BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biji nyamplung mungkin masih terdengar asing di telinga sebagian besar orang. Padahal sebenarnya di Indonesia, pohon nyamplung cukup banyak tersebar di daerah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Maluku. Salah satu flora jenis pohon yang hidup dan banyak ditemui di kawasan pesisir adalah Nyamplung (Callophlyum inophyllum). Tanaman ini tumbuh di daerah pantai sampai dengan dataran tinggi (500 mdpl) dengan struktur tanah mengandung pasir dan mengandung humus. Pohon nyamplung tumbuh secara meluas di Asia Tenggara, Afrika, Australia Utara, India, dan negara lain. Pemanfaatan biji nyamplung sebagian besar digunakan sebagai bahan bakar minyak. Banyak penelitian yang telah dilakukan dalam pembuatan biodiesel dari nyamplung dikarenakan kandungan minyak yang tinggi. Biji nyamplung memiliki kandungan minyak yang tinggi yaitu 55% pada biji segar dan 70,5% pada biji kering. Nyamplung yang telah diekstraksi minyaknya akan menyisakan produk samping yakni bungkil biji nyamplung. Dengan banyaknya industry pengolahan biodiesel berbahan baku nyamplung maka akan semakin banyak pula menyisakan produk samping yakni bungkil nyamplung (press cake) yang belum banyak dimanfaatkan. Bungkil biji nyamplung memiliki kandungan protein yang cukup tinggi sekitar 11,4% yang dapat dijadikan sebagai isolat protein ataupun konsentrat protein karena banyaknya senyawa aktif yang terkandung di dalamnya. 1 2 Menurut Putra (2010), bungkil nyamplung memiliki kadar protein 22,76%. Sumber protein tersebut dapat diekstrak dan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan hidrolisat protein sehingga menghasilkan peptida bioaktif dengan sifat fungsional tertentu seperti antioksidan. Peptida yang memiliki aktivitas antioksidan dapat dijadikan sumber antioksidan alami pengganti antioksidan sintetis. Antioksidan sintetis memiliki berbagai bahaya yang mungkin ditimbulkan seperti, penyakit kardiovaskuler, diabetes dan beberapa jenis kanker. Aktivitas antioksidan peptida hasil hidrolisis dipengaruhi oleh sumber protein dan proses hidrolisis yang akan menentukan ukuran, komposisi asam amino dan sekuen peptide yang memiliki aktivitas antioksidan sehingga dapat berperan sebagai penangkap radikal bebas (Zue et al, 2008). Sumber protein yang tinggi yang terdapat dalam nyamplung juga dapat diekstrak dan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan hidrolisat protein. Hidrolisat protein merupakan protein yang mengalami degradasi hidrolitik dengan enzimatis, basa maupun kimiawi. Hasilnya, berupa asam amino dan peptida. Hidrolisat protein memiliki kegunaan pada industri pangan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hidrolisat protein dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyedap rasa pada beberapa makanan seperti sup, saus, snack, sosis dan kuah daging. Selain itu hidrolisat protein juga dapat disertakan untuk diet pada penderita gangguan pencernaan. Proses hidrolisis dapat dilakukan secara kimiawi maupun enzimatis. Proses hidrolisis kimiawi, yaitu dengan penambahan asam klorida, dapat 2 3 memperpendek waktu, mempermudah dan mengurangi biaya pembuatan. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah asam klorida (HCl). Melihat pada manfaat di atas, proses pembuatan hidrolisat protein dari nyamplung (Callophlyum inophyllum) perlu dilakukan mengingat masih jarangnya penelitian mengenai hidrolisis bungkil nyamplung. Selain memiliki kandungan protein yang tinggi, hidrolisat nyamplung juga memiliki nilai antioksidan yang tinggi yang nantinya dapat dijadikan antioksidan alami. Pada penelitian ini digunakan variasi waktu hidrolisis selama 4 jam, 6 jam dan 8 jam, pemilihan waktu ini karena waktu rentang hidrolisis baik dilakukan adalah dengan lama waktu 0,5 jam hingga 24 jam (Al Bahri,dkk, 2009). Pada hidrolisis digunakan HCl 5N karena pada konsentrasi ini didapatkan hasil hidrolisis yang paling optimum (Agata, 2015). Dipilih juga hidrolisis dengan metode asam karena dengan metode asam lebih mudah dan lebih cepat secara efiensi waktu dan asam klorida dapat ditemukan dengan mudah dan umum digunakan. 1.2 Rumusan Masalah a. Bagaimana potensi kemungkinan pembuatan hidrolisat protein dari bungkil nyamplung melalui proses hidrolisis menggunakan asam klorida (HCl) dan lama hidrolisis tertentu? b. Bagaimana pengaruh waktu hidrolisis terhadap derajat hidrolisisnya? c. Bagaimana pengaruh waktu antioksidannya ? 3 hidrolisis terhadap aktivitas 4 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: a. Mempelajari kemungkinan pembuatan hidrolisat protein dari bungkil nyamplung melalui proses hidrolisis menggunakan asam klorida (HCl). b. Mempelajari pengaruh waktu hidrolisis terhadap derajat hidrolisis dari hidrolisat protein bungkil nyamplung yang didapatkan. c. Mengetahui aktivitas antioksidan dari hidrolisat protein bungkil nyamplung yang didapatkan. 1.4 Manfaat Penelitian Memberikan informasi kepada masyarakat umum, mahasiswa, maupun industri mengenai pemanfaatan bungkil nyamplung yang ternyata mengadung tinggi protein dan juga aktivitas antioksidan yang tinggi sehingga dapat menumbuhkan inisiatif bangsa Indonesia dalam pemanfaatan sebagai bahan pangan alternatif dan antioksidan alami. 4