BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sekarang ini, puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dituntut untuk menjadi gate keeper pelayanan pengobatan penyakit dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes Nomor 75 Tahun 2014). Namun dalam implementasinya, kualitas pelayanan dan fasilitas kesehatan yang dimiliki puskesmas masih jauh dari ideal. Sehingga mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, maka seorang Apoteker yang bertugas di puskesmas diwajibkan untuk melaksanakan praktek farmasi klinik dengan orientasi pada pasien. Pelayanan kefarmasian di puskesmas yang berhubungan dengan obat dan berorientasi pada pasien adalah penentuan tatalaksana terapi yang rasional yaitu dengan memberikan rekomendasi terapi untuk pasien. Pengobatan rasional ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, akan tetapi dalam pemberian obat ada kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan yang dapat mempengaruhi hasil terapi (Aslam, 2012). Peran serta apoteker dalam meningkatkan mutu dan keamanan pengobatan sangat diperlukan guna mencegah kesalahan dan menyelesaikan masalah terkait penggunaan obat. Permasalahan dalam pengobatan ini dikenal dengan DRPs yang merupakan masalah kesehatan 1 2 serius dan dapat terjadi pada semua tingkat umur, mempengaruhi kualitas hidup pasien dan menimbulkan dampak ekonomi yang cukup besar. DRPs sebagai peristiwa atau keadaan dimana terapi obat berpotensi atau secara nyata dapat mempengaruhi hasil terapi yang diinginkan (Pharmaceutical Care Network Europe Foundation, 2010). Kesalahan pengobatan merupakan salah satu kesalahan medis yang paling sering terjadi. Dalam satu penelitian menyebutkan bahwa kejadian DRPs meningkat dan sering terjadi pada pasien usia lanjut dengan penyakit kronis, yang baru saja keluar dari rumah sakit dan menggunakan lima atau lebih pengobatan (Ahmad dkk., 2014). Permasalahan terapi pengobatan atau DRPs dapat dicegah dan ditangani dalam pelayanan farmasi klinik, karena itu setiap farmasis harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam proses pelayanan kesehatan, memahami penyakit dan terapinya dengan memperhatikan kondisi pasien secara individual, mampu mengidentifikasi serta menatalaksana problem kesehatan yang terkait dengan penggunaan obat dan mampu bekerja sama langsung dalam perawatan penderita untuk mengatasi DRPs yang terjadi. Sehingga tujuan dari pelayanan farmasi adalah meningkatkan kualitas hidup pasien melalui pencapaian keberhasilan terapi, yaitu kesembuhan penyakit pasien, pengurangan gejala, menghambat proses penyakit dan mencegah terjadinya penyakit (Shareef dkk., 2014). Salah satu penyakit yang banyak dan sering terjadi yaitu hipertensi. Hipertensi merupakan masalah kesehatan utama di dunia dan disebut silent killer dengan manifestasi komplikasi serius (Sahoo dkk., 2014). Angka kejadian 3 hipertensi cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun di Indonesia. Menurut survei riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007-2008, kejadian prevalensi hipertensi di Indonesia telah mencapai 31,7% dari total penduduk dewasa (Syamsudin, 2011) dan riset kesehatan daerah menunjukkan bahwa provinsi DIY masuk dalam lima besar provinsi dengan kasus hipertensi terbanyak. Hipertensi berdasarkan JNC 7 merupakan keadaan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg pada pengukuran berulang. Prevalensi hipertensi meningkat seiring dengan peningkatan usia. Pada penelitian (Supraptia dkk., 2014) menyimpulkan bahwa penatalaksanaan hipertensi pada pasien geriatri masih menyisakan permasalahan terkait obat yang sebetulnya dapat dicegah yakni DRPs aktual sebesar 3,2%. DRPs potensial yakni interaksi obat terjadi pada 62,0% pasien yang memerlukan perhatian farmasis untuk dapat mencegah dan meminimalkan peluang terjadinya DRPs. Masih cukup banyak pasien yang belum mencapai target terapi sehingga diperlukan suatu kolaborasi yang melibatkan farmasis untuk mengoptimalkan terapi antihipertensi pada pasien. Pengobatan hipertensi tidak hanya melibatkan satu obat saja, karena biasanya penyakit hipertensi disertai dengan penyakit penyerta yang lain sehingga banyaknya obat yang diberikan kepada pasien akan meningkatkan risiko efek samping dan mempengaruhi efek terapi pasien. Untuk mencegah dan menghindari permasalahan tersebut, maka diperlukan pemahaman yang baik tentang pola penggunaan obat pada pasien sehingga diperoleh outcome terapi sesuai yang diinginkan. Identifikasi DRPs merupakan hal yang penting dalam pelayanan 4 kefarmasian untuk mencapai kualitas hidup pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Permana, (2014) mendapatkan rasionalitas penggunaan obat antihipertensi yang rasional akan menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik namun belum mencapai target tekanan darah. Penelitian lainnya menyatakan bahwa kepatuhan dan pola pengobatan berpengaruh terhadap hasil terapi pasien hipertensi yaitu penurunan tekanan darah sitolik dan diastolik (Chusna, 2014). Gumi dkk., (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dari 35 subjek penelitian, terdapat 31 subjek penelitian yang secara nyata atau berpotensi mengalami DPRs. Ada atau tidaknya penyebab DRPs tidak menyebabkan adanya perbedaan yang bermakna pada tekanan darah sistolik yang dihasilkan secara statistik pada kurun waktu 10-15 hari dan 30-45 hari. Namun, jika dilihat secara klinik dari rerata dan median perubahan tekanan darah sistolik pada pasien yang tidak mengalami penyebab DRPs dihasilkan penurunan tekanan darah 20 mmHg, dimana nilai ini lebih besar dari tekanan darah sistolik yang dipilih dalam percobaan terkontrol untuk mewakili tekanan darah sistolik yang menentukan kemanjuran terapi obat dan mengurangi angka penyakit kardiovaskular yaitu 12 mmHg (Ogden dkk., 2000). Hasil penelitian Chiburdanidze, (2013) menyatakan terdapat 18,18% pasien hipertensi dan 2,02% pasien hipertensi dengan komplikasi mengalami ketidaktepatan pemilihan obat antihipertensi sehingga keberhasilan terapi tidak tercapai. Setiap peresepan obat perlu dipertimbangkan mengenai karakter dan kondisi setiap pasien, hal ini berkaitan dengan ketepatan pemilihan obat bertujuan 5 agar penggunaan obat sebagai tanggung jawab bersama dalam menghasilkan outcome yang optimal (Kabo, 2011; Kusumadewi dkk., 2011). Oleh karena itu, apabila terjadi ketidaktepatan pemilihan obat maka dapat digolongan sebagai salah satu DRPs yang berpotensi dalam kegagalan terapi serta timbulnya efek yang tidak diinginkan. Kejadian DRPs berpotensi terhadap kegagalan terapi dan merupakan kejadian yang tidak diharapkan yang dialami oleh pasien akibat atau diduga akibat terapi obat dan secara aktual atau potensial mengganggu outcome terapi yang diharapkan (Cipolle dkk., 2004). Tingginya prevalensi hipertensi serta risiko kejadian DRPs yang dapat berefek pada outcome terapi maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara DRPs dan capaian terapi pada pasien hipertensi. Karena penurunan tekanan darah dapat dilihat sebagai salah satu parameter primer untuk menentukan keberhasilan terapi hipertensi dan sebagai panduan pengobatan yang baik (Calhoun dkk., 2008). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: 1. Seperti apa profil DRPs pada pasien hipertensi di Puskesmas Kota Yogyakarta? 2. Apakah terdapat hubungan antara DRPs dan capaian target terapi hipertensi di Puskesmas Kota Yogyakarta? 6 C. Keaslian Penelitian Penelitian kajian DRPs pada pasien hipertensi pernah dilakukan sebelumnya, antara lain tersaji pada tabel 1. Penelitian dengan judul Hubungan Antara Drug Related Problems (DRPs) dan Capaian Target Terapi Hipertensi di Puskesmas Kota Yogyakarta, berbeda dengan penelitian – penelitian sebelumnya, yaitu penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cohort dengan pengumpulan data secara retrospektif yang bertujuan mengetahui profil kejadian DRPs dan mengetahui hubungan antara DRPs dan capaian target terapi hipertensi. Subjek penelitian yang digunakan adalah pasien jaminan kesehatan BPJS yang berobat rawat jalan dengan diagnosis hipertensi di Puskesmas Kota Yogyakarta. Waktu dan tempat penelitian ini juga berbeda dengan penelitian yang telah ada yaitu penelitian dilakukan pada bulan Januari - Agustus 2015 di beberapa Puskesmas Kota Yogyakarta yaitu Puskesmas Mergangsan, Puskesmas Jetis dan Puskesmas Tegal Rejo. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas dan segenap tenaga kesehatan yang bertugas, khususnya farmasis diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai DRPs pada pasien hipertensi sehingga dapat memberikan perhatian khusus pada pasien yang memiliki risiko terjadinya DRPs, dapat menghindari kejadian DRPs dan meningkatkan terapi yang tepat untuk mencapai hasil yang diharapkan. 7 2. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan pelajaran akan pentingnya peran farmasis dalam mengevaluasi dan mengidentifikasi pengobatan pasien sehingga tercapai keberhasilan terapi. E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1. Mengetahui profil kejadian DRPs yang terjadi pada pasien hipertensi di Puskesmas Kota Yogyakarta. 2. Mengetahui hubungan antara DRPs dan capaian target terapi hipertensi di Puskesmas Kota Yogyakarta. Tabel 1. Penelitian yang pernah dilakukan tentang DRPs Nama dan Tahun Gumi dkk., (2013) Judul Identifikasi Drug related problems Pada Penanganan Pasien Hipertensi di UPT Puskesmas Jembrana Metode dan Subjek Rancangan penelitian deskriptif observasional, pengambilan data secara prospektif. Subjek: pasien BPJS rawat jalan, usia >18 tahun. Niquille dan Bugnon, (2010) Relationship Between DrugRelated Problems and Health Outcomes: a crosssectional study among cardiovascular patients Permana, (2014) Rasionalitas Penggunaan Obat Antihipertensi dan Outcome Terapi pada Pasien Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta Rancangan penelitian cross sectional. Subjek: pasien kardiovaskuler (56-75 tahun) rawat jalan. Identifikasi DRPs oleh Apoteker untuk mengevaluasi kebutuhan praktek farmasi kolaboratif untuk mencapai hasil ekonomi, klinis dan humanistik. Penelitian observasional deskriptif analitik secara prospektif. Sampel: 67 pasien hipertensi dievaluasi kerasionalitasannya dan dilihat outcome terapi pencapaian tekanan darah. Hasil Penelitian dan Kesimpulan DRPs efektivitas terapi (100%), pemilihan obat (24,44%), pemilihan dosis (26,67%), pasien (46,67%) dan penyebab yang tidak jelas (2,22%). Terdapat hubungan antara penyebab DRPs terhadap perubahan terapi. Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara kelompok pasien dengan jumlah penyebab DRPs 0, 1, 2, dan 3 terhadap tekanan darah sistolik yang dihasilkan pada kurun waktu 10-15 hari dan 30-45 hari. 91% pasien mengalami DRPs. Pada pasien yang tidak mengalami DRPs, kemungkinan pencapaian target terapi lebih tinggi, kualitas hidup lebih baik dan biaya perawatan lebih rendah. Hasil penelitian: 67 pasien memenuhi kriteria rasional tepat indikasi (100%), tepat obat 67 pasien (100%), tepat pasien 67 pasien (100%), tepat dosis 65 pasien (97,1%) dan efek samping 8 pasien (11,9%). Pola penggunaan obat 33 pasien (49,25%) dengan antihipertensi tunggal, 28 pasien (41,79%) dengan kombinasi 2 obat antihipertensi dan 6 pasien (8,96%) kombinasi 3 obat antihipertensi. Outcome terapi pencapaian target tekanan darah sistolik 10 pasien dengan antihipertensi tunggal dan 11 pasien dengan antihipertensi kombinasi. Pencapaian target tekanan darah diastolik 18 pasien dengan obat tunggal dan 14 pasien dengan kombinasi. 8 Tabel 1. Lanjutan Nama dan Tahun (Gastelurrutia dkk., 2011) (Chiburdanidze, 2013) Judul Negative Clinical Outcomes Associated With Drug-Related Problems in Heart Failure (HF) Outpatients: Impact of a Pharmacist in a Multidisciplinary HF Clinic Evaluasi Ketepatan Pemilihan Obat Dan Outcome Terapi Pada Pasien Hipertensi Rawat jalan Di Rumah Sakit “A” Tahun 2013 Metode dan Subjek Desain penelitian deskriptif analisis. Subjek: pasien rawat jalan poliklinik jantung Rumah Sakit Universitas di Barcelonabulan Oktober 2008 – April 2009 Hasil Penelitian dan Kesimpulan Metodologi yang digunakan dalam penelitian difokuskan pada outcome klinis negatif, sehingga DRPs dianggap sebagai penyebab potensial terjadinya DNOs (Drug Negative Outcomes). Hasil penelitian menunjukkan 45% masalah kesehatan yang menyebabkan DNOs adalah dibutuhkan terapi obat, 24% kurang dosis, 33,5% penggunaan obat yang tidak aman untuk pasien dan 30% obat tidak efektif. Desain penelitian cross sectional dan analisis data secara deskriptif dengan teknik pengambilan sampel non probability purposive sampling. Subjek pasien rawat jalan yang didiagnosis hipertensi dengan atau tanpa penyakit penyerta, bukan pasien baru. Hasil penelitian menunjukkan pengobatan dengan tepat dan terapinya berhasil adalah 38,38% pada pasien hipertensi dan 4,04% pada pasien hipertensi dengan komplikasi. Sedangkan 12,12% pasien hipertensi dan 6,06% pasien hipertensi dengan komplikasi mendapatkan obat anti hipertensi yang tidak tepat dan mengalami keberhasilan terapi. Sebanyak 16,16% pasien hipertensi dan 3,03% pasien hipertensi dengan komplikasi mendapatkan pengobatan dengan tepat, namun tekanan darahnya tidak mencapai target terapi hipertensi. Pemilihan obat anti hipertensi yang tidak tepat dan pasien hipertensi tidak mengalami keberhasilan terapi adalah 18,18% pasien hipertensi dan 2,02% pasien hipertensi dengan komplikasi. 9