6 BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Akuntansi Pemerintahan 1

advertisement
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi Akuntansi Pemerintahan
1. Pengertian Akuntansi
Informasi memegang peranan yang sangat menentukan dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Dalam sistem pertanggungjawaban terlihat
adanya arus informasi dari yang mempertanggungjawabkan kepada yang
menerima pertanggungjawaban. Akuntansi juga dapat membantu dalam
menghasilkan informasi yang di perlukan. Dalam IAI (2004) dinyatakan
bahwa pada dasarnya akuntansi keuangan dan laporan keuangan di
maksudkan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Pada tahun 1966 American Acounting Association mendefinisikan
pengertian akuntansi dalam buku Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi
Keuangan Daerah oleh Abdul Halim (2007:32) sebagai berikut :
Akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran,
pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu
organisasi/entitas yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka
mengambil keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang
memerlukan. Pengertian ini juga dapat melingkupi penganalisisan
laporan yang dihasilkan oleh akuntansi tersebut.
Definisi ini mengandung pengertian bahwa akuntansi merupakan
proses yang terdiri dari identifikasi, pengukuran, pencatatan, dan
7
pelaporan informasi ekonomi. Informasi yang diberikan oleh akuntansi
diharapkan berguna dalam penilaian dan pengambilan keputusan.
Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Pasal 1 ayat 2 mendefinisikan
akuntansi sebagai berikut :
Akuntansi
adalah
proses
pencatatan,
pengukuran,
pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan,
penginterpretasian atas hasilnya, serta penyajian laporan.
Berdasarkan
pengertian-pengertian
tersebut
di
atas
dapat
disimpulkan bahwa akuntansi merupakan suatu rangkaian aktifitas yang
terdiri
dari
aktifitas
pencatatan,
pengidentifikasian,
pengukuran,
pengelolaan, pengikhtisaran serta mengkomunikasikan informasi yang
bersifat keuangan secara kuantitatif dalam satuan mata uang tertentu, yang
di laksanakan pada semua bidang baik bisnis maupun non bisnis (nirlaba),
yang mana informasi yang di hasilkan tersebut untuk mendukung
pengambilan keputusan oleh para pemakai informasi.
2. Pengertian dan Karakteristik Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi pemerintahan adalah merupakan suatu jenis akuntansi
yang di laksanakan oleh unit organisasi pemerintah. Pengertian akuntansi
pemerintahan seperti yang di sebutkan oleh Arifin Sabeni dan Imam
Ghazali (2000:5) adalah sebagai berikut:
Dalam akuntansi pemerintahan, data akuntansi di gunakan untuk
memberikan informasi mengenai transaksi ekonomi dan keuangan
yang menyangkut organisasi pemerintah dan organisasi-organisasi
lain yang tidak bertujuan mencari laba (non profit organization).
8
Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Pasal 1 ayat 5 mendefinisikan
Sistem Akuntansi Pemerintahan sebagai berikut :
Sistem Akuntansi Pemerintahan adalah serangkaian prosedur
manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan
data, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangan
dan operasi keuangan pemerintah.
Fungsi akuntansi pemerintahan biasanya lebih di tekankan pada
pencatatan, pelaksanaan anggaran Negara serta pelaporan realisasinya.
Karena fungsinya yang sedemikian rupa maka disebut juga akuntansi
anggaran.
Adapun peranan dari akuntansi pemerintahan menurut Deddi
Nordiawan (2008:35) di dalam buku Akuntansi Sektor Publik adalah
sebagai berikut:
a. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumberdaya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik .
b. Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga
memudahkan dalam fungsi perencanaan, pengelolaan dan
pengendalian atas seluruh aktifa, kewajiban, dan ekuitas dana
pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
c. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada
masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki
hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas
pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundangundangan.
d. Keseimbangan Antargenerasi (Intergenerational Equity)
Membantu para pengguna mengetahui
kecukupan penerimaan
pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh
9
pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang
diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
Dari definisi serta uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
akuntansi pemerintahan tidak jauh berbeda dengan pengertian
akuntansi komersial. Akuntansi pemerintah merupakan serangkaian
aktifitas analisis, pencatatan, pengikhtisaran, pelaporan dan penafsiran
transaksi-transaksi
keuangan
yang
di
lakukan
oleh
unit-unit
pemerintah.
3. Akuntansi Sektor Publik
Dalam buku Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan
Daerah oleh Abdul Halim (2007:251) disebutkan, Istilah sektor publik
lebih tertuju pada sektor Negara, usaha-usaha negara, dan organisasi
nirlaba Negara. Dan bahwa yang dimaksudkan dengan sektor publik
adalah pemerintah dan unit-unit organisasinya, yaitu unit-unit yang
dikelola oleh pemerintah dan berkaitan dengan hajat hidup orang banyak
atau pelayanan masyarakat, seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan.
Dengan demikian cukup beralasan bahwa istilah sektor publik dapat
berkonotasi perpajakan, birokrasi atau pemerintah. Selanjutnya pengertian
Akuntasi Sektor Publik adalah sebagai berikut :
Akuntansi Sektor Publik adalah sebuah kegiatan jasa dalam rangka
penyediaan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan
dari entitas pemerintah guna pengambilan keputusan ekonomi yang
nalar dari pihak-pihat yang berkepentingann atas berbagai
alternative arah tindakan. Pemerintah yang dimaksudkan dapat
mencakup pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah
kabupaten/kota.
10
Sedangkan tujuan Akuntansi Sektor Publik menurut Deddi
Nordiawan
(2008:3)
adalah
“untuk
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat melalui pelayanan”.
4. Arti dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban.
Berdasarkan atas masukan dan keluarannya, Robert N.Anthony
dan Vijay Govindarajan (2005;175) dalam buku Management Control
System divisi-divisi yang di tentukan secara fungsional, dikelompokkan
sebagai pusat pertanggungjawaban berdasarkan aktifitas divisi tersebut.
Beberapa
divisi
berbeda
bisa
dikelompokkan
dalam
pusat
pertanggungjawaban yang sama. Semakin tinggi level seorang manajer
semakin luas pula pertanggungjawaban yang dikelolanya. Akuntansi
pertanggungjawaban berarti sebuah sistem yang mengukur rencana
(melalui anggaran) terhadap kegiatan (yaitu realisasinya) dari masingmasing pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban dalam
perusahaan dikelompokkan menjadi empat bagian,yaitu :
a. Pusat Biaya, adalah pusat dimana seluruh input diukur dalam bentuk
jumlah uang,namun output tidak diukur dengan cara yang sama.
Pusat Biaya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1) Pusat biaya teknik (engineered expense center)adalah biaya aktual
dibandingkan dengan biaya standar untuk menjelaskan bagaimana
efisiensi nya pusat pengeluaran dioperasikan
2) Pusat pengeluaran kebijakan (discretionary expense center) adalah
tidak terdapat cara untuk menjelaskan biaya standar yang dapat
diandalkan dan pengeluaran beban berbeda-beda tergantung
kepada kebijakan manajer dan atasannya.
b. Pusat Pendapatan adalah unit-unit pemasaran/penjualan yang tidak
memiliki wewenang untuk menetapkan harga jual dan tidak
bertanggung jawab atas harga pokok barang-barang yang mereka
pasarkan
11
c. Pusat Laba adalah suatu unit organisasi dimana didalamnya
pendapatan dan pengeluaran diukur berdasarkan kondisi moneter
Ada dua jenis pengukuran profitabilitas yang digunakan dalam
mengevaluasi suatu pusat laba, yaitu :
1) Pengukuran kinerja manajemen, yang memiliki fokus pada
bagaimana hasil kerja para manajer
2) Ukuran kinerja ekonomis yang memiliki fokus pada bagaimana
kinerja pusat laba sebagai suatu entitas ekonomi
d. Pusat Investasi adalah pusat dimana baik laba maupun investasi
digunakan dalam pengukuran kinerja pusat pertanggungjawaban
tersebut.Tingkat pengembalian pendapatan atas investasi adalah
ukuran yang paling sering digunakan dalam mengukur tingkat efisiensi
dan efektifitas seorang manajer.
Persoalannya adalah seberapa terukur profit terhadap investasi
yang disesuaikan untuk pusat pertanggungjawaban tersebut. Menurut
Hansen, Don R. Dan Maryanne M. Mowen (2000;91), definisi akuntansi
pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem yang
mengukur hasil-hasil dari pusat pertanggungjawaban dan
membandingkan hasil-hasil tersebut dengan hasil yang
diproyeksikan.
Sedangkan menurut Carles T. Hongren (2002:307) mengatakan
sebagai berikut:
Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi
yang mengakui berbagai pusat pertanggungjawaban pada
keseluruhan organnisasi itu dan mencerminkan rencana dan
tindakan setiap pusat yang memiliki tanggungjawab yang
bersangkutan.
Dengan
demikian,
akuntansi
pertanggungjawaban
adalah
merupakan proses pengumpulan data keuangan untuk melaporkan
informasi penting sebagai masukan guna mengevaluasi kinerja devisi atau
12
kinerja manajer. Oleh karena itu, akuntansi pertanggungjawaban terdapat
pada setiap tingkatan menajemen dalam organisasi perusahaan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Akuntansi
organisasi
pertanggungjawaban
menghendaki
yang
jelas
tegas
dan
adanya
memisahkan
struktur
wewenang,
tanggungjawab, dan tugas masing-masing ditingkat manajemen.
b. Akuntansi pertanggungjawaban dibuat agar masing-masing individu
dalam organisasi turut berperan dalam mencapai sasaran perusahaan.
c. Dalam akuntansi pertanggungjawaban anggaran disusun berdasarkan
pusat-pusat pertanggungjawabannya. Dengan demikian dari laporan
perbandingan
antara
realisasi
dan
anggaran
dapat
diketahui
penyimpangan yang terjadi.
d. Akuntansi pertanggungjawaban melaporkan hasil evaluasi dan penilain
kinerja yang dapat digunakan sebagai kerangka acuan dalam
menyusun
rencana
kerja,
baik
masing-masing
pusat
pertanggungjawaban maupun perusahaan secara keseluruhan periode
yang akan datang.
Menurut Sofyan Syafitri Harahap (2003:76-77), keberhasilan atas
penerapan
akuntansi
pertanggungjawaban
sangat
ditentukan
oleh
terpenuhinya persyaratan se bagai berikut :
1. Memiliki struktur organisasi dimana wewenang dan tanggung jawab
dibatasi dengan tegas dan jelas
2. Memberikan sistem reward dan punishment berdasarkan standar
pertanggungjawaban yang ditetapkan
3. Mempunyai sistem akuntansi yang sejalan dan disesuaikan dengan
pusat pertanggungjawaban
13
4. Anggaran harus disusun berdasarkan pusat pertanggungjawabannya
5. Terdapat sistem pelaporan pendapatan dan biaya dari manajer yang
sesuai dengan tanggung jawabnya
6. Harus ada pemisahan antara biaya yang dapat dikendalikan dan biaya
yang tidak dapat dikendalikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban
B. Hubungan antara Akuntansi Pertanggungjawaban dengan Akuntansi
Pemerintahan
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2006:01) Akuntansi
pertanggungjawaban sangat berkaitan erat dengan masalah anggaran,
karena anggaran tersebut harus dipertanggungjawabkan dan disusun
berdasarkan pusat-pusat pertanggungjawaban.
Dengan demikian, dari laporan pertanggungjawaban tersebut dapat
diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, dan menjadi
tanggungjawab dari manajer atau pimpinan yang bersangkutan untuk
mencari penyeleseiannya.
Dalam
menyusun
akuntansi
anggaran
pemerintahan,
Negara.
Akuntansi
diantara
fungsinya
adalah
pertanggungjawaban
dan
akuntansi pemerintahan sama-sama tidak berfokus untuk mendapatkan
laba dari segala yang telah diusahakan. Dalam akuntansi pemerintahan
anggaran tersebut dibedakan antara anggaran rutin atau operasional dan
anggaran pembangunan yang berhubungan dengan masalah proyek-proyek
pemerintah.
Sedangkan arti dari akuntansi pemerintahan itu sendiri seperti telah
diuraikan sebelumnya adalah berkaitan dengan proses pengumpulan,
pengukuran, penilaian, pengendalian, penerimaan dan pengeluaran serta
14
kegiatan lain yang berkaitan dengan sektor pemerintahan dan sektor
lainnya yang tidak bertujuan mencari laba (Non Profit).
C. Pengelolaan Keuangan (Anggaran Daerah)
1. Pengertian Anggaran Daerah
Pengertian Anggaran Daerah menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005 Lampiran IV Halaman 79 adalah sebagai berikut:
Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan
pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja transfer, dan
pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun
menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk suatu periode.
Sedangkan menurut Mardiasmo (2004;182) bahwa :
Anggaran daerah merupakan alat bagi Pemerintah Daerah atau
Pemerintah Kota untuk
mengarahkan dan menjamin
kesinambungan pembangunan, serta meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.
Menurut Mardiasmo (2004:183) tentang peranan anggaran daerah dapat
dilihat berdasarkan fungsi utamanya sebagai berikut:
a. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan antara lain:
1) Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan sesuai dengan visi dan
misi yang ditetapkan.
2) Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai
tujuan organisasi serta merencanakan alternatif sumber
pembiayaan.
3) mengalokasikan sumber-sumber ekonomi pada berbagai program
dan kegiatan yang telah disusun.
Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.
b. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian, yang digunakan antara
lain:
a) Mengendalikan efisiensi pengeluaran.
b) Membatasi keuangan dan kewenangan pemerintah kota
c) Mencegah adanya overspending, underspending dan sasaran
(misappropriation) dalam pengalokasian anggaran pada bidang
lain yang merupakan prioritas.
15
d) Memonitor kondisi keuangan pelaksanaan operasional program
atau kegiatan pemerintah
e) Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan untuk
menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi
melalui pemberian fasilitas, dorongan dan kordinasi kegiatan
ekonomi masyarakat.
f) Anggaran sebagai alat kordinasi antar unit kerja dalam organisasi
pemerintah kota yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran.
g) Anggaran sebagai alat evaluasi kinerja.
h) Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi
manajemen pemerintah kota agar bekerja ekonomis, efektif, dan
efisien dalam mencapai target kerja.
i) Anggaran dapat juga digunakan sebagai alat untuk menciptakan
ruang publik (Public Sphere), dalam arti bahwa proses penyusunan
anggaran harus melibatkan seluas mungkin masyarakat.
Selanjutnya anggaran terbagi menjadi dua yaitu:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rancana
keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ádala rencana
keuangan tahunan pemerintah pusat yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI).
2. Penerimaan dan Pengeluaran Kas
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Lampiran V
Halaman 106 bahwa: “Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank
yang
setiap
saat
dapat
digunakan
untuk
membiayai
kegiatan
pemerintahan”.
a. Penerimaan Kas
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 Lampiran
V Halaman 107 mendefinisikan penerimaan kas “adalah semua aliran
kas yang masuk ke Bendahara Umum Negara/Daerah”.
16
Penerimaan dan pengeluaran kas merupakan kegiatan yang
penting yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan-kegiatan
organisasi. Kegiatan penerimaan dan pengeluaran kas selalu terjadi
dalam pencapaian kas tidak ada organisasi yang dapat berjalan dengan
normal tanpa ketersediaannya kas.
Oleh karena penerimaan dan pengeluaran kas merupakan
kegiatan yang sangat penting maka kegiatan ini harus direncanakan
dan
dikendalikan
dengan
sebaik-baiknya.
Perencanaan
dan
pengendalian terhadap kegiatan tersebut dapat memberikan dukungan
terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan lainnya.
Penerimaan merupakan proses pemasukan dana dari sumber
tertentu kedalam penguasaan atau pemilikan organisasi, penerimaan
organisasi merupakan sumber dana bagi organisasi. Untuk organisasi
non profit, sumber dana didapatkan dari berbagai macam tujuan tanpa
adanya penekanan pada penentuan laba.
Penerimaan kas dalam sistem akuntansi komersial dan
akuntansi
pemerintahan
berbeda.
Dalam
akuntansi
komersial
penerimaan kas dimasukkan dalam pendapatan yang biasanya
diperoleh dari hasil penjualan. Penerimaan kas biasa juga dijadikan
sebagai modal untuk asset-asset dalam perusahaan dengan tujuan agar
perusahaan tersebut mendapatkan hasil yang maksimal.
Sedangkan penerimaan kas dalam Pemerintahan Daerah
menurut
Pedoman
Pembayaran
dalam
Pelaksanaan
Anggaran
17
Pendapatan dan Belanja Negara dan Pengelolaan Keuangan Daerah,
adalah sebagai berikut :
1) Pendapatan Asli Daerah (PAD)
a. Pajak daerah
b. Retribusi daerah
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
d. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
e. Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang
tidak dipisahkan
f. Jasa Giro
g. Pendapatan bunga
2) Dana Perimbangan.
a. Dana bagi hasil
b. Dana alokasi umum
c. Dana alokasi khusus
3. Lain lain pendapatan daerah yang sah, merupakan seluruh
pendapatan daerah selain PAD dan dana perimbangan, yang
meliputi hibah, dana darurat, dan lain-lain dana yang ditetapkan
pemerintah.
b. Pengeluaran Kas
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 Lampiran
V Halaman 107 mendefinisikan pengeluaran kas “adalah semua aliran
kas yang keluar dari Bendahara Umum Negara/Daerah”.
Pengeluaran kas merupakan proses pemakaian dana yang
dimiliki oleh suatu organisasi. Pengeluaran dana dilakukan untuk
membiayai kegiatan-kegiatan organisasi.
Demikian juga halnya dengan sistem pengeluaran kas antara
akuntansi komersial yang digunakan oleh perusahaan berbeda dengan
pengeluaran yang ada didalam sistem akuntansi pemerintahan.
Pengeluaran kas dalam akuntansi komersial yang dilakukan oleh
18
perusahaan biasanya dimasukkan dalam biaya yang serendah mungkin
dengan tujuan agar dicapai laba yang maksimal bagi perusahaan.
Pengeluaran kas yang ada dalam akuntansi pemerintahan yang
biasanya digunakan dalam instansi terdiri dari pengeluaran anggaran
belanja rutin dan pengeluaran anggaran pembangunan belanja proyek.
Berdasarkan
struktur
anggaran
menurut
Mardiasmo
(2004;185), elemen yang termasuk dalam belanja daerah adalah
sebagai berikut :
1) Belanja Aparatur Daerah
Bagian belanja yang berupa; belanja administrasi umum, belanja
operasi pemeliharaan, serta belanja modal atau pembangunan yang
dialokasikan atau digunakan untuk membiayai kegiatan yang hasil,
manfaat, dan dampaknya secara langsung dinikmati oleh
masyarakat
2) Belanja Pelayanan Publik
Bagian belanja yang berupa; belanja administrasi umum, belanja
operasi pemeliharaan, serta belanja modal atau pembangunan yang
dialokasikan atau digunakan untuk membiayai kegiatan yang hasil,
manfaat, dan dampaknya secara langsung dinikmati oleh
masyarakat
3) Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Pengeluaran uang dengan kriteria:
a) Tidak menerima secara langsung imbalan barang dan jasa
seperti yang layak terjadi dalam transaksi pembelian dan
penjualan
b) Tidak mengharapkan dibayar kembali dimasa yang akan datang
seperti yang diharapkan pada suatu pinjaman
c) Tidak mendapatkan hasil pendapatan seperti layaknya yang
diharapkan pada kegiatan-kegiatan investasi
4) Belanja tidak terduga Pengeluaran yang disediakan untuk :
a) Kejadian-kejadian luar biasa seperti bencana alam, kejadian
yang dapat membahayakan daerah
b) Utang (pinjaman) periode sebelumnya yang belum diselesaikan
dan atau yang tersedia anggarannya pada tahun yang
bersangkutan.
c) Pengembalian penerimaan yang bukan haknya atau
penerimaan yang dibebaskan (dibatalkan) dan atau kelebihan
penerimaan.
19
3. Pelaksanaan Anggaran
Menurut Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 11 Tahun 2008
Halaman 49 Tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai
berikut :
a. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah
Pasal 68
1) Semua pendapatan daerah dilakukan melalui kas umum daerah
2) Bendahara penerimaan wajib menyetor seluruh penerimaannya ke
rekening kas umum daerah selambat-lambatnya dalam waktu satu
hari kerja
3) Setiap pendapatan harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah
Pasal 69
1) SKPD dilarang melakukan melakukan pungutan selain dari yang
ditetapkan dalam peraturan daerah.
2) SKPD yang mempunyai tugas memungut dan atau menerima dan
atau kegiatannya berdampak pada pendapatan daerah wajib
mengintensifkan pemungutan pendapatan yang menjadi wewenang
dan tanggung jawabnya.
Pasal 70
1) Pendapatan SKPD yang merupakan pendapatan daerah tidak dapat
dipergunakan langsung untuk pengeluaran
2) Komisi, rabat, potongan atau penerimaan lain dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang dapat dinilai dengan uang, baik secara
langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar-menukar, hibah,
asuransi dan atau pengadaaan barang dan jasa termasuk
penerimaan bunga, jasa giro atau penerimaan lain sebagai akibat
penyimpanan dan anggaran pada bank serta penerimaan dari hasil
pemanfaatan barang daerah atas kegiatan lainnya merupakan
pendapatan daerah.
3) Semua pendapatan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1
apabila berbentuk uang harus segera disetor ke kas umum daerah
dan berbentuk barang menjadi milik atau aset daerah yang dicatat
sebagai inventaris daerah.
20
b. Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah
Pasal 73
1) Setiap pengeluaran belanja harus didukung oleh bukti yang lengkap
dan sah.
2) Bukti sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus mendapat
pengeesahan oleh pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab
atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti
dimaksud.
3) Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak dapat
dilakukan sebelum rancangan peraturan daerah tentang APBD
ditetapkan dan ditempatkan dalam lembaran daerah.
4) Pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat 3 tidak termasuk
belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib,
yang ditetapkan dalam peraturan walikota.
4. Mekanisme Penyusunan Anggaran Daerah
Menurut Abdul Halim (2007:28) dalam Buku Akuntansi Sektor
Publik : Akuntansi Keuangan Daerah didalam Penyusunan Anggaran
Daerah dibagi dalam 3 (tiga) tahapan yaitu :
1. Penyusunan APBD oleh Kepala Daerah
a) Kepala daerah menyampaiakan kebijakan umum APBD tahun
anggaran
berikutnya
dilakukan
selambat-lambatnya
pada
pertengahan bulan juni tahun berjalan
b) Kepala daerah bersama DPRD membahas kebijakan umum APBD
dalam
pembicaraan
pendahuluan
RAPBD
tahun
anggaran
berikutnya.
c) Mengacu pada kebijakan umum RAPBD yang telah disepakati,
kepala daerah dan DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran
sementara.
21
d) Kebijakan umum yang menjadi prioritas dan plafon anggaran
dijadikan acuan bagi setiap SKPD untuk melaksanakan program
kegiatan
2. Penyusunan APBD oleh Kepala SKPD
a) Kepala SKPD menyusun rencana kerja dan anggaran SKPD (RKASKPD) tahun berikutnya berdasarkan prestasi kerja yang akan
dicapai.
b) Kepala SKPD bersama DPRD membahas RKA-SKPD dalam
pembicaraan pendahuluan RAPBD.
c) Hasil pembahasan RKA dijadikan acuan bagi pejabat pengelola
keuangan daerah (DPPKD) dalam penetapan anggaran tingkat
SKPD.
3. Penetapan APBD
a) Kepala Daerah bersama DPRD membahas RAPERDA tentang
APBD
disertai
penjelasan
dengan
dokumen-dokumen
pendukungnya, dilakukan pada minggu pertama bulan Oktober
tahun sebelumnya.
b) Pembahasan berikutnya antara kepala daerah dan DPRD dilakukan
pada 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran menghasilkan
ketetapan APBD yang telah disetujui.
c) APBD ditetapkan dengan PERDA
22
5. Langkah-Langkah Teknis Penyusunan Anggaran Daerah
1) Kepala SKPD menyusun Rancangan Anggaran Kas berdasarkan
Rancangan DPA-SKPD dan menyerahkan Rancangan Anggaran Kas
SKPD kepada PPKD selaku BUD bersamaan dengan Rancangan DPASKPD paling lambat enam hari kerja setelah adanya pemberitahuan.
2) PPKD mengotorisasi Rancangan Anggaran Kas SKPD dan kemudian
diserahkan kepada TAPD.
TAPD bersama dengan kepala SKPD memverifikasi Rancangan DPASKPD dan RKA-SKPD berdasarkan per-KDH penjabaran, paling
lambat 15 hari kerja sejak ditetapkannya per-KDH Penjabaran.
3) TAPD menyerahkan Rancangan Anggaran Kas SKPD yang lolos
verifikasi kepada PPKD untuk disahkan menjadi Anggaran Kas
Pemerintah Daerah.
Rancangan Anggaran Kas SKPD dibuat arsip oleh PPKD, sedangkan
Rancangan Anggaran Kas Pemerintah Daerah digunakan dalam proses
pembuatan penyediaan dana.
6. Cara Pengisian Anggaran Kas
1) Baris
“PEMERINTAH
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA”
diisi
dengan nama Kabupaten
2) Baris “TAHUN ANGGARAN” diisi dengan tahun Anggaran yang
bersangkutan.
3) Kolom 1 diisi sesuai dengan kode rekening pendapatan serta
pembiayaan penerimaan atau belanja serta pembiayaan pengeluaran.
23
4) Kolom 2 diisi sesuai dengan uraian rekening pendapatan serta
pembiayaan penerimaan atau belanja serta pembiayaan pengeluaran.
5) Kolom 3 diisi dengan jumlah anggaran pendapatan serta pembiayaan
penerimaan atau belanja serta pembiayaan pengeluaran.
6) Kolom 4 diisi dengan perkiraan jumlah pendapatan serta pembiayaan
penerimaan atau belanja serta pembiayaan pengeluaran setiap bula di
triwulan 1 (boleh pertriwulan)
7) Kolom 5 diisi dengan perkiraan jumlah pendapatan serta pembiayaan
penerimaan atau belanja serta pembiayaan pengeluaran setiap bulan di
triwulan II (boleh pertriwulan).
8) Kolom 6 diisi dengan perkiraan jumlah pendapatan serta pembiayaan
penerimaan atau belanja serta pembiayaan pengeluaran setiap bulan di
triwulan III (boleh pertriwulan).
9) Kolom 7 diisi dengan perkiraan jumlah pendapatan serta pembiayaan
penerimaan atau belanja serta pembiayaan pengeluaran setiap bulan di
triwulan III (boleh pertriwulan).
24
7. Contoh Anggaran Kas.
Tabel 2.1
PEMERINTAH KOTA DEPOK
ANGGARAN KAS BELANJA LANGSUNG
TAHUN ANGGARAN 2010
Unit Organisasi
:
Program
:
Kegiatan
:
1.10.01. DINAS KEPENDUDUKAN DAN
PENCATATAN SIPIL
87. Peningkatan Kualitas Penyelenggara
an Managemen Kependudukan.
01. Sosialisasi Kependudukan.
Kode
Rekening
Uraian
1
2
BELANJA LANGSUNG
Belanja Pegawai
Honorarium PNS
Honorarium Tim Peng Brng Js
Honorarium Tim Pem Brng Js
Honorarium Peng adm Keg
Honorarium Harian
Honorarium Non PNS
Honorarium Non PNS (Honore)
Belanja Brng dan Jasa
Belanja Bahan Pakai Habis
Belanja Alat Tulis Kantor
Belanja Jasa Kantor
Belanja Dokumentasi
Belanja Cetak dan Pengandaan
Belanja Cetak
Belanja Penggandaan
Dst
Belanja Sewa Rumah/Gedung
Belanja Sewa R. Rapat/Pert
Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Perj Dinas Dalam Dae
Belanja Perj Dinas Luar Daera
5.2
5.2.1
5.2.1.01.
5.2.1.01.02.
5.2.1.01.03.
5.2.1.01.04.
5.2.1.01.05.
5.2.1.02
5.2.1.02.02
5.2.2.
5.2.2.01.
5.2.2.01.01
5.2.2.03.
5.2.2.03.14.
5.2.2.06.
5.2.2.06.01.
5.2.2.06.02.
5.2.2.06.03.
5.2.2.07.
5.2.2.07.03.
5.2.2.15.
5.2.2.15.01.
5.2.2.15.02.
Jumlah Belanja per Bulan
Jumlah Belanja Langsung per Triwulan
Anggaran
Tahun Ini
(Rp)
3
476,375,050.00
119,905,000.00
56,905,000.00
1,350,000.00
900,000.00
6,255,000.00
48,400,000.00
63,000,000.00
63,000,000.00
356,470,050.00
3,688,000.00
3,688,000.00
362,500.00
362,500.00
192,764,500.00
117,000,000.00
764,550.00
75,000,000.00
151,860,000.00
151,860,000.00
7,795,000.00
2,695,000.00
5,100,000.00
Januari
-
Triwulan I
(Rp)
Februari
Maret
4
245,957,550.00
21,885,000.00
8,385,000.00
1,350,000.00
2,085,000.00
4,950,000.00
13,500,000.00
13,500,000.00
224,072,550.00
3,688,000.00
3,688,000.00
192,164,550.00
117,000,000.00
164,550.00
75,000,000.00
28,220,000.00
28,220.000.00
-
345,957,550.00
245,957,550.00
Sumber : Anggaran Kas Belanja Langsung Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Depok Tahun 2009
Download