I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Penyelenggraraan pemerintahan tersebut diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah. Amanat Undang-Undang Dasar 1945 tersebut telah mendorong lahirnya otonomi daerah. Haeruman (2001) mengatakan bahwa melalui otonomi, masyarakat di daerah diberikan kesempatan untuk mengatur diri sendiri melalui local self government dan melaksanakan pembangunan sesuai karakteristik daerah (kondisi geografis, sumberdaya alam, dan sosial budaya masyarakat) masingmasing. Dengan terbukanya kesempatan tersebut, diharapkan masyarakat dapat terpacu untuk lebih kreatif dalam membangun daerahnya masingmasing. Dengan demikian, otonomi memberikan penambahan kewenangan dan tanggung jawab pembangunan kepada daerah dengan memanfaatkan kekayaan sumberdaya dan potensi yang tersedia sesuai prakarsa daerah. Menjawab tantangan tersebut, daerah harus dapat memanfaatkan dan menggali potensipotensi yang dimiliki untuk digunakan secara optimal dan terarah demi kesejahteraandan kemakmuran masyarakat. Terkait dengan pemanfaatan kekayaan sumberdaya dan potensi daerah, sektor pertanian memiliki akar pada sumberdaya domestik. Akhir-akhir ini telah timbul kesadaran bahwa pertanian yang terintergrasi dalam suatu sistem agribisnis merupakan salah satu sektor tangguh yang mampu bertahan dalam 2 kondisi krisis. Pertanian juga rnerupakan surnber rnatapencaharian utarna penduduk, sehingga sektor pertanian dapat dijadikan motor penggerak untuk rneningkatkan pendapatan rnasyarakat, rnenciptakan kesernpatan kerja dan berusaha. Krisis yang terjadi selarna ini rnerupakan konsekuensi dari diposisikannya pertanian hanya sebagai "pendukung" dan bukan sebagai "rnesin penggerak perekonornian. Selarna ini usaha pertanian dipandang sebagai kegiatan yang berorientasi pada peningkatan produksi yang tidak responsif terhadap kondisi pasar dan keragaannya lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan alarn dan bukan teknologi. Kondisi dernikian rnenirnbulkan citra pertanian sebagai sektor tradisional yang sulit untuk berkernbang, ha1 ini tercipta secara struktural karena rnernang kondisi rnakro struktural (termasuk kebijakan ekonorni rnakro dan rnikro) belurn berpihak pada penguatan pertanian (Solahuddin, 1999). Selanjutnya Solahuddin (1999) rnengungkapkan lagi bahwa justru krisis ini juga yang ternyata rnernbuat orang rnenjadi sadar bahwa pertanian tidak selayaknya hanya sekedar sebagai 'pendukung" rnelainkan sebagai "rnesin penggerak" perekonornian nasional. Buktinya, dalarn rnasa krisis ini hanlpir sernua sektor rnengalarni kontraksi, kecuali pertanian. Pernbangunan pertanian secara keseluruhan tercakup didalarnnya pernbangunan peternakan yang berperan sebagai penyedia protein hewani, penyedia bahan baku industri, penyerapan tenaga kerja dan investasi, pendorong pernerataan dan perturnbuhan serta pernicu dinarnika ekonorni di pedesaan. Dengan rnelihat peranan yang cukup potensial tersebut, selayaknyalah peranan tersebut dirnanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan rnasyarakat. Menurut Rencana Strategis Kabupaten Bengkalis 2001-2005, diungkapkan bahwa arah kebijakan pembangunan peternakan sebagai berikut: 3 a. Meningkatkan pernbangunan peternakan yang terkoordinasi dan saling rnenunjang serta rnendukung dengan pernbangunan disektor lain; b. Meningkatkan kualitas surnberdaya rnanusia bidang peternakan rnelalui peningkatan kegiatan pendidikan dan pelatihan, intensitas penyuluhan, studi banding, dan rneningkatkan kernampuannya untuk rnengakses inforrnasi tentang pasar, produksi dan pasca produksi; c. Meningkatkan kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi secara terpadu yang sesuai dengan kondisi klirnatologi, prasarana dan sarana fisik dengan tetap rnernelihara kelestarian surnberdaya alarn serta iingkungan hidup untuk kesinarnbungan pernbangunan; d. Mengernbangkan usaha-usaha peternakan yang bertujuan untuk rnernenuhi kebutuhan rnasyarakat akan protein hewani, peningkatan kesejahteraan peternak, penyediaan bahan baku bagi industri dan untuk keperluan ekspor; e. Pernanfaatan potensi lahan untuk pengernbangan peternakan. Untuk rnencapai hal-ha1 tersebut diatas, diperlukan analisis dalarn penefituan strategi pengernbangan peternakan, sehingga dapat meningkatkan peran ekonorni subsektor peternakan. Kalau dicermati, pola-pola pengernbangan peternakan yang telah dilaksanakan Pernerintah Kabupaten Bengkalis selarna ini belurn rnenunjukkan hasil yang rnenggernbirakan dan belurn rnernberikan darnpak yang berarti terhadap peningkatan kesejahteraan rnasyarakat peternak. Atas dasar itu, rnelalui kajian pernbangunan daerah ini, penulis rnencoba untuk rnengetahui dan menjawab pertanyaan pokok "Bagairnana Strategi Pengernbangan Peternakan dalarn rangka Meningkatkan Peran Sub sektor Peternakan di Kabupaten Bengkalis?". 1.2. Perurnusan Masalah Dalam pengembangan suatu usaha peternakan penentuan jenis ternak untuk dikembangkan sangat penting dan harus disesuaikan dengan sumberdaya lokal dan lingkungan sebagai sumber pakan, serta mengikuti permintaan dan kebutuhan pasar. Pengembangan peternakan hams memperhitungkan kepadatan optimum yang sesuai dengan daya dukung daerah dan tidak krtentangan dengan keadaan sosio kultural masyarakatnya. Disisi lain, perkembangan penduduk dan peningkatan pendapatan akan rneningkatkan permintaan pangan terrnasuk produk peternakan. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya pendapatan masyarakat, maka akan meningkatkan permintaan akan produk peternakan. Rusli (2003) menyatakan bahwa yang paling besar pengaruhnya terhadap keperluan pangan adalah jumlah dan perkembangan penduduk, selain itu faktor lain yang berpengaruh terhadap keperluan pangan adalah tingkat konsumsi. Penduduk Kabupaten Bengkalis dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, dengan demikian juga akan mempengaruhi permintaan produk peternakan. Sejalan dengan hat tersebut di atas, rnelalui kajian ini perlu diketahui "Bagaimana jenis dan populasi ternak dan bagaimana produksi serta permintaan produk peternakan di Kabupaten Bengkalis?" Sub sektor peternakan merupakan salah satu sub sektor dalam perekonomian daerah, dan memiliki fungsi sebagai salah satu penyedia produk protein hewani. Pengembangan sub sektor peternakan diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi pembangunan daerah. Selain itu pembangunan peternakan juga 5 diharapkan dapat menarik dan mendorong perkembangan sektor-sektor lain yang berkaitan, sehingga memungkinkan terjadinya gerakan dan dinamika dalarn pertumbuhan ekonomi daerah. Hal ini tidak akan terwujud jika pengembangan suatu usaha dilaksanakan tanpa dilandasi oleh suatu pola usaha yang baik dan perhitungan kelayakan. Untuk itu melalui kajian ini, perlu diketahui "Bagaimana pola usahal pengembangan dan kelayakan usaha masing-masing kornoditas ternak?". Selama ini peranan subsektor peternakan di Kabupaten Bengkalis dirasakan masih belum begitu besar, padahal jika dilihat dari kegiatan pembangunan selama ini, subsektor peternakan cukup mendapat perhatian yang sangat baik dari pemerintah Kabupaten Bengkalis, dan dimasukkan rnenjadi salah satu agenda pengembangan ekonomi rakyat. Untuk melihat sejauh mana peranan subsektor peternakan di Kabupaten Bengkalis, maka perlu diketahui "Bagaimana kontribusi subsektor peternakan terhadap PDRB Kabupaten Bengkalis? Setelah diketahui kondisi sebagaimana permasalahan tersebut diatas, melalui kajian ini penulis mencoba rnerumuskan "Bagaimana strategi pengembangan peternakan dalam rangka meningkatkan peran sub sektor peternakan di Kabupaten Bengkalis?", dan "Bagaimana mengimplemnetasikan strategi tersebut?". 1.3. Tujuan dan Manfaat 1.3.1. Tujuan Kajian Tujuan urnum kajian ini adalah merumuskan strategi pengembangan peternakan dan menyusun program pembangunan peternakan untuk meningkatkan peran subsektor peternakan dalam perekonomian daerah di Kabupaten Bengkalis. 6 Sedangkan tujuan khusus kajian ini adalah untuk: 1. Mengetahui jenis dan populasi temak, serta tingkat produksi ternak dan penintaan produk peternakan di Kabupaten Bengkalis. 2. Mengidentifikasi pola usaha peternakan masyarakat, dan menganalisis kelayakan usaha masing-masing komoditas ternak di Kabupaten Bengkalis. 3. Mengetahui kontribusi subsektor peternakan terhadap PDRB Kabupaten Bengkalis. 4. Merumuskan strategi pengembangan peternakan dan menyusun program dalam rangka mengimplementasikanstrategi. 1.3.2. Manfaat Kajian Hasil kajian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan kepada penentu kebijakan dan pihak-pihak berkepentingan dalam menyusun langkah-langkah pengembangan peternakan sehingga dapat meningkatkan peranan sub sektor peternakan dalam perekonomian daerah di Kabupaten Bengkalis.