BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia menggunakan alat indera sebagai sarana komunikasi dengan lingkungannya. Alat indera menerima dan mengubah stimuli fisik (seperti gelombang cahaya dan getaran suara) menjadi impuls neuron yang menghasilkan sensasi (seperti mengalami adanya cahaya dan suara). Selanjutnya, sensasi diinterpretasi sehingga apa yang dilihat, didengar atau dirasakan oleh manusia dapat dikenali sebagai suatu benda, suara dan lain sebagainya, bukan hanya suatu stimuli yang tidak berarti. Proses ini disebut sebagai proses persepsi (Kassin, 2003; King, 2010; Zimbardo, Weber & Johnson, 2000). Proses persepsi terbagi menjadi empat yaitu visual, auditori, atensi dan kesadaran (Matlin, 2005). Istilah kesadaran, atensi hingga working memory berhubungan satu sama lain namun sering kali penggunaannya tumpang tindih. Untuk menyadari dan mengetahui bahwa suatu kejadian sedang berlangsung, hal tersebut harus ada dalam working memory (Dowling, 2010; Miyake & Shah, 1999). Cowan (2008) menambahkan bahwa working memory meliputi memori jangka pendek dan mekanisme lain yang memiliki korelasi dengannya. Selanjutnya memori jangka pendek akan berpindah ke memori jangka panjang, yaitu tahap penyimpanan memori yang memiliki kapasitas yang sangat besar dan terakumulasi dari pengalaman dan informasi sepanjang hidup individu. Tiga jenis 1 Universitas Sumatera Utara 2 memori jangka panjang adalah semantic memory, yaitu ingatan tentang makna suatu informasi, episodic memory, yaitu ingatan mengenai pengalaman pribadi, dan procedural memory, yaitu ingatan mengenai keahlian yang dimiliki individu (Lahey, 2007 & Reed, 2007). Kemampuan memasak, mengendarai sepeda, hingga kemampuan untuk tetap dapat memainkan suatu alat musik meskipun individu tersebut telah lama tidak memainkannya adalah contoh dari procedural memory (Lahey, 2007). Spiro (2010, dalam Seluzicki, 2013) menyatakan bahwa kemampuan memainkan alat musik adalah bagian memori yang paling kompleks yang tidak dipengaruhi oleh penyakit Alzheimer. Berlatih memainkan alat musik bahkan menurunkan resiko terjangkit penyakit dementia sebanyak 63%, sedangkan pemusik yang telah didiagnosa menderita dementia tetap tidak kehilangan keahliannnya dalam memainkan alat musik. Sluming dkk (2002, dalam Seluzicki, 2013) menemukan bahwa pemusik yang berlatih memainkan alat musik selama bertahun-tahun mengalami peningkatan massa otak yang berkontribusi terhadap menurunnya resiko terjangkit penyakit Alzheimer. Latihan merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk memindahkan informasi ke memori jangka panjang (Matlin, 2005). Individu yang ahli dalam suatu bidang tertentu selama jangka waktu lebih dari sepuluh tahun melalui proses latihan yang terus menerus dapat dengan mudah mengingat aspek bidang tersebut (Ericsson & Lehmann (1996) dalam Matlin, 2005). Studi mengenai memori yang digunakan untuk musik, khususnya pitch merupakan salah satu topik yang paling awal dibahas dalam psikologi eksperimen (Levitin & Rogers, 2005). Dalam buku Psychology and its Allied Disciplines (Bornstein, Universitas Sumatera Utara 3 1984), Deutsch mengutip karya Aristoxenus yang mengatakan bahwa pemahaman terhadap musik bergantung pada persepsi indera dan memori dan bahwa hanya dengan dua bidang inilah manusia mengikuti perkembangan musik. Selanjutnya Dowling (2010) menambahkan bahwa persepsi sangat terikat dengan memori dan tidak dapat dipisahkan sebagai dua proses yang berbeda. Musik memiliki dua aspek dasar yaitu ritme dan pitch. Ritme adalah ketukan dalam musik sedangkan pitch adalah nada atau melodi yang membentuk musik (Trainor & Unrau, 2012). Nada merupakan salah satu processing code dalam model kognitif pada manusia (Matthews, Davies, Westerman & Stammers, 2000). Tanpa nada, musik hanya berupa ketukan drum, percakapan hanya berupa bisikan (Yost, 2009), bahkan mencari sumber suara adalah hal yang sangat sulit jika stimuli suara tidak memiliki nada (Trainor & Unrau, 2012). Pada beberapa bahasa seperti bahasa Mandarin, nada digunakan sebagai fitur verbal; kata-kata dengan susunan konsonan dan vokal yang sama memiliki arti berbeda jika nada berbeda (Deutsch, 2002). Kemampuan mengingat interval pitch—jarak antara dua not—yang cukup baik pada manusia ini disebut relative pitch (Deutsch, 2006; Trainor & Unrau, 2012). Interval pitch adalah jarak nada antara dua pitch— dengan kata lain, seberapa tinggi atau rendah nada yang satu dengan yang lainnya (Schmidt-Jones, 2008). Trainor dan Unrau (2012) memberikan suatu contoh praktis mengenai relative pitch. Kebanyakan orang dapat mengenali lagu Selamat Ulang Tahun meskipun nada yang digunakan dinaikkan atau diturunkan jika interval nada lagu tersebut benar. Berdasarkan perbandingan relative pitch dengan kemampuan visual, Deutsch (2006) menambahkan bahwa individu dapat Universitas Sumatera Utara 4 mengenali warna begitu melihatnya, tetapi pada individu penderita sindrom color anomia, ia mengenali perbedaan warna tetapi tidak dapat memberitahukan dengan jelas nama dari warna tersebut. Relative pitch merupakan kemampuan yang sama seperti color anomia dalam bidang auditori tetapi relative pitch bukanlah gangguan, melainkan suatu kemampuan yang dapat dilatih (Blake & Sekuler, 2006). Unrau (2006) menjelaskan relative pitch sebagai metode utama yang digunakan manusia dalam memproses musik. Hal ini penting dalam orkestra, penulisan lagu, dan mengenali karya musik. Hasil karya penulis lagu yang paling kreatif sekalipun akan menjadi sia-sia jika musik yang ia hasilkan tidak dapat diproses oleh telinga dan otak pendengarnya (Blake & Sekuler, 2006). Terlalu banyak hal yang baru dan berbeda dalam satu musik membuat musik tersebut tidak dapat dipahami manusia, sebaliknya jika terus diulang-ulang, lagu tersebut akan menjadi bosan (Dowling, 2010). Bukan hanya dalam musik, McDermott, Lehr dan Oxenham (2008) menyatakan pentingnya relative pitch dalam mengenali suara percakapan dan musik yang terdiri dari jangkauan nada yang berbeda-beda dan dihasilkan oleh alat musik dan pembicara yang berbeda pula sehingga relative pitch merupakan fitur penting dalam kegiatan memproses suara pada individu. Individu pada umumnya memiliki relative pitch, terutama pada musisi yang telah menerima pelatihan musik (Blake & Sekuler, 2006). Selain proses latihan, Hove, Sutherland dan Krumhansl (2010) menambahkan bahwa etnis berperan penting dalam pembelajaran relative pitch, diketahui bahwa individu Universitas Sumatera Utara 5 beretnis Asia bagian Timur memiliki relative pitch yang cenderung lebih baik. Penelitian ini mengukur relative pitch pada subjek dengan menggunakan empat jenis interval yang berbeda. Penelitian ini menggunakan dua nada dasar yaitu C dan F# dengan nada kedua bersifat ascending (nada semakin tinggi) dan menggunakan partisipan non musisi. Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Hove, Sutherland dan Krumhansl (2010) adalah untuk membedakan kemampuan etnis dalam mengenali relative pitch. Berdasarkan komunikasi personal melalui email dengan salah seorang peneliti di penelitian ini, ia menyatakan bahwa nada dasar yang digunakan hanya C dan F# (Komunikasi Personal, 2013). Meskipun peneliti menyatakan nada dasar yang digunakan lebih baik diperbanyak, tetapi tes ini mungkin terlalu sulit bagi partisipan non musisi. Michael Hove (Komunikasi Personal, 2013) juga menyatakan bahwa ia tidak yakin ada alat tes yang dikhususkan untuk menguji kemampuan relative pitch. Cara mengukur relative pitch yang dilakukan oleh Schellenberg dan Moreno (2009) adalah membandingkan musisi dan non musisi dalam mengenali kesalahan nada yang disengaja dalam lagu Happy Birthday to You dan Twinkle Twinkle Little Star. Metode ini juga digunakan dalam penelitian yang melibatkan pengguna implan koklea atau alat bantu pendengaran pada individu yang menderita gangguan pendengaran (Wang, Zhou & Xu, 2011), namun pengukuran ini tidak dapat mengukur relative pitch dengan tepat karena Halpern (1989), Jakubowski dan Müllensiefen (2013) dan Levitin (1994) membuktikan bahkan non musisi dapat mengenali nada dengan tepat dalam lagu-lagu popular yang Universitas Sumatera Utara 6 familiar, sehingga mereka dapat mengenali kesalahan nada tanpa harus melatih relative pitch. Mengukur relative pitch bukanlah hal yang mudah karena relative pitch termasuk kemampuan mengingat yang implisit. Memori implisit sering disebut memori non-deklaratif karena individu tidak dapat menjelaskan memori ini secara verbal. Memori implisit bersifat nonconscious dan sering kali melibatkan ingatan tentang langkah-langkah melakukan sesuatu atau perasaan dan emosi yang spesifik (Hall, 1998). Tes memori implisit mengukur pengalaman pada tugas yang tidak membutuhkan performa yang ditampilkan secara sadar (Roediger III, 1990). Roediger III (1990) membuktikan bahwa ada perbedaan yang besar antara tes memori implisit dan eksplisit yang mungkin disebabkan oleh sistem memori yang berbeda antara memori implisit dan eksplisit. Memori implisit diukur melalui tes memori tidak langsung, yaitu tes di mana partisipan melakukan aktivitas kognitif atau motorik yang tidak berhubungan dengan kejadian di masa lalu (RichardsonKlavehn & Bjork, 1988). Pembelajaran mengenai memori implisit dapat memberikan manfaat penting dalam bidang lainnya, termasuk kognisi, pemecahan masalah, dan perkembangan kognitif (Roediger III, 1990). Dalam bidang perkembangan kognitif, penggunaan tes memori implisit memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan tes memori eksplisit, seperti pada percobaan terhadap partisipan amnesia (Kihlstrom, 1980 & Hashtroudi, Parker, DeLisi, Wyatt, & Mutter, 1984; dalam Roediger III, 1990). Selanjutnya, tes memori implisit dapat berkontribusi terhadap penelitian mengenai proses kognitif dan pembelajaran, khususnya kemampuan memecahkan masalah. Pada partisipan yang telah diberi Universitas Sumatera Utara 7 pelatihan, kemudian diberikan masalah yang baru, Gick & Holyoak (1983; dalam Roediger III, 1990) menunjukkan bahwa pelatihan yang pernah diikuti partisipan tidak membantu dalam menyelesaikan masalah yang baru, kecuali jika masalah tersebut sangat menyerupai masalah yang diberikan pada saat pelatihan sehingga partisipan dapat membandingkan dan menemukan penyelesaian masalah yang baru. Topik lain mengenai tes memori implisit yang mempengaruhi bidang pendidikan adalah sejauh apa materi yang dipelajari di sekolah dapat diaplikasikan untuk memecahkan masalah dalam konteks lain, misalnya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berkaitan dengan pembuatan alat tes relative pitch yang dilakukan peneliti, yaitu sejauh apa materi yang dipelajari subjek selama pelatihan musik dapat membantu subjek dalam menentukan relative pitch. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada alat tes yang dikhususkan untuk menguji kemampuan individu dalam menentukan relative pitch (Komunikasi Personal, 2013). Oleh sebab itu peneliti merancang tes memori implisit yaitu alat ukur relative pitch yang diharapkan dapat membantu menentukan tingkat relative pitch pada individu. B. Rumusan Masalah Sejauh ini belum ditemukan alat ukur relative pitch di Indonesia, maka peneliti merancang alat ukur untuk membantu mengukur relative pitch pada individu. Universitas Sumatera Utara 8 C. Tujuan Perancangan Alat Ukur Perancangan alat ukur ini bertujuan memperoleh alat ukur relative pitch yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan individu dalam menentukan relative pitch. D. Manfaat Alat Ukur Alat ukur ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain: 1. Manfaat teoritis a. Alat ukur ini diharapkan menambah wawasan teoritis mengenai memori. 2. Manfaat praktis a. Alat ukur ini diharapkan berguna untuk mengukur tingkat relative pitch yang dimiliki individu untuk membantu proses seleksi minat dan bakat serta membantu perancangan metode dan strategi belajar siswa di bidang musik. b. Alat ukur ini diharapkan dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya yang bermaksud melakukan penelitian mengenai memori, khususnya relative pitch. E. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan memuat uraian mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan perancangan alat ukur, serta manfaat alat ukur. Bab II : Landasan teori berisi teori-teori yang berkaitan Universitas Sumatera Utara 9 dengan variabel yang diteliti. Bab III : Metode penelitian, berisi uraian mengenai metode yang digunakan peneliti yang meliputi spesifikasi alat ukur, sampel, teknik sampling dan prosedur penelitian. Bab IV : Analisa data memuat data subjek penelitian, analisa data dengan menggunakan statistik dan interpretasi data yang digunakan dalam bagian pembahasan. Bab V : Kesimpulan dan saran membahas hasil penelitian dan saran bagi peneliti selanjutnya berkaitan dan alat ukur relative pitch. Universitas Sumatera Utara