6 BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Akuntansi Pemerintahan 1. Pengertian Akuntansi Informasi memegang peranan yang sangat menentukan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dalam sistem pertanggungjawaban terlihat adanya arus informasi dari yang mempertanggungjawabkan kepada yang menerima pertanggungjawaban. Akuntansi juga dapat membantu dalam menghasilkan informasi yang di perlukan. Dalam IAI (2004) dinyatakan bahwa pada dasarnya akuntansi keuangan dan laporan keuangan di maksudkan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pada tahun 1966 American Acounting Association mendefinisikan pengertian akuntansi dalam buku Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah oleh Abdul Halim (2007:32) sebagai berikut : Akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu organisasi/entitas yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka mengambil keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan. Pengertian ini juga dapat melingkupi penganalisisan laporan yang dihasilkan oleh akuntansi tersebut. Definisi ini mengandung pengertian bahwa akuntansi merupakan proses yang terdiri dari identifikasi, pengukuran, pencatatan, dan 7 pelaporan informasi ekonomi. Informasi yang diberikan oleh akuntansi diharapkan berguna dalam penilaian dan pengambilan keputusan. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Pasal 1 ayat 2 mendefinisikan akuntansi sebagai berikut : Akuntansi adalah proses pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penginterpretasian atas hasilnya, serta penyajian laporan. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi merupakan suatu rangkaian aktifitas yang terdiri dari aktifitas pencatatan, pengidentifikasian, pengukuran, pengelolaan, pengikhtisaran serta mengkomunikasikan informasi yang bersifat keuangan secara kuantitatif dalam satuan mata uang tertentu, yang di laksanakan pada semua bidang baik bisnis maupun non bisnis (nirlaba), yang mana informasi yang di hasilkan tersebut untuk mendukung pengambilan keputusan oleh para pemakai informasi. 2. Pengertian dan Karakteristik Akuntansi Pemerintahan Akuntansi pemerintahan adalah merupakan suatu jenis akuntansi yang di laksanakan oleh unit organisasi pemerintah. Pengertian akuntansi pemerintahan seperti yang di sebutkan oleh Arifin Sabeni dan Imam Ghazali (2000:5) adalah sebagai berikut: Dalam akuntansi pemerintahan, data akuntansi di gunakan untuk memberikan informasi mengenai transaksi ekonomi dan keuangan yang menyangkut organisasi pemerintah dan organisasi-organisasi lain yang tidak bertujuan mencari laba (non profit organization). 8 Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Pasal 1 ayat 5 mendefinisikan Sistem Akuntansi Pemerintahan sebagai berikut : Sistem Akuntansi Pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah. Fungsi akuntansi pemerintahan biasanya lebih di tekankan pada pencatatan, pelaksanaan anggaran Negara serta pelaporan realisasinya. Karena fungsinya yang sedemikian rupa maka disebut juga akuntansi anggaran. Adapun peranan dari akuntansi pemerintahan menurut Deddi Nordiawan (2008:35) di dalam buku Akuntansi Sektor Publik adalah sebagai berikut: a. Akuntabilitas Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumberdaya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik . b. Manajemen Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan dalam fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aktifa, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat. c. Transparansi Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundangundangan. d. Keseimbangan Antargenerasi (Intergenerational Equity) Membantu para pengguna mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh 9 pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut. Dari definisi serta uraian diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi pemerintahan tidak jauh berbeda dengan pengertian akuntansi komersial. Akuntansi pemerintah merupakan serangkaian aktifitas analisis, pencatatan, pengikhtisaran, pelaporan dan penafsiran transaksi-transaksi keuangan yang di lakukan oleh unit-unit pemerintah. 3. Akuntansi Sektor Publik Dalam buku Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah oleh Abdul Halim (2007:251) disebutkan, Istilah sektor publik lebih tertuju pada sektor Negara, usaha-usaha negara, dan organisasi nirlaba Negara. Dan bahwa yang dimaksudkan dengan sektor publik adalah pemerintah dan unit-unit organisasinya, yaitu unit-unit yang dikelola oleh pemerintah dan berkaitan dengan hajat hidup orang banyak atau pelayanan masyarakat, seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Dengan demikian cukup beralasan bahwa istilah sektor publik dapat berkonotasi perpajakan, birokrasi atau pemerintah. Selanjutnya pengertian Akuntasi Sektor Publik adalah sebagai berikut : Akuntansi Sektor Publik adalah sebuah kegiatan jasa dalam rangka penyediaan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan dari entitas pemerintah guna pengambilan keputusan ekonomi yang nalar dari pihak-pihat yang berkepentingann atas berbagai alternative arah tindakan. Pemerintah yang dimaksudkan dapat mencakup pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota. 10 Sedangkan tujuan Akuntansi Sektor Publik menurut Deddi Nordiawan (2008:3) adalah “untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan”. 4. Arti dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban. Berdasarkan atas masukan dan keluarannya, Robert N.Anthony dan Vijay Govindarajan (2005;175) dalam buku Management Control System divisi-divisi yang di tentukan secara fungsional, dikelompokkan sebagai pusat pertanggungjawaban berdasarkan aktifitas divisi tersebut. Beberapa divisi berbeda bisa dikelompokkan dalam pusat pertanggungjawaban yang sama. Semakin tinggi level seorang manajer semakin luas pula pertanggungjawaban yang dikelolanya. Akuntansi pertanggungjawaban berarti sebuah sistem yang mengukur rencana (melalui anggaran) terhadap kegiatan (yaitu realisasinya) dari masingmasing pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan dikelompokkan menjadi empat bagian,yaitu : a. Pusat Biaya, adalah pusat dimana seluruh input diukur dalam bentuk jumlah uang,namun output tidak diukur dengan cara yang sama. Pusat Biaya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1) Pusat biaya teknik (engineered expense center)adalah biaya aktual dibandingkan dengan biaya standar untuk menjelaskan bagaimana efisiensi nya pusat pengeluaran dioperasikan 2) Pusat pengeluaran kebijakan (discretionary expense center) adalah tidak terdapat cara untuk menjelaskan biaya standar yang dapat diandalkan dan pengeluaran beban berbeda-beda tergantung kepada kebijakan manajer dan atasannya. b. Pusat Pendapatan adalah unit-unit pemasaran/penjualan yang tidak memiliki wewenang untuk menetapkan harga jual dan tidak bertanggung jawab atas harga pokok barang-barang yang mereka pasarkan 11 c. Pusat Laba adalah suatu unit organisasi dimana didalamnya pendapatan dan pengeluaran diukur berdasarkan kondisi moneter Ada dua jenis pengukuran profitabilitas yang digunakan dalam mengevaluasi suatu pusat laba, yaitu : 1) Pengukuran kinerja manajemen, yang memiliki fokus pada bagaimana hasil kerja para manajer 2) Ukuran kinerja ekonomis yang memiliki fokus pada bagaimana kinerja pusat laba sebagai suatu entitas ekonomi d. Pusat Investasi adalah pusat dimana baik laba maupun investasi digunakan dalam pengukuran kinerja pusat pertanggungjawaban tersebut.Tingkat pengembalian pendapatan atas investasi adalah ukuran yang paling sering digunakan dalam mengukur tingkat efisiensi dan efektifitas seorang manajer. Persoalannya adalah seberapa terukur profit terhadap investasi yang disesuaikan untuk pusat pertanggungjawaban tersebut. Menurut Hansen, Don R. Dan Maryanne M. Mowen (2000;91), definisi akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai berikut : Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem yang mengukur hasil-hasil dari pusat pertanggungjawaban dan membandingkan hasil-hasil tersebut dengan hasil yang diproyeksikan. Sedangkan menurut Carles T. Hongren (2002:307) mengatakan sebagai berikut: Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang mengakui berbagai pusat pertanggungjawaban pada keseluruhan organnisasi itu dan mencerminkan rencana dan tindakan setiap pusat yang memiliki tanggungjawab yang bersangkutan. Dengan demikian, akuntansi pertanggungjawaban adalah merupakan proses pengumpulan data keuangan untuk melaporkan informasi penting sebagai masukan guna mengevaluasi kinerja devisi atau 12 kinerja manajer. Oleh karena itu, akuntansi pertanggungjawaban terdapat pada setiap tingkatan menajemen dalam organisasi perusahaan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Akuntansi organisasi pertanggungjawaban menghendaki yang jelas tegas dan adanya memisahkan struktur wewenang, tanggungjawab, dan tugas masing-masing ditingkat manajemen. b. Akuntansi pertanggungjawaban dibuat agar masing-masing individu dalam organisasi turut berperan dalam mencapai sasaran perusahaan. c. Dalam akuntansi pertanggungjawaban anggaran disusun berdasarkan pusat-pusat pertanggungjawabannya. Dengan demikian dari laporan perbandingan antara realisasi dan anggaran dapat diketahui penyimpangan yang terjadi. d. Akuntansi pertanggungjawaban melaporkan hasil evaluasi dan penilain kinerja yang dapat digunakan sebagai kerangka acuan dalam menyusun rencana kerja, baik masing-masing pusat pertanggungjawaban maupun perusahaan secara keseluruhan periode yang akan datang. Menurut Sofyan Syafitri Harahap (2003:76-77), keberhasilan atas penerapan akuntansi pertanggungjawaban sangat ditentukan oleh terpenuhinya persyaratan se bagai berikut : 1. Memiliki struktur organisasi dimana wewenang dan tanggung jawab dibatasi dengan tegas dan jelas 2. Memberikan sistem reward dan punishment berdasarkan standar pertanggungjawaban yang ditetapkan 3. Mempunyai sistem akuntansi yang sejalan dan disesuaikan dengan pusat pertanggungjawaban 13 4. Anggaran harus disusun berdasarkan pusat pertanggungjawabannya 5. Terdapat sistem pelaporan pendapatan dan biaya dari manajer yang sesuai dengan tanggung jawabnya 6. Harus ada pemisahan antara biaya yang dapat dikendalikan dan biaya yang tidak dapat dikendalikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban B. Hubungan antara Akuntansi Pertanggungjawaban dengan Akuntansi Pemerintahan Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2006:01) Akuntansi pertanggungjawaban sangat berkaitan erat dengan masalah anggaran, karena anggaran tersebut harus dipertanggungjawabkan dan disusun berdasarkan pusat-pusat pertanggungjawaban. Dengan demikian, dari laporan pertanggungjawaban tersebut dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, dan menjadi tanggungjawab dari manajer atau pimpinan yang bersangkutan untuk mencari penyeleseiannya. Dalam menyusun akuntansi anggaran pemerintahan, Negara. Akuntansi diantara fungsinya adalah pertanggungjawaban dan akuntansi pemerintahan sama-sama tidak berfokus untuk mendapatkan laba dari segala yang telah diusahakan. Dalam akuntansi pemerintahan anggaran tersebut dibedakan antara anggaran rutin atau operasional dan anggaran pembangunan yang berhubungan dengan masalah proyek-proyek pemerintah. Sedangkan arti dari akuntansi pemerintahan itu sendiri seperti telah diuraikan sebelumnya adalah berkaitan dengan proses pengumpulan, pengukuran, penilaian, pengendalian, penerimaan dan pengeluaran serta 14 kegiatan lain yang berkaitan dengan sektor pemerintahan dan sektor lainnya yang tidak bertujuan mencari laba (Non Profit). C. Pengelolaan Keuangan (Anggaran Daerah) 1. Pengertian Anggaran Daerah Pengertian Anggaran Daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Lampiran IV Halaman 79 adalah sebagai berikut: Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk suatu periode. Sedangkan menurut Mardiasmo (2004;182) bahwa : Anggaran daerah merupakan alat bagi Pemerintah Daerah atau Pemerintah Kota untuk mengarahkan dan menjamin kesinambungan pembangunan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Menurut Mardiasmo (2004:183) tentang peranan anggaran daerah dapat dilihat berdasarkan fungsi utamanya sebagai berikut: a. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan antara lain: 1) Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan. 2) Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi serta merencanakan alternatif sumber pembiayaan. 3) mengalokasikan sumber-sumber ekonomi pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun. Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi. b. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian, yang digunakan antara lain: a) Mengendalikan efisiensi pengeluaran. b) Membatasi keuangan dan kewenangan pemerintah kota c) Mencegah adanya overspending, underspending dan sasaran (misappropriation) dalam pengalokasian anggaran pada bidang lain yang merupakan prioritas. 15 d) Memonitor kondisi keuangan pelaksanaan operasional program atau kegiatan pemerintah e) Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pemberian fasilitas, dorongan dan kordinasi kegiatan ekonomi masyarakat. f) Anggaran sebagai alat kordinasi antar unit kerja dalam organisasi pemerintah kota yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran. g) Anggaran sebagai alat evaluasi kinerja. h) Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajemen pemerintah kota agar bekerja ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target kerja. i) Anggaran dapat juga digunakan sebagai alat untuk menciptakan ruang publik (Public Sphere), dalam arti bahwa proses penyusunan anggaran harus melibatkan seluas mungkin masyarakat. Selanjutnya anggaran terbagi menjadi dua yaitu: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rancana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ádala rencana keuangan tahunan pemerintah pusat yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI). 2. Penerimaan dan Pengeluaran Kas Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Lampiran V Halaman 106 bahwa: “Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan”. a. Penerimaan Kas Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 Lampiran V Halaman 107 mendefinisikan penerimaan kas “adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum Negara/Daerah”. 16 Penerimaan dan pengeluaran kas merupakan kegiatan yang penting yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan-kegiatan organisasi. Kegiatan penerimaan dan pengeluaran kas selalu terjadi dalam pencapaian kas tidak ada organisasi yang dapat berjalan dengan normal tanpa ketersediaannya kas. Oleh karena penerimaan dan pengeluaran kas merupakan kegiatan yang sangat penting maka kegiatan ini harus direncanakan dan dikendalikan dengan sebaik-baiknya. Perencanaan dan pengendalian terhadap kegiatan tersebut dapat memberikan dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan lainnya. Penerimaan merupakan proses pemasukan dana dari sumber tertentu kedalam penguasaan atau pemilikan organisasi, penerimaan organisasi merupakan sumber dana bagi organisasi. Untuk organisasi non profit, sumber dana didapatkan dari berbagai macam tujuan tanpa adanya penekanan pada penentuan laba. Penerimaan kas dalam sistem akuntansi komersial dan akuntansi pemerintahan berbeda. Dalam akuntansi komersial penerimaan kas dimasukkan dalam pendapatan yang biasanya diperoleh dari hasil penjualan. Penerimaan kas biasa juga dijadikan sebagai modal untuk asset-asset dalam perusahaan dengan tujuan agar perusahaan tersebut mendapatkan hasil yang maksimal. Sedangkan penerimaan kas dalam Pemerintahan Daerah menurut Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan Anggaran 17 Pendapatan dan Belanja Negara dan Pengelolaan Keuangan Daerah, adalah sebagai berikut : 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) a. Pajak daerah b. Retribusi daerah c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan d. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan e. Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan f. Jasa Giro g. Pendapatan bunga 2) Dana Perimbangan. a. Dana bagi hasil b. Dana alokasi umum c. Dana alokasi khusus 3. Lain lain pendapatan daerah yang sah, merupakan seluruh pendapatan daerah selain PAD dan dana perimbangan, yang meliputi hibah, dana darurat, dan lain-lain dana yang ditetapkan pemerintah. b. Pengeluaran Kas Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 Lampiran V Halaman 107 mendefinisikan pengeluaran kas “adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum Negara/Daerah”. Pengeluaran kas merupakan proses pemakaian dana yang dimiliki oleh suatu organisasi. Pengeluaran dana dilakukan untuk membiayai kegiatan-kegiatan organisasi. Demikian juga halnya dengan sistem pengeluaran kas antara akuntansi komersial yang digunakan oleh perusahaan berbeda dengan pengeluaran yang ada didalam sistem akuntansi pemerintahan. Pengeluaran kas dalam akuntansi komersial yang dilakukan oleh 18 perusahaan biasanya dimasukkan dalam biaya yang serendah mungkin dengan tujuan agar dicapai laba yang maksimal bagi perusahaan. Pengeluaran kas yang ada dalam akuntansi pemerintahan yang biasanya digunakan dalam instansi terdiri dari pengeluaran anggaran belanja rutin dan pengeluaran anggaran pembangunan belanja proyek. Berdasarkan struktur anggaran menurut Mardiasmo (2004;185), elemen yang termasuk dalam belanja daerah adalah sebagai berikut : 1) Belanja Aparatur Daerah Bagian belanja yang berupa; belanja administrasi umum, belanja operasi pemeliharaan, serta belanja modal atau pembangunan yang dialokasikan atau digunakan untuk membiayai kegiatan yang hasil, manfaat, dan dampaknya secara langsung dinikmati oleh masyarakat 2) Belanja Pelayanan Publik Bagian belanja yang berupa; belanja administrasi umum, belanja operasi pemeliharaan, serta belanja modal atau pembangunan yang dialokasikan atau digunakan untuk membiayai kegiatan yang hasil, manfaat, dan dampaknya secara langsung dinikmati oleh masyarakat 3) Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Pengeluaran uang dengan kriteria: a) Tidak menerima secara langsung imbalan barang dan jasa seperti yang layak terjadi dalam transaksi pembelian dan penjualan b) Tidak mengharapkan dibayar kembali dimasa yang akan datang seperti yang diharapkan pada suatu pinjaman c) Tidak mendapatkan hasil pendapatan seperti layaknya yang diharapkan pada kegiatan-kegiatan investasi 4) Belanja tidak terduga Pengeluaran yang disediakan untuk : a) Kejadian-kejadian luar biasa seperti bencana alam, kejadian yang dapat membahayakan daerah b) Utang (pinjaman) periode sebelumnya yang belum diselesaikan dan atau yang tersedia anggarannya pada tahun yang bersangkutan. c) Pengembalian penerimaan yang bukan haknya atau penerimaan yang dibebaskan (dibatalkan) dan atau kelebihan penerimaan. 19 3. Pelaksanaan Anggaran Menurut Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 11 Tahun 2008 Halaman 49 Tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai berikut : a. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah Pasal 68 1) Semua pendapatan daerah dilakukan melalui kas umum daerah 2) Bendahara penerimaan wajib menyetor seluruh penerimaannya ke rekening kas umum daerah selambat-lambatnya dalam waktu satu hari kerja 3) Setiap pendapatan harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah Pasal 69 1) SKPD dilarang melakukan melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan daerah. 2) SKPD yang mempunyai tugas memungut dan atau menerima dan atau kegiatannya berdampak pada pendapatan daerah wajib mengintensifkan pemungutan pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya. Pasal 70 1) Pendapatan SKPD yang merupakan pendapatan daerah tidak dapat dipergunakan langsung untuk pengeluaran 2) Komisi, rabat, potongan atau penerimaan lain dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi dan atau pengadaaan barang dan jasa termasuk penerimaan bunga, jasa giro atau penerimaan lain sebagai akibat penyimpanan dan anggaran pada bank serta penerimaan dari hasil pemanfaatan barang daerah atas kegiatan lainnya merupakan pendapatan daerah. 3) Semua pendapatan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 apabila berbentuk uang harus segera disetor ke kas umum daerah dan berbentuk barang menjadi milik atau aset daerah yang dicatat sebagai inventaris daerah. 20 b. Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah Pasal 73 1) Setiap pengeluaran belanja harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah. 2) Bukti sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus mendapat pengeesahan oleh pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud. 3) Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak dapat dilakukan sebelum rancangan peraturan daerah tentang APBD ditetapkan dan ditempatkan dalam lembaran daerah. 4) Pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat 3 tidak termasuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib, yang ditetapkan dalam peraturan walikota. 4. Mekanisme Penyusunan Anggaran Daerah Menurut Abdul Halim (2007:28) dalam Buku Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah didalam Penyusunan Anggaran Daerah dibagi dalam 3 (tiga) tahapan yaitu : 1. Penyusunan APBD oleh Kepala Daerah a) Kepala daerah menyampaiakan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya dilakukan selambat-lambatnya pada pertengahan bulan juni tahun berjalan b) Kepala daerah bersama DPRD membahas kebijakan umum APBD dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya. c) Mengacu pada kebijakan umum RAPBD yang telah disepakati, kepala daerah dan DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran sementara. 21 d) Kebijakan umum yang menjadi prioritas dan plafon anggaran dijadikan acuan bagi setiap SKPD untuk melaksanakan program kegiatan 2. Penyusunan APBD oleh Kepala SKPD a) Kepala SKPD menyusun rencana kerja dan anggaran SKPD (RKASKPD) tahun berikutnya berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai. b) Kepala SKPD bersama DPRD membahas RKA-SKPD dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD. c) Hasil pembahasan RKA dijadikan acuan bagi pejabat pengelola keuangan daerah (DPPKD) dalam penetapan anggaran tingkat SKPD. 3. Penetapan APBD a) Kepala Daerah bersama DPRD membahas RAPERDA tentang APBD disertai penjelasan dengan dokumen-dokumen pendukungnya, dilakukan pada minggu pertama bulan Oktober tahun sebelumnya. b) Pembahasan berikutnya antara kepala daerah dan DPRD dilakukan pada 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran menghasilkan ketetapan APBD yang telah disetujui. c) APBD ditetapkan dengan PERDA 22 5. Langkah-Langkah Teknis Penyusunan Anggaran Daerah 1) Kepala SKPD menyusun Rancangan Anggaran Kas berdasarkan Rancangan DPA-SKPD dan menyerahkan Rancangan Anggaran Kas SKPD kepada PPKD selaku BUD bersamaan dengan Rancangan DPASKPD paling lambat enam hari kerja setelah adanya pemberitahuan. 2) PPKD mengotorisasi Rancangan Anggaran Kas SKPD dan kemudian diserahkan kepada TAPD. TAPD bersama dengan kepala SKPD memverifikasi Rancangan DPASKPD dan RKA-SKPD berdasarkan per-KDH penjabaran, paling lambat 15 hari kerja sejak ditetapkannya per-KDH Penjabaran. 3) TAPD menyerahkan Rancangan Anggaran Kas SKPD yang lolos verifikasi kepada PPKD untuk disahkan menjadi Anggaran Kas Pemerintah Daerah. Rancangan Anggaran Kas SKPD dibuat arsip oleh PPKD, sedangkan Rancangan Anggaran Kas Pemerintah Daerah digunakan dalam proses pembuatan penyediaan dana. 6. Cara Pengisian Anggaran Kas 1) Baris “PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA” diisi dengan nama Kabupaten 2) Baris “TAHUN ANGGARAN” diisi dengan tahun Anggaran yang bersangkutan. 3) Kolom 1 diisi sesuai dengan kode rekening pendapatan serta pembiayaan penerimaan atau belanja serta pembiayaan pengeluaran. 23 4) Kolom 2 diisi sesuai dengan uraian rekening pendapatan serta pembiayaan penerimaan atau belanja serta pembiayaan pengeluaran. 5) Kolom 3 diisi dengan jumlah anggaran pendapatan serta pembiayaan penerimaan atau belanja serta pembiayaan pengeluaran. 6) Kolom 4 diisi dengan perkiraan jumlah pendapatan serta pembiayaan penerimaan atau belanja serta pembiayaan pengeluaran setiap bula di triwulan 1 (boleh pertriwulan) 7) Kolom 5 diisi dengan perkiraan jumlah pendapatan serta pembiayaan penerimaan atau belanja serta pembiayaan pengeluaran setiap bulan di triwulan II (boleh pertriwulan). 8) Kolom 6 diisi dengan perkiraan jumlah pendapatan serta pembiayaan penerimaan atau belanja serta pembiayaan pengeluaran setiap bulan di triwulan III (boleh pertriwulan). 9) Kolom 7 diisi dengan perkiraan jumlah pendapatan serta pembiayaan penerimaan atau belanja serta pembiayaan pengeluaran setiap bulan di triwulan III (boleh pertriwulan). 24 7. Contoh Anggaran Kas. Tabel 2.1 PEMERINTAH KOTA DEPOK ANGGARAN KAS BELANJA LANGSUNG TAHUN ANGGARAN 2010 Unit Organisasi : Program : Kegiatan : 1.10.01. DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL 87. Peningkatan Kualitas Penyelenggara an Managemen Kependudukan. 01. Sosialisasi Kependudukan. Kode Rekening Uraian 1 2 BELANJA LANGSUNG Belanja Pegawai Honorarium PNS Honorarium Tim Peng Brng Js Honorarium Tim Pem Brng Js Honorarium Peng adm Keg Honorarium Harian Honorarium Non PNS Honorarium Non PNS (Honore) Belanja Brng dan Jasa Belanja Bahan Pakai Habis Belanja Alat Tulis Kantor Belanja Jasa Kantor Belanja Dokumentasi Belanja Cetak dan Pengandaan Belanja Cetak Belanja Penggandaan Dst Belanja Sewa Rumah/Gedung Belanja Sewa R. Rapat/Pert Belanja Perjalanan Dinas Belanja Perj Dinas Dalam Dae Belanja Perj Dinas Luar Daera 5.2 5.2.1 5.2.1.01. 5.2.1.01.02. 5.2.1.01.03. 5.2.1.01.04. 5.2.1.01.05. 5.2.1.02 5.2.1.02.02 5.2.2. 5.2.2.01. 5.2.2.01.01 5.2.2.03. 5.2.2.03.14. 5.2.2.06. 5.2.2.06.01. 5.2.2.06.02. 5.2.2.06.03. 5.2.2.07. 5.2.2.07.03. 5.2.2.15. 5.2.2.15.01. 5.2.2.15.02. Jumlah Belanja per Bulan Jumlah Belanja Langsung per Triwulan Anggaran Tahun Ini (Rp) 3 476,375,050.00 119,905,000.00 56,905,000.00 1,350,000.00 900,000.00 6,255,000.00 48,400,000.00 63,000,000.00 63,000,000.00 356,470,050.00 3,688,000.00 3,688,000.00 362,500.00 362,500.00 192,764,500.00 117,000,000.00 764,550.00 75,000,000.00 151,860,000.00 151,860,000.00 7,795,000.00 2,695,000.00 5,100,000.00 Januari - Triwulan I (Rp) Februari Maret 4 245,957,550.00 21,885,000.00 8,385,000.00 1,350,000.00 2,085,000.00 4,950,000.00 13,500,000.00 13,500,000.00 224,072,550.00 3,688,000.00 3,688,000.00 192,164,550.00 117,000,000.00 164,550.00 75,000,000.00 28,220,000.00 28,220.000.00 - 345,957,550.00 245,957,550.00 Sumber : Anggaran Kas Belanja Langsung Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Depok Tahun 2009