Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF MELALUI PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN 11 PADANGSAMBIAN 1 Ni Kd. Eka Mariani, 2 I Wyn. Wiarta, 3 I Md. Suara 1,2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia email : [email protected], [email protected], [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan Strategi Pembelajaran Aktif melalui penerapan model Make A Match dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model Pembelajaran Konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 11 Padangsambian tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan eksperimen semu dengan rancangan nonequivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 11 Padangsambian tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 3 kelas dengan jumlah 136 orang siswa. Sampel penelitian ini sebanyak 2 kelas yaitu Va dan Vc dengan jumlah 92 orang siswa yang ditentukan dengan random sampling. Data hasil belajar Matematika dikumpulkan menggunakan tes objektif berupa tes pilihan ganda. Data dianalisis dengan t-test. Hasil penelitian menunjukkan, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan Strategi Pembelajaran Aktif melalui penerapan model Make A Match dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model Pembelajaran Konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 11 Padangsambian tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil analisis diperoleh thitung > ttabel ( thit = 2.46 > ttabel = 1.98 ) dengan db = 90 ( n1+n2-2 = 92 – 2 = 90 ) dalam taraf signifikansi 5%. Rerata hasil belajar Matematika siswa di kelas eksperimen (71.65) lebih daripada rerata hasil belajar Matematika siswa di kelas kontrol (66.9). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Strategi Pembelajaran Aktif melalui penerapan model Make A Match berpengaruh terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri 11 Padangsambian tahun ajaran 2013/2014. Kata kunci : pembelajaran aktif, Make A Match, hasil belajar Matematika ABSTRACT This research is aimed to know the significant difference of the study result of Math amongst students who are taught to use active learning strategy with “Make A Match” model with students who are taught to use conventional learning model toward students in grade 5 in SD Negeri 11 Padangsambian period 2013/2014. This research is apseudo research with nonequivalent control group design program. This research population is all students in grade 5 in SD Negeri 11 Padangsambian period 2013/2014 that is consisted of 3 classes with the total of the students is 136 students. The number of the class for research sample is 2 classes, they are 5A and 5B with the total of the students is 92 students with using random sample. The data of Math studying result are compiled with using objective test like multiple choices. The data is analyzed with using “t-test”. The result of the research shows that there are significant differences in Math studying result amongst students who are taught to use active learning strategy with using “Make A Match” model to students who are taught to use conventional learning model in grade 5 SDNegeri 11 Padangsambian period 2013/2014. Based on the result of the research, the writer found t hitung > ttabel (thit= 2,46 > ttabel = 1,98) with db = 90 (n1 + n2 – 2 = 92 –2 = 90) with significant standard 5%. The average of Math studying result Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) of the students in the class experiment is (71,65) more than the average of Math studying result of the students in class control (66,9). Therefore, we can conclude that the implementation of active learning strategy with using “Make A Match” model gives impact toward the Math studying result of the students in grade 5 in SD Negeri 11 Padangsambian period 2013/2014. Keywords: active learning, Make A Match, Math studying result. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu aspek yang sangat penting bagi pembangunan suatu bangsa dan Negara. Telah menjadi pengetahuan umum bahwa pendidikan adalah suatu bentuk investasi jangka panjang yang penting bagi seorang manusia di masa depannya. Semakin baik tingkat pendidikan yang diperoleh maka semakin baik pula kualitas kepribadian dan kehidupan manusia sebagai penerus bangsa di masa depan, karena pendidikan dapat memengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya serta memiliki kekuatan atau pengaruh yang dinamis dalam kehidupan manusia di masa depan (Taufik, 2007:1.2 ). Pendidikan dapat diperoleh pada lembaga formal (sekolah) maupun informal (keluarga). Namun untuk menghadapi dunia global yang terus berkembang saat ini pendidikan formal di sekolah dirasa sangat berperan penting dan berdampak besar bagi kehidupan seseorang. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di sekolah sangat membutuhkan dukungan serta peranan guru. Guru sebagai salah satu unsur dalam pembelajaran di sekolah harus memiliki kesadaran dalam merencanakan kegiatan pembelajaran agar nantinya pengetahuan yang diberikan kepada siswa dapat dipahami dengan baik. Umumnya guru dalam melaksanakan pembelajaran berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam perjalanannya, kurikulum yang ada senantiasa mengalami perubahan guna meningkatkan mutu pendidikan. Kurikulum yang senantiasa mengalami perubahan, mengakibatkan seorang guru harus lebih kreatif dalam mengemas suatu pembelajaran. Pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Oleh sebab itu, tidak cukup bila guru hanya menggunakan strategi yang sama disetiap proses pembelajaran, sementara pembelajaran itu sendiri menuntut pemahaman lebih dari siswa. Guru bertugas menciptakan rencana yang optimal untuk memperoleh suasana pembelajaran yang aktif, sehingga siswa dapat lebih termotivasi untuk aktif memperoleh pengetahuan dan pengalaman dengan kemampuannya sendiri. Seperti yang disampaikan oleh Taufik ( 2007: 7.1 ) bahwa guru memiliki posisi yang strategis untuk mengorganisasikan siswa, menyeleksi informasi yang penting, dan mengolah pesan sehingga tercipta suasana yang dapat menimbulkan keinginan dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Seorang guru perlu memahami bagaimana siswa melakukan aktivitas belajar, sehingga dapat menjadi fasilitator yang tepat bagi proses belajar siswa. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Keterlibatan siswa secara aktif mengakibatkan perubahan sikap dan pengembangan keterampilan siswa dalam memuaskan kebutuhannya serta memotivasi dan memperkuat reinforce diri (Taufik, 2007: 7.21). Dengan demikian siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih bermakna terhadap materi yang dibelajarkan. Namun kenyataannya pembelajaran disekolah saat ini belum menunjukkan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran, terutama dalam pelajaran Matematika. Kecenderungan siswa hanya mendengarkan dan mengikuti penjelasan yang diberikan guru masih terlihat dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam proses pembelajaran, guru mengajar dan siswa belajar sehingga para siswa Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) cenderung bosan, diam dan hanya sekedar mendengarkan materi yang diberikan oleh guru tanpa memberikan respon. Hal ini tentu mengakibatkan turunnya motivasi siswa dalam belajar. Pembelajaran Matematika selama ini dipengaruhi bahwa pandangan Matematika adalah alat yang siap pakai. Pandangan ini membuat guru bersikap cenderung memberitahu konsep/sifat/ teorema dan cara menggunakannya (Tarigan, 2006: 4). Dengan kata lain bahwa pembelajaran Matematika terfokus pada guru, sehingga siswa masih kurang dalam hal kemampuan kerja sama, berpikir kritis dan sikap sosial. Padahal kemampuankemampuan tersebut dapat berdampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Penanggulangan terhadap permasalahan-permasalahan yang telah disampaikan tersebut dapat dilakukan dengan membelajarkan siswa secara aktif melalui strategi pembelajaran aktif. Strategi pembelajaran aktif ini lebih menekankan bagaimana siswa dibelajarkan secara aktif, yakni siswa melakukan sebagian besar aktivitas belajar bukannya guru. Menurut Hamruni (2011:155) belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, menarik, dan mencerdaskan dalam belajar, dimana para siswa dibuat tidak hanya terpaku di tempattempat duduk mereka, tapi berpindahpindah, berkolaborasi dan berpikir keras. Strategi pembelajaran aktif ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan teknik dan kemampuan mendengar, mengamati, mengajukan pertanyaan, dan mendiskusikan materi pelajaran yang dipelajari dengan siswa lain. Hal yang sangat penting dalam aktivitas pembelajaran aktif adalah para siswalah yang melakukan kegiatan belajar, mencari dan memecahkan masalah sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba keterampilan-keterampilan dan melakukan tugas-tugas pembelajaran yang harus dicapai. Dengan demikian secara tidak langsung dapat dikatakan pembelajaran aktif dapat memberikan pengalaman belajar yang tentunya sangat bermanfaat dan bermakna bagi siswa. Penerapan strategi pembelajaran aktif ini lebih maksimal jika di padukan dengan bantuan model pembelajaran. Berbagai macam model telah banyak diciptakan untuk menunjang pembelajaran yang aktif. Salah satunya adalah model Make A Match. Model Make A Match adalah salah satu model yang menggunakan permainan di dalam pelaksanaanya. Menurut Hamruni (2011: 162) Model Make A Match merupakan model yang menyenangkan dan aktif untuk meninjau ulang materi pembelajaran dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk berpasangan dan memainkan kuis kepada kawan sekelas. Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan Make A Match adalah kartu-kartu yang terdiri dari kartu-kartu pertanyaan dan kartu-kartu jawaban dari pertanyaan tersebut (Suprijono, 2012:94 ). Pada model ini siswa di minta mencari pasangan dari kartu yang merupakan jawaban atau soal dalam waktu tertentu. Sehingga kemampuan berpikir siswa yang cepat sangat dibutuhkan disini dan tentunya dilaksanakan dengan cara menyenangkan. Penggunaan Strategi Pembelajaran Aktif melalui penerapan model Make A Match di dalam proses pembelajaran dapat memberikan inovasi baru bagi guru-guru dalam menciptakan kegiatan pembelajaran lebih aktif, kondusif, sederhana, bermakna, dan menyenangkan. Dengan demikian siswa akan memperoleh semangat baru dalam belajar dan memperoleh pengalaman belajar yang tentunya dapat meningkatkan perhatian dan minat siswa, sehingga hasil belajar yang dicapai akan lebih optimal dan memuaskan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan Strategi Pembelajaran Aktif melalui penerapan model Make A Match dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model Pembelajaran Konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 11 Padangsambian tahun ajaran 2013/2014. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) METODE Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V di SD Negeri 11 Padangsambian Semester 2 tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif berbantuan Model Make A Match terhadap Hasil Belajar Matematika siswa. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kuantitatif dengan bentuk Quasi Experimental Design (Eksperimen Semu). Design penelitian ini menggunakan design eksperimen semu dengan rancangan Noneqivlent Control Group Design. Dalam penelitian ini, digunaka dua jenis variabel yakni, variabel bebas (variabel independen) dan variabel terikat (variabel dependen). Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi dan menjadi penyebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2008:61). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Strategi Pembelajaran Aktif melalui penerapan model Make A Match yang diterapkan pada kelas eksperimen dan Model Konvensional yang diterapkan pada kelas kontrol. Terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008 : 61). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Hasil Belajar Matematika. Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahapan, yakni tahap persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan akhir penelitian. Pada tahapan persiapan penelitian ada beberapa hal yang dipersiapkan yakni (1) menentukan sampel penelitian dengan memilih kelas yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pemilihan kelas ini dilaksanakan dengan menggunakan teknik random sampling terhadap kelas, (2) menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan menyiapkan sarana penunjang pembelajaran (buku sumber, lks dan media pembelajaran), (3) menyiapkan instrument penelitian berupa tes obyektif pilihan ganda untuk mengukur hasil belajar matematika siswa, serta (4) menguji validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran pada instrument penelitian yang telah disiapkan. Tahap pelaksanaan penelitian dilakukan selama 8 kali pertemuan, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pada kelas eksperimen memperoleh perlakuan (treatment) yakni dengan penerapan Strategi Pembelajaran Aktif melalui penerapan model Make A Match. Sedangkan pada kelas kontrol diberikan perlakuan (treatment), dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Tahap akhir penelitian dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil yang diperoleh setelah melaksanakan treatment (perlakuan) berupa Strategi Pembelajaran Aktif melalui penerapan model Make A Match terhadap kelas eksperimen dengan kelas kontrol yang diberikan perlakuan (treatment) dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Akhir penelitian dilakukan dengan memberikan post test kepada siswa di kelas eksperimen dan siswa di kelas control. Populasi diperlukan dalam penelitian ini sebagai sumber memperoleh data. Menurut Sugiyono ( 2008 : 117) populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Negeri 11 Padangsambian yang terdiri dari tiga kelas yakni kelas Va, Vb dan Vc. Jumlah populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 136 siswa. Sukardi ( 2003 : 54 ) menyatakan bahwa sampel merupakan sebagian dari jumlah populasi yang di pilih sebagai sumber data. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara teknik random sampling. Menurut Zuriah (2006 : 123) teknik random sampling merupakan pengambilan sampling secara random (acak) atau tanpa pandang bulu. Dalam teknik ini semua individu di dalam populasi, baik secara sendiri-sendiri atau bersamasama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Pengacakan yang dilakukan adalah acak kelas, hal ini dikarenakan dalam penelitian ini tidak dimungkinkan melakukan pembentukan kelas baru apabila yang Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dilakukan adalah acak individu. Sampel yang telah ditentukan tersebut kemudian diuji kesetaraannya dengan menggunakan Uji Perbedaan Mean ( Uji-t ). Penggunaan uji-t untuk menguji kesetaraan sampel harus memenuhi prasyarat statistik parametrik, yaitu data harus berdistribusi normal dan homogen (Koyan, 2007: 24). Oleh karena itu data yang diperoleh harus diuji normalitas dan homogenitasnya terlebih dahulu. Dalam pengujian ini data yang digunakan merupakan hasil pre test yang terdiri dari 25 butir soal. Setelah terbukti normal dan homogen dilanjutkan pengujian kesetaran dengan rumus polled varians. Setelah setara maka dilanjutkan dengan melakukan random kelas untuk menentukan kelas yang akan ditetapkan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan random kelas tersebut maka ditetapkan kelas Vc sebagai kelas eksperimen dan Kelas Va sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data Hasil Belajar Matematika adalah tes hasil belajar. Dalam tes hasil belajar matematika ini diperlukan adanya tabel spesifikasi atau kisi-kisi sebagai pedoman penyusunan tes. Tabel spesifikasi atau kisi-kisi ini dibuat dalam bentuk sebuah tabel yang memuat tentang perincian materi dan tingkah laku beserta imbangan proporsi yang dikehendaki oleh penilai, tiap kotak diisi dengan bilangan yang menunjukkan jumlah soal (Arikunto, 2010 : 185). Tes yang digunakan untuk pengumpulan data mengenai nilai kognitif siswa dalam penelitian ini adalah tes obyektif berupa tes pilihan ganda. Menurut Sudijono (2008:106) tes obyektif yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek, tes “ya-tidak” dan tes model baru adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat di jawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masingmasing items atau dengan jalan menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau simbolsimbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini harus diuji kelayakannya sebelum digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar, agar tes tersebut dapat mengukur hasil belajar siswa dengan baik dan data yang terkumpul dapat dipertanggung jawabkan nantinya (Sudijono, 2008: 370). Uji kelayakan yang dilakukan meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji daya beda dan uji tingkat kesukaran. Uji validitas terhadap tes dalam penelitian ini menggunakan teknik pengujian validitas item. Yang dimaksud dengan validitas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut (Sudijono, 2008:182 ). Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes obyektif pilihan ganda dan kemungkinan jawaban yang ada hanya betul dan salah, maka uji validitas item yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik korelasi point biserial. Syarat tes yang baik selain validitas adalah reliabilitas. “Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilai” (Sudjana, 2004:16). Ketetapan atau keajegan yang dimaksud disini adalah kemampuan tes yang digunakan relative sama meskipun telah berulangkali digunakan. Oleh karena dalam penelitian ini, yang diukur adalah ketelitian hasil perhitungan maka rumus yang digunakan adalah KR20. Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee yang kemampuannya rendah. Untuk menentukan kelompok atas dan kelompok bawah yakni dengan mengambil masingmasing 27% dari jumlah sampel untuk kelompok atas dan kelompok bawah. Hal ini disebabkan karena berdasarkan bukti-bukti empirik pengambilan subyek sebanyak 27% testee kelompok atas dan 27% testee kelompok bawah telah menunjukkan kesensitifannya, atau dengan kata lain cukup dapat diandalkan (Sudijono, Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) 2008:387). Proses penentuan kelompok atas dan kelompok bawah dari testee adalah dengan mengurutkan skor tiap testee, dari skor tertinggi sampai skor terendah, kemudian diambil 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah. Tingkat kesukaran atau derajat kesukaran digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui bermutu atau tidaknya butir-butir item dalam tes hasil belajar. Sudijono (2008:370) menyatakan butir-butir item tes hasil belajar yang tidak dapat dijawab dengan betul oleh semua testee (karena terlalu sukar) tidak dapat disebut item yang baik. Demikian pula sebaliknya, butir-butir tes hasil belajar yang dapat dijawab dengan betul oleh semua testee (karena terlalu mudah) juga tidak dapat dimasukkan dalam kategori item yang baik. Berdasarkan pengujian intrumen yang meliputi uji validias, uji reliabilitas, uji daya beda dan uji tingkat kesukaran dengan melibatkan 80 responden diperoleh 30 butir tes yang layak digunakan dalam penelitian dari total 40 butir tes yang diujicobakan. Teknik yang digunakan untuk menganalisis hasil belajar Matematika dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis statistik yaitu uji-t. Sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dalam penelitian ini dikelompokan menjadi 2, yakni data hasil belajar Matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Strategi Pembelajaran Aktif melalui penerapan model Make A Match dan data hasil belajar Matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Data hasil belajar Matematika siswa Kelas Vc sebagai kelas ekperimen diperoleh melalui post test yang diberikan setelah mendapatkan treatment sebanyak 6 kali. Hasil yang diperoleh adalah rerata atau mean = 71,65, standar deviasi = 9,96 dan varians = 99,25, modus = 60, median = 70, skor maksimum = 90, dan skor minimum = 60. Data hasil belajar Matematika siswa Kelas Va sebagai kelas kontrol diperoleh melalui post test yang juga diberikan setelah mendapatkan treatment sebanyak 6 kali. Hasil yang diperoleh adalah rerata atau mean = 66,9, standar deviasi = 8,42 dan varians = 71, modus = 60, median = 67, skor maksimum = 83, dan skor minimum = 53. Dalam penelitian ini, data hasil belajar Matematika yang diperoleh pada kedua kelompok dianalisis untuk menguji hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan mempergunakan uji-t sampel tidak berkorelasi dengan rumus polled varians. Sebelum uji hipotesis dilaksanakan, terlebih dahulu dilaksanakan uji prasyarat dalam penggunaan statistik parametrik yaitu (1) uji normalitas untuk mengetahui distribusi sebaran data, dan (2) uji homogenitas untuk mengetahui homogenitas varian antar kelompok. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui sebaran data hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan analisis Chi-Square dengan rumus: 2 χ2hit fo fh fh (1) Data berdistribusi normal apabila hasil X2hitung ≤ X2tabel (signifikansi ≥ 0,05) sebaliknya jika hasil X2hitung ≥ X2tabel (signifikansi ≤ 0,05) dinyatakan tidak normal. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diperoleh harga x2hitung dari kelas eksperimen = 5,01. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga x2tabel dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga x2tabel = 11,07, karena x2hitung < x2tabel (5,01 < 11,07) maka sebaran data hasil belajar Matematika kelas eksperimen berdistribusi normal. Demikian pula pada kelas kontrol diperoleh harga x2hitung adalah 6,42. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga x2tabel dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga x2tabel = 11,07, karena x2hitung<x2tabel (6,42 < 11.,07) maka sebaran data hasil belajar Matematika kelas kontrol berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas varians untuk kedua kelompok dalam penelitian ini Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) menggunakan uji F dari Havley dengan rumus sebagai berikut: Fhit = Varians terbesar Varians terkecil prasyarat, maka dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis dengan menggunakan analisis uji-t dengan rumus sebagai berikut. (2) Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diperoleh Fhitung = 1.39, Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga Ftabel = 1,64 (pembilang = 47 ,penyebut = 42) pada taraf signifikansi 5%. Karena harga Fhitung < Ftabel (1.39 < 1.64), maka varians data hasil belajar Matematika antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama atau homogen. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas dapat diketahui bahwa data yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Karena data yang diperoleh telah memenuhi semua (3) Adapun kriteria pengujiannya adalah apabila thitung<ttabel, maka H0 diterima (gagal ditolak) dan H1 ditolak. Sebaliknya apabila thitung>ttabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan dk = n1 + n2 – 2 dan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95%. Hasil analisis uji-t dari data post-test hasil belajar Matematika siswa dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Hasil Analisis Uji-t Data Post-test No Sampel 1 Kelompok eksperimen 2 Kelompok kontrol Berdasarkan hasil analisis data diperoleh thitung = 2.46. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ttabel. Harga ttabel dengan taraf signifikan 5% dan db = 48 + 44 - 2 = 90 adalah 1.98, karena thitung > ttabel (2.46 > 1.98) maka H0 ditolak atau H1 diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan Strategi Pembelajaran Aktif melalui penerapan model Make A Match dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 11 Padangsambian tahun pelajaran 2013/2014. Perbedaan yang diperoleh dapat dilihat pada perolehan nilai rerata hasil belajar Matematika di kelas eksperimen = 71,65 yang lebih daripada rerata kelas kontrol = 66,9. Perbedaan ini menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Aktif melalui penerapan model Make A Match N 48 44 Dk 90 71.65 66.9 99.25 71 thitung ttabel 2.46 1.98 berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. Perbedaan yang diperoleh ini dikarenakan oleh Strategi Pembelajaran Aktif melalui penerapan model Make A Match yang lebih mengutamakan siswa belajar secara aktif untuk memperoleh informasi bukannya guru yang aktif menyampaikan informasi. Siswa diupayakan aktif untuk berpikir, berinteraksi, mencoba, menemukan dan menghasilkan suatu karya sehingga siswa memperoleh pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya (Uno, 2012 : 54). Siswa dapat memperoleh informasi dalam memecahkan masalah, baik melalui membaca buku, menggunakan media yang telah disediakan, mendengarkan penjelasan teman dalam kelompok maupun berdiskusi dalam kelompok. Siswa juga dilatih untuk dapat aktif bekerjasama dengan kelompoknya untuk memperoleh sebuah pemecahan masalah. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Pembelajaran dimulai dengan pembentukan kelompok secara heterogen. Dalam masing-masing kelompok siswa ditugaskan untuk menyelesaikan lembar kegiatan siswa (LKS) dengan cara bekerja sama. Penyelesaian LKS ini menuntut kerjasama yang baik antar kelompok, hal ini dikarenakan setiap anggota kelompok harus memahami materi yang tercantum di dalam LKS, sehingga siswa yang merasa mampu dan telah memahami materi harus membantu anggota kelompoknya untuk dapat lebih memahami materi tersebut. Hasil kerjasama dan diskusi para siswa akan dipertanggung jawabkan oleh masingmasing kelompok pada saat pembahasan LKS. Hal ini memberikan pengalaman tersendiri bagi siswa, sehingga siswa dapat memperoleh tantangan baru dalam belajar dan merasa termotivasi untuk belajar. Selain itu belajar secara aktif akan membantu siswa untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitifnya dan menumbuhkan rasa membutuhkan teman/kelompok dalam belajar untuk berdiskusi atau saling bertukar gagasan antar siswa, sehingga terjadi interaksi antara aspek internal dan eksternal. Menerapkan Strategi Pembelajaran Aktif melalui penerapan model Make A Match di dalam proses pembelajaran juga dapat memberikan inovasi baru bagi guru-guru dalam menciptakan kegiatan pembelajaran lebih aktif, kondusif, sederhana, bermakna, dan menyenangkan. Dengan demikian siswa akan memperoleh semangat baru dalam belajar dan memperoleh pengalaman belajar yang tentunya dapat meningkatkan perhatian dan minat siswa, sehingga hasil belajar yang dicapai lebih optimal dan memuaskan. Make A Match memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengulas kembali materi yang telah diketahui sebelumnya dengan lebih menyenangkan. Hal ini tentu dapat membantu ingatan siswa sekaligus menguji pemahaman siswa, sehingga siswa dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Pemahaman yang tadinya telah diperoleh siswa kemudian di review kembali dengan sarana yang menyenangkan. Siswa harus mengingat kembali apa yang telah dipelajari sebelumnya untuk mencari atau memasangkan kartu soal dengan kartu jawaban. Pencarian pasangan kartu ini dilakukan dengan cara membentuk 2 kelompok besar. Kelompok 1 yang membawa kartu soal harus mencari pasangan jawaban pada kartu jawaban di kelompok 2. Lima pasangan tercepat dapat menerima hadiah. Hal ini dapat membuat siswa lebih termotivasi dan berminat untuk belajar. Keseruan yang dialami siswa dalam kegiatan ini juga memberikan pengalaman dan ingatan yang berkesan dalam belajar. Sehingga pemahaman yang tadinya telah diperoleh dapat selalu diingat sebagai pemahaman yang menyenangkan. Berbeda dengan pembelajaran Konvensional yang diterapkan pada kelas kontrol. Proses pembelajaran lebih menunjukan keaktifan guru daripada siswa. Siswa terlihat aktif hanya pada saat menulis dan tanya jawab. Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan seksama kemudian mencatatnya dan menyelesaikan soal atau tugas yang diberikan guru. Sehingga siswa kurang berinisiatif untuk berbagi pendapat. Hal ini menyebabkan siswa yang tampak lebih menonjol adalah siswa yang memiliki kemampuan lebih. Sehingga rasa untuk bersaing kurang ditunjukkan oleh siswa yang lain. Suasana pembelajaran yang ditimbulkan cenderung pasif, sehingga siswa mudah jenuh. Semangat belajar yang ditunjukkan kurang optimal. Selain itu kesempatan bagi siswa untuk dapat bersenang-senang dalam belajar juga sedikit. Hal ini tentu menyebabkan menurunnya motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, minat dan pemahaman siswa pun kurang optimal. Kemampuan siswa dalam memperoleh informasi pada pembelajaran konvensional hanya terbatas dari penjelasan guru, karena kurangnya penggunaan media maupun metode diskusi, siswa juga menyelesaikan tugas Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dari guru dengan kemampuan individu. Hal ini menyebabkan siswa yang belum memahami penjelasan yang diberikan guru tentu mengalami hambatan dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Siswapun kesulitan dalam memahami dan mengingat materi yang di pelajari, sehingga hasil belajar menjadi kurang optimal. Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian Rahmawati, dkk (2011) yang menyatakan bahwa strategi pembelajaran aktif index card macth dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran biologi dan penelitian Agus (2012), yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Make A Match dan Snowball Trhowing terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. PENUTUP Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan Strategi Pembelajaran Aktif melalui penerapan model Make A Match dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 11 Padangsambian tahun ajaran 2013/2014. Hal tersebut dapat dilihat pada perolehan nilai rerata hasil belajar siswa kelas eksperimen = 71,65 yang lebih daripada nilai rerata hasil belajar siswa kelas kontrol = 66,9 serta perolehan thitung = 2,46 yang lebih daripada ttabel = 1,98 pada taraf signifikansi 5%, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Strategi Pembelajaran Aktif melalui penerapan model Make A Match yang diterapkan di kelas eksperimen berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 11 Padangsambian tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan simpulan tersebut maka disarankan bahwa guru hendaknya menerapkan Strategi Pembelajaran Aktif melalui penerapan model Make A Match dalam pembelajaran Matematika di kelas untuk memperoleh hasil belajar siswa yang optimal. Siswa hendaknya turut aktif dalam proses pembelajaran, memanfaatkan waktu yang ada untuk lebih banyak berbuat dan berinteraksi dengan sesama siswa yang lainnya. Saling membantu dalam memahami materi pelajaran. Instansi yang terkait hendaknya meningkatkan intensitas pembekalan dan penyuluhan terkait model pembelajaran inovatif yang dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa, dan tentunya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara umum. Peneliti lain hendaknya mampu melaksanakan penelitian sejenis dengan mengambil wilayah generalisasi penelitian yang lebih luas guna mengembangkan ilmu pendidikan khususnya Strategi Pembelajaran Aktif serta pengembangan model Make A Match dalam pembelajaran Matematika di sekolah dasar. DAFTAR RUJUKAN Agus. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Make A Match Dan Snowball Trhowing Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas Ii Semester 2 SD Negeri Sambiroto 02 Kecamatan Tembalang Kota Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012. Tersedia Pada http://jadiguru.blogspot.com/2012/02 /pengaruh-model-pembelajaranmake-match.html. (diakses tanggal 1 Februari 2014) Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi 2010. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hamruni. 2011. Strategi pembelajaran. Yogjakarta: Insan Madani. Koyan, I Wayan. 2007. Statistik Terapan (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja: Program Pascasarjana Undiksha Rahmawati, Aprilia Diah. dkk. 2011. Pengaruh Penggunaan Strategi Pembelajaran Aktif Index Card Match Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Surakarta Ditinjau Dari Motivasi. Tidak diterbitkan. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudjana, Nana. 2004. Pengertian Hasil Belajar. Tersedia pada http://wawanjunaidi.blogspot.com/2011/02/hasilbelajar.html (di akses tanggal 9 Desember 2013). Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabet Sukardi. 2003. Metodelogi Penelitian Pendidikan : Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning:Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Tarigan, Daitin. 2006. Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta: Depdiknas. Taufik, Agus, dkk. 2007. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Univeritas Terbuka. Uno, Hamzah. 2012. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara. Zuriah, Nurul. 2006. Metodelogi Penelitian Sosial dan pendidikan : Teori – Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.