6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hygiene dan Sanitasi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hygiene dan Sanitasi
Hygiene adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan
pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang
tersebut berada (Suyono & Budiman 2010).
Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk
melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring,
membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan
secara keseluruhan (Depkes RI, 2004).
Menurut Widyawati (2002), bahwa sanitasi adalah suatu usaha pencegahan
penyakit yang menitik beratkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup
manusia. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya. Misalnya, menyediakan air
yang bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk
mewadahi sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004).
Sanitasi lingkungan juga merupakan status kesehatan suatu lingkungan yang
mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dan
sebagainya. (Notoadmojo, 2003).
Hygiene dan sanitasi mempunyai
arti
yang
hampir bersamaan.
Perbedannya ialah hygiene lebih mengarahkan aktivitasnya kepada manusia,
6
Universitas Sumatera Utara
7
sedangkan sanitasi lebih menitik beratkan kepada faktor-faktor lingkungan hidup
manusia (Retno dan Yuliarsih, 2002).
2.2 Personal Hygiene
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani, berasal dari kata Personal
yang artinya perorangan dan Hygiene berarti sehat. Dari pernyataan tersebut dapat
diartikan bahwa kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya (Isro’in dan Andarmoyo, 2012).
2.2.1 Macam-macam Personal Hygiene
Menurut Isro’in dan Andaryono (2012), macam-macam personal hygiene
adalah:
1.
Perawatan Kulit
Kulit merupakan salah satu aspek vital yang perlu di perhatikan dan
hygiene perorangan. Kulit merupakan pembungkus yang elastik, yang
melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan, dan bersambungan dengan
selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang masuk kulit.
Begitu vitalnya kulit, maka setiap ada gangguan dalam kulit, dapat
menimbulkan berbagai masalah yang serius dalam kesehatan.
Dalam memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat
harus selalu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a.
Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri,
b.
Mandi minimal 2 kali sehari, mandi memakai sabun,
Universitas Sumatera Utara
8
c.
Menjaga kebersihan pakaian, makan yang bergizi terutama banyak sayur
dan buah, dan menjaga kebersihan lingkungan.
2.
Perawatan Kaki, tangan dan kuku
Seperti halnya kulit, kaki, tangan dan kuku harus dipelihara dan ini
tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup seharihari. Tangan, kaki, dan kuku yang bersih menghindarkan kita dari berbagai
penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya
kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu.
Untuk menghindari bahaya kontaminasi maka hal yang harus
dilakukan adalah:
3.
a.
Membersihkan tangan sebelum makan,
b.
Memotong kuku secara teratur,
c.
Membersihkan lingkungan,
d.
Mencuci kaki sebelum tidur.
Perawatan rambut
Kebersihan rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat bersih
dan indah sehingga akan menimbulkan kesan bersih dan tidak berbau.
Dengan selalu memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu
memperhatikan kebersihan rambut yaitu dengan cara:
a.
Mencuci rambut sekurang-kurangnya 2 kali seminggu,
b.
Mencuci rambut memakai sampo/bahan pencuci rambut lainnya,
c.
Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.
Universitas Sumatera Utara
9
4.
Perawatan Genetalia
Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak
kaum remaja putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya
akibat garukan, karena area genitalia merupakan tempat yang lembab dan
kurang sinar matahari. Salah satu contoh pendidikan kesehatan di dalam
keluarga, misalnya bagaimana orang tua mengajarkan anak cebok secara
benar. Seperti penjelasan, bila ia hendak cebok harus dibasuh dengan air
bersih. Caranya menyiram dari depan ke belakang bukan dari belakang ke
depan. Apabila salah, pada alat genital anak perempuan akan lebih mudah
terkena infeksi. Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur) akan
masuk ke dalam alat genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan ilmunya sejak
dini. Kebersihan genital lain, selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu
pemakaian celana dalam. Apabila ia mengenakan celana pun, pastikan
celananya dalam keadaan kering. Bila alat reproduksi lembab dan basah,
maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur.
Oleh karena itu, seringlah menganti celana dalam (Safitri, 2008).
2.2.2 Tujuan Personal Hygiene
Tujuan personal hygiene adalah untuk memelihara kebersihan diri,
menciptakan keindahan, serta meningkatkan derajat kesehatan individu sehingga
dapat mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun orang lain
(Wartonah, 2010).
Universitas Sumatera Utara
10
2.2.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene
Menurut Depkes RI (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
1.
Citra Tubuh (Body Image). Gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli dengan kebersihandirinya,
2.
Praktik Sosial pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinanakan terjadi perubahan pola personal hygiene,
3.
Status Sosial Ekonomi Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya,
4.
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapatmeningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya,
5.
Budaya disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan,
6.
Kebiasaan seseorang. Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
2.3 Perumahan
Perumahan yang baik terdiri dari kumpulan rumah yang di lengkapi
dengan berbagai fasilitas pendukungnya seperti sarana jalan, saluran air kotor,
tempat sampah, sumber air bersih, lampu jalan, lapangan bermain tempat anak-
Universitas Sumatera Utara
11
anak, sekolah, tempat ibadah, balai pertemuan, dan pusat kesehatan masyarakat,
serta harus bebas banjir (Chandra, 2012).
Adapun kriteria rumah sehat yang tercantum dalam Residential
Environment dari WHO (1974), antara lain:
1.
Harus dapat melindungi dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai
tempat istirahat,
2.
Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci, kakus, dan
kamar mandi,
3.
Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran,
4.
Bebas dari bahan bangunan berbahaya,
5.
Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya
dari gempa, keruntuhan, dan penyakit menular,
6.
Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.
Sementara itu, kriteria rumah sehat menurut Winslow, antara lain:
1.
Dapat memenuhi kebutuhan fisiologis
2.
Dapat memenuhi kebutuhan psikologis
3.
Dapat menghindarkan dari terjadinya kecelakaan.
4.
Dapat menghindarkan terjdinya penularan penyakit.
2.3.1 Syarat Rumah Sehat
Persyaratan kesehatan suatu rumah tinggal sesuai dengan Permenkes
No.829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
12
1.
Bahan bangunan
a.
Tidak terbuat dari bahan-bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang
dapat membahayakan kesehatan, antara lain:
1) Debu total tidak lebih dari 150 μg/m3
2) Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/jam
3) Timah hitam (Pb) tidak melebihi 300 mg/kg.
b.
Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
2.
Komponen dan penataan ruang rumah Komponen rumah harus mempunyai
persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut:
a.
Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
b.
Dinding
1) Di ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi
untuk pengaturan sirkulasi udara.
2) Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah
dibersihkan.
3) Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
4) Bumbungan rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus
dilengkapi dengan penangkal petir
5) Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang
tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, kamar
mandi dan ruang bermain anak.
6) Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.
Universitas Sumatera Utara
13
3.
Pencahayaan alam dan atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak
menyilaukan mata.
4.
5.
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut:
a.
Suhu udara berkisar antara 18-300C
b.
Kelembaban udara berkisar antara 40-70%
c.
Konsentrasi gas SO2, tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
d.
Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam
e.
Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m2
Ventilasi luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal
10% dari luas lantai.
6.
Binatang penular penyakit tidak ada tikus, nyamuk ataupun lalat yang
bersarang di dalam rumah
7.
Penyediaan air
a.
Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas 60 liter/hari/orang
b.
Kualitas air minum harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan
atau air minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
8.
Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.
9.
Limbah
a.
Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.
b.
Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran
terhadap permukaan tanah serta air tanah.
Universitas Sumatera Utara
14
10. Kepadatan hunian ruang tidur luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak
dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang dalam satu ruang tidur, kecuali anak
di bawah usia 5 tahun (Depkes RI, 1999).
2.3.2 Pemondokan & Panti Asuhan
Menurut kamus bahasa Indonesia pemondokan adalah Pemondokan
Nomina (kata benda) tempat (rumah dan sebagainya) memondokkan seseorang;
rumah tempat menumpang (menumpang bermalam); penginapan; pondokan
sedangkan panti asuhan adalah rumah tempat memelihara dan merawat orang
jompo, anak yatim atau yatim piatu, orang terlantar, dan sebagainya. Kamus Besar
Bahasa Indonesia mendefinisikan panti asuhan sebagai rumah tempat memelihara
dan merawat anak yatim piatu dan sebagainya.
Panti Asuhan adalah suatu lembaga usha kesejahteraan sosial yang
mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan soaial
pada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak
terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi
kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh
kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi pengembangan kepribadiannya
sesuai dengan yang di harapkan sebagai nasional.
2.4 Sanitasi Pemondokan
2.4.1 Sarana Air Bersih
Air merupkakan suatu sarana untuk menigkatkan derajat kesehatan
masyarakat karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam
penularan penyakit (Slamet, 2004).
Universitas Sumatera Utara
15
Menurut Notoatmodjo (2003), penyediaan air bersih harus memenuhi
persyaratan, yaitu:
1.
Syarat fisik: persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening,
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.
2.
Syarat bakteriologis: air merupakan keperluan yang sehat yang harus bebas
dari segala bakteri, terutama bakteri patogen.
3. Syarat kimia: air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam
jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia
didalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam
kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya:
1.
Waterborne mechanism. Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air
yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia
melalui mulut atau sistem pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan
melalui mekanisme ini antara lain kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri
basiler, dan poliomyelitis.
2.
Waterwashed mechanism. Mekanisme penularan berkaitan dengan kebersihan
umum dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan,
yaitu:
a.
Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.
b.
Infeksi melalui kulit dan mata.
c.
Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis,
Universitas Sumatera Utara
16
3.
Water-based mechanism. Penyakit ini ditularkan dengan mekanisme yang
memiliki agent penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam
tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup di dalam air.
Contohnya skistosomiasis dan penyakit akibat Dracunculucmedinensis,
4.
Water-related insect vector mechanism agent. Penyakit ditularkan melalui
gigitan serangga yang berkembang biak di dalam air. Contoh penyakit dengan
mekanisme penularan sepert ini adalah filariasis, dengue, malaria, dan yellow
fever. Menurut Suriawiria (1998), kelompok kehidupan di dalam air memiliki
faktor-faktor biotis yaitu terdiri dari bakteria, fungi atau jamur, mikroalge
atau ganggang-mikro, protozoa atau hewan bersel tunggal, dan virus.
Kehadiran mikroba di dalam air, mungkin akan mendatangkan keuntungan,
tetapi juga mendatangkan kerugian dan menghasilkan toksin seperti yang
hidup
anaerobik
seperti
Clostridium,
yang
hidup
aerobik
seperti
Pseudomonas, Salmonella, Staphylococcus, dan sebagainya.
2.4.2 Sarana Pembuangan Kotor Manusia (Jamban)
Untuk mengurangi pencemaran karena tinja diperlukan suatu cara
pembuangan tinja yang memenuhi persyaratan sanitasi dan akan memberikan
manfaat secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat secara langsung adalah
penurunan insidensi penyakit kolera, disentri basiler, dan sebagainya. Adapun
manfaat tidak langsungnya adalah peningkatan kondisi kebersihan lingkungan
(Chandra, 2012).
Septic tank merupakan cara yang tepat dalam pembuangan ekskreta untuk
sekelompok kecil rumah tangga dan lembaga yang memiliki persediaan air yang
Universitas Sumatera Utara
17
mencukupi, tetapi tidak memiliki hubungan dengan sistem penyaluran limbah
masyarakat.
Menurut Chandra (2012), desain utama septic tank, antara lain:
1.
Kapasitas septic tank bergantung pada jumlah pemakai. Kapasitas 20-30
galon/orang dianjurkan untuk penggunaan rumah tangga. Kapasitas untuk
rumah tangga itu tidak berlaku untuk septic tank yang ditujukan untuk
kepentingan umum (kapasitas minimal 50 galon/orang).
2.
Ukuran panjang biasanya 2 kali lebar
3.
Kedalaman lubang antara 1,5-2 meter
4.
Kedalaman cairan dianjurkan hanya 1,2 meter
5.
Ruangan udara minimal 30 cm diantara titik tertinggi cairan didalam tank
dengan permukaan bawah tertutup
6.
Dasar dibuat miring ke arah lubang pengeluaran
7.
Memiliki lubang air masuk dan keluar, terdapat pipa masuk dan keluar
8.
Pelapis septic tank terbuat dari papan yang kuat dengan tebal yang sama.
9.
Periode retensi septic tank dirancang selama 24 jam
2.4.3 Pembuangan Air Limbah
Menurut Mukono (2000), beberapa sumber pencemaran air, yaitu:
1.
Air buangan rumah tangga (domestic waste water)
2.
Air buangan dari pemukiman ini umumnya mempunyai komposisi yang
terdiridari ekskreta (tinja dan urin), air bekas cucian, dapur dan kamar mandi,
dimana sebagian besar merupakan bahan-bahan oranik,
Industri Jenis polutan yang dihasilkan oleh industri sangat tergantung pada
jenis industrinya sendiri, sehingga jenis polutan yang dapat mencemari air
Universitas Sumatera Utara
18
tergantung pada bahan baku, proses industri, bahan bakar, dan sistem
pengolahan limbah cair yang digunakan dalam industri,
3.
Pertanian dan perkebunan polutan air dari pertanian/perkebunan dapat
berupa:
a.
Zat kimia, misalnya berasal dari pupuk, pestisida seperti DDT, Dieldrin,
b.
Mikrobiologi, misalnya virus, bakteri, parasit yang berasal dari kotoran
ternak, dan cacing tambang dilokasi perkebunan,
c.
Zat radioaktif, misalnya berasal dari penggunaan zat radioaktif yang
dipakai dalam proses pematangan buah, mendapatkan bibit unggul, dan
mempercepat pertumbuhan tanaman.
Menurut Kusnoputranto (2000), pengelolaan air buangan yang tidak baik
akan berakibat buruk terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat, yaitu:
1.
Terhadap lingkungan air buangan antara lain mempunyai sifat fisik, kimiawi,
bakteriologis yang dapat menjadi sumber pengotoran, sehingga bila tidak
dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan pencemaran terhadap air
permukaan, tanah, atau lingkungan hidup lainnya. Disamping itu kadangkadang dapat menimbulkan bau yang tidak enak serta pemandangan yang
tidak menyenangkan.
2.
Terhadap kesehatan masyarakat Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar
air buangan dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat.
Air
buangan
dapat
menjadi
media
tempat
berkembang
biaknya
mikroorganisme pathogen, terutama penyakit-penyakit yang penularannya
melalui air yang tercemar.
Universitas Sumatera Utara
19
2.4.4 Pengelolaan Sampah
Sampah ialah suatu bahan/ benda yang terjadi karena berhubungan dengan
aktfitas manusia yang tidak terpakai lagi, tidak disenangi dan dibuang dengan
cara-cara saniter kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia. Menurut
Kusnoputranto (2000), efek dari sampah terhadap kesehatan maka pengelolaan
sampah harus memenuhi criteria sebagai berikut:
1.
Tersedia tempat sampah yang dilengkapi dengan penutup,
2.
Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, tahan karat, permukaan bagian
dalam rata dan dilengkapi dengan penutup,
3.
Tempat sampah dikosongkan setiap 1 x 24 jam atau 2/3 bagian telah terisi
penuh,
4.
Jumlah dan volume sampah disesuaikan dengan sampah yang dihasilkan
sertiap kegiatan. Tempat sampah harus disediakan minimal 1 buah untuk
setiap radius 10 meter, dan tiap jarak 20 meter pada ruang terbuka dan
tunggu,
5.
Tersedianya tempat pembuangan sampah semetara yang mudah dikosongkan,
tidak terbuat dari beton permanen, terletak dilokasi yang terjangkau
kendaraan pengangkut sampah dan harus dikosongkan sekurang-kurangnya 3
x 24 jam.
2.5 Kondisi Fisik Rumah
2.5.1 Ventilasi
Ventilasi adalah sarana untuk memelihara kondisi atmosfer yang
menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Suatu ruangan yang terlalu padat
Universitas Sumatera Utara
20
penghuninya dapat memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan pada
penghuni tersebut, untuk itu pengaturan sirkulasi udara sangat diperlukan
(Chandra, 2012).
Lubang penghawaan pada bangunan harus dapat menjamin pergantian
udara didalam kamar/ruang dengan baik. Luas lubang penghawaan yang
dipersyaratkan minimal 20% dari luas lantai (Soejadi, 2003).
2.5.2 Kelembaban
Kelembaban sangat berperan penting dalam pertumbuhan kuman penyakit.
Kelembaban yang tinggi dapat menjadi tempat yang disukai oleh kuman untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Keadaan yang lembab dapat mendukung
terjadinya penularan penyakit (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 829 tentang persyaratan
kesehatan rumah dari aspek kelembaban udara ruang, dipersyaratkan ruangan
mempunyai tingkat kelembaban udara yang diperbolehakan antara 40-70%.
Tingkat kelembaban yang tidak memenuhi syarat ditambah dengan prilaku
tidak sehat, misalnya dengan penempatan yang tidak tepat pada berbagai barang
dan baju, handuk, sarung yang tidak tertata rapi, serta kepadatan hunian ruangan
ikur berperan dalam penularan penyakit berbasis lingkungan seperti scabies
(memudahkan tungau Sarcoptes Scabiei berpindah dari reservoir ke barang
sekitarnya hingga mencapai pejamu baru (Soejadi, 2003).
2.5.3 Pencahayaan
Salah satu syarat rumah sehat adalah tersedianya cahaya yang cukup,
karena suatu rumah yang tidak mempunyai cahaya selain dapat menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
21
perasaan kurang nyaman, juga dapat menimbulkan penyakit (Prabu, 2009).
Menurut Sukini (1989), sinar matahari berperan secara langsung dalam
mematikan bakteri dan mikroorganisme lain yang terdapat dilingkungan rumah,
khususnya sinar matahari pagi yang dapat menghambat perkembangbiakan bakteri
patogen. Dengan demikian sinar matahari sangat diperlukan didalam ruangan
rumah terutama ruangan tidur.
Pencahayaan alami dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan
(Kepmenkes RI, 1999).
2.5.4 Kepadatan Penghuni
Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah bakteri penyebab
penyakit menular.Selain itu kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara
didalam rumah. Dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin
cepat udara dalam rumah mengalami pencemaran oleh karena CO2 dalam rumah
akan cepat meningkat dan akan menurunkan kadar O2 yang diudara (Sukini,
1989).
Tingkat kepadatan penghuni di pondok pesantren cenderung padat namun
dalam batas toleransi persyaratan. Kepadatan hunian merupakan syarat mutlak
untuk kesehatan rumah pemondokan termasuk pondok pesantren, karena dengan
kepadatan hunian yang tinggi terutama pada kamar tidur memudahkan penularan
berbagai penyakit secara kontak dari satu santri kepada santri lainnya (Soejadi,
2003).
Universitas Sumatera Utara
22
Menurut Kepmenkes RI (1999), kepadatan dapat dilihat dari:
Kepadatan hunian runag tidur : Luas ruangan tidur minimal 8 m 2 dan tidak
dianjurkan lebih dari dua orang dalam satu ruangan tidur, kecuali anak dibawah
usia 5 tahun.
2.6 Pengertian Kulit
Kulit adalah salah satu aspek vital yang perlu diperhatikan dalam hygiene
perorangan. Kulit merupakan pembungkus elastik, yang dapat melindungi tubuh
dari pengaruh lingkungan, dan bersambungan dengan selaput lendir yang melapisi
rongga-rongga dan lubang-lubang masuk kulit.begitu vitalnya kulit, maka setiap
ada gangguan dalam kulit, dapat menimbulkan berbagai masalah yang serius
dalam kesehatan (Isro’in dan Andarmoyo, 2012).
Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh, luasnya sekitar 2 m². Kulit
merupakan bagian luar yang lentur dan lembut. Kulit merupakan benteng
pertahanan pertama dari berbagai ancaman yang datang dari luar seperti kuman,
virus dan bakteri (Ayu, 2015).
2.6.1 Fungsi Kulit
Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh sehingga berperan sebagai
pelindung tubuh dari kerusakan atau pengaruh lingkungan yang buruk.
Ada beberapa fungsi kulit, diantaranya:
1.
Pelindung Jaringan tanduk sel epidermis paling luar membatasi masuknya
benda-benda dari luar dan keluarnya cairan berlebihan dari dalam tubuh.
Melanin yang memberi warna pada kulit dari akibat buruk sinar ultra violet,
Universitas Sumatera Utara
23
2.
Pengatur Suhu di waktu suhu dingin peredaran di kulit berkurang guna
mempertahankan suhu badan. Pada waktu suhu panas, peredaran darah di
kulit meningkat dan terjadi penguapan keringat dari kelenjar keringat,
sehingga suhu tubuh dapat di jaga tidak terlalu panas,
3.
Penyerapan Kulit dapat menyerap bahan tertentu seperti gas dan zat larut
dalam lemak lebih mudah masuk kedalam kulit dan masuk ke peredaran
darah, karena dapat bercampur dengan lemak yang menutupi permukaan kulit
masuknya zat-zat tersebut melalui folikel rambut dan hanya sekali yang
melalui muara kelenjar keringat,
4.
Indera Perasa di kulit karena rangsangan terhadap sensoris dalam kulit.
Fungsi indera perasa yang utama adalah merasakan nyeri, perabaan, panas
dan dingin.
2.6.2 Penyakit Kulit
Menurut Harahap (2000), salah satu bagian tubuh yang cukup sensitif
terhadap berbagai macam penyakit adalah kulit. Kulit merupakan pembungkus
yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Lingkungan yang
sehat dan bersih akan membawa efek yang baik bagi kulit. Demikian pula
sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai
macam penyakit antara lain penyakit kulit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit
adalah iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya
jamur, kebersihan perorangan yang kurang baik, dan faktor ekonomi yang kurang
memadai.
Universitas Sumatera Utara
24
2.6.3 Penyebab Penyakit Kulit
Jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit sangat banyak antara
lain sebagai berikut: (Fregert, 1988)
1.
Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi
cuaca, panas, radiasi, dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan
trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan
kulit langsung merusak kulit dengan jalan:
2.
a.
Mengubah pHnya,
b.
Bereaksi dengan protein-proteinnya,
c.
Mengekstrasi lemak dari lapisan luarnya,
d.
Merendahkan daya tahan kulit.
Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu:
a.
Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam
logam.
b.
Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang
berasal dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia
karet, obat-obatan antibiotik, kosmetik, tanam-tanaman, dan lain-lain.
c.
Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak mineral.
d.
Photosensitizer berupa antransen, pitch, derivat asam amni benzoat,
hidrokarbon aromatik klor, pewarna akridin, dan lain-lain
3.
Agen-agen bilogis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produkproduknya. Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu
terjadinya penyakit kulit.
Universitas Sumatera Utara
25
2.6.4 Jenis-Jenis Keluhan Kesehatan Kulit
1.
Penyakit kulit karena infeksi bakteri adalah skrofuloderma, tuberkolosis kutis
verukosa, kusta (lepra), patek.
Keluhan Kesehatan kulit karena infeksi bakteri pada kulit yang paling sering
adalah pioderma (Harahap, 2000).
Gambar 1. Pioderma
2.
Penyakit kulit karena parasit dan insekta adalah scabies, pedikulosis kapitis,
pedikulosis korporis, pedikulosis pubis, creeping eruption, amebiasis kutis
gigitan serangga, trikomoniasi
Keluhan kesehatan pada kulit : gatal-gatal terutama pada malam hari
.
Gambar 2. Ruam pada scabies
Universitas Sumatera Utara
26
3.
Penyakit kulit karena jamur adalah Pitariasis Versikolor (panu), tinea nigra
palmaris, tinea kapitis, tinea barbae, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea
pedis, tinea manus, tinea kruris, kandidiasis, sporotrikosis, aktinomikosis,
kromomikosis, fikomikosis, misetoma.
Gambar 3. Penyakit kulit panu
Keluhan Kesehatan kulit karena infeksi jamur pada kulit yang paling sering
adalah Pitariasis Versikolor (panu) (Harahap, 2000). Penyebab Pitariasis
Versikolor (panu) adalah Malazessia furfur ini akan terlihat sebagai spora
yang bundar dengan dinding yang tebal atau dua lapis dinding, ditemukan
dalam kelompok bersama pseudohifa yang biasanya pendek seperti gambaran
spaghetti dan meatballs. Pitariasis Versikolor (panu) terjadi bila terdapat
perubahan keseimbangan hubungan antara hospes dengan ragi sebagai flora
normal kulit. Keadaan yang mempengaruhi keseimbangan antara hospes
dengan ragi tersebut diduga adalah faktor lingkungan atau faktor
suseptibilitas individual. Faktor lingkungan diantaranya adalah lingkungan
mikro pada kulit misalnya kelembaban kulit. Sedangkan faktor individual
Universitas Sumatera Utara
27
antara lain adanya kecenderungan genetik, atau adanya penyakit yang
mendasarimisalnya sindrom chusing atau malnutrisi.
Lesi Pitariasis Versikolor dijumpai dibagian atas dada dan meluas ke
lengan atas, leher dan perut atau tungkai atas/bawah. Lesi khususnya
dijumpai pada bagian yang tertutup atau mendapat tekanan pakaian, misalnya
pada bagian yang tertutup pakaian dalam. Keluhan Pitariasis Versikolor yang
di
alami
penderita
adalah
adanya
bercak/macula
berwarna
putih
(hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa gatal ringan
yang munculnya saat berkeringat. Pada kulit hitam atau coklat umumnya
berwarna putih sedang pada kulit putih atau terang cenderung berwarna
coklat atau kemerahan (Soebono, 2001).
Keluhan Kesehatann kulit karena infeksi bakteri pada kulit yang
paling sering adalah dermatofitosis (kurap) (Harahap, 2000). Dermatofitosis
(kurap) yang terdiri atastinea kapitis menyerang kulit kepala, tinea korporis
pada permukaan kulit, tineakruris pada lipatan kulit, tinea pedis pada sela jari
kaki (athlete's foot), tinea manus pada kulit telapak tangan, tinea imbrikata
berupa sisik pada kulit di daerah tertentu, dan Tinea Ungium (pada kuku)
(Harahap, 2000). Umumnya berbentuk sisik kemerahan pada kulit atau sisik
putih. Pada kuku, terjadi peradangan di sekitar kuku, dan bisa menyebabkan
bentuk kuku tak rata permukaannya, berwarna kusam, atau membiru.
Keluhan yang dialami penderita tinea kapitis, tinea korporis, tinea imbrikata,
tinea pedis dan tinea kruris adalah rasa gatal.
Universitas Sumatera Utara
28
4.
Penyakit kulit alergi adalah dermatitis kontak toksik, dermatitis kontak
alergik, dermatitis okupasional, dermatitis atopic, dermatitis stasis,
dermatitis numularis, dermatitis solaris, pompliks, eritema nodosum dan lainlain (Harahap, 2000).
Gambar 4. Keluhan kesehatan kulit karena alergi
Pada umumnya keluhan kesehatan pada kulit adalah rasa gatal-gatal
(saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik
merah/bentol-bentol/bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah pada
kulit permukaan tubuh timbul ruam-ruam (Graham, 2005).
Pada infeksi jamur superfisial, yang terinfeksi adalah kulit
(epidermis), selaput lendir mulut dan genitalia, kuku, dan rambut. Seseorang
mendapat penyakit ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
a.
Predisposisi
b.
Pekerjaan
c.
Perubahan pH kulit atau metabolisme kulit
d.
Daya tahan tubuh seseorang yang menurun
Universitas Sumatera Utara
29
e.
Menderita penyakit kronik atau tumor ganas
f.
Kebersihan perorangan yang kurang baik
Universitas Sumatera Utara
30
2.6 Kerangka Konsep
Personal Hygiene
1. Kebersihan Kulit
2. Kebersihan Tangan, Kaki Dan
Kuku
3. Kebersihan Genitalia
4. Kebersihan Pakaian
5. Kebersihan Handuk
6. Kebersihan Tempat Tidur Dan
Sprei
7. Kebersihan Rambut
Kondisi Fisik
1.
2.
3.
4.
Kelembaban
Ventilasi
Pencahayaan
Kepadatan Ruangan
Keluhan
Kesehatan
Kulit Panti Asuhan AlJam’yatul
Washliyah
Pulo Brayan Medan
Sanitasi Pemondokan
1.
2.
3.
4.
Sarana Air Bersih
Sarana Pembuangan Kotoran
Saranan Pembuatan Sampah
Saranan Pembuangan Air
Limbah
Memenuhi syarat
KEMENKES
RI/NON.892/MENKES/SK/VII/1999
Tidak memenuhi syarat
Universitas Sumatera Utara
Download