BAB 1 - BAB 5

advertisement
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Kata komunikasi atau communication (dalam bahasa inggris) berasal
dari kata latin “communis” yang berarti sama. Istilah pertama (communis)
adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal – usul kata komunikasi
yang merupakan akar dari kata – kata yang mirip. Komunikasi menyarankan
bahwa suatu pikiran, suatu makana, atau suatu pesan dianut secara sama8.
Komunikasi menurut ahli sangat beragam, karena para ahli memandang
komunikasi dari sudut pandang yang berbeda. Menurut Colin Cherry
komunikasi adalah pembentukan satuan sosial yang terdiri dari individu –
individu melalui penggunaan bahasa dan tanda, memiliki kesamaan dalam
peraturan – peraturan, untuk berbagai aktifitas pencapaian tujuan9.
Sedangkan Onong Uchjana Effendy mendefinisikan komunikasi
sebagai proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna
sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan,
harapan, imbauan dan sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang
lain, baik langsung secara tatap muka maupun tak langsung melalui media,
dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku10.
8
Deddy Mulyana. op.cit., 46..
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo. 2006 hal7.
10
Onong Uchjana Effendy. op.cit., 60.
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi
tidak hanya sebagai proses penyampaian pesan atau informasi, tetapi lebih jauh
dari itu agar dapat memberikan pengetahuan lebih kepada khalayak banyak.
2.1.2 Tujuan Komunikasi
Setiap individu, kelompok, organisasi, ataupun lembaga dalam
melakukan komunikasi tentunya mempunyai tujuan – tujuan yang hendak
dicapai. Tujuan melakukan komunikasi menurut Onong ada empat, yaitu11:
1. Mengubah sikap (to change attitude)
Komunikasi bertujuan untuk mengubah sikap, yang dimaksud
dengan hal ini adalah melalui komunikasi, tujuan komunikator
untuk mengubah sikap komunikan dapat tercapai.
2. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change opinion)
Dengan berkomunikasi, diharapkan agar opini, pendapat, serta
pandangan orang atau komunikan dapat berubah.
3. Mengubah perilaku (to change behavior)
Selain itu, tujuan dari komunikasi adalah untuk mengubah perilaku
dari komunikan. Perubahan perilaku dapat berupa perubahan yang
nyata terlihat atupun tidak, misalnya perubahan gaya hidup yang
Nampak.
11
Ibid. 55.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
4. Mengubah masyarakat (to change the society)
Tujuan lainnya adalah mengubah masyarakat dengan khalayak yang
lebih besar, maka pesan yang sampai akan diterima oleh banyak
komunikan, walaupun hanya ada stau komunikator.
2.1.3 Fungsi Komunikasi
Komunikasi yang selalu dilakukan oleh tiap manusia sudah pasti
memberikan fungsi yang bisa manusia itu manfaatkan guna memenuhi
kebutuhannya. Onong juga menyebutkan bahwa ada empat fungsi komunikasi
yaitu12 :
1. Menginformasikan (to whom)
Kegiatan komunikasi itu memberikan penjelasan, penerangan
mengenai
bentuk
informasi
yang
disajikan
dari
seorang
komunikator kepada komunikan.
2. Mendidik (to educate)
Penyebaran informasi tersebut sifatnya memberikan pendidikan atau
menganjurkan sesuatu pengetahuan, menyebarluaskan kreatifitas
untuk membuka wawasan.
3. Menghibur (to entertain)
Penyebaran informasi yang disajikan kepada komunikan untuk
memberikan hiburan. Menyampaikan informasi dalam lagu, lirik
dan bunyi maupun gambar dan bahasa membawa setiap orang pada
situasi menikmati hiburan.
12
Ibid. 55.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
4. Mempengaruhi (to influence)
Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi khalayak untuk
member motivasi, mendorong untuk mengikuti kemajuan orang lain
melalui
apa
yang
dilihat,
dibaca,
dan
didengar.
Serta
memperkenalkan nilai – nilai baru untuk mengubah sikap dan
perilaku kea rah yang baik.
2.2
Hubungan Masyarakat (Humas)
2.2.1 Definisi Humas
Definisi Humas antara satu ahli dengan ahli lain berbeda, tetapi
kesemuanya menekankan pada satu titik yaitu kegiatan komunikasi yang
berkonstrasi pada hubungan timbal balik atau memberikan respon. Widjaja13
mengatakan Humas adalah “kegiatan yang menyangkut baik individu ke dalam
maupun keluar dan semua kegiatan diselenggarakan dalam rangka pelaksanaan
tugas dan fungsi masing – masing lembaga atau organisasi”.
Sementara ahli lain yaitu Frank Jefkins14 menjelaskan Humas adalah
“semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun keluar,
antara suatu organisasi dengan khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan –
tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian”.
Di sisi lain Cutlip dan Center15 mengatakan Humas adalah proses
berkesinambungan / kontinu dari usaha – usaha manajemen untuk memperoleh
kerja sama dan saling pengertian kepada pelanggan, pegawai, publik umumnya;
13
W. Widjaja. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2010 hal 53.
Frank Jefkins. op.cit., 10
15
Danandjaja. Peranan Humas dalam Perusahaan. Jogjakarta: Garaha Ilmu. 2011 hal 16.
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
ke dalam mengadakan analisa dan perbaikan terhadap diri sendiri, keluar dengan
menyampaikan pernyataan – pernyataan.
2.2.2 Fungsi Humas
Dari beberapa definisi mengenai Humas di atas memudahkan setiap
orang untuk mengetahui fungsi dari Humas itu apa saja. Fungsi Humas
memiliki
karakteristik
yang
berbeda
dalam
setiap
organisasi
yang
menaunginya karena tujuan dari tiap – tiap organisasi tentu berbeda. Meskipun
demikian Humas memiliki fungsi dasar yang sama.
Menurut Cutlip, Center, and Broom, sebagai sebuah fungsi manajemen
fungsi Humas mencakup hal – hal sebagai berikut.16
a. Memperkirakan, menganalisis, dan menginterpretasikan opini dan
sikap publik, dan isu – isu yang mungkin mempengaruhi operasi
dan rencana organisasi.
b. Memberi saran kepada manajemen di semua level di organisasi
sehubungan dengan pembuatan keputusan, jalannya tindakan, dan
komunikasi,
dan
mempertimbangkan
ramifikasi
publik
dan
tanggung jawab sosial atau kewarganegaraan organisasi.
c. Meriset, melaksanakan, dan mengevaluasi secara rutin program –
program dan komunikasi untuk mendapatkan pemahaman publik
demi kesuksesan tujuan organisasi.
d. Merencanakan dan mengimplementasikan usaha organisasi untuk
mempengaruhi atau mengubah kebijakan public.
16
Scot M Cutlip, Allen H Center, Glen M Broom. Effective Public Relations. Jakarta : Kencana.
2006 hal 7.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
e. Menentukan tujuan, rencana, anggaran, rekruitmen dan training
staff, mengembangkan fasilitas, mengelola sumber daya yang
dibutuhkan untuk melakukan semua hal tersebut di atas.
2.2.3 Peran Humas
Menurut Sari17 “peran Humas tersebut diharapkan dapat menjadi mata
dan telinga serta tangan kanan bagi top manajemen dalam organisasi / lembaga”.
Peran Humas lainnya sebagai fungsi manajemen yaitu the boundary
spanner ditambahkan oleh Miles. Peran sebagai the boundary soanner
melibatkan beberapa aktivitas, meliputi mewakili organisasi ke publik, scanning
dan monitoring lingkungan eksternal organisasi, melindungi organisasi,
memproses informasi baik yang masuk dari luar maupun dari internal organisasi,
sebagai seorang gatekeeper berkaitan dengan arus informasi, melakukan transaksi
dengan pihak eksternal, serta melakukan koordinasi dan mengatur hubungan
antara organisasi dengan publiknya18.
2.2.4 Tugas Humas
Bambang Herimanto dalam bukunya menyebutkan bahwa tugas pokok
Humas sehari-hari sebagai berikut19.
a. Menyelenggarakan
dan
bertanggung
jawab
atas
penyampaian
informasi secara lisan, tertulis, melalui gambar (visual) kepada publik,
supaya publik mempunyai pengertian yang benar tentang organisasi
atau perusahaan, tujuan, serta kegiatan yang dilakukan.
17
Betty Wahyu Nilla Sari. Humas Pemerintah. Jogjakarta: Graha Ilmu. 2012 hal 11.
Aswad Ishak, dkk. Public Relations & Corporate Social Responsibility. Yogyakarta : Mata Padi
Pressindo. 2011 hal 118.
19
Bambang Herimanto. Public Relations dalam Organisasi. Jogjakarta: Santusa. 2007 hal 33-37.
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
b. Memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat
umum atau masyarakat.
c. Memperbaiki citra organisasi.
d. Tanggung jawab sosial.
e. Komunikasi.
Sepuluh kategori tugas yang meringkas apa yang dilakukan oleh seorang
Humas menurut Cutlip, Center and Broom adalah sebagai berikut20.
1. Menulis dan mengedit : meyusun rilis berita dalam bentuk cetak atau
siaran, cerita feature, newsletter untuk karyawan dan stakeholder
eksternal, korespondensi, pesan website dan pesan media online
lainnya, laporan tahunan dan shareholder, pidato, brosur, film, dan
scripts slide show, artikel publikasi perdagangan, iklan institusional,
dan materi – materi pendukung teknis lainnya.
2. Hubungan media dan penempatan media : mengontak media, koran,
majalah, suplemen mingguan, penulis freelance, dan publikasi
perdagangan agar mereka mempublikasikan atau menyiarkan berita
dan feature tentang organisasi yang ditulis oleh organisasi itu sendiri
atau oleh orang lain. Merespon permintaan informasi oleh media,
memverifikasi berita, dan membuka akses ke sumber otoritatif.
3. Riset : mengumpulkan informasi tentang opini publik, tren, isu yang
sedang muncul, iklim politik dan peraturan prundangan, liputan media,
opini kelompok kepentingan dan pandangan – pandangan lain
20
Scot M Cutlip, Allen H Center, Glen M Broom. op.cit., 40.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
berkenaan dengan stakeholder organisasi. Mencari database di internet,
jasa online, dan data pemerintah elektronik. Mendesain riset program,
melakukan survey, dan menyewa perusahaan riset.
4. Manajemen dan administrasi : pemrograman dan perencanaan dengan
bekerjasaman dengan manajer lainnya, menentukan kebutuhan,
menentukan prioritas, mendefinisikan publik, setting dan tujuan, dan
mengembangan strategi dan taktik, menata personel, aggaran, dan
jadwal.
5. Konseling : member saran kepada manajemen dalam masalah sosial,
politik, dan peraturan, berkonsultasi dengan tim manajemen mengenai
cara menghindari atau merespon krisis, dan bekerja sama pembuat
keputusan kunci untuk menyususn strategi mengelola atau merepon isu
– isu yang sensitif dan kritis.
6. Acara special : mengatur dan mengelola acara – acara spesial seperti
konferensi pers, konvensi open house, pemotongan pita dan grand
opening, perayaan ulang tahun, acara penghargaan dan kegiatan
khusus lainnya.
7. Pidato : tampil di depan kelompok, melatih orang untuk memberikan
kata sambutan dan mengelola biro juru bicara untuk menjelaskan
platform organisasi di depan audience penting.
8. Produksi : membuat saluran komunikasi dengan menggunakan
keahlian dan pengetahuan multimedia, termasuk seni, tipografi,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
fotografi, tata letak, dan computer desktop publishing, perekam audio
dan video dan editing serta menyiapkan presentasi audiovisual.
9. Training : mempersiapkan eksekutif dan juru biocara lain untuk
menghadapi media dan tampil di hadapan public. Member petunjuk
kepada orang lain di dalam organisasi untuk meningkatkan keahlian
menulis dan berkomunikasi. Membantu memperkenalkan perubahan
dalam kultiral, kebijakan, struktur, dan proses operasional.
10. Kontak : bertugas sebagai penghubung dengan media, komunitas, dan
kelompok internal dan eksternal lainnya. Sebagai mediator antara
organisasi
dan
stakeholder
penting
dengan
bertugas
untuk
mendengarkan pandangan, menegosiasikan, mengelola konflik, dan
menjalin kesepakatan.
2.3
Media dan Konstruksi Realitas
Istilah konstruksi realitas menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh
Peter L Berger dan Thomas Luckman dalam buku the social of construction
reality. Realitas menurut Berger tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga
sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi dibentuk dan di konstruksi.
Dengan pemahaman ini realitas berwujud ganda / plural. Setiap orang
mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas, berdasarkan
pengalaman, preferensi, pendidikan dan lingkungan sosial, yang dimiliki
masing-masing individu21.
21
Eriyanto. op.cit., 15.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Lebih lanjut gagasan Berger mengenai konteks berita harus dipandang
sebagai konstruksi atas realitas. Karenanya sangat potensial terjadi peristiwa
yang sama di konstruksi secara berbeda. Setiap wartawan mempunyai
pandangan dan konsepsi yang berbeda atas suatu peristiwa. Hal ini dapat
dilihat
bagaimana
wartawan
mengkonstruksikan
peristiwa
dalam
pemberitaannya.
Berita dalam pandangan konstruksi sosial bukan merupakan fakta yang
real. Berita adalah produk interaksi wartawan dengan fakta, realitas sosial
tidak begitu saja menjadi berita tetapi melalui proses. Diantaranya proses
interaksi dimana wartawan dilanda oleh realitas yang ia amati dan diserap
dalam kessadarannya, kemudian di proses selanjutnya adalah eksternalisasi.
Dalam proses ini wartawan menceburkan diri dalam memaknai realitas. Hasil
dari berita adalah produk dan proses interaksi dan dialektikal ini22.
Pekerjaan media hakikatnya adalah mengkonstruksikan realitas, isi
media adalah hasil para pekerja media mengkonstruksikan berbagai realotas
yang dipilihnya, di sebabkan oleh sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media
massa adalah realitas yang telah di konstruksikan pembuatan berita di media
pada dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga membentuk
sebuah cerita23.
Konstruksi realitas terbentuk bukan hanya dari cara wartawan
memandang realitas tapi kehidupan politik tempat media itu berada. Sistem
politik yang diterapkan sebuah negara ikut menentukan mekanisme kerja
22
23
Ibid.
Alex Sobur. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006 hal 88.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
media massa negara itu memepengaruhi cara media massa tersebut
mengkonstruksi realitas, menurut Hamad, karena sifat dan faktanya bahwa
tugas redaksional media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka
tidak berlebihan bahwa seluruh isi media adalah realitas yang telah
dikonstruksikan24.
Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis25 :
1. Pendekatan konstruksionis menekankan pada politik pemaknaan dan
proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas.
Makna bukanlah suatu yang absolut, konsep statik yang ditemukan
dalam suatu pesan. Makna adalah suatu proses aktif yang ditafsirkan
seseorang dalam suatu pesan.
2. Pendekatan
konstruksionis
memandang
kegiatan
komunikasi
sebagai proses yang dinamis. Pendekatan konstruksionis memeriksa
bagaimana pembentukan pesan dari isi komunikator dan dalam sisi
penerima ia memeriksa bagaimana pembentukan pesan dari isi
komunikator dan dalam sisi penerima ia memeriksa bagaimana
konstruksi makna individu ketika menerima pesan.
Substansi teori dan pendekatan sosial atas realitas Berger dan Luckman
adalah pada proses simultan yang terjadi secara alamiah melalui bahasa dalam
kehidupan sehari-hari pada sebuah komunitas primer dan semi sekunder. Basis
sosial teori dan pendekatan ini adalah masyarakat transisi modern di Amerika
pada sekitar tahun 1960-an, dimana media massa belum menjadi sebuah
24
Ibnu Hamad. Konstruksi Relitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse
Analysis Terhadap Berita-Berita Politik. Jakarta: Granit. 2004 hal 55.
25
Eriyanto. op.cit., 40-41.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
fenomena menarik untuk dibicarakan. Dengan demikian teori konstruksi sosial
atas realitas Peter L. Berger dan Luckman tidak memasukkan media massa
sebagai variable atas fenomena yang berpengaruh dalam konstruksi sosial atas
realitas26.
Pada kenyataannya konstruksi sosial atas realitas berlangsung lamban,
membutuhkan waktu lama, bersifat spasial, dan berlangsung secara hierarkisvertikal, dimana konstruksi sosial berlangsung dari pimpinan kepada
bawahannya, pimpinan kepada massanya, dan sebagainya27. Melalui konstruksi
sosial media massa, teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter
L.Berger dan Luckman telah direvisi dengan melihat variable atas fenomena
media
massa
menjadi
sangat
substansi
dalam
proses
ekternalisasi,
objektivikasi, dan internalisasi. Dengan demikian, sifat dan kelebihan media
massa telah memperbaiki kelemahan proses konstruksi sosial atas realitas yang
berjalan lambat itu. Substansi “teori konstruksi sosial media massa” adalah
pada sirkulasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung
dengan sangat cepat dan sebarannya merata28.
Dalam pandangan konstruksionis, media bukanlah sekedar saluran yang
bebas, ia menjadi subjek yang mengonstruksi realitas, lengkap dengan
pandangan, bias, dan pemihakannya. Lewat berbagai instrument yang
dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan29.
Media memilih, realitas mana yang diambil dan mana yang tidak diambil.
26
Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana. 2007 hal 206.
Ibid.
28
Ibid. 207.
29
Eriyanto. op.cit., 206.
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Media bukan hanya memilih peristiwa dan menentukan sumber berita,
melainkan juga berperan dalam mendefinisikan aktor dan peristiwa30.
Apa yang tersaji dalam berita dan kit abaca setiap hari adalah produk
dari pembentukan realitas oleh media. Media adalah agen yang secara aktif
menafsirkan realitas untuk disajikan kepada khalayak31. Kesibukkan utama
media massa adalah mengonstruksi berbagai realitas yang akan disiarkan.
Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi menjadi cerita
atau wacana yang bermakna32. Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat
subjektif. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepsi
ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan
berbeda33.
Dalam proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Ia
merupakan instrument pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat
konseptualisasi dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa, maka tak ada berita,
cerita, ataupun ilmu pengetahuan tanpa bahasa34.
Berita adalah hasil dari konstruksi sosial yang selalu melibatkan
pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Bagaimana
realitas itu dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana fakta itu
dipahami dan dimaknai. Proses pemaknaan selalu melibatkan
nilai-nilai
tertentu sehingga mustahil berita merupakan pencerminan dari realitas.
30
Ibid. 27.
Ibid. 26.
32
Ibnu Hamad. op.cit., 11.
33
Eriyanto. op.cit., 22.
34
Ibid. 29.
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Realitas yang sama bisa jadi menghasilkan berita yang berbeda, karena ada
cara melihat yang berbeda35.
Berita tidaklah dibentuk dari ruang hampa. Berita diproduksi dari
ideologi dominan dalam suatu wilayah kompetensi tertentu. Ideologi disini
tidak harus selalu dikaitkan dengan ide-ide besar. Ideologi juga bisa bermakna
politik penandaaan atau pemaknaan36.
Alasan peneliti menggunakan teori konstruksi realitas sosial yaitu
dengan maksud untuk memperoleh suatu gambaran bagaimana suatu media
online khususnya detik.com dan viva.co.id dalam mengkonstruksikan berita
mengenai pengajuan calon Kapolri Komisaris Jenderal Polisi Budi Gunawan
periode Januari 2015.
2.4
Analisis Framing
Pada dasarnya Framing merupakan versi terbaru dari pendekatan
analisis wacana khususnya untuk menganalisis teks media37. Analisis Framing
dikembangkan oleh Zhodang Pan, Etman, dan yang paling popular adalah
pengembangan analisis framing yang dilakukan oleh William A. Gamson38.
Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam
kategori penelitian konstruksionis39. Framing adalah pendekatan untuk melihat
bagaimana realitas itu dibentuk dan dikonstruksi oleh media40.
35
Ibid.
Ibid. 154.
37
Alex Sobur. op.cit., hal 161.
38
Fajar Junaedi. op.cit., 66.
39
Eriyanto. op.cit., 43.
40
Ibid. 76.
36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Framing menentukan bagaimana realitas itu hadir dihadapan pembaca.
Apa yang kita tahu tentang realitas sosial pada dasarnya tergantung pada
bagaimana kita melakukan frame atas peristiwa itu yang memberikan
pemahaman dan pemaknaan tertentu atas suatu peristiwa. Framing dapat
mengakibatkan suatu peristiwa yang sama dapat menghasilkan suatu berita
yang secara radikal berbeda apabila wartawan mempunyai frame yang berbeda
ketika melihat peristiwa tersebut dan menuliskan pandangannya dalam berita.
Analisis framing membantu kita untuk mengetahui bagaimana realitas
peristiwa yang sama itu dikemas secara berbeda oleh wartawan sehingga
menghasilkan berita yang secara radikal berbeda41.
Framing bukan hanya berkaitan dengan skema individu (wartawan),
melainkan juga berhubungan dengan proses produksi berita. Produksi berita
berhubungan
dengan
bagaimana
rutinitas
yang
terjadi
dalam
ruang
pemberitaan yang menentukan bagaimana wartawan didikte/dikontrol untuk
memberitakan peristiwa dalam perspektif tertentu42. Framing pada intinya
merujuk pada suatu usaha pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan
rekomendasi dalam suatu diskursus untuk menekankan kerangka berpikir
tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan didalam berita43.
Merujuk pada pendekatan yang dikemukakan oleh Zhongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki maka kita melihat ada dua konsepsi dari framing yang
saling berelasi. Pertama dalam konsep psikologis. Konsepsi ini lebih memberi
41
Ibid. 97.
Ibid. 141.
43
Ishak, dkk. Mix Methologhy Dalam Penelitian Komunikasi. Yogyakarta: Aspikom. 2011 hal
119.
42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
penekanan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya.
Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif bagaimana seseorang
memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan
proses kognitif bagaimana seseorang memproses sejumlah informasi dan
ditujukan kedalam skema tertentu. Kedua, konsep sosiologis. Framing dalam
konsepsi ini dimengerti sebagai proses mengklarifikasi dan menafsirkan
pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas dirinya44.
Dalam pendekatan ini, perangkat framing dapat dibagi kedalam empat
struktur besar. Pertama, struktur sintaksis. Sintaksis berhubungan dengan
bagaimana wartawan menyusun peristiwa dalam bentuk susunan umum berita.
Dapat diamati dari bagan berita (lead,latar, headline, kutipan yang diambil,
dan sebagainya) Kedua, struktur skrip. Skrip berhubungan dengan bagaimana
wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk cerita.
Ketiga, struktur tematik. Tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan
mengungkapkan pandangan atas peristiwa ke dalam proporsi, kalimat atau
hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Keempat,
struktur
retoris.
Retoris
berhubungan
dengan
bagaimana
wartawan
menekankan arti tertentu ke dalam berita. Struktur ini melihat bagaimana
wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik dan gambar yang dipakai bukan
hanya mendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu kepada
pembaca45.
44
45
Ibid. 120.
Eriyanto. op.cit., 225-226.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
a. Sintaksis
Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata dalam frase
atau kalimat. Dalam wacana berita, sintaksis merujuk pada pengertian dan
susunan bagian berita -headline, lead, latar informasi,sumber,penutupdalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan46. Intinya, struktur
sintaksis menerangkan bagaimana wartawan memahami peristiwa yang
dapat dilihat dari cara wartawan menyusun fakta kedalam bentuk berita47.
Headline, mempunyai fungsi framing yang kuat. Headline
mempengaruhi bagaimana kisah dimengerti yang kemudian digunakan
dalam membuat pengertian isu dan
peristiwa sebagimana mereka
beberkan. Headline digunakan untuk menunjukkan bagaimana wartawan
mengkonstruksi suatu isu48. Berkaitan dengan headline/ judul berita,
biasanya judul dibuat semenarik mungkin. Dari sisi hurufnya berbeda font,
ada yang tebal, sedang, tipis. Posisi judul menjadi sangat penting karena
jika pembaca membuka atau melihat media massa, maka yang akan
terbaca pertama kali adalah judulnya49.
Lead atau teras berita yang berada setelah judul yang terdiri dari
satu alinea pendek dan merupakan intisari berita. Lead yang baik terdiri
maksimal 35 kata dan menempatkan unsure when sebagai elemen berita
yang penting untuk ditempatkan di teras berita50.
46
Ibid. 295.
Ishak, dkk. op.cit., 128.
48
Eritanto. op.cit., 297.
49
Ishak, dkk. op.cit., 128.
50
Ibid.
47
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Latar informasi, Latar informasi merupakan bagian dari berita
yang dapat mempengaruhi makna yang ingin ditampilkan wartawan.
Seorang wartawan ketika menulis berita biasanya mengemukakan latar
belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan kearah
mana pandangan khalayak hendak dibawa51.
Sumber berita, Yakni bagian yang tidak kalah penting terkait
dengan pengutipan sumber berita. Bagian ini dalam penulisan berita
dimaksudkan untuk membangun objektifitas. Ia juga merupakan bagian
berita yang menekankan bahwa apa yang ditulis wartawan bukan pendapat
wartawan semata, melainkan pendapat orang lain yang mempunyai
otoritas tertentu52.
b. Skrip
Bentuk umum dari struktur berita atau skrip adalah pada 5W+1H
(what, when, where, who, why, how). Meskipun pola ini tidak selalu
dapat dijumpai dalam setiap berita yang ditampilkan, kategori informasi
ini yang diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan. Unsur
kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda framing yang penting53.
What berarti peristiwa apa yang akan dilaporkan kepada khalayak. Who
berarti siapa yang menjadi pelaku dalam peristiwa dalam berita itu. When
berarti kapan berita itu terjadi : tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit.
Where berarti dimana peristiwa itu terjadi. Sedangkan How berarti
51
Eriyanto, op.cit., 298.
Ibid. 289.
53
Ibid. 300.
52
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
bagaimana jalan peristiwaatau bagaimana cara menanggulangi peristiwa
tersebut54.
c. Tematik
Bagi Pan dan Kosicki, berita mirip sebuah pengujian hipotesis :
peristiwa yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang
diungkapkan –semua perangkat: itu digunakan untuk membuat dukungan
yang logis bagi hipotesis yang dibuat. Kalau struktur sintaksis
berhubungan dengan fakta yang diambil oleh wartawan akan ditempatkan
pada skema atau bagan berita, maka struktur tematik berhubungan dengan
bagaimana fakta itu ditulis. Bagaima kalimat yang dipakai, bagaimana
menempatkan
dan
menulis
sumber
kedalam
teks
berita
secara
keseluruhan55.
Adapun perangkat struktur tematik adalah56 :
1. Detail adalah elemen yang berelasi dengan kontrol informasi
yang ditampilkan seseorang (komunikator). Komunikasi akan
menampilkan
secara
berlebihan
informasi
yang
menguntungkan dirinya atau citra yang baik.
2. Koherensi, dipahami sebagai penataan secara rapi realitas dan
gagasan, fakta, dan ide kedalam satu untaian yang lagis
sehingga
memudahkan
untuk
memahami
pesan
yang
dikandungnya. Koherensi dapat ditampilkan melalui hubungan
sebab akibat dan bisa juga sebagai penjelas.
54
Ishak, dkk. op.cit., 130.
Eriyanto. op.cit., 301.
56
Ishak, dkk. op.cit., 130-132.
55
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
3. Bentuk kalimat, adalah sisi pemakaian kalimat yang berelasi
dengan cara berfikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Bentuk
kalimat tidak hanya menjadi persoalan teknis kebenaran atau
bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan
kalimat. Kalimat merupakan bagian terkecil dari uraian teks
(wacana) yang mengungkapkan pikiran secara utuh.
4. Kata
ganti,
adalah
elemen
memanipulasi bahasa dengan
yang
digunakan
untuk
membuat suatu komunitas
imajinatif. Agar berita menarik, jurnalis menggunakan katakata yang berbeda dalam sebuah berita.
d. Retoris
Struktur
retoris
berelasi
dengan
bagaimana
cara
jurnalis
menggunakan perangkat retoris untuk membangun citra, meningkatkan
poin-poin yang menonjol pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran
yang diinginkan dari suatu berita57. Struktur retoris berhubungan dengan
cara wartawan menekankan arti tertentu. Dengan kata lain, struktur retoris
memakai pilihan kata, idiom, grafik, gambar, yang juga dipakai guna
memberi penekanan pada arti tertentu58.
Leksikon , elemen ini menandakan pilihan wartawan terhadap
berbagi kemungkinan yang tersedia. Pilihan kata-kata yang dipakai
menunjukan sikap dan ideology tertentu. Peristiwa dapat digambarkan
dengan pilihan kata yang berbeda.
57
58
Ibid. 132.
Alex Sobur. op.cit., 176.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Gaya, elemen gaya berhubungan dengan pengemasan pesan yang
disampaikan dengan bahasa tertentu untuk menimbulkan efek tertentu
kepada khalayak. Sebuah tulisan yang banyak berisi bahan hukum ketika
melaporkan suatu peristiwa kemungkinan dimaksud agar pandangan yang
dipandang yang dituliskan oleh wartawan diterima baik oleh khalayak,
dan untuk menekankan bahwa pandangan yang diungkapkan tidak benar
berdasarkan hukum.
Grafis, elemen ini untuk memeriksa penekanan atau penonjolan
oleh wartawan, dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat
bagian tulisan lain. Pemakainan huruf tebal,huruf miring,pemakaian garis
bawah,huruf besar,pemberian warna foto, termaksud didalamnya adalah
pemakaian caption,raster,grafik,gambar,table untuk mendukung arti
penting dari suatu pesan. Elemen grafis memberikan efek kognitif, dalam
arti informasi dianggap penting dan menarik sehingga harus dipusatkan
atau difokuskan.
Pengandaian, Elemen wacana pengandaian merupakan pertanyaan
yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Pengandaian adalah
upaya untuk mendukung pendapat dengan meberikan premis yang
dipercaya kebenaranya.
Metafora, Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya
menyampaikan pesan pokok lewat teks tetapi juga kiasan, ungkapan
metafora yang dimaksudkan sebagai bumbu suatu berita, tetapi pemakaian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
metafora tertentu bisa menjadi petunjuk utama untuk mengenai makna
tertentu.
Jika dikaitkan dengan pokok permasalahan, peneliti ingin mengetahui
bagaimana framing berita mengenai pengajuan calon Kapolri Komisaris Jenderal
Polisi Budi Gunawan pada rubrik media online detik.com dan viva.co.id periode
Januari 2014 dan bagaimana citra Polri di media tersebut setelah pemberitaan
tersebut. Penjabaran lebih detail akan dijelaskan pada metode penelitian yakni
pada bagian unit analisis. Artinya, metode penelitian yang digunakan merupakan
penjabaran secara lebih spesifik dari teori yang digunakan dalam penelitian ini.
2.5
Citra
Citra perusahaan yang baik merupakan sebuah aset bagi perusahaan karena
citra memiliki dampak terhadap persepsi pelanggan dari komunikasi dan operasi
perusahaan yang sangat menghormati publiknya. Menurut Bill Canton citra adalah
kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan, kesan yang dengan
sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi59. Citra dengan sengaja
diciptakan agar bernilai positif karena merupakan aset penting perusahaan.
Katz mengatakan citra adalah bagaimana pihak lain memandang sebuah
perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas sebanyak jumlah orang
yang memandangnya60.
Biasanya landasan citra berakar dari “nilai - nilai kepercayaan” yang
kongkritnya diberikan secara individual dan merupakan pandangan atau persepsi.
59
Soleh Soemirat, M.S , Drs. Elvinaro ardianto, M.Si. Dasar – Dasar Public Relations. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. 2007 hal 111-112.
60
Ibid. 113.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
Proses akumulasi kepercayaan yang telah diberikan oleh individu - individu
tersebut akan mengalami suatu proses cepat atau lambat untuk membentuk suatu
opini publik yang lebih luas dan abstrak, yang kemudian sering disebut citra
(image)61.
Menurut Danasaputra efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi
proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan
informasi - informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung
menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita
mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan62. Proses pembentukan citra
dalam struktur kognitif yang dikemukakan oleh John S. Nimpoeno adalah sebagai
berikut63.
Pengalaman mengenai stimulus
Kognisi
Stimulus
Respon
Persepsi
rangsang
Sikap
Motivasi
perilaku
Gambar 2.1 : Model Pembentukan Citra
Humas digambarkan sebagai input - output, proses intern dalam model ini
adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan
61
Rosady Ruslan. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi : Komunikasi Konsep dan
Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers. 2012 hal 76.
62
Soleh Soemirat, M.S , Drs. Elvinaro ardianto, M.Si. op.cit., 114.
63
Ibid. 114-115.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri digambarkan
melalui persepsi – kognisi – motivasi – sikap64. Empat komponen persepsi –
kognisi – motivasi – sikap diartikan sebagai citra individu terhadap rangsang. Ini
disebut sebagai “picture in our head” oleh Walter Lipman65.
Menurut Frank Jefkins menyebutkan beberapa jenis citra (image). Berikut
ini lima jenis citra yang dikemukakan, yakni66:
1. Citra cermin (mirror image). Citra ini melekat pada orang dalam atau
anggota - anggota organisasi biasanya adalah pemimpinnya mengenai
anggapan pihak luar tentang organisasinya.
2. Citra kini (current image). Adalah suatu citra atau pandangan yang
dianut oleh pihak - pihak luar mengenai suatu organisasi atau hal lain
berkaitan dengan produknya.
3. Citra keinginan (wish image). Adalah suatu citra yang diinginkan oleh
pihak manajemen terhadap lembaga atau perusahaan atau produk yang
ditampilkan tersebut lebih dikenal (good awarness), menyenangkan
dan diterima dengan kesan yang selalu positif diberikan oleh publiknya
atau masyarakat umum.
4. Citra perusahaan (corporate image). Adalah citra dari suatu organisasi
secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan
pelayanannya.
5. Citra serbaneka (multiple image). Citra ini merupakan pelengkap dari
citra perusahaan, misalnya bagaimana pihak humas akan menampilkan
64
Ibid. 115.
Ibid.
66
Ibid. 77-79.
65
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
pengenalan akan identitas perusahaannya, atribut logo, brand’s name,
seragam, banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang, atau
perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi sehingga dapat
memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan organisasi
atau perusahaan tersebut secara keseluruhan.
6. Citra penampilan (performance image). Citra penampilan ini lebih
ditujukan kepada subyeknya bagaimana kinerja atau penampilan dari
profesional pada perusahaan bersangkutan.
Citra perusahaan adalah persepsi yang berkembang dalam benak publik
mengenai realitas (yang terlihat) dari perusahaan itu67. Lawrence L. Steinmentz
mendefinisikan citra perusahaan sebagai persepsi masyarakat terhadap jati diri
perusahaan. Persepsi masyarakat terhadap perusahaan didasari atas apa yang
mereka ketahui atau kira tentang perusahaan yang bersangkutan68.
Citra perusahaan berkaitan erat dengan kepercayaan publiknya terhadap
organisasi tersebut. Semakin organisasi dapat menjaga kepercayaan publiknya,
maka citra dari organisasi juga akan semakin terbentuk dengan baik. Kepercayaan
publik juga dapat dibangun dengan memberikan informasi yang benar dan
transparan terhadap publiknya. Informasi dan transparansi dari organisasi yang
benar sesuai kenyataan, tepat sasaran dan menggunakan media yang tepat akan
membentuk citra secara langsung pada publik.
Citra mempunyai dua fungsi menurut Gronroos, yaitu69:
67
Frisan Nova. Crisis Public Relations. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011 hal 299.
Ibid. 301.
69
Sutisna. Perilaku Konsumen dan Konsumen Pemasaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2001 hal 94.
68
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
1. Citra perusahaan merupakan komunikasi dengan berbagai harapan.
2. Citra perusahaan merupakan sebuah fungsi dari pengalaman yang
paling baik sebagaimana berbagai harapan pelanggan.
Siswanto Sutojo mengemukakan, citra perusahaan yang baik dan kuat
mempunyai manfaat sebagai berikut70.
a. Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap.
b. Menjadi perisai selama masa krisis.
c. Menjadi daya tarik eksekutif handal.
d. Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran.
e. Penghematan biaya operasional.
Keberhasilan perusahaan dalam membangun citra dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor yaitu71 :
1. Citra dibangun berdasarkan orientasi
terhadap manfaat
yang
dibutuhkan dan diinginkan kelompok sasaran
2. Manfaat yang ditonjolkan cukup realistis.
3. Citra yang ditonjolkan sesuai dengan kemampuan perusahaan.
4. Citra yang ditonjolkan mudah dimengerti kelompok sasaran.
5. Citra yang ditonjolkan merupakan sarana, bukan tujuan usaha.
Proses pembentukan citra pada akhirnya akan menghasilkan sikap,
pendapat, tanggapan atau perilaku tertentu. Untuk mengetahui bagaimana citra
suatu perusahaan atau lembaga di benak publiknya dibutuhkan adanya penelitian.
Melalui penelitian perusahaan dapat mengetahui secara pasti sikap publik
70
71
Siswanto Sutojo. Membangun Citra Perusahaan. Jakarta: Damar Mulia Pustaka. 2004 hal 39.
Ibid. 45.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
terhadap lembaganya, mengetahui apa yang disukai dan apa yang tidak disukai
oleh publiknya.
Penelitian citra memberi informasi untuk mengevaluasi kebijaksanaan,
memperbaiki
kesalahpahaman,
menentukan
daya
tarik
pesan
hubungan
masyarakat, dan meningkatkan citra hubungan masyarakat dalam pikiran publik72.
Bidang Humas merupakan bidang yang sangat luas yang menyangkut
hubungan dengan berbagai pihak. Yakni agar perusahaan disukai dan dipercaya
oleh pihak – pihak yang berhubungan stakeholders. Pihak - pihak atau target
publik yang dapat membentuk opini di dalam masyarakat dan dapat mengangkat
atau menjatuhkan citra tersebut terdiri atas pemegang saham, manajeman,
karyawan, konsumen, pers, akademis dan sebagainya.
Oleh karena itulah Humas diperlukan untuk selalu melakukan penelitian
citra terkait dengan perusahaan atau lembaganya. Berikut ini adalah bagan dari
orientasi Humas, yaikni image building (membangun citra), dapat dilihat sebagai
model komunikasi dalam Humas73.
Sumber
Komunikator
Pesan
Komunikan
Perubahan
Lembaga
Organisasi
Bidang
/ Divisi
Humas
Kegiatan
Kegiatan
Publlik
– Publik
Humas
Gambar 2.2 : Model Komunikasi Dalam Humas
72
73
Soleh Soemirat, M.S , Drs. Elvinaro ardianto, M.Si. op.cit., 116-117.
Ibid. 117-118.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Efek
Citra publik
terhadap
perusahaan
/ lembaga /
organisasi
Download