Kinerja Sepatutnya Jadi Rujukan

advertisement
Kinerja Sepatutnya Jadi Rujukan
Harry Azhar Azis, Wakil Ketua Komisi XI DPR.
Selasa, 29 Maret 2011
JAKARTA (Suara Karya): Pemerintah diimbau merumuskan skema kelayakan kenaikan gaji
bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan anggota TNI/Polri. Ini harus dilakukan untuk
mengetahui apakah PNS di suatu instansi pemerintah layak atau tidak menerima kenaikan
gaji. Ini karena kenaikan gaji harus diukur berdasarkan kinerja.
"Kalau tidak ada ukurannya, maka kenaikan gaji diterapkan bukan berdasarkan
kinerja. Jika kenaikan berdasarkan faktor kebutuhan atau mengikuti tingkat inflasi,
yang layak mendapatkannya hanya golongan I dan II saja. Sedangkan untuk
golongan III dan IV, gajinya sudah lebih dari cukup untuk mencukupi
kebutuhannya," kata guru besar Universitas Brawijaya Malang Ahmad Erani Yustika
kepada Suara Karya di Jakarta, Senin (28/3).
Pendapat senada juga diutarakan Wakil Ketua Komisi XI DPR Harry Azhar Azis dalam
kesempatan terpisah. Menurut dia, kenaikan gaji PNS untuk golongan terendah
masih dalam taraf wajar, karena mengikuti perkembangan inflasi yang berkaitan
dengan kebutuhan rumah tangga. Namun, untuk golongan IV (pejabat) dirasakan
tidak perlu, karena sudah bisa untuk memenuhi kebutuhan setiap bulannya.
Pemerintah memastikan kenaikan gaji pegawai negeri sipil (PNS), TNI/Polri, dan
pensiunan akan cair mulai 1 April 2011. Kenaikan mencapai 15 persen terhitung
mulai Januari 2011. PNS bisa mengajukan rapel kenaikan gaji mulai Januari 2011
yang juga berlaku bagi pensiunan.
Dalam APBN 2011, pembayaran gaji pegawai dianggarkan Rp 91,2 triliun. Anggaran
ini masuk alokasi anggaran belanja pegawai yang mencapai Rp 180,6 triliun atau
2,65 persen dari produk domestik bruto (PDB). Selain gaji PNS, pemerintah juga
menyiapkan anggaran honorarium, tunjangan, dan uang lembur pegawai negeri
sejumlah Rp 28,1 triliun.
Menurut Yustika, PNS yang pendapatannya masih pas-pasan, seperti golongan I dan
II, tergolong wajar jika setiap tahun menikmati kenaikan gaji. Namun kenaikan
disesuaikan dengan tingkat inflasi, karena PNS golongan I dan II memang berada
pada situasi yang rentan dengan dampak inflasi.
"Untuk PNS golongan I dan II, tidak perlu berbicara soal kinerja. Ini lebih pada
konteks untuk menjaga agar kehidupan mereka dan keluarganya bisa terjamin meski
dalam kondisi minimalis," katanya.
Sedangkan terkait kenaikan gaji PNS golongan III dan IV serta pejabat tinggi atau
pejabat negara, menurut Erani, harus dikaitkan dengan kinerja. Dengan kondisi gaji
yang relatif lebih tinggi dan di atas kebutuhan minimal, wajar kalau ada tuntutan
kinerja yang lebih baik.
"Memang, meski gaji naik setiap tahun, namun tidak ada tuntutan secara nyata
terhadap kinerja PNS agar makin baik. Bahkan tidak ada kerangka kerja yang ideal
di setiap instansi pemerintah untuk dijalankan PNS-nya.
Di lain pihak, terkait dampak kenaikan gaji PNS dan TNI/Polri terhadap inflasi, Erani
menjelaskan, hanya akan mendorong kenaikan 1 hingga 2 persen. Kenaikan barang
kebutuhan pokok, seperti beras atau bahan pangan lainnya, kemungkinan juga tidak
akan terlalu besar. Ini mengingat harga beras sudah relatif tinggi dan ritme kenaikan
harga sudah terjadi delapan bulan belakangan ini.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi XI DPR Harry Azhar Azis mengatakan, kenaikan
gaji PNS untuk golongan terendah masih dalam taraf wajar, karena mengikuti
perkembangan inflasi yang berkaitan dengan kebutuhan rumah tangga. Namun,
untuk golongan IV (pejabat) dirasakan tidak perlu, karena sudah bisa untuk
memenuhi kebutuhan setiap bulannya.
"Gaji terendah untuk PNS saat ini mencapai 1 juta rupiah, padahal targetnya sekitar
2 juta rupiah. Maka untuk PNS golongan rendah, saya setuju gajinya dinaikkan,"
katanya.
Harry juga mempertanyakan ketiadaan standar dalam mengukur produktivitas PNS
di kementerian/lembaga negara serta pemerintah daerah. Padahal masalah ini akan
menjadi kendala jika pemerintah ingin menaikkan gaji PNS ke depan.
"DPR berulang kali meminta rancangan rumusan standar kinerja kepada pemerintah.
Ini untuk menentukan dasar apa saja yang dipakai dalam menaikkan gaji PNS. Ini
tidak pernah ada dan jawabannya selalu saja sedang dalam pembahasan. Padahal
permintaan ini sudah bertahun-tahun," ujarnya.
Kenaikan gaji PNS yang rencananya akan dicairkan per 1 April 2011 harus bisa
dijelaskan secara gamblang oleh pemerintah, terutama terkait alasan dan ukuran
kinerja yang selama ini dicapai secara rata-rata oleh PNS,
"Dengan situasi seperti ini, saya mendapat kesan pemerintah menunda-nunda
menentukan kriteria dalam menaikkan gaji PNS. Jadi, saya berpikir, pemerintah
hanya mementingkan kenaikan gaji dulu dan urusan kinerja bisa belakangan saja,"
tuturnya.
Saat ini, lanjut Harry, sistem remunerasi di instansi pemerintahan seperti upaya
seorang penyelamat. Jadi, ketika kebutuhan rumah tangga PNS dirasakan
mendesak, pemerintah lantas tergopoh-gopoh untuk memberikan pertolongan
dengan menaikkan gaji PNS.
"Jadi, kebijakan kenaikan gaji saat ini bukan diukur berdasarkan kinerja, melainkan
kalau pemerintah sedang berbaik hati, maka seluruh PNS bisa naik gaji setiap
tahunnya," tuturnya.
Sementara itu, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, kenaikan gaji
PNS terjadi setiap tahun, dan sejak 2005 kenaikan rata-rata 24,6 persen per tahun.
Sedangkan selama 2006-2007, gaji PNS naik rata-rata 15 persen per tahun dan
2008 kembali membaik sebesar 20 persen. Selanjutnya pada 2009 kenaikan gaji
cuma 10 persen dan pada 2010 sebesar 5 persen serta 2011 yang diplot 15 persen.
Menurut dia, kenaikan gaji pokok yang dialami PNS dan TNI/Polri tidak tergolong
tinggi. Selama ini, gaji yang diterima oleh pegawai negeri sipil (PNS) dan TNI/Polri
terdiri dari gaji pokok, tunjangan, dan honorarium.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 11 Tahun 2011, pemerintah
menaikkan gaji PNS dan TNI/Polri di kisaran 10-15 persen yang mulai berlaku sejak
1 Januari 2011. Namun, pemerintah baru akan menyalurkan kenaikan gaji pada April
2011 (dirapel). "Jadi, kalau ada kenaikan gaji, lebih karena gaji pokok, dan ini tidak
besar," ujarnya.
Agus juga lantas tidak merasa khawatir kalau kenaikan ini bisa memicu inflasi.
Bahwa kemudian gaji pokok itu meningkat dan membuat permintaan juga
meningkat, maka hal ini biasa terjadi dan sudah diantisipasi pemerintah.
Menkeu Agus Martowardojo belum bisa memastikan apakah kenaikan gaji 8.000
pejabat negara pada tahun ini akan disetujui Presiden. Hingga saat ini, rencana
kenaikan gaji pejabat negara masih dalam proses. Dalam hal ini, realisasi kenaikan
gaji pejabat negara itu masih perlu pembahasan lebih lanjut. (Bayu)
Download