BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses

advertisement
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses merger dan akuisisi merupakan proses yang lazim dilakukan dalam praktek
bisnis saat ini. Dalam proses tersebut para pengambil keputusan mendasari tindakannya
dengan berbagai alasan, diantaranya untuk mengembangkan usaha, mengejar
pertumbuhan usaha, mendapatkan akses ke wilayah atau industri tertentu, dan banyak
alasan lainnya. Dalam prosesnya akuisisi bisa dilakukan secara bersahabat atau secara
paksa. Namun bisa disimpulkan bahwa setiap akuisisi selalu memiliki tujuan
1.1.1
Sejarah Singkat PT Intraco Penta, Tbk
Perseroan didirikan pada tahun 1970 dengan nama UD Intraco yang merupakan
usaha dagang di bidang perdagangan suku cadang. Pada tahun 1975 resmi menjadi
perseroan terbatas PT Intraco Penta. Perseroan baru memulai usaha di bidang distibusi
alat berat pada tahun 1982 ketika ditunjuk sebagai penyalur dari NV PD Pamitran yang
merupakan distributor alat-alat berat merek Clark dan P&H.
Alat berat yang
diperdagangkan bertambah ketika tahun 1984 juga menjadi agen truk Renault.
Setelah dua puluh tahun berdiri, eksistensinya sebagai penyalur peralatan berat
semakin kokoh karena produk yang didistribusikannya bertambah yaitu traktor pertanian
merek Lamborghini dan Bell (cane loader dan ultra logger).
Pada tahun 1992 atau setelah sepuluh tahun menjadi agen dari NV PD Pamitran,
justru perseroan mengakuisisi NV PD Pamitran beserta seluruh mereknya pada saat itu
1
yaitu VME, P&H/PPM, Bobcat. Tahun 1993 perseroan tercatat di Bursa Efek Jakarta,
tepatnya pada tanggal 30 Juni 2003 dengan menerbitkan 29 juta saham dan mendapatkan
dana sebesar Rp 29 milyar.
Dalam rangka mewujudkan visi strategisnya sebagai total solution provider, pada
tahun 2003 perseroan mengakuisisi perusahaan multi finance, yaitu PT Intan Baruprana
Finance, kemudian anak perusahaan ini fokus pada pembiayaan alat-alat berat.
Sebelumnya pada tahun 2001 perseroan mulai mengimplementasikan enterprise resource
planning dengan memakai SAP sebagai integrated systemnya.
Pada tahun 2008, perseroan mencatat pendapatan diatas Rp 1 trilyun, dan
pencapaian ini berlanjut sampai saat ini.
Saat ini perseroan memiliki cabang, perwakilan, dan proyek sebanyak 33 di
seluruh Indonesia.
Produk andalan saat ini adalah Volvo yang memiliki kontribusi pendapatan diatas
75%. Sedangkan sektor-sektor bisnis yang memiliki kontribusi utama adalah sektor
pertambangan (76%), kehutanan, infrastruktur, agrobisnis, dan lainnya.
Berdasarkan segmen produknya, pada tahun 2009, kontribusi terbesar adalah dari
penjualan alat berat (61.4%), diikuti penjualan suku cadang (30.4%), jasa perbaikan dan
sewa (5.6%), sedangkan konribusi pembiayaan masih 2.4%.
1.1.2
Sejarah Singkat PT Terrafactor Indonesia
PT. Terra Factor Indonesia didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan
Terbatas PT. Intraco Duta Indonesia No. 247 tanggal 24 Januari 1986 yang dibuat
dihadapan Misahardi Wilamarta, .H., Notaris di Jakarta, Akta ini telah disahkan dengan
2
Keputusan Menteri Kehakiman Republik
Indonesia No. C2- 3446-HT.01.01.TH86
tanggal 7 Mei 1986, didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 17 Mei 1986
dibawah No. 1125/1986, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
pada tanggal 28 Oktober 2003 No. 86, Tambahan Berita Negara RI No. 10654.
Nama Perusahaan kemudian diubah menjadi PT Terra Factor Indonesia
berdasarkan Akta Berita Acara Nomor 38 Tanggal 23 April 2001 yang dibuat oleh H.
Zaini Zein, S.H., Notaris di Jakarta dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan
HAM RI Nomor C-00966 HT.01.04.TH.2001 Tanggal 21 Mei 2001. Anggaran Dasar
Terrafactor telah beberapa kali mengalami perubahan, dan perubahan yang terakhir
adalah Akta Pernyataan Keputusan Rapat PT. Terra Factor Indonesia No.23 tanggal 23
April 2008, dibuat dihadapan Nelson Eddy
Tampubolon,SH. Notaris di Jakarta, telah
memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor AHU-39356.01.02 Tahun 2008 tanggal 8 Juli 2008.
Sesuai dengan Anggaran Dasar, Terrafactor menjalankan kegiatan usaha dalam
bidang industri terutama pada industri alat-alat berat, yaitu dalam bidang rental alat berat
terutama untuk keperluan pertambangan batubara, nickel, minyak dan gas, perkebunan
serta infrastruktur. Selain memberikan layanan rental standar dengan periode kontrak
minimal 6 bulan, Terrafactor
juga menawarkan berbagai fleksibilitas dalam skema
rental, yaitu rent to purchase dalam jangka waktu 24 bulan, rent with option to purchase
dalam jangka waktu 24 bulan, serta rental with full maintenance contract. Dalam
menjalankan
kegiatan
operasionalnya,
Terrafactor
didukung
dengan
adanya
perlengkapan alat-alat berat dengan merek ternama, antara lain Volvo (ADT, excavator,
wheel loader, motor grader), Ingersoll Rand’s (compactor, lighting tower), Terex
3
(Crane), Kobelco (Crane), Mack (oilfield tandem truck), Mitsubishi (vacuum truck),
Renault (dump truck) dan Komatsu (bulldozer dan excavator).
1.1.3 Corporate Value
Perseroan dalam menjalankan usaha menerapkan system tata nilai yang mendasari
semua sikap dan kinerja semua jajaran. Sistem nilai itu disebut sebagai INTAces, yang
mana penamaan itu merupakan kombinasi dari INTA, yang merupakan singkatan baku
nama perusahaan di bursa efek, dan Aces, yang berarti menang, sedangkan huruf A
terakhir dari INTA dan huruf pertama dari Aces dipakai bersama, membentuk INTAces.
Sedangkan CES sendiri merupakan singkatan dari Care, Excellence, dan Synergi. Selain
menjadikan Care, Excellence, dan Synerfy sebagai pedoman berperilaku, perseroan juga
mengemban moto no limits to caring atau diartikan sebagai kepedulian tanpa batas.
1.1.4
Akuisisi PT Terrafactor Indonesia oleh PT Intraco Penta, Tbk.
Pada tanggal 31 Maret 2010, PT Intraco Penta, Tbk melakukan akuisisi terhadap
PT Terrafactor Indonesia dan PT Colombia Chrome Indonesia, yang mana kedua
perusahaan tersebut memiliki hubungan istimewa dengan PT Intraco Penta. Nilai akuisisi
tersebut sebagaimana dilaporkan dalam press release adalah Rp 170 milyar rupiah.
Manajemen PT Intracco Penta, Tbk dalam urainnya menjelaskan bahwa langkah akuisisi
tersebut dilakukan dalam rangka mengembangkan usaha, hal ini karena sektor bisnis
yang masing-masing perusahaan lakukan merupakan bentuk komplementer (saling
melengkapi). INTA merupakan perusahaan disribusi alat berat yang menyediakan alatalat berat beserta pelayanan purna jual, baik itu suku cadang dan jasa perbaikan,
4
sedangkan TERRA merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penyewaan alat
berat, jual beli alat berat bekas, dan tukar tambah alat berat, sehingga untuk setiap
kebutuhan alat berat Terra bisa dilayani oleh INTA, dan TERRA bisa mengelola alat
berat bekas bila INTA melakukan transaksi tukar alat. Sedangkan PT Colombia Chrome
Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur.
Dasar hukum proses akuisisi terhadap TERRA dan CCI berbeda didasarkan atas
nilai transaksinya.
Akuisisi terhadap TERRA merupakan Transaksi Material
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (BAPEPAM LK) Nomor IX.E.2, Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM LK
Nomor KEP-413/BL/2009 Tanggal 25 Nopember 2009 Mengenai Transaksi Material dan
Perubahan Kegiatan Usaha Utama, hal terpenting dalam peraturan ini adalah proses
akuisisi harus terlebih dahulu mendapat persetujuan RUPS. Persetujuan RUPS ini
dibutuhkan karena transaksi material sangat berpengaruh pada kinerja perseroan yang
pada akhirnya dapat mempengaruhi harga efek dan keputusan investasi pemodal. Adapun
batasan transaksi material adalah transaksi yang nilainya lebih dari 10% pendapatan atau
20% ekuitas.
Sedangkan akuisisi terhadap CCI dikategorikan sebagai Transaksi Afiliasi
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan BAPEPAM LK Nomor IX.E.1, Lampiran
Keputusan Ketua BAPEPAM LK Nomor KEP-412/BL/2009 Tanggal 25 Nopember 2009
Mengenai Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu.
1.1.5
Hubungan Istimewa Antara PT Intraco Penta, Tbk dengan PT Terrafactor
Indonesia
5
Hubungan antara PT INTA dengan TERRA dikategorikan sebagai hubungan
istimewa karena adanya kepemilikan saham mayoritas anggota manajemen INTA di
TERRA. Sebagaimana Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 7 tentang
Pengungkapan Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa disetujui dalam Rapat
Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan
oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994, maka
keseluruhan proses transaksi antara pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa harus
diungkap. Dalam tabel daftar kepemilikan saham anggota menajemen INTA di TERRA
sebelum dan sesudah akuisisi terlihat bahwa ada 3 (tiga) anggota manajemen INTA yang
memiliki mayoritas saham di TERRA.
Tabel 1.1 Daftar kepemilikan saham anggota manajemen INTA di Terra sebelum akuisisi
Pemilik
A
B
C
Perusahaan
Intraco Penta
TERRA
Intraco Penta
TERRA
Intraco Penta
TERRA
Jumlah Saham
10,221,500
750
9,092,000
1,000
2,362,500
750
Nilai
2,555,375,000
375,000,000
2,273,000,000
500,000,000
590,625,000
375,000,000
Persentase
2.70%
30%
2.10%
40%
0.66%
30%
Tabel 1.2 Daftar kepemilikan saham INTA di Terra setelah akuisisi
Pemilik
INTA
Lainnya
Jumlah Saham
2,291
209
Nilai
1,145,500,000
104,500,000
Persentase
91.64%
8.36%
Bila didefinisikan hubungan istimewa tersebut sebagai pihak yang mempunyai
kemampuan utk mengen-dalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas
pihak dalam pengambilan keputusan keuangan dan operasional melalui kepemilikan
langsung melalui anak perusahaan dengan lebih dari setengah hak suara, atau
6
kepentingan substansial dlm hak suara dan kekuasaan untuk mengarahkan kebijakan
keuangan dan operasi manajemen berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian.
1.1.6
Perumusan Masalah
Sesuai Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 komposisi kepemilikan saham Tera sebelum dan sesudah
akuisisi, jelas terlihat bahwa pemegang saham mayoritas Tera adalah anggota manajemen
INTA dan juga pemegang saham INTA. Ketiga anggota board of director INTA tersebut
selaku pribadi memiliki 5.46% total saham INTA dan memiliki 100% saham Tera.
Selain itu mekanisme akuisisi dilakukan dengan debt swap to equity atau pengalihan
hutang menjadi penyertaan modal, dalam hal ini hutang-hutang Tera kepada INTA
dikonversi menjadi penyertaan saham INTA pada Tera.
Hal lain adalah fakta bahwa INTA merupakan perusahaan publik yang terikat pada
seluruh ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.
Namun demikian, proses akuisisi sudah terjadi dan berjalan dengan baik, dengan
demikian tinjuan hukum dan peraturan atas mekanisme akuisisi ini menjadi tidak relevan,
yang masih relevan adalah menemukan latar belakang akuisisi ini, dengan demikian
permasalahan yang akan diperjelas adalah menemukan latar belakang akuisisi ini melalui
evaluasi kinerja keuangan sebelum dan pada saat akuisisi.
1.2
Tujuan Penelitian
Memperhatikan bahwa akuisisi ini merupakan transaksi material, maka meninjau dampak
akuisisi terhadap kinerja keuangan penting dilakukan, terlebih bahwa perusahaan yang
7
diakuisisi memiliki hubungan istimewa melalui kepemilikan saham anggota manajemen
dan duduknya anggota manajemen di anak perusahaan yang diakuisisi.
1.2.4
Evaluasi dampak Akusisi PT Intraco Penta, Tbk atas PT Terrafactor yang
memiliki hubungan istimewa terhadap kinerja keuangan PT Intraco Penta,
Tbk
Penulisan ini akan menitikberatkan pada evaluasi dampak akuisisi terhadap
kinerja keuangan dengan menganalisa laporan keungan yang diterbitkan sebelum, pada
saat akuisisi, dan sesudah akuisisi.
Namun demikian dalam prosesnya juga akan
memanfaatkan laporan keuangan periode-periode sebelumnya. Melalui evaluasi terhadap
kinerja keuangan bisa diketahui apakah dampak akuisisi ini meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan konsolidasi atau justru membebani.
Yang menjadikan penulisan ini unik adalah adanya hubungan istimewa antara
perusahaan yang mengakuisisi dan perusahaan yang diakuisisi.
Kepemilikan saham
anggota manajemen perusahaan yang mengakuisisi pada perusahaan yang diakuisisi bisa
menjadi penelitian menarik menganai latar belakang dari pengambilan keputusan untuk
melakukan akuisisi.
1.2.5
Evaluasi dampak Akusisi PT Intraco Penta, Tbk atas PT Terrafactor yang
memiliki hubungan istimewa terhadap harga saham PT Intraco Penta, Tbk
Selain mengevaluasi dampak kinerja keuangan sebagai akibat akuisisi ini, tujuan
penulisan ini adalah untuk mengevaluasi dampak akuisisi terhadap kinerja saham emiten
di pasar modal.
Proses akuisisi bisa merupakan corporate action yang memberikan
8
sentiment negatif terhadap pasar dan sebaliknya yang ditentukan bagimana pasar menilai
apakah akuisisi ini meningkatkan nilai perusahaan atau sebaliknya.
Harga saham INTA di pasar saham mengalami lonjakan drastic pada saat akuisisi
diumumkan, naik sampai 15% dalam sehari. Namun demikian perlu dievaluasi dan
dikaitkan dengan kinerja keuangan.
Akhirnya akan dievaluasi apakah dampak akuisisi yang mendorong harga saham
naik juga diikuti dengan peningkatan kinerja keuangannya.
9
Download