14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Kata komunikasi atau communication (dalam bahasa inggris) berasal dari kata latin “communis” yang berarti sama. Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal – usul kata komunikasi yang merupakan akar dari kata – kata yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makana, atau suatu pesan dianut secara sama8. Komunikasi menurut ahli sangat beragam, karena para ahli memandang komunikasi dari sudut pandang yang berbeda. Menurut Colin Cherry komunikasi adalah pembentukan satuan sosial yang terdiri dari individu – individu melalui penggunaan bahasa dan tanda, memiliki kesamaan dalam peraturan – peraturan, untuk berbagai aktifitas pencapaian tujuan9. Sedangkan Onong Uchjana Effendy mendefinisikan komunikasi sebagai proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan dan sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku10. 8 Deddy Mulyana. op.cit., 46.. Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo. 2006 hal7. 10 Onong Uchjana Effendy. op.cit., 60. 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi tidak hanya sebagai proses penyampaian pesan atau informasi, tetapi lebih jauh dari itu agar dapat memberikan pengetahuan lebih kepada khalayak banyak. 2.1.2 Tujuan Komunikasi Setiap individu, kelompok, organisasi, ataupun lembaga dalam melakukan komunikasi tentunya mempunyai tujuan – tujuan yang hendak dicapai. Tujuan melakukan komunikasi menurut Onong ada empat, yaitu11: 1. Mengubah sikap (to change attitude) Komunikasi bertujuan untuk mengubah sikap, yang dimaksud dengan hal ini adalah melalui komunikasi, tujuan komunikator untuk mengubah sikap komunikan dapat tercapai. 2. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change opinion) Dengan berkomunikasi, diharapkan agar opini, pendapat, serta pandangan orang atau komunikan dapat berubah. 3. Mengubah perilaku (to change behavior) Selain itu, tujuan dari komunikasi adalah untuk mengubah perilaku dari komunikan. Perubahan perilaku dapat berupa perubahan yang nyata terlihat atupun tidak, misalnya perubahan gaya hidup yang Nampak. 11 Ibid. 55. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 4. Mengubah masyarakat (to change the society) Tujuan lainnya adalah mengubah masyarakat dengan khalayak yang lebih besar, maka pesan yang sampai akan diterima oleh banyak komunikan, walaupun hanya ada stau komunikator. 2.1.3 Fungsi Komunikasi Komunikasi yang selalu dilakukan oleh tiap manusia sudah pasti memberikan fungsi yang bisa manusia itu manfaatkan guna memenuhi kebutuhannya. Onong juga menyebutkan bahwa ada empat fungsi komunikasi yaitu12 : 1. Menginformasikan (to whom) Kegiatan komunikasi itu memberikan penjelasan, penerangan mengenai bentuk informasi yang disajikan dari seorang komunikator kepada komunikan. 2. Mendidik (to educate) Penyebaran informasi tersebut sifatnya memberikan pendidikan atau menganjurkan sesuatu pengetahuan, menyebarluaskan kreatifitas untuk membuka wawasan. 3. Menghibur (to entertain) Penyebaran informasi yang disajikan kepada komunikan untuk memberikan hiburan. Menyampaikan informasi dalam lagu, lirik dan bunyi maupun gambar dan bahasa membawa setiap orang pada situasi menikmati hiburan. 12 Ibid. 55. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 4. Mempengaruhi (to influence) Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi khalayak untuk member motivasi, mendorong untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang dilihat, dibaca, dan didengar. Serta memperkenalkan nilai – nilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku kea rah yang baik. 2.2 Hubungan Masyarakat (Humas) 2.2.1 Definisi Humas Definisi Humas antara satu ahli dengan ahli lain berbeda, tetapi kesemuanya menekankan pada satu titik yaitu kegiatan komunikasi yang berkonstrasi pada hubungan timbal balik atau memberikan respon. Widjaja13 mengatakan Humas adalah “kegiatan yang menyangkut baik individu ke dalam maupun keluar dan semua kegiatan diselenggarakan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi masing – masing lembaga atau organisasi”. Sementara ahli lain yaitu Frank Jefkins14 menjelaskan Humas adalah “semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun keluar, antara suatu organisasi dengan khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan – tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian”. Di sisi lain Cutlip dan Center15 mengatakan Humas adalah proses berkesinambungan / kontinu dari usaha – usaha manajemen untuk memperoleh kerja sama dan saling pengertian kepada pelanggan, pegawai, publik umumnya; 13 W. Widjaja. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2010 hal 53. Frank Jefkins. op.cit., 10 15 Danandjaja. Peranan Humas dalam Perusahaan. Jogjakarta: Garaha Ilmu. 2011 hal 16. 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 ke dalam mengadakan analisa dan perbaikan terhadap diri sendiri, keluar dengan menyampaikan pernyataan – pernyataan. 2.2.2 Fungsi Humas Dari beberapa definisi mengenai Humas di atas memudahkan setiap orang untuk mengetahui fungsi dari Humas itu apa saja. Fungsi Humas memiliki karakteristik yang berbeda dalam setiap organisasi yang menaunginya karena tujuan dari tiap – tiap organisasi tentu berbeda. Meskipun demikian Humas memiliki fungsi dasar yang sama. Menurut Cutlip, Center, and Broom, sebagai sebuah fungsi manajemen fungsi Humas mencakup hal – hal sebagai berikut.16 a. Memperkirakan, menganalisis, dan menginterpretasikan opini dan sikap publik, dan isu – isu yang mungkin mempengaruhi operasi dan rencana organisasi. b. Memberi saran kepada manajemen di semua level di organisasi sehubungan dengan pembuatan keputusan, jalannya tindakan, dan komunikasi, dan mempertimbangkan ramifikasi publik dan tanggung jawab sosial atau kewarganegaraan organisasi. c. Meriset, melaksanakan, dan mengevaluasi secara rutin program – program dan komunikasi untuk mendapatkan pemahaman publik demi kesuksesan tujuan organisasi. d. Merencanakan dan mengimplementasikan usaha organisasi untuk mempengaruhi atau mengubah kebijakan public. 16 Scot M Cutlip, Allen H Center, Glen M Broom. Effective Public Relations. Jakarta : Kencana. 2006 hal 7. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 e. Menentukan tujuan, rencana, anggaran, rekruitmen dan training staff, mengembangkan fasilitas, mengelola sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan semua hal tersebut di atas. 2.2.3 Peran Humas Menurut Sari17 “peran Humas tersebut diharapkan dapat menjadi mata dan telinga serta tangan kanan bagi top manajemen dalam organisasi / lembaga”. Peran Humas lainnya sebagai fungsi manajemen yaitu the boundary spanner ditambahkan oleh Miles. Peran sebagai the boundary soanner melibatkan beberapa aktivitas, meliputi mewakili organisasi ke publik, scanning dan monitoring lingkungan eksternal organisasi, melindungi organisasi, memproses informasi baik yang masuk dari luar maupun dari internal organisasi, sebagai seorang gatekeeper berkaitan dengan arus informasi, melakukan transaksi dengan pihak eksternal, serta melakukan koordinasi dan mengatur hubungan antara organisasi dengan publiknya18. 2.2.4 Tugas Humas Bambang Herimanto dalam bukunya menyebutkan bahwa tugas pokok Humas sehari-hari sebagai berikut19. a. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi secara lisan, tertulis, melalui gambar (visual) kepada publik, supaya publik mempunyai pengertian yang benar tentang organisasi atau perusahaan, tujuan, serta kegiatan yang dilakukan. 17 Betty Wahyu Nilla Sari. Humas Pemerintah. Jogjakarta: Graha Ilmu. 2012 hal 11. Aswad Ishak, dkk. Public Relations & Corporate Social Responsibility. Yogyakarta : Mata Padi Pressindo. 2011 hal 118. 19 Bambang Herimanto. Public Relations dalam Organisasi. Jogjakarta: Santusa. 2007 hal 33-37. 18 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 b. Memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum atau masyarakat. c. Memperbaiki citra organisasi. d. Tanggung jawab sosial. e. Komunikasi. Sepuluh kategori tugas yang meringkas apa yang dilakukan oleh seorang Humas menurut Cutlip, Center and Broom adalah sebagai berikut20. 1. Menulis dan mengedit : meyusun rilis berita dalam bentuk cetak atau siaran, cerita feature, newsletter untuk karyawan dan stakeholder eksternal, korespondensi, pesan website dan pesan media online lainnya, laporan tahunan dan shareholder, pidato, brosur, film, dan scripts slide show, artikel publikasi perdagangan, iklan institusional, dan materi – materi pendukung teknis lainnya. 2. Hubungan media dan penempatan media : mengontak media, koran, majalah, suplemen mingguan, penulis freelance, dan publikasi perdagangan agar mereka mempublikasikan atau menyiarkan berita dan feature tentang organisasi yang ditulis oleh organisasi itu sendiri atau oleh orang lain. Merespon permintaan informasi oleh media, memverifikasi berita, dan membuka akses ke sumber otoritatif. 3. Riset : mengumpulkan informasi tentang opini publik, tren, isu yang sedang muncul, iklim politik dan peraturan prundangan, liputan media, opini kelompok kepentingan dan pandangan – pandangan lain 20 Scot M Cutlip, Allen H Center, Glen M Broom. op.cit., 40. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 berkenaan dengan stakeholder organisasi. Mencari database di internet, jasa online, dan data pemerintah elektronik. Mendesain riset program, melakukan survey, dan menyewa perusahaan riset. 4. Manajemen dan administrasi : pemrograman dan perencanaan dengan bekerjasaman dengan manajer lainnya, menentukan kebutuhan, menentukan prioritas, mendefinisikan publik, setting dan tujuan, dan mengembangan strategi dan taktik, menata personel, aggaran, dan jadwal. 5. Konseling : member saran kepada manajemen dalam masalah sosial, politik, dan peraturan, berkonsultasi dengan tim manajemen mengenai cara menghindari atau merespon krisis, dan bekerja sama pembuat keputusan kunci untuk menyususn strategi mengelola atau merepon isu – isu yang sensitif dan kritis. 6. Acara special : mengatur dan mengelola acara – acara spesial seperti konferensi pers, konvensi open house, pemotongan pita dan grand opening, perayaan ulang tahun, acara penghargaan dan kegiatan khusus lainnya. 7. Pidato : tampil di depan kelompok, melatih orang untuk memberikan kata sambutan dan mengelola biro juru bicara untuk menjelaskan platform organisasi di depan audience penting. 8. Produksi : membuat saluran komunikasi dengan menggunakan keahlian dan pengetahuan multimedia, termasuk seni, tipografi, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 fotografi, tata letak, dan computer desktop publishing, perekam audio dan video dan editing serta menyiapkan presentasi audiovisual. 9. Training : mempersiapkan eksekutif dan juru biocara lain untuk menghadapi media dan tampil di hadapan public. Member petunjuk kepada orang lain di dalam organisasi untuk meningkatkan keahlian menulis dan berkomunikasi. Membantu memperkenalkan perubahan dalam kultiral, kebijakan, struktur, dan proses operasional. 10. Kontak : bertugas sebagai penghubung dengan media, komunitas, dan kelompok internal dan eksternal lainnya. Sebagai mediator antara organisasi dan stakeholder penting dengan bertugas untuk mendengarkan pandangan, menegosiasikan, mengelola konflik, dan menjalin kesepakatan. 2.3 Media dan Konstruksi Realitas Istilah konstruksi realitas menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L Berger dan Thomas Luckman dalam buku the social of construction reality. Realitas menurut Berger tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi dibentuk dan di konstruksi. Dengan pemahaman ini realitas berwujud ganda / plural. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas, berdasarkan pengalaman, preferensi, pendidikan dan lingkungan sosial, yang dimiliki masing-masing individu21. 21 Eriyanto. op.cit., 15. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 Lebih lanjut gagasan Berger mengenai konteks berita harus dipandang sebagai konstruksi atas realitas. Karenanya sangat potensial terjadi peristiwa yang sama di konstruksi secara berbeda. Setiap wartawan mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda atas suatu peristiwa. Hal ini dapat dilihat bagaimana wartawan mengkonstruksikan peristiwa dalam pemberitaannya. Berita dalam pandangan konstruksi sosial bukan merupakan fakta yang real. Berita adalah produk interaksi wartawan dengan fakta, realitas sosial tidak begitu saja menjadi berita tetapi melalui proses. Diantaranya proses interaksi dimana wartawan dilanda oleh realitas yang ia amati dan diserap dalam kessadarannya, kemudian di proses selanjutnya adalah eksternalisasi. Dalam proses ini wartawan menceburkan diri dalam memaknai realitas. Hasil dari berita adalah produk dan proses interaksi dan dialektikal ini22. Pekerjaan media hakikatnya adalah mengkonstruksikan realitas, isi media adalah hasil para pekerja media mengkonstruksikan berbagai realotas yang dipilihnya, di sebabkan oleh sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah realitas yang telah di konstruksikan pembuatan berita di media pada dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita23. Konstruksi realitas terbentuk bukan hanya dari cara wartawan memandang realitas tapi kehidupan politik tempat media itu berada. Sistem politik yang diterapkan sebuah negara ikut menentukan mekanisme kerja 22 23 Ibid. Alex Sobur. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006 hal 88. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 media massa negara itu memepengaruhi cara media massa tersebut mengkonstruksi realitas, menurut Hamad, karena sifat dan faktanya bahwa tugas redaksional media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka tidak berlebihan bahwa seluruh isi media adalah realitas yang telah dikonstruksikan24. Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis25 : 1. Pendekatan konstruksionis menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. Makna bukanlah suatu yang absolut, konsep statik yang ditemukan dalam suatu pesan. Makna adalah suatu proses aktif yang ditafsirkan seseorang dalam suatu pesan. 2. Pendekatan konstruksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang dinamis. Pendekatan konstruksionis memeriksa bagaimana pembentukan pesan dari isi komunikator dan dalam sisi penerima ia memeriksa bagaimana pembentukan pesan dari isi komunikator dan dalam sisi penerima ia memeriksa bagaimana konstruksi makna individu ketika menerima pesan. Substansi teori dan pendekatan sosial atas realitas Berger dan Luckman adalah pada proses simultan yang terjadi secara alamiah melalui bahasa dalam kehidupan sehari-hari pada sebuah komunitas primer dan semi sekunder. Basis sosial teori dan pendekatan ini adalah masyarakat transisi modern di Amerika pada sekitar tahun 1960-an, dimana media massa belum menjadi sebuah 24 Ibnu Hamad. Konstruksi Relitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik. Jakarta: Granit. 2004 hal 55. 25 Eriyanto. op.cit., 40-41. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 fenomena menarik untuk dibicarakan. Dengan demikian teori konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Luckman tidak memasukkan media massa sebagai variable atas fenomena yang berpengaruh dalam konstruksi sosial atas realitas26. Pada kenyataannya konstruksi sosial atas realitas berlangsung lamban, membutuhkan waktu lama, bersifat spasial, dan berlangsung secara hierarkisvertikal, dimana konstruksi sosial berlangsung dari pimpinan kepada bawahannya, pimpinan kepada massanya, dan sebagainya27. Melalui konstruksi sosial media massa, teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L.Berger dan Luckman telah direvisi dengan melihat variable atas fenomena media massa menjadi sangat substansi dalam proses ekternalisasi, objektivikasi, dan internalisasi. Dengan demikian, sifat dan kelebihan media massa telah memperbaiki kelemahan proses konstruksi sosial atas realitas yang berjalan lambat itu. Substansi “teori konstruksi sosial media massa” adalah pada sirkulasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata28. Dalam pandangan konstruksionis, media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia menjadi subjek yang mengonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Lewat berbagai instrument yang dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan29. Media memilih, realitas mana yang diambil dan mana yang tidak diambil. 26 Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana. 2007 hal 206. Ibid. 28 Ibid. 207. 29 Eriyanto. op.cit., 206. 27 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 Media bukan hanya memilih peristiwa dan menentukan sumber berita, melainkan juga berperan dalam mendefinisikan aktor dan peristiwa30. Apa yang tersaji dalam berita dan kit abaca setiap hari adalah produk dari pembentukan realitas oleh media. Media adalah agen yang secara aktif menafsirkan realitas untuk disajikan kepada khalayak31. Kesibukkan utama media massa adalah mengonstruksi berbagai realitas yang akan disiarkan. Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi menjadi cerita atau wacana yang bermakna32. Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan berbeda33. Dalam proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Ia merupakan instrument pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa, maka tak ada berita, cerita, ataupun ilmu pengetahuan tanpa bahasa34. Berita adalah hasil dari konstruksi sosial yang selalu melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas itu dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai. Proses pemaknaan selalu melibatkan nilai-nilai tertentu sehingga mustahil berita merupakan pencerminan dari realitas. 30 Ibid. 27. Ibid. 26. 32 Ibnu Hamad. op.cit., 11. 33 Eriyanto. op.cit., 22. 34 Ibid. 29. 31 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 Realitas yang sama bisa jadi menghasilkan berita yang berbeda, karena ada cara melihat yang berbeda35. Berita tidaklah dibentuk dari ruang hampa. Berita diproduksi dari ideologi dominan dalam suatu wilayah kompetensi tertentu. Ideologi disini tidak harus selalu dikaitkan dengan ide-ide besar. Ideologi juga bisa bermakna politik penandaaan atau pemaknaan36. Alasan peneliti menggunakan teori konstruksi realitas sosial yaitu dengan maksud untuk memperoleh suatu gambaran bagaimana suatu media online khususnya detik.com dan viva.co.id dalam mengkonstruksikan berita mengenai pengajuan calon Kapolri Komisaris Jenderal Polisi Budi Gunawan periode Januari 2015. 2.4 Analisis Framing Pada dasarnya Framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana khususnya untuk menganalisis teks media37. Analisis Framing dikembangkan oleh Zhodang Pan, Etman, dan yang paling popular adalah pengembangan analisis framing yang dilakukan oleh William A. Gamson38. Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam kategori penelitian konstruksionis39. Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu dibentuk dan dikonstruksi oleh media40. 35 Ibid. Ibid. 154. 37 Alex Sobur. op.cit., hal 161. 38 Fajar Junaedi. op.cit., 66. 39 Eriyanto. op.cit., 43. 40 Ibid. 76. 36 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 Framing menentukan bagaimana realitas itu hadir dihadapan pembaca. Apa yang kita tahu tentang realitas sosial pada dasarnya tergantung pada bagaimana kita melakukan frame atas peristiwa itu yang memberikan pemahaman dan pemaknaan tertentu atas suatu peristiwa. Framing dapat mengakibatkan suatu peristiwa yang sama dapat menghasilkan suatu berita yang secara radikal berbeda apabila wartawan mempunyai frame yang berbeda ketika melihat peristiwa tersebut dan menuliskan pandangannya dalam berita. Analisis framing membantu kita untuk mengetahui bagaimana realitas peristiwa yang sama itu dikemas secara berbeda oleh wartawan sehingga menghasilkan berita yang secara radikal berbeda41. Framing bukan hanya berkaitan dengan skema individu (wartawan), melainkan juga berhubungan dengan proses produksi berita. Produksi berita berhubungan dengan bagaimana rutinitas yang terjadi dalam ruang pemberitaan yang menentukan bagaimana wartawan didikte/dikontrol untuk memberitakan peristiwa dalam perspektif tertentu42. Framing pada intinya merujuk pada suatu usaha pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu diskursus untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan didalam berita43. Merujuk pada pendekatan yang dikemukakan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki maka kita melihat ada dua konsepsi dari framing yang saling berelasi. Pertama dalam konsep psikologis. Konsepsi ini lebih memberi 41 Ibid. 97. Ibid. 141. 43 Ishak, dkk. Mix Methologhy Dalam Penelitian Komunikasi. Yogyakarta: Aspikom. 2011 hal 119. 42 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 penekanan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif bagaimana seseorang memproses sejumlah informasi dan ditujukan kedalam skema tertentu. Kedua, konsep sosiologis. Framing dalam konsepsi ini dimengerti sebagai proses mengklarifikasi dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas dirinya44. Dalam pendekatan ini, perangkat framing dapat dibagi kedalam empat struktur besar. Pertama, struktur sintaksis. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa dalam bentuk susunan umum berita. Dapat diamati dari bagan berita (lead,latar, headline, kutipan yang diambil, dan sebagainya) Kedua, struktur skrip. Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk cerita. Ketiga, struktur tematik. Tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan pandangan atas peristiwa ke dalam proporsi, kalimat atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Keempat, struktur retoris. Retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita. Struktur ini melihat bagaimana wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik dan gambar yang dipakai bukan hanya mendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu kepada pembaca45. 44 45 Ibid. 120. Eriyanto. op.cit., 225-226. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 a. Sintaksis Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata dalam frase atau kalimat. Dalam wacana berita, sintaksis merujuk pada pengertian dan susunan bagian berita -headline, lead, latar informasi,sumber,penutupdalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan46. Intinya, struktur sintaksis menerangkan bagaimana wartawan memahami peristiwa yang dapat dilihat dari cara wartawan menyusun fakta kedalam bentuk berita47. Headline, mempunyai fungsi framing yang kuat. Headline mempengaruhi bagaimana kisah dimengerti yang kemudian digunakan dalam membuat pengertian isu dan peristiwa sebagimana mereka beberkan. Headline digunakan untuk menunjukkan bagaimana wartawan mengkonstruksi suatu isu48. Berkaitan dengan headline/ judul berita, biasanya judul dibuat semenarik mungkin. Dari sisi hurufnya berbeda font, ada yang tebal, sedang, tipis. Posisi judul menjadi sangat penting karena jika pembaca membuka atau melihat media massa, maka yang akan terbaca pertama kali adalah judulnya49. Lead atau teras berita yang berada setelah judul yang terdiri dari satu alinea pendek dan merupakan intisari berita. Lead yang baik terdiri maksimal 35 kata dan menempatkan unsure when sebagai elemen berita yang penting untuk ditempatkan di teras berita50. 46 Ibid. 295. Ishak, dkk. op.cit., 128. 48 Eritanto. op.cit., 297. 49 Ishak, dkk. op.cit., 128. 50 Ibid. 47 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 Latar informasi, Latar informasi merupakan bagian dari berita yang dapat mempengaruhi makna yang ingin ditampilkan wartawan. Seorang wartawan ketika menulis berita biasanya mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan kearah mana pandangan khalayak hendak dibawa51. Sumber berita, Yakni bagian yang tidak kalah penting terkait dengan pengutipan sumber berita. Bagian ini dalam penulisan berita dimaksudkan untuk membangun objektifitas. Ia juga merupakan bagian berita yang menekankan bahwa apa yang ditulis wartawan bukan pendapat wartawan semata, melainkan pendapat orang lain yang mempunyai otoritas tertentu52. b. Skrip Bentuk umum dari struktur berita atau skrip adalah pada 5W+1H (what, when, where, who, why, how). Meskipun pola ini tidak selalu dapat dijumpai dalam setiap berita yang ditampilkan, kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda framing yang penting53. What berarti peristiwa apa yang akan dilaporkan kepada khalayak. Who berarti siapa yang menjadi pelaku dalam peristiwa dalam berita itu. When berarti kapan berita itu terjadi : tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit. Where berarti dimana peristiwa itu terjadi. Sedangkan How berarti 51 Eriyanto, op.cit., 298. Ibid. 289. 53 Ibid. 300. 52 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 bagaimana jalan peristiwaatau bagaimana cara menanggulangi peristiwa tersebut54. c. Tematik Bagi Pan dan Kosicki, berita mirip sebuah pengujian hipotesis : peristiwa yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang diungkapkan –semua perangkat: itu digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi hipotesis yang dibuat. Kalau struktur sintaksis berhubungan dengan fakta yang diambil oleh wartawan akan ditempatkan pada skema atau bagan berita, maka struktur tematik berhubungan dengan bagaimana fakta itu ditulis. Bagaima kalimat yang dipakai, bagaimana menempatkan dan menulis sumber kedalam teks berita secara keseluruhan55. Adapun perangkat struktur tematik adalah56 : 1. Detail adalah elemen yang berelasi dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang (komunikator). Komunikasi akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. 2. Koherensi, dipahami sebagai penataan secara rapi realitas dan gagasan, fakta, dan ide kedalam satu untaian yang lagis sehingga memudahkan untuk memahami pesan yang dikandungnya. Koherensi dapat ditampilkan melalui hubungan sebab akibat dan bisa juga sebagai penjelas. 54 Ishak, dkk. op.cit., 130. Eriyanto. op.cit., 301. 56 Ishak, dkk. op.cit., 130-132. 55 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 3. Bentuk kalimat, adalah sisi pemakaian kalimat yang berelasi dengan cara berfikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Bentuk kalimat tidak hanya menjadi persoalan teknis kebenaran atau bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Kalimat merupakan bagian terkecil dari uraian teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran secara utuh. 4. Kata ganti, adalah elemen memanipulasi bahasa dengan yang digunakan untuk membuat suatu komunitas imajinatif. Agar berita menarik, jurnalis menggunakan katakata yang berbeda dalam sebuah berita. d. Retoris Struktur retoris berelasi dengan bagaimana cara jurnalis menggunakan perangkat retoris untuk membangun citra, meningkatkan poin-poin yang menonjol pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu berita57. Struktur retoris berhubungan dengan cara wartawan menekankan arti tertentu. Dengan kata lain, struktur retoris memakai pilihan kata, idiom, grafik, gambar, yang juga dipakai guna memberi penekanan pada arti tertentu58. Leksikon , elemen ini menandakan pilihan wartawan terhadap berbagi kemungkinan yang tersedia. Pilihan kata-kata yang dipakai menunjukan sikap dan ideology tertentu. Peristiwa dapat digambarkan dengan pilihan kata yang berbeda. 57 58 Ibid. 132. Alex Sobur. op.cit., 176. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 Gaya, elemen gaya berhubungan dengan pengemasan pesan yang disampaikan dengan bahasa tertentu untuk menimbulkan efek tertentu kepada khalayak. Sebuah tulisan yang banyak berisi bahan hukum ketika melaporkan suatu peristiwa kemungkinan dimaksud agar pandangan yang dipandang yang dituliskan oleh wartawan diterima baik oleh khalayak, dan untuk menekankan bahwa pandangan yang diungkapkan tidak benar berdasarkan hukum. Grafis, elemen ini untuk memeriksa penekanan atau penonjolan oleh wartawan, dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan lain. Pemakainan huruf tebal,huruf miring,pemakaian garis bawah,huruf besar,pemberian warna foto, termaksud didalamnya adalah pemakaian caption,raster,grafik,gambar,table untuk mendukung arti penting dari suatu pesan. Elemen grafis memberikan efek kognitif, dalam arti informasi dianggap penting dan menarik sehingga harus dipusatkan atau difokuskan. Pengandaian, Elemen wacana pengandaian merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Pengandaian adalah upaya untuk mendukung pendapat dengan meberikan premis yang dipercaya kebenaranya. Metafora, Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks tetapi juga kiasan, ungkapan metafora yang dimaksudkan sebagai bumbu suatu berita, tetapi pemakaian http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 metafora tertentu bisa menjadi petunjuk utama untuk mengenai makna tertentu. Jika dikaitkan dengan pokok permasalahan, peneliti ingin mengetahui bagaimana framing berita mengenai pengajuan calon Kapolri Komisaris Jenderal Polisi Budi Gunawan pada rubrik media online detik.com dan viva.co.id periode Januari 2014 dan bagaimana citra Polri di media tersebut setelah pemberitaan tersebut. Penjabaran lebih detail akan dijelaskan pada metode penelitian yakni pada bagian unit analisis. Artinya, metode penelitian yang digunakan merupakan penjabaran secara lebih spesifik dari teori yang digunakan dalam penelitian ini. 2.5 Citra Citra perusahaan yang baik merupakan sebuah aset bagi perusahaan karena citra memiliki dampak terhadap persepsi pelanggan dari komunikasi dan operasi perusahaan yang sangat menghormati publiknya. Menurut Bill Canton citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan, kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi59. Citra dengan sengaja diciptakan agar bernilai positif karena merupakan aset penting perusahaan. Katz mengatakan citra adalah bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas sebanyak jumlah orang yang memandangnya60. Biasanya landasan citra berakar dari “nilai - nilai kepercayaan” yang kongkritnya diberikan secara individual dan merupakan pandangan atau persepsi. 59 Soleh Soemirat, M.S , Drs. Elvinaro ardianto, M.Si. Dasar – Dasar Public Relations. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007 hal 111-112. 60 Ibid. 113. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 Proses akumulasi kepercayaan yang telah diberikan oleh individu - individu tersebut akan mengalami suatu proses cepat atau lambat untuk membentuk suatu opini publik yang lebih luas dan abstrak, yang kemudian sering disebut citra (image)61. Menurut Danasaputra efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi - informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan62. Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang dikemukakan oleh John S. Nimpoeno adalah sebagai berikut63. Pengalaman mengenai stimulus Kognisi Stimulus Respon Persepsi rangsang Sikap Motivasi perilaku Gambar 2.1 : Model Pembentukan Citra Humas digambarkan sebagai input - output, proses intern dalam model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan 61 Rosady Ruslan. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi : Komunikasi Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers. 2012 hal 76. 62 Soleh Soemirat, M.S , Drs. Elvinaro ardianto, M.Si. op.cit., 114. 63 Ibid. 114-115. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi – kognisi – motivasi – sikap64. Empat komponen persepsi – kognisi – motivasi – sikap diartikan sebagai citra individu terhadap rangsang. Ini disebut sebagai “picture in our head” oleh Walter Lipman65. Menurut Frank Jefkins menyebutkan beberapa jenis citra (image). Berikut ini lima jenis citra yang dikemukakan, yakni66: 1. Citra cermin (mirror image). Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota - anggota organisasi biasanya adalah pemimpinnya mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. 2. Citra kini (current image). Adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak - pihak luar mengenai suatu organisasi atau hal lain berkaitan dengan produknya. 3. Citra keinginan (wish image). Adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen terhadap lembaga atau perusahaan atau produk yang ditampilkan tersebut lebih dikenal (good awarness), menyenangkan dan diterima dengan kesan yang selalu positif diberikan oleh publiknya atau masyarakat umum. 4. Citra perusahaan (corporate image). Adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya. 5. Citra serbaneka (multiple image). Citra ini merupakan pelengkap dari citra perusahaan, misalnya bagaimana pihak humas akan menampilkan 64 Ibid. 115. Ibid. 66 Ibid. 77-79. 65 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 pengenalan akan identitas perusahaannya, atribut logo, brand’s name, seragam, banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang, atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi sehingga dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan organisasi atau perusahaan tersebut secara keseluruhan. 6. Citra penampilan (performance image). Citra penampilan ini lebih ditujukan kepada subyeknya bagaimana kinerja atau penampilan dari profesional pada perusahaan bersangkutan. Citra perusahaan adalah persepsi yang berkembang dalam benak publik mengenai realitas (yang terlihat) dari perusahaan itu67. Lawrence L. Steinmentz mendefinisikan citra perusahaan sebagai persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan. Persepsi masyarakat terhadap perusahaan didasari atas apa yang mereka ketahui atau kira tentang perusahaan yang bersangkutan68. Citra perusahaan berkaitan erat dengan kepercayaan publiknya terhadap organisasi tersebut. Semakin organisasi dapat menjaga kepercayaan publiknya, maka citra dari organisasi juga akan semakin terbentuk dengan baik. Kepercayaan publik juga dapat dibangun dengan memberikan informasi yang benar dan transparan terhadap publiknya. Informasi dan transparansi dari organisasi yang benar sesuai kenyataan, tepat sasaran dan menggunakan media yang tepat akan membentuk citra secara langsung pada publik. Citra mempunyai dua fungsi menurut Gronroos, yaitu69: 67 Frisan Nova. Crisis Public Relations. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011 hal 299. Ibid. 301. 69 Sutisna. Perilaku Konsumen dan Konsumen Pemasaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2001 hal 94. 68 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 1. Citra perusahaan merupakan komunikasi dengan berbagai harapan. 2. Citra perusahaan merupakan sebuah fungsi dari pengalaman yang paling baik sebagaimana berbagai harapan pelanggan. Siswanto Sutojo mengemukakan, citra perusahaan yang baik dan kuat mempunyai manfaat sebagai berikut70. a. Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap. b. Menjadi perisai selama masa krisis. c. Menjadi daya tarik eksekutif handal. d. Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran. e. Penghematan biaya operasional. Keberhasilan perusahaan dalam membangun citra dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yaitu71 : 1. Citra dibangun berdasarkan orientasi terhadap manfaat yang dibutuhkan dan diinginkan kelompok sasaran 2. Manfaat yang ditonjolkan cukup realistis. 3. Citra yang ditonjolkan sesuai dengan kemampuan perusahaan. 4. Citra yang ditonjolkan mudah dimengerti kelompok sasaran. 5. Citra yang ditonjolkan merupakan sarana, bukan tujuan usaha. Proses pembentukan citra pada akhirnya akan menghasilkan sikap, pendapat, tanggapan atau perilaku tertentu. Untuk mengetahui bagaimana citra suatu perusahaan atau lembaga di benak publiknya dibutuhkan adanya penelitian. Melalui penelitian perusahaan dapat mengetahui secara pasti sikap publik 70 71 Siswanto Sutojo. Membangun Citra Perusahaan. Jakarta: Damar Mulia Pustaka. 2004 hal 39. Ibid. 45. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 terhadap lembaganya, mengetahui apa yang disukai dan apa yang tidak disukai oleh publiknya. Penelitian citra memberi informasi untuk mengevaluasi kebijaksanaan, memperbaiki kesalahpahaman, menentukan daya tarik pesan hubungan masyarakat, dan meningkatkan citra hubungan masyarakat dalam pikiran publik72. Bidang Humas merupakan bidang yang sangat luas yang menyangkut hubungan dengan berbagai pihak. Yakni agar perusahaan disukai dan dipercaya oleh pihak – pihak yang berhubungan stakeholders. Pihak - pihak atau target publik yang dapat membentuk opini di dalam masyarakat dan dapat mengangkat atau menjatuhkan citra tersebut terdiri atas pemegang saham, manajeman, karyawan, konsumen, pers, akademis dan sebagainya. Oleh karena itulah Humas diperlukan untuk selalu melakukan penelitian citra terkait dengan perusahaan atau lembaganya. Berikut ini adalah bagan dari orientasi Humas, yaikni image building (membangun citra), dapat dilihat sebagai model komunikasi dalam Humas73. Sumber Komunikator Pesan Komunikan Perubahan Lembaga Organisasi Bidang / Divisi Humas Kegiatan Kegiatan Publlik – Publik Humas Gambar 2.2 : Model Komunikasi Dalam Humas 72 73 Soleh Soemirat, M.S , Drs. Elvinaro ardianto, M.Si. op.cit., 116-117. Ibid. 117-118. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Efek Citra publik terhadap perusahaan / lembaga / organisasi