan.
1.5.2
Disiplin Kerja
Disiplin kerja merupakan masalah yang sangat berpengaruh besar terhadap
kemajuan suatu perusahaan atau organisasi. Tanpa adanya disiplin kerja akan
menyebabkan pelaksanaan kerja terhambat atau tidak dapat diselesaikan dengan
baik, sehingga tujuan organisasi akan terhambat dan sulit tercapai. Sebelum
15
membicarakan tentang disiplin kerja, akan kita bicarakan tentang pengertian
disiplin.Secara umum disiplin dapat diartikan sebagai kepatuhan dan ketaatan
terhadap segala peraturan atau ketentuan yang berlaku atau dapat juga diartikan
sebagai kesungguhan dalam bertindak atau berperilaku.
Menurut Susilo Martoyo (2000:151), disiplin berasal dari bahasa Latin
yaitu “Discipline” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian
serta pengembangan tabiat.T.Hani Handoko (2001:208) mengemukakan bahwa
disiplin
adalah
kegiatan
manajemen
untuk
menjalankan
standar-standar
organisasional.Hal ini berarti disiplin menjadi acuan bagi organisasi dalam
menentukan standar-standar yang dilakukan di organisasi.Sementara itu menurut
Nitisemito (2001:199), disiplin adalah suatu tingkah laku dan perbuatan sesuai
dengan peraturan-peraturan baik tertulis maupun tidak.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa disiplin
adalah suatu tindakan dari seseorang yang mentaati peraturan yang telah
ditetapkan dengan didasari kesadaran tanpa adanya unsur paksaan.Dalam
menjalankan kedisiplinan diperlukan adanya kesadaran dari pegawai untuk
mentaati peraturan yang berlaku. Arti kesadaran menurut Malayu Hasibuan
(2003:193) yaitu sikap seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan
dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi, dia akan mematuhi atau
mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan.Hal ini berarti
bahwa seseorang bersedia mematuhi semua peraturan serta melaksanakan tugastugasnya secara sukarela akan membentuk kedisiplinan bagi dirinya. Kedisiplinan
dari karyawan tersebut terwujud jika datang dan pulang kerja tepat waktu,
16
mengerjakan tugasnya dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan
norma sosial yang berlaku.
Sedangkan definisi kerja menurut W.J.S. Poerwadarminta (1997:492)
adalah perbuatan melakukan sesuatu atau sesuatu yang dilakukan/diperbuat.Jadi,
dapat diartikan bahwa disiplin kerja adalah suatu sikap dan perilaku dari
seseorang karyawan yang selalu taat dan patuh terhadap peraturan-peraturan
organisasi atau institusi baik yang tertulis maupun yang tidak untuk pelaksanaan
aktivitas atau kegiatan dengan sebaik-baiknya serta tidak menyimpang dari
ketentuan yang ada.
1.5.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin
Menurut Alex S. Nitisemito(2001:200) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi disiplin kerja pegawai, antara lain :
1. Ancaman
Karena
disiplin
merupakan
kebiasaan,
maka
ancaman
yang
diberikanbukan merupakan hukuman tetapi lebih ditekankan agar
merekamelaksanakan kebiasaan yang dianggap baik.Oleh karena itu
sebelumancaman dijatuhkan perlu adanya peringatan. Dengan ancaman
akan mempengaruhi karyawan lain untuk lebih mematuhi peraturan
danketentuan yang ada dalam perusahaan.
2. Ketegasan dalam pelaksanaan disiplin
Seorang pimpinan jangan sampai membiarkan suatu pelanggaran yang
dilakukan bawahannya tanpa adanya suatu tindakan atau membiarkan
pelanggaran tersebut terjadi berlarut-larut tanpa adanya tindakan tegas.
17
Dengan kejadian tersebut yaitu membiarkan pelanggaran terjadi tanpa
tindakan jelas sesuai ancaman maka bagi pelanggar akan menganggap
bahwa ancaman yang diberikan hanyalah ancaman kosong belaka, artinya
mereka berani melanggar lagi, sebab tidak adanya tindakan tegas. Dengan
adanya ketegasan dalam pelaksanaan disiplin dengan cara memberlakukan
sangsi yang telah ditetapkan akan mempengaruhi karyawan dalam
bertindak sehingga mereka akan hati-hati dan berusaha untuk mematuhi
semua ketentuan yang ada.
3. Tujuan dan kemampuan
Kedisiplinan diwujudkan untuk mewujudkan tujuan perusahaan selain itu
kedisiplinan yang ditegakkan harus sesuai dengan kemampuan dari
karyawan.Jangan menyuruh karyawan melakukan sesuatu yang sulit untuk
dilakukan.Apalagi disertai ancaman maka aturan-aturan tersebut hanya
omong kosong belaka dan pastinya mengurangi kewibawaan dari
pimpinan tersebut.
4. Kesejahteraan
Untuk menegakkan kedisiplinan harus diikuti dengan keseimbangan
dengan tingkat kesejahteraan yang diterima oleh karyawan.Dengan tingkat
kesejahteraan yang cukup maksudnya dengan tingkat gaji yang cukup
sehingga dapat hidup dengan layak. Dengan hidup mereka yang layak
maka karyawan akan bersikap tenang dalam melaksanakan tugasnya dan
dengan ketenangan dalam bekerja tersebut akan mendorong ataupun
menimbulkan kedisiplinan bekerja.
18
5. Teladan pimpinan
Keteladanan dari seorang pimpinan menjadi penting karena pimpinan
selalu diperhatikan oleh bawahan, apa yang diperintahkan oleh atasan atau
pimpinan selalu diikuti. Seorang pimpinan yang selalu berbuat baik dan
mentaati peraturan yang ada akan menjadi panutan bagi bawahannya.
Sehingga sikap dari pimpinan tersebut akan mempengaruhi karyawan
untuk dapat bersikap disiplin juga.
1.5.2.2 Beberapa Pedoman Dalam Pendisiplinan
Heidjrachman(2008:228) mengemukakan bahwa dalam pendisplinan perlu
diperhatikan beberapa pedoman sebagai berikut :
1.
Pendisiplinan hendaknya dilakukansecara pribadi
Tidak seharusnya memberikan teguran kepada bawahan dihadapan banyak
orang. Hal ini akan mempermalukan bawahan yang ditegur (meskipun
memang benar bersalah) akibatnya dapat menimbulkan rasa dendam.
2.
Pendisiplinan harus bersikap membangun
Memberikan teguran hendaknya disertai dengan saran tentang bagaimana
seharusnya tidak berbuat lagi dengan kesalahan yang sama.
3.
Pendisiplinan harus dilaksanakan pimpinan
4.
Pimpinan tidak seharusnya memberikan pendisiplinan pada waktu
bawahan sedang absen
5.
Setelah pendisiplinan sikap pimpinan harus wajar
Dari pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa pendisplinan yang dilakukan
oleh pimpinan terhadap bawahan bukan proses yang berlarut-larut akan tetapi
sudah sewajarnya diberikan oleh pimpinan kepada bawahan dan para bawahannya
19
mengangapnya sebagai perbaikan atas tindakan kesalahannya. Dengan demikian
seorang pimpinan haruslah memperhatikan bagaimana pedoman pendisplinan
terhadap bawahan. Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa disiplin
mengacu pada pola tingkah laku dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah
menjadi norma, etik, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat
2. Adanya prilaku yang dikendalikan
3. Adanya ketaatan
Dari ciri-ciri pola tingkah laku pribadi disiplin, jelaslah bahwa disiplin
membutuhkan pengorbanan baik itu perasaan, waktu, kenikmatan dan lain-lain.
Disiplin bukanlah tujuan, melainkan sarana yang ikut memainkan peranan dalam
pencapaian
tujuan.
Manusia
sukses
adalah
manusia
yang
mampu
mengatur,mengendalikan diri yang menyangkut peraturan cara hidup, dan
mengatur cara kerja. Maka hubungan antara manusia sukses dengan pribadi yang
disiplin sangat erat.
1.5.2.3 Indikator dalam Mengukur Disiplin Kerja
Menurut Alfred R. Lateiner dalam Imam Soejono (1983:72) Disiplin
kerjadiukur berdasarkan indikatornya, yaitu:
1.
Kepatuhan
terhadap
peraturan
organisasi,
memperhatikan
dan
melaksanakan segala tugas dan apa yang dianjurkan atau diperintahkan
oleh atasan.
20
2.
Ketaatan terhadap tata tertib dan peraturan, mengikuti ketentuan ketentuan tentang tata tertib dan peraturan lainnya yang berlaku selama
bekerja.
3.
Ketentuan dan ketelitian selama bekerja, melaksanakan tugas denga sebaik
- baiknya, cermat dan hati-hati.
4.
Kehematan dalam bekerja, menggunakan waktu, dana dan perlengkapan
atau peralatan kerja dengan sebaik-baiknya.
5.
Ketertiban dalam bekerja, mengendalikan diri dan menciptakan suasana
aman dan tenang selama bekerja.
6.
Kesopanan dalam bekerja, sopan santun atau tata krama selama bekerja
baik diri pribadi maupun kepada atasan dan teman sejawat.
7.
Kesadaran akan pentingnya tugas atau pekerjaan, mengutamakan
kepentingan tugas atau pekerjaan dari hal-hal lain.
8.
Pelayanan, melayani kepentingan masyarakat sesuai dengan bidang tugas
dan pekerjaannya.
1.5.3 Pengaruh Fungsi Pengawasan terhadap Disiplin Kerja
Disiplin merupakan ketaatan terhadap peraturan-peraturan yang merupakan
pedoman untuk mencapai tujuan.Disiplin dapat ditegakkan melalui pelaksanaan
pengawasan, pada dasarnya penyelenggaraan dan penanggung jawab fungsi
pengawasan dalam organisasi dilakukan oleh pimpinan organisasi.Melalui
pengawasan pimpinan, para bawahan diarahkan untuk selalu mematuhi
peraturan.Dan jika terjadi penyimpangan atau kesalahan maka pimpinan
21
berkewajiban untuk melakukan tindak lanjut pengawasan atau pendisiplinan
terhadap bawahan.
Dalam melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan, suatu organisasi
bagaimanapun bentuk dan bergerak dibidang apapun sudah pasti mempunyai
suatu tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut banyak sekali usaha yang
dilakukan baik itu berupa tenaga, waktu dan dana. Agar tujuan dapat dicapai
secara efektif dan efisien maka diperlukan pengawasan.Pengawasan dimaksudkan
agar tujuan dan sasaran kegiatan usaha dapat berhasil dan dilaksanakan sesuai
dengan tugas pokok, fungsi, rencana atau program, pembagian dan pendelegasian
tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan, dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Untuk melihat lebih lanjut hubungan antara pengawasan dengan disiplin,
kita dapat melihat pendapat Suwardi(1992:30) bahwa pengawasan yang efektif
menuntut tingkat kepemimpinan yang tinggi meliputi pembentukan moral,
mengembangkan kerjasama, kemampuan menanamkan disiplin dan mengenai
sifat-sifat manusia. Dalam rangka menegakkan pengawasan juga diperlukan
adanya teladan dari pimpinan agar dapat mengefektifkan peraturan yang telah
dikeluarkan.Hal ini disebabkan karena pimpinan mempunyai pengaruh yang besar
dalam menegakkan disiplin bawahan.
Kaitan antara pengawasan dengan disiplin kerja karyawan juga dapat dilihat
dari pendapat Menzeis(1987:167), yang menyatakan bahwa disiplin tidak
mungkin ada tanpa pengawasan yang baik, pemimpin harus mempunyai sistem
pengawasan yang ia perlukan untuk mengarahkan para bawahannya dengan tepat.
Dalam penelitian Linda Gosango (2007) menyatakan bahwa terdapat hubungan
22
positif dan signifikan pada pengaruh fungsi pengawasan terhadap disiplin kerja
karyawan. Kemudian penelitian Febriana Louise Purba (2008) menyatakan bahwa
ada pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja.
Berdasarkan uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa untuk menegakkan
disiplin kerja maka pengawasan sangatlah diperlukan. Karena dengan adanya
pengawasan maka para karyawan diharapkan akan dapat berbuat dan bertingkah
laku sesuai dengan yang diinginkan oleh organisasi, yang ada pada akhirnya akan
menentukan pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Jadi pengawasan haruslah diarahkan pada upaya mewujudkan suasana tertib
dan berdisiplin yang tumbuh dan berkembang atas kesadaran dalam dirinya
sendiri. Pada gilirannya hal ini akan menciptakan kondisi ketaatan dan kepatuhan
yang dinamis terhadap perintah dan kebijaksanaan pimpinan serta perundangundangan yang berlaku, tanpa tekanan serta kreatifitas dari inisiatif terus
tumbuhdan berkembang yang memungkinkan tingkat disiplin kerja karyawan
menjadi tinggi.
1.6
Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan.Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data Sugiyono (2005:70). Adapun hipotesis yang
dikemukakan adalah :
23
1. Hipotesis
alternatif
(Ha)
yaitu:
Ada
pengaruh
antara
fungsi
pengawasanterhadap disiplin kerja karyawan.
2. Hipotesis nihil (Ho) yaitu: Tidak ada pengaruh antara fungsi pengawasan
terhadap disiplin kerja karyawan.
1.7
Definisi Konsep
Adapun konsep dari penelitian ini adalah :
a. Fungi pengawasanadalah keseluruhan rangkaian, tindakan, kegiatan atau
usaha yang dilakukan oleh pimpinan dengan cara pemantauan,
pemeriksaan, bimbingan dan pengarahan, tindakan disiplin, tindakan
koreksi untuk mengawasi dan mengendalikan bawahan serta organisasi
secara terus menerus demi terciptanya tata tertib kelancaran pelaksanaan
pekerjaan dan tercapainya hasil atau tujuan secara efektif dan efisien
sesuai dengan program atau rencana dan ketentuan yang berlaku.
b. Disiplin kerja adalah suatu sikap dan perilaku dari seseorang karyawan
yang selalu taat dan patuh terhadap peraturan-peraturan organisasi atau
institusi baik yang tertulis maupun yang tidak untuk pelaksanaan aktivitas
atau kegiatan dengan sebaik-baiknya serta tidak menyimpang dari
ketentuan yang ada.
1.8
Definisi Operasional
Defenisi Operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah
dirumuskan
dalam
bentuk
indikator-indikator
operasionalisasi dari suatu penelitian.
agar
lebih
memudahkan
24
1. Variabel Bebas (X) dalam penelitian ini adalah pengawasan yang diukur
berdasarkan indikatornya yaitu :
a. Pemantauan
yaitu memeriksa langsung perihal atau orangnya sendiri bagaimana
peristiwanya terjadi dan dimana bawahan itu bertugas.
b. Pemeriksaan
yaitu pengawasan yang dilakukan melalui pengamatan, pencatatan,
penyelidikan dan penelahaan secara cermat dan sistematis serta
melalui penilaian terhadap segala yang ada kaitannya dengan
pekerjaan.
c. Bimbingan dan pengarahan
yaitu segala kegiatan yang dilakukan pimpinan dalam memberikan
saran terhadap pelaksanaan tugas.
d. Tindakan disiplin
yaitu segala usaha yang dilakukan pimpinan terhadap bawahan
dalam rangka memberikan sanksi bagi yang melanggar ketentuan
yang berlaku.
e. Tindakan koreksi
yaitu segala upaya yang dilakukan pimpinan untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan bawahan.
2. Variabel Terikat (Y) dalam penelitian ini adalah disiplin kerja yang diukur
berdasarkan indikatornya yaitu :
25
a. Kepatuhan terhadap peraturan organisasi, memperhatikan dan
melaksanakan segala tugas dan apa yang dianjurkan atau
diperintahkan oleh atasan.
b. Ketaatan terhadap tata tertib dan peraturan, mengikuti ketentuan ketentuan tentang tata tertib dan peraturan lainnya yang berlaku
selama bekerja.
c. Ketentuan dan ketelitian selama bekerja, melaksanakan tugas
denga sebaik - baiknya, cermat dan hati-hati.
d. Kehematan dalam bekerja, menggunakan waktu, dana dan
perlengkapan atau peralatan kerja dengan sebaik-baiknya.
e. Ketertiban dalam bekerja, mengendalikan diri dan menciptakan
suasana aman dan tenang selama bekerja.
f. Kesopanan dalam bekerja, sopan santun atau tata krama selama
bekerja baik diri pribadi maupun kepada atasan dan teman sejawat.
g. Kesadaran akan pentingnya tugas atau pekerjaan, mengutamakan
kepentingan tugas atau pekerjaan dari hal-hal lain.
h. Pelayanan, melayani kepentingan masyarakat sesuai dengan bidang
tugas dan pekerjaannya.
Download