RINGKASAN Estu Retnowati. H24077016. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) (Studi Kasus PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk). Di bawah bimbingan Farida Ratna Dewi. Krisis keuangan global menyebabkan bursa saham dunia menurun drastis, hal ini berimbas pada saham-saham di BEI termasuk sektor bank. Akibatnya, banyak investor yang menjual sahamnya dan tidak berani membeli saham-saham lain di BEI, karena takut terkena dampak dari krisis ekonomi global. Dengan adanya metode EVA diharapkan dapat membantu investor dalam memilih perusahaan (bank) mana yang mampu memberikan nilai keuntungan bagi pemegang sahamnya, Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kinerja keuangan bank yang masuk pada daftar LQ45 yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dengan menggunakan metode EVA (2) membandingkan kinerja keuangan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Lokasi penelitian ini di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia (PRPM-BEI). EVA merupakan ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan. Asumsinya jika kinerja manajemen baik atau efektif (dilihat dari nilai tambah yang diberikan), maka akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan. Kelebihan EVA adalah EVA memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhitungkan biaya modal sebagai konsekuensi investasi dan EVA dapat digunakan sebagai tolok ukur pemberian bonus pada karyawan. Hal ini disebabkan karena EVA dapat digunakan sebagai alat penetapan besar bonus yang dibagikan kepada karyawan. Berdasarkan analisis kinerja keuangan dengan menggunakan metode EVA, dari dua perusahaan yang dianalisis keduanya memiliki kinerja keuangan yang baik dengan kata lain perusahaan mampu memberikan nilai tambah ekonomi bagi pemegang sahamnya. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk pada periode tahun 2007-2008 memiliki nilai EVA yang positif yaitu sebesar Rp 10.612.538.529.870 di tahun 2007 dan Rp 13.837.591.378.395 di tahun 2008 dan mengalami peningkatan nilai EVA dengan persentase 30,39 persen atau setara dengan Rp 3.225.052.848.525. Begitupun dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, periode tahun 2007-2008 perusahaan memiliki nilai EVA yang positif sebesar Rp 13.840.443.798.734 pada tahun 2007 dan Rp 16.478.312.162.908 pada akhir tahun 2008 dengan peningkatan nilai EVA sebesar 19,06 persen atau setara dengan Rp 2.637.868.364.175. Secara garis besar dapat dilihat PT Bank Mandiri Tbk memiliki nilai EVA lebih tinggi dibandingkan dengan nilai EVA yang diperoleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Perbedaan yang signifikan itu dikarenakan Bank Mandiri mempunyai biaya modal dan total aktiva yang jauh lebih besar dibandingkan BRI pada periode tahun 2007-2008. Dalam hal ini berlaku prinsip High Risk High Return, yaitu pengembalian tinggi dengan resiko tinggi pula. Bank Mandiri pada awalnya memiliki modal yang lebih besar dibandingkan dengan BRI, karena itu tingkat pengembalian yang diperoleh Bank Mandiri pun jauh lebih besar dibandingkan dengan tingkat pengembalian BRI. Akan tetapi dari perhitungan biaya modal dibagi nilai EVA dari masing-masing perusahaan maka didapat persentase dari tingkat pengembalian yang diperoleh, BRI memiliki persentase lebih besar yaitu 1.379,11 persen pada periode 2007 dan 2.443,27 persen pada akhir periode 2008. Sedangkan Bank Mandiri memiliki persentase sebesar 839,62 persen pada periode tahun 2007 dan 1.859,55 persen di tahun 2008. Namun demikian, kedua perusahaan tersebut mengalami peningkatan kinerja keuangan pada tahun 2008 dan mampu mengatasi krisis ekonomi global. Oleh karena itu, kedua bank ini dapat tergabung dalam indeks saham LQ45 sebagai saham yang diperhitungkan dalam mengukur indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI dan dapat menarik dimata para investor.