pengaruh strategi pembelajaran aktif melalui

advertisement
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF MELALUI
PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN 11 PADANGSAMBIAN
1
Ni Kd. Eka Mariani, 2 I Wyn. Wiarta, 3 I Md. Suara
1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
email : [email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar
Matematika antara siswa yang dibelajarkan menggunakan Strategi Pembelajaran Aktif
melalui penerapan model Make A Match dengan siswa yang dibelajarkan
menggunakan model Pembelajaran Konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 11
Padangsambian tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan eksperimen semu
dengan rancangan nonequivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas V SD Negeri 11 Padangsambian tahun ajaran 2013/2014 yang
terdiri dari 3 kelas dengan jumlah 136 orang siswa. Sampel penelitian ini sebanyak 2
kelas yaitu Va dan Vc dengan jumlah 92 orang siswa yang ditentukan dengan random
sampling. Data hasil belajar Matematika dikumpulkan menggunakan tes objektif berupa
tes pilihan ganda. Data dianalisis dengan t-test. Hasil penelitian menunjukkan, terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara siswa yang dibelajarkan
menggunakan Strategi Pembelajaran Aktif melalui penerapan model Make A Match
dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model Pembelajaran Konvensional
pada siswa kelas V SD Negeri 11 Padangsambian tahun ajaran 2013/2014.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh thitung > ttabel ( thit = 2.46 > ttabel = 1.98 ) dengan db =
90 ( n1+n2-2 = 92 – 2 = 90 ) dalam taraf signifikansi 5%. Rerata hasil belajar Matematika
siswa di kelas eksperimen (71.65) lebih daripada rerata hasil belajar Matematika siswa
di kelas kontrol (66.9). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Strategi
Pembelajaran Aktif melalui penerapan model Make A Match berpengaruh terhadap
hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri 11 Padangsambian tahun ajaran
2013/2014.
Kata kunci : pembelajaran aktif, Make A Match, hasil belajar Matematika
ABSTRACT
This research is aimed to know the significant difference of the study result of Math
amongst students who are taught to use active learning strategy with “Make A Match”
model with students who are taught to use conventional learning model toward students
in grade 5 in SD Negeri 11 Padangsambian period 2013/2014. This research is
apseudo research with nonequivalent control group design program. This research
population is all students in grade 5 in SD Negeri 11 Padangsambian period 2013/2014
that is consisted of 3 classes with the total of the students is 136 students. The number
of the class for research sample is 2 classes, they are 5A and 5B with the total of the
students is 92 students with using random sample. The data of Math studying result are
compiled with using objective test like multiple choices. The data is analyzed with using
“t-test”. The result of the research shows that there are significant differences in Math
studying result amongst students who are taught to use active learning strategy with
using “Make A Match” model to students who are taught to use conventional learning
model in grade 5 SDNegeri 11 Padangsambian period 2013/2014. Based on the result
of the research, the writer found t hitung > ttabel (thit= 2,46 > ttabel = 1,98) with db = 90 (n1 +
n2 – 2 = 92 –2 = 90) with significant standard 5%. The average of Math studying result
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
of the students in the class experiment is (71,65) more than the average of Math
studying result of the students in class control (66,9). Therefore, we can conclude that
the implementation of active learning strategy with using “Make A Match” model gives
impact toward the Math studying result of the students in grade 5 in SD Negeri 11
Padangsambian period 2013/2014.
Keywords: active learning, Make A Match, Math studying result.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu aspek
yang sangat penting bagi pembangunan
suatu bangsa dan Negara. Telah menjadi
pengetahuan umum bahwa pendidikan
adalah suatu bentuk investasi jangka
panjang yang penting bagi seorang
manusia di masa depannya. Semakin baik
tingkat pendidikan yang diperoleh maka
semakin baik pula kualitas kepribadian dan
kehidupan manusia sebagai penerus
bangsa di masa depan, karena pendidikan
dapat
memengaruhi
perkembangan
manusia dalam seluruh aspek kepribadian
dan kehidupannya serta memiliki kekuatan
atau pengaruh yang dinamis dalam
kehidupan manusia di masa depan (Taufik,
2007:1.2 ).
Pendidikan dapat diperoleh pada
lembaga formal (sekolah) maupun informal
(keluarga). Namun untuk menghadapi dunia
global yang terus berkembang saat ini
pendidikan formal di sekolah dirasa sangat
berperan penting dan berdampak besar
bagi
kehidupan
seseorang.
Dalam
penyelenggaraannya, pendidikan di sekolah
sangat membutuhkan dukungan serta
peranan guru.
Guru sebagai salah satu unsur
dalam pembelajaran di sekolah harus
memiliki kesadaran dalam merencanakan
kegiatan pembelajaran agar nantinya
pengetahuan yang diberikan kepada siswa
dapat dipahami dengan baik. Umumnya
guru dalam melaksanakan pembelajaran
berpedoman pada seperangkat aturan dan
rencana tentang pendidikan yang dikemas
dalam
bentuk
kurikulum.
Dalam
perjalanannya,
kurikulum
yang
ada
senantiasa mengalami perubahan guna
meningkatkan mutu pendidikan.
Kurikulum
yang
senantiasa
mengalami perubahan, mengakibatkan
seorang guru harus lebih kreatif dalam
mengemas
suatu
pembelajaran.
Pembelajaran merupakan rangkaian upaya
atau kegiatan guru dalam rangka membuat
siswa belajar. Oleh sebab itu, tidak cukup
bila guru hanya menggunakan strategi yang
sama disetiap proses pembelajaran,
sementara
pembelajaran
itu
sendiri
menuntut pemahaman lebih dari siswa.
Guru bertugas menciptakan rencana
yang optimal untuk memperoleh suasana
pembelajaran yang aktif, sehingga siswa
dapat lebih termotivasi untuk aktif
memperoleh pengetahuan dan pengalaman
dengan kemampuannya sendiri. Seperti
yang disampaikan oleh Taufik ( 2007: 7.1 )
bahwa guru memiliki posisi yang strategis
untuk
mengorganisasikan
siswa,
menyeleksi informasi yang penting, dan
mengolah pesan sehingga tercipta suasana
yang dapat menimbulkan keinginan dalam
diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
Seorang guru perlu memahami
bagaimana siswa melakukan aktivitas
belajar, sehingga dapat menjadi fasilitator
yang tepat bagi proses belajar siswa.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran,
guru hendaknya memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam
belajar, baik secara mental, fisik, dan
sosial. Keterlibatan siswa secara aktif
mengakibatkan perubahan sikap dan
pengembangan keterampilan siswa dalam
memuaskan
kebutuhannya
serta
memotivasi dan memperkuat reinforce diri
(Taufik, 2007: 7.21). Dengan demikian
siswa dapat memperoleh pemahaman yang
lebih bermakna terhadap materi yang
dibelajarkan.
Namun kenyataannya pembelajaran
disekolah saat ini belum menunjukkan
keterlibatan siswa secara aktif dalam
pembelajaran, terutama dalam pelajaran
Matematika. Kecenderungan siswa hanya
mendengarkan dan mengikuti penjelasan
yang diberikan guru masih terlihat dalam
proses pembelajaran di kelas. Dalam
proses pembelajaran, guru mengajar dan
siswa belajar sehingga para siswa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
cenderung bosan, diam dan hanya sekedar
mendengarkan materi yang diberikan oleh
guru tanpa memberikan respon. Hal ini
tentu mengakibatkan turunnya motivasi
siswa dalam belajar.
Pembelajaran Matematika selama
ini
dipengaruhi
bahwa
pandangan
Matematika adalah alat yang siap pakai.
Pandangan ini membuat guru bersikap
cenderung
memberitahu
konsep/sifat/
teorema dan cara menggunakannya
(Tarigan, 2006: 4). Dengan kata lain bahwa
pembelajaran Matematika terfokus pada
guru, sehingga siswa masih kurang dalam
hal kemampuan kerja sama, berpikir kritis
dan sikap sosial. Padahal kemampuankemampuan tersebut dapat berdampak
positif dalam meningkatkan hasil belajar
siswa.
Penanggulangan
terhadap
permasalahan-permasalahan yang telah
disampaikan tersebut dapat dilakukan
dengan membelajarkan siswa secara aktif
melalui strategi pembelajaran aktif. Strategi
pembelajaran aktif ini lebih menekankan
bagaimana siswa dibelajarkan secara aktif,
yakni siswa melakukan sebagian besar
aktivitas belajar bukannya guru.
Menurut Hamruni (2011:155) belajar
aktif
merupakan
langkah
cepat,
menyenangkan,
menarik,
dan
mencerdaskan dalam belajar, dimana para
siswa dibuat tidak hanya terpaku di tempattempat duduk mereka, tapi berpindahpindah, berkolaborasi dan berpikir keras.
Strategi pembelajaran aktif ini dapat
membantu siswa dalam meningkatkan
teknik dan kemampuan mendengar,
mengamati, mengajukan pertanyaan, dan
mendiskusikan materi pelajaran yang
dipelajari dengan siswa lain.
Hal yang sangat penting dalam
aktivitas pembelajaran aktif adalah para
siswalah yang melakukan kegiatan belajar,
mencari dan memecahkan masalah sendiri,
menemukan
contoh-contoh,
mencoba
keterampilan-keterampilan dan melakukan
tugas-tugas pembelajaran yang harus
dicapai. Dengan demikian secara tidak
langsung dapat dikatakan pembelajaran
aktif dapat memberikan pengalaman belajar
yang tentunya sangat bermanfaat dan
bermakna bagi siswa.
Penerapan strategi pembelajaran
aktif ini lebih maksimal jika di padukan
dengan bantuan model pembelajaran.
Berbagai macam model telah banyak
diciptakan untuk menunjang pembelajaran
yang aktif. Salah satunya adalah model
Make A Match. Model Make A Match
adalah
salah
satu
model
yang
menggunakan
permainan
di
dalam
pelaksanaanya. Menurut Hamruni (2011:
162) Model Make A Match merupakan
model yang menyenangkan dan aktif untuk
meninjau ulang materi pembelajaran
dengan memberikan kesempatan pada
siswa untuk berpasangan dan memainkan
kuis kepada kawan sekelas.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika
pembelajaran dikembangkan dengan Make
A Match adalah kartu-kartu yang terdiri dari
kartu-kartu pertanyaan dan kartu-kartu
jawaban
dari
pertanyaan
tersebut
(Suprijono, 2012:94 ). Pada model ini siswa
di minta mencari pasangan dari kartu yang
merupakan jawaban atau soal dalam waktu
tertentu. Sehingga kemampuan berpikir
siswa yang cepat sangat dibutuhkan disini
dan tentunya dilaksanakan dengan cara
menyenangkan.
Penggunaan Strategi Pembelajaran
Aktif melalui penerapan model Make A
Match di dalam proses pembelajaran dapat
memberikan inovasi baru bagi guru-guru
dalam menciptakan kegiatan pembelajaran
lebih aktif, kondusif, sederhana, bermakna,
dan menyenangkan. Dengan demikian
siswa akan memperoleh semangat baru
dalam
belajar
dan
memperoleh
pengalaman belajar yang tentunya dapat
meningkatkan perhatian dan minat siswa,
sehingga hasil belajar yang dicapai akan
lebih optimal dan memuaskan.
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
mengetahui perbedaan yang signifikan hasil
belajar Matematika antara siswa yang
dibelajarkan
menggunakan
Strategi
Pembelajaran Aktif melalui penerapan
model Make A Match dengan siswa yang
dibelajarkan
menggunakan
model
Pembelajaran Konvensional pada siswa
kelas V SD Negeri 11 Padangsambian
tahun ajaran 2013/2014.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada
siswa kelas V di SD Negeri 11
Padangsambian Semester 2 tahun ajaran
2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan
untuk mengetahui pengaruh Strategi
Pembelajaran Aktif
berbantuan Model
Make A Match terhadap Hasil Belajar
Matematika siswa. Dalam penelitian ini
digunakan metode penelitian kuantitatif
dengan bentuk Quasi Experimental Design
(Eksperimen Semu). Design penelitian ini
menggunakan design eksperimen semu
dengan rancangan Noneqivlent Control
Group Design.
Dalam penelitian ini, digunaka dua
jenis variabel yakni, variabel bebas
(variabel independen) dan variabel terikat
(variabel dependen). Variabel Bebas adalah
variabel yang mempengaruhi dan menjadi
penyebab perubahan atau timbulnya
variabel terikat (Sugiyono, 2008:61).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
Strategi
Pembelajaran
Aktif
melalui
penerapan model Make A Match yang
diterapkan pada kelas eksperimen dan
Model Konvensional yang diterapkan pada
kelas kontrol. Terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008 :
61). Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah Hasil Belajar Matematika.
Penelitian ini dilaksanakan melalui
tiga tahapan, yakni tahap persiapan
penelitian, pelaksanaan penelitian dan akhir
penelitian.
Pada
tahapan
persiapan
penelitian ada beberapa hal yang
dipersiapkan yakni (1) menentukan sampel
penelitian dengan memilih kelas yang akan
dijadikan sebagai kelas eksperimen dan
kelas
kontrol.
Pemilihan
kelas
ini
dilaksanakan dengan menggunakan teknik
random sampling terhadap kelas, (2)
menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) dan menyiapkan sarana
penunjang pembelajaran (buku sumber, lks
dan media pembelajaran), (3) menyiapkan
instrument penelitian berupa tes obyektif
pilihan ganda untuk mengukur hasil belajar
matematika siswa, serta (4) menguji
validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat
kesukaran pada instrument penelitian yang
telah disiapkan.
Tahap
pelaksanaan
penelitian
dilakukan selama 8 kali pertemuan, baik
kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Pada kelas eksperimen memperoleh
perlakuan
(treatment)
yakni
dengan
penerapan Strategi Pembelajaran Aktif
melalui penerapan model Make A Match.
Sedangkan pada kelas kontrol diberikan
perlakuan
(treatment),
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
konvensional.
Tahap akhir
penelitian dilakukan
untuk mengetahui perbedaan hasil yang
diperoleh setelah melaksanakan treatment
(perlakuan) berupa Strategi Pembelajaran
Aktif melalui penerapan model Make A
Match terhadap kelas eksperimen dengan
kelas kontrol yang diberikan perlakuan
(treatment) dengan menggunakan model
pembelajaran
konvensional.
Akhir
penelitian dilakukan dengan memberikan
post test kepada siswa di kelas eksperimen
dan siswa di kelas control.
Populasi
diperlukan
dalam
penelitian ini sebagai sumber memperoleh
data. Menurut Sugiyono ( 2008 : 117)
populasi merupakan wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas V di SD Negeri 11
Padangsambian yang terdiri dari tiga kelas
yakni kelas Va, Vb dan Vc. Jumlah populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
136 siswa.
Sukardi ( 2003 : 54 ) menyatakan
bahwa sampel merupakan sebagian dari
jumlah populasi yang di pilih sebagai
sumber data. Pemilihan sampel dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara teknik
random sampling. Menurut Zuriah (2006 :
123) teknik random sampling merupakan
pengambilan sampling secara random
(acak) atau tanpa pandang bulu. Dalam
teknik ini semua individu di dalam populasi,
baik secara sendiri-sendiri atau bersamasama diberi kesempatan yang sama untuk
dipilih menjadi anggota sampel.
Pengacakan yang dilakukan adalah
acak kelas, hal ini dikarenakan dalam
penelitian ini tidak dimungkinkan melakukan
pembentukan kelas baru apabila yang
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dilakukan adalah acak individu. Sampel
yang telah ditentukan tersebut kemudian
diuji kesetaraannya dengan menggunakan
Uji Perbedaan Mean ( Uji-t ).
Penggunaan uji-t untuk menguji
kesetaraan sampel harus memenuhi
prasyarat statistik parametrik, yaitu data
harus berdistribusi normal dan homogen
(Koyan, 2007: 24). Oleh karena itu data
yang diperoleh harus diuji normalitas dan
homogenitasnya terlebih dahulu. Dalam
pengujian ini data yang digunakan
merupakan hasil pre test yang terdiri dari
25 butir soal.
Setelah
terbukti
normal
dan
homogen dilanjutkan pengujian kesetaran
dengan rumus polled varians. Setelah
setara maka dilanjutkan dengan melakukan
random kelas untuk menentukan kelas
yang akan ditetapkan sebagai kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan
random kelas tersebut maka ditetapkan
kelas Vc sebagai kelas eksperimen dan
Kelas Va sebagai kelas kontrol.
Instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan
data
Hasil
Belajar
Matematika adalah tes hasil belajar. Dalam
tes hasil belajar matematika ini diperlukan
adanya tabel spesifikasi atau kisi-kisi
sebagai pedoman penyusunan tes. Tabel
spesifikasi atau kisi-kisi ini dibuat dalam
bentuk sebuah tabel yang memuat tentang
perincian materi dan tingkah laku beserta
imbangan proporsi yang dikehendaki oleh
penilai, tiap kotak diisi dengan bilangan
yang menunjukkan jumlah soal (Arikunto,
2010 : 185).
Tes
yang
digunakan
untuk
pengumpulan data mengenai nilai kognitif
siswa dalam penelitian ini adalah tes
obyektif berupa tes pilihan ganda. Menurut
Sudijono (2008:106) tes obyektif yang juga
dikenal dengan istilah tes jawaban pendek,
tes “ya-tidak” dan tes model baru adalah
salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri
dari butir-butir soal yang dapat di jawab
oleh testee dengan jalan memilih salah satu
di antara beberapa kemungkinan jawaban
yang telah dipasangkan pada masingmasing items atau dengan jalan menuliskan
jawabannya berupa kata-kata atau simbolsimbol tertentu pada tempat atau ruang
yang telah disediakan untuk masing-masing
butir item yang bersangkutan.
Tes
yang
digunakan
dalam
penelitian ini harus diuji kelayakannya
sebelum digunakan untuk mengumpulkan
data hasil belajar, agar tes tersebut dapat
mengukur hasil belajar siswa dengan baik
dan
data
yang
terkumpul
dapat
dipertanggung
jawabkan
nantinya
(Sudijono, 2008: 370). Uji kelayakan yang
dilakukan meliputi uji validitas, uji
reliabilitas, uji daya beda dan uji tingkat
kesukaran.
Uji validitas terhadap tes dalam
penelitian
ini
menggunakan
teknik
pengujian validitas item. Yang dimaksud
dengan validitas item dari suatu tes adalah
ketepatan mengukur yang dimiliki oleh
sebutir item (yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari tes sebagai suatu
totalitas), dalam mengukur apa yang
seharusnya diukur lewat butir item tersebut
(Sudijono, 2008:182 ). Jenis tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes
obyektif pilihan ganda dan kemungkinan
jawaban yang ada hanya betul dan salah,
maka uji validitas item yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan teknik
korelasi point biserial.
Syarat tes yang baik selain validitas
adalah
reliabilitas.
“Reliabilitas
alat
penilaian adalah ketetapan atau keajegan
alat tersebut dalam menilai apa yang dinilai”
(Sudjana,
2004:16). Ketetapan atau
keajegan yang dimaksud disini adalah
kemampuan tes yang digunakan relative
sama
meskipun
telah
berulangkali
digunakan. Oleh karena dalam penelitian
ini, yang diukur adalah ketelitian hasil
perhitungan maka rumus yang digunakan
adalah KR20.
Daya
pembeda
item
adalah
kemampuan suatu butir item tes hasil
belajar untuk dapat membedakan antara
testee yang berkemampuan tinggi dengan
testee yang kemampuannya rendah. Untuk
menentukan kelompok atas dan kelompok
bawah yakni dengan mengambil masingmasing 27% dari jumlah sampel untuk
kelompok atas dan kelompok bawah. Hal ini
disebabkan karena berdasarkan bukti-bukti
empirik pengambilan subyek sebanyak 27%
testee kelompok atas dan 27% testee
kelompok bawah telah menunjukkan
kesensitifannya, atau dengan kata lain
cukup
dapat
diandalkan
(Sudijono,
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
2008:387). Proses penentuan kelompok
atas dan kelompok bawah dari testee
adalah dengan mengurutkan skor tiap
testee, dari skor tertinggi sampai skor
terendah, kemudian diambil 27% kelompok
atas dan 27% kelompok bawah.
Tingkat kesukaran atau derajat
kesukaran digunakan dalam penelitian ini
untuk mengetahui bermutu atau tidaknya
butir-butir item dalam tes hasil belajar.
Sudijono (2008:370) menyatakan butir-butir
item tes hasil belajar yang tidak dapat
dijawab dengan betul oleh semua testee
(karena terlalu sukar) tidak dapat disebut
item yang baik. Demikian pula sebaliknya,
butir-butir tes hasil belajar yang dapat
dijawab dengan betul oleh semua testee
(karena terlalu mudah) juga tidak dapat
dimasukkan dalam kategori item yang baik.
Berdasarkan pengujian intrumen
yang meliputi uji validias, uji reliabilitas, uji
daya beda dan uji tingkat kesukaran
dengan melibatkan 80 responden diperoleh
30 butir tes yang layak digunakan dalam
penelitian dari total 40 butir tes yang
diujicobakan. Teknik yang digunakan untuk
menganalisis hasil belajar Matematika
dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisis statistik yaitu uji-t.
Sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu
dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji
normalitas
sebaran
data
dan
uji
homogenitas varians.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dalam penelitian
ini dikelompokan menjadi 2, yakni data hasil
belajar Matematika siswa yang mengikuti
pembelajaran
dengan
Strategi
Pembelajaran Aktif melalui penerapan
model Make A Match dan data hasil belajar
Matematika
siswa
yang
mengikuti
pembelajaran konvensional.
Data hasil belajar Matematika siswa
Kelas Vc sebagai kelas ekperimen
diperoleh melalui post test yang diberikan
setelah mendapatkan treatment sebanyak 6
kali. Hasil yang diperoleh adalah rerata atau
mean = 71,65, standar deviasi = 9,96 dan
varians = 99,25, modus = 60, median = 70,
skor maksimum = 90, dan skor minimum =
60.
Data hasil belajar Matematika siswa
Kelas Va sebagai kelas kontrol diperoleh
melalui post test yang juga diberikan
setelah mendapatkan treatment sebanyak 6
kali. Hasil yang diperoleh adalah rerata atau
mean = 66,9, standar deviasi = 8,42 dan
varians = 71, modus = 60, median = 67,
skor maksimum = 83, dan skor minimum =
53.
Dalam penelitian ini, data hasil belajar
Matematika yang diperoleh pada kedua
kelompok dianalisis untuk menguji hipotesis
penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan mempergunakan uji-t sampel tidak
berkorelasi dengan rumus polled varians.
Sebelum uji hipotesis dilaksanakan, terlebih
dahulu dilaksanakan uji prasyarat dalam
penggunaan statistik parametrik yaitu (1) uji
normalitas untuk mengetahui distribusi
sebaran data, dan (2) uji homogenitas
untuk mengetahui homogenitas varian antar
kelompok.
Uji normalitas data dilakukan untuk
mengetahui sebaran data hasil penelitian
berdistribusi normal atau tidak. Untuk
pengujian normalitas dilakukan dengan
menggunakan analisis Chi-Square dengan
rumus:
2
χ2hit
fo
fh
fh
(1)
Data berdistribusi normal apabila
hasil X2hitung ≤ X2tabel (signifikansi ≥ 0,05)
sebaliknya jika hasil X2hitung ≥ X2tabel
(signifikansi ≤ 0,05) dinyatakan tidak normal.
Berdasarkan pengujian yang telah
dilakukan diperoleh harga x2hitung dari kelas
eksperimen = 5,01. Harga tersebut
kemudian dibandingkan dengan harga x2tabel
dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5%
sehingga diperoleh harga x2tabel = 11,07,
karena x2hitung < x2tabel (5,01 < 11,07) maka
sebaran data hasil belajar Matematika kelas
eksperimen berdistribusi normal.
Demikian pula pada kelas kontrol
diperoleh harga x2hitung adalah 6,42. Harga
tersebut kemudian dibandingkan dengan
harga x2tabel dengan dk = 5 dan taraf
signifikansi 5% sehingga diperoleh harga
x2tabel = 11,07, karena x2hitung<x2tabel (6,42 <
11.,07) maka sebaran data hasil belajar
Matematika
kelas kontrol berdistribusi
normal.
Selanjutnya
dilakukan
uji
homogenitas. Uji homogenitas varians
untuk kedua kelompok dalam penelitian ini
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
menggunakan uji F dari Havley dengan
rumus sebagai berikut:
Fhit =
Varians terbesar
Varians terkecil
prasyarat, maka dilanjutkan dengan
melakukan
uji
hipotesis
dengan
menggunakan analisis uji-t dengan rumus
sebagai berikut.
(2)
Berdasarkan pengujian yang telah
dilakukan diperoleh Fhitung = 1.39, Harga
tersebut kemudian dibandingkan dengan
harga Ftabel = 1,64 (pembilang = 47
,penyebut = 42) pada taraf signifikansi 5%.
Karena harga Fhitung < Ftabel (1.39 < 1.64),
maka varians data hasil belajar Matematika
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
adalah sama atau homogen.
Berdasarkan hasil uji normalitas dan
homogenitas dapat diketahui bahwa data
yang diperoleh dari kelas eksperimen dan
kelas kontrol berdistribusi normal dan
memiliki varians yang homogen. Karena
data yang diperoleh telah memenuhi semua
(3)
Adapun
kriteria
pengujiannya
adalah apabila thitung<ttabel, maka H0 diterima
(gagal ditolak) dan H1 ditolak. Sebaliknya
apabila thitung>ttabel, maka Ho ditolak dan H1
diterima. Dengan dk = n1 + n2 – 2 dan taraf
signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf
kepercayaan 95%.
Hasil analisis uji-t dari data post-test
hasil belajar Matematika siswa dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 1. Hasil Analisis Uji-t Data Post-test
No
Sampel
1 Kelompok eksperimen
2 Kelompok kontrol
Berdasarkan hasil analisis data
diperoleh thitung = 2.46. Harga tersebut
kemudian dibandingkan dengan harga
ttabel. Harga ttabel dengan taraf signifikan
5% dan db = 48 + 44 - 2 = 90 adalah 1.98,
karena thitung > ttabel (2.46 > 1.98) maka H0
ditolak atau H1 diterima. Hal ini berarti
terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar Matematika antara siswa yang
dibelajarkan
menggunakan
Strategi
Pembelajaran Aktif melalui penerapan
model Make A Match dengan siswa yang
dibelajarkan
menggunakan
model
pembelajaran konvensional pada siswa
kelas V SD Negeri 11 Padangsambian
tahun pelajaran 2013/2014.
Perbedaan yang diperoleh dapat
dilihat pada perolehan nilai rerata hasil
belajar Matematika di kelas eksperimen =
71,65 yang lebih daripada rerata kelas
kontrol = 66,9. Perbedaan ini menunjukan
bahwa
pembelajaran
dengan
menggunakan Strategi Pembelajaran Aktif
melalui penerapan model Make A Match
N
48
44
Dk
90
71.65
66.9
99.25
71
thitung
ttabel
2.46
1.98
berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika siswa.
Perbedaan yang diperoleh ini
dikarenakan oleh Strategi Pembelajaran
Aktif melalui penerapan model Make A
Match yang lebih mengutamakan siswa
belajar secara aktif untuk memperoleh
informasi bukannya guru yang aktif
menyampaikan
informasi.
Siswa
diupayakan
aktif
untuk
berpikir,
berinteraksi, mencoba, menemukan dan
menghasilkan suatu karya sehingga siswa
memperoleh pengalaman yang dapat
meningkatkan
pemahaman
dan
kompetensinya (Uno, 2012 : 54). Siswa
dapat memperoleh informasi dalam
memecahkan masalah, baik melalui
membaca buku, menggunakan media
yang telah disediakan, mendengarkan
penjelasan teman dalam kelompok
maupun berdiskusi dalam kelompok.
Siswa juga dilatih untuk dapat aktif
bekerjasama dengan kelompoknya untuk
memperoleh
sebuah
pemecahan
masalah.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Pembelajaran dimulai dengan
pembentukan
kelompok
secara
heterogen.
Dalam
masing-masing
kelompok
siswa
ditugaskan
untuk
menyelesaikan lembar kegiatan siswa
(LKS) dengan cara bekerja sama.
Penyelesaian LKS ini menuntut kerjasama
yang baik antar kelompok, hal ini
dikarenakan setiap anggota kelompok
harus memahami materi yang tercantum
di dalam LKS, sehingga siswa yang
merasa mampu dan telah memahami
materi
harus
membantu
anggota
kelompoknya
untuk
dapat
lebih
memahami
materi
tersebut.
Hasil
kerjasama dan diskusi para siswa akan
dipertanggung jawabkan oleh masingmasing kelompok pada saat pembahasan
LKS. Hal ini memberikan pengalaman
tersendiri bagi siswa, sehingga siswa
dapat memperoleh tantangan baru dalam
belajar dan merasa termotivasi untuk
belajar. Selain itu belajar secara aktif akan
membantu siswa untuk berdiri sendiri
dalam
kehidupan
kognitifnya
dan
menumbuhkan
rasa
membutuhkan
teman/kelompok dalam belajar untuk
berdiskusi atau saling bertukar gagasan
antar siswa, sehingga terjadi interaksi
antara aspek internal dan eksternal.
Menerapkan
Strategi
Pembelajaran Aktif melalui penerapan
model Make A Match di dalam proses
pembelajaran juga dapat memberikan
inovasi baru bagi guru-guru dalam
menciptakan kegiatan pembelajaran lebih
aktif, kondusif, sederhana, bermakna, dan
menyenangkan. Dengan demikian siswa
akan memperoleh semangat baru dalam
belajar dan memperoleh pengalaman
belajar yang tentunya dapat meningkatkan
perhatian dan minat siswa, sehingga hasil
belajar yang dicapai lebih optimal dan
memuaskan.
Make A Match memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mengulas kembali materi yang telah
diketahui sebelumnya dengan lebih
menyenangkan. Hal ini tentu dapat
membantu ingatan siswa sekaligus
menguji pemahaman siswa, sehingga
siswa dapat dihantarkan kepada tujuan
pembelajaran dengan sukses.
Pemahaman yang tadinya telah
diperoleh siswa kemudian di review
kembali
dengan
sarana
yang
menyenangkan. Siswa harus mengingat
kembali apa yang telah dipelajari
sebelumnya
untuk
mencari
atau
memasangkan kartu soal dengan kartu
jawaban. Pencarian pasangan kartu ini
dilakukan dengan cara membentuk 2
kelompok besar. Kelompok 1 yang
membawa kartu soal harus mencari
pasangan jawaban pada kartu jawaban di
kelompok 2. Lima pasangan tercepat
dapat menerima hadiah. Hal ini dapat
membuat siswa lebih termotivasi dan
berminat untuk belajar. Keseruan yang
dialami siswa dalam kegiatan ini juga
memberikan pengalaman dan ingatan
yang berkesan dalam belajar. Sehingga
pemahaman yang tadinya telah diperoleh
dapat selalu diingat sebagai pemahaman
yang menyenangkan.
Berbeda dengan pembelajaran
Konvensional yang diterapkan pada kelas
kontrol. Proses pembelajaran lebih
menunjukan keaktifan guru daripada
siswa. Siswa terlihat aktif hanya pada saat
menulis dan tanya jawab. Siswa
mendengarkan penjelasan guru dengan
seksama kemudian mencatatnya dan
menyelesaikan soal atau tugas yang
diberikan guru. Sehingga siswa kurang
berinisiatif untuk berbagi pendapat. Hal ini
menyebabkan siswa yang tampak lebih
menonjol adalah siswa yang memiliki
kemampuan lebih. Sehingga rasa untuk
bersaing kurang ditunjukkan oleh siswa
yang lain.
Suasana
pembelajaran
yang
ditimbulkan cenderung pasif, sehingga
siswa mudah jenuh. Semangat belajar
yang ditunjukkan kurang optimal. Selain
itu kesempatan bagi siswa untuk dapat
bersenang-senang dalam belajar juga
sedikit. Hal ini tentu menyebabkan
menurunnya motivasi siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran, minat dan
pemahaman siswa pun kurang optimal.
Kemampuan
siswa
dalam
memperoleh informasi pada pembelajaran
konvensional
hanya
terbatas
dari
penjelasan guru, karena kurangnya
penggunaan media maupun metode
diskusi, siswa juga menyelesaikan tugas
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dari guru dengan kemampuan individu.
Hal ini menyebabkan siswa yang belum
memahami penjelasan yang diberikan
guru tentu mengalami hambatan dalam
menyelesaikan
permasalahan
yang
diberikan. Siswapun kesulitan dalam
memahami dan mengingat materi yang di
pelajari, sehingga hasil belajar menjadi
kurang optimal.
Hasil penelitian ini memperkuat
hasil penelitian Rahmawati, dkk (2011)
yang
menyatakan
bahwa
strategi
pembelajaran aktif index card macth dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pelajaran biologi dan penelitian Agus
(2012), yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh model pembelajaran Make A
Match dan Snowball Trhowing terhadap
hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika.
PENUTUP
Berdasarkan hasil dan pembahasan
penelitian yang diperoleh bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar
Matematika
antara
siswa
yang
dibelajarkan
menggunakan
Strategi
Pembelajaran Aktif melalui penerapan
model Make A Match dengan siswa yang
dibelajarkan
menggunakan
model
pembelajaran konvensional pada siswa
kelas V SD Negeri 11 Padangsambian
tahun ajaran 2013/2014. Hal tersebut
dapat dilihat pada perolehan nilai rerata
hasil belajar siswa kelas eksperimen =
71,65 yang lebih daripada nilai rerata
hasil belajar siswa kelas kontrol = 66,9
serta perolehan thitung = 2,46 yang lebih
daripada ttabel = 1,98 pada taraf signifikansi
5%, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan bahwa Strategi Pembelajaran
Aktif melalui penerapan model Make A
Match
yang
diterapkan
di
kelas
eksperimen berpengaruh terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas V SD
Negeri 11 Padangsambian tahun ajaran
2013/2014.
Berdasarkan simpulan tersebut
maka disarankan bahwa guru hendaknya
menerapkan Strategi Pembelajaran Aktif
melalui penerapan model Make A Match
dalam pembelajaran Matematika di kelas
untuk memperoleh hasil belajar siswa
yang optimal.
Siswa hendaknya turut aktif dalam
proses pembelajaran, memanfaatkan
waktu yang ada untuk lebih banyak
berbuat dan berinteraksi dengan sesama
siswa yang lainnya. Saling membantu
dalam memahami materi pelajaran.
Instansi yang terkait hendaknya
meningkatkan intensitas pembekalan dan
penyuluhan terkait model pembelajaran
inovatif yang dapat mengoptimalkan hasil
belajar siswa, dan tentunya untuk
meningkatkan
kualitas
pembelajaran
secara umum.
Peneliti lain hendaknya mampu
melaksanakan penelitian sejenis dengan
mengambil wilayah generalisasi penelitian
yang lebih luas guna mengembangkan
ilmu pendidikan khususnya Strategi
Pembelajaran Aktif serta pengembangan
model Make A Match dalam pembelajaran
Matematika di sekolah dasar.
DAFTAR RUJUKAN
Agus.
2012.
Pengaruh
Model
Pembelajaran Make A Match Dan
Snowball Trhowing Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Matematika Kelas Ii Semester 2 SD
Negeri Sambiroto 02 Kecamatan
Tembalang Kota Semarang Tahun
Pelajaran 2011/2012. Tersedia Pada
http://jadiguru.blogspot.com/2012/02
/pengaruh-model-pembelajaranmake-match.html. (diakses tanggal 1
Februari 2014)
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penilaian Suatu Pendekatan Praktek
Edisi Revisi 2010. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Hamruni. 2011. Strategi pembelajaran.
Yogjakarta: Insan Madani.
Koyan, I Wayan. 2007. Statistik Terapan
(Teknik Analisis Data Kuantitatif).
Singaraja: Program Pascasarjana
Undiksha
Rahmawati, Aprilia Diah. dkk. 2011.
Pengaruh Penggunaan Strategi
Pembelajaran Aktif Index Card
Match Terhadap Hasil Belajar
Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 5
Surakarta Ditinjau Dari Motivasi.
Tidak diterbitkan.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sudjana, Nana. 2004. Pengertian Hasil
Belajar. Tersedia pada http://wawanjunaidi.blogspot.com/2011/02/hasilbelajar.html (di akses tanggal 9
Desember 2013).
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabet
Sukardi. 2003. Metodelogi Penelitian
Pendidikan : Kompetensi dan
Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative
Learning:Teori
dan
Aplikasi
PAIKEM.
Yogjakarta:
Pustaka
Pelajar.
Tarigan, Daitin. 2006. Pembelajaran
Matematika
Realistik.
Jakarta:
Depdiknas.
Taufik, Agus, dkk. 2007. Pendidikan Anak
di SD. Jakarta: Univeritas Terbuka.
Uno, Hamzah. 2012. Belajar dengan
Pendekatan PAILKEM. Jakarta:
Bumi Aksara.
Zuriah, Nurul. 2006. Metodelogi Penelitian
Sosial dan pendidikan : Teori –
Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Download