BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah orang yang menderita diabetes semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, faktor penuaan, urbanisasi, obesitas dan aktifitas yang inaktif. Menurut World Health Organisation (WHO), diabetes melitus dapat didefinisikan sebagai suatu penyakit metabolik kronik, baik disebabkan oleh pankreas yang tidak boleh menghasilkan insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak boleh menggunakan insulin yang dihasilkan secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia, atau peningkatan gula darah adalah efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol dan dari waktu ke waktu, boleh menyebabkan kerusakan jangka panjang terutama pada mata, jantung, ginjal, saraf, dan pembuluh darah (Soegondo, 2004). Pada tahun 2004, WHO menyatakan bahwa, pada tahun 2003, terdapat lebih dari 200 juta orang dengan diabetes di dunia dan angka ini akan bertambah menjadi 333 juta orang di tahun 2025. Diperkirakan bahwa jumlah penderita diabetes di seluruh dunia akan meningkat dari 171 juta pada tahun 2000 menjadi 366 juta tahun 2030. Selain itu, prevelensi diabetes disemua umur diseluruh dunia diperkirakan 2.8% pada tahun 2000 dan 4.4% pada tahun 2030. Walaupun diabetes diderita lebih banyak oleh wanita namun prevelensinya lebih tinggi pada pria. Diabetes dikatakan akan menjadi penyebab kematian yang ke-7 pada tahun 2030. Menurut International Diabetes Federation (IDF), lebih dari 285 juta orang menderita diabetes melitus di seluruh dunia dan angka ini dijangkau meningkat menjadi 439 juta pada tahun 2030. Negara berkembang seperti Indonesia merupakan negara yang paling banyak terkena dalam abad ke-21 ini. Indonesia merupakan negara ke-4 dengan jumlah diabetes terbanyak di dunia. Jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia terus meningkat dimana saat ini diperkirakan sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia menderita diabetes. Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM yang disebabkan keturunan dan tipe kedua disebabkan gaya hidup. Secara umum, hampir 80 % prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2 dan di Indonesia sendiri, DM tipe 1 sangat jarang dijumpai mungkin karena terletak di katulistiwa atau faktor genetiknya tidak menyokong (Suyono, 2004). Katarak yang merupakan salah satu komplikasi DM merupakan penyebab utama kebutaan di seluruh dunia, yaitu menyumbang sekitar 42% dari semua kebutaan. Lebih dari 17 juta orang buta karena katarak, dan 28000 kasus baru dilaporkan setiap hari di seluruh dunia. Sekitar 25% dari populasi berumur lebih dari 65 tahun dan sekitar 50% berumur lebih dari 80 tahun memiliki gangguan penglihatan yang serius karena katarak (Kyselova et al, 2004). Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan lensa mata yang dapat terjadi akibat penambahan cairan lensa, pemecahan protein lensa atau keduanya, dan dapat menimbulkan gangguan penglihatan jika terbentuk pada aksis penglihatan. Meskipun perkembangan katarak yang perlahan dan progresif sehingga awalnya pasien kadang tidak menyadari penyakitnya, tetapi katarak dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Sebagian besar katarak timbul pada usia tua sebagai akibat pajanan terus menerus terhadap pengaruh lingkungan dan pengaruh lainnya seperti merokok, radiasi sinar ultraviolet, dan peningkatan kadar gula darah (Kim, 2006). Menurut WHO, sebanyak 25 juta penduduk buta karena katarak. Diperkirakan jumlah penderita buta akibat katarak didunia saat ini mencapai 17 juta orang. Untuk itu, WHO dengan visi 2020 bekerja keras untuk menurunkan angka kebutaan dan menghindari ancaman kebutaan yang dikhawatirkan dapat mencapai angka 80 juta pada tahun 2020. Katarak menjadi penyebab utama kebutaan di Indonesia. Pada saat ini terdapat sekitar 1,7 orang menderita katarak dan setiap tahun terdapat sekitar 200.000 penderita baru katarak. Patogenesis terjadinya katarak belum sepenuhnya dimengerti. Namun, berdasarkan suatu studi penelitian, ditekankan proses polyol sebagai peran utama terjadinya katarak di mata (Pollreisz, 2010). Pada lensa katarak, dijumpai agregat- agregat protein yang akan menghalang tembusnya cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa yang jernih menjadi kuning atau coklat. Ini nantinya akan mengganggu penglihatan dan jika tidak di rawat boleh menyebabkan kebutaan (Ilyas,2009). Katarak tidak dapat dicegah kecuali pada kebutaannya yaitu dengan tindakan operasi. Operasi katarak merupakan operasi yang mudah dan aman bagi kebanyakan orang. Namun, sama seperti operasi lain, operasi katarak dapat menimbulkan komplikasi seperti pendarahan dan kerusakan pada kornea atau retina yang memerlukan pembedahan lebih lanjut (Pollreisz, 2010). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah karakteristik pasien katarak akibat Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Mata RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2012?” 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui angka kejadian dan karakteristik katarak pada pasien Diabetes Melitus di Poliklinik Mata RSUP. Haji Adam Malik, Medan. 1.3.2. Tujuan Khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui angka kejadian katarak disebabkan diabetes di Poliklinik Mata RSUP. Haji Adam Malik. 2. Mengetahui gambaran katarak berdasarkan umur pada pasien diabetes di Poliklinik Mata RSUP. Haji Adam Malik. 3. Mengetahui gambaran katarak berdasarkan jenis kelamin pada pasien diabetes di Poliklinik Mata RSUP. Haji Adam Malik. 4. Mengetahui gambaran katarak pada pasien diabetes berdasarkan durasi di Poliklinik Mata RSUP. Haji Adam Malik di Poliklinik Mata RSUP. Haji Adam Malik. 5. Mengetahui gambaran katarak pada pasien diabetes yang merokok di Poliklinik Mata RSUP. Haji Adam Malik. 6. Mengetahui angka kejadian stadium katarak yang terbentuk pada pasien diabetes di Poliklinik Mata RSUP. Haji Adam Malik. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Poliklinik Mata RSUP Haji Adam Malik, Medan : 1. Sebagai gambaran karakteristik penderita katarak akibat diabetes melitus. 1.4.2. Peneliti 1. Mendapatkan informasi dan menambahkan pengetahuan mengenai katarak pada pasien diabetes. 2. Sebagai pengalaman berharga dalam rangka menambah wawasan untuk perkembangan diri, khususnya dalam bidang penelitian. 1.4.3. Pembaca atau Peneliti lain 1. Sebagai bahan sumbangan ilmiah yang diharapkan dapat bermanfaat kepada pembaca dan peneliti. 2. Sebagai referensi untuk melakukan penelitian sama atau terkait oleh para peneliti seterusnya.