BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor utama yang sangat penting dalam suatu organisasi.Organisasi merupakan kegiatan orang-orang dalam usaha mencapai tujuan.Dalam wadah kegiatan itu, setiap orang atau karyawan harus jelas tentang tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya masing-masing. Pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif merupakan jalan bagi suatu organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan dimasa yang akan datang. Dengan kata lain, keberhasilan atau kemunduran suatu organisasi tergantung pada keahlian dan keterampilan karyawan yang bekerja. Untuk menciptakan keberhasilan kerja karyawan, seorang pimpinan harus melakukan suatu langkah manajemen agar tujuan organisasi dapat tercapai.Salah satu langkah tersebut adalah melakukan pengawasan terhadap segalapekerjaan yang dilakukan karyawan. Pengawasan menjadi suatu unsur yang terpenting dalam pembinaan individu di dalam organisasi karena pengawasan merupakan tenaga penggerak bagi para bawahan atau karyawan agar dapat bertindak sesuai dengan apa yang telah direncanakan menurut aturan yang berlaku. Menurut Saylees (1998:307), pengawasan merupakan hal yang sangat penting karena masing-masing organisasi atau instansi memerlukan pengawasan yang tergantung dari faktor-faktor situasional seperti ukuran organisasi, kebijakan organisasi, sasaran organisasi, sejumlah perubahan yang terjadi, kompleksitas objek yang 1 2 dikontrol, dan suasana pendelegasian yang ada didalam suatu organisasi. Sedangkan menurut Moekijat (1999:185), pengawasan mempunyai peranan penting bagi manajemen kepegawaian karena ia mempunyai hubungan yang terdekat dengan pegawai-pegawai perorangan secara langsung dan baik buruknya pegawai bekerja tergantung dari bagaimana ia mengawasi cara kerja pegawainya dan mendekati para pegawainya agar mereka melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan tidak ada unsur paksaan hanya karena mereka diawasi. Setiap atasan mempunyai kewajiban untuk mengawasi bawahannya melalui pengawasan yang bersifat pembinaan, pimpinan dapat mengetahui kegiatan-kegiatan nyata dari setiap aspek dan permasalahan pelaksanaan tugastugas dalam lingkungan satuan organisasi.Jika terjadi penyimpangan, pimpinan dapat segera mengambil langkah perbaikan dan tindakan seperlunya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dalam peraturan yang berlaku. Fungsi pengawasan adalah untuk meningkatkan kinerja organisasi secara kontiniu untuk mencapai tujuan organisasi.Namun, dalam meningkatkan kinerja ada beberapa faktor penghambat salah satunya yaitu kurangnya disiplin kerja.Disiplin kerja sering timbul dalam konotasi negatif karena disiplin lebih dikaitkan dengan sangsi atau hukuman.Contohnya bagi karyawan bank, keterlambatan masuk kerja bahkan satu menit pun berarti pemotongan gaji yang disepadankan dengan tidak masuk kerja pada hari itu.Bagi pengendara sepeda motor, tidak menggunakan helm berarti siap untuk ditilang polisi. Hodges dalam Susilo Martoyo (2000:76) mengatakan bahwa disiplin dapat diartikan sebagai sikap seseorang atau kelompok yang berniat untuk mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan.Dalam kaitannya dengan pekerjaan, 3 pengertian disiplin kerja adalah suatu sikap dan tingkah laku yang menunjukkan ketaatan karyawan terhadap peraturan organisasi. Setiap kegiatan yang sedang berlangsung dalam organisasi harus berdasarkan fungsi-fungsi manajemen, dimana salah satu diantaranya adalah fungsi pengawasan agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efesien dan efektif. Pelaksanaan kegiatan organisasi tanpa adanya suatu pengawasan dapat mengakibatkan disiplin kerja menurun dan akan berpengaruh langsung kepada kegiatan-kegiatan lainnya sehingga dapat menghambat proses kegiatan suatu organisasi. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem pengawasan yang efektif sehingga diharapkan dapat menghasilkan dampak yang positif untuk perkembangan organisasi tersebut. Pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja karyawan menjadi sangat penting untuk dibahas.Hal ini dimaksud untuk melihat apakah dengan diadakannya pengawasan dapat berpengaruh terhadap disiplin kerja karyawan pada suatu organisasi. Apabila ada pengawasan yang dilakukan secara efektif dari manajer maka semangat kerja akan timbul dan para karyawan secara otomatis akan bekerja rajin dengan disiplinkerja yang tinggi serta bertanggung jawab sehingga produktifitas kerja dapat meningkat dengan sendirinya. PT. Bona Trans Persada merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pengiriman barang melalui transportasi darat dan laut dalam bentuk full container, semi cellular containers, break bulk dan general cargo, roll-on dan roll-off, tankers, dan timber product. Perusahaan ini berpusat di Jakarta dan mempunyai kantor cabang di Medan, Dumai, Pekanbaru, Surabaya, Pontianak, Sampit, Banjarmasin, Balikpapan, Samarinda, dan Makasar. Visi 4 perusahaan ini adalah menjadi bagian dari proses pembangunan di Indonesia dengan menitikberatkan produk jasanya lewat pelayanan prima dan didukung jaringan kerja yang luas. Dalam menciptakan pelayanan prima, PT. Bona Trans Persada menerapkan pengawasan melalui peraturan dan tata tertib dengan tujuan meningkatkan disiplin kerja karyawannya.Oleh sebab itu saya sebagai penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Pengaruh Fungsi PengawasanTerhadap Disiplin Kerja KaryawanPada PT Bona Trans Persada Cabang Medan”. 1.2 Rumusan Masalah Agar dapat memudahkan penelitian ini dan penelitian ini memiliki arah yang jelas, maka dapat dirumuskan masalah yang disajikan dalam proposal penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Fungsi Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja KaryawanPada PT Bona Trans Persada Cabang Medan?” 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui bagaimana fungsi pengawasandi PT Bona Trans PersadaCabang Medan? 2. Untuk mengetahui bagaimana disiplin kerja karyawan di PT Bona Trans PersadaCabang Medan? 3. Untuk mengetahui adakah pengaruh fungsi pengawasan terhadap disiplin kerja pegawai diPT Bona Trans PersadaCabang Medan? 5 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir dalam menulis karya ilmiah sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bersifat teruji dan berguna. 2. Secara praktis, sebagai bahan masukan kepada pegawai di PT Bona Trans PersadaCabang Medanmengenai pentingnya fungsi pengawasanterhadap disiplin kerja. 3. Secara akademis, sebagai bahan masukan bagi pelengkap referensi maupun bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian di bidang yang sama. 1.5 Kerangka Teori 1.5.1 Pengertian Fungsi Pengawasan Suatu sistem pengawasan yang baik sangat penting dan berpengaruh dalam proses pelaksanaan kegiatan, baik dalam organisasi pemerintah maupun swasta. Karena tujuan pengawasan adalah mengamati apa yang sebenarnya terjadi dan membandingkan dengan apa yang seharusnya terjadi dengan maksud untuk secepatnya melaporkan penyimpangan atau hambatan kepada pimpinan yang bersangkutan agar diambil tindakan korektif yang perlu. Secara umum pengawasan dapat diartikan sebagai perbuatan untuk melihat dan memonitor terhadap orang agar sesuai dengan kehendak yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut M. Manullang (2005:173), pengawasan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya,dan 6 bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Menurut Herujito (2001:242), pengawasan ialah mengamati dan mengalokasikan dengan tepat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.Henry Fayol, sebagaimana dikutip oleh Sofyan Syafri Harahap (2000:10), mengatakan bahwa pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan dan prinsip yang dianut juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari. Menurut Kadarman (2001:159), pengawasan adalah suatu upaya yang sistematis untuk menetapkan kinerja standar pada rencana untuk merancang sistem umpan balik informasi untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan, mengukur signifikansi penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya yang telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan organisasi. Jadi, dalam setiap kegiatan yang akan diselenggarakan, pengawasan selalu dibutuhkan. Dengan adanya pengawasan yang baikdiharapkan rencana atau tujuan yang telah ditetapkan akan dapat terjadi dengan cara yang efektif dan efisien. Karena melalui pengawasan diusahakan agar setiap tindakan atau perbuatan tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang ada. Handoko (2003:360) mengatakan bahwa pengawasan adalah proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Pengawasan merupakan elemen tugas-tugas manajerial dan ia mencakup tindakan pengukuran dan perbaikan/koreksi performa pihak yang diawasi guna memastikan bahwa sasaran-sasaran, instruksi yang dikeluarkan dilaksanakan secara efisien dan 7 berjalan lancar.Selanjutnya Robert J. Mokler mendefinisikan pengawasan manajemen adalah usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara yang paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan. Dari keseluruhan pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa pengawasan adalah keseluruhan rangkaian, tindakan, kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh pimpinan dengan cara pemantauan, pemeriksaan, bimbingan dan pengarahan, tindakan disiplin, tindakan koreksi untuk mengawasi dan mengendalikan bawahan serta organisasi secara terus menerus. Hal ini dilakukan demi terciptanya tata tertib kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan tercapainya hasil atau tujuan secara efektif dan efisien sesuai dengan program atau rencana dan ketentuan yang berlaku. 1.5.1.1 Tujuan Pengawasan Menurut Sukarna(2001:122) tujuan pengawasan adalah : 1. Untuk mengetahui jalannya pekerjaan apakah lancar atau tidak 2. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengusahakan pencegahan agar supaya tidak terulang kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan-kesalahan yang baru 8 3. Untuk mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam perencanaan terarah pada sasarannya dan sesuai dengan yang telah ditentukan 4. Untuk mengetahui apakah biaya sesuai dengan program (tingkat pelaksanaan) seperti yang telah dietapkan dalam rencana 5. Untuk mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam rencana 6. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan prosedur dan kebijaksanaan yang ditetapkan Menurut Maman Ukas (2004:337) mengemukakan : 1. Mensuplai pegawai-pegawai manajemen dengan informasi-informasi yang tepat, teliti dan lengkap tentang apa yang akan dilaksanakan. 2. Memberi kesempatan pada pegawai dalam meramalkan rintanganrintangan yang akan mengganggu produktivitas kerja secara teliti dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menghapuskan atau mengurangi gangguan-gangguan yang terjadi. 3. Setelah kedua hal diatas telah dilaksanakan, kemudian para pegawai dapat membawa kepada langkah terakhir dalam mencapai produktivitas kerja yang maksimum dan pencapaian yang memuaskan dari pada hasil-hasil yang diharapkan. Dengan demikian maksud dan tujuan pengawasan adalah untuk memperbaiki atau mencegah adanya kesalahan, penyimpangan-penyimpangan atau penyelewengan dalam pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang ditujukan. 9 1.5.1.2 Indikator dalam Mengukur Fungsi Pengawasan Menurut Pasaribu (2011:34-35) pengawasan diukur berdasarkan indikatornya, yaitu: 1. Pemantauan yaitu memeriksa langsung perihal atau orangnya sendiri bagian mana peristiwanya terjadi dan dimana bawahan itu bertugas. 2. Pemeriksaan yaitu pengawasan yang dilakukan melalui pengamatan, pencatatan, penyelidikan dan penelahaan secara cermat dan sistematis serta melalui penilaian terhadap segala yang ada kaitannya dengan pekerjaan. 3. Bimbingan dan pengarahan yaitu segala kegiatan yang dilakukan pimpinan dalam memberikan saran terhadap pelaksanaan tugas. 4. Tindakan disiplin yaitu segala usaha yang dilakukan pimpinan terhadap bawahan dalam rangka memberikan sanksi bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku. 5. Tindakan koreksi yaitu segala upaya yang dilakukan pimpinan untuk memperbaiki kesalahan - kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan bawahan. 1.5.1.3 Jenis-Jenis Pengawasan Menurut Maringan (2004:62), jenis-jenis pengawasan yaitu : 1. Pengawasan Dari Dalam Organisasi (Internal Control) 10 Pengawasan dari dalam artinya bahwa pengawasan yang dilakukan oleh unit atau aparat pengawasan berasal dari dalam organisasi, yang bertindak atas nama pimpinan organisasi, dimana hasil dari tindakannya berupa data atau informasi yang berguna bagi pimpinan dalam menilai kebijakan yang telah ada atau mementukan kebijakan berikutnya, sebagai perbaikan terhadap pelaksanaan pekerjaan bawahannya. 2. Pengawasan Dari Luar Organisasi (Eksternal Control) Pengawasan ini dilakukan oleh aparat atau unit pengawasan dari luar organsasi yang bertindak atas nama atasan pimpinan organisasi. Misalnya pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan terhadap suatu departemen atau instansi yang bertindak atas nama pemerintah atau presiden. 3. Pengawasan Preventif Pengawasan yang dilakukan sebelum rencana itu dilaksanakan dengan maksud agar tidak ada kesalahan atau penyimpangan data dalam melakukan kegiatan organisasi, dalam hal ini misalnya menentukan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan prosedur, hubungan dengan tata kerja atau menentukan pedoman kerja sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang ditetapkan. 4. Pengawasan Represif Pengawasan ini dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan, dengan cara menilai dan membandingkan pelaksanaan pekerjaan dengan rencana yang telah ditetapkan, kemudian diambil tindakan pekerjaan selanjutnya berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya. 11 1.5.1.4 Ciri-Ciri Pengawasan yang Efektif Ciri-ciri pengawasan yang efektif sebagai berikut Siagian(2007:194): 1. Pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai kegiatanyang diselenggarakan 2. Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang kemungkinan adanya penyimpangan dari rencana 3. Objektivitas dalam melakukan pengawasan 4. Keluwesan pengawasan 5. Efisiensi pelaksanaan pengawasan 6. Pengawasan mencari apa yang tidak beres 7. Pengawasan harus bersifat membimbing 1.5.1.5 Sifat-Sifat Pengawasan Pengawasan hendaknya jangan dianggap sebagai kegiatan untuk mencari kesalahan orang lain tetapi hendaknya dilaksanakan untuk mencari kebenaran dari hasil pelaksanaan kerja. Oleh karena itu, perlu diperhatikan sifat-sifat dari pengawasan. Menurut Siagian (2004:146), sifat-sifat pengawasan yang baik adalah sebagai berikut: 1. Pengawasan harus bersifat “Fact Finding” dalam arti bahwa pelaksanaan fungsi pengawasan harus menemukan fakta-fakta tentang bagaimana tugas dilaksanakan didalam organisasi. 2. Pengawasan harus bersifat “Preventif” yang berarti bahwa proses pengawasan dijalankan untuk mencegah timbulnya penyelewengan penyelewengan dari rencana yang ditentukan. 12 3. Pengawasan diarahkan untuk masa sekarang yang berarti bahwa pengawasan hanya ditujukkan terhadap kegiatan-kegiatan yang kini dilaksanakan. 4. Pengawasan hanyalah sekedar alat untuk meningkatkan efisiensi, pengawasan tidak boleh dianggap tujuan. 5. Pengawasan hanyalah sekedar alat administrasi dan manajemen maka pelaksanaan pengawasan itu harus mempermudah pencapaian tujuan. 6. Proses pelaksanaan pengawasan harus efisiensi jangan sampai terjadi pengawasan yang menghambat usaha peningkatan efesiensi. 7. Pengawasan tidak dimaksudkan untuk menentukan siapa yang salah jika ada ketidakberesan akan tetapi untuk menemukan apa yang tidak benar. 8. Pengawasan harus bersifat membimbing agar supaya pelaksanaan meningkatkan kemampuannya untuk melaksanakan tugas yang ditentukan kepadanya. Sifat-sifat pengawasan diatas dapat juga diguanakan sebagai dasar penyusunan rencana dan pelaksanaan pengawasan agar rencana dan penyusunan rencana efektif harus diketahui terlebih dahulu siapa dan apa saja subjek serta objek dari pengawasan. 1.5.1.6 Fungsi-Fungsi Pengawasan Menurut Belkoui dikutip oleh Sofyan Syafri Harahap (2000:35), fungsi pengawasan pada dasarnya mencakup 4 unsur, yaitu: 1. Penetapan standar pelaksana 2. Penentuan ukuran-ukuran pelaksana 13 3. Pengukuran pelaksana nyata dan membandingkan dengan standar yang telah ditetapkan 4. Mengambil tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksana menyimpang dari standar Pada hakekatnya itu adalah berfungsi sebagai pengarah supaya jangan terjadi kekeliruan dan sesuai dengan rencana.Melalui pelaksanaan membuat orang menjadi disiplin dalam mengerjakan tugasnya dan menghindari penyimpangan. 1.5.1.7 Proses Dasar Pengawasan Ibrahim Lubis (2000:160) menyatakan proses pengawasan terdiri dari beberapa tindakan atau langkah pokok tertentu yang bersifat fundamental bagi semua pengawasan manajerial. Adapun langkah-langkah pokok ini meliputi : 1. Penentuan ukuran atau pedoman baku ( standar). Standar terlebih dahulu harus ditetapkan. Ini tidak lain suatu model atau suatu ketentuan yang telah diterima bersama atau yang telah ditentukan oleh pihak yang berwenang. Standar berguna antara lain sebagai alat pembanding di dalam pengawasan, alat pengukur untuuk menjawab pertanyaan berapa suatu kegiatan atau sesuatu hasil telah dilaksanakan, sebagai alat untuk membantu pengertian yang lebih cepat antara pengawasan dengan yang diawasi, sebagai cara untuk memperbaiki uniformitas. 2. Penilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah atau senyatanya dikerjakan. 14 Ini dapat dilakukan dengan melalui laporan (lisan atau tertulis), buku catatan harian tentang bagan jadwal atau grafik produksi, inspeksi atau pengawasan langsung, pertemuan atau konferensi dengan petugas-petugas yang bersangkutan, dan survei yang dilakukan oleh tenaga staff atau badan tertentu. 3. Perbandingan antara pelaksanaan pekerjaan dengan ukuran atau standard yang telah ditetapkan untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Ini dilakukan untuk pembandingan antara hasil pengukuran tadi dengan standar, dengan maksud untuk mengetahui apakah diantaranya terdapat suatu perbedaan dan jika ada seberapa besarnya perbedaan itu, kemudian untuk menentukan perbedaan itu perlu diperbaiki atau tidak. 4. Perbaikan atau pembentulan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi sehingga pekerjaan tadi sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Bila hasil analisa menunjukan adanya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil.Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk.Standar mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya dilakukan bersamaaan. 1.5.2 Disiplin Kerja Disiplin kerja merupakan masalah yang sangat berpengaruh besar terhadap kemajuan suatu perusahaan atau organisasi. Tanpa adanya disiplin kerja akan menyebabkan pelaksanaan kerja terhambat atau tidak dapat diselesaikan dengan baik, sehingga tujuan organisasi akan terhambat dan sulit tercapai. Sebelum 15 membicarakan tentang disiplin kerja, akan kita bicarakan tentang pengertian disiplin.Secara umum disiplin dapat diartikan sebagai kepatuhan dan ketaatan terhadap segala peraturan atau ketentuan yang berlaku atau dapat juga diartikan sebagai kesungguhan dalam bertindak atau berperilaku. Menurut Susilo Martoyo (2000:151), disiplin berasal dari bahasa Latin yaitu “Discipline” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat.T.Hani Handoko (2001:208) mengemukakan bahwa disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional.Hal ini berarti disiplin menjadi acuan bagi organisasi dalam menentukan standar-standar yang dilakukan di organisasi.Sementara itu menurut Nitisemito (2001:199), disiplin adalah suatu tingkah laku dan perbuatan sesuai dengan peraturan-peraturan baik tertulis maupun tidak. Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa disiplin adalah suatu tindakan dari seseorang yang mentaati peraturan yang telah ditetapkan dengan didasari kesadaran tanpa adanya unsur paksaan.Dalam menjalankan kedisiplinan diperlukan adanya kesadaran dari pegawai untuk mentaati peraturan yang berlaku. Arti kesadaran menurut Malayu Hasibuan (2003:193) yaitu sikap seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi, dia akan mematuhi atau mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan.Hal ini berarti bahwa seseorang bersedia mematuhi semua peraturan serta melaksanakan tugastugasnya secara sukarela akan membentuk kedisiplinan bagi dirinya. Kedisiplinan dari karyawan tersebut terwujud jika datang dan pulang kerja tepat waktu, 16 mengerjakan tugasnya dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma sosial yang berlaku. Sedangkan definisi kerja menurut W.J.S. Poerwadarminta (1997:492) adalah perbuatan melakukan sesuatu atau sesuatu yang dilakukan/diperbuat.Jadi, dapat diartikan bahwa disiplin kerja adalah suatu sikap dan perilaku dari seseorang karyawan yang selalu taat dan patuh terhadap peraturan-peraturan organisasi atau institusi baik yang tertulis maupun yang tidak untuk pelaksanaan aktivitas atau kegiatan dengan sebaik-baiknya serta tidak menyimpang dari ketentuan yang ada. 1.5.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Menurut Alex S. Nitisemito(2001:200) ada beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin kerja pegawai, antara lain : 1. Ancaman Karena disiplin merupakan kebiasaan, maka ancaman yang diberikanbukan merupakan hukuman tetapi lebih ditekankan agar merekamelaksanakan kebiasaan yang dianggap baik.Oleh karena itu sebelumancaman dijatuhkan perlu adanya peringatan. Dengan ancaman akan mempengaruhi karyawan lain untuk lebih mematuhi peraturan danketentuan yang ada dalam perusahaan. 2. Ketegasan dalam pelaksanaan disiplin Seorang pimpinan jangan sampai membiarkan suatu pelanggaran yang dilakukan bawahannya tanpa adanya suatu tindakan atau membiarkan pelanggaran tersebut terjadi berlarut-larut tanpa adanya tindakan tegas. 17 Dengan kejadian tersebut yaitu membiarkan pelanggaran terjadi tanpa tindakan jelas sesuai ancaman maka bagi pelanggar akan menganggap bahwa ancaman yang diberikan hanyalah ancaman kosong belaka, artinya mereka berani melanggar lagi, sebab tidak adanya tindakan tegas. Dengan adanya ketegasan dalam pelaksanaan disiplin dengan cara memberlakukan sangsi yang telah ditetapkan akan mempengaruhi karyawan dalam bertindak sehingga mereka akan hati-hati dan berusaha untuk mematuhi semua ketentuan yang ada. 3. Tujuan dan kemampuan Kedisiplinan diwujudkan untuk mewujudkan tujuan perusahaan selain itu kedisiplinan yang ditegakkan harus sesuai dengan kemampuan dari karyawan.Jangan menyuruh karyawan melakukan sesuatu yang sulit untuk dilakukan.Apalagi disertai ancaman maka aturan-aturan tersebut hanya omong kosong belaka dan pastinya mengurangi kewibawaan dari pimpinan tersebut. 4. Kesejahteraan Untuk menegakkan kedisiplinan harus diikuti dengan keseimbangan dengan tingkat kesejahteraan yang diterima oleh karyawan.Dengan tingkat kesejahteraan yang cukup maksudnya dengan tingkat gaji yang cukup sehingga dapat hidup dengan layak. Dengan hidup mereka yang layak maka karyawan akan bersikap tenang dalam melaksanakan tugasnya dan dengan ketenangan dalam bekerja tersebut akan mendorong ataupun menimbulkan kedisiplinan bekerja. 18 5. Teladan pimpinan Keteladanan dari seorang pimpinan menjadi penting karena pimpinan selalu diperhatikan oleh bawahan, apa yang diperintahkan oleh atasan atau pimpinan selalu diikuti. Seorang pimpinan yang selalu berbuat baik dan mentaati peraturan yang ada akan menjadi panutan bagi bawahannya. Sehingga sikap dari pimpinan tersebut akan mempengaruhi karyawan untuk dapat bersikap disiplin juga. 1.5.2.2 Beberapa Pedoman Dalam Pendisiplinan Heidjrachman(2008:228) mengemukakan bahwa dalam pendisplinan perlu diperhatikan beberapa pedoman sebagai berikut : 1. Pendisiplinan hendaknya dilakukansecara pribadi Tidak seharusnya memberikan teguran kepada bawahan dihadapan banyak orang. Hal ini akan mempermalukan bawahan yang ditegur (meskipun memang benar bersalah) akibatnya dapat menimbulkan rasa dendam. 2. Pendisiplinan harus bersikap membangun Memberikan teguran hendaknya disertai dengan saran tentang bagaimana seharusnya tidak berbuat lagi dengan kesalahan yang sama. 3. Pendisiplinan harus dilaksanakan pimpinan 4. Pimpinan tidak seharusnya memberikan pendisiplinan pada waktu bawahan sedang absen 5. Setelah pendisiplinan sikap pimpinan harus wajar Dari pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa pendisplinan yang dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahan bukan proses yang berlarut-larut akan tetapi sudah sewajarnya diberikan oleh pimpinan kepada bawahan dan para bawahannya 19 mengangapnya sebagai perbaikan atas tindakan kesalahannya. Dengan demikian seorang pimpinan haruslah memperhatikan bagaimana pedoman pendisplinan terhadap bawahan. Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa disiplin mengacu pada pola tingkah laku dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah menjadi norma, etik, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat 2. Adanya prilaku yang dikendalikan 3. Adanya ketaatan Dari ciri-ciri pola tingkah laku pribadi disiplin, jelaslah bahwa disiplin membutuhkan pengorbanan baik itu perasaan, waktu, kenikmatan dan lain-lain. Disiplin bukanlah tujuan, melainkan sarana yang ikut memainkan peranan dalam pencapaian tujuan. Manusia sukses adalah manusia yang mampu mengatur,mengendalikan diri yang menyangkut peraturan cara hidup, dan mengatur cara kerja. Maka hubungan antara manusia sukses dengan pribadi yang disiplin sangat erat. 1.5.2.3 Indikator dalam Mengukur Disiplin Kerja Menurut Alfred R. Lateiner dalam Imam Soejono (1983:72) Disiplin kerjadiukur berdasarkan indikatornya, yaitu: 1. Kepatuhan terhadap peraturan organisasi, memperhatikan dan melaksanakan segala tugas dan apa yang dianjurkan atau diperintahkan oleh atasan. 20 2. Ketaatan terhadap tata tertib dan peraturan, mengikuti ketentuan ketentuan tentang tata tertib dan peraturan lainnya yang berlaku selama bekerja. 3. Ketentuan dan ketelitian selama bekerja, melaksanakan tugas denga sebaik - baiknya, cermat dan hati-hati. 4. Kehematan dalam bekerja, menggunakan waktu, dana dan perlengkapan atau peralatan kerja dengan sebaik-baiknya. 5. Ketertiban dalam bekerja, mengendalikan diri dan menciptakan suasana aman dan tenang selama bekerja. 6. Kesopanan dalam bekerja, sopan santun atau tata krama selama bekerja baik diri pribadi maupun kepada atasan dan teman sejawat. 7. Kesadaran akan pentingnya tugas atau pekerjaan, mengutamakan kepentingan tugas atau pekerjaan dari hal-hal lain. 8. Pelayanan, melayani kepentingan masyarakat sesuai dengan bidang tugas dan pekerjaannya. 1.5.3 Pengaruh Fungsi Pengawasan terhadap Disiplin Kerja Disiplin merupakan ketaatan terhadap peraturan-peraturan yang merupakan pedoman untuk mencapai tujuan.Disiplin dapat ditegakkan melalui pelaksanaan pengawasan, pada dasarnya penyelenggaraan dan penanggung jawab fungsi pengawasan dalam organisasi dilakukan oleh pimpinan organisasi.Melalui pengawasan pimpinan, para bawahan diarahkan untuk selalu mematuhi peraturan.Dan jika terjadi penyimpangan atau kesalahan maka pimpinan 21 berkewajiban untuk melakukan tindak lanjut pengawasan atau pendisiplinan terhadap bawahan. Dalam melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan, suatu organisasi bagaimanapun bentuk dan bergerak dibidang apapun sudah pasti mempunyai suatu tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut banyak sekali usaha yang dilakukan baik itu berupa tenaga, waktu dan dana. Agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien maka diperlukan pengawasan.Pengawasan dimaksudkan agar tujuan dan sasaran kegiatan usaha dapat berhasil dan dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok, fungsi, rencana atau program, pembagian dan pendelegasian tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk melihat lebih lanjut hubungan antara pengawasan dengan disiplin, kita dapat melihat pendapat Suwardi(1992:30) bahwa pengawasan yang efektif menuntut tingkat kepemimpinan yang tinggi meliputi pembentukan moral, mengembangkan kerjasama, kemampuan menanamkan disiplin dan mengenai sifat-sifat manusia. Dalam rangka menegakkan pengawasan juga diperlukan adanya teladan dari pimpinan agar dapat mengefektifkan peraturan yang telah dikeluarkan.Hal ini disebabkan karena pimpinan mempunyai pengaruh yang besar dalam menegakkan disiplin bawahan. Kaitan antara pengawasan dengan disiplin kerja karyawan juga dapat dilihat dari pendapat Menzeis(1987:167), yang menyatakan bahwa disiplin tidak mungkin ada tanpa pengawasan yang baik, pemimpin harus mempunyai sistem pengawasan yang ia perlukan untuk mengarahkan para bawahannya dengan tepat. Dalam penelitian Linda Gosango (2007) menyatakan bahwa terdapat hubungan 22 positif dan signifikan pada pengaruh fungsi pengawasan terhadap disiplin kerja karyawan. Kemudian penelitian Febriana Louise Purba (2008) menyatakan bahwa ada pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja. Berdasarkan uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa untuk menegakkan disiplin kerja maka pengawasan sangatlah diperlukan. Karena dengan adanya pengawasan maka para karyawan diharapkan akan dapat berbuat dan bertingkah laku sesuai dengan yang diinginkan oleh organisasi, yang ada pada akhirnya akan menentukan pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jadi pengawasan haruslah diarahkan pada upaya mewujudkan suasana tertib dan berdisiplin yang tumbuh dan berkembang atas kesadaran dalam dirinya sendiri. Pada gilirannya hal ini akan menciptakan kondisi ketaatan dan kepatuhan yang dinamis terhadap perintah dan kebijaksanaan pimpinan serta perundangundangan yang berlaku, tanpa tekanan serta kreatifitas dari inisiatif terus tumbuhdan berkembang yang memungkinkan tingkat disiplin kerja karyawan menjadi tinggi. 1.6 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data Sugiyono (2005:70). Adapun hipotesis yang dikemukakan adalah : 23 1. Hipotesis alternatif (Ha) yaitu: Ada pengaruh antara fungsi pengawasanterhadap disiplin kerja karyawan. 2. Hipotesis nihil (Ho) yaitu: Tidak ada pengaruh antara fungsi pengawasan terhadap disiplin kerja karyawan. 1.7 Definisi Konsep Adapun konsep dari penelitian ini adalah : a. Fungi pengawasanadalah keseluruhan rangkaian, tindakan, kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh pimpinan dengan cara pemantauan, pemeriksaan, bimbingan dan pengarahan, tindakan disiplin, tindakan koreksi untuk mengawasi dan mengendalikan bawahan serta organisasi secara terus menerus demi terciptanya tata tertib kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan tercapainya hasil atau tujuan secara efektif dan efisien sesuai dengan program atau rencana dan ketentuan yang berlaku. b. Disiplin kerja adalah suatu sikap dan perilaku dari seseorang karyawan yang selalu taat dan patuh terhadap peraturan-peraturan organisasi atau institusi baik yang tertulis maupun yang tidak untuk pelaksanaan aktivitas atau kegiatan dengan sebaik-baiknya serta tidak menyimpang dari ketentuan yang ada. 1.8 Definisi Operasional Defenisi Operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator operasionalisasi dari suatu penelitian. agar lebih memudahkan 24 1. Variabel Bebas (X) dalam penelitian ini adalah pengawasan yang diukur berdasarkan indikatornya yaitu : a. Pemantauan yaitu memeriksa langsung perihal atau orangnya sendiri bagaimana peristiwanya terjadi dan dimana bawahan itu bertugas. b. Pemeriksaan yaitu pengawasan yang dilakukan melalui pengamatan, pencatatan, penyelidikan dan penelahaan secara cermat dan sistematis serta melalui penilaian terhadap segala yang ada kaitannya dengan pekerjaan. c. Bimbingan dan pengarahan yaitu segala kegiatan yang dilakukan pimpinan dalam memberikan saran terhadap pelaksanaan tugas. d. Tindakan disiplin yaitu segala usaha yang dilakukan pimpinan terhadap bawahan dalam rangka memberikan sanksi bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku. e. Tindakan koreksi yaitu segala upaya yang dilakukan pimpinan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan bawahan. 2. Variabel Terikat (Y) dalam penelitian ini adalah disiplin kerja yang diukur berdasarkan indikatornya yaitu : 25 a. Kepatuhan terhadap peraturan organisasi, memperhatikan dan melaksanakan segala tugas dan apa yang dianjurkan atau diperintahkan oleh atasan. b. Ketaatan terhadap tata tertib dan peraturan, mengikuti ketentuan ketentuan tentang tata tertib dan peraturan lainnya yang berlaku selama bekerja. c. Ketentuan dan ketelitian selama bekerja, melaksanakan tugas denga sebaik - baiknya, cermat dan hati-hati. d. Kehematan dalam bekerja, menggunakan waktu, dana dan perlengkapan atau peralatan kerja dengan sebaik-baiknya. e. Ketertiban dalam bekerja, mengendalikan diri dan menciptakan suasana aman dan tenang selama bekerja. f. Kesopanan dalam bekerja, sopan santun atau tata krama selama bekerja baik diri pribadi maupun kepada atasan dan teman sejawat. g. Kesadaran akan pentingnya tugas atau pekerjaan, mengutamakan kepentingan tugas atau pekerjaan dari hal-hal lain. h. Pelayanan, melayani kepentingan masyarakat sesuai dengan bidang tugas dan pekerjaannya.