BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1. Pengertian Persalinan Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan adalah pelepasan dan pengeluaran produk konsepsi (janin, air ketuban, plasenta dan selaput ketuban) dari uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-40 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung kurang dari 24 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin (Prawirohardjo, S., 2005). 2. Proses Terjadinya Persalinan Persalinan terjadi karena adanya : (a) penurunan kadar estrogen dan progesteron, dimana progesteron merupakan penenang otot-otot rahim dan estrogen meningkatkan kontraksi otot. Selama kehamilan kadar progesteron dan estrogen seimbang di dalam darah tetapi di akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his, menurunnya kadar kedua hormon ini terjadi kirakira 1-2 minggu sebelum persalinan dimulai, (b) oksitosin meningkat sehingga timbul kontraksi rahim, (c) dengan majunya kehamilan maka otot-otot rahim semakin menegang dan timbul kontraksi untuk mengeluarkan janin, (d) hipofise dan kadar suprarenal janin memegang peranan penting sehingga pada ancephalus kelahiran sering lebih lama, (e) kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga aterm terutama saat persalinan menyebabkan kontraksi miometrium (Prawirohardjo, S., 2005). 3. Persalinan Kala I Secara klinis persalinan diawali bila adanya kontraksi dan mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka, sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis yang pecah karena pergeseran karena serviks membuka. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase, yaitu : (a) fase laten yaitu dari awal kontraksi hingga pembukaan 3 cm, durasi 20-30 detik, tidak terlalu mules, berlangsung 7-8 jam, (b) fase aktif yaitu pembukaan dari 4 cm hingga lengkap, penurunan bagian terbawah janin, durasi 40 detik atau lebih dengan frekuensi 3x10 menit atau lebih dan sangat mules, berlangsung 6 jam dengan 3 sub fase yaitu : (1) periode akselerasi berlangsung 2 jam dan pembukaan menjadi 4 cm, (2) dilatasi maksimal berlangsung 2 jam dan pembukaan menjadi 9 cm, (c) periode deselerasi berlangsung 2 jam dan pembukaan menjadi 10 cm. Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida dan multigravida, hanya pada multigravida fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek. Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm, disebut ketuban pecah dini. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam dan pada multipara kira-kira 7 jam ( Prawirohardjo, S., 2005). 4. Asuhan Persalinan Kala I Merupakan asuhan yang dibutuhkan ibu saat proses persalinan. Asuhan ini bertujuan untuk mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Asuhan sayang ibu antara lain memberi dukungan emosional, mengatur posisi yang nyaman bagi ibu, cukup asuhan cairan dan nutrisi, keleluasaan untuk mobilisasi, termasuk ke kamar kecil, penerapan prinsip pencegahan infeksi yang sesuai. B. Nyeri Persalinan 1. Pengertian Nyeri Nyeri merupakan kondisi perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Bare dan Smeltzer, 2001). Menurut Telfer (1997), nyeri merupakan fenomena multifaktorial, yang subjektif, personal, dan kompleks yang dipengaruhi oleh faktor psikologis, biologis, sosial budaya, dan ekonomi (Fraser, D. M., dan Cooper, M. A., 2009). 2. Teori Nyeri Terdapat beberapa teori tentang terjadinya ransangan nyeri, diantaranya : a. Transmisi nyeri, impuls nyeri berjalan sepanjang saraf sensorik ke ganglion akar dorsal dari saraf spinal terkait dan masuk ke dalam kornu posterior medula spinalis. Hal ini disebut neuron pertama. Neuron kedua muncul di kornu posterior, melintang di dalam medula spinalis (persimpangan sensorik) dan mengantarkan impuls melalui medula oblongata, pons varolli dan otak tengah ke talamus. Dari sini impuls berjalan sepanjang neuron ketiga menuju korteks sensorik. Teori Pengendalian Gerbang (gate control theory), mekanisme hambatan neurol atau spinal terjadi dalam substansi gelatinosa yang terdapat di kornu dorsal medula spinalis. Impuls saraf yang diterima oleh nosiseptor, reseptor nyeri pada kulit dan jaringan tubuh dipengaruhi oleh mekanisme tersebut. Posisi hambatan menentukan apakah impuls saraf berjalan bebas atau tidak ke medula dan talamus sehingga dapat mentransmisikan impuls atau pesan sensori ke korteks sensorik. Jika hambatan tersebut tertutup, hanya terdapat sedikit konduksi atau bahkan tidak sama sekali. Jika hambatan terbuka, impuls dan pesan dapat melewatinya dan ditransmisikan secara bebas (Fraser, D. M., dan Cooper, M. A., 2009). b. Penyebab Nyeri Persalinan Selama persalinan kala-satu, nyeri terutama dialami karena rangsangan nosiseptor dalam adneksa, uterus, dan ligamen pelvis. Nyeri persalinan kalasatu adalah akibat dilatasi seviks dan segmen uterus bawah dengan distensi lanjut, peregangan, dan trauma pada serat otot dan ligamen. Faktor penyebab nyeri persalinan adalah : a) berkurangnya pasokan oksigen ke otot rahim (nyeri persalinan menjadi lebih hebat jika interval antara kontraksi singkat, sehingga pasokan oksigen ke otot rahim belum sepenuhnya pulih), b) meregangnya leher rahim (effacement dan pelebaran), c) tekanan bayi pada saraf didekat leher rahim dan vagina, d) ketegangan dan meregangnya jaringan ikat pendukung rahim dan sendi panggul selama kontraksi dan turunnya bayi, e) Tekanan pada saluran kemih, kandung kemih, dan anus, f) Meregangnya otot-otot dasar panggul dan jaringan vagina, g) ketakutan dan kecemasan yang dapat menyebabkan dikeluarkannya hormon stress dalam jumlah besar (epinefrin, norepinefrin, dan lain-lain) yang mengakibatkan timbulnya nyeri persalinan yang lama dan lebih berat (Simkin, P., Whalley, J., dan Keppler, A., 2007). c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Nyeri Persalinan Faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan yaitu : a) usia wanita yang sangat muda dan ibu yang tua mengeluh tingkat nyeri persalinan yang lebih tinggi, b) primipara mengalami nyeri yang lebih besar pada awal persalinan, sedangkan multipara mengalami peningkatan tingkat nyeri setelah proses persalinan dengan penurunan cepat pada persalinan kala II, c) wanita yang mempunyai pelvis kecil, bayi besar, bayi dengan presentasi abnormal, d) wanita yang mempunyai riwayat dismenorea dapat mengalami peningkatan persepsi nyeri, kemungkinan karena produksi kelebihan prostaglandin, e) kecemasan akan meningkatkan respon individual terhadap rasa sakit, ketidaksiapan menjalani proses melahirkan, dukungan dan pendamping persalinan, takut terhadap hal yang tidak diketahui, pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan menambah kecemasan, sehingga menimbulkan peningkatan rangsang nosiseptif pada tingkat korteks serebral dan peningkatan sekresi katekolamin yang juga meningkatkan rangsang pada pelvis karena penurunan aliran darah dan terjadi ketegangan otot, f) faktor sosial dan budaya dimana beberapa budaya mengharapkan stoicisme (sabar dan membiarkannya) sedang budaya yang lainnya mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan (Walsh, L. V., 2007). d. Fisiologi Nyeri Persalinan kala I Rasa nyeri pada kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi otot-otot uterus, peregangan serviks pada waktu membuka, iskemia rahim (penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami defisit) akibat kontraksi arteri miometrium. Impuls nyeri ditransmisikan oleh segmen saraf spinalis T11-12 dan saraf-saraf asesori torakal bawah serta saraf simpatik lumban atas. Sarafsaraf ini berasal dari korpus uterus dan serviks. Ketidaknyamanan dari perubahan serviks dan iskemia uterus adalah nyeri viseral yang berlokasi di bawah abdomen menyebar ke daerah lumban punggung dan menurun ke paha. Biasanya nyeri dirasakan pada saat kontraksi saja dan hilang pada saat relaksasi. Nyeri bersifat lokal seperti kram, sensasi sobek dan sensasi panas yang disebabkan karena distensi dan laserasi serviks, vagina dan jaringan perineum. Nyeri persalinan menghasilkan respon psikis dan refleks fisik. Nyeri persalinan memberikan gejala yang dapat diidentifikasi seperti pada sistem saraf simpatis yang dapat terjadi mengakibatkan perubahan tekanan darah, nadi, respirasi, dan warna kulit. Ekspresi sikap juga berubah meliputi peningkatan kecemasan, mengerang, menangis, gerakan tangan (yang menandakan rasa nyeri) dan ketegangan otot yang sangat di seluruh tubuh (Bobak I. M., at all. 2004). Teori gate control atau pengendalian nyeri yang dikemukakan oleh Melzack dan Well (1965) mengemukakan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Mekanisme pertahanan dapat ditemukan pada medula spinalis, talamus, dan sistem limbik yang mengandung enkefalin yang menghambat transmisi nyeri (Potter, P. A., dan Perry, A. G., 2005). a. Klasifikasi Nyeri Nyeri secara umum terdiri dari nyeri akut dan nyeri kronis. (a) Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, tidak melebihi 6 bulan, dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot dan cemas, (b) Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan – lahan biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan meliputi nyeri terminal, sindrom nyeri kronis dan psikosomatik. Selain klasifikasi nyeri di atas, terdapat jenis nyeri yang spesifik, di antaranya (a) Nyeri somatic dan visceral yaitu bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit (supervisial) pada otot dan tulang. Nyeri somatic dan visceral berbeda karakteristiknya terutama kualitas nyeri, lokalisasi, sebab-sebab dan gejala yang menyertainya, (b) Nyeri menjalar (Referrent pain) dimana nyeri terasa pada daerah lain daripada yang mendapat rangsang, misalnya pada serangan jantung akan mengeluh nyeri yang menjalar kebawah lengan kiri sedangkan jaringan yang rusak terjadi pada miokardium, (c) Nyeri psikogenik yaitu nyeri yang tidak diketahui secara fisik, biasanya timbul dari pikiran pasien atau psikologis, (d) Nyeri phantom dari ektremitas yaitu nyeri pada salah satu ekstremitas yang telah diamputasi, (e) Nyeri neurologis yang timbul dalam berbagai bentuk, dimana neuralgia adalah nyeri yang tajam (Bare, B. G., dan Smeltzer, S. C., 2001). b. Pengukuran Intensitas Nyeri Mendeskripsikan nyeri berbeda antara bidan dan pasien. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari tidak terasa nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan. Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata dengan menggunakan skala 1-10. Skala analog visual (Visual Analog Scale, VAS) merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri. Skala nyeri digunakan yaitu : a. Numerik ( 0-10 ) 0 1 2 3 Tidak 4 5 6 7 8 Nyeri sedang 9 10 Nyeri Nyeri sangat hebat b. Deskriptif Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri nyeri ringan sedang hebat sangat hebat c. Skala Analog visual (VAS) Tidak Nyeri Nyeri sangat hebat Skema 1. Skala Nyeri (Bare, B. G., dan Smeltzer, S.C., 2001). Nyeri yang ditanyakan pada skala tersebut adalah intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Cara mengkaji nyeri yang digunakan adalah 0-10 angka skala intensitas nyeri. Keterangan : 0 : Tidak nyeri. 1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik. 4-6 : Nyeri sedang : secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik. 7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi rasa nyeri. 10 : Nyeri sangat berat : pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul. (Suddarth dan Brunner dalam Smeltzer, 2001, hal. 218). a. Penatalaksanaan Nyeri Rasa sakit yang dialami ibu selama proses persalinan sangat bervariasi tingkatannya. Untuk itu perlu dukungan selama persalinan untuk mengurangi rasa nyeri selama proses persalinan. Penny simpkin (2007) mengatakan cara untuk mengurangi rasa sakit ini ialah: mengurangi sakit langsung dari sumbernya, memberikan rangsangan alternatif yang kuat, mengurangi reaksi mental negatif, emosional dan fisik ibu terhadap rasa sakit. Pendekatan pengurangan rasa nyeri persalinan dapat dilakukan dengan pendekatan farmakologis dan nonfarmakologis. Manajemen secara farmakologis adalah dengan pemberian obat-obatan sedangkan nonfarmakogis tanpa obat-obatan. Cara farmakologis adalah dengan pemberian obat-obatan analgesia yang bisa disuntikan melalui infus intravena yaitu saraf yang mengantar nyeri selama persalinan. Tindakan farmakologis masih menimbulkan pertentangan karena pemberian obat selama persalinan dapat menembus sawar plasenta, sehingga dapat berefek pada aktifitas rahim. Efek obat yang diberikan kepada ibu terhadap bayi dapat secara langsung maupun tidak langsung. Manajemen secara nonfarmakologis sangat penting karena tidak membahayakan bagi ibu maupun janin, tidak memperlambat persalinan jika diberikan kontrol nyeri yang kuat, dan tidak mempunyai efek alergi maupun efek obat. Banyak teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri selama kala I meliputi, relaksasi, akupresur, kompres dingin atau hangat, terapi musik, hidroterapi dan masase. C. Akupresur 1. Definisi Akupresur Akupresur adalah pendekatan penyembuhan yang berasal dari daerah timur yang menggunakan masase titik tertentu di tubuh (garis aliran energi atau meridian) untuk menurunkan nyeri atau mengubah fungsi organ (Walsh, 2007, hal. 266). 2. Tujuan Akupresur Menekan titik tertentu dapat dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan selama hamil dan saat kontraksi datang. Akupresur seperti halnya akupuntur merupakan terapi yang menekankan titik-titik tertentu pada tubuh yang diyakini dapat mengatasi rasa tak nyaman selama hamil maupun saat mengalami kontraksi menjelang persalinan. Saat hamil pun, akupresur bisa mengusir morning sickness yang melanda. Sedangkan pada kondisi menjelang persalinan, akupresur selain untuk meringankan rasa sakitnya juga untuk meningkatkan intensitas kontraksi itu sendiri (Turana, 2004, ¶ 4). Akupresur merupakan bagian kecil dari akupuntur yang sangat membantu ibu hamil. Pada saat proses persalinan, akupresur memberikan rasa nyaman selama proses persalinan atau relaksasi. Pada sebagian orang, akupresur ini juga dikenal banyak digunakan untuk merangsang kontraksi atau mendorong kemajuan kontraksi agar pembukaan lebih cepat terjadi dan ibu merasa nyaman saat proses persalinan berjalan (Turana, 2004, ¶ 1-3). 3. Manfaat Akupresur Sejarah membuktikan bahwa akupresur bermanfaat untuk : a. Pencegahan penyakit Akupresur dipraktekkan secara teratur pada saat-saat tertentu menurut aturan yang sudah ada, yaitu sebelum sakit. Tujuannya adalah mencegah masuknya sumber penyakit dan mempertahankan kondidi tubuh. b. Penyembuhan penyakit Akupresur dapat digunakan menyembuhkan keluhan sakit dan dipraktekkan ketika dalam sakit. c. Rehabilitasi Akupresur dipraktekkan untuk meningkatkan kondisi kesehatan sesudah sakit. d. Promotif Akupresur dipraktekkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh walaupun tidak sedang sakit (Oka, 2003, hal. 3). 4. Persiapan Tindakan Akupresur Ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan agar pemanfaatan akupresur baik, yaitu : ruangan tempat melakukan pemijatan hendaknya tidak pengap dan mempunyai sirkulasi udara yang baik, pemijatan dilakukan ditempat yang bersih, posisi orang yang akan dipijat sebaiknya berbaring, duduk, dan tidak berdiri, tangan sebelum memijat dicuci bersih dan kuku jari tidak panjang serta tidak tajam, pemijat dalam keadaan bebas bergerak dengan posisi yang nyaman, kondisi pasien yang perlu diperhatikan sebelum melakukan teknik akupresur adalah sebaiknya pasien tidak dalam keadaan emosional (marah, takut, terlalu gembira, atau sedih), tidak terlalu lapar atau terlalu kenyang, alat bantu pijat yang digunakan tidak tajam dan bersih, pemijatan dapat dilakukan dengan ujung-ujung jari, kepalan tangan, telapak tangan, pangkal telapak tangan dan siku, titik acupoint tidak dalam keadaan luka atau bengkak, dan untuk pasien yang lemah kondisinya akupresur hanya diperlukan untuk menguatkan kondisinya dan jumlah titik yang dipergunakan jangan terlalu banyak (Oka, 2003, hal. 38). Penekanan pada saat awal harus dilakukan dengan lembut, kemudian secara bertahap kekuatan penekanan ditambah sampai terasa sensasi yang ringan tetapi tidak sakit (Turana, 2004, ¶ 3). 5. Lokasi Titik Akupresur Saat Persalinan untuk Mengurangi Nyeri Cara kerja akupresur ini sendiri cukup mudah dan sederhana karena tidak memerlukan bantuan jarum akupuntur. Cukup dengan menekan pada titik-titik tertentu sesuai dengan tujuan untuk apa akupresur dilakukan. a. Akupresur untuk meningkatkan intensitas kontraksi disebut dengan istilah Spleen 6 dan hoku atau usus besar 4. Spleen 6 dapat ditemukan empat jari lebarnya di atas tulang pergelangan kaki . Spleen 6 Letakkan 4 jari di atas mata kaki di bagian kaki. Lalu tekan selama satu menit dengan ibu jari, yaitu di bagian belakang tulang kaki kanan bergantian dengan kaki kiri. Atau bersamaan secara simultan. Gerakkan ibu jari naik turun sedikit atau dalam bentuk lingkaran kecil (Klein & Thompson, 2009). b. Hoku atau LI4 adanya di jaringan antara jempol dan jari telunjuk. Hoku atau L14 Letakkan jari di telapak tangan pasien dan ibu jari di luar telapak tangan. Tekan perlahan secara bersamaan kiri dan kanan. Titik ini sangat dikenal banyak orang dan sangat efektif untuk menghilangkan sakit kepala. Lanjutkan menekan titik-titik ini dengan berhenti sejenak dan hentikan jika kekuatan kontraksi sudah meningkat. Titik-titik ini akan makin efektif jika dipadukan dengan tehnik untuk meningkatkan kontraksi seperti mengelus pusar pasien. Titik akupresur ini akan bekerja sangat efektif jika air ketuban sudah pecah sementara itu kontraksi belum juga mengalami kemajuan. Jangan menggunakan titik-titik ini jika waktu persalinan sudah lewat waktu. Karena tujuan akupresur ini lebih ditujukan untuk merangsang kontraksi lebih cepat dan mengurangi rasa sakit saat kontraksi berlangsung. c. Dua titik pada tangan bisa meringankan sakit kontraksi. 3a 3b d. Juga dapat mencoba satu titik pada bahu yang disebut Gallbladder 21. 4b 4a 4c Dapat menempatkan GB 21 dengan cara menekan ibu jari pada bahu dekat ke arah leher, satu-dua inchi agak ke bawah leher. Dua titik ini sangat mudah dilakukan. Tekan dengan keras selama 60 detik atau hitung sampai angka 30. Berhentilah 2-3 menit, lalu tekan lagi. Titik ini juga berguna bagi wanita setelah melahirkan. e. Ada beberapa titik sacral dikenal dengan istilah Bladder 27-34 pada tulang punggung bagian bawah yang juga sangat efektif untuk mengatasi sakit saat kontraksi termasuk saat terasa sakit kontraksi ini merambat sampai ke bagian pinggang bagian bawah menuju ke arah paha. 5a 5b Untuk mengurangi rasa sakit itu, suami atau bidan yang mendampingi bisa mengelus dan sedikit menekan di dekat tulang ekor untuk merangsang titik akupresur. Jika kesulitan menemukan titik akupresur ini bisa dilakukan dengan memakai bola tennis atau kepalan tangan merangsang daerah tulang punggung bagian bawah. f. Titik K1, Titik ini terletak pada 1/3 bagian atas telapak kaki, ketika telapak kaki fleksi (menarik jari kaki ke depan ke arah telapak kaki). 6a Lakukan penekanan yang kuat ke dalam dan ke depan ke arah jempol kaki. Titik ini mempunyai efek relaksasi dan dapat digunakan kapan saja saat persalinan. Penekanan pada titik ini juga dapat berguna saat pasien panik (misal mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan pada persalinan sebelumnya). Titik ini berguna untuk membantu menenangkan wanita yang merasa ketakutan (Turana, 2004).