ANALISIS PENGARUH KAPASITAS LOCATION AREA CODE TERHADAP PERFORMANSI PADA JARINGAN 3G Cornelis Yulius Ganwarin, [1] Rendy Munadi [2], Asep Mulyana [3] 1,2,3 1 Fakultas Elektro dan Komunikasi, Institut Teknologi Telkom [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Sebuah jaringan 3G terdiri atas tiga bagian yaitu User Equipment (UE), Umts terrestrial radio access network (UTRAN) dan Core Network (CN). Fungsi utama dari CN adalah menyediakan fungsi switching, routing, roaming, security, authentication, transit lalu lintas pengguna jaringan, database dan network management function. Mobile switching center (MSC) yang merupakan bagian dari CN salah satu fungsinya adalah mobility management seperti Location Area Code (LAC). Semakin banyak jumlah cell dalam suatu LAC akan mempengaruhi jumlah call attempt yang pada akhirnya dapat mempengaruhi performansi jaringan yaitu pada parameter Call Setup Success Rate (CSSR). Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap RNC (Radio Network Controller) melalui MSC untuk melihat pengaruh kapasitas LAC dalam menampung jumlah call attempt per jam terhadap parameter nilai CSSR. Hasil penelitian berupa pengamatan terhadap kondisi existing RNC Medan-01 (RNMDN01) melalui MSC Medan-01 (MSMDN01) untuk melihat pengaruh kapasitas LAC dalam menampung jumlah call attempt per jam terhadap parameter CSSR. Pengamatan dilakukan untuk melihat kapasitas LAC yang menyebabkan nilai CSSR selalu berada dibawah threshold pada jam sibuk. Perbaikan yang dilakukan yaitu dengan melakukan splitting LAC kembali agar dapat mengurangi beban call attempt per jam pada LAC 5210 pada jam sibuk dari 16.671.407 call attempt per jam menjadi 2.295.474 call attempt per jam. Kata kunci: LAC, call attempt, RNC, MSC, CSSR Abstract A 3G network consist of three parts; User Equipment (UE), Umts terrestrial radio access network (UTRAN) and Core Network (CN). The main function of CN is to provide switching functions, routing, roaming, security, authentication, user traffic transit network, database and network management function. Mobile switching center (MSC) which is part of the CN one of its functions is the mobility management such as Location Area code (LAC). LAC is a few cells grouped together in order to optimize signaling. The more the number of cells in a LAC will affect the number of call attempt per second that could ultimately affect the parameters of the network performance at Call Setup Success Rate (CSSR). This research observes the RNC (Radio Network Controller) via the MSC to see the influence of the capacity of LAC in attempt per hour on the parameter value CSSR. The result of the final form of observation of the condition of existing of RNC Medan-01 (RNMDN01) through MSC Medan-01 (MSMDN01) to see the effect of LAC in the capacity to accommodate the number of call attempt to CSSR parameters. Observations carried out to see the capacity of LAC which makes the CSSR is always under the threshold at rush hour. Repairs carried out by performing the LAC resplitting in order to reduce the burden of call attempt per hour in LAC 5210 at peak hours of 16.671.407 call attempt per hour to 2.295.474 call attempt per hour. Keywords: LAC, Call attempt, RNC, MSC, CSSR . 1. Pendahuluan Call Setup Success Rate (CSSR) adalah salah satu parameter penting dalam pengukuran kualitas layanan suatu jaringan telekomunikasi (QoS – Quality of Service) yang sangat menentukan kepuasan pelanggan. CSSR adalah istilah dalam telekomunikasi yang merepresentasikan tingkat keberhasilan upaya membangun panggilan telepon (call attempt). Ada beberapa faktor teknis yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan dan kegagalan suatu pembangunan hubungan telepon. CSSR untuk jaringan konvensional (jaringan kabel) sangat tinggi dan secara signifikan di atas 99.9%. Dalam sistem komunikasi bergerak dengan menggunakan saluran radio tingkat kegagalan sambungan telepon (rejected call) lebih tinggi yang menyebabkan CSSR untuk jaringan telekomunikasi bergerak lebih rendah. CSSR jaringan telekomunikasi bergerak komersial biasanya antara 90% sampai 98% atau lebih tinggi. Salah satu faktor terbesar terjadinya kegagalan pembangunan hubungan telepon pada jaringan telekomunikasi bergerak khususnya jaringan 3G adalah keterbatasan kapasitas LAC dalam suatu RNC. Untuk itu kapasitas LAC diharapkan mampu menampung jumlah call attempt dengan baik dalam kondisi apapun. Pengamatan terhadap pengaruh kapasitas LAC dilakukan di daerah kluster RNC Medan-01 yang berada di bawah pengontrolan MSC Medan-01. Daerah tersebut terdapat banyak cell pada suatu Analisis Pengaruh Kapasitas Location Area Code Terhadap Performansi MSC pada Jaringan 3G [Cornelis Yulius Ganwarin] 47 alokasi LAC sehingga memungkinkan timbul masalah dalam melakukan call attempt. Pengamatan dilakukan terhadap analisis data dengan melihat parameter nilai CSSR yang dipengaruhi oleh kapasitas tiap LAC dalam menampung call attempt. Hasil dari analisis data yang telah diolah nantinya digunakan untuk mengetahui pengaruh kapasitas LAC dalam menampung call attempt terhadap nilai CSSR 2. Dasar Teori 2.1 Komponen Arsitektur Jaringan 3G 6. Pengaturan enkripsi 7. Proses handover 8. Pengaturan broadcasting channel b. Node-B Node-B sama dengan Base Transceiver System di dalam jaringan GSM. Node-B merupakan perangkat pemancar dan penerima yang memberikan pelayanan radio kepada UE. Fungsi utama node-B adalah melakukan proses pada layer 1 antara lain: channel coding, interleaving, spreading, de-spreading, modulasi, de-modulasi dan lain-lain. Selain itu, nodeB juga berfungsi sebagai interkoneksi antara infrastruktur sistem seluler dengan out station. 2.1.3 Core Network Core Network berfungsi sebagai switching pada jaringan UMTS, manajemen jaringan serta sebagai interface antara jaringan UMTS dengan jaringan yang lainnya. Komponen Core Network UMTS terdiri dari: a. MSC Gambar 1. Arsitektur Jaringan UMTS Dari gambar 1, terlihat bahwa arsitektur jaringan UMTS terdiri dari perangkat-perangkat yang saling mendukung, yaitu sebagai berikut: 2.1.1 UE User Equipment merupakan perangkat yang digunakan oleh pelanggan untuk dapat memperoleh layanan komunikasi bergerak. UE dilengkapi dengan smart card yang dikenal dengan nama USIM (UMTS Subscriber Identity Module) yang berisi nomor identitas pelanggan dan juga algoritme security untuk keamanan seperti authentication algorithm dan algoritme enkripsi. 2.1.2 UTRAN Di dalam UTRAN (Umts terrestrial radio access network) terdapat beberapa elemen jaringan yang baru dibandingkan dengan teknologi 2G yang ada saat ini, diantaranya adalah node-B dan RNC. a. RNC RNC (Radio Network Controller) bertanggung jawab mengontrol radio resources pada UTRAN yang membawahi beberapa Node-B, menghubungkan CN (Core Network) dengan user, dan merupakan tempat berakhirnya protocol RRC (Radio resource control) yang mendefinisikan pesan dan prosedur antara mobile user dengan UTRAN. Fungsi RNC: 1. Interfacing antara RNC-MSC, RNCNodeB dan RNC-OMC 2. Alokasi kanal RNC-Node-B 3. Indikasi channel blocking antara RNCMSC 4. Pengaturan frekuensi hoping 5. Pengaturan konfigurasi kanal 48 MSC didesain sebagai switching untuk layanan berbasis circuit switch seperti video, video call. MSC pada intinya merupakan peralatan switching, ekuivalen dengan sentral digital (ISDN) ditambah dengan pengaturan mobilitas pelanggan. Fungsi utamanya adalah untuk koordinasi panggilan datang dari/ke pelanggan GSM termasuk fungsi call routing dan call control. Lebih spesifik fungsi ini bertanggung jawab atas pengalokasian dan pelepasan kanal radio melalui RNC beserta mekanisme location area code, location-updating, dan handover dari satu cell ke cell yang lainnya, serta interkoneksi dengan jaringan lain (ISDN/PSTN). b. GMSC GMSC (Gateway MSC) adalah node yang digunakan untuk saling menghubungkan dua jaringan. Gateway kadang diimplementasikan di dalam MSC. MSC kemudian mengacu ke GMSC. c. VLR VLR (Visitor Location Register) berfungsi untuk menyimpan data dan informasi pelanggan, dimulai pada saat pelanggan memasuki suatu area yang bernaung dalam wilayah MSC VLR tersebut (melakukan Roaming). Adanya informasi mengenai pelanggan dalam VLR memungkinkan MSC untuk melakukan hubungan baik Incoming (panggilan masuk) maupun Outgoing (Panggilan keluar) d. HLR HLR (Home Location Register) berfungsi untuk penyimpan semua data dan informasi mengenai pelanggan yang tersimpan secara permanen, dalam arti tidak bergantung pada posisi pelanggan. HLR bertindak sebagai pusat informasi pelanggan yang setiap waktu akan diperlukan oleh VLR untuk merealisasi terjadinya komunikasi pembicaraan. VLR IT Telkom Journal on ICT Volume 1 Nomor 1 Maret Tahun 2012 selalu berhubungan dengan HLR dan memberikan informasi posisi pelanggan berada. e. SGSN SGSN (Serving GPRS Support Node) merupakan gerbang penghubung jaringan BSS/BTS ke jaringan GPRS. Fungsi SGSN adalah sebagai berikut: 1) Mengantarkan paket data ke MS (Mobile station) 2) Update pelanggan ke HLR 3) Registrasi pelanggan baru. f. tersebut diambil pada bulan November 2010 dan data ini menggambarkan kondisi jaringan yang dipantau dari MSC Medan-01 (MSMDN01). Data-data yang didapat pada penelitian ini merupakan Cluster RNC Medan-01 (RNMDN01) meliputi wilayah SUMBAGUT. Ada dua jenis data yang digunakan pada penelitian ini untuk melihat performansi RNMDN01 dan jumlah cell pada masing-masing LAC. Dua jenis data itu adalah: a. Data Traffic; Data ini digunakan untuk melihat performansi RNMDN01 secara keseluruhan. Secara keseluruhan maksudnya disini adalah data ini dapat digunakan untuk melihat performansi dari RNMDN01 dalam jangka waktu per detik, per jam sampai dengan per hari. b. Data LAC Coverage; Data ini digunakan untuk melihat semua alokasi LAC yang berada di bawah pengontrolan RNMDN01. Dengan data ini juga kita dapat mengetahui jumlah cell pada masing-masing alokasi LAC tersebut. GGSN GGSN (Gateway GPRS Support Node) berfungsi sebagai gerbang penghubung dari jaringan GPRS ke jaringan paket data standar (PDN). GGSN berfungsi dalam menyediakan fasilitas internetworking dengan eksternal packet-switch network dan dihubungkan dengan SGSN via Internet Protocol (IP). GGSN akan berperan antarmuka logik bagi PDN, dimana GGSN akan memancarkan dan menerima paket data dari SGSN atau PDN. g. EIR EIR (Equipment Identity Register) adalah basis data yang berisi informasi tentang identitas dari perlengkapan mobile untuk mencegah panggilan dari pencurian, unauthorized, atau stasiun bergerak yang rusak. Pada bagian ini juga akan membahas mengenai pengolahan data (perhitungan secara matematis) untuk memperoleh rata-rata laju kedatangan call attempt di tiap LAC. Perhitungan secara matematis tersebut dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: h. AUC Unit yang disebut AUC (Authentication Center) ini menyediakan autentikasi dan enkripsi parameter untuk memverifikasi identitas pengguna dan menjamin kerahasiaan dari setiap panggilan. 3.2 Pengamatan Terhadap Kapasitas LAC 2.2 Location Area Code (LAC) Setiap lokasi area diberikan nomor yang berbeda atau unik dalam jaringan, dinamakan Location Area Code (LAC). LAC juga dapat didefinisikan sebagai pengelompokan seperangkat sel dalam rangka mengoptimalkan signaling [1]. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengamatan terhadap performansi RNMDN01 adalah parameter melihat kondisi RNMDN01 dalam kondisi baik atau tidak. Parameter yang dilihat yaitu pada saat kondisi normal dan padat. Parameter untuk kedua kondisi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Kode yang berbeda ini digunakan sebagai referensi untuk mobilitas pelanggan. Kode ini digunakan untuk keperluan pengalamatan pelanggan dalam hal panggilan masuk. Kondisi normal: Pada saat kondisi normal, semua call attempt yang datang mampu ditampung atau ditangani dengan baik oleh kapasitas LAC sehingga tidak terjadi rejected call. Hal ini dikarenakan jumlah call attempt yang datang pada kondisi tersebut masih berada dibawah kemampuan kapasitas LAC dalam menampung call attempt. Jika luas daerah sangat besar, maka akan memungkinkan terdapat banyak pelanggan. Hal ini juga dapat menimbulkan banyak call attempt pada daerah tersebut. Apabila call attempt melebihi kapasitas LAC yang tersedia, maka akan terjadi rejection call, sehingga diperlukan adanya penambahan LAC untuk menghindari terjadinya hal ini. 3. Pengambilan Data Kondisi padat: Pada saat kondisi padat, kapasitas LAC mengalami overload (kelebihan muatan) sehingga mengakibatkan terjadinya rejected call (kegagalan dalam membangun hubungan telepon). Hal ini dikarenakan jumlah call attempt pada kondisi tersebut melebihi kapasitas LAC dalam menampung call attempt. 3.1 Kondisi Sekarang RNC Medan-01 Pengamatan dilakukan terhadap data-data yang diperoleh dari PT. TELKOMSEL, Regional SUMBAGUT (Sumatra Bagian Utara). Data-data Analisis Pengaruh Kapasitas Location Area Code Terhadap Performansi MSC pada Jaringan 3G [Cornelis Yulius Ganwarin] 49 3.3 Pengamatan Data Traffic Melalui MSMDN01 Pengamatan terhadap data traffic ini dilakukan pada bulan November 2010. Pengamatan terhadap data ini dilakukan per jam dan hasil dari pengamatan tersebut didapat masalah pada nilai CSSR yang mengalami penurunan nilai pada jam-jam sibuk. Setelah didapat nilai CSSR yang bermasalah pada setiap jam sibuk, dilakukan pengolahan data agar dapat mengetahui penyebab dari penurunan pada nilai CSSR tersebut. Pengamatan Data November 2010) Traffic (Tanggal 1-21 Sebelum melakukan pengamatan terhadap data traffic, terlebih dahulu kita akan melakukan pengamatan terhadap data LAC Coverage untuk melihat jumlah cell pada masing-masing alokasi LAC. mampu menampung 11520000 call attempt per jam. Nilai ini menjadi acuan untuk melihat tingkat keberhasilan call setup di level LAC. Jika nilai tersebut dibawah 100%, dianggap tidak memenuhi untuk standar keberhasilan call setup di level LAC. Hal ini dianggap belum memenuhi standar karena nilai CSSR dibawah 100% harus dicari penyebab nilai dari turunnya keberhasilan tersebut. Tahapantahapan yang akan dilakukan untuk mencari penyebab turunnya CSSR yaitu berdasarkan hasil pengolahan data (perhitungan secara matematis) untuk memperoleh keberhasilan kapasitas LAC dalam menampung call attempt yang dibahas pada bab ini. Untuk mempermudah kita dalam melakukan pengamatan maka penjelasan mengenai jumlah cell pada masing-masing alokasi LAC dilakukan berdasarkan peta border LAC. Gambar 2 Peta Border LAC Gambar 2 digunakan untuk melihat alokasi LAC yang berada dibawah pengontrolan RNMDN01 pada saat sebelum melakukan splitting LAC. Dengan melihat data border di atas kita dapat mengetahui jumlah cell di tiap alokasi LAC pada RNMDN01 sebelum melakukan eksekusi Splitting LAC. Pada border tersebut terdapat tiga alokasi LAC pada RNMDN01 yaitu: a. Alokasi LAC 5210 b. Alokasi LAC 5215 c. Alokasi LAC 5217 LAC 5210 dengan jumlah cell sebanyak 664 cell, sedangkan LAC 5215 dengan jumlah cell sebanyak 16 cell dan LAC 5217 dengan jumlah cell sebanyak 12 cell. Dengan demikian total jumlah cell pada RNMDN01 berjumlah 692 cell. Tabel 1 digunakan untuk melihat performansi dari RNMDN01. Tabel diatas digunakan sebagai contoh untuk melihat performansi RNMDN01 pada tanggal 1 November 2010. Pada tabel di atas yang menjadi parameter untuk melihat performansi dari RNC tersebut adalah nilai CSSR. Nilai CSSR merupakan persentase dari tingkat keberhasilan membangun hubungan telepon. PT. TELKOMSEL dalam hal ini telah menetapkan nilai threshold dari CSSR tersebut yaitu sebesar 100% dengan kapasitas tiap LAC yang 50 Pada tabel 1 terlihat bahwa nilai CSSR dipengaruhi oleh nilai yang berada pada kolom pmNoType1AttemptCsUtranRejected yang merupakan istilah yang digunakan PT. TELKOMSEL untuk laju kedatangan call attempt sedangkan pmNoType1AttemptCsUtranRejected adalah istilah yang digunakan untuk call attempt yang gagal (rejected call). Dari tabel di tersebut didapat bahwa rejected call yang mengakibatkan penurunan IT Telkom Journal on ICT Volume 1 Nomor 1 Maret Tahun 2012 nilai CSSR pada jam-jam sibuk sehingga perlu dilakukan perhitungan untuk mengetahui penyebab rejected call tersebut. 3.4 Pengolahan Data Pengolahan data ini dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya rejected call yang mengakibatkan penurunan nilai CSSR pada jam-jam sibuk. Adapun pengolahan data tersebut dilakukan dengan menghitung beberapa parameter, diantaranya adalah: a. Total call attempt RNMDN01 tiap jam (dari jam 00.00 sampai dengan jam 23.00) b. Rata-rata call attempt RNMDN01 tiap jam c. Rata-rata call attempt di tiap LAC dengan perhitungan proporsional sesuai jumlah cell dalam satu LAC untuk satuan per jam Hasil Pengamatan Kondisi Existing RNMDN01 Pengamatan terhadap kondisi existing RNMDN01 dilakukan dengan melihat performansi dari RNMDN01 tersebut. Parameter yang digunakan untuk melihat performansi dari RNMDN01 adalah nilai CSSR. Dari hasil pengamatan tersebut didapat masalah pada nilai CSSR yang mengalami penurunan nilai pada jam-jam sibuk. Nilai CSSR dipengaruhi oleh rejected cell sehingga perlu dilakukan pengolahan data untuk mengetahui penyebab dari masalah rejected cell tersebut. Setelah dilakukan pengolahan data berdasarkan data-data pada tabel 1, didapatkan bahwa terjadi rejected call pada LAC 5210 dan nilai tersebut yang mempengaruhi performansi RNMDN01 yaitu pada parameter nilai CSSR. Untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap penyebab rejected call pada LAC 5210 dan penanganan seperti apa yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. sehingga mempengaruhi RNMDN01. performansi dari 4.2 Analisis Setelah Perbaikan Pada Performansi RNMDN01 Sebelum melakukan analisis terhadap performansi RNMDN01 setelah perbaikan, terlebih dahulu melakukan pengamatan terhadap data LAC coverage setelah dilakukan splitting LAC. Untuk mempermudah kita dalam melakukan pengamatan terhadap data tersebut maka penjelasan mengenai jumlah cell pada masing-masing alokasi LAC dilakukan berdasarkan peta border LAC. Berikut lampiran peta border LAC setelah splitting LAC. 3.5 4. Analisis Performansi RNC Medan-01 (RNMDN01) Analisis yang dibahas nantinya meliputi permasalahan yang terjadi pada RNMDN01 terhadap kondisi sebelum dan kondisi setelah dilakukan perbaikan. 4.1 Analisis Sebelum Perbaikan Performansi RNMDN01 Dari hasil pengolahan data didapat bahwa rejected call hanya terjadi pada LAC 5210 sehingga terjadi penurunan pada nilai CSSR. Berikut lampiran nilai tingkat keberhasilan kapasitas LAC dalam menampung call attempt. Rejected call terjadi karena jumlah call attempt pada LAC 5210 berada di atas kapasitas LAC yang ditetapkan PT. TELKOMSEL yaitu sebesar 1152000. Jika dibandingkan dengan LAC 5215 dan LAC 5217, hanya call attempt pada LAC 5210 yang berada diatas threshold. Hal ini dikarenakan jumlah cell pada LAC 5210 lebih banyak dari jumlah cell pada LAC 5215 dan LAC 5217 sehingga memungkinkan terjadinya call attempt yang banyak pula. Rejected Call terjadi karena kapasitas LAC 5210 tidak mampu untuk menampung call attempt yang datang pada jam sibuk Gambar 3 Peta Border LAC Setelah Splitting LAC Gambar 3 digunakan untuk melihat border LAC pada RNMDN01 sesudah dilakukan splitting LAC dengan alokasi baru 5211. Pada gambar di atas terlihat perubahan alokasi beberapa cell pada alokasi LAC 5210 yang di-split menjadi alokasi 5215 dan alokasi baru 5211. Sehingga dengan bertambah satu alokasi baru 5211 maka jumlah alokasi pada RNMDN01 yang sebelumnya tiga alokasi sekarang menjadi empat alokasi LAC yaitu: a. b. c. d. Alokasi LAC 5211 Alokasi LAC 5210 Alokasi LAC 5215 Alokasi LAC 5217 Berikut uraian mengenai jumlah cell pada masingmasing alokasi LAC diatas: a. Alokasi LAC 5211 sebanyak 434 cell b. Alokasi LAC 5210 sebanyak 216 cell c. Alokasi LAC 5215 sebanyak 30 cell d. Alokasi LAC 5217 sebanyak 12 cell dengan jumlah cell dengan jumlah cell dengan jumlah cell dengan jumlah cell Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa perubahan jumlah cell terjadi pada LAC 5210 yang tadinya berjumlah 664 cell, di-split menjadi 216 cell, sedangkan jumlah cell pada LAC 5215 yang tadinya berjumlah 16 cell, di-split menjadi 30 cell. Jumlah cell pada LAC 5217 tidak mengalami perubahan setelah splitting LAC. Hasil splitting LAC membentuk alokasi baru LAC 5211 dengan jumlah cell sebanyak 434 cell. Dengan demikian hasil Analisis Pengaruh Kapasitas Location Area Code Terhadap Performansi MSC pada Jaringan 3G [Cornelis Yulius Ganwarin] 51 splitting LAC tidak mengurangi jumlah cell pada RNMDN01. nilai CSSR di tiap jam pada kondisi tersebut selalu bernilai 100%. Pada tabel 3 diatas terlihat bahwa setelah dilakukan splitting LAC, nilai CSSR selalu stabil tiap jamnya. Hal ini dikarenakan pada kondisi tersebut, tidak terjadi rejected call seperti yang terjadi pada kondisi existing (sebelum splitting LAC) sehingga mengakibatkan nilai CSSR selalu bernilai 100%. Berdasarkan tabel 2, analisis yang dapat diambil bahwa splitting LAC dilakukan agar dapat mengurangi beban call attempt di level LAC. Selanjutnya melakukan analisis terhadap performansi RNMDN01 ini akan dilakukan terhadap data traffic untuk melihat parameter nilai CSSR setelah dilakukan perbaikan atau splitting LAC. Berikut lampiran data traffic setelah splitting LAC. Terlihat bahwa terjadi perubahan nilai CSSR pada jam-jam sibuk. Nilai CSSR pada kondisi ini berbeda dengan nilai CSSR pada kondisi existing (sebelum splitting LAC). Nilai CSSR pada kondisi ini mengalami peningkatan khususnya pada jam-jam sibuk. Pada kondisi sebelum splitting LAC, nilai CSSR pada jam-jam sibuk selalu berada dibawah threshold yang ditetapkan oleh PT. TELKOMSEL yaitu sebesar 100%, sedangkan pada kondisi setelah splitting LAC, nilai CSSR selalu bernilai 100% tiap jamnya. Berdasarkan data yang didapat terlihat bahwa nilai CSSR pada kondisi setelah melakukan splitting LAC tidak mengalami overload (kelebihan muatan) dalam menampung call attempt sehingga tidak terjadi rejected call. 4.3 Analisis Kapasitas LAC Setelah Perbaikan Pengolahan data dilakukan berdasarkan data traffic pada kondisi setelah splitting LAC. Pengolahan data tersebut dilakukan agar dapat mengetahui kondisi kapasitas tiap LAC setelah dilakukan perbaikan. Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan pada kondisi ini sama seperti yang dilakukan pada BAB III yaitu dengan menghitung beberapa parameter, diantaranya adalah: a. Total call attempt RNMDN01 tiap jam (dari jam 00.00 sampai dengan 23.00) b. Rata-rata call attempt RNMDN01 tiap jam c. Rata-rata call attempt di tiap LAC dengan perhitungan proporsional sesuai jumlah cell dalam satu LAC untuk satuan per jam. 5. 5.1 Tabel 3 di atas digunakan sebagai contoh untuk melihat performansi dari RNMDN01 pada saat setelah melakukan Splitting LAC yaitu pada tanggal 23 November 2010. Pada tabel 3 di atas terlihat bahwa pada kondisi ini performansi dari RNMDN01 selalu baik. Hal ini dapat dibuktikan setelah melihat 52 Penutup Kesimpulan 1. Nilai CSSR pada RNC bergantung pada nilai tingkat keberhasilan kapasitas LAC dalam menampung call attempt. Untuk CSSR nilai yang harus dicapai adalah 100% agar performansi secara level RNC dan MSC tercapai. 2. Untuk call attempt per jam, jumlah yang menjadi parameter keberhasilan adalah dibawah 11520000 call attempt per jam agar keberhasilan kapasitas LAC dalam menampung laju kedatangan call attempt per jam mencapai 100%. Pencapaian tersebut bertujuan agar nilai CSSR pada RNC bernilai 100%. 3. Untuk kasus nilai tingkat keberhasilan kapasitas LAC yang berada dibawah 100% diakibatkan karena adanya kegagalan dalam membangun hubungan telepon (rejected call) di level LAC pada jam-jam sibuk. Kegagalan tersebut IT Telkom Journal on ICT Volume 1 Nomor 1 Maret Tahun 2012 disebabkan oleh laju kedatangan call attempt pada jam sibuk berada di atas threshold yang ditetapkan oleh PT. TELKOMSEL yaitu sebesar 11520000 call attempt per jam. 4. Untuk kasus kapasitas LAC yang mengalami overload (kelebihan muatan) dalam menampung laju kedatangan call attempt diakibatkan oleh pengaruh banyaknya jumlah cell pada coverage area LAC tersebut. Bentuk penanganan yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan eksekusi splitting LAC kembali agar dapat mengurangi beban call attempt pada LAC tersebut sehingga tidak terjadi overload yang mengakibatkan rejected call. 5. Jumlah cell dalam suatu alokasi LAC tidak dapat ditentukan karena alokasi LAC dibuat berdasarkan call attempt. (aktivitas user equipment). [8] S. N. Hertiana, Pendekatan Probabilitas dan Model Trafik, Bandung. [9] U. K. Usman, Pengantar Telekomunikasi, Bandung: STT Telkom, 2008. 5.2 Saran a. Untuk penelitian selanjutnya dilakukan analisis pengaruh kapasitas LAC terhadap performansi MSC jika dilihat dari sisi terminating dengan melihat parameter untuk keberhasilan kapasitas LAC tersebut. b. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat membandingkan antara pengaruh kapasitas terhadap MSC pada sisi originating dengan pengaruh kapasitas LAC terhadap MSC pada sisi terminating dengan melihat parameter keberhasilan CSSR. Daftar Pustaka [1] "Location Area Code," 2010. [Online]. Available: http://www.telecomabc.com/l/lac.html. [2] G. Prihatmoko, Perancangan Coverage dan Capacity jaringan Long Term Evolution (LTE) Frekuensi 700 MHz Pada Jalur Kereta Api, Bandung, 2011. [3] G. Jonathan, Diktat Dasar Telekomunikasi, Bandung: STT Telkom, 2005. [4] G. Wibisono and G. D. Hantoro, WiMAX Teknologi Broadband Wireless Access (BWA) Kini dan Masa Depan, Bandung: Informatika, 2006. [5] G. Wibisono, U. K. Usman and G. D. Hantoro, Konsep Teknologi Seluler, Bandung: Informatika, 2008. [6] M. Sandhi, Analisa Pengontrolan Handover Melalui RNC pada Jaringan 3G Sebagai Fungsi Radio Resource Management (RRM), Bandung, 2010. [7] Training Module Nokia Siemens Network, Radio Network Controller First Line Maintenance, 2007. Analisis Pengaruh Kapasitas Location Area Code Terhadap Performansi MSC pada Jaringan 3G [Cornelis Yulius Ganwarin] 53