6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Massa Komunikasi communication” massa sebagai berasal dari kependekan dari bahasa mass Inggris yaitu, “mass media communication (komunikasi media massa), artinya komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi mass mediated. 1 Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio dan televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik). 2 Definisi komunikasi massa menurut Bittner“ Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people” (komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang). 3 Rakhmat merangkum definisi-definisi komunikasi massa tersebut menjadi: “komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada 1 Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan praktek. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2006. Hal 20 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2005. Hal 75 3 Jalaludin Rakhman. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2005. Hal 188 2 sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.4 2.1.2. Fungsi Komunikasi Massa 1. Surveillance (Pengawasan), fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama, pertama yaitu: warning or beware surveillance (pengawasan peringatan) yang terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung berapi, dan sebagainya. Yang kedua instrumental surveillance (pengawasan instrumental) adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. 2. Interpretation (penafsiran), fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwaperistiwa yang dimuat atau ditayangkan. 3. Linkage (Pertalian), masyarakat media massa dapat menyatukan anggota yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. 4 Lukianto Komala E & Elvinaro Ardianto. Komunikasi massa: suatu pengantar. Simbiosa Rekatama Media. Bandung. 2005. Hal 3-7 7 Kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan yang sama tetapi terpisah secara geografis dipertalikan atau dihubungkan oleh media. 4. Transmission of Values (Penyebaran Nilai-Nilai), fungsi ini juga disebut socialization (sosialisasi) yang mengacu kepada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Di antara semua media massa, televisi sangat berpotensi untuk terjadinya sosialisasi (penyebaran nilainilai). Entertainment (hiburan), fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur tiada lain tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak. 5 2.2. Iklan Televisi Iklan dapat didefinisikan sebagai “any paid form of nonpersonal communication about an organization, product, service, or idea by an identified sponsor” (setiap bentuk komunikasi nonpersonal mengenai organisasi, produk, servis, atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang diketahui). Iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling dikenal dan paling banyak dibahas orang, hal ini kemungkinan karena daya jangkauan nya yang luas 6 . Periklanan menurut Jefkins adalah pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial atau produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya 7 . 5 Lukianto Komala E & Elvinaro Ardianto. Komunikasi massa: suatu pengantar. Simbiosa Rekatama Media. Bandung. 2005. Hal 6‐19 6 Morissan. Periklanan Komunikasi Terpadu. Kencana.Jakarta.2010. hal 17-18 7 Frank Jefkins, Periklanan. Erlangga. Jakarta. 1997. Hal 5 8 Iklan televisi telah menciptakan karakteristiknya sendiri, dan memiliki operah sabunnya sendiri. Semua itu menambah daya pengulangan dan kesinambungan pengaruhnya sebagai bentuk media iklan. 8 Luasnya masyarakat yang dapat dijangkau oleh televisi kadang-kadang menyebabkan penyiaran bersifat umum dan menjemukan. Oleh karena itu segmentasi pasar suatu stasiun televisi terbagi menurut rubrik yang disiarkan. 9 Televisi sebagai media beriklan tentunya saja memiliki kekuatan serta kelemahan nya. Televisi memiliki kekuatan dibandingkan dengan jenis media lainnya yaitu: 10 a. Daya jangkau luas Penetrasi televise dewasa ini sudah sangat luas, khususnya televisi yang bersiaran secara nasional. Daya jangkau siaran yang luas ini memungkinkan pemasar memperkenalkan dan mempromosikan produk barunya secara serentak dalam wilayah yang luas bahkan ke suluruh wilayah suatu Negara. Karena kemampuannya menjangkau khalayak dalam jumlah besar, maka televisi menjadi media ideal untuk mengiklankan produk konsumsi missal, yaitu barang-barang yang menjadi kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman, perlengkapan mandi, pembersih, kosmetik, obat-obatan dan sebagainya. b. Selektivitas dan Fleksebilitas 8 Ibid. Frank Jefkins. Hal 109 Rhenald Kasali. Manajemen Periklanan. PT Pustaka Utama Grafiti. Jakarta. 1992. Hal 120 10 Ibid 9 9 Televis sering dianggap sebagai media yang tidak selektif dalam menjangkau khalayaknya sehingga sering dianggap sebagai media lebih cocok untuk produk konsumsi missal. Televisi dianggap sebagai media yang sulit untuk menjangkau segmen khalayak yang khusus atau tertentu. Namun sebenarnya televisi dapat menjangkau khalayah yang khusus tersebut karena adanya variasi komposisi khalayak sebagai hasil dari isi program, waktu siaran, cakupan geografis siara televisi. Televise juga menawarkan fleksebilitas nya dalam hal khalayak yang dituju. Dengan demikian iklan televisi memiliki flekseibelitas yang memungkinkan penyesuaian terhadap kebutuhan dan kepentingan khusus. c. Fokus perhatian Iklan televisi akan selalu menjadi pusat perhatian khalayak pada saat iklan tersebut ditayangkan. Perhatian khalayak akan tertuju hanya kepada iklan yang ditayangkan muncul di layar televisi, tidak kepada hal-hal lain. d. Kreativitas dan efek Televisi merupaka media yang paling efektif karena dapat menunjukan cara bekerja suatu produk pada saat digunakan. Iklan yang disiarkan ditelevisi dapat menggunakan kekuatan personalitas manusia untuk mempromosikan produknya. Cara seseorang berbicara dan bahasa tubuh yang ditujukannya dapat membujuk khalayak untuk membeli produk yang diiklankan tersebut. 10 e. Prestise Perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi biasnya akan menjadi sangat dikenal orang. Baik perusahaan yang memproduksi barang tersebut maupun barang nya itu sendiri akan menerima status khusus dari khalayak. Dengan kata lain produk tersebut mendapatkan prestise tersendiri. f. Waktu tertentu Suatu produk dapat diiklankan di televisi dalam waktu-waktu tertentu ketika pembeli potensialnya berada didepan televisi. Dengan demikian pemasang iklan akan menghindari waktu-waktu tertentu pada saat target konsumen mereka tidak menonton televisi. Jika iklan televisi begitu berpengaruh, bahkan terkesan media iklan yang paling afektif. Selain memiliki kekuatan tentu saja iklan televisi memiliki kelemahan-kelemahan diantaranya: 11 a) Biaya mahal Walupun televisi diakui sebagai media yang efisien dalam menjangkau khalayaknya dalam jumlah besar namun televisi merupaka media yang paling mahal untuk beriklan. Biaya iklan televisi yang mahal ini tidak saja disebabkan tarif penayangan iklan yang mahal, tetapi juga biaya produksi iklan berkualitas yang juga mahal. 11 Ibid, hal 11 b) Informasi terbatas Dengan durasi iklan yang rata-rata bhanya 30 detik dalam sekali tayang, maka pemasang iklan tidak memiliki cukup waktu untuk secara leluasa memberikan informasi yang lengkap. Siaran iklan tidak menyediakan cukup waktu untuk menyampaikan seluruh informasi tentang produk yang dipromosikan. c) Selektivitas terbatas Walaupun televisi menyediakan selektivitas khayalak melalui programprogram yang ditayangkannya dan juga melalui waktu siarannya namun iklan televisi bukanlah pilihan yang paling tepat bagi pemasang iklan yang ingin membidik konsumennya yang sangat khusus atau spesifik yang jumlahnya relatif sedikit. d) Penghindaran Kelemahan lain siaran iklan televisi adalah kecenderungan khalayak untuk menghindari pada saat iklan ditayangkan. Penelitian menunjukan bahwa khalayak televisi menggunakan kesempatan penayangan iklan untuk melakukan pekerjaan lain. e) Tempat terbatas Tidak seperti media cetak, stasiun televisi tidak dapat seenaknya memperpanjang waktu siaran iklan dalam suatu program. Iklan televisi 12 tidak dapat memperpanjang waktu siaran iklan tanpa mengorbankan waktu penayangan program. 12 2.3. Tanda dan Makna dalam Iklan Para pembuat iklan dan produsen mengharapkan khalayak dapat memiliki makna yang sama dengan apa yang hendak disampaikan oleh pembuat iklan dan dan produsen. Oleh karena itu penggunaan tanda, symbol dan lambang dalam iklan tidak bisa sembarangan karena dapat menimbulkan kesalahpahaman penafsiran dari khalayak, dan jika itu terjadi kemungkinan suatu citra produk akan rusak dan khalayak tidak memiliki minat untuk menggunakannya dan ini merupakan masalah besar bagi produsen. Iklan tidak mengklaim bahwa mereka menggambarkan realitas apa adanya, tetapi realitas yang seharusnya dengan berusaha menyamai atau melebihi nilai kehidupan. Iklan menghadirkan karakter-karakter hanya sebagai penggambaran dari kategori-kategori sosial yang lebih besar. 13 Iklan sebagai sebuah teks adalah sistem tanda yang teroganisir menurut kode-kode yang merefleksikan nilai-nilai tertentu, sikap dan juga keyakinan tertentu. Setiap pesan dalam iklan memiliki dua tingkatan makna, yaitu makna yang dinyatakan secara eksplisit di permukaan iklan dan makna yang dikemukakan secara implisit dibalik permukaan tampilan iklan. Butuh berbagai 12 Morissan. Periklanan Komunikasi Terpadu. Kencana.Jakarta.2010. hal 240-246 Ratna Noviani, Jalan Tengah Memahami Iklan ; Antara Realitas, Representasi, dan stimulasi, Yogyakarta, 2002, Hal. 61 13 13 teori, metode dan pemahaman untuk memaknai pesan yang tergambarkan didalam iklan. Penggunaan tanda merupakan unsur dasar semiotika dan komunikasi dimana segala sesuatu yang mengandung makna, yang mempunyai dua unsur yaitu penanda (bentuk) dan petanda (makna) 14 . Pada dasarnya model makna memiliki bentuk secara luas mirip. “Masing-masing memperhatikan tiga unsur itu tersebut, yaitu tanda, Acuan, dan penggunaan tanda. Maksudnya, tanda adalah suatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsikan indra kita, tanda yang mengacu pada sesuatu diluar tanda itu sendiri dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda”. 15 Tanda (sign) adalah basis atau dasar dari seluruh komunikasi, pernyataan ini berasal dari pakar komunikasi Littlejohn yang terkenal dengan bukunya Theories On Human Behavior (1996), menurutnya “manusia dengan perantara tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya dari banyak hal yang bisa dikomunikasikan di dunia ini”. 16 Tanda adalah sesuatu yang berdiri atas sesuatu yang lain. Tanda mempunyai dua dimensi, pertama yaitu ekspresi ini merupakan bentuk fisik tanda atau tanda itu sendiri. Contohnya simbol, kata-kata, rambu lalu lintas. Yang kedua yaitu dimensi ini merupakan dimensi isi yang berarti isi dari tanda atau yang ditandai oleh suatu tanda dengan kata lain isi adalah makna dari tanda itu sendiri. 14 Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika, Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, Yogyakarta, 2003, Hal. 21 15 John Fiske, Cultural and Communications Studies ,Jakarta, 1998, Hal. 61 16 Indiawan Seto, Semiotika (Aplikasi peraktis bagi penelitian dan penulisan skripsi Ilmu Komunikasi), Fakultas Ilmu Komunikasi, Jakarta, 2006, Hal. 17 14 Tanda yang terdapat dalam iklan merupakan suatu bentuk pesan yang disampaikan oleh pengiklan kepada penonton dengan maksud agar tanda yang disampaikan berupa gambar dan kata-kata dapat mempersuasif dan menarik perhatian penonton. Penggunaan gambar atau story board dan kata-kata dalam iklan merupakan tanda yang memiliki makna yang mendalam dari pesan yang sudah diubah menjadi bentuk story board. Yang mana caerita tersebut merupakan realitas kehidupan sosial sehari-hari yang diaplikasikan kedalam bentuk audio dan visual. Jenis tanda dalam iklan bisa juga dikenali melalui klasifikasi tanda yang dikemukakan oleh Charles Peirce berdasarkan hubungan antara objek yang ditunjukan dan tanda, yaitu: 1. Ikon adalah yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan 2. Indeks merupaka tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan apa yang diwakilinya. 3. Simbol merupakan tanda yang berdasarkan konvensi, peraturan atau perjanjian yang disepakati bersama. Ikon, indeks, dan simbol merupakan perangkat hubungan antara dasar represetament (bentuk), objek (referent), dan konsep (interpretant atau referens). Bentuk biasanya menimbulkan persepsi dan setelah dihubungkan 15 dengan objek akan menimbulkan interpretant. Proses ini merupakan proses kognitif dan terjadinya memahami pesan iklan. 2.4.Semiotika Sebagai Metode Analisis Tanda dalam Iklan Menurut Eco, 1979:16 dalam Anlisis Teks media, secara entimologis istilah semiotic berasal dari bahasa yunani semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya. Secara terminologis semiotic dapat diartikan sebagai ilmu yang memepelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. 17 Sedangkan definisi semiotika menurut Van Zoest: “ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan menerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya”. Semiotika dalam situ ensiklopedia bebas “Wikipedia” diartikan sebagai berikut: “Semiotics, semiotic studies, or semiology is the study of sign processes (semiosis), or signification dan communication, sign, dan symbols, both individually and grouped into sign system. It includes the study of how meaning is constructed and understood” 17 Alex Sobur. Analisis Teks media. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2012. Hal 95 16 “Semiotika, studi semiotika, atau semiologi adalah studi tentang proses tanda (semiosis), atau signifikasi dan komunikasi, tanda-tanda dan simbol-simbol, baik secara individu maupun kelompok menjadi suatu system tanda. Termasuk studi tentang bagaimana arti dibangun dan dimengerti. 18 Menurut Ferdinand de Saussure, dikutib dari buku Marcel Danesi, semiotika adalah ilmu yang memepelajari kehidupan tanda-tanda dalam masyarakat dapat dibayangkan ada. Ia akan menjadi bagian dari psikologi sosial dan karenanya juga bagian dari psikologi umum. Semiologi akan menunjukan halhal yang membangun tanda-tanda dan hukum-hukum yang mengaturnya. 19 Berkenaan dengan studi semiotika, pada dasarnya pusat perhatian pendekatan semiotika adalah pada tanda. Menurut John Fiske 20 terdapat tiga area penting dalam studi semiotika, yakni 1. Tanda itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan beragam tanda yang berbeda, seperti mengantarkan makna serta cara menghubungkannya dengan orang yang menggunakannya. Tanda adalah buatan manusia dan hanya dapat dimengerti oleh orang-orang yang menggunakannya. 2. Kode atau sistem dimana lambing-lambang disusun. Studi ini meliputi bagaimana beragam kode yang berbeda dibangun untuk mempertemukan dengan kebutuhan masyarakat dalam kebudayaan. 3. Kebudayaan di mana kode dan lambing itu beroperasi. 18 http/en.wikipedia.org/wiki/semiotic Marcel Danesi. Pesan, Tanda, dan Makna. Jalasutra. Yogyakarta. 2011. Hal 5 20 Ibid. Hal 88 19 17 Semiotik digunakan sebagai pendekatan untuk menganalisis teks media dan asumsi bahwa media itu sendiri dikomunikasikan melalui seperangkat tanda. Teks media yang tersusun atas seperangkat tanda tersebut tidak pernah membawa makna tunggak. Kenyataannya, teks media selalu memiliki ideology dominan yang terbentuk melalui tanda tersebut. hal ini menyebutkan bahwa teks media membawa kepentingan-kepentingan tertentu juga keselahan-kesalahan tertentu yang lebih luas dan kompleks. 2.5.Teori Semiotika Charles Sanders Peirce Untuk menjawab masalah penelitian, menggunakan analisis semiotika yaitu ilmu yang membahas system tanda. Semiotika mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi, yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. 21 Analisis semiotika berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena system tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Charles Sanders Peirce 22 seperti dikatakan Art Van Zoest adalah salah seorang filusuf Amerika yang paling orisinal dan multidimensional. Pierce adalah seorang pemikir yang argumentative, begitulah komentar Paulk Cobley dan Litza Jansz. Namun ironisnya di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, temantemannya membiarkan dia hidup dalam kesusahan sampai meninggalnya di tahun 21 Rachmad Kriyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 2006. Hal 263 22 AlexSobur,. Semiotika Komunikasi. Bandung. 2009 hal 39. 18 1914. Ia diperbolehkan menjadi lector di suatu universitas hanya lima tahun. Setelah itu Pierce diberhentikan. Barangkali karena Pierce, seperti yang dituturkan Cobley dan Jansz tidak dapat menjadi contoh dari gaya hidup akademik yang santun, lingkungan tempat diasecara bertahap mengonstruksi semiotikanya. Sidat pemarah dan sulit diatu itu di duga karena penyakit sarafnya yang sering kambuh dan kerusakan kulit yang cukup parah di sekitar wajahnya. Peirce lahir dalam sebuah keluarga intelektual pada tahun 1839. Ayahnya Benjamin adalah seorang professor matematika di Harvard. Pada tahun 1859, 1902, dan 1863 secara verturt-turut ia menerima gelar B.A dan B.Sc. dari Universitas Harvard. Selama lebih dari tiga puluh tahun Peirce banyak melaksanakan tugas astronominya dan geodesi untuk survei pantai Amerika Serikat. Dari tahun 1879 sampai 1884, ia menjadi dosen parubahan waktu dalam bidang logika di Unioversitas Jihns Hopkins. Bagi Pierce tanda “is something which stands to somebody for something is some respect or capacity”. Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Peirce disebut ground. Konsekwensinya, tanda selalu terdapat dalam hubungan triadic, yaitu ground, object, dan interpretant. Atas dasar hubungan ini, Peirce mengadakan klafikisai tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sangat keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang 19 dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan halhal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia. Berdasarkan objeknya, Pierce membagi tanda atas icon, index, dan symbol 23 . 1. Ikon adalah tanda yang dihubungkan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah, atau dengan kata lain ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Misalnya potret, dan peta. 2. Indeks adalah tanda yang adanya hubungan alamiah antara tanda dan penanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung sebagai tanda adanya api. Tanda dapat pula mengacu ke denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah yang menunjukan hubungan alamiah anatara penanda dengan petandanya. 3. Simbol adalah hubungan di antaranya bersifat arbiter atau semena, hubungan berdasarkan konvensi atau perjanjian masyarakat. Berdasarkan interpretant 24 tanda dibagi menjadi rheme, decien, dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya, orang yang merah matanya dapat saja menandakan kemarahan, baru bangun tidur, sakit mata, atau pada suatu jalan sering terjadi 23 24 Ibid. Hal 41. Ibid. Hal 42 20 kecelakaan. Argumen adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Berdasarkan berbagai klasifikasi tersebut, Pierce membagi tanda menjadi sepuluh jenis 25 : 1. Qualisign, yakni kualitas sejauh mana dimiliki tanda. Kata keras menunjukan kualitas tanda. Misalnya, suaranya keras yang menandakan orang itu marah atau sesuatu yang diinginkan. 2. Iconic sinsign yaitu tanda yang memperlihatkan kemiripan. Contoh: foto, lukisan, diagram, peta, dan tanda baca. 3. Rhematic Indiexical Sinsign yakni tanda berdasarkan pengalaman lansung, yang secara langsung menarik perhatian karena kehadirannya disebut disebabkan oleh sesuatu. contoh: pantai yang sering merenggut nyawa orang yang sedang mandi di tempat kejadian akan dipasang bendera bergambar tengkorak yang bermakna berbahaya, dilarang mandi di sini. 4. Dicent Sinsign yakni tanda yang meberikan informasu tentang sesuatu. misalnya, tanda larangan yang terdapat pada pintu masuk sebuah kantor. 5. Iconic Legisign adalah tanda yang menginformasikan norma atau hukum. Misalnya rambu lalu lintas. 25 Ibid 21 6. Rhematic Indexical Legisgn, yakni tanda yang megacu pada objek tertentu. Misalnya kata ganti penunjuk. Seseorang bertanya” mana buku itu?” dan dijawab “ itu” 7. Dicent Indexical Legisign, yakni tanda yang bermakna informasi dan menunjuk objek informasi. Tanda berupa lampu merah dan berputar-putar diatas mobil ambulans menandaka ada orang sakit atau orang yang celaka yang tengah dilarikan je rumah sakit. ‘ 8. Rhematic Symbol, yakni tanda yang dihubungkan dengan objeknya melalui asosiasi ide umu. Misalnya, kita melihat gambar harimau. Lantas kita katakana, harimau. Mengapa kita katakana demikian, karena ada asosiasi anatara gambar dengan benda atau hewan yang kita lihat yang namanya harimau. 9. Dicent Symbol atau proposition adalah tanda yang langsung menghubungkan dengan obnjek melalui asosiasi dalam otak. Kalau seseorang berkata “pergi!” penafsiran kita langsung pada otak dan serta merta kitra akan pergi. 10. Argument yakni tanda yang merupakan iferens seseorang terhadap sesuatu berdasarkan alasan tertentu. Seseorang berkata “gelap”. Orang itu berkata gelap karena ia menilai ruang itu cocok dikatakan gelap. Simbol atau lambang merupakan salah satu kategori tanda (sign). Dalam wawancara Pierce, tanda (sign) terdiri dari Icon, Index, dan symbol. Kemudian simbol dalam pandangan Pierce dalam istilah sehari-hari lazim disebut kata, 22 nama dan label. Sebab itu tidak mengherankan apabila pengertian tanda, simbol, maupun kata seringkali tumpang tindih. Seperti halnya Peirce menggunakan istilah simbol dengan pengertian hubungan asosiatif dengan gagasan atau referensi serta referen atau dunia acuan. Peirce dalam salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang merujuk tanda. Sementara interpretant adalah tanda yang ada dalam bentuk seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna berinteraksi dalam benak seserorang, maka munculah makna tentang sesuatu yang diwakilkan oleh tanda tersebut. yag dikupas teori segitiga mnakna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi. Hubungan segitiga makna Peirce lazimnya ditampilkan sebagai tampak dalam gambar berikut 26 Interpretant Sign Symbol Model seigitiga makna Peirce 26 Tejo,.Nilai – Nilai Modern dalam iklan. Skripsi. Jakarta. 2012 hal 29 23 a. Tanda (representamen) Sesuatu yang berbentuk fisik dan dapat ditangkap oleh panca indra manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk atau menginterpretasikan sesuatu hal lain itu sendiri. Acuan tanca ini disebut objek. b. Acuan Tanda (Object) Adalah konteks sosial yang menjadi referensi dai tanda atau sesuatu dirujuk tanda. c. Pengguna Tanda ( Interpretant) Konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang yang dirujuk dalam sebuah tanda. 2.6.Perempuan berhijab Pakaian adalah kebutuhan primer manusia yang harus terpenuhi keberadaannnya selain air, udara, makanan, tempat tinggal dan informasi. Tanpa pakaian ada sebagian aspek kehidupan manusia yang hilang atau tidak sempurna. 27 Memilih pakaian bukan merupakan hal yang sepele. Ada beragam proses, pertimbangan, dan pergumulan pemikiran yang sangat kompleks. Dalam proses memilih tersebut tidak cukup hanya mementingkan aspek keindahan dan kenyamanan atau kualitas sebuah pakaian, tetapi juga ada pertimbangan nilai-nilai agama, budaya, dan suansana. Hasil dari pemikiran tersebut, pada akhirnya mengkomunikasikan jati diri seorang manusia. 28 27 28 Tauhid Nur Azhar. The power of hijabers. Tinta Medina. Solo. 2012. Hal 2 Tauhid Nur Azhar. The power of hijabers. Tinta Medina. Solo. 2012. Hal 20 24 Dalam agama islam setiap perempuan dianjur kan untuk menutupi aurat. Aurat yang dimaksud adalah seluruh bagian tubuh kecuali telapak tangan dan wajah. Secara neuropsikologi atau neurobehaviour apabila aurat manusia ditutup dan diperlakukan dengan semestinya, akan dapat mengoptimalkan fungsi neurokorteks. Jadi berpakaian itu merupakan kebutuhan asasi otak yang diimplementasikan pada tubuh. Kebutuhan disini adalah kebutuhan untuk mengoptimalkan peran diri secara neurobehaviour untuk menggapai derajat kesempurnaan sebagai manusia. Apabila neurokorteks sudah sempurna, proses pengambilan keputusan pun menjadi lebih tepat, kesabaran akan teruji di sana ada proses analisis (menimbang, membanding-bandingkan, dan mempelajari) terlebih lagi sebelum mengambil tindakan. 29 Hijab secara leksikal bermakna tirai, penghalang, dan sesuatu yang menjadi penghalang atau pembatas antara dua hal. Al-Quran menyebutkan penutup seorang perempuan dengan kata hijab, yang artinya penutup secara umum. Dalam agama islam setiap perempuan diwajibkan untuk menggunakan hijab. Dengan demikian hijab lebih luas artinya dari kata jilbab (kain yang menutupi seluruh badan dari atas sampai ke bawah dan semua pakaian wanita) atau khimar (kerudung yang menutupi kepala). Hijab (tutup) adalah semua yang dimaksudkan untuk mengurangi dan mencegah terjadinya fitnah. 30 Setidaknya ada dua pesan penting yang dapat dilihat dari diperintahkannya hijab bagi perempuan : 29 Ibid. Tauhid Nur Azhar. Hal 17 Tauhid Nur Azhar. The power of hijabers. Tinta Medina. Solo. 2012. Hal 77-78 30 25 a. Peran islam sebagai sebua ideologi yang bertanggung jawab menghadirkan hokum-hukum yang dibutuhkan oleh sebuah masyarakat agar hidup dalam sebuah harmoni dan dalam batas-batas yang tegas, termasuk yang mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan. Hijab adalah salh satu bagian dari hokum yang mengatur. b. Melindungi kesucian kaum perempuan, menutupi setiap celah yang memungkinkan terjadinya eksploitasi terhadap kaum perempuan dan segala hal yang dapat menjerumuskan menuasia ke dalam rawa-rawa kemaksiatan. Dengan berhijab kaum perempuan dikondisikan agar dapat menutup peluang-peluang maksiat yang ditimbulkan oleh tubuhnya, membatasi percampuran antara perempuan dan laki-laki yang bukan mahram dan menjadikan akhlaknya lebih baik.31 2.7.Kecantikan dan Kosmetik Perempuan, kecantikan dan kosmetika adalah tiga kata yang nyaris tak bisa dapat dipisahkan. Kosemetik bisa dikatakan menemani hamper di setiap fase kehidupan seorang perempuan., karena seorang perempuan memiliki kebutuhan untuk tampil bersih, wangi, dan cantik. Kosmetik berasal dari kata kosmetikos (yunani) yang berarti keterampilan menghias dan mengatur. Jadi kosmetik pada dasarnya adalah campuran bahan yang diaplikasikan pada anggota tubuh bagian luar seperti epidermis kulit, kuku, 31 Ibid. Tauhid Nur Azhar. Hal 70-71 26 rambut, bibir, gigi, dan sebagainya dengan tujuan untuk menambah daya tarik, melindungi, memperbaiki, sehingga penampilannya lebih cantik dari semula. 32 Perkembangan kosmetik dan kosmetologi modern pertama kali dikembangkan oleh Hipocrates dan kawan-kawannya (460-370 SM). Hipocrates dasar-dasar dermatologi, diet, dan olahraga sebagai strategi terbaik untuk menjaga kesehatan dan kecantikan. Tanpa disadari kosmetik telah memberikan warna berbeda bagi kehidupan manusia. Sementara itu kecantikan berasal dari kata cantik. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata cantik bermakna elok, indah dan rupawan. Menurut Eric Newton, penulis buku The Meaning of Beauty cantik adalah sesuatu yang dapat menimbulkan rasa senang. Kata cantik memilik makna yang sangat luas dan juga bersifat relatif bagi setiap orang karena porsi menyenangkan menurut sebagian orang belum tentu menyenangkan untuk orang lain. Sedangakan masyarakat awam memandang kecantikan berdasarkan pada iklan-iklan perwatan kecantikan yang menampilkan model-model berkulit putih mulus, tubuh langsing, wajah menarik, dan rambut yang lurus. 33 Kecantikan dan kosmetika bagi wanita muslim tentu saja memiliki perbedaan makna. Dimana kecantikan yang dimaksud adalah cantik dengan menggunakan hijab. Dalam masalah cantik fisik perempuan muslimah berpegang teguh kepan perintah tentang wajibnya menutup aurat. Karena diyakini bahwasanya kecantikan sejati akan terpancar dari hati. 32 Dewi Mulyawan & neti suriana. A-Z tentang kosmetik. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. 2013. Hal 1 33 Qari’ah hamid. Cantik luar dalam ala muslimah. Trans Idea Publishing. Jogyakarta. 2013. Hal 13 27 Sementara untuk kosmetik yang digunakan bagi perempuan muslimah adalah kosmetika yang terbuat dari bahan-bahan yang halal. Halal merupakan sesuatu yang wajib diperjuangkan. Segala sesuatu yang halal akan memberikan dampak yang baik bagi kehidupan manusia. Kehati-hatian dalam memilih kosmetik yang akan digunakan sangatlah penting. Kosmetik halal adalah kosmetik yang memnuhi syarat standart halal dan mendapatkan label halal atau sertifikasi halal dari MUI (Majelis Ulama Indonesia). 2.8. Percaya Diri Rasa percaya diri adalah satu diantara aspek-aspek keperibadian yang penting dalam kehidupan manusia. Kepercayaan diri adalah panduan dari sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi suatu tugas atau pekerjaan. Kepercayaan diri bersifat internal pribadi seseorang dan bersifat relatif, baik antara sesorang dengan orang lain maupun individu dengan individu tapi berbeda tugas atau pekerjaan yang dihadapinnya. Kepercayaan diri juga bersifat dinamis apabila dihadapkan pada kondisi tertentu 34 . Sikap dan keyakinan sesorang saat melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugasnya adalah pengertian dari kepercayaan diri. Oleh karena itu, kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas, dan ketidaktergantungan. Seseorang yang mempunya kepercayaan diri tinggi 34 Wijandi, Pengantar Kewiraswastaan. Sinar Baru. Bandung.1998. hal 33-34 28 cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan. 35 Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Kepercayaan diri adalah kepercayaan seseorang pada kemampuan yang ada dalam dirinya. 36 Seseorang yang kurang percaya diri akan cenderung pesimis dalam menghadi kesukaran, karena setiap kali ada permasalahan yang harus dihadapi sudah membayangkan kegagalannya terlebih dahulu. 37 Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah sikap dan keyakinan positif yang dimiliki sesorang pada kemampuan yang ada dalam dirinya (internal) saat melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Kepercayaan diri memiliki empat ciri-ciri yang terdiri dari: 38 a. Cerdas Cirri cerdas dalam kepercayaan diri maksudnya adalah memiliki kemampuan kognitif yang baik akan dapat merespon dan menyelesaikan masalah dengan tepat, cepat, dan benar. Mislanya tidak egois, optimis, bekerja efektif, dan bertanggung jawab dalam pekerjaanya. 35 Suryana, Kewirausahaan. Salemba Empat. Jakarta. 2001. hal 15 Walgito, Psikologi Umum. Yayasan Penerbitan Fakultas Universitas UGM. Jogyakarta. 1991. hal 6 37 Daradjat, Kesehatan Mental. CV Mas Agung. Jakarta. 1990, hal 25 38 Walgito, Psikologi Umum. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Umum. Jogyakarta. 1993, hal 16 36 29 b. Berani mengambil resiko Cirri yang kedua adalah keberanian seseorang dalam mengambil keputusan. Misalnya, saat individu berani mencoba hal-hal baru di situsi yang baru. c. Mandiri Mandiri berarti hidup tidak tergantung pada orang lain dan selalu dapat mengembangkan dan mengerjakan sesuatu tanpa menunggu orang lain. d. Memiliki rasa aman Memiliki rasa aman adalah hal yang cukup penting sehingga seseorang tidak merasa takut dibandingkan orang lain. e. Tidak memiliki rasa rendah diri Ciri ini dapat terwujud apabila sudah memiliki rasa aman dalam diri individu, apabila rasa aman muncul maka perasaan negatif atau minder terhadap dirinya dapat dijauhi. Selain itu terdapat ciri-ciri kepercayaan diri juga meliputi: 39 a Cinta diri Orang yang percaya diri mencintai diri sendiri. Bagi orang lain cinta diri sendiri merupakan perilaku dan gaya hidup seseorang untuk memelihara diri sendiri. 39 Ibid, hal 20 30 b Pemahaman diri Orang percaya diri tidak hanya merenungi, memikirkan perasaan dan perilaku diri sendiri. Orang yang percaya diri selalu berusaha ingin tahu bagaimana pendapat orang lain tentang dirinya. c Tujuan hidup yang jelas Orang yang percaya diri biasanya menyenangkan karena bisa melihat kehidupan dari sisi yang cerah, mengharap, dan mencari pengalaman serta memperoleh hasil yang bagus. d Berpikir positif Orang yang percaya diri biasanya menyenangkan karena bisa melihat kehidupan dari sisi yang cerah, mengharap, dan mencari pengalaman serta memperoleh hasil yang bagus. Dari beberapa ciri-ciri kepercayaan diri diatas yang dapat dijadikan dasar dalam bab pembahasan adalah kepercayaan diri memiliki ciri-ciri cerdas, berani mengambil resiko, memiliki rasa aman, dan tidak memiliki rasa rendah diri, cinta diri, pemahaman diri, tujuan hidup yang jelas dan berfikir positif. 31