II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Perancangan dan

advertisement
Bab II Tinjauan Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metode Perancangan dan Pelaksanaan Konstruksi
Untuk mencapai keberhasilan dalam hal mutu, efisiensi waktu dan optimalisasi
biaya pelaksanaan, dimana Kontraktor harus dapat merealisasikan pekerjaan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, biaya yang telah dianggarkan dan
kualitas pekerjaan sesuai dengan yang diinginkan pihak pengguna anggaran,
sebagai upaya untuk terlaksananya rencana proyek tersebut, maka perlu disusun
Metode Pelaksanaan.Demi kelancaran, keamanan, mobilisasi alat, bahan serta
staff dan pekerja yang akan memasuki lahan harus mendapat ijin, sesuai peraturan
yang berlaku serta berkoordinasi dengan keamanan setempat.
Metode pelaksanaan mengacu pada prinsip bahwa target pembangunan harus
dapat diselesaikan tepat waktu, tepat biaya sesuai dengan SPH dan tepat mutu
sesuai dengan RKS + Spesifikasi teknis. Metode Pelaksanaan konstruksi
berdasarkan 2 (dua) tahap yaitu :
2.1.1 Tahap Perencanaan
1. Penjadwalan Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pembuatan Rencana Kerja ( Kurva S )
Penjadwalan
adalah
penentuan
waktu
dengan
urutan-urutan
kegiatan proyek hingga menghasilkan waktu penyelesaian proyek secara
keseluruhan. Untuk menyusun jadwal proyek dilakukan langkah-langkah
berikut:
Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas (MK) , akan
disahkan oleh Pemberi Tugas.Kontraktor wajib memberikan salinan
Rencana Kerja 3 (tiga) rangkap kepada MK, 1 (satu) salinan Rencana
Kerja harus ditempel pada Direksi keet di lapangan yang selalu diikuti
dengan grafik kemajuan pekerjaan/prestasi kerja. Untuk rencana kerja
(Kurva S) sebagai acuan dalam pelaksanaan dilapangan kami lampirkan
dalam dokumen teknis. Setelah dilakukan penjadwalan pekerjaan melalui
pembuatan Rencana kerja & Network Planning, untuk menyelesaikan
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-1 Bab II Tinjauan Pustaka
proyek pembangunan, sehingga apabila dimungkinkan maka penyelesaian
proyek dapat dipercepat dari yang direncanakan, Hal ini akan sangat
bermanfaat agar gedung dapat segera dioperasikan dengan baik.
2. Pengajuan/Perijinan
1. Pelaksanaan Pengurusan Ijin Kerja
Dalam pelaksanaan Kontraktor menerapkan standarisasi prosedur sesuai
dengan system mutu yang dimiliki serta memberitahukan/ijin setiap akan
melaksanakan pekerjaan, agar kemudian hari tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan serta untuk menghindari dari pekerjaan bongkar pasang
yang akan mengakibatkan terjadinya keterlambatan serta penambahan
biaya dalam pelaksanaan.
2. Gambar Kerja (Shop Drawing)
Sebelum memulai pekerjaan dibuat gambar kerja (Shop Drawing) yang
detail dan diajukan kepihak MK untuk mendapat persetujuan. Gambar
kerja dibuat berdasarkan gambar perencana, dan setelah mendapat
persetujuan
dari
MK
diserahkan
kepada
Site
Manager
untuk
dilaksanakan di lapangan.Gambar kerja dibuat rangkap 3 (tiga): 1 (satu)
set untuk kontraktor, 1 (satu) set untuk pengguna jasa dan 1 (satu) set
untuk konsultan pengawas (MK).
3. Material/Bahan
Guna menjaga mutu hasil pelaksanaan material/bahan yang akan
dipergunakan, diajukan contoh untuk mendapat persetujuan dari pihak
MK.Semua material yang akan dipergunakan untuk pekerjaan ini sedapat
mungki dilengkapi dengan spesifikasi dari produsen sesuai dengan brosur
serta mengacu kepada persyaratan/RKS.Dalam pelaksanaan pekerjaan
dibuat juga benda uji yang dipersiapkan sesuai dengan standart yang
dipersyaratkan.
2.1.2 Tahap Pelaksanaan
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pembuatan Bedeng pekerja, Direksi Keet, gudang
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-2 Bab II Tinjauan Pustaka
bahan, & sarana sanitasi pekerja juga area kerja.
c. Peralatan kerja, air kerja & listrik kerja.
d. Keamanan Proyek + Pos Jaga.
e. Penggunaan Daya PLN.
f. Pembersihan lapangan dan daerah kerja.
2. Pekerjaan Struktur Bangunan Bawah (Sub-Structure)
Sebelum melaksanakan suatu pembangunan konstruksi yang pertama - tama
dilaksanakan dan dikerjakan dilapangan adalah pekerjaan pondasi (struktur
bawah). Pondasi merupakan pekerjaan yang sangat penting dalam suatu
pekerjaan sipil,karena pondasi inilah yang menahan suatu beban yang bekerja
diatasnya yaitu beban struktur atas. Pondasi ini menyalurkan tegangantegangan yang terjadi pada beban struktur atas kedalam lapisan tanah yang
keras yang dapat memikul beban konstrusi tersebut. Beban seluruh struktur
harus dapat ditahan oleh lapisan tanah yang ada agar tidak terjadi penurunan
diluar batas ketentuan yang dapat menyebabkan kehancuran atau kegagalan
struktur. Oleh karena itu, ketepatan pemilihan struktur bawah merupakan suatu
yang penting karena menyangkut faktor resiko dan kelangsungan sistem
struktur.
3. Pekerjaan Struktur Atas (Upper-Structure)
Struktur atas atau Upper Structure adalah bagian dari struktur yang berfungsi
menerima kombinasi pembebanan, yaitu beban mati, beban hidup, berat sendi
struktur, dan beban lainnya yang direncanakan. Selain itu struktur bangunan
atas harus mampu mewujudkan perencanaan arsitektur sekaligus harus mampu
menjamin segi keamanan dan kenyamanan.Pengerjaan struktur atas dimulai
dari pengerjaan kolom dilanjutkan pengerjaan balok dan pelat yang dikerjakan
secara bersamaan.
4. Pekerjaan Finishing
Jika struktur telah berdiri kokoh, baru dapat dilanjutkan dengan pengerjaan
finishing, yaitu pengerjaan dinding, keramik lantai, pengecatan, elektrikal dan
sanitasi dan lain lain. Namun, pengerjaan finishing inilah yang membutuhkan
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-3 Bab II Tinjauan Pustaka
Waktu paling lama, karena pengerjaannya harus hati-hati sehingga didapat
bentuk yang rapi dan sesuai perencanaan.
2.2 Pengertian Pilecap dan Tie beam
Pada struktur bangunan gedung bertingkat tinggi pasti kita menjumpai dengan pilecap
dan tie beam yang merupakan bagian dari pondasi bangunan. Pilecap merupakan
konstruksi yang berfungsi untuk menyatukan/mengikat tiang pancang yang sudah
terpasang dengan struktur diatasnya yaitu tie beam dan slab.
Tie Beam adalah suatu konstruksi pengaku yang mengikat atau menghubungkan
pondasi satu dengan pondasi yang lainnya. Fungsi dari Tie Beam adalah untuk
mengurangi penurunan akibat pembebanan pada struktur, khususnya beban lateral
akibat gempa bumi dan apabila terjadi Settlement/ penurunan, maka penurunanya pun
seimbang/ bersamaan. Oleh karena itu, Tie Beam harus memenuhi syarat kekakuan
yang cukup seperti struktur portal sehingga membentuk satu kesatuan konstruksi
dalam memikul beban.
Permasalahan yang sering terjadi dalam pelaksanaan pembangunan pilecap dan tie
beam yaitu bertemu dengan sumber air tanah sehingga harus dialkukan penyedotan air
dahulu sampai kering atau disebut juga dengan pekerjaan dewatering, masalah lain
yaitu elevasi ketinggian kepala tiang pancang yang terlalu dalam atau tinggi, jika
terlalu dalam dalam maka harus dilakukan penyambungan, atau jika tiang terlalu
tinggi maka dilakukan pekerjaan penghancuran beton atau dibobok. Hal ini harus
dipantau agar posisi tiang pancang benar-banar tepat pada titik dan ketinggian yang
telah direncanakan.
2.3 Perencanaan Pilecap dan Tie beam
Setelah proses pemancangan selesai dilanjutkan dengan pemotongan tiang pancang
dan dilanjutkan dengan pekerjaan pile cap dan Tie beam Pekerjaan ini merupakan
pekerjaan awal dari stuktur atas (upper structure) setelah pekerjaan struktur bawah
(sub structure) selesai dilaksanakan. Semua bahan yang digunakan untuk pekerjaan ini
harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku. Adapun pekerjaan pile cap dan tie
beam ini meliputi :
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-4 Bab II Tinjauan Pustaka
2.3.1 Penulangan pile cap dan tie beam
Sebelum membahas mengenai langkah-langkah penulangan pile cap dan tie beam
maka terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai pekerjaan penulangan
keseluruhan secara umum.Penulangan adalah pekerjaan yang bertujuan untuk
membentuk dan memasang besi tulangan beton sebagai kerangka struktur pada
konstruksi beton agar sesuai dengan gambar rencana. Fungsi tulangan pada beton
adalah untuk menahan gaya tekan, gaya geser dan momen torsi yang timbul
akibat beban yang bekerja pada konstruksi beton tersebut. Sesuai dengan sifat
beton yang kuat terhadap tekan, tetapi lemah terhadap tarik. Oleh karena itu
perencanaan dan pelaksanaan pembesian harus dilakukan sesuai dengan
spesifikasi teknis dan gambar yang telah direncanakan oleh perencana struktur
yaitu dalam hal :
a. Ukuran diameter baja tulangan.
b. Kualitas baja tulangan yang digunakan.
c. Penempatan / pemasangan baja tulangan.
Beberapa kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan pembesian penulangan pada
proyek ini antara lain:
1. Fabrikasi Besi
Proses pabrikasi besi terdiri dari pekerjaan pemotongan dan pembengkokan
besi tulangan. Pemotongan dilakukan karena panjang besi dipasaran adalah 12
meter, sedangkan panjang tulangan elemen struktur yang digunakan terdiri
dari bermacam-macam ukuran sesuai perhitungan tulangan. Pemotongan besi
digunakan dengan Bar Cutter. Pembengkokan dilakukan untuk membentuk
tulangan yang disesuaikan dengan perencanaan. Jika terjadi kesalahan pada
pembengkokan maka besi tulangan tersebut tidak boleh dibengkokkan
kembali tetapi harus dipotong, hal ini untuk menghindari timbulnya retak-retak
ditempat pembengkokan ulang tersebut karena sifat getas baja. Pembengkokan
dilakukan dengan Bar Bender dengan berbagai macam diameter ukuran.
Sebelum mengerjakan proses pabrikasi besi, bagian pembesian menyusun
daftar bengkok dan potong baja tulangan berdasarkan gambar pelaksanaan
(shop drawing) yang dibuat oleh Kontraktor Utama. Hal-hal yang harus
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-5 Bab II Tinjauan Pustaka
diperhatikan dalam menyusun daftar bengkok dan potong baja tulangan
adalah:
 Sambungan antar tulangan harus ditempatkan sedemikian rupa pada
daerah yang momennya nol atau dengan menggunakan sambungan
lewatan sehingga gaya dan batang yang satu dapat disalurkan ke
batang yang lain. Panjang dan bentuk baja tulangan direncanakan
secara ekonomis sehingga bagian-bagian sisi atau yang tidak terpakai
didapat seminimal mungkin.
 Memperhitungkan teknik pemasangan tulangan sehingga tidak
menyulitkan dalam pelaksanaan di lapangan.
2. Pemasangan Tulangan
Baja tulangan dan sengkang yang telah dipotong dan dibengkokan dibawa ke
lapangan untuk dipasang pada posisi sesuai denah gambar pelaksanaan.
Kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan pemasangan tulangan antara lain :
 Pemeriksaan diameter, panjang, dan bentuk tulangan dilakukan
sebelum baja tulangan tersebut dipasang.
 Jarak antar tulangan serta jumlah tulangan, baik untuk tulangan lentur
maupun tulangan geser diatur sesuai gambar.
 Sengkang dipasang secara manual. Penyambungan sengkang pada
tulangan utama dengan menggunakan kawat bendrat.
 Memastikan
daerah-daerah
dan
ukuran
panjang
penyaluran
sambungan lewatan dan panjang penjangkaran.
 Pemeriksaan tebal selimut beton dengan memasang beton decking
sebagai acuan selimut beton yang akan dicor.
 Setelah pekerjaan lantai kerja selesai dilaksanakan, maka dilanjutkan
dengan pembesian pile cap dan tie beam.
Langkah-langkah pembesian pile cap :
 Menentukan daftar lengkungan bengkok besi, dimana digunakan besi
D 22 mm, dengan jarak antar tulangan 150 mm sama untuk semua pile
cap tetapi berbeda untuk jumlah tulangan dan tinggi pilecap sesuai
dengan gambar rencana.
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-6 Bab II Tinjauan Pustaka
 Semua besi yang telah disediakan kemudian dibengkokkan sesuai
dengan daftar diatas kemudian dirakit diluar lokasi sesuai dengan
gambar rencana. Digunakan kawat bendrat sebagai lekatan antar
tulangan.
 Tulangan pilecap yang telah jadi kemudian diangkat dan dipasang
pada lokasi pilecap yang telah ditentukan.
 Tulangan pilecap dilekatkan dengan tulangan luar pondasi tiang
pancang yang telah dihancurkan betonnya dengan menggunakan
kawat bendrat sehingga tulangan pilecap tampak benar-benar kuat
dan kokoh.
Langkah-langkah pembesian tie beam:
Penyediaan tulangan besi yang akan digunakan sesuai dengan yang tertera
didalam gambar rencana, yaitu besi D 16 mm dengan jarak sengkang 150
mm
 Tulangan dipasang dilokasi didahului dengan tulangan pokok
untuk mempermudah pekerjaan.
 Sengkang dipasang dengan jarak 150 mm sama untuk keseluruhan
tulangan.
 Tulangan pokok diikatkan pada sengkang dengan kawat bendrat
agar jaraknya tidak berubah.
 Sambungan tulangan sebesar 40 kali diameter tulangan pokok
harus dilakukan selang-seling dan penempatan sambungan di
tempat-tempat dengan tegangan maksimum sedapat mungkin
dihindari.
 Sambungan lewatan harus ada overlapping / tidak sejajar antara
tulangan atas dengan tulangan bawah. Dipasang beton decking
pada tulangan sloof tersebut yang berfungsi untuk membuat
selimut pada beton sehingga tidak ada tulangan yang tampak
karena dapat menyebabkan tulangan berkarat. Tebal beton decking
yang dipasang harus disesuaikan dengan tebal selimut beton yang
direncanakan.
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-7 Bab II Tinjauan Pustaka
2.3.2 Bekisting pile cap dan tie beam
Setelah pembesian pilecap dan tie beam selesai dilaksanakan maka, tahap
selanjutnya memasang bekisting untuk pilecap dengan diikuti oleh bekisting tie
beam. Bekisting dibuat dengan papan kayu bengkirai dengan rangka kayu yang
kuat.
Adapun langkah-langkah pekerjaan pembuatan dan pemasangan bekisting untuk
pile cap adalah sebagai berikut :
 Mengadakan pengukuran dan penandaan / marking posisi bekisting
yang akan dipasang dimana untuk tiap-tiap pile cap berlainan ukurannya
tergantung berapa titik pondasi yang menahannya.
 Bekisting dirakit sesuai dengan ukuran pile cap masing-masing, dimana
digunakan kayu multipleks.
 Bekisting diolesi dengan menggunakan mud oil agar tidak terjadi
kesulitan-kesulitan pada waktu. pembongkaran bekisting.
 Bekisting dipasang tegak lurus pada lokasi pilecap yang sudah diberi
tanda kemudian bekisting yang, sudah terpasang seluruhnya dikunci
dengan menggunakan kayu 8 / 12 dan paku secukupnya agar kedudukan
bekisting tersebut tetap stabil, tidak mengalami goyangan pada waktu.
pengecoran dilaksanakan. Langkah-langkah pekerjaan pembuatan dan
pemasangan bekisting untuk tie beam adalah sebagai berikut:
 Mengadakan marking posisi bekisting yang akan dipasang.
 Pemotongan papan kayu dan perakitan bagian-bagian bekisting yang
akan dibuat disesuaikan dengan ukuran tie beam tersebut.
 Sebelum bekisting dipasang, terlebih dahulu bekisting dibagian dalam
diolesi dengan menggunakan mud oil, hal ini berfungsi agar pada waktu
pembongkaran bekisting tidak mengalami kesulitan.
 Pemasangan bekisting tegak lurus pada lokasi tie beam yang telah
ditentukan kemudian dikunci dengan menggunakan kayu 8 / 12 dan
paku secukupnya sebagai penahan goyangan.
2.3.3 Pengecoran pile cap dan tie beam
Untuk pengecoran pile cap dan tie beam dalam proyek ini menggunakan beton
ready mix, dengan mutu beton K-300 sesuai dengan rencana. Adapun langkahMETODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-8 Bab II Tinjauan Pustaka
langkah pengecoran antara pile cap dan tie beam pada umumnya sama sehingga
diringkas dijadikan satu. Langkah-langkah tersebut antara lain:
 Membersihkan lokasi pengecoran dari segala kotoran dan air yang
menggenang dengan menggunakan pompa air.
 Membuat tanda / marking pada bekisting yang menunjukan batas
berhentinya pengecoran baik pada bekisting pile cap maupun bekisting
tie beam
 Mengatur dan mengarahkan penuangan beton sesuai dengan metode
pelaksanaan.
 Agar semua adonan beton dapat masuk kedalam tulangan pile cap dan
tie beam maka digunakan alat vibrator untuk meratakanya serta ditekan
dengan tekanan tinggi agar beton tersebut dapat memadat.
 Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat pelaksanaan
pengecoran.
 Menghentikan
pengecoran
dan
meratakan serta
menghaluskan
permukaan beton dengan menggunakan alat pertukangan manual /
plester.
2.3.4 Pembongkaran Bekisting pile cap dan tie beam
Pembongkaran bekisting dilakukan 2-3 hari setelah pengecoran, dengan syarat pilecap
dan sloof tidak menerima beban di atasnya. Alasan lain dilakukannya pembongkaran
itu agar bekisting dapat digunakan untuk bagian yang lain.
2.4 Sejarah Perkembangan Sistem Precast
Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika
dibandingkan dengan material lain seperti kayu dan baja. Hal ini bisa dimaklumi,
karena bahan-bahan pembentukannya mudah terdapat di Indonesia, cukup awet,
mudah dibentuk dan harganya relative terjangkau. Ada beberapa aspek yang dapat
menjadi perhatian dalam sistem beton konvensional, antara lain waktu pelaksanaan
yang lama dan kurang bersih, control kualitas yang sulit ditingkatkan serta bahanbahan dasar cetakan dari kayu dan triplek yang semakin lama semakin mahal dan
langka. Sistem beton Precast adalah metode konstruksi yang mampu menjawab
kebutuhan di era ini. Pada dasarnya system ini melakukan pengecoran komponen di
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-9 Bab II Tinjauan Pustaka
tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi )
untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). Keunggulan system ini, antara lain
mutu yang terjamin, produksi dan pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan
rapi.
Sistem Precast telah banyak diaplikasikan di Indonesia, baik yang sistem
dikembangkan di dalam negeri maupun yang didatangkan dari luar negeri. Sistem
Precast yang berbentuk komponen seperti : tiang pancang, balok jembatan, kolom,
pelat lantai.
2.5 Perkembangan Sistem Precast di Dunia
Sistem Precast berkembang mula-mula di negara Eropa. Struktur Precast pertama
kali digunakan adalah sebagai balok beton PRECAST untuk Casino di Biarritz, yang
dibangun oleh kontraktor Coignet, Paris 1891. Pondasi beton bertulang diperkenalkan
oleh sebuah perusahaan Jerman, Wayss & Freytag di Hamburg dan mulai digunakan
tahun 1906. Tahun 1912 beberapa bangunan bertingkat menggunakan system Precast
berbentuk komponen-komponen, seperti dinding .kolom dan lantai diperkenalkan
oleh John.E.Conzelmann. Struktur komponen Precast beton bertulang juga
diperkenalkan di Jerman oleh Philip Holzmann AG, Dyckerhoff & Widmann G
Wayss & Freytag KG, Prteussag, Loser dll. Sstem Precast taha gempa dipelopori
pengembangannya di Selandia Baru. Amerika dan Jepang yang- dikenal sebagai
negara maju di dunia, ternyata baru melakukan penelitian intensif tentang system
Precast tahan gempa pada tahun 1991. Dengan membuat program penelitian bersama
yang dinamakan PRESS ( Precast seismic Structure System).
2.6 Perkembangan Sistem Precast di Indonesia
Indonesia telah mengenal system Precast yang berbentuk komponen, seperti tiang
pancang, balok jembatan, kolom dan plat lantai sejak tahun 1970an. Sistem Precast
semakin berkembang dengan ditandai munculnya berbagai inovasi seperti Sistem
Column Slab (1996), Sistem L-Shape Wall (1996), Sistem All Load Bearing Wall
(1997), Sistem Beam Column Slab (1998), Sistem Jasubakim (1999), Sistem
Bresphaka (1999) dan sistem T-Cap (2000).
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-10 Bab II Tinjauan Pustaka
2.7 Pengertian Umum Beton Precast
Beton Precast adalah suatu metode percetakan komponen secara mekanisasi dalam
pabrik atau workshop dengan memberi waktu pengerasan dan mendapatkan kekuatan
sebelum dipasang.Precast Concrete atau Beton pra-cetak menunjukkan bahwa
komponen struktur beton tersebut tidak dicetak atau dicor ditempat komponen
tersebut akan dipasang. Biasanya ditempat lain, dimana proses pengecoran dan
curing-nya dapat dilakukan dengan baik dan mudah. Jadi komponen beton pra-cetak
dipasang sebagai komponen jadi, tinggal disambung dengan bagian struktur lainnya
menjadi struktur utuh yang terintegrasi.
Karena proses pengecorannya di tempat khusus (bengkel frabrikasi), maka mutunya
dapat terjaga dengan baik. Tetapi agar dapat menghasilkan keuntungan, maka beton
pra-cetak hanya akan diproduksi jika jumlah bentuk typical-nya mencapai angka
minimum tertentu, sehingga tercapai break-event-point-nya. Bentuk typical yang
dimaksud adalah bentuk-bentuk yang repetitif, dalam jumlah besar.
2.8 Permasalahan Umum Pada Pengembangan Sistem Precast
Ada 3 masalah utama dalam pengembangan sistem Precast :
1. Kerjasama dengan perencana di bidang lain yang terkait, terutama dengan
pihak arsitektur dan mekanikal/elektrikal/plumbing.
2. Belum adanya pedoman perencanaan khusus mengenai tata cara analisis,
perencanaan serta tingkat kendala khusus untuk sistem Precast yang dapat
dijadikan pedoman bagi pelaku konstruksi
3.
Keandalan sambungan antarkomponen.
2.9 Sistem Precast Beton
Pada pembangunan struktur dengan bahan beton dikenal 3 (tiga) metode
pembangunan yang umum dilakukan, yaitu system konvensional, sistem formwork
dan sistem Precast. Sistem konversional adalah metode yang menggunakan bahan
tradisional kayu dan triplek sebagai formwork dan perancah, serta pengecoran beton
di tempat. Sistem formwork sudah melangkah lebih maju dari system konversional
dengan digunakannya sistem formwork dan perancah dari bahan metal. Sistem
formwork yang telah masuk di Indonesia, antara lain Sistem Outinord dan Mivan.
Sistem Outinord menggunakan bahan baja sedangkan Sistem Mivan menggunakan
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-11 Bab II Tinjauan Pustaka
bahan alumunium.
Pada sistem Precast, seluruh komponen bangunan dapat difabrikasi, setelah selesai
lalu dipasang di lapangan. Proses pembuatan komponen dapat dilakukan dengan
kontrol kualitas yang baik.
2.10 Kelebihan dan Kekurangan Beton Precast
Prinsip dari sistem Precast ini adalah dicetak atau dicor terlebih dahulu sebelum
di install. Berbicara tentang sistem precast maka hal pertama untuk dijadikan
pertimbangan memakai sistem ini adalah bentuk yang tipikal dan jumlah yang
banyak. Contoh pekerjaan yang sering dibuat menggunakan sistem precast
antara lain, saluran air, balok, anak tangga dan pekerjaan - pekerjaan yang
sifatnya berulang dan banyak.
Keuntungan menggunakan sistem Precast antara lain waktu yang lebih efisien,
memang sangat efisien jika jenis pekerjaannya tipikal. Sementara pekerjaan
precast disiapkan kita bisa bekerja untuk bagian yang lain. Selain memiliki
kelebihan sistem ini juga memiliki kekurangan, antara lain system precast
memerlukan analisa yang lebih rumit dibanding dengan cetak langsung
ditempat. Kita harus memperhitungkan sistem sambungan, pertemuan tulangan
apakah sudah memenuhi panjang penyaluran atau belum serta saat perencanaan
sudah harus memikirkan lokasi pembuatan sistem pengangkutan dan sistem
instalasi. Beton pracetak memiliki kelebihan dibandingkan beton cast in place
sebagai berikut:
a. Kecepatan dalam pelaksanaan pembangunannya
b. Dicapai tingkat fleksibilitas dalam proses perancangannya
c. Pekerjaan di lokasi proyek lebih sederhana.
d. Pihak yang bertanggung jawab lebih sedikit
e. Mempunyai aspek yang positif terhadap schedule, terutama kemudahan di
dalam melakukan pengawasan dan pengendalian biaya serta jadwal
pekerjaan
f. Jumlah pekerja kantor proyek lebih sedikit. Demikian juga tenaga lapangan
yang dibutuhkan untuk setiap unit komponen yang lebih kecil karena
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-12 Bab II Tinjauan Pustaka
pekerjaan dapat dilaksanakan secara seri
g. Menggunakan tenaga buruh kasar sehingga upah relative lebih murah
h. Waktu konstruksi yang relative lebih singkat karena pekerja lapangan hanya
mengerjakan cast in place kemudian menggabungkan dengan komponen –
komponen beton pracetak
i. Aspek kualitas, dimana beton dengan mutu prima dapat lebih mudah
dihasilkan di lingkungan pabrik
j. Produksinya hampir tidak terpengaruh oleh cuaca
k. Biaya yang dialokasikan untuk supervise relative lebih kecil. Hal ini
disebabkan oleh durasi proyek yang singkat.
l. Kontinuitas proses konstruksi dapat terjaga sehingga perencanaan kegiatan
lebih akurat.
m. Mampu mereduksi biaya konstruksi
n. Dapat dihasilkan dengan akurasi dimensi dan mutu yang lebih baik.
Kekurangan beton pracetak :
a. Kerusakan yang mungkin timbul selama proses transportasi.
b. Dibutuhkan peralatan lapangan dengan kapasitas angkat yang cukup untuk
mengangkat komponen konstruksi dan menempatkannya pada posisi
tertentu.
c. Biaya tambahan yang dibutuhkan untuk proses transportasi
d. Munculnya permasalahan teknis dan biaya yang dibutuhkan untuk
menyatukan komponen-komponen beton pracetak.
e. Diperlukan gudang yang luas dan fasilitas curing.
f. Diperlukan perencanaan yang detil pada bagian sambungan
g. Diperlukan lapangan yang luas untuk produksi dalam jumlah yang besar
h. Hanya melayani produksi dalam partai besar agar BEP.
2.11 Sistem Koneksi Beton Precast
2.11.1 Sambungan
Pada umumnya sambungan – sambungan bisa dikelompokkan sebagai berikut :
a. Sambungan yang pada pemasangan harus langsung menerima beban
(biasanya beban vertical ) akibat beban sendiri dari komponen .
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-13 Bab II Tinjauan Pustaka
b. Sambungan yang pada keadaan akhir akan harus menerima beban-beban
yang selama pemasangan diterima oleh pendukung pembantu.
c. Sambungan pada mana tidak ada persyaratan ilmu gaya tapi harus
memenuhi persyaratan lain seperti : kekedapan air, kekedapan suara.
d. Sambungan-sambungan tanpa persyaratan konstruktif dan semata-mata
menyediakan ruang gerak untuk pemasangan .
2.11.2 Ikatan
Cara mengikatkan atau melekatkan suatu komponen terhadap bagian komponen
konstuksi yang lain secara prinsip dibedakan sebagai berikut :
1. Ikatan Cor ( In Situ Concrete Joint )
Penyaluran gaya dilakukan lewat beton yang dicorkan
 Diperlukan penunjang / pendukung pembantu selama pemasangan sampai
beton cor mengeras
 Penyetelan berlangsung dengan bantuan adanya penunjang / pendukung
pembantu. Toleransi penyusutan ‘ diserap ‘ oleh Coran Beton.
2. Ikatan Terapan
Cara menghubungkan komponen satu dengan yang lain secara “lego”
(permainan balok susun anak-anak) disebut Ikatan Terapan. Dimulai dengan
cara hubungan “Peletakan“, kemudian berkembang menjadi “ Saling
Menggigit“.
 Proses pemasangan dimungkinkan tanpa adanya pendukung / penunjang.
3. Ikatan Baja
Bahan pengikat yang dipakai : Plat baja dan Angkur. Sistem ikatan ini dapat
dibedakan sebagai berikut :
 Menyambung dengan cara di las ( Welded Steel )
 Menyambung dengan Baut / Mur / Ulir ( Corbel Steel )
Catatan :
 Harga dari profil baja sebagai pengikat tinggi
 Mungkin dilaksanakan tanpa pendukung / penunjang
 Harus dilindungi dari : korosi, api dan bahan kimia. Dengan Mortar / In Situ
concrete Joint sebagai pelindung / Finishing ikatan.
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-14 Bab II Tinjauan Pustaka
4. Ikatan Tegangan
Merupakan perkembangan lebih jauh dari ikatan baja dengan memasukan unsur
Post Tensioning dalam sistem koneksi.
 Memerlukan penunjang / pendukung Bantu selama pemasangan.
 Perlu tempat / ruang yang relatuf besar untuk Post Tensioning.
 Angker cukup mahal.
2.11.3 Simpul
a. Merupakan kunci dalam struktur yang memakai komponen pra – cetak dan
merupakan tempat pertemuan antara 2 atau lebih komponen struktur.
b. Secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut :
 Simpul Primer
Pertemuan yang menghubungkan kolom dengan balok dan juga terhadap
plat lantai. Disisni beban dari plat akan diteruskan ke pendukungpendukung vertical.
 Simpul Pertemuan Kolom
Pertemuan dimana beban-beban vertical dan sesewaktu momen-momen
juga disalurkan.
 Simpul Penyalur Sekunder-Primer ( Pelat Balok )
Untuk menyalurkan beban vertical
 Simpul Pendukung sesama Plat / dengan Balok dan Kolom
Untuk menyalurkan beban horizontal dalam bentuk tegangan tekan –
tarik dan geser.
 Simpul yang Mampu Menahan Momen
Yang secara statis bisa membentuk komponen pendukung tapi oleh
alasan tertentu. Misal : Transportasi dibuat terdiri dari 2 atau lebih
bagian.
2.12 Pembuatan Beton Precast
Proses produksi/pabrikasi beton Precast dapat dibagi menjadi tiga tahapan berurutan
yaitu :
2.12.1 Tahap Design
Proses perencanaan suatu produk secara umum merupakan kombinasi dari ketajaman
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-15 Bab II Tinjauan Pustaka
melihat peluang, kemampuan teknis, kemampuan pemasaran. Persyaratan utama
adalah struktur harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan dan kestabilan pada masa
layannya.
2.12.2 Tahap Produksi
Beberapa item pekerjaan yang harus dimonitor pada tahap produksi :
a. Kelengkapan dari perintah kerja dan gambar produk
b. Mutu dari bahan baku
c. Mutu dari cetakan
d. Mutu atau kekuatan beton
e. Penempatan dan pemadatan beton
f. Ukuran produk
g. Posisi pemasangan
h. Perawatan beton
i. Pemindahan, penyimpanan dan transportasi produk
j. Pencatatan ( record keeping )
Tahap produksi terdiri dari :
a. Moulding / membuat cetakan. Pabrik beton pracetak biasanya telah memiliki
workshop/bengkel khusus untuk membuat dan maintenance cetakan, tempat
merakit tulangan (Bar catching) dan sambungan.
b. Reinforcing tulangan yang telah dirakit ditempatkan kedalam cetakan.
Gambar 2.1 Membuat Cetakan dan
Tulangan yang dirakit
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-16 Bab II Tinjauan Pustaka
c. Concreting. Pembuatan beton. Penakaran dan pencampuran beton, biasanya
dipabrik tersedia concrete batching plant yang meiliki control kualitas secara
computer.
d. Compaction / pemadatan beton, memakai external vibrator dengan high
frequency.
Gambar 2.2 Pembuatan dan Pemadatan Beton
e. Curing beton , dengan steam curing. Pada elemen-elemen beton yang besar steam
curing diberikan kedalam beton dengan cara diselubungi suhu 60 – 70 C selama
2 – 3 jam.
Gambar 2.3 Curing beton
2.12.3 Tahap Pascaproduksi
Terdiri dari tahap penanganan (handling), penyimpanan (storage), penumpukan
(stacking), pengiriman ( transport dan tahap pemasangan di lapangan (site erection).
Yang perlu diperhatikan dalam system transportasi adalah :
 Spesifikasi alat transport : lebar, tinggi, beban maks, dimensi elemen
 Route transport : jarak, lebar jalan, kepadatan lalu lintas, ruang bebas bawah
jembatan, perijinan dariinstansi yang berwenang.
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-17 Bab II Tinjauan Pustaka
Pemilihan alat angkut dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
 Macam komponennya : linier atau plat.
 Ketinggian alat angkat : berhubungan dengan ketinggian bangunan yang
akan dibangun.
 Berat komponen : berdasarkan beban maksimum.
 Kondisi local : pencapaian lokasi dan topografi.
Menurut tempat pembuatan beton Precast dibagi 2 yaitu :
 Dicor di tempat disebut Cast In Situ
 Dicor di pabrik
Menurut perlakuan terhadap bajanya dibagi 2 yaitu :
 Beton Precast biasa
 Beton prategang Precast
Ada 2 prinsip yang berbeda pada beton prategang ;
 Pre-tensioned Prestressed Concrete
 Post-tensioned Prestressed Concrete
Gambar 2.4 Pekerjaan Handling, Penyimpanan dan Install beton
2.13 Metode Membangun dengan Konstruksi Precast
Untuk saat ini metode pembangunan dengan beton precast dapat dilihat pada
beberapa bagian bahasan berikut ini :
a. Serangkaian kegiatan yang dilakukan pada proses produksi adalah :
 Pembuatan rangka tulangan
 pembuatan cetakan
 Pembuatan campuran beton
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-18 Bab II Tinjauan Pustaka
 Pengecoran beton
 Perawatan ( curing)
 Penyempurnaan akhir
 Penyimpanan
b. Transportasi Dan alat angkut
Transportasi adalah pengangkatan elemen Precast dari pabrik ke lokasi
pemasangan. Sistem transportasi berpengaruh terhadap waktu, efisiensi
konstruksi dan biaya transport.Yang perlu diperhatikan dalam system
transportasi adalah :
 Spesifikasi alat transport
 Route transport dan perijinan
Alat angkat yaitu memindahkan elemen dari tempat penumpukan ke posisi
penyambungan ( perakitan ).Peralatan angkat untuk memasang beton
Precast dapat dikategorikan sebagai berikut :
 Crane mobile
 Crane teleskopis
 Crane menara
 Crane portal
c. Pelaksanaan Konstruksi ( Ereksi )
Metode dan jenis pelaksanaan konstruksi precast diantaranya adalah :
a) Dirakit per elemen
b) Lift – Slab system
Adalah pengikatan elemen lantai ke kolom dengan menggunakan
dongkrak hidrolis.
Prinsip konstruksinya sebagai berikut :
 Lantai menggunakan plat-plat beton bertulang yang dicor
pada lantai bawah
 Kolom merupakan penyalur beban vertical dapat sebagai
elemen Precast atau cor di tempat.
 Setelah lantai cukup kuat dapat diangkat satu persatu dengan
dongkrak hidrolis.
c) Slip – Form System
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-19 Bab II Tinjauan Pustaka
Pada system ini beton dituangkan diatas cetakan baja yang dapat
bergerak memanjat ke atas mengikuti penambahan ketinggian
dinding yang bersangkutan.
d) Push – Up / Jack – Block System
Pada system ini lantai teratas atap di cor terlebih dalu kemudian
diangkat ke atas dengan hidranlic – jack yang dipasang di bawah
elemen pendukung vertical.
e) Box System
Konstruksi menggunakan dimensional berupa modul kubus beton.
2.14 Prinsip Konstruksional
Berikut prinsip-prinsip yang dapat diterapkan untuk desain struktural :
1. Struktur terdiri dari sejumlah tipe-tipe komponen yang mempunyai
fungsi seperti balok, kolom, dinding, plat lantai dll
2. Tiap tipe komponen sebaiknya mempunyai sedikit perbedaan
3. Sistem sambungan harus sederhana dan sama satu dengan yang lain,
sehingga komponen-komponen tersebut dapat dibentuk oleh metode
yang sama dan menggunakan alat Bantu yang sejenis
4. Komponen harus mampu digunakan untuk mengerjakan beberapa
fungsi
5. Komponen-komponenharus cocok untuk berbagai keadaan dan
tersedia dalam berbagai macam-macam ukuran produksi.
6. Komponen –komponen harus mempunyai berat yang sama sehingga
mereka bias secara hemat disussun dengan menggunakan peralatan
yang sama.
Ada tiga macam konstruksi prefabrikasi :
Pembuatan didalam sebuah pabrik, dimana komponen-komponen mudah
untuk dibuat dan nyaman untuk pengangkutan.
1. Pembuatan pada site dengan menggunakan alat-alat6 mekanik.
2. Rangkaian dari komponen dirakit ke dalam komponen-komponen
yang lebih luas.
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-20 Bab II Tinjauan Pustaka
2.15 Klasifikasi Sistem Beton Precast
Sistem Precast dibagi menjadi dua kategori yaitu :
2.15.1 Sebagai Komponen Struktur
 Tiang pancang beton dan system sambungan
Ada beberapa bentuk dari tiang pancang. Bentuk yang paling umum
adalah persegi massif, karena paling mudah dibuat. Varian lain
adalah
bentuk bulat berongga (spinning) dalam cetakan yang berbentuk
bulat.
 Pelat Lantai Precast
Pada tahun 1984, komponen Precast lantai mulai dikenal di
Indonesia pada pembangunan menara BDNI. Bentuk yang umum
digunakan adalah pelat prategang berongga (hollow core slab).
 Girder jembatan dan Jalan Layang
Komponen
ini
sangat
popular
karena
jelas
lebih
mudah
bibandingkan struktur baja. Varian pertama berbentuk void slab,
dengan system prategang pratarik, varian berbentu I , dengan
system prategang pascatarik, varian berbentuk Y, varian berbentuk
box dengan system prategang pascatarik.
 Turap
Adalah struktur geoteknik yang fungsinya menanam perbedaan
tinggi tanah, misalnya pada struktur galian, kolam atau timbunan.
 Bantalan Rel
Sejak jaman Belanda bahan kayu popular digunakan untuk bantalan
rel.
2.15.2 Sebagai Sistem Struktur
 Sistem Waffle Crete (1995)
Sistem ini termasuk katagori system dinding pemikul dengan
komponen Precast berupa panel lantai dan panel dinding beton
bertulang yang disambung dengan baut baja.
 Sistem Column-Slab (1996)
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-21 Bab II Tinjauan Pustaka
Keunggulan system ini terletak pada perencanaan struktur elemen
dan kepraktisan pemasangannya. Pemasangan ini sangat cepat yaitu
dua hari perlantai bangunan.
 Sistem L Shape Wall (1996)
Komponen utamanya adalah dinding Precast beton bertulang L,
yang berfungsi juga sebagi dinding pemikul.
 Sistem All Load Bearing Wall (1997)
Komponen Precastnya adalah komponen dinding dan lantai beton
bertulang massif setebal 20 cm, merupakan system dinding
pemikul.
 Sistem Bangunan Jasubakim (1998)
Sistem ini termasuk kategori system Precast komposit hybrid
berbentuk
langka.
Sistem
ini
mengkombinasikan
monolit
konversional, formwork dan Precast. Komponen Precast ini selain
bersifat struktur juga berfungsi sebagai formwork dan perancah
untuk beton cor di tempat.
 Sistem Bresphaka (1999)
Ciri khas system ini adalah menggunakan bahan beton ringan untuk
komponen kolom dan balok.Bahan beton ringan utamanya adalah
agregat kasar yang terbuat dari bahan abu terang. Ciri khas yang
lain adalah kolom berbentuk T serta komponen lainnya adalah balok
dan pelat.
 Sistem, Cerucuk Matras Beton
Solusinya dengan menggunakan system cerucuk matras beton yang
dapat dipasang sedalam yang direncanakan dengan melakuakn
penyambungan, sehinnga dapat diperoleh daya dukung, penurunan
dan tingkat kestabilan yang diinginkan.
2.16 Komponen Struktur Yang Sering Digunakan
Ada beberapa tipe Precast Concrete yang sering digunakan saat ini,yaitu sebagai
berikut :
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-22 Bab II Tinjauan Pustaka
2.16.1. Pelat lantai pre-cast (hollow-core slab)
Penggunaan produk precast concrete sebagai pelat lantai, relatif sudah banyak
dijumpai disini. Dengan digunakan precast maka pemakaian bekisting dan
perancah akan berkurang drastis sehingga dapat menghemat waktu pelaksanaan.
Salah satu produk precast untuk lantai adalah adalah precast hollow core slab.
Sistem precast hollow core slab menggunakan sistem pre-tensioning dimana
kabel prategang ditarik terlebih dahulu pada suatu dudukan khusus yang telah
disiapkan dan kemudian dilakukan pengecoran. Oleh karena itu pembuatan
produk precast ini harus ditempat fabrikasi khusus yang menyediakan dudukan
yang dimaksud. Adanya lobang dibagian tengah pelat secara efektif mengurangi
berat sendirinya tanpa mengurangi kapasitas lenturnya. Jadi precast ini relatif
ringan dibanding solid slab bahkan karena digunakannya pre-stressing maka
kapasitasnya dukungngya lebih besar.
Keberadaan lobang pada slab tersebut sangat berguna jika diaplikasikan pada
bangunan tinggi karena mengurangi bobotnya lantai. Bayangkan saja, untuk
solid slab, tebal 120 mm saja maka beratnya adalah sekitar 288 kg/m2 hampir
sama dengan berat beban hidup rencana untuk kantor yaitu 300 kg/m2. Padahal
kontribusi kekuatan pelat hanya untuk mendukung pembebanan tetap saja (DL +
LL). Bahkan karena beratnya tersebut akan menjadi penyumbang utama
besarnya gaya gempa. Jadi jika berat lantai berkurang maka beban gempa
rencananya juga kurang. Dengan demikian penggunaan lantai precast yang
ringan juga mengurangi resiko bahaya gempa.
2.16.2. Dinding Luar ( Skin-wall )
Industri konstruksi semakin bergairah dengan adanya produk precast concrete
yang dapat dipasang cepat dan kualitasnya sangat baik. Tidak hanya dari sisi
struktur, yaitu kekuatan dan kekakuannya saja, tetapi juga dari sisi
arsitekturalnya yaitu penampakan luar (keindahan). Oleh karena itu, arsitek yang
berorientasi maju pasti akan memikirkan alternatif pemakaian produk precast
untuk bangunan rancangannya.
Bagaimana tidak, dengan digunakannya precast maka semua komponen yang
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-23 Bab II Tinjauan Pustaka
seharusnya dikerjakan di atas bangunan sehingga susah dijangkau arsitek untuk
diawasi maka dapat dilakukan di bawah sehingga si arsitek dengan leluasa
mengawasi kualitas produk yang akan dipasangnya. Kecuali itu, umumnya
produk precast adalah untuk komponen-komponen yang berulang (repetitif)
sehingga prosesnya seperti halnya industri pada umumnya, dibuat satu dulu
sebagai contoh, jika memuaskan akan dikerjakan lainnya dengan kualitas yang
sama.
Untuk produk precast, yang sangat berperan adalah teknologi yang
digunakannya. Siapa yang membuatnya. Tidak hanya perencanaannya saja yang
harus bagus tetapi juga perlu pelaksanaan yang baik. Precast for finishing, yang
diperuntukkan untuk keindahan, yang terlihat dari luar untuk ditampilkan, jelas
lebih sulit dibanding produk precast yang sekedar untuk komponen struktur saja.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan, misalnya : ketahanan terhadap cuaca (tidak
retak, keramik lepas atau berubah warna), kebocoran terhadap air hujan
(teknologi karet sealant, seperti yang terpasang pada pintu mobil), presisi yang
tinggi, juga detail yang benar dari takikan-takikan yang dibuat agar air yang
menimpanya selama bertahun-tahun tidak meninggalkan jejak yang terlihat dari
luar, juga detail sambungan dengan bangunan utamanya, bagaimana
mengantisipasi deformasi bangunan yang timbul ketika ada gempa dll-nya tanpa
mengalami degradasi kinerja dan lainnya.
2.16.3. Komponen Tangga ( Precast Stair )
2.16.4. Transportasi Jalan Raya ( Road Transportation )
 Transportasi jalan raya sangat cocok untuk skala pembangunan
dengan site yang luas
 Sangat tergantung pada persyaratan legal Negara setempat khususnya
dalam persyaratan : lebar, ketinggian, panjang dan beban objek yang
diangkut
 Desain yang dibuat harus mempertimbangkan keadaan ini. Apabila
komponen tidak memenuhi maka ia membutuhkan biaya tambahan
dalam kesulitan transportasi disamping membutuhkan pengawalan
khusus petugas jalan raya
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-24 Bab II Tinjauan Pustaka
 Panjang maximum unit precast yang diisyaratkan dalam satu angkutan
tidak melebihi 30 m.
 Transportasi angkutan yang rendah ( biasanya untuk panel dinding
dan lantai memiliki kemampuan angkut 250 ton
 Untuk objek angkut panel dinding dan lantai sangat cocok
menggunakan
 kendaraan yanmg dilengkapi dengan kerangka khusus yang dapat
mendukung dan melindungi objek angkut.
 Untuk objek yang panjang dan beban yang lebih besar dapat
menggunakan dua gerobak yang dihubungkan oleh beton precast itu
sendiri.
2.17 Metode Pelaksanaan Pemasangan
Bentuk dan jenis sambungan merupakan bagian penting pada konstruksi beton
precast. Pada sambungan basah, penyambungan dilakukan dengan cara grouting
atau pengecoran di tempat. Penyambungan ini bertujuan mendapatkan kekuatan
sambungan balok-balok beton Precast dengan pembebanan statis dan
kemampuan struktur yang disambung untuk meredam gaya luar yang bekerja
dari pengujian dinamis. Metode penyambungan elemen beton Precast
menggunakan bahan beton polimer dengan kecepatan pengeringan 15 menit.
Dengan metode ini kecepatan kostruksi struktur Precast akan lebih cepat
dibanding dengan cor di tempat. Selain itu mutu material elemen struktur
menggunakan beton Precast akan lebih baik.
Untuk mendapatkan struktur beton Precast yang mempunyai redaman yang
besar, maka sambungan elemen beton Precast mempunyai konfigurasi tulangan
pada sambungan yang tidak kaku. Pada sambungan tipe-A, tulangan tengah
tidak disambung tetapi ditekuk 45° ke arah pusat sambungan. Tipe ini
mempunyai daya redam yang besar daripada sambungan tipe-B yang seluruh
tulangan utamanya diteruskan. Metode ini dapat diperluas dengan meneliti
sambungan kolom-balok, kolom-kolom, dan kolom-fondasi.Selain itu jenis
sambungan dapat menggunakan sambungan kering yang menggunakan baut atau
sistem las.
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-25 Bab II Tinjauan Pustaka
Beberapa Prinsip Cara Pemasangan (Erection )
1. Cara pemasangan perbagian ( vertical )
 Dilakukan trave per trave
 Cocok untuk bangunan dengan luas lantai besar
 Perlu landasan yang cukup kuat, Mobil crave bias bergerak
memenuhi jarak jangkau
 Lengan momem untuk crane tidak terlalu besar sehingga berat
komponen lebih leluasa
 Biasanya untuk 3-5 tingkat
2. Cara pemasangan perlapis ( horizontal )
 Dilakukan lantai perlantai
 Perlu alat pengangkat yang dapat mencari seluruh bagian bangunan
 Karena besarnya momen crane, berat komponen terbatas terutama
slab
 Crane yang biasa digunakan Tower CXrane Putar
 Diperlukan penunjang kolom selama pemasangan
3. Cara pemasangan Lift Slab
 Kolom menerus pelat lantai di cor satu diatas yang lain
 Alat pengangkat Hidraulis
 Perlu pasak untuk pengunci dalam pemasangan
4. Cara Pemasangan Jack Block
 Lantai teratas disiapkan diatas permukaan tanah Hidraulis Jack
dipasang di bawah komponen pendukung vertical
 Dengan mengatur secara berganti penggunaan hydraulic Jack dan
penempatan penunjang ( dari blok beton ) seluruh komponen
diangkat ke atas
 Setelah mencapai ketinggian lantai yang diinginkan, lantai berikutnya
dipersiapkan di permukaan tanah
 Demikian seterusnya
5. Cara Pemasangan Kombinasi
 Penggunaan cara pemasangan dengan berbagai cara ini cara yang
II-26 METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
Bab II Tinjauan Pustaka
paling lazim dipakai.
2.18
Kajian dan Jurnal yang berkaitan dengan Penelitian
2.18.1 Kajian kuat tekan beton setelah terekspos air laut, air sungai, air
rawa dan air hujan
Percobaan yang dilakukan dalam kajian ini adalah dengan menggunakan
suatu standar AWWA untuk bagian kualitas airnya dan dengan standar ACI
untuk bagian betonnya.Kualitas air diperiksa sebagai kontrol untuk
mengetahui
besarnya
efek
yang
ditimbulkan
pada
beton
yang
direpresentatifkan dalam tiga mutu beton yaitu beton mutu rendah (15
Mpa), mutu sedang (35 Mpa), dan mutu tinggi (50 Mpa). Besarnya efek
tersebut didapat dengan memodelkan beton yang terekspos air tercemar di
dalam suatu pemodelan di laboratorium.
Hasil percobaan yang dilakukan memperlihatkan terdapatnya suatu
penurunan mutu beton dalam waktu 56 hari. Pada beton mutu tinggi (50
Mpa), berdasarkan besarnya nilai penurunan kuat beton secara berurutan,
(1) pada beton rendaman air laut, (2) pada rendaman air rawa, sedangkan
pada rendaman air sungai dan air hujan tidak terdapat penurunan nilai kuat
beton. Beton mutu sedang (35 Mpa), besarnya nilai penurunan nilai kuat
tekan beton secara berurutan, (1) pada beton rendaman air hujan, (2) pada
rendaman air laut, (3) pada rendaman air rawa, sedangkan pada rendaman
air sungai tidak terdapat penurunan nilai kuat beton. Beton mutu rendah (15
Mpa), besarnya nilai penurunan nilai kuat tekan beton secara berurutan, (1)
pada beton rendaman air hujan, (2) pada rendaman air sungai, (3) pada
rendaman air laut, (4) pada rendaman air rawa.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah faktor yang
menyebabkan penurunan akibat kuat tekan beton terhadap rendaman air laut
dan air rawa, terutama disebabkan karena adanya unsur klorida yang tinggi,
sedangkan pada air sungai dan air hujan unsur dominan adalah sulfat.
Melihat hal ini, maka sebaiknya struktur beton yang ada pada daerah laut
dan rawa diberi suatu perlindungan sebagai contoh digunakan zat additive
agar tidak terjadi suatu penurunan mutu beton. Pada daerah air sungai,
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-27 Bab II Tinjauan Pustaka
perlindungan beton disarankan dengan menggunakan beton mutu sedang
(35 Mpa) ke atas, sedangkan pada beton yang terekspos air hujan lebih baik
dilindungi secara fisik, seperti pembuatan drainase yang baik sehingga
beton tidak akan tergenang oleh air hujan.
2.18.2 Alternatif Desain Basement Pada Tanah Lunak Pada Rencana
Museum Suramadu Sisi Surabaya
Museum Suramadu merupakan bangunan 4 lantai yang berada pada tanah
lunak serta memiliki muka air tinggi. Basementmerupakan suatu struktur
bangunan penting yang memiliki berbagai macam fungsi. Diantaranya
sebagai tempat penyimpanan, generator atau alat-alat kelistrikan, lahan
parkir yang juga sebagai penunjang akan keterbatasan ketersedian lahan.
Pembangunan basement biasanya mengalami kendala pada masalah tanah
lunak dan air tanah yang tinggi. Tanah yang lunak akan berpengaruh pada
perencanaan
bukaan
tanah
untuk
basement.
Karena
selain
harus
memperhitungkan faktor keamanan terhadap bidang longsor gedung sendiri
maupun terhadap gedung atau bangunan di sekelilingnya. Jika tidak, gedung
disamping akan retak bahkan akan runtuh karena kehilangan daya dukung
tanah akibat penggalian. Untuk tanah yang lunak tidak mungkin diadakan
penggalian tanah secara terbuka, tetapi menggunakan suatusistem
konstruksi penahan tanah agar tanah disekitar tidak mengalami kelongsoran.
Makin dalam kedalaman galian, makin rumit sistem konstruksi penahan
tanahnya agar tanah di sekitar lubang galian tetap stabil. Selain itu muka air
yang tinggi akan mempengaruhi gaya tekan kesamping dan keatas pada
basement, oleh karena itu diperlukan perencanaan dewatering pada area
bukaan sedangkan muka air tanah sekitar bangunan direncanakan tidak ikut
turun.
Dinding penahan yang umum digunakan adalah dinding beton. Dalam
kajian ini diperhitungkan alternatif desain dinding penahan yaitu dengan
cara pemasangan Turap atau dengan menggunakan Diagfram Wall. Turap
adalah dinding penahan yang berbentuk pipih dan panjang, biasanya terbuat
dari material baja atau beton, digunakan untuk menahan tanah di pinggir
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-28 Bab II Tinjauan Pustaka
sungai dan penahan tanah sementara. Diagfram Wall adalah dinding
penahan yang menggunakan material beton sehingga dinding tersebut
memiliki kekakuan yang sangat besar. Dari penulisan kajian ini diharapkan
mendapatkan desain basement yang kuat untuk menahan beban akibat
struktur atas serta mampu menahan tekanan tanah dan air tanah (up-lift
stress) yang berada pada tanah lunak serta memiliki muka air tanah yang
tinggi.
Kesimpulan yang diambil dari kajian ini adalah dari berbagai tipe pondasi
yang telah dianalisa didapatkan desain struktur pondasi yang dinilai efektif
untuk direncanakan dengan tipe pondasi Tiang Pancang dan Pondasi Bored
Pile. Untuk dinding penahan sementara menggunakan Turap baja dengan
tipe WRU14.
2.18.3 Analisa Penurunan Pada tanah Lunak Akibat Timbunan (Studi
Kasus Runway bandara medan Baru)
Pada lokasi Pembangunan bandara, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan berkaitan dengan masalah geoteknik. Setelah dilakukan
penyelidikan pengeboran dalam (Deep Boring), diketahui baha lapisan atas
tanah bagian atas tergolong tanah lempung lanau dan lapisan dibaah dilokasi
ini masuk kedalam kategori pasir dengan nilai SPT bervariasi. Masalah yang
berpontesi timbul di lokasi pembangunan bandara tinjauan.
Masalah pertama adalah maslaah daya dukung tanah. Hampir di seluruh
lokasi pembangunan bandara, terutama bagian runway. Hali ini dilakukan,
selain untuk memperoleh elevasi seperti dlaam desain, juga sebagai dasar
pada suatu struktur perkerasan. Namun, tanah dilokasi ini memiliki nilai NSPT yang kecil. Tanah dengan nilai N-SPT kecil menunjukan baha tanah
tidak memiliki daya tanah yang besar terhadap beban. Karena itu perlu
dilakukan analisis mengenai masalah ini.
Masalah kedua adalah masalah penurunan tanah. Tanah yang diberi beban
akan mengalami penurunan, baik akibat sifat elastis tanah itu sendiri maupun
akibat konsolidasi. Hali ini perlu diperhatikan mengingat penurunan yang
terlalu besar akan mengurangi kemampuan layan suatu struktur.
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-29 Bab II Tinjauan Pustaka
Pada kasus pondasi dalam, konsolidasi lapisan tanah atas bahkan akan
mengurangi daya dukung pondasi. Selain besar penurunan, hali yang perlu
dikaji adalah lama waktu penurunan. Target yang ingin dicapai pada setiap
saat konstruksi adalah proses konsolidasi sudah selesai pada saat struktur
beroperasi atau dengan kata alain tidak terdapat penurunan yang berarti
ketika bandara dipakai. Analisa waktu konsolidasi dan percepatan
konsolidasi dengan menggunakan vertical drain dan tanpa vertical
drain.Konsolidasi primer biasanya memakan aktu yang sangat lama, bahkan
bisa memakan waktu bertahun-tahun untuk jenis tanah lempung yang
memiliki permeabilitas kecil. Oleh karena itu diperlukan solusi yang dapat
mempercepat keluarnya air pori dari dalam tanah dengan menggunakan
drainase vertikal (vertical drain).
Prefabricated vertical drain (PVD) adalah produk berbentuk pita (potongan
melintang segiempat) yang terdiri atas material penyaring geotekstil yang
membungkus inti plastik. Ukuran PVD adalah 10 cm lebar dengan ketebalan
antara 3-4 cm (Bo et al., 2003). Material dibentuk dari inti plastik yang
berguuna untuk mengalirkan air yang terjebak pada saringan geotekstil
(Schefer, 1997). Fungsi utama saringan drainase vertikal.
Gambar 2.5 Pola Drainase Vertikal
Analisa penurunan dan aktu konsolidasi dihitung pada satu titik yang
dianggap paling kritis (ketebalan tanah lempungyang paling besar) yaitu BH02 (STA 0+700). Penurunan (settlement) yang dianalisa pola pada analisis
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-30 Bab II Tinjauan Pustaka
besar penurunan ini hanya yang diakibatkan oleh konsolidasi primer. Teori
Terzaghi akan digunakan dalam perhitungan besar penurunan dan waktu
untuk mencapai 90% konsolidasi.
Kesimpulan yang diperoleh dari kajian ini adalah :
1. Dari Hasil perhitungan diperolah penurunan yang terjadi pada titik BH02 (STA 0+700) adalah sebesar 1,82 meter.
2. Waktu konsolidasi yang dibutuhkan tanah untuk mencapai konsolidasi
90% adalah selama 81,79 bulan ( 6,82 tahun).
3. Dengan menggunakan Prefabricated vertical drain (PVD), waktu untuk
mencapai konsolidasi 90% dengan jarak spasi antar PVD adalah sebagaiu
berikut :
a. Untuk PVD spasi 1,2 meter membutuhkan waktu selama 75 hari.
b. Untuk PVD spasi 1,4 meter membutuhkan waktu selama 105 hari.
c. Untuk PVD spasi 1,6 meter membutuhkan waktu selama 135 hari.
4. Jarak spasi antar PVD berpengaruh terhadap lamanya waktu untuk
mencapai konsolidasi.
Semakin kecil spasi antar PVD maka akan
semakin cepat tanah mengalami konsolidasi.
5. Untuk pemilihan jarak spasi antar PVD, disesuaikan dengan waktu yang
diperlukan untuk melaksanakan konstruksi.
2.18.4 Perkuatan Tanah Lempung Lunak (Soft Clay) Menggunakan
Cerucuk dengan Variasi Panjang dan Diameter Cerucuk
Dalam kaitannya perkuatan tanah dengan pemakaian tiang untuk
mendistribusikan beban secara vertikal (lewat tahanan lekat) di dalam
lapisan atau dengan mentransfer beban menjadi material yang buruk sampai
didukung oleh tanah yang cukup kuat (tahanan ujung). Dalam hal ini
mungkin dapat dipergunakan Friction Pile yaitu tiang yang tertahan oleh
pelekatan antara tiang dengan tanah. Tiang semacam ini disebut juga tiang
terapung (Floating Piles). Istilah floating pile dipakai untuk pondasi di atas
tanah yang lembek dimana berat bangunan diatur supaya kurang lebih sama
dengan berat tanah yang digali.
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-31 Bab II Tinjauan Pustaka
Adapun hipotesis yang berkenaan dengan perkuatan tanah lempung lunak
dengan menggunakan variasi pemasangan cerucuk (P1=20 cm, P2=18 cm,
P3 = 16 cm dan D1= 0,5 cm, D2= 1 cm, D3 = 1,5 cm), akan berpengaruh
pada daya dukung tanah lempung lunak dan pada variasi panjang dan
diameter tertentu akan menurun daya dukungnya, jadi ada nilai optimum dari
penggunaan perkuatan tersebut. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan.
Tahap pertama merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui
jenis tanah yang akan diteliti dan Tahap kedua penelitian yaitu
mempersiapkan subbase dan subgrade sampai pada pembebanan. Sebagai
subgrade yang digunakan material kaolin dimana kadar airnya dicoba-coba
hingga mencapai kondisi tanah lempung lunak (soft clay).
Tabel 2.1. Klasifikasi Tanah Lempung Berdasarkan Kuat Geser Tekan
Bebas
Untuk mendapatkan kadar air yang sama untuk kondisi kering, tanah
lempung dikeringkan bersamaan hingga menjadi kering, lempung yang
sudah dikeringkan dicampur dengan air sesuai dengan perbandingan berat
sehingga mendapatkan kadar air 60%. Sebagai subbase digunakan pasir
halus yang dihamparkan hingga rata permukaan. Pasir halus yang digunakan
memenuhi klasifikasi berdasarkan AASHTO yaitu termasuk dalam kelas A-3
dengan kriteria prosentase lolos No.40 minimal 51 dan No.200 maksimal 10.
Kotak untuk uji pembebanan terbuat dari pelat baja,kecuali bagian depan
terbuat dari kaca setebal 10 mm dengan dimensi lebar 55 cm, panjang 90 cm
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-32 Bab II Tinjauan Pustaka
dan tinggi 60 cm. Pfiefle dan DAS, 1979 (dalam Cristanto, 1992)
menyatakan dalam kedalaman lapisan bawah tidak kurang dari 2 kali lebar
model pondasi, untuk menghindarkan distorsi daya dukung akibat
pemampatan. Pada pengujian ini tanah lempung yang digunakan tidak
kurang dari 20 cm. Kemudian dipasang cerucuk dengan diameter cerucuk D1
= 0,5 cm, D2 = 1cm, D3 = 1,5 cm, panjang cerucuk P1=20 cm, P2=18 cm,
P3 = 16 cm pada variasi selanjutnya kedalam lapisan subgrade. Pemasangan
cerucuk dilakukan dengan mendahulukan dibagian terluar kemudian di
dalam area yang dipasang perkuatan, dengan demikian area yang dipasangi
cerucuk meningkat kepadatannya.
Tabel 2.2. Rancangan Percobaan
Dalam penelitian ini model pondasi telapak membebani atas permukaan
subbase didalam box dengan ukuran 50cm x 90cm, dengan kedalaman tanah
42cm. Sebuah dongkrak hidrolis dikerjakan sebagai beban yang bekerja
diatas pondasi dan untuk mengetahui besarnya beban dipasang proving ring
berkapasitas 100kg. Hasil pembacaan proving ring kemudian dikalikan
dengan kalibrasi alat sebesar 0,331 untuk mendapatkan besaran beban dalam
kilogram.
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-33 Bab II Tinjauan Pustaka
Berdasarkan Hasil penelitian pendahuluan, lempung lunak yang terbuat dari
kaoli dengan kadar air 60% memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Nilai batas cair (LL) = 58,31% > % 50% , mengidentifikasikan
bahwa tanah lempung ini memenuhi sebagai lempung lunak (soft
clay).
2. Berdasarkan nilai kuat tekan bebas qu = 0,2791 kg/cm2 , maka tanah
lempung dapat dikatakan tanah lempung lunak.
3. Gs = 2,6009 , tanah lempung ini banyak mengandung mineral
kaolinite.
4. Sebagai lapisan subbase menggunakan pasir halus. Berdasarkan
metode AASHTO, dengan prosentase jumlah lolos saringan no.40 =
75,56% > 51% dan saringan no.200 = 4,71% < 10% maka pasir
dikatan pasir halus sesuai yang diinginkan.
Besarnya nilai dari daya dukung ultimit akibat adanya variasi panjang
maupun diameter pada perkuatan lempung lunak dapat dilihat lebih jelas
pada tabel berikut :
Tabel 2.3. Daya Dukung Batas Untuk Variasi Panjang dan Diameter
Nilai peningkatan efektif ditunjukkan oleh jarak antar kurva grafik variasi
yang relatif jauh dan ini terjadi pada dipasangnya cerucuk sudah mengalami
peningkatan dan pada penambahan besar diameter 0,5cm ke 1cm maupun
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-34 Bab II Tinjauan Pustaka
1cm ke 1,5cm tidak terjadi peningkatan yang signifikan bahkan ada beberapa
penambahan panjang yang memberikan daya dukung yang hampir tetap.
Berdasarkan hasil uji pembebanan, analisa data dan pembahasan pada tanah
lempung lunak, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil analisa data dan pembahasan mengenai pengaruh variasi
panjang dan diameter cerucuk terhadap daya dukung tanah lempung
lunak (soft clay) ditinjau dari grafik beban – penurunan dan nilai
BCR didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
a. Semakin besar diameter cerucuk secara keseluruhan memberikan
peningkatan daya dukung. Kenaikan pertambahan dari variasi
diameter dengan panjang tetap diperoleh persentase peningkatan
pada daya dukung batas sebesar 64,407%. Pada peningkatan daya
dukung dari nilai BCR masingmasing penurunan diperoleh pada
10%B dengan variasi diameter 1,5cm dengan panjang 20cm
meningkat sebesar 57,5%.
b. Semakin Panjang cerucuk secara keseluruhan memberikan
peningkatan daya dukung, Kenaikan pertambahan dari variasi
panjang dengan diameter tetap diperoleh persentase peningkatan
pada daya dukung batas sebesar 64,407%. Pada peningkatan daya
dukung dari nilai BCR masing-masing penurunan diperoleh pada
10%B dengan variasi diameter 1,5cm dengan panjang 20cm
meningkat sebesar 62,1%.
c. Pada pertambahan panjang maupun pertambahan diameter
memberikan peningkatan nilai BCR, namun dari keseluruhan
variasi
yang
dilakukan
banyak
peningkatan
BCR
yang
kenaikannya tidak konstan terhadap penurunan sebelumnya.
2. Pemakaian cerucuk pada lempung lunak dapat meningkatkan daya
dukung lempung lunak. Sehingga cerucuk dapat dijadikan alternatif
untuk perbaikan tanah yang memiliki daya dukung rendah. Dalam
penelitian ini diperoleh kontribusi mencapai 2,2 kali daya dukung
tanah lempung lunak tanpa dipasangi cerucuk.
METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM
II-35 
Download